Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan
1.1 Definisi kebutuhan
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia
dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Besarnya kebutuhan dasar
yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit
(Potter & Perry, 2005).
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang
sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif
(menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi
kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri dan
jaringan ikat yang menumpangnya dan sering juga disebut sebagai fibromioma,
leiomioma, fibroid. Dapat bersifat tunggal atau multipel dan mencapai ukuran besar.
Gejala-gejala mioma hanya terdapat pada 35-50% pasien dengan mioma uteri. Malah
kebanyakan mioma ini tidak memberikan gejala (kebetulan ditemukan) dan bahkan
mioma yang sangat besar dapat tidak terdeteksi terutama pada pasien yang gemuk
(Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung: Ginecologi)
Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39 – 11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Berdasarkan autopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur
25 tahun mempunyai sarang-sarang mioma. Setelah menopause hanya sekitar 10%
mioma yang masih tumbuh.Mioma uteri lebih sering didapati pada wanita nullipara atau
yang kurang subur (Hanifa, 1997).
1.2 Fisiologi system uterus
Uterus atau rahim berfungsi sebagai tempat implantasi ovum yang terfertilisasi dan
sebagai tempat perkembangan janin selama kehamilan sampai dilahirkan. Uterus
Bentuknya seperti buah advokat atau pear yang sedikit gepeng kearah muka belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot
polos. Ukuran uterus tergantung usia dan paritas. Pada anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8
cm dan multipara 8-9 cm. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm , lebar diatas 5,25 cm,
tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio (serviks kedepan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).
Uterus terdiri atas:
- Fundus uteri
Adalah bagian uterus prosimal dimana kedua tuba falopii masuk ke uterus. Tuanya
kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan fundus uteri
- Korpus Uteri
Bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut
cavum uteri (rongga rahim).
- Serviks
Terdiri atas:
 Parsvaginalis servisis uteri yang dinamakan portio
 Parssupravaginalis servisisi uteri adalah bagian serviks yang berada diatas vagina
Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis berbentuk lonjong
dengan panjang 2,5 cm, dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks. Pintu saluran serviks
sebelah dalam disebut uteri internum dan pintu vagina disebut ostium uteri eksternum.
Uterus mempunyai dinding yang terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; terdiri atas epitel
kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh-pembuluh darah
yang berkelok-kelok. Tebal dan fungsi endometrium dipengaruhi oleh hormone
ovarium secara siklis, selama menstruasi endometrium mengalami perubahan
tertentu, sedang pada kehamilan endometrium berubah menjadi desidua.
Endometrium melapisi seluruh cavum uteri dan mempunyai arti penting dalam
siklus haid. Dalam masa haid, endometrium sebagian besar dilepaskan, untuk
kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi yang selanjutnya diikuti dengan masa
sekretorik. Setelah mentruas iselesai, tebal endometrial menjadi 0,5mm. Mendekati
akhir endometrial (mendekati masa mentruasi dimulai) tebalnya kira-kira 5mm
(kurangdari¼inchi)
2. Myometrum lapisan halus berotot yang mempunyai 3 lapisan lapisan luar berbentuk
longitudinal, lapisan dalam berbentuk sirkular dan diantara kedua lapisan itu
terdapat lapisan otot oblique, berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam
persalinan karena setelah plasenta lahir, otot lapisan ini berkontraksi kuat dan
menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka ditempat itu, sehingga
perdarahan berhenti. Myometrium lebih tebal di daerah fundus, tipis saat mendekati
istimus dan paling tipis daerah serviks.
3. Lapisan serosa, yaitu perimetrium merupakan lapisan dinding uterus sebelah luar
dan mudah dilepaskan pada plika vesikouterina dan pada daerah perlekatan
ligamentum latum
Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis, tetapi terfiksasi dengan baik
oleh jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya.Ligamentum yang memfiksasi
uterus adalah sebagai berikut.
 Ligamentum cardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, mencegah supaya uterus tidak
turun. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain venna dan arteria
uterina.

 Ligamentumsakro-uterina kiri dan kanan yang menahan uterus supaya tidak banyak
bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang kiri dan kanan kearah os sacrum
kiri dan kanan.

 Ligamentumrotundum kiri dan kanan, menahan uterus dalam antefleksi dan


berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan kedaerah inguinal kiri dan kanan.

 Ligamentumlatums kiri dan kanan meliputi tuba berjalan dari uterus kearah lateral.

 Ligamentum infudibulo-pelvikum kiri dan kanan, yang menahan tubafalopi.


Berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis.

Istmus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus dari uteri. Dinding belakang
uterus seluruhnya diliputi peritoneum viserale yang membentuk didaerah suatu rongga
yang disebut cavum douglasi. Uterus diperdarahi oleh arteri uterine sinistra dan dekstra
yang terdiri dari ramus ascedens dan ramus decendens, arterio varika sinitra dektra,
kontraksi otot Rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan
parasimpatis melalui ganglion servikalis frankenhauser yang terletak pada pertemuan
ligamentum sacrouterinum. Tekanan pada ganglion ini dapat mempengaruhi his dan
terjadinya reflek mengejan.

Gambar 1. Anatomi Uterus


1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system mioma uterus
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
1. Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan
sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada jaringan
mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal.
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden menurunkan mioma uteri.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita
yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali
Faktor terbentuknya tomor:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel - sel yang mati
diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari
orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika
seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya
akan mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik
harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker.
Secara internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut
WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan
oleh faktor eksternal (Apiani, 2017).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan,
radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditambahkan pada
makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara
memasak juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.
Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi
sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering
menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang
bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan
pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping
faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor yang cepat
selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri
banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak dari
pada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada periode
ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system mioma uterus
1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Torsi tangkai mioma dari :
a. Mioma uteri subserosa.
b. Mioma uteri submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.

Pengaruh mioma terhadap kehamilan


a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan


2.1 Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul
benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai
gangguan haid
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian,
seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih
nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan
yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan,
tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat
persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi
sebelumnya.
d. Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan
riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
e. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui
adalah :
1) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
2) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada
masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
2.1.2 Pemeriksaan fisik: data focus
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan konka
nasal/tidak
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga mulut,
lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan kelenjar
getah bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi,
ketiak dan abdomen.
8) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan
bawah pasien mioma uteri
10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar siklus
menstruasi.
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin : turun, Lekosit : turun /
meningkat, Eritrosit : turun
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi
dan ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1: Nyeri Akut
2.2.1 Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2.2.2 Batasan karakteristik

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
- 1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis

2.2.3 Faktor yang berhubungan


1. Agen pencedera fisiologi (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

Diagnosa 2: Resiko Infeksi


2.2.4 Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
2.2.5 Batasan karakteristik
Faktor Risiko
1. Penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus)
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:
1) Gangguan peristaltic
2) Kerusakan integritas kulit
3) Perubahan sekresi Ph
4) Penurunan kerja siliaris
5) Kertuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Kondisi klinis terkait
1. AIDS
2. Luka bakar
3. Penyakit paru obstruktif kronis
4. Diabetes mellitus
5. Tindakan invasive
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
Diagnosa 3: Distress Spiritual
2.2.7 Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang menungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
2.2.8 Batasan karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif

1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah


2. Merasa khawatir dengan akibat
2. Tampak tegang
dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi 3. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif

1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi napas meningkat


2. Anoreksia
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya 3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu

2.2.9 Faktor yang berhubungan


1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi system kekeluargaan
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksim, polutan dan lain-lain)
12. Kurang terpapar informasi
Diganosa 4 : Distress Spiritual
2.2.10 Definisi
Gangguan pada keyakinan atau system nilai berupa kesulitan merasakan makna dan
tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, lingkungan atau tuhan.
2.2.11 Batasan Karakteristik

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif

1. Mempertanyakan makna/tujuan 1. Tidak mampu beribadah


hidupnya 2. Marah pada tuhan
2. Menyatakan hidupnya terasa
tidak/kurang bermakna
3. Merasa menderita/tidak berdaya
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif

1. Menyatakan hidupnya terasa 1. Menolak berinteraksi dengan orang


tidak/kurang tenang terdekat/pemimpin spiritual
2. Mebgeluh tidak dapat menerima 2. Tidak mampu beraktivitas
(kurang pasrah) (mis.menyanyi, mendengarkan music,
3. Merasa bersalah menulis)
4. Merasa terasing 3. Koping tidak efektif
5. Menyatakan telah diabaikan 4. Tidak berminat pada alam/literature
spiritual

2.2.12 Faktor yang berhubungan


1. Menjelang ajal
2. Kondisi penyakit kronis
3. Kematian orang terdekat
4. Perubahan pola hidup
5. Kesepian
6. Pengasingan diri
7. Pengasingan social
8. Gangguan sosio-kultural
9. Peningkatan ketergantungan pada orang lain
10. Kejadian hidup yang tidak diinginkan
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri Akut
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan : Menurun
Kriteria Hasil :

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional


Diagnosa 2: Risiko Infeksi
2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional
Diagnosa 3:
2.3.5 Tujuan dan Kriteria Hasil
2.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional

III. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai