Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS JURNAL

MIOMA UTERI

YULITA PURNAMA SARI


NIM : 22222079

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Pengertian Mioma Uteri


Mioma uteri merupakan penyakit tumor jinak pada otot rahim yang
disertai jaringan ikatnya. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling
sering ditemukan, yaitu satu dari empat wanita selama masa reproduksi
yang aktif. Gejala terjadinya mioma uteri sukar dideteksi karena tidak
semua mioma uteri memberikan keluhan dan memperlukan tindakan
operatif. Walapupun kebanyakan mioma muncul tanpa gejala, tetapi sekitar
60% ditemukan secara kebetulan pada laparatomi daearh pelvis (Setiati,
2018).
Mioma uteri berbatas tegas dan berasal dari otot polos jaringan fibrous
sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya
dominan dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan. Mioma
uteri biasanya juga disebut leiomioma uteri, fibroma uteri, fibroleimioma,
mioma fibroid atau mima simple (Setiati, 2018).
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

2. Etiologi

Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).

b. Hormon Endogen (endogenous hormonal)

Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.

c. Riwayat keluarga

Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan


penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
14

d. Makanan

Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang


(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
e. Kehamilan

Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar


estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas

Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan


dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2
(2) kali

Faktor terbentuknya tomor:

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel-
sel yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan
genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya
mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap
kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan
mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan
genetik harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah
menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah namun
faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker,
disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor
eksternal (Apiani, 2017).
15

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia
yang ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang
bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan
seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat
mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.

Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan


racun, misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat
hubungannya dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus
makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses
detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering
menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu
senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik
dapat menyebabkan kerusakan pada sel.

Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor


pada mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
1) Estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan


tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat
menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak
ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita
dengan sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah
estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estrogen (estrogen
lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous,
yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak
dari pada miometrium normal.

2) Progesteron

Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen.


16

Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua


cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3) Hormon pertumbuhan (growth hormone)

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan,


tetapi hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik
serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan
bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik
antara HPL dan estrogen.
.

3. Klasifikasi Mioma

Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma


tumbuh.
a. Lapisan Uterus

Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,


mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
1) Mioma Uteri Intramural

Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian


besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot
disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan
membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yaang terletak
pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan
dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi.
2) Mioma Uteri Subserosa

Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar
yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini
bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar
17

dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh


serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa
yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering parasitis fibroid.
3) Mioma Uteri Submukosa

Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga


menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma
geburt. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun
kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis
ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari
rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau
mioma yang dilahirkan.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Padila (2017) gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma,
besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi. Tanda dan gejala tersebut
dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Perdarahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi.
b. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang
disertai nekrosis dan peradangan.
c. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine,
hidronefrosis, hidroureter, poliuri.
d. Abortus spontan karena disoroti rongga uterus pada mioma submukosum.
e. Infertilasi bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis
tuba.
18

5. Patofisiologi

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam


miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).

Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih,


padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi
umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari
benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran
uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain
terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah
serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian
melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat
pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi
leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan
fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik,
dan setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan
mengalami kalsifikasi
19

6. Woc
Faktor predisposisi:
a. Usia penderita

b. Hormon endogen

c. Riwayat keluarga

d. Makanan, kehamilan dan paritas

Mioma Uteri

Mioma Intramural mioma submukosa Mioma Subserosa

berada dibawah
Tumbuh tumbuh keluar
endometrium &
didinding uterus dinding
Menonjol kedalam
uterus
rogga uterus

Gejala/Tanda
20

7. Penanganan
Penangana mioma uteri menurut Setiati (2018) dilakukan tergantung pada
umur, paritas, lokasi, dan ukuran tumor.Penanganan mioma uteri terbagi
atas beberapa kelompok, yaitu :
a. Penanganan koservatrif
Dilakukan jika mioma yang muncul pada pra dan postmenopause tanpa
gejala. Cara penanganan konservatif adalah sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik
setiap 3-6 bulan.
2) Jika terjadi anemia, maka Hb kurang.
3) Pemberian zat besi.
4) Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari
pertama sampai ketiga menstruasi setiap minggu, sebnyak tiga kali.
Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor
dan menghilangkan gejala. Obat inti menekan sekresi gonadotropin
dan menciptakan keadaan hipoesterrogenik yang serupanyang
ditemuka pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi
egonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedaahan karena
memberikan beberapa keuntungan, antara lain mengurangi hilangnya
darah selama pembedahan dan mengurangi kebutuhan akan transfusi
darah.
b. Penanganan operatif
Dilakukan jika terjadi hal-hal berikut:
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
2) Pertumbuhan tumor cepat.
3) Mioma subserosa bertangkai dari torsi.
4) Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
5) Hipermenorea pada mioma submukosa
6) Penekanan pada organ sekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAAN

1.KASUS
Seorang pasien perempuan datang ke rumah sakit pada tanggal 10 Desember 2022
berusia 25 tahun, pasien mengatakan badan terasa lemah, terasa sedikit ada
benjolan di bagian kuadran bawah, pasien mengatakan nafsu mkannya menurun,
pasien mengatakan terkadang merasa mual, pasien mengatakan BB nya menurun
dari 55 kg ke 52 kg. TD 114/71mmHg, N 84x/mnt, RR 20x/mnt, T 36,8oC,
Hemoglobin 4,00 g/dl Trombosit 31 ribu mm2

2.PERTANYAAN KLINIS
Apakah ada pengaruh / efektifitas pemberian penurunan intensitas nyeri pada
pasien mioma uteri menggunakan teknik relaksasi dan distraksi
ANALISIS JURNAL

A.NAMA PENULIS JURNAL


Fitriyanti, Machmudah Machmudah
B.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan proses asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosis mioma uteri.

C.TEMPAT PENELITIAN
Di Ruang Parikesit RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang
D.METODE DAN DESAIN PENELITIAN
Metode yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah metode kuantitatif, dengan desain
studi deskriptif dan pendekatan studi asuhan keperawatan. Subjek dalam penelitian
ini menggunakan 2 pasien dengan diagnosa medis mioma uteri.

E.PICO
 Problem : Nyeri
 Intervensi : Teknik relaksasi dan distraksi
 Comparing : Tidak ada perbandingan
 Outcome : Nyeri, Mioma Uteri, Teknik Relaksasi dan Distraksi

F.SEARCING LITETATURE (JUURNAL)


 Setelah di lakukan searching literature (jurnal) di google scholar,
Academia.edu, ResearchGate, di dapatkan 25 yang terkait dan di pilih jurnal
dengan judul” Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Mioma Uteri Menggunakan
Teknik Relaksasi dan DistraksiDengan alasan: jurnal tersebut sesuai dengan
kasus Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Mioma Uteri Menggunakan Teknik
Relaksasi dan Distraksi
G. Hasil Penelusuran Bukti/Telaah Jurnal
 Validity
1. Desain
studi deskriptif dan pendekatan studi asuhan keperawatan.
2. Sample:
Subjek dalam penelitian ini menggunakan 2 pasien dengan diagnosa medis mioma
uteri.
3. Kriteria inklusi:
kriteri inklusi pasien post operasi mioma uteri, pasien post operasi hari pertama,
4. Randomisasi
Tidak ada randomisasi

 Imprortance dalam hasil


1. Karakteristis subjek
Subjek dalam penelitian ini menggunakan 2 pasien dengan diagnosa medis mioma
uteri.
2. Beda proporsi
Kasus mioma uteri berdasarkan usia paling banyak menderita mioma uteri
memiliki persentase 63.33% atau sebanyak 76 responden pada usia 40-
50 tahun, sedangkan usia paling sedikit menderita mioma uteri memiliki
persentase 0.88% atau sebanyak 1 responden pada usia >60 tahun. Pada
usia 30-39tahun dan 51-60 tahun memiliki persentase 17.54% atau rata
rata sebanyak 20 responden. Pada usia 19-29 tahun memiliki persentase
2.63% atau sebanyak 2.63%.
3. Beda mean
Hasil evaluasi kedua pasien setelah dilakukan implementasi keperawatan
diperoleh hasil bahwa nyeri akut tertasi sebagian selama perawatan di
ruang parikesit. Evaluasi pasien Ny. S dilakukan pada tanggal 18 juli
2019 jam 19.00 WIB. Pasien Ny.S sudah tidak merasakan nyeri perut
bagian bawah, hasil kondisi pasien baik ,TD : 110/80,Nadi : 80x/menit,
Suhu : 36.5, RR : 20x/menit, Perencanaan selanjutnya pada pasien Ny. S
diantaranya anjurkan pasien untuk cukup istirahat dan
Lakukan pengkajian lanjutan nyeri jika nyeri muncul. Kasus kedua Pada
kasus kedua evaluasi dilakukan tanggal 19 juli 2019 jam 10.50 WIB
setelah 3 hari perawatan Kondisi umum pasien baik, TD : 90/60 mmHg,
N:88 x/m, S: 36,4o C, : 20x/m, pasien sudah tidak mengeluh nyeri,
perencanaan selanjutnya pada pasien Ny.M batasi pengunjung, anjurkan
pasien untuk berisirahat cukup dan lakukan pengkajian lanjutan nyeri bila
muncul masalah nyeri berulang.
4. Nilai p value
Evaluasi yang diperoleh pada kedua pasien selama
perawatan akhirnya masalah keperawatan
nyeri akut berhasil teratasi
 Aapplicability
1. Dalam diskusi
Mioma uteri atau yang biasa disebut juga fibrimioma uterus, leiomioma
uterus atau uterin fibroid adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot
polos dinding uterus yang ditemukan pada 20 – 25 % wanita diatas umur
35 tahun (Sjamsuhidajat, 2010). Mioma Uteri adalah neoplasma jinak
yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat (Mansjoer, 2007 ). Mioma
adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel- sel otot polos, sedangkan untuk
otot-otot rahim disebut mioma uteri (Chrisdiono, 2010). Mioma uteri
berasal dari otot polos lahir. Pertumbuhan tumor ini disebabkan
rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan mioma jumlah reseptor
estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan
(miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh
lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan
biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause (mengecil pada
pascamenopause).
2. Karakteristik klien
Karakteristik dalam penelitian ini adalah usia

3. Fasilitas biaya
Tidak di jelaskan mengenai biaya
H.DISKUSI (Membandingkan Jurnal Dan Kasus)
Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat individual yang
tidak dapat di bagi kepada orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran
seseorang, mengatur aktivitasnya dan mengubah kehidupan orang tersebut
(Berman & Kozier 2009 dalam Atutiningrum, 2019)
Intervensi keperawatan utama yang harus dilakukan oleh perawat untuk
membantu mengatasi masalah keperawatan nyeri akut adalah dengan
melakukan manajemen nyeri. Sebelum melakukan manajemen nyeri perawat
perlu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dan berkelanjutan
meliputi verbal dan nonverbal. Pengkajian nyeri menggunakan PQRST yang
ditanyakan kepada pasien secara langsung. Manajemen nyeri menjadi prioritas
intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien mioma uteri.
Penanganan rasa nyeri harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah
aktivasi saraf simpatis, karena aktivasi saraf simpatik ini dapat menyebabkan
takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan tekanan darah yang pada tahap
selanjutnya dapat memperberat beban jantung dan memperluas kerusakan
miokardium. Tujuan penatalaksanaan nyeri adalah menurunkan kebutuhan
oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen ke jantung.
Implementasi keperawatan pada diagnosa nyeri akut berfokus pada
manajemen nyeri. Penalaksanaan nyeri bisa dilakukan secara kolaboratif
farmakologi dan nonfarmakalogi yaitu teknik relaksasi dan distraksi dan Peran
perawat dalam melakukan implementasi keperawatan tidak hanya berfokus
pada implementasi fisik tapi juga dukungan psikososial kepada pasien dengan
tidak melupakan kewajiban pasien untuk tetap menjalankan ibadah meskipun
dalam keadaan sakit. Evaluasi yang diperoleh pada kedua pasien selama
perawatan akhirnya masalah keperawatan nyeri akut berhasil teratasi.
Pada Skenario kasus yang didapat di RSMH Palembang, masalah
keperawatan yang muncul salah satunya nyeri. Intervensi yang dilakukan yaitu
pemberian relaksasi nafas dalam yang dilakukan sesuai SOP di rumah sakit.
Evaluasi dari intervensi yang dilakukan yaitu intensitas nyeri ibu menurun dan
ibu merasa nyaman.
BAB III
KESIMPULAN

A.Kesimpulan

Pasien dengan diagnosa medis Mioma Uteri memiliki keluhan nyeri. Diagnosa
keperawatan utama yang diangkat pada kedua kasus ini adalah nyeri akut.
Nyeri akut pada kasus mioma uteri ini disebabkan adanya agen pencedera
fisiologis. Implementasi keperawatan pada diagnosa nyeri akut berfokus pada
manajemen nyeri. Penalaksanaan nyeri bisa dilakukan secara kolaboratif
farmakologi dan nonfarmakalogi yaitu teknik relaksasi dan distraksi dan Peran
perawat dalam melakukan implementasi keperawatan tidak hanya berfokus
pada implementasi fisik tapi juga dukungan psikososial kepada pasien dengan
tidak melupakan kewajiban pasien untuk tetap menjalankan ibadah meskipun
dalam keadaan sakit. Evaluasi yang diperoleh pada kedua pasien selama
perawatan akhirnya masalah keperawatan nyeri akut berhasil teratasi.

Anda mungkin juga menyukai