Anda di halaman 1dari 8

Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan


oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.

b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,


ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan


fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi

d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan


fungsi sendi.

e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan


kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.

f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan


bentuk tubuh pada sendi dan tulang.

3. Perencanaan Keperawatan

1. Nyeri b.d agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi


cairan,destruksi sendi.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan


nyeri berkurang/terkontrol.

Kriteria hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.

c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).


d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

e. Tanda vital dalam rentang normal.

Intervensi keperawatan

Pain Management

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

c. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.

d. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal).

f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

g. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi.

h. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

i. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.

j. Tingkatkan istirahat.

k. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil.

l. Monitor penerimaan pasien tentangcmanajemen nyeri.

Analgesic Administration

a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian


obat.

b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi.

c. Cek riwayat alergi


d. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu.

e. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal.

f. Evaluasi efektivitas analgesik, tandadan gejala (efek samping).

2. Gangguan/kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal, nyeri,


ketidaknyamanan, penurunan .kekuatan otot.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan hambatan


mobilisasi fisik dapat diatasi.

Kriteria hasil :

a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik.

b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas.

c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan


kemampuan berpindah.

f. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi(walker).

Intervensi keperawatan :

Exercise therapy : ambulation

a. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan.

b. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi,

c. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai


kemampuan.
d. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs.ps.

e. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan

f. Bantu klien melakukan latihan ROM.

g. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika


diperlukan.

3. Defisit perawatan diri b/d kelemahan, kerusakan persepsi dan kognitif

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, klien mampu merawat
diri Kriteria hasil :

a. Klien terbebas dari bau badan

b. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs.

c. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

Self Care assistance : ADLs.

a. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

b. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan


diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.

c. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-
care.

d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai


kemampuan yang dimiliki.

e. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.

f. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.


4 Resiko trauma b/d penurunan fungsi sendi, keterbatasan ketahanan fisik.

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien


tidak/terhindar dari resiko trauma.

Kriteria hasil :

a. Klien terbebas dari cedera

b. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku personal.

c. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injuri.

Intervensi keperawatan :

Environmental Management safety

a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien.

b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan


fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien.

c. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan


perabotan).

d. Memasang side rail tempat tidur

e. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.

f. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.

g. Memberikan penerangan yang cukup.

h. Mengontrol lingkungan dari kebisingan.

i. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan.

j. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung


adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

https://www.scribd.com/doc/145145228/LP-Osteoartritis
SOP GIPS

SOP / PROTAP PEMASANGAN GIPS

Menyiapkan pasien dan alat untuk tindakan pemasangan gips pada tulang
a. Pengertian
Suatu kegiatan untuk menyiapkan peralatan dan pasien yang akan dipasang gips

b. Tujuan
1. Fiksasi
2. Reposisi
3. Immobilisasi
4. Penyembuhan tulang sesuai dengan yang diharapkan

c. Tindakan
Fraktur tertutup dan terbuka

d. Persiapan
1) Alat
a) Gips dengan jumlah dan ukuran sesuai kebutuhan
b) Kapas lemak / padding
c) Ember
d) Perlak
e) Verband
2) Pasien
a) Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan agar
kooperatif.
b) Posisi pasien diatur sesuai jenis tindakan
c) Bila diperlukan pembiusan pasien dipuasakan
d) Bila diperlukan debridement sebelumnya, pemasangan gips pasien masih
dalam pemeriksaan.
3) Lingkungan
4) Petugas
e. Pelaksanaan
1. Memindahkan pasien ke ruang khusus (bila ada) atau di meja operasi
2. Memasang perlak di bawah daerah yang akan digips
3. Mengisi embar dengan air secukupnya
4. Membantu dokter pada saat pemasangan gips :
a) Mengatur posisi pasien
b) Mengangkat daerah yang akan dipasang gips dan posisi tersebut dipertahankan
selama dilakukan tindakan reposisi
c) Mengukur daerah yang akan dipasang gips
d) Memasang gips dengan cara
(1) Masukkan gulungan vertikal gips ke dalam air
(2) Biarkan verband gips di dalam air beberapa saat sampai gips mengeluarkan
gelembung udara.
(3) Angkat verband gips dan peras sedikit
(4) Pemasangan verband gips pada daerah yang fraktur dengan posisi gulungan gips
terletak di sebelah luar
(5) Haluskan gips setelah balutan gips dirasakan sudah cukup
(6) Atur posisi setelah pemasangan.
e) Membersihkan daerah di sekitar pemasangan gips
f) Melakukan observasi terhadap :
(1) Respon, setelah tindakan/keluhan pasien
(2) Neuro vaskuler baik (NVB)
g) Memindahkan pasien dari meja pemasangan gips ke brankar atau kursi dorong
h) Mencatat seluruh tindakan dalam catatan perawatan.

f. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Pemasangan gips tidak boleh terlalu kencang atau terlalu longgar
2. Neuro vaskular baik
3. Segera lapor dokter bila ada reaksi
a) Rasa sakit pada daerah fraktur
b) Rasa gatal
c) Rasa kesemutan
4. Tanggal pemasangan gips harus ditulis pada gips yang terpasang
5. Waktu dan tempat berobat selanjutnya.

http://sopkeperawatan.blogspot.com/2014/07/sop-protap-pemasangan-gips.html

Anda mungkin juga menyukai