Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wanita normal akan mengalami siklus Menstruasi normal secara periodik
sehingga perubahan siklus mentsruasi yang tidak normal akan menggangu
seorang wanita terutama pada kondisi dimana haid atau dating bulang dating lebih
sering, tidak teratur, terjadi dalam siklus yang lebih lama, lebih pendek dan pada
kondisi tertentu wanita bahkan tidak haid sama sekali. Pada beberapa kondisi,
gangguan haid bahkan dapat mengakibatkan nyeri pada bagian perut dengan
durasi panjang dan juga pendek. Gangguan ini akan dialami alami seluruh wanita
selam ahidup terutama pada masa Reproduksi, Remaja, Sisi Peralihan
dan Klimakterium.
Menurut Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa
penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa
yang di tandai dengan perkembangan dan perubahan fisik, mental, emosional,
termasuk perubahan hormonal yang berpengaruh pada proses terjadinya menarche
(pertama kali mendapat Menstruasi). Usia gadis remaja pada saat menarche
bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik
menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan
gizi, dan kesehatan umum. Dikatakan menacrhe dini (menarche prekoks) apabila
menarche terjadi sebelum usia 10 tahun disertai dengan munculnya tanda-tanda
seks sekunder sebelum usia 8 tahun. Dalam hal ini hipofisis oleh sebab yang
belum diketahui memproduksi hormon gonadotropin sebelum waktunya
(Wiknjosastro, 2012).
Saat umur wanita di atas umur 16 tahun belum mengalami menstruasi
ataupun pada wanita yang sudah mengalami menstruasi tetapi setelah itu tidak
mengalami menstruasi kembali, maka kemungkinan wanita tersebut mengalami
Amenorrhea.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai apa yang
dimaksud Amenorrhea, yang merupakan salah satu gangguan siklus menstruasi,
klasifikasinya, bagaimana gejala klinisnya, apa penyebabnya, sampai kepada
pengobatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang ditunjukkan pada latar belakang maka makalah ini
disusun dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep dasar Amenorrhea?
2. Apa saja klasifikasi amenorrhea?
3. Apa penyebab terjadinya amenorrhea pada wanita usia reproduksi?
4. Apakah amenorrhea dapat menyebabkan kemandulan pada wanita?
5. Bagaimana patofisiologi amenorrhea?
6. Bagaimana penerapan pengobatan yang tepat terkait amenorrhea?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa/i mampu menjelaskan konsep dasar amenorrhea.
2. Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi,
klasifikasi, penyebab, patofisiologi, dan penerapan pengobatan terkait
Amenorrhea.
3. Mahasiswa/i dapat menambah wawasan baru mengenai salah satu
gangguan siklus menstruasi pada wanita dan dapat dijadikan referensi
sebagai bahan bacaan tambahan.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat pada pribadi :
1. Dapat mengenal lebih dalam lagi apa itu amenorrhea dan
bagaimana konsep dasarnya.
2. Dapat melatih kemampuan dalam menulis karya tulis ilmiah yang
sesuai dengan kaedah yang berlaku.

2. Manfaat bagi pembaca :


1. Mengetahui konsep dasar amenorrhea
2. Mengetahui apa saja penyebab terjadinya amenorrhea
3. Mengetahui bagaimana penerapan pengobatan yang benar terhadap
penderita amenorrhea.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis

2.1 Definisi Amenorea


Haid (Menstruasi) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus Menstruasi ialah
jarak antara tanggal mulainya Menstruasi yang lalu dan mulainya Menstruasi
berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang
siklus Menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklusMenstruasi yang klasik
ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi
juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar,
siklusMenstruasi tidak terlalu sama. Dari pengamatan Hartman yang dikutip
dari Wiknjosastro (2012), panjang siklus yang biasa dijumpai ialah 25 – 32
hari.Lama Menstruasi biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit kemudian, ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada setiap wanita biasanya
lama Menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata ± 16 cc. Pada wanita
yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Jumlah darah Menstruasi
yang lebih dari 80 cc di anggap patologik (Wiknjosastro, 2012).
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorrhea primer dan
amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea primer apabila seorang
wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah mendapat haid, sedang pada
amenorrhea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat
lagi (Wiknjosastro,2008).
Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal
yang diiringi penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu
makan tidak sehebat pada anoreksianervosa dan tidak disertai problem psikologik
(Kumala, 2005).

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi amenorrhea


1. Faktor Internal
a. Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi amenorrhea adalah vagina tidak tumbuh dan
berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang tumbuh.
Tidak jarang ditemukan kelainan lebih kompleks pada rahim atau rahim tidak
tumbuh dengan sempurna. Kelainan ini disebut ogenesis genitalis bersifat
permanen artinya wanita tersebut tidak akan mendapatkan haid selama-lamanya
(Pardede, 2002).
b. Hormonal
Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endogen) yang dipengaruhi oleh
sistem hormonal yang komplek. Rangsangan yang datang dari luar masuk dipusat
panca indra diteruskan melalui Striaeterminalis menuju pusat yang disebut
“Puberitas Inhibitor” dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan terhadap
hypotalamus, yang akan memberikan rangsangan pada “Hipofise Pars Posterior”
sebagai “Mother of Glad” (Pusat kelenjar-kelenjar). Rangsangan yang terus
menerus datang di tangkap panca indra, dengan makin selektif dapat lolos menuju
hypotalamus dan selanjutnya terus menuju hipofise anterior (depan)
mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan
hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifiknya
yaitu kelenjar tyroid memproduksi hormon tiroksin, kelenjar indung telur
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, sedangkan kelenjar adrenal
menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting
untuk tumbuh kembang mental dan fisik (Pardede, 2002).
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terganggunya siklus haid,
Kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang
sangat rendah sehingga datangnya haid akan terganggu (Suhaemi, 2006).

2. Faktor Eksternal
a. Status Gizi
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun kuantitas sangat penting
untuk siklus menstruasi. Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan
dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung zat gizi. Zat gizi
mempunyai nilai yang sangat penting yaitu untuk memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2004).

b. Gaya Hidup
Gaya hidup terutama perilaku makan dengan porsi yang cukup dan sesuai jadwal
serta mengandung gizi seimbang ( 4 sehat 5 sempurna) dapat menyebabkan
kondisi tubuh terasa fit dan terhindar dari kekurangan gizi sehingga siklus
menstruasi berjalan normal (Soetjiningsih, 2002).

2.3 Klasifikasi Amenorrhea


Klasifikasi amenorrhea adalah sebagai berikut :
1. Amenorrhea primer
Amenorrhea primer mengacu pada masalah ketika wanita muda yang berusia
lebih dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah menunjukkan
maturasi seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi sampai usia 14 tahun
tanpa disertai adanya karakteristik seks sekunder.
2. Amenorrhea sekunder
Amenorrhea sekunder adalah tidak adanya haid selama 3 siklus atau 6 bulan
setelah menstruasi normal pada masa remaja, biasanya disebabkan oleh gangguan
emosional minor yang berhubungan dengan berada jauh dari rumah, masuk ke
perguruan tinggi, ketegangan akibat tugas-tugas. Penyebab kedua yang paling
umum adalah kehamilan, sehingga pemeriksaan kehamilan harus dilakukan.

2.4 Etiologi
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah menstruasi
terhambat untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid
atau hanya sedikit.
- Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat badan
- Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
- Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
- Endometrium tidak bereaksi
3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan hepar
dan ginjal.

2.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
 Tidak terjadi haid
 Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
 Nyeri kepala
 Badan lemah
Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :
 Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan
ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
 Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan
pembesaran perut.
 Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya
adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
 Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit,
dan lengan serta tungkai yang lurus.
 Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
 Sakit kepala
 Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui )
 Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
 Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
 Vagina yang kering
 Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola
pria ), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.

2.6 Patifisiologi.
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat
berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang
membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan
pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung
menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat
menghambat pelepasan gonadrotropin.Kelainan ovarium dapat menyebabkan
amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan
perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat
disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga
merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang
berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang
banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan
hormone steroid seksual ( estrogen dan progesteron ) tidak tercukupi.
Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan
progesteron yang memicu terjadinya amenorrhea.Pada keadaan latihan berlebih
banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin.Endorphin
menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun.Pada
keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada
peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan GnRH.

2.7 Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah
tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan
terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul
gejala-gejala lain akibat hormon seperti osteoporosis.

2.8 Pemeriksaan Pen8njang


Pada amenorrhea primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur,
rahim, perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
 USG
 Histerosalpingografi
 Histeroskopi, dan
 Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka
diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
 Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder,
maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena
kadar hormon prolaktin dalam tubuh.
 Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa.
Apabila kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen / Progesterone
Challenge Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap
lapisan endometrium alam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.

2.9 Terapi Penanganan Amenorea


Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang
dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah
terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang
berlebih juga dapat membantu. Terapi amenorrhea diklasifikasikan berdasarkan
penyebab saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan
penyebab susunan saraf pusat.
A. Saluran Reproduksi

1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi


dengan krim estrogen.
2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara
tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki pembatas
diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi (operasi kecil).
3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser,- Sindrom ini terjadi
pada wanita yang memiliki indung telur normal namun tidak memiliki
rahim dan vagina atau memiliki keduanya namunkecil atau mengerut.
Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu
melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah
dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft.
4. Sindrom feminisasi testis,- Terjadi pada pasien dengan kromosom
46, XY kariotipe, dan memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan
gangguan dari hormon testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan
fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim).
Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut ketiak dan
pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak
dapat memiliki anak)
5. Parut pada rahim,- Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau
perlekatan intrauterine (dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom
Asherman dapat terjadi karena tindakan kuret, operasi sesar, miomektomi
(operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat
dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan menggunakan
foto rontgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi
pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi
terkadang diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim.

B. Gangguan Indung Telur

1. Disgenesis Gonadal,- Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan


indung telur yang digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan
dengan terapi penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual.
2. Kegagalan Ovari Prematur,- Kelainan ini merupakan kegagalan
dari fungsi indung telur sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan
kerusakan sel telur akibat infeksi atau proses autoimun.
3. Tumor Ovarium,- Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi
sel telur normal.
C. Gangguan Susunan Saraf Pusat

1. Gangguan Hipofisis,- Tumor atau peradangan pada hipofisis dapat


mengakibatkan amenorrhea. Hiperprolaktinemia (Hormone prolaktin
berlebih) akibat tumor, obat, atau kelainan lain dapat mengakibatkan
gangguan pengeluaran hormon gonadotropin. Terapi dengan
menggunakan agonis dopamin dapat menormalkan kadar prolaktin dalam
tubuh. Sindrom Sheehan adalah tidak efisiennya fungsi hipofisis.
Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin atau terapi bedah
berupa pengangkatan tumor.
2. Gangguan Hipotalamus,- Sindrom polikistik ovari, gangguan
fungsi tiroid, dan sindrom cushing merupakan kelainan yang
menyebabkan gangguan hipotalamus. Pengobatan sesuai dengan
penyebabnya.
3. Hipogonadotropik,- Penyebabnya adalah kelainan organik dan
kelainan fungsional (anoreksia nervosa atau bulimia). Pengobatan untuk
kelainan fungsional membutuhkan bantuan psikeater.
Amenorrea hipogonadotropik menggambarkan masalah pada aksis hipotalamus-
hipofisis pusat. Pada kasus yang jarang, lesi hipofisis atau ketidakmampuan genetik
dalam memproduksi FSH dan LH menjadi penyebabnya. Lebih umum terjadi, hal
ini disebabkan oleh supresi hipotalamus sebagai akibat dai dua pengaruh utama :
Stres (dirumah, sekolah atau tempat kerja) atau rasio bentuk tubuh yang tidak tepat
bagi wanita tersebut, terutama selama periode pertumbuhan normal (Lobo,2007d).
Amenorrea yang berhubungan dengan olah raga dapat terjadi pada wanita yang
melakukan aktivitas fisik/atletik yang berat dan berhubungan dengan faktor :
komposisi tubuh (tinggi, bb,persentase lemak tubuh), jenis, intensitas dan frekwensi
olahraga, status nutrisi, dan adanya stresor emosional atau fisik (lobo).

Pengkajian terhadap amenorrea mulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik


menyeluruh. Langkah awal yang penting adalah memastikan bahwa waniita
tersebut tidak hamil. Komponen spesifik dari proses pengkajian bergantung pada
usia wanita remaja, dewasa muda, atau perimenopause dan apakah ia pernah
menstruasi sebelumnya.

Perawat dan wanita secara bersama-sama merencanakan bagaimana mengurangi


atau menghentikan pengobatan yang diketahui dapat mempengaruhi
menstruasi, memperbaiki berat badan yang hilang, mengatasi stres psikologis
secara lebih efektif dan mengeliminasi penyalahgunaan zat. Latihan menarik
napas panjang dan tehnik relaksasi merupakan usaha yang sederhana namun
efektif dalam mengurangi stres. Rujukan untuk terapi biofeedback (terapi
pengontrolan terhadap tubuh sendiri) atau pijat juga dapat berguna. Pada
beberapa kasus, rujukan untuk psikoterapi diperlukan.

B. Konsep Keperawatan
A. Anamnesis
Anamnesis yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
sejakkanak-kanak, termasuk tinggi badan dan usia saat pertama kali mengalami
pertumbuhan payudara dan pertumbuhan rambut emaluan. Dapatkan pula
informasi anggota keluarga yang lain (ibu dan saudara wanita) mengenai usia
mereka pada saat menstruasi pertama, informasi tentang banyaknya perdarahan,
lama menstruasi dan periode menstruasi terakhir, juga perlu untuk ditanyakan.
Riwayat penyakit kronis yang pernah diderita, trauma, operasi, dan pengobatan
juga penting untuk ditanyakan. Kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seksual,
penggunaan narkoba, olahraga, diit, situasi dirumah dan sekolah dan kelainan
psikisnya juga penting untuk dianyakan.

B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-tanda vital dan
juga termasuk tingg badan, berat badan dan perkebangan seksual. Pemeriksaan
yang lain adalah :
1. Keadaan payudara
2. Keadaan rambut kemaluan dan genetalia eksternal
3. Keadaan vagina
4. Uterus : bila uterus membesar kehamilan bisa diperhitungkan
5. Servik : periksa lubang vagina

C. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat
tentangpenyakitnya (amenorrhea)
3. Gangguan konsep diri : HDR yang dihubungkan dngan ketidaknormalan
(amenorrhea primer)
4. Isolasi social yang dihubungkan dengan harga diri rendah
5. Perubahan proses keluarga brhubungan dengan komuniksi yang tidak efektif
dalam kluarga
6. Koping keluarga tidak efektif berhubungnan dengan komunikasi yang tidak
ektif dalam keluarga.
7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakitnya, perubahan
proses keluarga.
8. Berduka antisipasi dapat dihubungkan dengan infertilitas.
D. Intervensi Keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria hasil :
- Cemas berkurang
- Tidak menunjukan perilaku agresif
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan : ringan, sedang, berat, panic.
b) Berikan kenyamanan dan ketentraman hati
c) Beri dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan kecemasan
d) Anjurkan distraksi seperti nonton tv, dengarkan radio, permainan untuk
mengurangi kecemasan.
e) Singkirkan stimulasi yang berlebihan
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat
tentang penyakitnya ( amenorrhea )
Kriteria hasil : pasien mengetahui tentang penyakitnya
Intervensi :
a) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang dideritanya
b) Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien
c) Memberikan informasi dari sumber-sumber yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan
3. Gangguan konsep diri : HDR yang dihubungkan dengan ketidak normalan (
amenorrhea primer )
Kriteria hasil : Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Intervensi :
a) Tetapkan hubungan saling percaya perawat dan pasien
b) Cipakan batasan terhadap pengungkapan negative
c) Bantu untuk mengidentifikasi respon positif terhadap orang lain
d) Bantu penyusunan tujuan yang realitas untuk mencapai harga diri rendah yang
tinggi
e) Berikan penghargaan dan pujian terhadap pengembangan pasien dalam
pencapaian tujuan
4. Isolasi social yang dihubungkan dengan harga diri rendah
Kriteria hasil :
- Melaporkan adanya interaksi dengan teman dekat, tetangga, atau masyarakat
- Memulai berhubungan dengan orang lain
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Bantu pasien untuk membedakan antara persepsi dengan kenyataan
c) Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada perasaan isolasi
social
d) Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan dengan
tujuan yang sama
e) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan seperti pergi jalan-jalan.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan komunikasi yang tidak efektif
dalam keluarga
Kriteria hasil :
- Memahami peran dalam peran keluarga
- Berfungsi untuk saling memberikan dukungan kepada setiap anggota keluarga
Intervensi :
a) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat
pengobatan yang dianjurkan
b) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal
c) Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verba
d) Pertahankan ritual / rutinitas keluarga missal makan bersama, membuat
keputusan keluarga
e) Berikan penguatan positif terhadap penggunaan mekanisme koping yang efektif
6. Koping keluarga tidak efektif berhubunga dengan komunikasi yang tidak
efektif dalam keluarga
Kriteria hasil :
Anggota keluarga akan :
- Menyadari kebutuhan unit keluarga
- Mulai menunjukan keterampilan interpersonal yang efektif
- Menggunakan strategi penelesaian masalah yang lebih fleksibel
Intervensi :
a) Tingkatkan hubungan saling percaya, keterbukaan dalam keluarga
b) Anjurkan pasien / keluarga untuk berfokus pada aspek positif dari siuasi pasien
c) Bantu keluarga dalam megambil keputusan dan memecahkan masalah
d) Beri dorongan dalam keluarga untuk menyadari perubahan pada hubungan
interpersonal
e) Gali dampak nilai yang berkonflik / gaya koping dalam hubungan keluarga
7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakitnya, ‘perubahan
proses keluarga
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan perasaan – perasaan yang berhubungan dengan emosional
- Mengidentifikasi pola koping personal
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Kaji status koping individu yang ada
c) Membantu pasien dalam mengidentifikasi kekuatan personal
d) Jika individu marah : gali mengapa individu marah, akui bahwa setiap orang
dapat marah
e) Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang efektif
f) Instruksikan individu untuk melakukan tekhnik relaksasi
8) Berduka antisipasi dapat dihubungkan dengan infertilitas
Kriteria hasil :
- Mengekspresikan rasa berduka
- Membagi rasa berduka dengan orang – orang terdekat
Intervensi :
a) Tetapkan hubungan saling percaya pasien / perawat
b) Dorong individu untuk berbagi rasa keprihatinan, ketakutan
c) Siapkan individu dan keluarga untuk menghadapi reaksi berduka
d) Tingkatkan keakraban diantara keluarga
e) Tingktkan proses berduka dengan masing – masing respon
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Amenorrhea adalah istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi,


baik secara permanen atau sementara. Amenorrhea dapat diklasifikasikan sebagai
primer atau sekunder. Dalam amenorrhea primer, periode menstruasi tidak pernah
dimulai (berdasarkan umur 16), sedangkan amenorrhea sekunder didefinisikan
sebagai tidak adanya menstruasi selama tiga siklus berturut-turut atau jangka waktu
lebih dari enam bulan pada wanita yang sebelumnya menstruasi. Siklus menstruasi
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor internal seperti perubahan sementara di
tingkat hormonal, stres, dan penyakit, serta faktor eksternal atau lingkungan.

Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon dibuat dan
dikeluarkan oleh indung telur. Ovarium merespon sinyal hormon dari kelenjar
pituitari yang terletak di dasar otak, yang, pada gilirannya, dikendalikan oleh
hormon yang diproduksi di hipotalamus otak. Pengobatannya dapat berupa
pemeriksaan USG, Histerosalpingografi, Histeroskopi, dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI).

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam
memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja khususnya
tentang gangguan menstruasi yaitu Amenorrhea.

3.2.2 Bagi mahasiswa

Diharapkan makalah ini dapat menjadi pedoman dan pertimbangan untuk


meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar amenorrhea dan bagaimana cara
penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://loungegadis.blogspot.com/2016/04/contoh-makalah-kesehatan-
amenorrhea.html

Deitra Leonard Lowdermik,RNC, PhD, FAAN, Shannon E. Perry, RN, CNS,


PhD, FAAN dan Kitty Cashion, RN, BC, MSN (2013), Keperawatan Maternitas
edisi 8, Elsevier (Singapore) Pte Ltd.

Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC


Difa Danis. Kamus Kedokteran. Gitamedia Press.
Knight, Jhon. F. 1997. Wanita Ciptaan Ajaib Beberapa Gangguan Sistem Tubuh
dan Perawatannya. Bandung : Indonesia Pubershing House.
Wilkinson M.2006. Buku Saku Diagnosis
Woc Amenorrea Hipogonadotropin
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “ASKEP SISTEM REPRODUKSI PADA GANGGUAN
MENSTRUASI (AMENORREA GONADOTROPIN)”.
Adapun makalah keperawatan maternitas ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah keperawatan
maternitas ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, Maret 2019

Penyusun

Anda mungkin juga menyukai