MIOMA UTERI
PENDAHULUAN
2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.
c. Riwayat keluarga
d. Makanan
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel-
sel yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan
genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya
mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap
kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan
mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan
genetik harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah
menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah namun
faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker,
disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor
eksternal (Apiani, 2017).
15
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia
yang ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang
bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan
seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat
mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
2) Progesteron
3. Klasifikasi Mioma
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar
yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini
bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar
17
5. Patofisiologi
6. Woc
Faktor predisposisi:
a. Usia penderita
b. Hormon endogen
c. Riwayat keluarga
Mioma Uteri
berada dibawah
Tumbuh tumbuh keluar
endometrium &
didinding uterus dinding
Menonjol kedalam
uterus
rogga uterus
Gejala/Tanda
20
7. Penanganan
Penangana mioma uteri menurut Setiati (2018) dilakukan tergantung pada
umur, paritas, lokasi, dan ukuran tumor.Penanganan mioma uteri terbagi
atas beberapa kelompok, yaitu :
a. Penanganan koservatrif
Dilakukan jika mioma yang muncul pada pra dan postmenopause tanpa
gejala. Cara penanganan konservatif adalah sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik
setiap 3-6 bulan.
2) Jika terjadi anemia, maka Hb kurang.
3) Pemberian zat besi.
4) Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari
pertama sampai ketiga menstruasi setiap minggu, sebnyak tiga kali.
Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor
dan menghilangkan gejala. Obat inti menekan sekresi gonadotropin
dan menciptakan keadaan hipoesterrogenik yang serupanyang
ditemuka pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi
egonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedaahan karena
memberikan beberapa keuntungan, antara lain mengurangi hilangnya
darah selama pembedahan dan mengurangi kebutuhan akan transfusi
darah.
b. Penanganan operatif
Dilakukan jika terjadi hal-hal berikut:
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
2) Pertumbuhan tumor cepat.
3) Mioma subserosa bertangkai dari torsi.
4) Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
5) Hipermenorea pada mioma submukosa
6) Penekanan pada organ sekitarnya.
BAB II
PEMBAHASAAN
1.KASUS
Seorang pasien perempuan datang ke rumah sakit pada tanggal 10 Desember 2022
berusia 25 tahun, pasien mengatakan badan terasa lemah, terasa sedikit ada
benjolan di bagian kuadran bawah, pasien mengatakan nafsu mkannya menurun,
pasien mengatakan terkadang merasa mual, pasien mengatakan BB nya menurun
dari 55 kg ke 52 kg. TD 114/71mmHg, N 84x/mnt, RR 20x/mnt, T 36,8oC,
Hemoglobin 4,00 g/dl Trombosit 31 ribu mm2
2.PERTANYAAN KLINIS
Apakah ada pengaruh / efektifitas pemberian penurunan intensitas nyeri pada
pasien mioma uteri menggunakan teknik relaksasi dan distraksi
ANALISIS JURNAL
C.TEMPAT PENELITIAN
Di Ruang Parikesit RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang
D.METODE DAN DESAIN PENELITIAN
Metode yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah metode kuantitatif, dengan desain
studi deskriptif dan pendekatan studi asuhan keperawatan. Subjek dalam penelitian
ini menggunakan 2 pasien dengan diagnosa medis mioma uteri.
E.PICO
Problem : Nyeri
Intervensi : Teknik relaksasi dan distraksi
Comparing : Tidak ada perbandingan
Outcome : Nyeri, Mioma Uteri, Teknik Relaksasi dan Distraksi
3. Fasilitas biaya
Tidak di jelaskan mengenai biaya
H.DISKUSI (Membandingkan Jurnal Dan Kasus)
Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat individual yang
tidak dapat di bagi kepada orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran
seseorang, mengatur aktivitasnya dan mengubah kehidupan orang tersebut
(Berman & Kozier 2009 dalam Atutiningrum, 2019)
Intervensi keperawatan utama yang harus dilakukan oleh perawat untuk
membantu mengatasi masalah keperawatan nyeri akut adalah dengan
melakukan manajemen nyeri. Sebelum melakukan manajemen nyeri perawat
perlu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif dan berkelanjutan
meliputi verbal dan nonverbal. Pengkajian nyeri menggunakan PQRST yang
ditanyakan kepada pasien secara langsung. Manajemen nyeri menjadi prioritas
intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien mioma uteri.
Penanganan rasa nyeri harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah
aktivasi saraf simpatis, karena aktivasi saraf simpatik ini dapat menyebabkan
takikardi, vasokontriksi, dan peningkatan tekanan darah yang pada tahap
selanjutnya dapat memperberat beban jantung dan memperluas kerusakan
miokardium. Tujuan penatalaksanaan nyeri adalah menurunkan kebutuhan
oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen ke jantung.
Implementasi keperawatan pada diagnosa nyeri akut berfokus pada
manajemen nyeri. Penalaksanaan nyeri bisa dilakukan secara kolaboratif
farmakologi dan nonfarmakalogi yaitu teknik relaksasi dan distraksi dan Peran
perawat dalam melakukan implementasi keperawatan tidak hanya berfokus
pada implementasi fisik tapi juga dukungan psikososial kepada pasien dengan
tidak melupakan kewajiban pasien untuk tetap menjalankan ibadah meskipun
dalam keadaan sakit. Evaluasi yang diperoleh pada kedua pasien selama
perawatan akhirnya masalah keperawatan nyeri akut berhasil teratasi.
Pada Skenario kasus yang didapat di RSMH Palembang, masalah
keperawatan yang muncul salah satunya nyeri. Intervensi yang dilakukan yaitu
pemberian relaksasi nafas dalam yang dilakukan sesuai SOP di rumah sakit.
Evaluasi dari intervensi yang dilakukan yaitu intensitas nyeri ibu menurun dan
ibu merasa nyaman.
BAB III
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Pasien dengan diagnosa medis Mioma Uteri memiliki keluhan nyeri. Diagnosa
keperawatan utama yang diangkat pada kedua kasus ini adalah nyeri akut.
Nyeri akut pada kasus mioma uteri ini disebabkan adanya agen pencedera
fisiologis. Implementasi keperawatan pada diagnosa nyeri akut berfokus pada
manajemen nyeri. Penalaksanaan nyeri bisa dilakukan secara kolaboratif
farmakologi dan nonfarmakalogi yaitu teknik relaksasi dan distraksi dan Peran
perawat dalam melakukan implementasi keperawatan tidak hanya berfokus
pada implementasi fisik tapi juga dukungan psikososial kepada pasien dengan
tidak melupakan kewajiban pasien untuk tetap menjalankan ibadah meskipun
dalam keadaan sakit. Evaluasi yang diperoleh pada kedua pasien selama
perawatan akhirnya masalah keperawatan nyeri akut berhasil teratasi.