Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS


MIOMA UTERI

OLEH:
NAMA : RONALD ZAKARIAS JEZUA
NIM : 1490121056
RUANG : DEBORA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL


BANDUNG
2022
1. PENGERTIAN.
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma
uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita terutama wanita sesudah masa produktif
(menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan
reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

2. ANATOMI dan FISIOLOGI.


Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di dalam
pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di depan. Ototnya disebut
miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut endometrium.
Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar
ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Panjang uterus adalah 5
sampai 8 cm dan beratnya 30 sampai 60 gram.
Uterus terbagi atas 3 bagian berikut:
1. Fundus, bagian cembung di atas muara tuba uterine
2. Badan uterus, melebar dari fundus ke serviks, sedangkan antara badan dan serviks
terdapat istmus
3. Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut serviks

Dinding rahim yang terdiri dari tiga lapisan yaitu:


1. Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar
2. Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah
3. Lapisan mukosa (lapisan endometrium) di dalam.

Fungsi Uterus.
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Sebutir ovum,
sesudat keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. Endometrium
disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang tertanam
di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40
minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi lebih kuat dan membesar
sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga ebdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi
secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran
normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi.

Gambar anatomi uterus (rahim) wanita

3. ETIOLOGI
Menurut Apiani (2017) ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1. Umur.
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-
50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum
menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal).
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
3. Riwayat keluarga.
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4. Makanan.
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan.
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas.
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan satu kali atau dua kali.

a. Faktor terbentuknya tumor:


1. Faktor internal.
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel - sel yang
mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan
dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika
seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya
akan mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik
harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker.
Secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah.
Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%,
disebabkan oleh faktor eksternal (Apiani, 2017).
2. Faktor eksternal.
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan,
radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada
makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara
memasak juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.
Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi
sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya
sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa
yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan
kerusakan pada sel.
b. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping
faktor predisposisi genetik.
1. Estrogen.
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen.
Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan
ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium
dan wanita dengan sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol
(sebuah estrogen kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor
estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada
periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma
selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan
estrogen.

4. PATOFISIOLOGI.
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat
sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik.
Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat
terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan
tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik
yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang
bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau
menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus dapat
menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan
cervik yang membuat bayi lahir sulit.
Pathway Mioma Uteri

5. TANDA DAN GEJALA


Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
1. Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain :
a. Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium karena
pengaruh ovarium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada bias any
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosu
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara
serabut myometrium
e. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat
menstruasi
f. Pembesaran perut bagian bawah
g. Uterus membesar merata
h. Infertilitas
i. Perdarahan setelah bersenggama
j. Dismenore
k. Abortus berulang
l. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2015).

6. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma
(Moore, 2014).
2. Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2013). Miomektomi lebih sering di lakukan pada
penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan
kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan
(Chelmow, 2015).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2012). Histerektomi dapat dilakukan bila
pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma
yang simptomatik atau yang sudah bergejala.
Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi.
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel
atau enterokel (Callahan, 2015).
3. Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan
darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering
(Chelmow, 2015).
4. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan
observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila
janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri
menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.

7. KEMUNGKINAN DATA FOKUS


1) Wawancara.
a) Identitas.
Identitas pasien, berupa nama, tempat tanggal lahir/ umur, jeniskelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk RS,
No medrec, Diagnosa medik.
b) Keluhan utama.
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan yang paling
sering mengganggu klien pada saat itu. Untuk myoma uteri submukosum yang
paling banyak adalah nyeri perut bagian bawah dan perdarahan abnormal dan
nyeri pasca operasi.
c) Riwayat kesehatan sekarang.
Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan utama yang berisi
tentang diwayat perjalanan pasien selama mengalami keluhan secara lengkap.
d) Riwayat kesehatan masa lalu.
Untuk mengetahui pengalaman tentang perawatan kesehatan klien mencakup
riwayat penyakit yang pernah dialami klien, riwayat rawat inap atau rawat jalan,
riwayat alergi obat.
e) Riwayat kesehatan keluarga dan genogram tiga generasi.
Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri submukosum
yang perlu dikaji adalah keluarga yang pernah atau sedang menderita penyakit
yang sama (myoma), karena kasus myoma uteri submukosum dapat terjadi karena
faktor keturunan.
f) Riwayat kehamilan/persalinan/postnatal.
1) Kehamilan : Untuk mengetahui riwayat kehamilan sebelumnya.
2) Persalinan : mengetahui riwayat persalinan klien seperti spontan atau buatan,
lahir aterm atau prematur, ada perdarahan atau tidak, waktu persalinan ditolong
oleh siapa, dimana tempat melahirkan.
3) Postnatal : Untuk mengetahui riwayat postnatal yang pernah dialami klien
(abortus, lahir hidup, apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat
komplikasi atau intervensi pada masa nifas, dan apakah ibu tersebut
mengetahui penyebabnya. Pada riwayat ini perlu dikaji karena mioma uteri
submukosum lebih sering terjadi pada wanita nulipara.
g) Riwayat KB (Keluarga Berencana).
Kaji apakah klien pernah mengikuti KB sebelumnya atau tidak, jenis aseptor
KB dan lamanya menggunakan KB. Jika klien memakai KB jenis hormonal
khususnya estrogen mempengaruhi perkembangan myoma tersebut menjadi lebih
berbahaya.
h) Riwayat kesehatan reproduksi (menarche, menstruasi, penyakit kesehatan
reproduksi, dll).
Kaji kapan pertama kali menstruasi, siklus haid, lamanya, karakteristik darah
yang keluar, keluhan yang dirasakan saat menstruasi seperti apakah ada nyeri haid
atau tidak. Pada riwayat haid ini perlu dikaji karena pada kasus myoma uteri,
perdarahan yang terjadi kebanyakan perdarahan diluar siklus haid. Maka dengan
kita mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat membedakan dengan jenis
perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan myoma uteri.
i) Riwayat pernikahan.
Pada riwayat pernikahan perlu dikaji status pernikahan klien dan lamanya
perkawinan.
j) Pola Aktivitas sehari-hari (nutrisi, eliminasi, istirahat/tidur, personal hygiene,
kebiasaan).
 Nutrisi.
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,
jenis makanan, serta makanan pantangan.
 Istirahat tidur.
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam klien tidur,
kebiasaan tidur siang, serta penggunaan waktu luang klien.
 Aktivitas.
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini yang perlu
dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
 Eliminasi.
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar,
meliputi frekuensi, konsistensi, dan bau, serta kebiasaan buang air kecil
meliputi, frekuensi, warna, dan jumlah.
 Personal Hygiene.
Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang
longgar dan mudah dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak
dipakai lagi
 Seksual.
Masalah pada seksual-reproduksi, jumlah anak, pengetahuan yang
berhubungan dengan kebersihan reproduksi.
k) Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spritual.
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum,
eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, rasa aman
dannyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan,
rekreasidan ibadah.
2) Pemeriksaan fisik.
a) Keadaan umum.
Tingkat kesadaran, jumlah GCS, tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi
nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh), berat badan, tinggi badan.
b) Head to toe.
a. Kepala dan Rambut.
Bentuk kepala, warna rambut, distribusi rambut, hygiene, adanya lesi/tidak
lesi.
b. Mata.
Keadaan mata : Pupil, sklera, kongjungtiva, bentuk, sekret, fungsi
penglihatan, pergerakkan bola mata
c. Hidung
Bentuk, adanya lesi/tidak, adanya sekret/tidak, adanya pernafasan cuping
hidung/tidak
d. Telinga
Bentuk, adanya lesi/tidak, adanya serumen/tidak, fungsi pendengaran
e. Mulut
Bentuk, lihat mukosa bibir, lihat kelengkapan gigi, kebersihan gigi,
kebersihan mulut
f. Leher
Peningkatan JVP, adanya pembesaran kelenjar tiroid/tidak, ada lesi/tidak,
g. Dada
Paru-paru : Bentuk dada, lihat pergerakkan dada, adanya lesi/tidak, ada nyeri
tekan/tidak pada saat dipalpasi, Batas – Batas paru, terdengar bunyi
Resonan/hiperesonan, Suara Paru (vesikuler, bronkhial, bronkhovesikuler)
dan suara paru tambahan
Jantung : Irama jantung, Bunyi jantung S1 S2 Reguler (lupdup), teraba Iktus
kordis.
h. Abdoment
Ada bekas luka operasi/tidak, ada pembesaran/ tidak, peristaltic usus normal
atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak. Biasanya pada pasien mioma uteri akan
terasa nyeri pada bagian perut.
i. Ekstrimitas
Simetris atau tidak, ada lesi atau tidak, ada edema atau tidak, tugoor kulit,
nyeri tekan. ada carices/tidak, odema/tidak

3) Pemeriksaan diagnostic
a) USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT
scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak
memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang
karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
b) Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada
beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus;
lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
c) Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
1. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
2. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
3. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
4. Tes kehamilan.
8. ANALISA DATA.
Pre Operasi.

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Mioma uteri Nyeri akut
- Biasanya klien ↓
mengeluh Perdarahan pervaginam lama
nyeri dan banyak
DO : ↓
- Tampak Submukosa/Intramular
meringis ↓
- Bersikap Peningkatan suhu tubuh
protektif ↓
- Gelisah Proses infeksi/nekrosis
- Frekuensi nadi ↓
meningkat Proses inflamasi
- Sulit tidur ↓
Nyeri akut
2 DS : Mioma uteri Ansietas
- Biasanya ↓
pasien Operasi
mengatakan ↓
merasa Informasi tidak adekuat
khawatir ↓
dengan akibat Kurangnya support sistem
dari kondisi ↓
yang di hadapi Kurangnya pengetahuan
- Biasanya ↓
pasien Ansietas
mengatakan
merasa
bingung
DO :
- Tampak
gelisah
- Tampak
tegang
- Sulit tidur
3 DS : Mioma uteri Resiko hipovolemik
- Biasanya ↓
pasien Perdarahan pervaginam lama
mengatakan dan banyak
merasa lemas ↓
karena terjadi Resiko hipovolemia
perdarahan
DO :
- Tampak lemas
- Pucat

Post Operasi.

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Mioma uteri Nyeri akut
- Biasanya klien ↓
mengeluh Operasi
nyeri ↓
DO : Post operasi
- Tampak ↓
meringis Terputusnya jaringan
- Bersikap ↓
protektif Robekan pada jaringan saraf
- Gelisah perifer
- Frekuensi nadi ↓
meningkat Nyeri akut
- Sulit tidur
2 DS : Mioma uteri Intoleransi aktivitas
- Biasanya klien ↓
mengeluh Operasi
Lelah/lemas ↓
DO : Post Operasi
- Kelemahan ↓
Proses epitelisasi

Pembatasan aktivitas

Intoleransi aktivitas
3 DS : Mioma uteri Resiko infeksi
- Biasanya klien ↓
mengatakan Operasi
tidak tau cara ↓
perawatan luka Post Operasi
operasi ↓
DO : Terpapar agen infeksi
- Tampak luka Mioma uteri
operasi ↓
Operasi

Post Operasi

Resiko infeksi

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Pre Operasi.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis.
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
3. Resiko hipovolemik berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif
(perdarahan).

Post Operasi.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
3. Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif.
10. INTERVENSI KEPERAWATAN.
Pre operasi.

No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Nyeri akut b.d Tingkat nyeri. Manajemen nyeri I.08238
agen Setelah dilakukan Observasi Observasi.
pencidera tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk memilih intervensi
fisiologis selama ..x24 jam, di durasi, frekuensi, kualitas, yang cocok dan untuk
harapkan nyeri dapat intensitas, dan skala nyeri. mengevaluasi keefektifan dari
berkurang dengan 2. Identifikasi faktor yang terapi yang diberikandapat
kriteria hasil: memperberat dan memperingan mengurangi ansietas dan
1. Keluhan nyeri nyeri. rasatakut, sehingga
menurun. mengurangi persepsi akan
2. Meringis menurun. Terapeutik intensitas rasa sakit.
3. Sikap protektif 1. Berikan teknik non farmakologis 2. Identifikasi faktor yang
menurun. untuk mengurangi rasa nyeri (mis. memperberat dan
4. Gelisah menurun. TENS, hypnosis, akupresur, terapi meringankan nyeri membantu
music, biofeedback, terapi pijat, dalam melakukan tindakan
aromaterapi, teknik imajinasi pengontrolan nyeri.
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain). Terapeutik
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu 1. Teknik non farmakologi
ruangan, pencahayaan, membantu klien
kebisingan). mengalihkan perhatian
3. Fasilitasi istirahat dan tidur. tentang nyeri.
2. Kondisi lingkungan yang
Edukasi baik akan meningkatkan
1. Jelaskan penyebab, periode, dan relaksasi pasien dan
pemicu nyeri. membantu mengurangi skala
2. Anjurkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri. nyeri.
3. Istirahat dan tidur akan akan
Kolaborasi mengurangi aktivitas pasien
1. Kolaborasi pemberia analgetik. yang dapat meningkatkan
nyeri.

Edukasi.
1. Menambah Pengetahuan
pasien tentang nyeri yang
dirasakannya.
2. Dapat menurunkan
kebutuhan pemberian
analgesic.
Kolaborasi.
1. Memberikan penurunan
nyeri /tidak nyaman dengan
cepat.

2 Ansietas b.d Setelah dilakukannya Reduksi Ansietas (I.09314).


kurang tindakan keperawatan Observasi. Observasi.
terpapar 3x24 jam diharapkan rasa 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Melihat apakah terdapat
informasi ansietas menurun dengan berubah (Mis: kondisi, waktu, perubahan pada tingkat
Kriteria Hasil: stresor). ansietas yang dialami
1. Verbalisasi 2. Monitor tanda-tanda ansietas. pasien.
kebingungan dan 2. Untuk mengetahui tanda-
khawatir akibat Terapeutik. tanda ansietas sehingga
kondisi yang dihadapi 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk mempermudah penanganan.
menurun. menumbuhkan kepercayaan.
2. Perilaku gelisa dan 2. Pahami situasi yang membuat Terapeutik.
tegang menurun. ansietas. 1. Untuk menciptakan suasana
3. TTV dalam rentang 3. Gunakan pendekatan yang tenang trapeutik yang nyaman dan
normal. dan meyakinkan. membangun kepercayaan
pasien terhadap perawat.
2. Untuk mencegah ansietas
meningkat/menjadi lebih
Edukasi parah.
1. Informasikan secara faktual 3. Agar pasien merasa tenang
mengenai diagnosis, pengobatan dan nyaman saat dilakukan
dan prognosis. tindakan.
2. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama klien, Jika perlu. Edukasi.
3. Latih teknik relaksasi. 1. Agar pasien mengetahui
diagnosis, pengobatan dan
prognosis yang dilakukan.
2. Agar membantu klien untuk
tetap tenang dan
mengurangi ansietas pada
pasien. Dan keluarga dapat
memberikan motivasi dan
semangat pada klien.
3. Untuk memberikan rasa
nyaman/rileks pada pasien.
3 Resiko Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
hipovolemia tindakan keperawatan 3x Observasi Observasi
ditandai 24 jam, menunjukkan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengetahui derajat
dengan keseimbangan cairan dan hipovolemia hypovolemia sehingga dapat
kehilangan elektrolit dengan kriteria Terapeutik memberikan penanganan
cairan secara hasil: 1. Hitung kebutuhan cairan dengan tepat.
aktif 1. Membran mukosa 2. Berikan posisi modified Terapeutik
lembab. trendelenburg 1. Memberikan cairan sesuai
2. Turgor kulit 3. Berikan asupan cairan oral dengan kubutuhan tubuh
meningkat. Edukasi klien.
3. Intake cairan normal. 1. Anjurkan memperbanyak 2. Untuk perbaikan
4. Tekana darah dalam asupan cairan oral hemodinamik pasien dalam
batas normal (80/45 Kolaborasi pemberian resusitasi cairan.
mmHg). 1. Kolaborasi pemberian cairan 3. Membantu mengganti cairan
IV yang hilang.
Edukasi
1. Memperbanyak asupan
cairan membantu
meningkatkan cairan dalam
tubuh.
Kolaborasi.
1. Membantu menggantikan
cairan tubuh dan elektrolit
yang hilang

Post operasi.

No Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional


1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
b.d angen tindakan keperawatan Observasi Observasi.
pencidera selama 3x24 jam, di 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk memilih intervensi yang
fisik harapkan nyeri dapat durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, cocok dan untuk mengevaluasi
berkurang dengan dan skala nyeri. keefektifan dari terapi yang
kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor yang memperberat diberikandapat mengurangi
1. Keluhan nyeri dan memperingan nyeri. ansietas dan rasatakut,
menurun. sehingga mengurangi persepsi
2. Meringis menurun Terapeutik akan intensitas rasa sakit.
3. Sikap protektif 1. Berikan teknik non farmakologis 2. Identifikasi faktor yang
menurun. untuk mengurangi rasa nyeri (mis. memperberat dan meringankan
4. Gelisah menurun. TENS, hypnosis, akupresur, terapi nyeri membantu dalam
music, biofeedback, terapi pijat, melakukan tindakan
aromaterapi, teknik imajinasi pengontrolan nyeri.
terbimbing, kompres hangat/dingin, Terapeutik.
terapi bermain). 1. Teknik non farmakologi
2. Kontrol lingkungan yang membantu klien mengalihkan
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu perhatian tentang nyeri.
ruangan, pencahayaan, kebisingan). 2. Kondisi lingkungan yang baik
3. Fasilitasi istirahat dan tidur. akan meningkatkan relaksasi
pasien dan membantu
Edukasi mengurangi skala nyeri.
1. Jelaskan penyebab, periode, dan 3. Istirahat dan tidur akan akan
pemicu nyeri. mengurangi aktivitas pasien
2. Anjurkan teknik non farmakologis yang dapat meningkatkan
untuk mengurangi rasa nyeri. nyeri.
Edukasi.
Kolaborasi
1. Menambah Pengetahuan
1. Kolaborasi pemberia analgetik.
pasien tentang nyeri yang
dirasakannya.
2. Dapat menurunkan kebutuhan
pemberian analgesic.
Kolaborasi.
1. Memberikan penurunan nyeri /
tidak nyaman dengan cepat.
2 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)
aktifitas b.d tindakan keperawatan Observasi Observasi.
tirah baring. 1x24 jam, di harapkan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh 1. Mengetahui gangguan fungsi
toleransi aktivitas yang mengakibatkan kelelahan. tubuh yang mengakibatkan
meningkat dengan 2. Monitor pola dan jam tidur. kelelahan.
Kriteria Hasil: 2. Pola dan jam tidur yang tidak
1. frekuensi nadi Terapeutik teratur dapat mengakibatkan
meningkat 1. Sediakan lingkungan nyaman dan kelemahan.
2. kemudahan dalam rendah stimulus (mis. Cahaya,
melakukan aktifitas suara, kunjungan). Terapeutik.
sehari-hari 2. Berikan aktivitas distraksi yang
1. Membantu pasien untuk
meningkat menenangkan
beristirahat.
Edukasi 2. Aktivitas distraksi dapat
1. Anjurkan tirah baring. memantu pasien rileks
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Edukasi
1. Tirah baring membantu pasien
istirahat.
2. Membantu pasien dalam
melakukan aktivitas

3 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)


infeksi tindakan keperawatan … Observasi Observasi.
ditandai x24 jam diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala lokal dan 1. Mengetahui jika terdapat tanda
dengan efek tingkat infeksi menurun sistemik dan gejala infeksi.
prosedur dengan kriteria hasil :
invasif 1. Kemerahan menurun Terapeutik Terapeutik.
2. Bengkak menurun 1. Batasi jumlah pengunjung 1. Mengurangi resiko infeksi dari
3. Nyeri menurun 2. Berikan perawatan kulit pada area luar.
4. Kebersihan tangan edema. 2. Perawatan area edema untuk
meningkat 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah mencegah terjadinya infeksi.
kontak dengan pasien dan 3. Mencuci tangan akan
lingkungan pasien. membunuh kuman penyebab
4. Pertahankan teknik aspetik pada infeksi.
pasien yang beresiko tinggi. 4. Menghindari terjadinya infeksi

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
1. Pasien pengetahui tanda dan
2. Ajarkan cara mencuci tangan
gejala infeksi.
dengan benar.
2. Membantu klien mengurangi
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi
resiko infeksi.
luka atau luka operasi.
3. Pasien mengetahui cara
memeriksa kondisi luka
sehingga dapa mengetahui jika
terjadi infeksi
Daftar Pustaka

Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Callahan MD MPP, Tamara L. 2015. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing, Web :
Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Chelmow MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2015. Tumors of the Myometrium in
Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders
PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Ed.1
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Ed.1
PPNI. (2018). Standar Keluaran Keperawatan Indonesia. Ed.1
Prawirohardjo T. 2012. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia.
Vol III NO. 12. Juli 2012. Jakarta Hart MD FRCS FRCOG,
Moore JG. 2014. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates Panay BSc
MRCOG MFFP, Nick et al. 2014. Fibroids in Obstetrics and Gynaecology. London :
Mosby
Rayburn WF. 2013 Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata. Widya
Medika

Anda mungkin juga menyukai