G8
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laparoskopi sebagai tindakan bedah invasif minimal belakangan ini
berkembang pesat dengan makin banyaknya prosedur operasi intra
abdomen dan pelvis yang dahulu hanya dilakukan melalui laparotomi
namun saat ini dapat dilakukan dengan laparoskopi. Beberapa penelitian
menyebutkan bahwa laparoskopi mempunyai banyak kelebihan
dibandingkan dengan laparotomi termasuk diantaranya mengurangi resiko
terjadinya adhesi intraperitoneal.
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan adalah dengan
memperhatikan kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi karena
hal tersebut berdampak luas, menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta
merupakan parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita
berpengaruh besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasai
penerus suatu negara (Manuaba, 2009).
Menurut WHO kejadian mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh
wanita didunia dan terus mengalami peningkatan. Mioma uteri ditemukan
30% sampai 50% pada perempuan usia subur (Robbins, 2007).
B. Rumusan Masalah
Adhesi pasca bedah merupakan komplikasi serius yang memiliki tingkat
morbiditas dan mortalitas tinggi serta memberikan dampak sosio ekonomi
yang berat.
Penelitian menunjukkan pada prosedur operasi laparoskopi, adhesi dan
respon imun terhadap stress yang terjadi lebih sedikit dibanding pada
prosedur bedah terbuka (laparotomi).
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
setelah mengikuti pelatihan laparaskopi peserta dapat memahami dan
melakukan asuhan keperawatan perioperative dengan tindakan
laparoskopi
2. Tujuan Khusus
a. peserta dapat melakukan pengkajian, merumuskan diagnose
keperawatan, menentukan rencana keperawatan, dan melaksanakan
tindakan dan melakukan tindakan evaluasi pada pasien mioma uteri
dengan laparoskopi
b. peserta dapat mengetahui langkah- langkah prosedur laparoskopi
pada pasien mioma uteri
BAB II
Laporan Pendahuluan Mioma Uteri
A. Pengertian
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri
jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi
dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi
(Aspiani, 2017).
B. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri. Umur Mioma uteri ditemukan sekitar
20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di
atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum
mendapatkan haid).
Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada
jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal.
1. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
2. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
3. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan
mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain.
Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor
pertumbuhan epidermal.
4. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau
2 kali
Faktor terbentuknya tomor:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel
- sel yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan
genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya
mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap
kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan
mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan
genetik harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum
berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah
namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15%
kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh
faktor eksternal (Apiani, 2017).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia
yang ditambahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang
bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan
seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat
mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,
misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat
hubungannya dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang
virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel kanker.
Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya
sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi
tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat
korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya
banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri
maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambarankumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya
jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil
hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya.
Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di
bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ
disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan
kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma
“parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis
iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah
menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi
(Robbins, 2007).
E. Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Torsi tangkai mioma dari :
a. Mioma uteri subserosa.
b. Mioma uteri submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
5. Pengaruh mioma terhadap kehamilan
6. Infertilitas.
7. Abortus.
8. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
9. Inersia uteri.
10. Gangguan jalan persalinan.
11. Perdarahan post partum.
12. Retensi plasenta.
13. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
14. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
15. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
F. Pemeriksaan Diagnostik
USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,
leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya
dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan
Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk
tak teratur.
Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
Tes kehamilan.
G. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesa
Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
1) Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif
lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid.
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
4) Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah Keadaan haidTanyakan tentang riwayat
menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak pernah
ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
6) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah
yang besar.
7) Faktor Psikososial
Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas
dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis
kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan
diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
8) Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang
harus dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu
makan yang terjadi.
9) Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB
terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi,
warna, dan bau.
10) Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
11) Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang
dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Cemas berhubungan dengan tindakan operai yang akan dilakukan
b. Resiko combosio berhubungan dengan pemakaian esu
c. Gangguan rasa nyaman distensi abdomen BD paparan CO2 dlm rongga abdomen
Intervensi
No tujuan Intervensi
dx
1. Setelah dilakukan 1. Observasi tanda tanda vital
Intervensi keperawatan selama 2. Ciptakan suasana terapeutik
1x24 jam, diharapkan cemas untuk menumbuhkan
berkurang dengan kriteria hasil: kepercayaan
3. Jelaskan prosedur operasi yang
Pasien tampak tenang akan di lakukan
4. Anjurkan rilek dan merasakan
TTV dalam batas normal
sensasi relaksasi
5. Anjurkan mengambil posisis
nyaman
2 Setelah dilakukan 1. Pasang patien plate sesuai
Intervensi keperawatan selama prosedur
2jam, diharapkan tidak terdapat 2. Lokasi patien plate di lokasi yg
combusio selama operasi tepat
berlangsung dengan kriteria hasil: 3. Gunakan power out put sesuai
kebutuhan
TTV dalam batas normal 4. Awasi selama penggunaan alat
Tidak tampak luka bakar pada ESU
5. Periksa kondisi kulit ps
pasien (kulit utuh tidak ada
6. Jangan
kemerahan)
menggunakandisposable yg di
re use
3. Setelah dilakukan 1. Mengukur TTV
Intervensi keperawatan selama 2. Melakukan masage abdomen
2jam, diharapkan Distensi tidak untuk mengeluarkan sisa gas
terjadi dg kriteria hasil. CO2 dengan menyisakan
trocard di bag umbilikal
1. Abdomen lemas 3. Melakukan mobilisasi dini pd
2. Kembung tidak ada area ektremitas bawah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kasus
Bagian ini berisikan tentang asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri
dengan metode operasi laparoskopi di RSIA Bunda Menteng Jakarta yang
telah dilakukan selama 2 minggu praktek lapangan dari tanggal 8 – 23
Agustus 2022.
1. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama Ny.A
Jenis Kelamin Perempuan
Usia 33 tahun
Status Menikah
Agama Kristen
Suku Bangsa Indonesia
Pendidikan S1
No. Telepon -
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Alamat Kp Selang Cironggeng RT 01/004Wanjaya Jawa
Barat
Diagnosis Medis Mioma Uteri
Identitas penanggung jawab
Nama Tn. Y
Jenis kelamin Laki-laki
No. Telepon -
Pendidikan S1
Pekerjaan Wiraswasta
Alamat Kp Selang Cironggeng RT 01/004Wanjaya Jawa
Barat
Riwayat kesehatan
Data Hasil
Riwayat kesehatan Pasien mengeluh pada saat menstruasi darah mens nya
sekarang banyak sampai 5x ganti pembalut ukuran 29cm dalam
sehari.
Pemeriksaan fisik
Data Hasil
Umum : kesadaran, Compos mentis, GCS: 15, E: 4, V: 5, M: 6
GCS, TB/BB
TTV : TD, TD: 128/80 mmHg S: 36oC
Nadi,
N: 78x/mnt R: 20x/mnt
Suhu, Respirasi
Pemerikasaan fisik : Kepala simetris, rambut hitam, kulit kepala bersih,
tidak ada benjolan,
Kepala
Mata: Sklera jernih, konjungtiva tidak anemis. OD (-3),
Mata
OS (-5)
Mulut
Mulut: mukosa bibir lembab
Hidung
Hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
Telinga secret
Analisa data
Data Etiologi Masalah
Pre operasi Tindakan operasi Cemas
yang akan dilakukan
DS:
Pasien mengeluh
pada saat menstruasi
darah keluar banyak,
sehari biasa 5x ganti
pembalut
Pasien mengatakan
sulit tidur sehari
sebelum operasi
DO:
Pasien tampak cemas
TD : 129/80
S : 36
RR : 20
N : 103
Intra operatif pemakaian esu Resiko combosio
DS: -
DO: terpasang plate
pada bagian atas paha
TD : 129/80
S : 36
RR : 20
N : 103
Perdarahan : 150cc
Urin keluar : 300cc
Rl _ : 500cc
Balance cairan :
+50cc
Post operatif paparan CO2 dlm Gangguan rasa
rongga abdomen nyaman distensi
DS : -
abdomen
DO :
Abdomen agak
kembung dan kaku
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Cemas berhubungan dengan tindakan operai yang akan dilakukan
b. Resiko combosio berhubungan dengan pemakaian esu
c. Gangguan rasa nyaman distensi abdomen BD paparan CO2 dlm rongga abdomen
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Tujuan Intervensi
dx
1. Setelah dilakukan 6. Observasi tanda tanda vital
Intervensi keperawatan selama 7. Ciptakan suasana terapeutik
1x24 jam, diharapkan cemas untuk menumbuhkan
berkurang dengan kriteria hasil: kepercayaan
8. Jelaskan prosedur operasi yang
Pasien tampak tenang akan di lakukan
9. Anjurkan rilek dan merasakan
TTV dalam batas normal
sensasi relaksasi
10. Anjurkan mengambil posisis
nyaman
2 Setelah dilakukan 1. Pasang patien plate sesuai
Intervensi keperawatan selama prosedur
2jam, diharapkan tidak terdapat 2. Lokasi patien plate di lokasi yg
combusio selama operasi tepat
berlangsung dengan kriteria hasil: 3. Gunakan power out put sesuai
kebutuhan
TTV dalam batas normal 4. Awasi selama penggunaan alat
ESU
Tidak tampak luka bakar pada 5. Periksa kondisi kulit ps
pasien (kulit utuh tidak ada 6. Jangan
kemerahan) menggunakandisposable yg di
re use
A. Masalah teratasi
P. Hentikan intervensi
BAB V
KESIMPULAN
Pemilihan prosedur Laparoskopi pada pasien mioma uteri merupakan teknik
operasi yang lebih ringan menimbulkan trauma bagi tubuh di bandingkan teknik
konvensional. Sebuah penelitian yang di terbitkan di The New England Jounal of
Medicine (2004) Teknik laparoskopi juga mengurangi resiko terjadinya infeksi
dan penyembuhan yang lebih cepat.