KELOMPOK 5:
INDA WAHYUNI (21806043)
RISKY WULANDARI RAHMOLA (21806062)
MUHAMAD NUR HATTAN (21806051)
RESTY ENJELIA IBRAHIM (21806060)
LADY PASANEA (21806047)
BUCE YULIANUS DOKAINUBUN (21806036)
2019
LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI
B. ETIOLOGI
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri. Diantaranya:
1. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktifdan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miomatriumnormal.
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
4. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(redmeat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri,
namunsayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya
kadarestrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke
uterus.Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan
faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara
dibandingkandengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1
(satu) kali atau 2(dua) kali.
Faktor terbentuknya tomor:
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat
sel–selyang mati diganti oleh sel yang baru merupakan
kesalahan genetikayang diturunkan dari orang tua. Kesalahan
ini biasanya mengakibatkankanker pada usia dini. Jika seorang
ibu mengidap kanker payudara, tidakserta merta semua anak
gandisnya akan mengalami hal yang sama,karena sel yang
mengalami kesalahan genetik harus mengalamikerusakan
terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker.
Secarainternal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal
dapat dicegah.Menurut WHO, 10%-15% kanker, disebabkan
oleh faktor internal dan85%, disebabkan oleh faktor eksternal
(Apiani, 2017).
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi
udara,makanan, radiasi dan berasal dari bahan kimia, baik
bahan kimia yangditambahkan pada makanan, ataupun bahan
makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna
makanan cara memasak juga dapat mengubahmakanan menjadi
senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan
racun,misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat
hubungannyadengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang
virus makin besarkemungkinan sel normal menjadi sel kanker.
Proses detoksifikasi yangdilakukan oleh tubuh, dalam
prosesnya sering menghasilkan senyawayang lebih berbahaya
bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikalatau
korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan
pada sel.Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor padamioma, disamping faktor predisposisi
genetik.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali,
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan
terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma
uteri akan mengecil pada saat menopousedan oleh
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita
dengan sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase
mengubah estradiol (sebuah estrogenkuat) menjadi
estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga
mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak
dari pada miometrium normal.
b. Progesteron Progesteron merupakan antogonis natural
dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan
tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)Level hormon
pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas
biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode ini
dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat
dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan
hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
C. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometriumdan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium
mendesakmenyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi
tumordidalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma
biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus
uterimaka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak
padadinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga
menekandan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkankeluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih,
padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan
memperlihatkangambarankumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu,
tetapiumumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar
dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada
ukuranuterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang
lainterletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah
serosa(subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat
keorgan disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah
dankemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma
“parasitik”.
Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokusnekrosis
iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dansetelah
menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalamikalsifikasi
(Robbins, 2007).
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala Mioma Uteri :
Umumnya, mioma tidak menimbulkan gejala yang disadari pengidapnya.
Beberapa gejala umum yang dapat dirasakan, antara lain:
Menstruasi dalam jumlah banyak.
Perut terasa penuh dan membesar.
Gangguan berkemih akibat ukuran mioma yang menekan saluran
kemih.
Keluarnya mioma melalui leher rahim yang umumnya disertai nyeri
hebat, sehingga menyebabkan luka dan terjadinya infeksi sekunder.
Konstipasi akibat mioma menekan bagian bawah usus besar.
Nyeri panggul berkepanjangan dan tak kunjung sembuh, yang dapat
dirasakan saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau saat
terjadi penekanan pada panggul.
Penimbunan cairan di rongga perut.
E. KOMPLIKASI
1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Torsi tangkai mioma dari :
a. Mioma uteri subserosa.
b. Mioma uteri submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
5. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalanendometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
Mioma jugadapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi
kedua pemeriksaanitu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus
sebaik USG. Untungnya,leiomiosarkoma sangat jarang karena USG
tidak dapat membedakannyadengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena
polagemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi
juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan
berbentuktak teratur.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di
rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma
submukosadisertai dengan infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi
hati,ureum, kreatinin darah.
7. Tes kehamilan.
G. PENATALAKSANAAN
Beberapa hal yang mempengaruhi terapi mioma uteri adalah usia,
keinginan mempunyai anak, keluhan dan gejala serta gangguan yang
ditimbulkan. Adapun terapi pada pasien mioma uteri meliputi terapi
konservatif, pengobatan penunjang, pembedahan dan radiologi.
1. Terapi konservatif
Umumnya pasien mioma uteri tidak membutuhkan pengobatan.
Hal ini terutama untuk pasien yang tidak ada keluhan atau
mendekati menopause. Mioma uteri dengan ukuran tidak lebih
dari usia kehamilan tiga bulan akan mengecil sendii pada
menopause, namun perlu pengawasan yang ketat akan terjadinya
degenerasi benigna atau maligna. Tindakan konservatif terutama
dilakukan untuk wanita yang masih mempunyai anak dan ukuran
mioma masih kecil. Tindakan konservatif tidak dilakukan bila
terdapat gejala-gejala yang merupakan indikasi pembedahan atau
radiasi seperti nyeri abdomen atau pelvic distorsio abdomen
karena tumor-tumor besar dan pertumbuhan tumor yang cepat
2. pengobatan penunjang
Khusus sebagai penunjang pengobatan bagi pasien dengan anemi
karena hiperminore dapat diberikan ferum, tranfusi darah, diet kaya
protein, kalsium.
3. Pembedahan
Pada pasien mioma uteri dapat dilakukan tindakan pembedahan
antara lain miomektomi dan histerektomi.
a. Miomektomi
Yaitu operasi pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dilakukan pada
mioma submukosa yang bertangkai atau jka fungsi uterus
masih ingin dipertahankan karena keinginan mempunyai
anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50 %
setelah dilakukan miomektomi untuk menyelamatkan
fetus. Miomektomi bisa kambuh lagi 15-30 % untuk
dilakukan miomektomi yang kedua ( dr. Fetus, 2015 ).
b. Histerektomi.
Sekitar 25-35 % pasien mioma uteri masih memerlukan
histerektomi. Histerektomi adalah operasi pengangkatan
utyerus yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilakukan lewat abdomen maupun
vagina. Pada histerektomi lewat vagiona ini jarang dilakukan
Karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak
ada perlekatan dengan sekitar uterus. Macam-macam
histerektomi abdomen antara lain: ( Jay M Black,
2014 )Histerektomi subtotalisOperasi yang mengangkat rahim
atau uterus saja.Histerektomi totalisOperasi yang
mengangkatoHisterektomi totalis dengan salpingo oforektomi
bilateral(HTSOB). Operasi yang mengangkat rahim, leher
rahim, saluran telur, indung telur, bagian hulu vagina,
ligament, kelenjar getah bening dan jaringan lemah dari
dalam rongga pinggul. Histerektomi totalis biasanya
dilakukan dengan alas an mencegah timbulnya karsinoma
servik uteri.
c. Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi
sehingga pasien mengalami menopause. Raditerapi ini
umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi
untuk tindakan operasi. Radioterapi hendaknya hanya
dikerjakan apabila tidak ada keganasanpada uterus. Sinar yang
digunakan untuk radioterapi : sinar megavolt dan pengion.
Rasional
Penekanan syaraf
Membentuk tumor (massa
di miomerium)
Nekrosis
dr. Fetus. 2015. Persentase pertumbuhan dan proses perjlanan serta perubahan
miometrium, Jakarta. Indonesia
Jay M Black. 2014. Pemeriksaan dan beberapa jenis terapi pada miomatrium.
Semarang, Indonesia
Nanda. 2018. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi. Buku kedokteran EGC.
Jakarta
A. DATA UMUM
1. Identitas
Nama : Ny. L
Umur : 48 Thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Makassar
Pekerjaan : IRT
Status Pernikahan : Menikah
No. RM :-
Tanggal Masuk : 8 November 2019
Tanggal Pengkajian : 8 November 2019
2. Penanggung Jawab
Nama : Tn. P
Umur : 50 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Makassar
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan Klien : Suami Klien
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: Garis Keturunan
: Garis perkawinan
: Tinggal serumah
: Klien
G1 : Orang tua dari Ayah dan Ibu klien telah meninggal dunia karena
faktor usia.
G2 : Ayah klien telah meninggal dunia, Ibu klien masih hidup dan masih
bisa beraktivitas.
G3 : klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara yang menderita
penyakit mioma uteri
3. Riwayat Obstetri
1. Keadaan Haid
Klien mengatakan ia haid pertama saat umur 15 tahun
Klien mengatakan haidnya lancar dan teratur selama masih masa
produktif.
Klien mengatakan haidnya tidak teratur lagi.
Klien mengatakan haid terakhirnya sekitar 3 bulan yang lalu
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Klien mengatakan memiliki empat orang anak, pada saat hamil sering
mengalami sakit pada rahimnya. Klien beranggapan bahwa itu hanya
efek kehamilan saja. Pada saat persalinan klien melahirkan secara
normal selama empat kali, dan didampingi oleh bidan setempat.
Persalinan dalam keadaan normal dan tidak terjadi masalah apa-apa.
E. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Pola Koping
Klien sering cemas dan gelisah tentang penyakitnya, dalam mengambil
keputusan, klien dibantu oleh ibu dan suaminya.
2. Harapan klien terhadap penyakitnya
Klien ingin cepat sembuh dan kembali kerumahnya serta beraktivitas
seperti biasanya.
3. Faktor stressor
Klien mengatakan ia sedikit stres dan memikirkan penyakit serta anak-
anaknya.
4. Konsep diri
Gambaran diri : Klien adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
Ideal diri : Klien sangat berharap agar bisa cepat sembuh dari
penyakitnya
Harga diri : Klien ingin dihargai dan disayangi selayaknya
manusia dan keluarga walaupun dalam keadaan sakit.
Peran diri : Klien berperan sebagai ibu dan istri dalam keluarga.
Identitas diri : Klien adalah seorang perempuan.
5. Pengetahuan klien tentang penyakitnya
Klien mengatakan penyakitnya lumayan berat, sehingga membuat dirinya
merasa lemas dan sakit walaupun sudah minum obat.
6. Adaptasi
Klien dapat berinteraksi dengan perawat, dokter, keluarga dan orang-
orang yang ada disekitarnya
7. Hubungan dengan Keluarga
Hubungan klien dengan ibu, suami, dan aak-anaknya baik dan harmonis
8. Hubungan dengan masyarakat
Hubungan klien dengan masyarakat baik
9. Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara
Perhatian klien terhadap orang lain dan lawan bicara baik
10. Aktivitas sosial
Klien aktif mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
11. Bahasa yang sering digunakan
Dalam kehidupan sehati-kari klien sering menggunakan bahasa Indonesia
dan bahasa Daerah
12. Keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan klien aman dan terjangkau
13. Kegiatan keagamaan
Klien rajin beribadan dan selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa
14. Keyakinan tentang kesehatan
Klien yakin bahwa sakit yang dideritanya akan sembuh atas izin Tuhan-
Nya
Setelah MRS
Setelah MRS
Setelah MRS
Setelah MRS
Setelah MRS
7. Personal hygine
Sebelum MRS
- Kebiasaan mandi : mandi sendiri, 1-2 kali sehari
- Mencuci rambut : tergantung kotor
- Memotong kuku : tergantung panjang
- Kerapian : lumayan rapi
- Penampilan : baik, sesuai usia
- Hambatan dalam personal hygiene : tidak ada
Setelah MRS
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum klien
Kelemahan : klien tampak lemah
Tingkat kesadaran : composmentis, GCS 15 (E4V5H6)
Tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
N : 88 x/i
S : 36,2°C
P : 22 x/i
2. Pengkajian Head to Toe
a. Kulit / integumen
I : Warna kulit sawo matang, lembab, S : 36,2°C
P : Turgor kulit jelek, tidak edema, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
adanya massa
b. Kepala dan rambut
I : Bentuk kepala normal, rambut agak kasar, berwarna hitam
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
c. Kuku
I : Warna merah mudah, kuku kaki dan tangan bersih walaupun agak
panjang
P : Tidak ada nyeri tekan, kuku tidak mudah patah
d. Mata / penglihatan
I : Mata simetris kiri dan kanan, tidak ada edema perpebra,
konjungtiva pucat
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
e. Hidung / penghidu
I : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada secret dan tidak
ada pernapasan cuping hidung
P : Tidak ada nyeri tekan pada hidung, Tidak teraba adanya massa
f. Telinga / pendengaran
I : Daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret,
fungsi pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
g. Mulut dan gigi
I : Gigi bersih, tidak ada gangguan menelan, tidak ada peradangan
pada gusi
P : Tidak ada nyeri tekan
h. Leher
I : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada luka
sekitar leher
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
i. Dada
I : Bentuk dada normal, gerakan dada mengikuti gerak nafas
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Sonor pada semua lapang paru
A: Suara nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan
j. Abdomen
I : Perut tampak datar, gerakan mengikuti gerakan nafas
P : Nyeri pada abdomen bagian bawah
P : Bunyi tympani
A: Terdengar adanya suara bising usus
k. Genetalia dan perineum
I : Tampak keluar darah lewat vagina,
P:-
l. Ekstremitas dan fungsi motorik
Massa otot : Kenyal
Tonus otot : lemah
Kekuatan otot : 4 4
3 3
N : 88 x/i
S : 36,2°C
P :22 x/i
ANALISA DATA
Sabtu 1 13:00 1.kaji tingkat dan intensitas nyeri Sabtu , 09 November 2019
09/11/19 H/ skala nyeri 5 (1-10) S:
Nyeri hilang timbul durasi 1-5 menit klien mengatakan telah
mengetahui tentang penyebab
penyakitnya
13:10 2.gali pengetahuan dan kepercayaan klien mengatakan nyeri dapat
klien mengenai nyeri teralihkan dengan lingkungan
yang aman dan nyaman
H/ klien mengatakan telah O:
mengetahui tentang penyebab
penyakitnya
13:20 3.berikan teknik pengalihan nyeri skala nyeri 5 (1-10)
H/ klien mengatakan nyeri dapat Nyeri hilang timbul durasi 1-5
teralihkan dengan lingkungan yang menit
aman dan nyaman
13:30 4.kolaborasi pemberian obat dilakukan pemberian obat anti
nyeri
H/ dilakukan pemberian obat anti TTV : TD : 90/60 mmHg
nyeri
13:40 5.kaji tanda-tanda vital N : 88 x/i
H/ TTV : TD : 90/60 mmHg S : 36,2°C
N : 88 x/i P : 22 x/i
S : 36,2°C A:
P : 22 x/i Masalah belum teratasi
P:
Pertahankan intervensi 2,3,4
2.gali pengetahuan dan
kepercayaan klien mengenai
nyeri
3.berikan teknik pengalihan nyeri
4.kolaborasi pemberian obat
Lanjutkan intervensi 1,5
1.kaji tingkat dan intensitas nyeri
5.kaji tanda-tanda vital
2 14:00 1.monitor tanda-tanda vital S:
H/ TTV : TD : 100/60 mmHg klien mengatakan transfusi
darahnya lancar sesuai instruksi
N : 88 x/i darah yang dibutuhkan klien
cukup
S : 36,2°C O:
P : 22 x/i Terpasang IVFD RL 20 t/m pada
tangan kiri
Minggu 1 09:00 1.kaji tingkat dan intensitas nyeri Minggu, 10 November 2019
10/11/19 H/ skala nyeri 3 (1-10) S:
Nyeri hilang timbul durasi 1-7 menit klien mengatakan telah
mengetahui tentang penyebab
penyakitnya
09:10 2.gali pengetahuan dan kepercayaan klien mengatakan nyeri dapat
klien mengenai nyeri teralihkan dengan lingkungan
yang aman dan nyaman
H/ klien mengatakan telah O:
mengetahui tentang penyebab
penyakitnya
09:20 3.berikan teknik pengalihan nyeri skala nyeri 3 (1-10)
H/ klien mengatakan nyeri dapat Nyeri hilang timbul durasi 1-7
teralihkan dengan lingkungan yang menit
aman dan nyaman
09:30 4.kolaborasi pemberian obat dilakukan pemberian obat anti
nyeri
H/ dilakukan pemberian obat anti TTV : TD : 110/90 mmHg
nyeri
09:40 5.kaji tanda-tanda vital N : 88 x/i
H/ TTV : TD : 110/90 mmHg S : 36,2°C
N : 88 x/i P : 22 x/i
S : 36,2°C A:
P : 22 x/i Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi 1,2,3,4,5
1.kaji tingkat dan intensitas nyeri
2.gali pengetahuan dan
kepercayaan klien mengenai
nyeri
3.berikan teknik pengalihan nyeri
4.kolaborasi pemberian obat
5.kaji tanda-tanda vital