OLEH:
NAMA : RONALD ZAKARIAS JEZUA
NIM : 1490121056
RUANG : DEBORA
Fungsi Uterus.
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan. Sebutir ovum,
sesudat keluar dari ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus. Endometrium
disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang tertanam
di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama kira-kira 40
minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi lebih kuat dan membesar
sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga ebdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi
secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran
normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi.
3. ETIOLOGI
Menurut Apiani (2017) ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1. Umur.
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-
50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum
menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal).
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
3. Riwayat keluarga.
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4. Makanan.
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat),
dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan.
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas.
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan satu kali atau dua kali.
4. PATOFISIOLOGI.
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat bervariasi. sangat
sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga terjadi pada servik.
Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan menyebabkan
perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat
terhadap uterus dan menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan
tumor subcutan berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik
yang dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang
bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau
menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus dapat
menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya pembukaan
cervik yang membuat bayi lahir sulit.
Pathway Mioma Uteri
6. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma
(Moore, 2014).
2. Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi.
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2013). Miomektomi lebih sering di lakukan pada
penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan
kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan
(Chelmow, 2015).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2012). Histerektomi dapat dilakukan bila
pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma
yang simptomatik atau yang sudah bergejala.
Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi.
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel
atau enterokel (Callahan, 2015).
3. Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan
darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering
(Chelmow, 2015).
4. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan
observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila
janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri
menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik.
3) Pemeriksaan diagnostic
a) USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometriium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT
scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak
memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang
karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
b) Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada
beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus;
lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
c) Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
1. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
2. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
3. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
4. Tes kehamilan.
8. ANALISA DATA.
Pre Operasi.
Post Operasi.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Pre Operasi.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis.
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
3. Resiko hipovolemik berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif
(perdarahan).
Post Operasi.
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
3. Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif.
10. INTERVENSI KEPERAWATAN.
Pre operasi.
Edukasi.
1. Menambah Pengetahuan
pasien tentang nyeri yang
dirasakannya.
2. Dapat menurunkan
kebutuhan pemberian
analgesic.
Kolaborasi.
1. Memberikan penurunan
nyeri /tidak nyaman dengan
cepat.
Post operasi.
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
1. Pasien pengetahui tanda dan
2. Ajarkan cara mencuci tangan
gejala infeksi.
dengan benar.
2. Membantu klien mengurangi
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi
resiko infeksi.
luka atau luka operasi.
3. Pasien mengetahui cara
memeriksa kondisi luka
sehingga dapa mengetahui jika
terjadi infeksi
Daftar Pustaka
Callahan MD MPP, Tamara L. 2015. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing, Web :
Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Chelmow MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2015. Tumors of the Myometrium in
Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier Saunders
PPNI. (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Ed.1
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Ed.1
PPNI. (2018). Standar Keluaran Keperawatan Indonesia. Ed.1
Prawirohardjo T. 2012. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia.
Vol III NO. 12. Juli 2012. Jakarta Hart MD FRCS FRCOG,
Moore JG. 2014. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates Panay BSc
MRCOG MFFP, Nick et al. 2014. Fibroids in Obstetrics and Gynaecology. London :
Mosby
Rayburn WF. 2013 Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata. Widya
Medika