Anda di halaman 1dari 19

Keperawatan Anak

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Atresia Ani

Disusun oleh:
Kelompok 1

Dosen Pengampu:
Pauzan Efendi,SST,M.Kes

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


Sarjana Terapan Keperawatan dan Ners
Tahun Ajaran 2022/2023

1
Anggota kelompok

Istianingsih Anisa Rahma Juwita


Adelia Bella Saputri Ananda Dwi Tiara Gumay
Amelia Cantika Arlin Anesti
Aurelia Ramadila Dea Putri Cilcya
Elmi Rahmadania Elzalita
Ervina Tri Wahyuni Euporia Rizki
Fera Oktavia Fitri Yuliani
Gebby Grasella Egita Afrilia
Ina Herawati Kelarina Hardianti
Alisa Putri Adnani Mirza Wahyuni
M. Syarifudin Tanzil Mareza Oktavia
Hidayatul Nur Wulandari Mila Novita

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Atresia Anif” tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Keperawatan Anak”.
Adapun hal-hal yang dimuat dalam makalah ini adalah mengenai Asuhan
Keperawatan Yang diberikan pada anak dengan Atresia Ani, serta intervensi yang
diberikan pada anak dengan Atresia Ani.
Untuk bisa menyelesaikan makalah ini, saya dibantu oleh berbagai pihak.
Karenanya, saya sampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada Allah SWT dan kepada
pihak-pihak yang terlibat. Semoga Allah SWT senantiasa meridai segala usaha
yang telah kami lakukan. Amin.

Bengkulu, 16 Maret 2022

Pemakalah

3
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................

A. Latar Belakang..........................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................6
C. Tujuan.......................................................................................................................6
D. Manfaat.....................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................

A. Konsep Penyakit Atresia Ani....................................................................................7


1. Pengertian Atresia Ani...........................................................................................7
2. Klasifikasi Atresia Ani...........................................................................................7
3. Etiologi Atresia Ani...............................................................................................8
4. Patofisiologi Atresia Ani........................................................................................9
5. Manifestasi Klinis Atresia Ani...............................................................................9
6. Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani....................................................................10
7. Penatalaksanaan Medis Atresia Ani.....................................................................10
8. Komplikasi Atresia Ani........................................................................................11
B. Konsep Asuhan Keperawatan Atresia Ani...............................................................12
1. Pengkajian............................................................................................................12
2. Diagnose keperawatan..........................................................................................15
3. Intervensi keperawatan.........................................................................................15
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak
ada atau trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran,
atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan
normal. Atresia ani atau anus imperforate disebut sebagai malformasi
anorektal,dengan keaadaan kongenital berupa tanpa lubang anus atau lubang
anus tidak sempurna.(Betz and Linda, 2002)
Insidensinya dilaporkan pada sebuah literatur sebesar1 : 5000
kelahiran, yang muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan bagian
dari sindrom VACTERL (vertebra, anal, cardial, esophageal, renal, limb).
Anus tampak rata atau sedikit cekung kedalam atau kadang berbentuk anus
namun tidak tidak berhubungan langsung dengan rektum (Hamzah, 2017)
Kelainan kongenital pada anus ini biasanya terjadi akibat putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan
saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu dan adanya gangguan atau
berhentinya perkembangaan saat embriogenik didaerah usus.Pada umumnya
gambaran atresia ani yang terjadi pada 1,5%-2% kasus adalah atresia
rektum.Biasanya atresia ani juga dihubungkan dengan kelainan lainnya
seperti: pada genitourinary system (28% sampai 50% pada tipe atresia berat),
pada gastroistestinal (13%), jantung (7%), kerangka dan sistem saraf pusat
(6%). Biasanya tidak ada pola keturunan dari keluarga, namun ada laporan
yang mengatakan halini mungkin diturunkan secara dominan atau autosomal
resesif (Rifai, 2013)
Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau
dengan anus tidak sempurna, sedangkan kloaka persisten diakibatkan karena
pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus
tidak terjadi. Banyak anak-anak dengan malformasi ini memiliki anus
imperforata karena mereka tidak memiliki lubang dimana
seharusnya anus ada. Walaupun istilah ini menjelaskan penampilan luar dari

5
anak, istilah ini lebih ditujukan pada kompleksitas sebenarnya dari malformasi
(Ii, n.d.)
Insiden terjadinya malformasi anorektal berkisar dari 1500-5000
kelahiran hidup dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 %
bayi yang menderita malformasi anorektal juga menderita anomali lain.
Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata
dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina
pada perempuan.Dalam asuhan neonatus, tidak sedikit dijumpai kelainan
kongenital pada anus, Seperti halnya atresia Ani. Sumber lain menyebutkan
bahwa atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjaid gangguan pemisahan
kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan, hal ini bisa terjadi Karena
bawaan sejak lahir atau akibat proses sebuah penyakit (Ii, n.d.).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumusakan masalah “Bagaimanakah
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Atresia Ani”

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian, Etiologi, Manifestasi Klinis,
Patofisiologi, WOC, Pemeriksaan Diagnostik, dan Penatalaksanaan
Atresia Ani
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Atresia
Ani

D. Manfaat
Makalah diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi
penulis dan pembaca tentang asuhan keperawatan pada pada anak dengan
Atresia Ani. Selain itu makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara
pemakalah dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari institusi
pendidikan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Atresia Ani


1. Pengertian Atresia Ani
Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya Tidak
ada dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah Kedokteran,
atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya Lubang yang
normal. (Betz, 2018)

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus


imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002).
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus. Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal.. Atresia ani atau anus
imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum (Betz,
2018)

2. Klasifikasi Atresia Ani


Menurut (Betz, 2018) tipe anestesia Ani secara umum ada 4, Yaitu:
a) Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar.
b) Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c) Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara
rectum dengan anus.
d) Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.

7
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi
yaitu :
a) Anomali rendah / infralevator
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot
puborektalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang
berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius.
b) Anomali intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung
anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
c) Anomali tinggi / supralevator
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak
ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius –
retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung
buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.

3. Etiologi Atresia Ani


Belum diketahui etiologi secara pasti. Beberapa ahli berpendapat bahwa
kelainan ini sebagai akibat dari abnormalitas perkembangan embriologi anus,
rektum dan traktus urogenitalis, dimana septum urorektal tidak membagi secara
sempurna membran Kloaka menjadi urogenital dan anorektal (Ii, n.d.).
Proctoderm terdiri dari dari anus dan kanal anus meluas kearah cephal
dengan jarak yang pendek sampai bertemu dengan bagian paling belakang dari
usus belakang. Kemudian secara simultan bergerak ke arah kaudal pada usia
gestasi 7-8 minggu akan berhubungan hanya dipisahkan oleh membran anal.
Pada waktu yang sama, urinari bagian bawah akan berkembang bersamaan
dengan intestinal bagian bawah, dipisahkan oleh membran urorectal.
Malformasi anus terjadi biasanya akibat kegagalan perkembangan proctoderm.
Atresia, stenosis, dan fistula berawal dari tidak sempurnanya pemisahan
membran anorektal dengan atau tanpa kegagalan membran urorectal
memisahkan dengan sempurna antara rektum dengan komponen genitourinary
(Hamzah, 2017).

8
4. Patofisiologi Atresia Ani
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus
dari tonjolan embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari
embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang
menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur
kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi
dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada
uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus
sehingga menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal
mengalami obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus (Betz, 2018)

Menurut (Haryono, 2013), Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan,


terdapat tiga letak:

a) Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M.


puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit
perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai
dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital.
b) Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak
menembusnya.
c) Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak
antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.

5. Manifestasi Klinis Atresia Ani


Manifestasi klinis yang muncul pada Atresia Ani, antara lain (Haryono,
2013)
a) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
b) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu pada Rectal bayi
c) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang Salah

9
letaknya
d) Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak
ada fistula)
e) Bayi muntah- muntah pada umur 28-48 jam
f) Pada pemeriksaan Rectal touch terdapat adanya membran anal
g) Perut kembung

6. Pemeriksaan Penunjang Atresia Ani


Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut (Ii, n.d.):

a) Pemeriksaan radiologis, Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


obstruksi intestinal.
b) Sinar X terhadap abdomen, Dilakukan untuk menentukan kejelasan
keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan
kantung rektum dari sfingternya.
c) Ultrasound terhadap abdomen, Digunakan untuk melihat fungsi
organ internal terutama dalam sistem pencernaan dan mencari
adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
d) CT Scan, Digunakan untuk menentukan lesi.
e) Pyelografi intra vena, Digunakan untuk menilai pelviokalises dan
ureter.
f) Pemeriksaan fisik rektum, Kepatenan rektal dapat dilakukan colok
dubur dengan menggunakan selang atau jari.
g) Rontgenogram abdomen dan pelvis, Juga bisa digunakan untuk
mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.

7. Penatalaksanaan Medis Atresia Ani


Penatalaksanaan dalam tindakan atresia ani yaitu :

a) Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter
ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.
Pembuatan lubang biasanya sementara atau permanen dari usus

10
besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi
beberapa hari setelah lahir.
b) PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9
sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi
waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk
berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
c) Kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari
setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB
akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang
frekuensinya dan agak padat.

8. Komplikasi Atresia Ani


Komplikasi yang terjadi pada anak dengan atresia Ani, yakni (Ii, n.d.)

a) Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.


b) Obstruksi intestinal
c) Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
d) Komplikasi jangka panjang; Eversi mukosa anal, Stenosis akibat
kontriksi jaringan perut dianastomosis
e) Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
f) Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
g) Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
h) Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.
(Lubis & Arifin, 2013),

11
B. Konsep Asuhan Keperawatan Atresia Ani
1. Pengkajian
1) Biodata Identitas Pasien

Nama : An. I
Umur : 2 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gunung RT 01/12 Pucangan, Kartosuro.
Agama : Islam
Pendidikan :-
Tanggal masuk : 29 Oktober 2019
No. Rm :-
Diagnosa masu : Malformasi Anorectal / Atresia Ani
2) Alasan masuk Rumah Sakit

Ibu dan ayah pasien mengatakan air kencing pasien berwarna


kecoklatan dan disertai dengan feses yang lembek. Maka keluarga
memutuskan untuk di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr.moewardi
Surakarta.

3) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama, ibu pasien mengatakan pasien sering menangis dan rewel.
b) Riwayat penyakit sekarang, ibu dan ayah pasien mengatakan air kencing
pasien berwarna kecoklatan dan disertai dengan feses yang lembek. Maka
keluarga memutuskan untuk di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah.
c) Riwayat penyakit dahulu dan keluarga, di dalam keluarga pasien ada yang
sakit seperti yang diderita pasien dan merupakan penyakit keturunan.

12
4) Pemeriksaan fisik

Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat diperoleh data sebagai


berikut:

a. Keadaan umum : pasien nampak lemah


b. Kesadaran : Compos mentis
c. Suhu tubuh : 36,80 C
d. Nadi : 100 x / menit
e. Pernapasan : 24 x / menit

5) Pemeriksaan Head To Toe :


a. Kepala : Bentuk Mesochepal, tidak ada luka, warna rambut hitam, lurus,
pendek, bersih.
b. Mata : Fungsi pengelihatan baik, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis.
c. Telinga : Fungsi pendengaran baik, bentuk simetris kanan dan kiri,
tidak ada luka, terdapat sedikit serumen.
d. Hidung : Fungsi penciuman baik, bentuk simetris, terdapat sedikit
sekret.
e. Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis.
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
g. Thorax

I : Dada kanan kiri pasien simetris.


P : Fremitus seimbang.
P : sonor.
A : vasikuler.
h. Bdomen

I : Terdapat kolostomi di perut kiri, sekitar stoma berwarna


kemerahan.
P : Terdapat nyeri tekan
P : Timpani
A : Peristaltik ( + ) 18 x / menit.

13
i. Jantung
I : Ictus kordis tidak tampak
P : Ictus kordis tidak teraba
P : Pekak
A : Bunyi jantung I dan II sama.
j. Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedem, tangan kiri terpasang infuse D5 ¼ NS 15 tpm.
Bawah : Tidak ada oedem, tidak ada lesi.
k. Genetalian : Bentuk normal, jenis kelamin perempuan
l. Anus : Terdapat luka post op PSARP.

6) Pemeriksaan penunjang
a. Pemerikssaan laboratorium
Jenis Hasil Rujukan
pemeriksaan

Hemoglobin 14.1 11.5 - 13.5


Hematokrit 47 34 - 40
Leukosit 15.8 5.5.- 7.0
Trombosit 274 150 - 450
Eritrosit 6.13 3.90– 5.30
Hemostatis
PT 12.1 10.0 -15.0
APTT 26.5 20.0 -40.0
INR 0.950

b. terapi pengobatan
Infus D5 ¼ NS 15 Tpm, injeksi ceftriaxone 125 mh/12jam (IV), injeksi
metamizole 150 mg/8jam (IV), injeksoi Ranitidine 25 mg/12jam. Diet
sesuai terapi (SN),OBAT SALEP Erlamycetin 0,5 g, Hydrocortisone 2,5
% (5 g).

14
2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Deficit nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna nutrein
c. Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif b.d kompleksitas
program keperawatan
3. Intervensi keperawatan

No Diagnose Tujuan dan Intervensi


keperawatan kriteria hasil
1. Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
pencedera fisik ekspektasi menurun Observasi :
DS: dengan kriteria 1. Identifikasi
- Ibu pasien hasil: lokasi, karaker,
mengatakan - Keluhan durasi, frekuensi,
anaknya nyeri kualitasm
merasa nyeri, menurun intensitas nyeri
menangis dan 2. Identifikasi skala
- Meringis nyeri
rewel, sesekali menurun
memegangi Terapeutik :
bekas 1. Berikan teknik
operasinya. nonfarmakologis
DO : untuk mengurangi
rasa nyeri seperti
- Pasien tampak terapi musik
lemah dan 2. Kontrol
meringis lingkungan yang
menahan nyeri memperberat rasa
pada lukanya nyeri
dan memgangi Edukasi
bagian anus 1. Jelaskan strategi
dan perutnya. meredakan nyeri
- P : Luka post 2. Ajarkan teknik
operasi menggunakan
- Q : Menusuk- analgetik secara
nusuk dan tepat
perih Kolaborasi
1. Kolaborasi
- R : Bagian
pemberian
perut dan anus. analgetic
- S : Skala 5
- T : Pada waktu
Bergerak.

15
2. Deficit nutrisi b.d Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
ketidak mampuan ekspektasi membaik Observasi :
mencerna nutrein. dengan kriteria 1. Identifikasi status
DS : hasil: nutrisi
- Ibu pasien - Nafsu makan 2. Identifikasi
mengatakan membaik makanan yang
nafsu makan disukai
- Membran Terapeutik :
anaknya mukosa
menurun. 1. Sajikan makanan
membaik secara menarik
DO :
dan suhu yang
- Pasien tampak sesuai
lemas,mukosa 2. Berikan makanan
bibir pucat dan tinggi kalori dan
kering tinggi protein
- Pemeriksaan Edukasi :
TTV RR 20 1. Anjurkan posisi
x/menit duduk
- Ss 36 0C Kolaborasi
1. Kolaborasi
- N 98 x/menit
pemberian
medikasi sebelum
makan (pereda
nyeri)
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan.

3 Manajemen Kesehatan Manajemen Edukasi Kesehatan


keluarga tidak efektif kesehatan keluarga Observasi :
b.d kompleksitas ekspektasi 1. Identifikasi
program keperawatan menimgkat dengan kesiapan dan
menurun. kriteria hasil : kemampuan
DS : - Aktivitas menerima
- Ibu pasien keluarga informasi
mengatakan mengatasi Terapeutik:
belum tau masalah
bagaimana kesehatan 1. Sediakan materi
merawat luka tepat dan media
bekas operasi menimgkat pendidikan
pada anaknya. kesehatan
- Verbalisasi 2. Jadwalkan
DO : kesulitan pendidikan
- Di daerah menjalankan kesehatan sesuai
stoma dan anus perawatan kesempatan

16
tampak yang 3. Berikan
berwarna ditetapkan kesempatan untuk
sedikit menurun bertanya
kemerahan. Edukasi :
1. Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang
atau saluran anus. Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal.. Atresia ani atau anus
imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian
endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.
Diagnosa yang muncul antara lain : Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi), Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur
invasif, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer ( kerusakan integritas jaringan
tubuh), Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban

B. Saran
 Bagi Perawat sebagai orang 24 jam di dekat pasien harus lebih jeli dalam
mengkaji keluhan klien. Kolaborasi yang baik antarasemua tenaga medis
baik dokter, perawat, dll sangat diharapkan untuk terciptanya pelayanan
yang maksimal.
 Bagi keluarga, Diharapkan keluarga mampu mengetahui tanda dan gejala
serta dapat merawat pasien jika terjadi kekambuhan lagi, keluarga juga

18
DAFTAR PUSTAKA

Betz, S. (2018). Betz, Suradi. Repository Unimus, 53(9), 1689–1699.

Hamzah, M. (2017). Karakteristik Atresia Ani dengan Penyakit Bawaan lain yang
Menyertanyainya di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Pirngadi
Medan Tahun 2011-2016. 1–46. https://www.usu.ac.id/id/fakultas.html

Haryono, R. (2013). Penanganan Kejadian Atresia Ani Pada Anak. In Jurnal


keperawatan notokusumo: Vol. 1(1) (Issue Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal
Keperawatan Notokusumo, pp. 55–61). https://jurnal.stikes-
notokusumo.ac.id/index.php/jkn/article/view/20/12

Ii, B. A. B. (n.d.). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Embriologi dan Anatomi


Anorektal Perkembangan anus dimulai dari pembentukan dua bagian, yaitu.

Lubis, F. A., & Arifin, H. (2013). Penatalaksanaan Anestesi pada Koreksi Atresia
Esophagus dan Atresia Esofagus. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 5(3),
217. https://doi.org/10.14710/jai.v5i3.6312

Rifai, B. (2013). ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. I DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN : MALFORMASI ANOREKTAL POST POSTERIO
SAGITAL ANO RECTO PLASTY ( PSARP) DI RUANG MELATI 2 RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA. 1–17.

19

Anda mungkin juga menyukai