Disusun Oleh :
1. Ardhilia Caesarian 1811001
2. Joko Wiratno 1811016
4. Luluk Arif Khodijah 1811018
5. Margaretha P P U 1811019
6. Sherly Agustin 1811024
7. Sulis Setiyanti 1811028
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan makalah
Interpretasi Jurnal Aplikasi madu pada penyembuhan luka bakar. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan medikal bedah..
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun saya
harapkan demi semakin baiknya makalah ini.
Semoga makalah ini memberi informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
INTERPRETASI JURNAL
Aplikasi Madu Pada Penyembuhan Luka Bakar
3. Potensi Madu Lebah Liar Dan Ternak Sebagai Obat Luka Bakar Secara In Vivo
(Andi Nurazmi *, Laode Rijai, Dewi Rahmawati, Samarinda 20-21 april 2016).
Cedera terbakar bisa disebabkan oleh panas, arus listrik dan bahan kimia pada
kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Untuk menyembuhkan cedera bakaran
dapat ditangani dengan menggunakan lebah madu. Efektivitas lebah madu dalam
penyembuhan cedera terbakar dapat dilakukan dengan kegiatan antibakteri,
pembentukan kolagen dan sel-sel epitel sisa-sisa. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk melihat kemungkinan potensi dan perbedaan menggunakan Wild-, dan madu
lebah ternak, dan obat-obatan bioplacenton untuk menyembuhkan cedera dibakar.
Penelitian, dengan pendekatan in vivo, menggunakan 12 tikus (Rattus norvegicus),
yang terdiri 4 kelompok (3 tikus dalam setiap kelompok), yaitu: standart dari kelompok
pembanding dengan bioplacenton obat (KP), percobaan 1 kelompok dengan madu
lebah liar (KL) , percobaan 2 kelompok dengan madu lebah ternak (KT), dan kelompok
kontrol normal (KN). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, menggunakan obat
bioplacenton adalah yang paling efektif dengan lama waktu penyembuhan adalah 19,7
hari, maka lebah madu liar adalah 21 hari, dan madu lebah ternak adalah 22 hari.
Sementara itu, tanpa pengobatan diketahui bahwa penyembuhan lambat, yaitu 24,7
hari.
Perawatan dengan menggunakan obat bioplacenton lebih cepat dalam
menyembuhkan luka bakar, kemudian madu lebah liar, dan madu lebah ternak.
Sementara, tanpa pengobatan diketahui bahwa penyembuhannya lebih lambat, bahwa
rata-rata lama waktu penyembuhan yang paling cepat adalah dengan menggunakan
obat bioplacenton, kemudian dengan menggunakan madu lebah liar, dan selanjutnya
dengan menggunakan madu lebah ternak. Sementara, tanpa pengobatan diketahui
bahwa penyembuhannya lebih lambat.
Potensi madu lebah liar dan ternak lebih efektif dibandingkan kontrol normal
yang tidak diberikan perlakuan. Hal ini dikarenakan madu lebah liar dan ternak
diketahui memiliki beberapa kandungan berkhasiat yaitu fruktosa, beberapa senyawa
metabolit sekunder (glikosida, polifenol, dan flavonoid) dan beberapa enzim
(invertase, glukosa oksidase, dan peroksidase). Kandungan tersebut berkhasiat untuk
menyembuhkan luka bakar karena sifat antibakterinya dan memacu pembentukan
kolagen serta mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat berkembang kembali.
diketahui pula bahwa madu lebah liar berpotensi lebih cepat untuk menyembuhkan
dibandingkan dengan madu lebah ternak. Hal ini disebabkan karena kandungan
senyawa dari madu lebah liar yang lebih tinggi. Kandungan yang tinggi tersebut
diperoleh dari sumber nektar dari lebah madu liar yang lebih beragam (multiflora),
sehingga senyawa bioaktif yang dihasilkan pun lebih tinggi dan beragam pula.
Sedangkan pada madu lebah ternak, memiliki kandungan yang berasal dari salah satu
tanaman dominan (monoflora), hal inipun akan berpengaruh pada kandungan dari hasil
madu yang diperoleh. Namun, pengobatan dengan obat bioplacenton lebih cepat
menyembuhkan.
The study showed that treatment of children under 12years with partial
superficial burn wounds of £ 20 per cent TBSA using Actilite® honey significantly
reduced levels of bacteria wound colonisation by day 10. Furthermore, wounds in the
Actilite® honey group healed quicker than SSD group. Therefore, use of Actilite
Honey on burn wounds could be explored as alternative to SSD in managing paediatric
partial superficial burn wounds of 20% and below at UTH.
Use of honey, despite being ancient, has not been popularised in Africa. There
is paucity of dataon use of honey on an African population. Studies done in Asia,
Europe and Americaon use of honey have shown benefits not only in prevention and
control of infection but also in promoting wound reepithelialisation.14-17 The purpose
of this study was to demonstrate the occurrence of bacteria wound colonisation and rate
of wound healing in partial superficial burn wounds being treated with silver
sulfadiazine and Actilite® honey.
The study revealed the superiority of honey dressing in comparison to silver
sulfadiazine in reducing bacteria wound colonisation by day 10. The difference was
statistically significant at 95% confidence interval. Such a difference favouring honey
in reducing bacterial colonisation and promoting wound sterility have been reported in
other parts of the globe.22-25
Reduction of wound colonisation by honey is not only of statistical significance
but is also of clinical and economic importance. Wound colonisation and subsequent
infection prolong duration and quality of wound healing. Moreover, infection might
convert a partial superficial burn wound to partial deep or even full thickness thereby
altering the prognosis.
Wound colonisation and infection complicates burn wound management.
Previous studies have demonstrated higher yields of antimicrobial resistant bacteria
from burn wounds.7, 9, 26, 27 Thus honey inhibit bacterial growth and its antimicrobial
attributes include low pH, 1% hydrogen peroxide, up regulation of neutrophils through
nuclear transcription factor and a low water activity than what is required for bacterial
growth.14, 28, 29
The ultimate goal of wound care is wound healing. Again wounds treated with
honey reached full reepithelialisation faster than those treated with silver sulfadiazine.
This significant difference is again in tandem with what studies across the globe have
promulgated.9, 11, 30
Wound healing is a complex cascade of events which chiefly involve
inflammation, reepithelialisation and remodelling. Honey has been shown to control
prolonged inflammation through inhibition of cyclo-oxygenase 1 and 2. The major
amino acid in honey is Proline, a molecule core in synthesis of collagen which is
important in wound healing. Low pH coupled with 1% hydrogen peroxide stimulates
fibroblasts formation resulting in accelerated epithelial cell migration.6, 31-33
Luka bakar
Api, air panas/dingin, bahan kimia, listrik
Timbul infeksi
Anti bakteri