Disusun oleh:
Kelompok 1
Dosen Pengampu:
Pauzan Efendi,SST,M.Kes
1
Anggota kelompok
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Atresia Anif” tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Keperawatan Anak”.
Adapun hal-hal yang dimuat dalam makalah ini adalah mengenai Asuhan
Keperawatan Yang diberikan pada anak dengan Atresia Ani, serta intervensi yang
diberikan pada anak dengan Atresia Ani.
Untuk bisa menyelesaikan makalah ini, saya dibantu oleh berbagai pihak.
Karenanya, saya sampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari para pembaca selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada Allah SWT dan kepada
pihak-pihak yang terlibat. Semoga Allah SWT senantiasa meridai segala usaha
yang telah kami lakukan. Amin.
Pemakalah
3
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................6
C. Tujuan.......................................................................................................................6
D. Manfaat.....................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak
ada atau trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran,
atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan
normal. Atresia ani atau anus imperforate disebut sebagai malformasi
anorektal,dengan keaadaan kongenital berupa tanpa lubang anus atau lubang
anus tidak sempurna.(Betz and Linda, 2002)
Insidensinya dilaporkan pada sebuah literatur sebesar1 : 5000
kelahiran, yang muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan bagian
dari sindrom VACTERL (vertebra, anal, cardial, esophageal, renal, limb).
Anus tampak rata atau sedikit cekung kedalam atau kadang berbentuk anus
namun tidak tidak berhubungan langsung dengan rektum (Hamzah, 2017)
Kelainan kongenital pada anus ini biasanya terjadi akibat putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan
saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu dan adanya gangguan atau
berhentinya perkembangaan saat embriogenik didaerah usus.Pada umumnya
gambaran atresia ani yang terjadi pada 1,5%-2% kasus adalah atresia
rektum.Biasanya atresia ani juga dihubungkan dengan kelainan lainnya
seperti: pada genitourinary system (28% sampai 50% pada tipe atresia berat),
pada gastroistestinal (13%), jantung (7%), kerangka dan sistem saraf pusat
(6%). Biasanya tidak ada pola keturunan dari keluarga, namun ada laporan
yang mengatakan halini mungkin diturunkan secara dominan atau autosomal
resesif (Rifai, 2013)
Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital tanpa anus atau
dengan anus tidak sempurna, sedangkan kloaka persisten diakibatkan karena
pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus
tidak terjadi. Banyak anak-anak dengan malformasi ini memiliki anus
imperforata karena mereka tidak memiliki lubang dimana
seharusnya anus ada. Walaupun istilah ini menjelaskan penampilan luar dari
5
anak, istilah ini lebih ditujukan pada kompleksitas sebenarnya dari malformasi
(Ii, n.d.)
Insiden terjadinya malformasi anorektal berkisar dari 1500-5000
kelahiran hidup dengan sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki. 20 % -75 %
bayi yang menderita malformasi anorektal juga menderita anomali lain.
Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata
dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina
pada perempuan.Dalam asuhan neonatus, tidak sedikit dijumpai kelainan
kongenital pada anus, Seperti halnya atresia Ani. Sumber lain menyebutkan
bahwa atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjaid gangguan pemisahan
kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan, hal ini bisa terjadi Karena
bawaan sejak lahir atau akibat proses sebuah penyakit (Ii, n.d.).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumusakan masalah “Bagaimanakah
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Atresia Ani”
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian, Etiologi, Manifestasi Klinis,
Patofisiologi, WOC, Pemeriksaan Diagnostik, dan Penatalaksanaan
Atresia Ani
2. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Atresia
Ani
D. Manfaat
Makalah diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi
penulis dan pembaca tentang asuhan keperawatan pada pada anak dengan
Atresia Ani. Selain itu makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara
pemakalah dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari institusi
pendidikan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi
yaitu :
a) Anomali rendah / infralevator
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot
puborektalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang
berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat
hubungan dengan saluran genitourinarius.
b) Anomali intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung
anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
c) Anomali tinggi / supralevator
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak
ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius –
retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung
buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.
8
4. Patofisiologi Atresia Ani
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal
secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus
dari tonjolan embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari
embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang
menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur
kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi
dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada
uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus
sehingga menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal
mengalami obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus (Betz, 2018)
9
letaknya
d) Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak
ada fistula)
e) Bayi muntah- muntah pada umur 28-48 jam
f) Pada pemeriksaan Rectal touch terdapat adanya membran anal
g) Perut kembung
a) Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter
ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.
Pembuatan lubang biasanya sementara atau permanen dari usus
10
besar atau colon iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi
beberapa hari setelah lahir.
b) PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9
sampai 12 bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi
waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk
berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
c) Kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari
setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB
akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang
frekuensinya dan agak padat.
11
B. Konsep Asuhan Keperawatan Atresia Ani
1. Pengkajian
1) Biodata Identitas Pasien
Nama : An. I
Umur : 2 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gunung RT 01/12 Pucangan, Kartosuro.
Agama : Islam
Pendidikan :-
Tanggal masuk : 29 Oktober 2019
No. Rm :-
Diagnosa masu : Malformasi Anorectal / Atresia Ani
2) Alasan masuk Rumah Sakit
3) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama, ibu pasien mengatakan pasien sering menangis dan rewel.
b) Riwayat penyakit sekarang, ibu dan ayah pasien mengatakan air kencing
pasien berwarna kecoklatan dan disertai dengan feses yang lembek. Maka
keluarga memutuskan untuk di bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah.
c) Riwayat penyakit dahulu dan keluarga, di dalam keluarga pasien ada yang
sakit seperti yang diderita pasien dan merupakan penyakit keturunan.
12
4) Pemeriksaan fisik
13
i. Jantung
I : Ictus kordis tidak tampak
P : Ictus kordis tidak teraba
P : Pekak
A : Bunyi jantung I dan II sama.
j. Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedem, tangan kiri terpasang infuse D5 ¼ NS 15 tpm.
Bawah : Tidak ada oedem, tidak ada lesi.
k. Genetalian : Bentuk normal, jenis kelamin perempuan
l. Anus : Terdapat luka post op PSARP.
6) Pemeriksaan penunjang
a. Pemerikssaan laboratorium
Jenis Hasil Rujukan
pemeriksaan
b. terapi pengobatan
Infus D5 ¼ NS 15 Tpm, injeksi ceftriaxone 125 mh/12jam (IV), injeksi
metamizole 150 mg/8jam (IV), injeksoi Ranitidine 25 mg/12jam. Diet
sesuai terapi (SN),OBAT SALEP Erlamycetin 0,5 g, Hydrocortisone 2,5
% (5 g).
14
2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
b. Deficit nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna nutrein
c. Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif b.d kompleksitas
program keperawatan
3. Intervensi keperawatan
15
2. Deficit nutrisi b.d Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
ketidak mampuan ekspektasi membaik Observasi :
mencerna nutrein. dengan kriteria 1. Identifikasi status
DS : hasil: nutrisi
- Ibu pasien - Nafsu makan 2. Identifikasi
mengatakan membaik makanan yang
nafsu makan disukai
- Membran Terapeutik :
anaknya mukosa
menurun. 1. Sajikan makanan
membaik secara menarik
DO :
dan suhu yang
- Pasien tampak sesuai
lemas,mukosa 2. Berikan makanan
bibir pucat dan tinggi kalori dan
kering tinggi protein
- Pemeriksaan Edukasi :
TTV RR 20 1. Anjurkan posisi
x/menit duduk
- Ss 36 0C Kolaborasi
1. Kolaborasi
- N 98 x/menit
pemberian
medikasi sebelum
makan (pereda
nyeri)
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan.
16
tampak yang 3. Berikan
berwarna ditetapkan kesempatan untuk
sedikit menurun bertanya
kemerahan. Edukasi :
1. Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang
atau saluran anus. Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik
pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal.. Atresia ani atau anus
imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian
endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.
Diagnosa yang muncul antara lain : Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik (prosedur operasi), Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur
invasif, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer ( kerusakan integritas jaringan
tubuh), Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban
B. Saran
Bagi Perawat sebagai orang 24 jam di dekat pasien harus lebih jeli dalam
mengkaji keluhan klien. Kolaborasi yang baik antarasemua tenaga medis
baik dokter, perawat, dll sangat diharapkan untuk terciptanya pelayanan
yang maksimal.
Bagi keluarga, Diharapkan keluarga mampu mengetahui tanda dan gejala
serta dapat merawat pasien jika terjadi kekambuhan lagi, keluarga juga
18
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, M. (2017). Karakteristik Atresia Ani dengan Penyakit Bawaan lain yang
Menyertanyainya di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD. Pirngadi
Medan Tahun 2011-2016. 1–46. https://www.usu.ac.id/id/fakultas.html
Lubis, F. A., & Arifin, H. (2013). Penatalaksanaan Anestesi pada Koreksi Atresia
Esophagus dan Atresia Esofagus. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 5(3),
217. https://doi.org/10.14710/jai.v5i3.6312
19