Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia, yaitu infeksi yang

mengakibatkan terjadinya peradangan pada paru-paru yang disebabkan oleh virus,

bakteri, atau jamur. Sedangkan pada bronkopneumonia, lokasi terjadinya

peradangan berada di alveolus yang merupakan ruang-ruang kecil setelah cabang

bronkiolus sebagai ruang penyimpanan udara. Terjadinya bronkopneumonia

menyebabkan penumpukan eksudat hasil dari infeksi atau benda asing yang

berkumpul di alveolus dan cabang bronkiolus.

Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia yang menimbulkan flek

atau bercak pada kedua paru-paru Anda, termasuk juga saluran udara dan kantung

udara. Seseorang yang menderita bronkopneumonia dapat merasakan kesulitan saat

bernapas sebagai akibat dari terhalangnya saluran udara. Bronkopneumonia adalah

jenis pneumonia yang paling umum terjadi pada anak-anak.

Bronkopneumonia seringnya disebabkan oleh bakteri. Bakteri-bakteri ini

mampu menyebar dalam jarak dekat melalui percikan ludah saat penderita bersin

atau batuk, yang kemudian terhirup oleh orang di sekitarnya. Inilah sebabnya

lingkungan menjadi salah satu faktor risiko berkembangnya bronkopneumonia.

Faktor-faktor risiko bronkopneumonia lainnya, termasuk : usia (anak berusia

dibawah 2 tahun atau lansia 65 tahun keatas), kondisi medis lain yang diderita

(HIV/AIDS, kanker, lupus, atau penyakit kronis seperti penyakit jantung

dan diabetes, memiliki risiko yang tinggi terserang bronkopneumonia), gaya hidup
(kecanduan minum minuman beralkohol, merokok, dan asupan nutrisi yang tidak

baik turut menjadi faktor risiko bronkopneumonia), infeksi nosokomial.

Salah satu langkah pencegahan bronkopneumonia yang mudah dilakukan

adalah dengan membiasakan cuci tangan dengan benar. Vaksinasi dapat juga

diberikan sedini mungkin pada bayi dan balita. Bronkopneumonia biasanya akan

sembuh dalam waktu satu atau beberapa minggu, namun kesembuhan juga

bergantung pada jenis organisme yang menginfeksi, usia, kondisi kesehatan, dan

tingkat keparahannya.

Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar pada anak di seluruh dunia.

Sebanyak 920.136 anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat pneumonia pada

tahun 2015. Pneumonia menyumbang sekitar 16 persen dari 5,6 juta kematian

balita, memakan korban sekitar 880.000 anak pada tahun 2016 (UNICEF, 2016).

Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan dalam lingkup penemuan pneumonia

di atas 50% terlepas dari fakta bahwa itu belum mencapai target nasional yang telah

diputuskan. Target cakupan penemuan pneumonia tahun 2016 ditetapkan sebesar

70% dengan ruang lingkup rujukan pneumonia pada tahun 2016 sebesar 79,61%

(Dinkesprov Jawa Timur, 2017). Berdasarkan data RISKESDAS 2018, prevalensi

pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) adalah sekitar 2,0

persen. Sedangkan pada 2013 adalah 1,8 persen.

Dari hasil kejadian bronkopenumonia di ruang anak marwah 2 RS Haji

Surabaya mulai tahun 2017 (107 anak), tahun 2018 (118 anak) dan sampai bulan

september pertengahan 2019 (104 anak). Dari hasil wawancara dengan 10 orang

tua (anggota keluarga) yang mempunyai riwayat merokok, ditemukan ada 8 orang

anggota keluarga yang merokok dan 2 tidak merokok. Meskipun bukan asap rokok
satu-satunya penyebab. Tetapi merokok merupakan pendukung terjadinya penyakit

bronkopneumonia pada anak.

Bronkopneumonia atau yang bisa disebut sebagai pneumonia lobularis,

merupakan jenis pneumonia akibat infeksi dan peradangan pada saluran napas

utama, yaitu bronkus, akibat infeksi bakteri, virus, atau jamur. Sebagai informasi,

pneumonia adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi pada paru yang memiliki

gejala berupa batuk dan sesak nafas serta peningkatan suhu tubuh. Selain itu, risiko

terkena bronkopneumonia juga dapat meningkat karena beberapa faktor risiko,

seperti usia yang terlalu muda atau terlalu tua, lingkungan yang kotor, paparan asap

rokok, gaya hidup, penggunaan obat penekan sistem kekebalan tubuh, dan kondisi

kesehatan tertentu, misalnya malnutrisi.

Polusi udara dan paparan asap rokok bisa merusak kerja daya tahan tubuh

di saluran pernapasan. Sehingga kuman yang menyebabkan pneumonia akan lebih

mudah masuk. Dokter spesialis respirasi anak dari Rumah Sakit Hasan Sadikin,

Bandung, Prof. dr. Cissy Kartasasmita, SpA (K) mengungkapkan pada diskusi

Peringatan Hari Pneumonia Sedunia di Jakarta, Kamis (17/11/2016)., kerap ditemui

kasus anak terserang pneumonia dan ternyata sang ayah sering merokok di rumah.

"Meskipun merokok di luar rumah, tapi setelah itu masuk ke dalam rumah, bajunya

kan masih bau rokok. Lalu, bayi digendong. Zat sisa-sisa rokok di baju itu bisa

merusak, paparan zat beracun dari rokok yang terhirup anak secara tak sengaja akan

merusak keseimbangan daya tahan di pernapasan. Mulanya, zat berbahaya dari

rokok itu merusak silia atau rambut halus yang berfungsi menyaring benda asing

masuk ke tubuh. Jika sering terpapar asap rokok, fungsi silia tersebut bisa

terganggu. "Silia itu seperti sapu. Ketika rusak, sudah enggak berfungsi, jadi benda
asing masuk, membuat dahak mengumpul, anak jadi batuk. Bakteri penyebab

pneumonia akhirnya juga akan mudah menginfeksi anak. Anak-anak, khususnya di

bawah usia lima tahun belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik seperti

orang dewasa.

Perawatan untuk anak yang menderita bronkopnemoia tergantung dari

penyebabnya. Pada bronkopneumonia ringan yang disebabkan oleh virus, biasanya

dapat sembuh dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Untuk bronkopneumonia

yang disebabkan oleh bakteri, dokter akan meresepkan obat antibiotik untuk

mamatikan kuman penyebab bronkopneumonia dan mempercepat pemulihan. Jika

kondisi anak cukup stabil dan dapat dirawat di rumah, dokter akan memberikan

obat-obatan antibiotik sirup atau tablet serta obat penurun panas. Juga

menyarankan orang tua agar anak beristirahat total dan menjauhi anak dari paparan

asap rokok, usahakan untuk selalu menjaga kebersihan tangan anak Anda untuk

mengurangi penularan penyakit, jauhkan bayi atau anak dari penderita

bronkopneumonia, Lengkapilah imunisasi anak agar terlindungi dari bakteri dan

virus yang menyebabkan infeksi bronkopneumonia.

Bila anak Anda mengalami gejala yang mirip dengan bronkopneumonia,

segera konsultasikan ke dokter spesialis anak untuk mendapatkan pemeriksaan dan

pengobatan yang tepat. Semakin cepat ditangani, risiko terjadinya komplikasi

akibat bronkopneumonia pada anak akan semakin kecil.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara anggota keluarga yang merokok
dengan kejadian bronkopneumonia pada anak balita di ruang anak marwah dua

Rumah Sakit Haji Surabaya ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisa hubungan antara anggota keluarga yang merokok dengan

kejadian bronkopneumonia pada anak balita di ruang anak marwah dua Rumah

Sakit Haji Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi anggota keluarga yang merokok di ruang anak marwah

dua Rumah Sakit Haji Surabaya.

2. Mengidentifikasi pasien bronkopneumonia pada anak balita di ruang anak

marwah dua Rumah Sakit Haji Surabaya.

3. Menganalisa hubungan antara anggota keluarga yang merokok dengan

kejadian bronkopneumonia pada anak balita di ruang anak marwah dua

Rumah Sakit Haji Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi kajian pustaka bagi peneliti lain

mengenai pengembangan keilmuan di ruang anak pada bronkopneumonia terutama

pada anggota keluarga yang merokok.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat menjadi masukan kepada mahasiswa dan dapat

mengembangkan penelitian mengenai faktor risiko yang lain penyebab

terjadinya bronkopneumonia pada anak balita.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan dalam

menetapkan prosedur tetap penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia.

3. Bagi Pemegang Kebijakan

Penelitian ini dapat menjadi masukan kepada pemegang kebijakan

khususnya dalam hal ini adalah pemerintah daerah supaya lebih agresif dan

giat dalam memberikan edukasi atau promosi kesehatan kepada masyarakat

untuk mencegah terjadinya bronkopneumonia.

Anda mungkin juga menyukai