Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. J DENGAN MIOMA UTERI DI KLINIK ASSUNNIYYAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Departemen


Keperawatan
Maternitas

Dosen Pembimbing
Ns. Awatiful Azza, M.Kep,. Sp.Kep.Mat

Oleh :
Anggit Pradana
NIM. 2001032037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
MIOMA UTERI
A. Pengertian
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga
disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak
ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma
uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan
reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani,
2017).
B. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri.
1. Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia
produktif dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun.
Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum
mendapatkan haid).
2. Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen
pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium
normal.
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
4. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah
matang (red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma
uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma
uteri.
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke
uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen
pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan
faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi
reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali
atau
2 (2) kali
Faktor terbentuknya tomor:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel
- sel yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan
genetika yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya
mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap
kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan
mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan
genetik harus mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah
menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat dicegah namun
faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15% kanker,
disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor
eksternal (Apiani, 2017).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia
yang ditambahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang
bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan
seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat
mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,
misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya
dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus makin besar
kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi
yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan
senyawa
yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal
atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan
pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor
pada mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat
menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak
ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan
wanita dengan sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase
mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estrogen
(estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan
miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang
lebih banyak dari pada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen.
Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara,
yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah
reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth
hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa,
yaitu HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan
bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan
mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan
estrogen.
C. Gejala Mioma Uteri
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari
lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai
pada 20-50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan
sisanya tidak mengeluh apapun. Hipermenore, menometroragia adalah
merupakan
gejala klasik dari mioma uteri. Dar ipenelitian multisenter yang
dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44% gejala perdarahan, yang
paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65% wanita dengan
mioma mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang.
Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung
kemih, ureter, dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan
keluhan disuri (14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai
penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas
terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba falopii. Abortus spontan dapat
terjadi bila mioma uteri menghalangi pembesaran uterus, dimana
menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas
atau tertahannya uterus di dalam panggul (Goodwin, 2009).
1. Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di
perut bagian bawah.
2. Perdarahan Abnormal
Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami
kelainan menstruasi, menoragia atau menstruasi yang lebih sering.
Tidak ditemukan bukti yang menyatakan perdarahan ini berhubungan
dengan peningkatan luas permukaan endometrium atau kerana
meningkatnya insidens disfungsi ovulasi. Teori yang menjelaskan
perdarahan yang disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi
perubahan struktur vena pada endometrium dan miometrium yang
menyebabkan terjadinya venule ectasia. Miometrium merupakan
wadah bagi faktor endokrin dan parakrin dalam mengatur fungsi
endometrium. Aposisi kedua jaringan ini dan aliran darah
langsung dari miometrium ke endometrium memfasilitasi interaksi
ini. Growth factor yang merangsang stimulasi angiogenesis atau
relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor pada mioma uteri
dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi target
terapi potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik
inhibitory factor atau
vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga
menyebabkan perdarahan uterus yang abnormal.
3. Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini
timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang
disertai dengan nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosa yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma
uteri yang bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa
nek dan muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri
dapat disebabkan karena tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus
uterovaginalis, menjalar ke pinggang dan tungkai bawah
(Pradhan,
2006).
4. Pressure Effects ( Efek Tekenan )
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada
organ-organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak
biasa dan sulit untuk dihubungkan langsung dengan mioma.
Penekanan pada kandung kencing, pollakisuria dan dysuria. Bila
uretra tertekan bisa menimbulkan retensio urinae. Bila berlarut-
larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis. Tekanan pada
rectum tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan konstipasi
atau nyeri saat defekasi.
5. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan
masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40%wanita dengan mioma
uteri mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi
apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis
tuba, sedangkan mioma submukosa dapat memudahkan terjadinya
abortus karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri
karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi.
Gangguan implasntasi embrio dapat terjadi pada keberadaan
mioma akibat
perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena
kompresi massa tumor (Stoval, 2001). Apabila penyebab lain
infertilitas sudah disingkirkan dan mioma merupakan penyebab
infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi (Strewart, 2001).
D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih,
padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambarankumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya
jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil
hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya.
Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat
di bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ
disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah
dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma
“parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis
iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah
menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami
kalsifikasi (Robbins,
2007).
E. Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia.
2. Torsi tangkai mioma dari :
a. Mioma uteri subserosa.
b. Mioma uteri submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan
letak. d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan
estrogen. b. Kemungkinan torsi mioma uteri
bertangkai.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus
sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG
tidak dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya
membutuhkan diagnosa jaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena
pola gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi
juga bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan
berbentuk tak teratur.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di
rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma
submukosa disertai dengan infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi
hati, ureum, kreatinin darah.
7. Tes kehamilan.
G. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, status pernikahan, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis
kelamin, hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang
yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas
nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
d. Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
e. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah
1) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
2) Riwayat kehamilan dan
persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri,
dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
f. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya,
faktor- faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat
pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan
mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan
oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri,
harga diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi,
perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau tetangga,
kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma
uteri, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien
mioma uteri dengan orang lain.
g. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang
harus dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu
makan yang terjadi.
h. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB
terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah
frekuensi, warna, dan bau.
i. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
j. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat
siang dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma
uteri
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu,
pernapasan. c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan
keadaan rambut.
2) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata
simetris
3) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat
adanya pembengkakan konka nasal/tidak
4) Telinga : lihat kebersihan telinga.
5) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
6) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan
adanya pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
7) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi,
jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
8) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat
menonjol, Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
9) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan
pada ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
10) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya
lesi, perdarahan diluar siklus menstruasi.
H. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan
dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor.
2. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh
sekunder akibat gangguan hematologis (perdarahan)
4. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
5. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum
(prolaps rectum)
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran,
ancaman pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber
informasi terkait penyakit)
I. Intervensi
RENCANA TINDAKAN
NO. Diagnosa Keperawatan
TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan nekrosis atau trauma keperawatan selama 1 x 24 1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensip yang meliputi
jaringan dan refleks spasme jam, pasien mioma uteri lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
otot sekunder akibat tumor mampu mengontrol nyeri kualitas,
dibuktikan dengan kriteria intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
Definisi: hasil: 2) Observasi adanya pentunjuk nonverbal mengenai ketidak
Pengalaman sensori dan nyamanan terutama pada mereka yang tidak
emosional tidak menyenangkan Mengontrol Nyeri dapat berkomunikasi secara efektif
yang muncul akibat kerusakan 1) Mengenali kapan nyeri 3) Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan
jaringan aktual atau potensial terjadi dengan pemantauan yang ketat
atau yang digambarkan sebagai 2) Menggambarkan faktor 4) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
kerusakan (International penyebab nyeri mengetahui pengalaman nyeri dan
Association for the Study 3) Menggunakan tindakan sampaikan
of pain) awitan yang tiba-tiba pencegahan nyeri penerimaan pasien terhadap nyeri
atau lambat dari intensitas 4) Menggunakan tindakan 5) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
ringan hingga berat dengan pengurangan nyeri 6) Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
akhir yang dapat diantisipasi (nyeri) tanpa analgesik 7) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas
atau diprediksi. 5) Menggunakan hidup pasien (misalnya, tidur, nafsu makan,
analgesik yang pengertian, perasaan, performa kerja dan tanggung jawab
Batasan karakteristik: direkomendasikan peran)
a) Bukti nyeri 6) Melaporkan perubahan 8) Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan
dengan terhadap gejala nyeri atau memperberat nyeri
menggunakan standar daftar pada profesional 9) Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat
periksa nyeri untuk pasien kesehatan nyeri kronik individu atau keluarga atau nyeri yang
yang tidak dapat 7) Melaporkan gejalah menyebabkan disability/ ketidak mampuan/kecatatan,
mengungkapannya yang tidak dengan tepat
b)Ekspresi wajah nyeri (misal: terkontrol 10) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
mata kurang bercahaya, pada profesional lainnya, mengenai efektifitas, pengontrolan nyeri yang pernah
tampak kacau, gerakan mata kesehatan digunakan sebelumnya
berpencar atau tetap pada 8) Menggunakan sumber 12) Gunakan metode penelitian yang sesuai dengan tahapan
satu fokus, meringis) daya yang tersedia perkembangan yang memungkinkan untuk memonitor
c) Fokus menyempit misal: untuk menangani nyeri perubahan nyeri dan akan dapat membantu mengidentifikasi
Persepsi waktu, proses 9) Mengenali apa yang faktor pencetus aktual dan potensial (misalnya, catatan
berpikir, interaksi dengan terkait dengan gejala perkembangan, catatan harian)
orang dan lingkungan) nyeri 13) Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
d)Fokus pada diri sendiri 10) Melaporkan nyeri yang melakukan pengkajian ketidak nyamanan pasien dan
e) Keluhan tentang terkontrol mengimplementasikan rencana monitor
intensitas menggunakan 14) Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab
standars kala nyeri nyeri,
f) Keluhan tentang berapa nyeri yang dirasakan, dan antisipasi dari ketidak
karakteristik nyeri dengan nyamanan akibat prosedur
menggunakan standar 15) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
instrumen nyeri mempengaruhi respon pasien dari ketidaknyamanan
g)Laporan tentang perilaku (misalnya, suhu ruangan, pencahayaan, suara bising)
nyeri/ perubahan aktivitas 16) Ajarkan prinsip manajemen nyeri
h)Perubahan posisi untuk 17) Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri ketika
menghindari nyeri memilih strategi penurunan nyeri
i) Putus asa 18) Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan
j) Sikap melindungi area nyeri tim kesehatan lainnya untuk memilih
dan
Faktor yang berhubungan: mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri
nonfarmakologi, sesuai kebutuhan
a) Agens cidera 19) Gunakan tindakan pengontrolan nyeri sebelum
biologis b) Agens cidera nyeri bertambah berat
fisik 20) Pastikan pemberian analgesik dan atau
Agens cidera kimiawi strategi nonfarmakologi sebelum prosedur yang menimbulkan
nyeri
21) Periksa tingkat ketidaknyamananbersama pasien,
catat perubahan dalam cacatan medis pasien, informasikan
petugas
kesehatan lain yang merawat
pasien
24) Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman
nyerinya, sesuai kebutuhan
25) Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau
keluhan pasien saat ini berubah signifikan
dari pengalaman nyeri sebelumnya
26) Gunakan pendekatan multi disiplin untuk
menajemen nyeri, jika sesuai

Pemberian analgesik

1) Tentukan lokasi, karakteris, kualitas dan keparahan


nyeri sebelum mengobati pasien
2) Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuesi
obat analgesik yang diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
4) Pilih analgesik atau kombinasi analgesik sesuai
lebih dari satu kali pemberian
5) Monitor tanda vital sebelum dan setelah
memberikan analgesik pada pemberian dosis pertama
kali atau jika
ditemukan tanda-tanda yang tidak biasanya
6) Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat
membantu relaksasi untuk memfasilitasi penuruna nyeri
7) Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada
nyeri yang berat
8) Dokumentasikan respon terhadap analgesik dan adanya
efek samping
9) Lakukan tindakan-tindakan yang menurunkan efek
samping analgesik (misalnya, konstipasi dan iritasi lambung)
10) Kolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute,
pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan,
buat rekomendasi khusus bedasarkan prinsip analgesik
2. Resiko syok berhubungan Setelah dilakukan Pencegahan Syok
dengan perdarahan perawatan selama 1x24 1) Monitor adanya respon konpensasi terhadap syok
Definisi: beresiko terhadap jam diharapkan tidak (misalnya, tekanan darah normal, tekanan nadi melemah,
ketidakcukupan aliran darah terjadi syok hipovolemik perlambatan
kejaringan tubuh, yang dapat dengan kriteria: pengisian kapiler, pucat/ dingin pada kulit atau kulit
mengakibatkan disfungsi seluler 1) Tanda vital dalam kemerahan, takipnea ringan, mual dan munta, peningkatan
yang mengancam jiwa. batas normal. rasa haus, dan
Faktor resiko 2) Tugor kulit kelemahan)
1) Hipotensi. baik. 2) Monitor adanya tanda-tanda respon sindroma inflamasi
2) Hipovolemi 3) Tidak ada sistemik
3) Hipoksemia sianosis. (misalnya, peningkatan suhu, takikardi, takipnea,
4) Hipoksia 4) Suhu kulit hipokarbia, leukositosis, leukopenia)
5) Infeksi hangat. 3) Monitor terhadap adanya tanda awal reaksi alergi
6) Sepsis 5) Tidak ada (misalnya, rinitis, mengi, stridor, dipnea, gatal-gatal disertai
7) Sindrom respon diaporesis. kemerahan,
inflamasi sestemik 6) Membran gangguan saluran pencernaan, nyeri abdomen, cemas dan
mukosa kemerahan. gelisa)
4) Monitor terhadap adanya tanda ketidak adekuatan
perfusi
oksigen kejaringan (misalnya, peningkatan stimulus,
peningkatan kecemasan, perubahan status mental, egitasi,
oliguria dan akral teraba dingin dan warna kulit tidak
merata)
5) Monitor suhu dan status respirasi
6) Periksa urin terhadap adanya darah dan protein sesuai kebutuhan
7) Monitor terhadap tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen
atau
punggung.
8) Lakukan skin-test untuk mengetahui agen yang
3. Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Alat terapi per vaginam
dengan penurunan imun keperawatan selama 1 x 24 1) Kaji ulang riwayat kontraindikasih pemasangan alat
tubuh sekunder akibat jam, pasien mioma uteri pervaginam pada pasien (misalnya, infeksi pelvis, laserasi,
gangguan hematologis menunjukkan pasien mampu atau adanya massa sekitar vagina)
(perdarahan) melakukan pencegahan 2) Diskusikan mengenai aktivitas- aktivitas seksual
infeksi secara mandiri, yang sesuai sebelum memilih alat yang dimasukan
Definisi: ditandai dengan kriteria 3) Lakukan pemeriksaan pelvis
Mengalami peningkatan resiko hasil: 4) Intruksikan pasien untuk melaporkan ketidaknyamanan,
terserang organisme patogenik 1) Kemerahan tidak disuria, perubahan warna, konsistensi, dan frekuensi
ditemukan pada tubuh cairan vagina
Faktor yang berhubungan: 2) Vesikel yang tidak 5) Berikan obat-obat berdasarkan resep dokter
a. Penyakit kronis mengeras permukaannya untuk mengurangi iritasi
1) Diabetes melitus b. 3) Cairan tidak berbauk 6) Kaji kemampuan pasien untuk melakukan
Obesitas busuk perawatan secara mandiri
b. Pengetahuan yang 4) Piuria/nanah tidak ada 7) Observasi ada tidaknya cairan vagina yang tidak normal
tidak cukup untuk dalam urin dan berbau
menghindari pemanjanan 5) Demam berkurang 8) Infeksi adanya lubang, laserasi, ulserasi pada vagina
patogen 6) Nyeri berkurang Kontrol Infeksi
c. Pertahanan tubuh primer 1) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
7) Nafsu makan meningkat
yang tidak adekuat digunakan untuk setiap pasien
1) Gangguan peritalsis 2) Isolasi orang yang terkena penyakit menular
2) Kerusakan 3) Batasi jumlah pengunjung
integritas kulit 4) Anjurkan pasien untuk mencuci tangan yang benar
(pemasangankateter 5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat
intravena, prosedur memasuki dan meninggalkan ruangan pasien
invasif) 6) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai
3) Perubahan sekresi PH 7) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
4) Penurunan kerja siliaris 8) Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan
5) Pecah ketuban dini pencegahan universal
6) Pecah ketuban lama 9) Pakai sarung tangan steril dengan tepat
7) Merokok 10) Cukur dan siapkan untuk daerah persiapan
8) Stasis cairan tubuh prosedur invasif atau opersai sesuai indikasi
9) Trauma 11) Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
jaringan (misalnya, 12) Tingkatkan inteke nutrisi yang tepat
trauma destruksi 13) Dorong intake cairan yang sesuai
jaringan)
d. Ketidak adekuatan 14) Dorong untuk beristirahat
jaringan sekunder 15) Berikan terapi anti biotik yang sesuai
1) Penurunan hemoglobin 16) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejalah
2) Supresi respon inflamasi infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada
e. Vaksinasi tidak adekuat penyedia perawatan kesehatan
f. pemajanan terhadap 17) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
patogen lingkungan bagaimana menghindari infeksi
meningkat
g. prosedur invasif
h. malnutrisi
4. Retensi urine berhubungan setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urin:
dengan penekanan oleh massa keperawatan 1x 24 jam 1) Monitor eliminasi urin termasuk frekuensi, konsistensi,
jaringan neoplasma pada diharapkan eliminasi urin bau, volume dan warna urin sesuai kebutuhan.
organ sekitarnya, gangguan kembali normal dengan 2) Monitor tanda dan gejala retensio urin.
sensorik motorik. kriteria hasil: 3) Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
1) Pola eliminasi 4) Anjurkan pasien atau keluarga untuk melaporkan urin
Definisi: pengosongan kantung kembali normal uotput sesuai kebutuhan.
kemih tidak komplit 2) Bau urin tidak 5) Anjurkan pasien untuk banyak minum saat makan dan
Batasan karakteristik: ada waktu pagi hari.
1) Tidak ada keluaran 3) Jumlah urin dalam 6) Bantu pasien dalam mengembangkan rutinitas toileting
urin batas sesuai kebutuhan.
2) Distensi kandung normal 7) Anjurkan pasien untuk memonitor tanda dan
kemih 4) Warna urin gejalah infeksi saluran kemih.
3) normal
Menetes 5) Intake cairan dalam Kateterisasi Urin
4) batas normal 1) Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan kateterisasi urin.
Disuria 6) Nyeri saat kencing 2) Pasang kateter sesuai kebutuhan.
5) Sering tidak ditemukan 3) Pertahankan teknik aseptik yang ketat.
berkemih 4) Posisikan pasien dengan tepat (misalnya,
6) Inkontinensia aliran perempuan terlentang dengan kedua kaki diregangkan atau
berlebih fleksi pada bagian panggul dan lutut).
7) Residu 5) Pastikan bahwa kateter yang dimasukan cukup
urin jauh
2) Tekanan ureter tinggi kedalam
3) Inhibishi arkus reflex 6) Anjurkan pasien untuk banyak minum saat makan dan
waktu pagi hari.
7) Bantu pasien dalam mengembangkan rutinitas toileting
sesuai kebutuhan.
8) Anjurkan pasien untuk memonitor tanda dan
gejalah infeksi saluran kemih.
Kateterisasi Urin
1) Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan kateterisasi urin.
2) Pasang kateter sesuai kebutuhan.
3) Pertahankan teknik aseptik yang ketat.
4) Posisikan pasien dengan tepat (misalnya,
perempuan terlentang dengan kedua kaki diregangkan atau
fleksi pada bagian panggul dan lutut).
5) Pastikan bahwa kateter yang dimasukan cukup
jauh
kedalam kandung kemih untuk mencegah trauma
pada jaringan uretra dengan inflasi balon
6) Isi balon kateter untuk menetapkan kateter, berdasarkan usia
dan ukuran tubuh sesuai rekomendasi pabrik
(misalnya,
dewasa 10 cc, anak 5 cc)
7) Amankan kateter pada kulit dengan plester yang sesuai.
8) Monitor intake dan output.
5. Konstipasi berhubungan setelah dilakukan perawatan 9) Dokumentasikan
Manajemen perawatan
saluran cerna termasuk ukuran kateter, jenis,
dengan penekanan pada selama 1 x 24 1) Monitor bising usus
rectum (prolaps rectum) 2) Lapor peningkatan frekuensi dan bising usus bernada tinggi
jam pasien diharapkan
Definisi: penurunan pada 3) Lapor berkurangnya bising usus
konstipasi tidak ada
frekuensi normal defekasi 4) Monitor adanya tanda dan gejalah diare, konstipasi dan
dengan kriteria hasil:
yang disertai oleh kesulitan impaksi
1) Tidak ada irita
atau pengeluaran tidak lengkap 5) Catat masalah BAB yang sudah ada sebelumnya, BAB rutin,
feses atau pengeluaran feses bilitas
dan penggunaan laksatif
2) Mual tidak ada
yang kering, keras, dan banyak. 3) Tekanan darah dalam 6) Masukan supositorial rektal, sesuai dengan kebutuhan
Batasan karakteristik batas normal 4) Berkeringat 7) Intruksikan pasien mengenai makanan tinggi serat,
1) Nyeri abdomen dengan cara yang tepat
2) Nyeri tekan abdomen Keparahan Gejala 8) Evaluasi profil medikasi terkait dengan efek
dengan teraba resistensi otot 1) Intensitas gejalah samping gastrointestinal
3) Nyeri tekan abdomen
tanpa teraba resistensi otot 2) Frekuensi gejalah Manajemen konstipasi/inpaksi
4) Anoraksia
3) Terkait ketidak 1) Monitor tanda dan gejala konstipasi
5) Penampilan tidak khas pada
nyamanan 2) Monitor tanda dan gejala impaksi
lansia
3) Monitor bising usus
6) Darah merah pada feses 4) Gangguan mobilitas fisik
4) Jelaskan penyebab dari masalah dan rasionalisasi tindakan
7) Perubahan pola defekasi
5) Tidur yang kurang cukup pada pasien
8) Penurunan frekuensi
5) Dukung peningkatan asupan cairan, jika tidak ada
9) Penurunan volume feses 6) Kehilangan nafsu makan
kontraindikasi
10) Distensia abdomen
6) Evaluasi pengobatan yang memiliki efek samping pada
11) Rasa rektal penuh
gastrointestinal
12) Rasa tekanan rektal
7) Intruksikan pada pasien dan atau keluarga untuk mencatat
13) Keletihan umum
warna, volume, frekuensi dan konsistensi dari feses
14) Feses keras dan
8) Intruksikan pasien atau keluarga mengenai hubungan
berbentuk
antara diet latihan dan asupan cairan terhadap
15) Sakit kepala
kejadian konstipasi atau impaksi
16) Bising usus hiperaktif
9) Evaluasi catatan asupan untuk apa saja nutrisi yang
17) Bising usus hipoaktif
telah dikonsumsi
18) Peningkatan
10) Berikan petunjuk kepada pasien untuk dapat
tekanan abdomen
berkonsultasi dengan dokter jika konstipasi atau impaksi
19) Tidak dapat makan,
masih tetap terjadi
mual
11) Informasukan kepada pasien mengenai prosedur
20) Rembesan feses cair
untuk mengeluarkan feses secara manual jika di perlukan
21) Nyeri pada saat defekasi
12) ajarkan pasien atau keluarga mengenai proses
22) Massa abdomen yang
pencernaan normal
dapat diraba
Faktor yang berhubungan
1) Funfsional
a) Kelemahan otot
abdomen
b) Ketidak
adekuatan toileting
c) Kurang aktifitas fisik
d) Kebiasaan defekasi
tidak teratur
2) Psikologis
a) Defresi, stres, emosi
b) Konfusi mental
3) Farmakologi
4) Mekanis
5) fiologis
Faktor predisposisi
- Usia penderita
Pathway (Web Of Caution) - Hormon endogen
- Riwayat keluarga
- Makanan, kehamilan dan paritas

Mioma Uteri

Mioma intramural Mioma submukosa Mioma subserosa

Tumbuh didinding uterus Tumbuh keluar dinding uterus


Berada dibawah endometrium & menonjol kedalam ringga
uterus

Gejala / tanda

Risiko
Syok Anemia Perdarahan Pembesaran uterus

Suplai darah Gangguan hematologi Gelisah, cemas Gangguan Penekanan saraf Penekanan
menurun dengan kondisi yang sirkulasi
dialami
Penurunan respon imun Nyeri Kandung Rektum
Perfusi Perifer Nekrosis
kemih
Tidak Efektif Kurang terpapar
Risiko Infeksi informasi Peradangan Obstipasi
Nyeri Akut
Poliuria

Defisit Nutrisi Ansietas Konstipasi


Gangguan Eliminasi Urine
Kolon
Fungsi pencernaan Terjadi perdarahan Kolon desenden, kolon
sigmoid
menurun pada usus asenden, kolon transversum,
ileum dan duodenum
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Yosi. 2003. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2
No. 5
Aspiani, Y, R. (2007). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM
Aimee, et al. (2007). Association of Intrauterine and Early-Life Exposures
with
Diagnosis of Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister
Study. Environmental Health Perpectives. Volume 118. No 3 pages 375-
Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan
Lengkap menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Copaescu, C. (2007). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume
102. No. 2. Romanian
Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2.
Jakarta: EGC
NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi
(Budi Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika
Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC
RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri
Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita.
Yokyakarta: Andi
Prawirohardjo, Sarwono. (2010).Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Wise, L, et al. (2009). A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine
Leimoyomata. American Journal of Epidemiologi. Vol.171. No. 2. Page 221
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121
Website : http://www.unmuhjember.ac.id, E-mail : Kantorpusat@unmuhjember.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN GANGGUAN REPRODUKSI

Rumah Sakit : Klinik Assunniyyah


Ruangan : Kamar firdaus 1
Tgl/Jam MRS : 10 agustus 2021
Dx. Medis : Myoma Uteri
No. Register : xxxxxx
Yang Merujuk : berangkat sendiri

Pengkajian oleh : Anggit Pradana


Tgl/Jam Pengkajian : 10 agustus 2021

I. BIODATA

Nama Klien : Ny. J Nama Keluarga: Ny. I


Umur : 54 th Umur : 38 th
Suku / Bangsa : Madura / WNI Suku / Bangsa : Madura /
Pendidikan : SD Pendidikan WNI
Pekerjaan : IRT Pekerjaan SMA
: IRT
Agama : Islam Agama : Islam
Penghasilan :- Penghasilan : -
Gol. Darah :O Gol. Darah :-
Alamat : gumuk banji Alamat : gumuk banji

II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan lemas dan sakit pada daerah perut serta keluar
darah segar dari vagina

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Keluarga mengatakan pada tanggal 10-8-2021 pasien
mengalami perdarahan dari kemaluan disertai nyeri perut dan ada
yang keluar dari kemaluan. Darah yang keluar dari vagina banyak
seperti darah segar, oleh keluarga pasien di pakaikan pempers orang
dewasa. Kemudian keluarga membawa pasien ke klinik untuk
mendapatkan penanganan segera

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Keluarga Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
dahulu yang pernah dialami seperti hipertensi, TBC, dan DM
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menderita
penyakit yang sama dengan pasien, penyakit menular dan
menurun.

5. Riwayat Psikososial
Pasien mengatakan perasaannya saat ini sangat menerima dengan
ikhlas
atas penyakit yang
dideritanya

6. Pola-pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi & tata laksana hidup
sehat
Keluarga pasien mengatakan pasien jarang melakukan
pemeriksaan kesehatan dan memilih istirahat apabila sakit

b. Pola nutrisi &


metabolisme
Pasien mengatakan tidak ada perubahan pola makan, pasien masih
makan dengan lahap, namun saat di rumah sakit nafsu makan pasien
menurun dan hanya makan ½ porsi.

c. Pola aktivitas
Aktivitas pasien selama di rumah sakit dibantu total

d. Pola eliminasi
BAK pasien saat MRS menggunakan Cateter, BAB pasien selama MRS
belum BAB sama sekali

e. Pola persepsi sensoris


Pasien mengatakan tahu dengan penyakit yang dideritanya saat ini
dan pasien mengikuti tindakan medis yang akan dilakukan.

f. Pola konsep diri


Pasien mengatakan terima dengan ikhlas atas penyakit yang
dideritanya saat ini dan pasien yakin ini semua cobaan yang diberikan
oleh Allah SWT.

g. Pola hubungan & peran


Hubungan pasien dan keluarga harmonis, saat dirumah sakit pasien
ditemani oleh anak dan saudara-sauaranya.

h. Pola reproduksi & seksual


Pasien mengatakan memiliki 1 anak
i. Pola penanggulangan stres / Koping – Toleransi stres
Ketika pasien sedang ada masalah, pasien selalu
bermusyawarah dengan anaknya, terutama anak sebagai
penyemangatnya saat ini.
7. Riwayat obstetric
a. Riwayat mentruasi
Menarche : Menstruasi pertama kali kelas 6 SD usia 12 tahun
Lamanya : 7-8 hari
Siklus : Normal (28hari)
Hari pertama haid terakhir : -
Dismenorhoe : Pasien mengatakan nyeri saat menstruasi
pada perut bagian bawah
Fluor albus : Sedikit
Menopause : Usia 50 th

b. Riwayat perkawinan : Pasien sudah menikah namun statusnya saat


ini janda karena suaminya sudah meninggal

c. Riwayat kehamilan dan persalinan : Pasien mengatakan memiliki


1 anak

d. Riwayat kelainan obstetrik : -

e. Riwayat penggunaan kontrasepsi : Pasien mengatakan tidak


pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

8. Riwayat ginekologi
Pasien mengatakan belum pernah mengalami penyakit reproduksi
sebelum ini.

9. Pemeriksaan fisik ( Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi )


a. Keadaan Umum
Baik, akral hangat
b. Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh : 37.60C Respirasi : 22x/menit
Denyut Nadi : 99 x/menit
TB / BB :-
Tensi / Nadi : 110/70 mmHg

c. Kepala & leher


- Kepala : bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
- Telinga : bersih, tidak ada gangguan pendengaran
- Mata : konjungtiva pucat
- Hidung : bersih, tidak ada gangguan penciuman
- Mulut, gigi dan tenggorokan : mukosa pucat, bibir tidak pecah-
pecah, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan gusi, tidak
ada kesulitan menelan
- Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
d. Thorax / Dada
- Inspeksi : dada tampak simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi : bunyi nafas vesikuler

e. Pemeriksaan payudara
- Inspeksi : payudara tampak simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan

f. Abdomen
- Inspeksi : perut datar, tidak ada lesi
- Palpasi : nyeri tekan diatas sympisis
- Kontraksi : tidak ada

g. Genetalia dan anus


- Inspeksi : ada perdarahan levat vagina, terpasang pempers
- Lochea: tidak ada

h. Punggung
Tidak ada kelainan pada punggung (lordosis, skoliosis, kifosis)

i. Integumen
Kulit lembab, berwarna cokelat gelap, tidak ada lesi, akral hangat,
turgor <2 detik

a. Pemeriksaan laboratorium
- Darah
- Rapit Antigen Negatif
- Spo2 94%
- USG
Hasil Pemeriksaan USG DX myoma uteri
Tanggal pemeriksaan: 10 agustus 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Normal Satuan Metode
HEMATOLOGI
HEMATOLOGI
LENGKAP (DL)
Hemoglobin 9,4 12.0 – 16.0 gr/dL Oto/man*drabkins
Lekosit 14,6 4.5 – 11.0 109/L OtoOto/man*
Turk
Hematokrit 34,8 36-46 % Oto/mikro
Trombosit 208 150-450 109/L Oto/man*indirect
FAAL HATI
SGOT 25 10 – 31 U/L(37o IFCC Oto
C)
SGPT 23 9 – 36 U/L(37o IFCC Oto
C)
GULA DARAH
Glukosa Sewaktu 186 < 200 Mg/dL GOD_PAP
Oto/man*st ic
FAAL GINJAL
Kreatinin Serum 1,0 0.5 – 1.1 mg/dL Jaffe Oto
BUN 21 6 – 20 mg/dL GLDH Oto
Golongan Darah O

Jember, 10 agustus 2021


Mahasiswa

(Anggit pradana)
NIM. 2001032037
ANALISA DATA

TANGGAL/
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
JAM
1 10-08-2021 DS: Mioma Risiko syok
Pasien mengatakan mengalami
perdarahan banyak dari
kemaluan dan keluar gumpalan Perdarahan
gumpalan
DO:
1. Pasien tampak lemah Kehilangan banyak
2. Mukosa pucat darah
3. Konjungtiva anemis
4. HB: 9,4 gr/dl
5. Hematokrit: 34,8 %
6. TD: 110/70 mmHg
7. Terpasng inf NaCl

2 DS: Perdarahan
10-08-2021 Risiko infeksi
Pasien mengatakan
mengeluarkan darah banyak dari
vagina Gangguan
DO: hematologi
1. Lekosit: 14,600
2. Pasien tampak lemah
3. S:37.6 Penurunan respon
4. akral hangat imun
5. adanya perdarahan vagina
6. terpasang inf NaCl
7. terpasang pempers
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS

NO TANGGAL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN


1 10-08-2021 Risiko syok b.d kehilangan banyak darah d.d perdarahan banyak
dari kemaluan dan keluar gumpalan disertai konjungtiva
anemis

2 10-08-2021 Risiko infeksi b.d penurunan respon imun d.d kelemahan


pasien akibat perdarahan disertai kadar leukosit 14.600
RENCANA KEPERAWATAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN


TGL/JAM RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
10-08-2021 Risiko syok b.d Syok pada pasien tidak Observasi Observasi
kehilangan banyak terjadi setelah dilakukan 1. Monitor status kardiopulmonal 1. Memonitoring tanda-tanda
darah d.d perdarahan tindakan keperawatan (Frekuensi dan kekuatan nadi, vital pasien
selama 2x24 jam dengan frekuensi napas, TD, MAP) 2. Memonitor tanda-tanda syok
banyak dari kemaluan
Kriteria hasil: 2. Monitor status oksigenasi 3. Memonitor kesadaran pasien
dan keluar gumpalan (oksimetri nadi, AGD), status Terapeutik
1. konjungtiva tidak
disertai konjungtiva anemis cairan (intake dan output, turgor 1. Oksigen untuk mendukung
anemis 2. HB dalam batas kulit, CRT) pasien syok
normal: 12.0 – 16.0 3. Monitor kesadaran 2. Mencegah alergi obat
gr/dl Terapeutik Edukasi
3. Hematokrit dalam 1. Berikan oksigenasi 1. Meningkatkan pengetahuan
batas normal: 36 – 46 2. Lakukan skin tes untuk mencegah pasien dan keluarga tentang
% reaksi alergi syok
4. TD dalam batas Edukasi 2. Mempercepat penanganan
normal: 120/80 1. Jelaskan penyebab/faktor resiko, pasien syok
mmHg tanda dan gejala syok 3. Mencegah adanya syok
2. Anjurkan melapor jika ada temuan hipovolemik pada pasien
tanda dan gejala syok Kolaborasi
3. Anjurkan memperbanyak asupan 1. Meningkatkan kebutuhan
cairan oral dan menghindari cairan pasien
alergen 2. Meningkatkan nilai Hb
Kolaborasi 3. Mencegah adanya infeksi
1. Pemberian injeksi IV
2. Pemberian tranfusi
3. Pemberian antiinflamasi
DIAGNOSA TUJUAN DAN
TGL/JAM RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
10-08-2021 Risiko infeksi b.d Infeksi tidak terjadi pada Observasi: Observasi:
penurunan respon pasien setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Mengetahui tanda infeksi
imun d.d kelemahan tindakan keperawatan Terapeutik: Terapeutik:
selama 2x24 jam dengan 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah 1. Mencegah perpindahan
pasien akibat
Kriteria Hasil: tindakan keperawatan bakteri dari tangan
perdarahan disertai 1. Hb dalam batas 2. Pertahankan teknik aseptik 2. Menjaga kesterilan tindakan
kadar leukosit 14,6 normal: 12,0 – 16,0 selama pemasangan alat 3. Nutrisi dapat membantu
gr/dl 3. Tingkatkan intake nutrisi menurunkan risiko infeksi
2. Lekosit dalam batas tinggi protein 4. Antibiotic sebagai
normal: 4,5 – 11,0 4. Berikan terapi antibiotic pengobatan infeksi
3. Laju endap darah 5. Lakukan tranfusi darah, jika perlu 5. Meningkatkan Hb
dalam batas normal: Edukasi: Edukasi:
0 – 25 1. Jelaskan pada pasien dan keluarga 1. Meningkatkan pengetahuan
tentang tanda dan gejala infeksi pasien dan keluarga tentang
2. Jelaskan cara mencegah infeksi tanda gejala infeksi
2. Mencegah infeksi secara
mandiri oleh keluarga dan
pasien
IMPLEMENTASI

TGL/JAM Dx. NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF

10-08-2021 1 1 Observasi
1. memonitor t t v
TD: 110/70 mmHg RR : 22x/mnt
N: 99x/mnt S : 37.6
2. memonitor status oksigenasi
Spo2 95%
Crt <2dtk
3. memonitor kesadaran GCS 456
2 Terapeutik
1. memberikan oksigenasi
2. melakukan skin tes untuk mencegah
reaksi alergi
3 Edukasi
1. menjelaskan penyebab/faktor resiko, tanda
dan gejala syok
2. menganjurkan melapor jika ada temuan tanda
dan gejala syok
3. menganjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
1.2 4
1. melakukan pemasangan infus NaCl
2. memberikan injeksi IV
- Injeksi analgesik santagesic 1 ampl
- Injeksi antiboitik cefotaxim 1g
- Injeksi antipiretik ( infus farmadol 500mg)
- Injeksi Transamin 500mg
3. memberikan tranfusi
Pemberian tranfusi 1 kolf
2 Observasi:
1. memonitor tanda dan gejala infeksi
S : 37.6
Terapeutik:
1. mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
2. mempertahankan teknik aseptik selama
pemasangan alat
3. menjelaskan kepada keluarga tentang
pentingnya meningkatkan intake nutrisi
tinggi protein
4. Berikan terapi antibiotic
Edukasi:
1. menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
tanda dan gejala infeksi
2. menjelaskan cara mencegah infeksi
EVALUASI

DIAGNOSA
TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
Risiko syok b.d S:
10-08-2021
kehilangan banyak darah Pasien mengatakan masih merasa lemas
d.d perdarahan banyak O:
dari kemaluan dan keluar - Pasien tampak lemah
gumpalan seperti daging - Mukosa pucat
disertai konjungtiva - Konjungtiva anemis
anemis - HB: 9,4 gr/dl
- Hematokrit: 34,8 %
- TD: 110/70 mmHg
- Terpasang inf NaCl

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan

Risiko infeksi b.d S: -


10-08-2021
penurunan respon imun O
d.d kelemahan pasien - Lekosit: 14,600
akibat perdarahan - Pasien tampak lemah
disertai kadar leukosit - S:37.6
14,6 - akral hangat
- adanya perdarahan vagina
- Terpasang inf NaCl
- Pasien memakai pempers

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan
IMPLEMENTASI

TGL/JAM Dx. NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


11-08-2021
1 1 Observasi
1. memonitor t t v
TD: 120/80 mmHg RR : 20x/mnt
N: 85x/mnt S : 36.6
2. memonitor status oksigenasi
Spo2 97%
Crt <2dtk
3. memonitor kesadaran GCS 456
2 Edukasi
1. menjelaskan penyebab/faktor resiko, tanda
dan gejala syok
2. menganjurkan melapor jika ada temuan tanda
dan gejala syok
3. menganjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
3 1. memberikan injeksi IV
1,2 - Injeksi analgesik santagesic 1 ampl
- Injeksi antiboitik cefotaxim 1g
- Injeksi Transamin 500mg
2. memberikan tranfusi
Pemberian tranfusi 1 kolf
2 1 Observasi:
2. memonitor tanda dan gejala infeksi
S : 36.6
2 Terapeutik:
1. mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
2. mempertahankan teknik aseptik selama
pemasangan alat
3. menjelaskan kepada keluarga tentang
pentingnya meningkatkan intake nutrisi
tinggi protein
Edukasi:
3 1. menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
tanda dan gejala infeksi
2. menjelaskan cara mencegah infeksi
EVALUASI

DIAGNOSA
TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
11-08-2021 Risiko syok b.d S:
kehilangan banyak darah Pasien mengatakan masih merasa lemas
d.d perdarahan banyak O:
dari kemaluan dan keluar - Pasien tampak lemah
gumpalan seperti daging - Mukosa pucat
disertai konjungtiva - Hematokrit: 34,8 %
anemis - TD: 120/80 mmHg
- Perdarahan vagina
sudah berkurang
- Terpasang tranfusi
ke 2

A: Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan

11-08-2021 Risiko infeksi b.d S: -


penurunan respon imun O:
d.d kelemahan pasien 1. KU lemah
akibat perdarahan 2. S 36.6 c
3. Kebersihan diri pasien baik
4. Pasien tampak lebih bersih dari
sebelumnya

A: Masalah teratasi sebagian


P: Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai