Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

S POST PARTUM
SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI MAKROSOMIA DENGAN
MENYUSUI TIDAK EFEKTIF MELALUI PIJAT LAKTASI DI
RUANG DIAMOND RS MH THAMRIN CILEUNGSI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ARVELLA FATHARANI

E. 1035221008

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
AGUSTUS, 2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.S POST PARTUM
SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI MAKROSOMIA DENGAN
MENYUSUI TIDAK EFEKTIF MELALUI PIJAT LAKTASI DI
RUANG DIAMOND RS MH THAMRIN CILEUNGSI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu memperoleh gelar Ners

ARVELLA FATHARANI
E. 1035221008

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
AGUSTUS, 2023
PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Arvella Fatharani
NIM : 1035221008
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.S POST PARTUM SECTIO CAESARIA ATAS
INDIKASI MAKROSOMIA DENGAN MENYUSUI TIDAK EFEKTIF MELALUI
PIJAT LAKTASI DI RUANG DIAMOND RS MH THAMRIN CILEUNGSI adalah
hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sangsi yang telah ditetapkan. Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-
benarnya.

Jakarta, Agustus 2023

( Arvella Fatharani )
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Karya Ilmiah Akhir Ners ini telah diperiksa oleh pembimbing dan disetujui
untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Karya Ilmia Akhir Ners Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.S POST PARTUM SECTIO


CAESARIA ATAS INDIKASI MAKROSOMIA DENGAN MENYUSUI TIDAK
EFEKTIF MELALUI PIJAT LAKTASI DI RUANG DIAMOND RS MH
THAMRIN CILEUNGSI

Jakarta,
Menyetujui,
Pembimbing

(Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M.Kep)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta

(Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M.Kep)


HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh :

Nama : Arvella Fatharani


NIM : 1035221008
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Judul Karya Ilmiah Akhir : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.S Post Partum
Sectio Caesaria atas Indikasi Makrosomia dengan
Menyusui Tidak Efektif Melalui Pijat Laktasi di Ruang
Diamond RS MH.Thamrin Cileungsi

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Program Studi Ners dan dilakukan
revisi hasil sidang Karya Ilmiah Akhir Ners.

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : ( )

Pembimbing : Ns. Neli Husniawati, S.Kep.,M.Kep. ( )

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal :
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha-Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.S POST
PARTUM SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI MAKROSOMIA DENGAN
MENYUSUI TIDAK EFEKTIF MELALUI PIJAT LAKTASI DI RUANG
DIAMOND RS MH THAMRIN CILEUNGSI” ini dengan tepat waktu. Penulisan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kesehatan Universitas MH
Thamrin.

Peneliti menyadari bahwa, tanpa bimbingan dari pembimbing serta bantuan berbagai
pihak, Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Allah S.W.T, Alhamdulillah dengan segala keridhoan yang diberikan saya dapat
menyelesaikan Karya Akhir Ilmiah ners ini.
2. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, SKM., M.Com.H, selaku Rektor Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
3. Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
4. Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M.Kep., selaku kaprodi sekagilus pembimbing
maternitas yang telah membimbing dan membantu mengarahkan dalam
pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Ns. Seven Sitorus, M.Kep. Sp.KMB selaku wali kelas peneliti yang selalu
memberikan motivasi dan ilmu serta nasehat yang baik dalam penyusunan Karya
Ilmiah Akhir Ners ini.
6. Para dosen dan staff admin yang tidak dapat di sebutkan satu-persatu
terimakasih telah membantu selama kegiatan perkuliahan.
7. Alm. Ayah, mama dan adik yang selalu memberikan doa, kekuatan serta
semangat dalam menyusun Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
8. Kepada Mohammad Yusuf yang selalu mendengarkan keluh kesah dan
membantu dalam menyusun Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
9. Kepada teman satu kelompok bimbingan Keperawatan Maternitas yang
memberikan semangat satu sama lain agar Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.
10. Seluruh teman-teman seperjuangan di Program Studi Profesi Ners Angkatan
2022 Universitas MH. Thamrin yang selalu memberikan motivasi satu sama
lain agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan tepat waktu.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang telah membantu
penulis tanpa mengurangi rasa hormat.

Peneliti menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi
masukan berharga bagi peneliti dalam penulisan dan dalam penelitian selanjutnya.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat serta profesi.

Jakarta, Agustus 2023

(Arvella Fatharani)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah proses alami dari mempertahankan peradaban manusia. Kehamilan
baru bisa terjadi jika seorang wanita telah melalui masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi. kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan dari konsepsi dan akhir ke awalpersalinan. Masa kehamilan terjadi selama
280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan (Fratidina et al., 2022). Persalinan adalah satu
proses fisiologis normal. Lahirnya bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga harapkan dalam 9 bulan. Persalinan yang normal atau fisiologis dapat menjadi
persalinan patologis oleh karna itu, peran pendamping kesehatan sangat penting dalam
pemantauan persalinan untuk mendeteksi dini gejala komplikasi yaitu salah satunya
kesulitan saat melahirkan karena bayi makrosomia (Elvie Febriani Dungga, 2019).

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologis and World Health


Organization, bayi dengan berat lebih dari 8 ons, 13 ons (4.000 gram) disebut
makrosomia.1,2 Makrosomia dapat didiagnosis ketika berat lahir melebihi batas yang
ditetapkan yaitu 4.000 gram atau 4.500 gram. Makrosomia merupakan salah satu
penyebab penting morbiditas dan mortalitas pada janin dan Ibu. Ibu yang mengandung
janin makrosomia berisiko untuk melahirkan secara caesarean section. Pada persalinan
pervaginam (persalinan normal), Ibu yang melahirkan bayi makrosomia dapat
mengalami komplikasi persalinan seperti perdarahan postpartum, laserasi jalan
lahir, dan endometritis pascapartum (Osok et al., 2017).

Menurut Na wang (2018) dalam penelitiannya di Cina, prevalensi makrosomia


meningkat dari 6,0% pada tahun 1994 menjadi 7,3% pada tahun 2014. Berdasarkan
pada hasil Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) tahun 2013, presentase berat badan lahir
anak dengan berat badan > 4000 gram adalah berkisar 4,8% dari jumlah kelahiran bayi
nasional (Kemenkes RI, 2019). Kejadian bayi lahir di atas normal dapat mengakibatkan
ibu tidak dapat melahirkan secara normal melainkan dengan cara caesarean section.
Menurut data yang diperoleh WHO dalam Global Survey on Maternal and Perinatal
Health tahun 2011 menunjukkan sebesar 46,1% dari seluruh kelahiran dilakukan
melalui Sectio Caesarea (SC). Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, jumlah
persalinan dengan metode Sectio Caesarea (SC) di Indonesia sebesar 17,6%.

Kejadian makrosomia sering dikaitkan dengan peningkatan laju operasi caesarean


untuk indikasi gangguan persalinan. Bayi makrosomia juga berisiko mengalami masalah
kesehatan setelah dilahirkan, seperti hipoglikemia, hiperbilirubinemia, hingga
peningkatan risiko. Keadaan tersebut mengakibatkan bayi makrosomia juga harus
mendapatkan perawatan penunjang untuk selalu dikontrol stabilitas kesehatannya
setelah dilahirkan. Bayi yang lahir dengan indikasi gangguan persalinan harus dirawat
lebih lama di rumah sakit daripada bayi yang terlahir normal. Hal tersebut tentu saja
akan membuat pasangan suami istri untuk mengeluarkan biaya persalinan dengan
jumlah lebih banyak daripada biaya persalinan pada umumnya (Asty Melani, 2016).

Dalam melakukan asuhan keperawatan seorang perawat berperan sebagai care giver,
edukator, sebagai peneliti atau researtcher, sebagai pembela atau advocate, serta dapat
juga sebagai seorang konsultan atau innovator. Sementara itu, dalam perannya sebagai
perawat maternitas yang merawat pasien dengan post sectio caesaria, mereka harus
memiliki keterampilan yang cukup untuk mengatasi masalah pasien, seperti:
kemampuan membantu pengobatan, kemampuan untuk membantu pasien. melakukan
ADL (Activity of Daily Living) dan dapat memberikan dukungan emosional dan edukasi
kepada pasien dan keluarganya (Sulistyowati, P., Rachman, Y. O., & Oktifiana, 2018).

Berdasarkan uraian diatas mengenai masalah makrosomia yang banyak memberikan


dampak terhadap ibu dan bayi, peneliti merumuskan masalah yaitu tentang “ Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Ny.S Post Partum Sectio Caesaria atas Indikasi Makrosomia
dengan Menyusui Tidak Efektif Melalui Pijat Laktasi di Ruang Diamond RS
MH.Thamrin Cileungsi ”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menganalisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.S Post Partum
Sectio Caesaria atas Indikasi Makrosomia dengan Menyusui Tidak Efektif Melalui Pijat
Laktasi di Ruang Diamond RS MH.Thamrin Cileungsi.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulis Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah sebagai berikut :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di
Rumah Sakit Mh.Thamrin Cileungsi.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien tentang asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di
Rumah Sakit Mh.Thamrin Cileungsi.
c. Penulis mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien tentang asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di
Rumah Sakit Mh.Thamrin Cileungsi.
d. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien tentang asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di
Rumah Sakit Mh. Thamrin Cileungsi.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien tentang asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di
Rumah Sakit Mh,Thamrin Cileungsi.
f. Penulis mampu menganalisis pelaksanaan asuhan keperawatan pada kedua kasus
serta menganalisis berdasarkan teori keperawatan tentang asuhan keperawatan pada ibu
post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di Rumah Sakit Mh. Thamrin
Cileungsi.
g. Penulis mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung, penghambat serta
mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah tentang asuhan keperawatan pada ibu
post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di Rumah Sakit Mh.Thamrin
Cileungsi.
h. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien.

C. Ruang Lingkup Penelitian


Asuhan keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi
preeklampsia di Rumah Sakit Radjak Hospital Cileungsi dilaksanakan mulai tanggal 19
desember – 6 januari 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
keperawatan maternitas dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien post partum
dengan komplikasi makrosomia dengan benar.

2. Bagi Rumah Sakit


Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat dijadikan salah satu dalam menentukan
kebijakan dalam pelayanan terhadap pasien yang mengalami post partum dengan
masalah komplikasi makrosomia.

3. Bagi Institusi Pendidikan


Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi institusi
pendidikan dalam pengembangan, peningkatan mutu pendidikan, bahan evaluasi untuk
mengetahui sejauh mana mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan
maternitas, tambahan wacana atau bahan masukan dalam proses belajar mengajar
terhadap pemberian asuhan keperawatan maternitas dengan asuhan keperawatan pada
ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di Rumah Sakit
Mh.Thamrin Cileungsi.
4. Bagi Profesi Keperawatan
Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam
pelaksanaan peraktek pelayanan keperawatan khususnya maternitas pada klien asuhan
keperawatan ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di Rumah
Sakit Mh.Thamrin Cileungsi.

5. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini terbagi menjadi 2
tahap yaitu studi kepustakaan dan studi kasus. Studi kepustakaan adalah penulisan
mencari dan menggunakan sumber – sumber seperti buku dan penelitian yang
membahas tentang kesehatan maternitas khususnya komplikasi persalinan dengan
masalah makrosomia. Sedangkan studi kasus adalah penulisan dan menangani 2 (dua)
kasus maternitas di lapangan dengan melakukan asuhan keperawatan, pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Post Partum


1. Pengertian Post Partum
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Wahyuningsih, 2019).

2. Faktor Resiko Post Partum


Faktor risiko nifas adalah perdarahan nifas, yaitu kehilangan darah sebanyak 500 ml
atau lebih yang diperkirakan dengan dilihat secara langsung setelah lahir. Jumlah
kehilangan darah hingga 500 cc setelah persalinan pervaginam atau lebih dari 1000 ml
setelah persalinan sesar. Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum
dibedakan menjadi dua yaitu perdarahan postpartum primer dan perdarahan postpartum
sekunder. Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran, sedangkan perdarahan postpartum sekunder terjadi antara 24 jam dan 6
minggu setelah kelahiran (Ragil Mu’allimah, 2019).

3. Perubahan Adaptasi Post Partum


Adaptasi fisiologis postpartum terjadi pada berbagai system organ diantaranya adalah
sistem reproduksi dan struktur yang terkait, sistem endokrin, abdomen, sistem
perkemihan, sistem pencernaan payudara, sistem kardiovaskuler, sistem syaraf, sistem
muskuloskeletal, sistem integument, dan sistem imun.

a. Perubahan fisiologis pada post partum


1) Uterus
Setelah plasenta lahir dinding depan dan belakang uterus yang tebal saling menutup
yang berakibat rongga bagian tengah merata dan uterus menjadi massa jaringan yang
hamper padat. Ukuran uterus selama 2 hari pertama postpartum tetap sama, setelah itu
ukuran berkurang secara cepat karena involusi. Involusi terjadi akibat kontraksi dan
retraksi otot uterus serta autolisis (Apriza, Aulia Fatmayanti, 2020).

Table 2.1 Tingkat involusi uteri


Waktu Sejak Melahirkan Posisi Fundus Uteri (FU) Berat Uterus
Akhir kala III persalinan Uterus berada di tengah 1000
sekitar 2 cm di bawah
umbilikus dengan fundus
berada pada promontorium
sacrum. TFU sama dengan
uterus usia kehamilan 16
minggu
12 jam setelah melahirkan FU naik setinggi umbilikus 750 gr
atau sedikit di bawah atau
di atas umbilikus.
Selanjutnya FU turun
sekitar 1cm/24 jam
1 minggu FU berada 4-5 jari di 500 gr
bawah umbilikus
2 minggu Uterus tidak bisa dipalpasi 350 gr
dari abdomen
6 minggu Kembali ke keadaan 60-80 gr
normal seperti sebelum
hamil

2) Kontraksi Uterus
Intensitas kontaraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Hal
ini dibutuhkan untuk tercapainya hemostasis postpartum. Hemostasis postpartum
dicapai ketika otot uterus berkontraksi sehingga terjadi kompresi pembuluh darah dalam
miometrium. Dengan demikian kondisi ini terjadi bukan karena agregrasi trombosit dan
pembentukan pembekuan darah (Apriza, Aulia Fatmayanti, 2020).

3) Afterpains
Afterpains adalah rasa sakit yang mencekram (kram) pada abdomen bagian bawah
dialami oleh ibu multipara selama 3-4 hari pertama postpartum. Pada primipara tonus
uterus biasanya masih baik, fundus tetap keras dank ram yang dialami oleh ibu
biasanya ringan. Pada multipara uterus lebih kendor daripada uterus primipara dengan
demikian harus berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan involusi sehingga
mengakibatkan afterpain. Afterpains sering terjadi ketika ibu sedang menyusui, karena
hisapan putting menimbulkan pelepasan oksitosin yang membuat uterus berkontraksi
dan pemberian oksitosin eksogen (Apriza, Aulia Fatmayanti, 2020).

4) Tempat plasenta
Proses penyembuhan luka pada endometrium berbeda dengan proses penyembuhan luka
pada umumnya. Hal ini terjadi karena segera setelah plasenta dan selaputnya keluar,
konstriksi pembuluh darah dan trombosis akan membuat tempat melekatnya plasenta
menjadi tempat atau area bernodul ireguler dan meninggi. Pertumbuhan endometrium
ini dapat mengakibatkan lepasnya jaringan yang mengalami nekrosis dan mencegah
pembentukan jaringan parut yang menunjukkan ciri khas/normal penyembuhan luka.

5) Lochea
Lochea adalah cairan yang keluar dari uterus setelah melahirkan. Lochea mula-mula
berwarna merah, dan mengandung bekuan darah kecil. Lochea dibagi dalam tiga tahap
diantaranya adalah:
a. Lochea rubra, dengan karakteristik rabas berwarna merah terang yang berlangsung
selama 3 hari yang terdiri atas darah dengan sedikit lender, partikel residua dan sisa
sel darah dari plasenta.
b. Lochea serosa dengan karakteristik rabas cair berwarna merah muda atau
kecoklatan, kondisi ini terjadi akibat berkurangnya perdarahan pada endometrium.
Lochea serosa berlangsung selama 10 hari postpartum yang terdiri dari darah,
leukosit, serum dan sisa jaringan.
c. Lochea alba dengan karakteristik rabas coklat keputihan, lebih encer dan transparan.
Lochea alba terjadi setelah terjadi setelah hari ke-10 postpartum yang terdiri dari
leukosit, lender, sel-sel epitel serum dan desidua. Lochea alba berlangsung sampai 6
minggu setelah postpartum (Apriza, Aulia Fatmayanti, 2020).
6) Endometrium
Perubahan terjadi dengan munculnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta. Bekas luka solusio plasenta akibat kontraksi menonjol ke dalam
rongga rahim, pada hari pertama endometrium setebal 2,5 mm, pada hari ke-3
endometrium akan rata (Wahyuningsih, 2019).

7) Serviks
Setelah persalinan serviks menganga, setelah 7 hari dapat di lalui 1 jari, setelah 4
minggu rongga bagian luar kembali normal (Wahyuningsih, 2019).

8) Vagina dan perineum


Ukuran vagina berangsur-angsur mengecil tetapi jarang kembali ke ukuran aslinya,
selaput dara muncul sebagai jaringan kecil yang menonjol dan berubah menjadi selaput
tipis. Kerutan vagina kembali dalam 3 minggu, robekan atau jahitan perineum dan
edema secara bertahap akan pulih setelah 6-7 hari jika tidak ada infeksi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan vulva hygiene.

9) Mamae / payudara
Selama kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan mempersiapkan tugasnya
menyiapkan makanan untuk bayi. Pada hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin
pada payudara mulai terasa, sel-sel asini penghasil ASI mulai bekerja. Saat bayi
mengisap puting, oksitosin merangsang aliran yang menyebabkan ASI keluar.

10) Sistem pencernaan


Setelah 2 jam setelah melahirkan, ibu sudah lapar kecuali ada komplikasi saat
persalinan Sembelit disebabkan karena ibu takut buang air besar karena ada luka jahitan
perineum.
11) Sistem perkemihan
Pelvis ginjal meregang selama kehamilan dan membesar serta kembali normal pada
akhir minggu keempat setelah melahirkan. Kurang dari 40% wanita postpartum
memiliki proteinuria non-patologis, kecuali pada kasus preeclampsia (Wahyuningsih,
2019).

12) Sistem muskuloskeletal


Ligamen, fasia, dasar panggul meregang selama kehamilan dan secara bertahap
menyusut kembali normal (Wahyuningsih, 2019).

13) Sistem endokrin


Hormon-hormon yang berperan:
a. Oksitosin mempengaruhi kontraksi rahim dan mencegah perdarahan serta membantu
rahim kembali normal. Hisapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi
oksitosin
b. Prolaktin disekresikan oleh kelenjar hipofisis yang merangsang pelepasan prolaktin
untuk produksi ASI jika ibu nifas tidak menyusui dalam 14-21 hari setelah
menstruasi.
c. Estrogen dan progesteron, setelah melahirkan, estrogen menurun, progesteron
meningkat

14) Perubahan tanda-tanda vital


a. Suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5oC selama persalinan 2 jam setelah lahir
b. Denyut nadi dan pernapasan, denyut nadi dapat berupa bradikardia atau takikardia,
perdarahan dapat terjadi, pernapasan sedikit meningkat setelah melahirkan, dan
kemudian kembali normal.
c. Tekanan darah terkadang naik dan kemudian kembali normal setelah beberapa hari
tanpa penyakit lain. BB turun rata-rata 4,5 kg
d. Postpartum/partum striae pada dinding perut tidak dapat diangkat seluruhnya dan
menjadi putih (striae albicans)
e. Penilaian tonus otot perut untuk menentukan diastasis (derajat pemisahan otot rektus
abdominis). Setiap wanita memiliki 3 set otot perut, yaitu rectus abdominis, oblique
dan transversus. Rektus abdominalis adalah otot terluar yang bergerak dari atas ke
bawah. Otot ini terbagi menjadi dua bagian yang disebut rektus, yang lebarnya ± 0,5
cm dan dihubungkan oleh jaringan ikat (linea alba) (Wahyuningsih, 2019).

b. Perubahan psikologis pada post partum


Periode post partum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih
menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post partum yaitu
(Bahiyatun, 2019) :
1. Respons dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya

Satu atau dua hari postpartum, ibu cenderung pasif dan tergantung.ia hanya menuruti
nasihat, ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih berfokus untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, masih menggebu membicarakan pengalaman persalinan. Periode
ini di uraikan oleh Rubi menjadi tiga tahap:
a. Fase Taking in
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan
tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatirannya akan tubuhnya.
2) Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untung mencegah gangguan tidur.
4) Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya
bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian ibu
tidak berlangsung normal.
b. Fase Taking hold
1) Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya
menjadi orang tua yang sukses dan meingkatkan tanggung jawab terhadap janin.
2) Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh (misalnya, eliminasi).
3) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, ibu
sedikit sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut. Sehingga
cenderung menerima nasihat dari bidan karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.

c. Fase Letting go
1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
2) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi
dengan kebutuhan bayi yang dangat tergantung, yang menyebabkan
berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial.
3) Pada periode ini umumnya terjadi depresi post partum.

5. Klasifikasi Post Partum


a. Immediate Postpartum (setelah plasenta lahir-24 jam)

Masa segera setelah lahirnya plasenta hingga 24 jam, masalah umum pada tahap ini
adalah perdarahan akibat atonia uteri. Oleh karena itu pada tahap ini perlu dilakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, sekret, tekanan darah dan suhu (Wahyuningsih, 2019).

b. Early Postpartum (24 jam-1 minggu)


Pada tahap ini, ibu dipastikan memiliki involusi uterus yang normal, tidak mengalami
perdarahan, keputihan tidak berbau, tidak demam, ibu mendapatkan cukup makanan dan
cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik (Wahyuningsih, 2019).
c. Late Postpartum (1 minggu – 6 minggu )
Selama fase ini, ibu tetap memberikan perawatan dan pemeriksaan harian, serta
penyuluhan/edukasi kesehatan KB (Wahyuningsih, 2019).

B. Konsep Sectio Caesaria


1. Pengertian sectio caesaria
Operasi caesar adalah kelahiran buatan di mana janin dimasukkan melalui sayatan di
dinding perut anterior dan dinding perut rahim ketika rahim utuh dan berat janin lebih
sedikit lebih dari 500 gram. Operasi caesar adalah cara melahirkan janin dengan
tindakan luka di dinding rahim melalui perut atau bagian depan vagina atau disebut juga
histerotomi untuk menyelamatkan janin dari rahim (Isnaeni, Ana Pertiwi, And Iriantom,
2012).

2. Faktor risiko sectio caesaria


a. Faktor ibu
1) Umur
Usia reproduksi ibu yang optimal adalah 20-35 tahun, di bawah dan di atas risiko
kehamilan dan persalinan meningkat. Faktor usia ibu mempengaruhi kehamilan dan
persalinan, ibu yang berusia di bawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memiliki risiko
tinggi tertular penyakit saat melahirkan sebagai tanda operasi caesar. Kehamilan pada
ibu di bawah usia 20 tahun mempengaruhi kematangan fisik dan mental saat lahir.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelompok ini adalah: tekanan darah tinggi dan pre-
eklampsia, ketuban pecah dini, yaitu. pecah ketuban sebelum awal persalinan,
persalinan terganggu atau terhambat, perdarahan setelah melahirkan. Usia kehamilan
yang ideal bagi seorang wanita adalah antara 20 hingga 35 tahun karena pada usia
tersebut rahim sudah siap untuk hamil, juga matang secara mental dan mampu
mengurus bayi dan dirinya sendiri (Dila et al., 2022).
2) Tingkat pendidikan
Saat ini operasi caesar lebih banyak dilakukan oleh ibu yang berpendidikan tinggi dan
pengetahuannya tentang kemajuan teknologi yang dapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu yang melahirkan melalui operasi caesar (Siregar, 2016).

3) Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi masyarakat mencerminkan tingkat kesejahteraan dan
kesempatan untuk menggunakan dan menerima pelayanan kesehatan. Beberapa alasan
melahirkan dengan operasi caesar bersifat sosial ekonomi karena di kota besar seperti
Jakarta banyak ibu yang bekerja dan sangat terikat waktu serta memiliki jadwal tertentu
misalnya ketika mereka mulai bekerja lagi.

4) Paritas
Paritas mempengaruhi daya tahan rahim, pada multipara besar, misalnya ibu dengan
minimal 4 kehamilan/persalinan, ada risiko kelahiran patologis. Kondisi kesehatan yang
umum terjadi pada ibu multipara besar antara lain: kesehatan terganggu oleh anemia dan
malnutrisi, relaksasi dinding perut, munculnya perut lemah, relaksasi dinding rahim.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelompok ini adalah: Abnormalitas posisi dan anomali
persalinan transversal, ruptur uteri, anomali transversal, partus lama, perdarahan
postpartum (Siregar, 2016).

5) Jarak persalinan
Setelah melahirkan, seorang wanita membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk pulih dan
mempersiapkan kelahiran berikutnya serta memberi kesempatan pada lukanya untuk
sembuh dengan baik. Interval kelahiran yang pendek meningkatkan risiko bagi ibu dan
anak. Kehamilan sebelum usia 2 tahun sering menimbulkan komplikasi saat persalinan.
Kemungkinan bahaya bagi ibu adalah misalnya perdarahan setelah melahirkan bayi
karena kondisi ibu masih lemah, bayi prematur/lahir cukup bulan sebelum usia
kehamilan 37 minggu, bayi dengan berat badan lahir rendah/BBLR <; 2500 gram
(Siregar, 2016).
3. Etiologi Sectio Caesaria
Menurut (Kosanke, 2019) etiologi sectio caesaria adalah sebagai berikut :
a. Panggul sempit dan dystocia mekanis: Disporposi fetopelik, panggul sempit, ukuran
bayi terlalu besar, malposisi dan mal presentasi, difungsi uterus, dystocia jaringan
lunak, neoplasma dan pertus lama.
b. Pembedahan sebelumnya pada uterus; sectio caesarea, histerektomi, miomektomi
ekstensi dan jahitan luka pada sebagian kasus dengan jahitan cervical atau perbaikan
ostium cervicis yang inkompeten dikerjakan sectio caesarea.
c. Perdarahan disebabkan oleh plasenta previa dan abruption plasenta.
d. Toximea gravidarum meliputi preeklamsi dan eklamsi, hipertensi esensial dan
nephritis kronis.
e. Indikasi fetal antar lain gawat janin, catat, infusiensi plasenta, prolapses, finiculus
umbilicalis, diabetes maternal, inkompatibilitas rhesus, post materm caesarea dan
infeksi virus harpes pada traktus genetalis.

4. Patofisiologi Sectio Caesaria


Ada beberapa kendala selama persalinan bayi lahir secara normal/alami, misalnya
karena ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, toksisitas kehamilan
berat, preeklamsia dan eklampsia berat, kelainan posisi bayi seperti sungsang dan garis
lintang, kemudian beberapa kasus penutupan serviks plasenta yang paling terkenal
dengan plasenta previa, kembar, kehamilan pada ibu yang lebih tua, persalinan lama,
pengeluaran plasenta prematur, pecah ketuban, dan persalinan tidak keluar selama 24
jam, kontraksi lemah, dll. Kondisi ini mengarah pada perlunya pembedahan, yaitu sectio
caesarea.

Sectio caesarea adalah tindakan melahirkan dengan bayi yang berat lebih dari 500g
dengan insisi dinding rahim utuh. Dalam proses operasi, anestesi dilakukan, yang akan
membuat pasien merasa diam. Efek anestesi juga dapat menyebabkan relaksasi otot dan
Sembelit Kurangnya informasi tentang proses pembedahan, pengobatan dan perawatan
pasca operasi akan menimbulkan masalah kecemasan pada pasien. jika tidak selama
operasi, sayatan juga akan dibuat di dinding perut dengan cara yang menyebabkan
pemutusan jaringan tak sadar, pembuluh darah darah dan saraf di sekitar area sayatan.
Ini akan meningkatkan pengeluaran histamin dan prostaglandin akan merangsang area
sensorik sehingga menyebabkan rasa sakit hingga timbul masalah laktasi nyeri
(Agustina, 2020).

5. Klasifikasi Sectio Caesaria


Menurut Ramandanty (2019), klasifikasi bentuk bedah sectio caesaria adalah:
1) Operasi caesar klasik
Operasi caesar klasik dilakukan secara vertikal di bagian atas rahim. Operasi dilakukan
dengan sayatan memanjang sekitar 10 cm. Seharusnya tidak digunakan pada kehamilan
berikutnya selama persalinan pervaginam.

2) Sectio Caesarea Transperitonel Profunda


Sectio caesarea transperitonel deep juga dikenal sebagai serviks bagian bawah, yaitu
sayatan memanjang di bagian bawah rahim. Jenis sayatan ini dibuat jika bagian bawah
rahim tidak tumbuh atau tidak cukup tipis untuk memungkinkan celah horizontal. Celah
memanjang sebagian dilakukan untuk otot-otot di bawah rahim.

3) Operasi caesar pengangkatan rahim


Histerektomi Sectio Caesarea adalah operasi yang dilakukan setelah janin lahir dari
sectio caesarea, diikuti oleh adhesi uterus.

4) Operasi caesar ekstraperitoneal


Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu sectio caesarea diulang menjadi satu pasien
dilahirkan dengan operasi caesar. Biasanya dilakukan pada sayatan lama. Tindakan ini
dilakukan dengan sayatan di dinding dan timbang perut sementara peritoneum direseksi
ke anterior mengekspos bagian bawah rahim sehingga rahim bisa terbuka
ekstraperitoneal.
6. Manifestasi klinis sectio caesaria
Menurut (Fitia, 2018) adalah sebagai berikut:
a. Panggul sempit
b. Pre-eklamsia atau Hipertensi
c. Adanya luka bekas operasi
d.Malpresentasi janin diantaranya seperti: Letak lintang dan gemeli (kehamilan kembar)

7. Pemeriksaan penunjang sectio caesaria


a. Hitung darah lengkap
b. Golongan darah (ABO)
c. Urinalis : menentukan kadar albumin atau glukosa
d. Pelvimetri : menentukan CPD
e. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II
f. Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menentukan pertumbuhan, kedudukan dan
presentasi janin
g. Amniosintes : mengkaji maturitas paru janin
h. Tes stress kontraksi atau non-stress : untuk mengkaji respon janin terhadap gerakan
atau stress dari polakontrasi uterus (Martowirjo, 2018).

8. Penatalaksanaan medis section caesaria


Menurut (Prasetyaningrum et al., 2021) adalah sebagai berikut :
a) Manajemen cairan
Karena 24 jam pertama mereka yang menderita setelah berpuasa operasi, maka cairan
infus harus berlimpah dan

2. Mengandung elektrolit untuk mencegah hipotermia, dehidrasi atau komplikasi pada


organ tubuh lainnya. Cairan biasa disediakan biasanya 10% DS, air garam dan RL
bergantian dan kuantitas tetes demi tetes sesuai kebutuhan. Jika kadar Hb rendah,
diberikan transfusi darah darah bila diperlukan.
3. Diet
Cairan intravena biasanya dihentikan setelah pasien perut kembung, kemudian mulai
memberikan air dan makanan melalui mulut minuman dalam jumlah kecil
diperbolehkan 6 - 10 jam setelah operasi, dalam bentuk air dan teh.

4. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi, condong ke kanan sisi kiri bisa mulai
dari 6-10 jam setelah operasi, olahraga pasien berbaring telentang saat tidur dapat
bernapas sesegera mungkin setelah bangun tidur. Pada hari kedua pasca operasi, pasien
bisa duduk selama 5 menit dan minta untuk menarik napas dalam-dalam sesudahnya
ekspirasi. Anda kemudian dapat mengubah posisi tidur anda dalam posisi setengah
duduk (semi burung hantu). Selanjutnya pada waktunya berturut-turut, hari demi hari,
pasien disarankan untuk belajar duduk setiap hari, belajar jalan, lalu jalan sendiri di hari
ke 3 hingga hari ke-5 pasca operasi.

5. Kateterisasi urin
Kandung kemih penuh menyakitkan dan ketidaknyamanan pada pasien, mengganggu
kontraksi rahim dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya dibiarkan di tempatnya
selama 24 hingga 48 jam / lebih lama tergantung pada jenis operasi dan kondisi pasien.

6. Manajemen obat
Pemberian obat antibiotic untuk meredakan nyeri dan obat-obatan yang memudahkan
kerja saluran pencernaan.

7. Perawatan luka
Kondisi perban terlihat pada hari pertama pasca operasi, jika basah dan berdarah, harus
dibuka dan diganti dan dilakukan perawatan rutin.
9. Komplikasi Sectio Caesaria
Menurut (Prasetyaningrum et al., 2021) komplikasi yang dapat muncul antara lain :
a) Infeksi puerperal (nifas)
Infeksi ini berupa ringan dan berat, kenaikan suhu beberapa hari termasuk dalam
kategori ringan, sedangkan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung termasuk sedang. kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dengan peritonitis ,
sepsis dan ileus paralitik termasuk dalam kategori berat. Infeksi disebabkan oleh adanya
kuman atau bakteri sumber penyebab infeksi pada daerah luka. Infeksi menyebabkan
peningkatan inflamasi dan nekrosis yang menghambat penyembuhan luka.

b) Perdarahan
Perdarahan disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka,
atonia uteri, perdarahan pada plasental bed. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan
mencapai homeostatis karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi
setelah pemanjangan masa persalinan.Sepsis setelah terjadi pembedahan, frekuensi dari
komplikasi ini lebih besar bila sectio caesaria dilaksanakan selama persalinan atau bila
terdapat infeksi dalam rahim.Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung
kemih bila reperitonialisis terlalu tinggi. Cidera pada sekeliling struktur usus besar,
kandung kemih yang lebar dan ureter. Hematuri singkat dapat terjadi akibat
terlalu antusias dalam menggunakan regaktor di daerah dinding kandung kemih.

c) Komplikasi yang muncul pada eklampsia


Komplikasi tergantung derajat pre eklampsia atau eklampsia antara lain Antonia uteri,
Sindom HELLP (Hemolysis, Elevated Livr Enzimes, Low Platelet Count), ablasi retina,
KID (Koagulasi Intravaskuler Diseminata), Gagal gijal, Perdarahan otak, edema paru,
gagal jantung, hingga syok dan kematian. Komplikasi pada janin berhubungan dengan
akut atau kronisnya insufisiensi uteroplasenta, misalnya pertumbuhan janin terlambat
dan prematuritas.
d) Hipotermi
Perawatan pasien pasca bedah dapat menjadi kompleks akibat perubahan fisiologis yang
mungkin terjadi, diantaranya komplikasi perdarahan, irama jantung tidak teratur,
gangguan pernafasan, sirkulasi, pengontrolan suhu (hipotermi), serta fungsi-fungsi vital
lainnya seperti fungsi neurologis, integritas kulit dan kondisi luka, fungsi genito-
urinaria, gastrointestinal, keseimbangan cairan dan elektrolit serta rasa nyaman.
Beberapa kejadian menggingil (hipotermia) yang tidak diinginkan mungkin dialami
pasien akibat suhu yang rendah di ruang operasi, infus dengan cairan yang dingin,
inhalasi gas-gas yang dingin, kavitas atau luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang
menurun, usia yang lanjut, atau agent obat- obatan yang digunakan seperti
vasodilator/fenotiasin.

C. Makrosomia
1. Pengertian Makrosomia
Makrosomia merupakan bayi yang berat badannya saat lahir lebih dari 4000 gram. Berat
neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.
Frekuensi beran badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4.500
gram adalah 0,4%. Bayi makrosomia dapat menimbulkan kesulitan saat persalinan bahu
(Umi Ma’rifah, Nova Elok Mardiyana, 2022).

2. Faktor Resiko Makrosomia


Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan bayi lahir makrosomia,
antaralainnya adalah ukuran orang tua yang besar (obesitas pada ibu), multiparitas,
gestasi lama, usia ibu, janin berjenis kelamin laki-laki, bayi sebelumnya memiliki berat
badan lahir lebih dari 4000 gram, ras dan etnik. Jika ibu hamil memiliki berat badan 150
kg, kemungkinan bayi lahir makrosomia yaitu sebanyak 30% (Asty Melani, 2016).
3. Etiologi Makrosomia
Etiologi bayi makrosomia diantaranya adalah berasal dari bayi dan ibu yang menderita
diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu hamil yang menderita diabetes selama
kehamilan. Selain itu, kejadian obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran
bayi besar atau makrosomia. Janin yang menerima pemasokan gula darah yang
berlebihan akan memproduksi insulin sehingga terjadi hyperinsulinemia. Pengaruh
insulin akan mengubah glukosa menjadi cadangan lemak dan glikogen. Hal ini
menyebabkan makrosomia (Legawati, 2018).

4. Patofisiologi Makrosomia
Makrosomia adalah bayi yang lebih besar dari 4.000 – 4.500 gram, yang sering
dijumpai pada prediabetes mellitus laten. Makrosomia terjadi akibat hipernutrisi ibu
yang berdampak pada janin, di antaranya: Hiperglikemia, kelebihan asam amino, asam
lemak berlebih badan keton. Hal tersebut menimbulkan rangsangan untuk
dikeluarkannya insulin janin sehingga overnutrisi dapat dimanfaatkan kompensasi dari
sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin sehingga overnutrisi dapat diubah
menjadi bentuk anabolik janin. Metabolisme dalam bentuk anabolik terjadi di semua
bagian janin kecuali otaknya terdapat timbunan lemak di semua bagian tubuh janin. Sel
secara individu mengalami hyperplasia dan hipertropia sehingga terjadi
hepatosplenomegaly yang menyebabkan janin makrosomia. Pada ibu diabetes militus
aliran overnutrisi ke janin karena pada plasenta terjadi perubahan bentuk dan fungsinya
karena konsentrasi glukosa darah 95 mg % telah dapat menimbulkan makrosomia
(Fajariyana, 2019).

5. Penatalaksanaan Medis Makrosomia


Menurut (Fajariyana, 2019) penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada ibu yang
mengandung bayi makrosomia adalah sebagai berikut:
a. Antepartum
Ibu dengan risiko tinggi melahirkan bayi makrosomia atau yang telah diketahui
memiliki janin yang BMK (Besar untuk Masa Kehamilan) harus dipantau dengan
pemeriksaan USG serial setiap 3-4 minggu untuk mencatat pertumbuhan bayi.
b. Induksi Persalinan
Induksi awal persalinan seringkali direkomendasi dengan pandangan untuk
memaksimalkan kemungkinan persalinan per vaginam, karena adanya asosiasi antara
makrosomia dengan trauma lahir dan persalinan bedah sesar.
c. Untuk mencegah trauma lahir, maka bedah sesar elektif (profilaktif) harus ditawarkan
pada wanita penderita diabetes dengan taksiran berat janin > 4500 gram dan pada
wanita non diabetes dengan taksiran berat janin > 5000 gram.
d. Kelahiran per vaginam untuk bayi makrosomia harus dilakukan dengan sangat
terkontrol yaitu dengan akses segera kepada staf anestesi dan tim resusitasi neonates.
Sangat penting untuk menghindari persalinan per vaginam dengan alat bantu dalam
keadaan ini.

6. Komplikasi Makrosomia
Makrosomia atau fetus dengan besar terhadap masa kehamilan (BMK) menjadi faktor
predisposisi untuk terjadinya berbagai macam kelainan dalam lingkup obstetri dan
ginekologi maupun neonatologi. Risiko dalam obstetri dan ginekologi berhubungan
dengan proses persalinan, sementara dalam neonatologi risiko berkaitan dengan
kebutuhan akan perawatan di NICU karena neonatus makrosomia merupakan
predisposisi untuk terjadinya gangguan elektrolit dan metabolik seperti hipoglikemia,
hiperbilirubinemia dan hipermagnesemia.

Janin BMK selama proses persalinan akan mengalami peningkatan


risiko terjadinya distosia bahu, cedera pleksus brachialis, cedera skeletal, aspirasi
mekonium, asfiksia prenatal dan kematian. Sementara, komplikasi untuk ibu yang
melahirkan janin BMK adalah kala 2 lama, induksi persalinan dengan oksitosin, section
cesarean (SC), perdarahan postpartum, infeksi, rupture perineum derajat 3-4,
tromboemboli dan berbagai komplikasi lain terkait dengan proses anestesi (Lubis,
2021).

D. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
a. Data demografi
Data demografi adalah informasi tentang sekelompok orang menurut atribut tertentu
seperti usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan dapat mencakup faktor sosial ekonomi
seperti pekerjaan, status keluarga, atau pendapatan.

b. Stimuli umum
Pada tahap ini, selain alasan tinggal di rumah sakit, riwayat kesehatan ibu saat ini dan
riwayat ibu sebelumnya, apakah ibu memiliki penyakit akut atau kronis. Jenis penyakit
keturunan dan penyakit menular lain yang diderita keluarga merupakan hal yang perlu
ditelusuri dalam riwayat keluarga. Selain itu, riwayat kebidanan dan kandungan ibu
yang harus diperiksa terkait dengan riwayat haid ibu secara umum termasuk haid. Ini
diikuti dengan penilaian riwayat ANC, status kebidanan ibu, kelahiran sebelumnya,
status perkawinan dan penggunaan kontrasepsi (Indrieni, 2020).

2. Pengkajian Konsep diri


Dalam mengkaji konsep diri, perawat mengumpulkan data objektif dan subjektif yang
berfokus pada stresor konsep diri baik yang aktual maupun potensial dan pada perilaku
yang berkaitan dengan perubahan konsep diri. Contoh stresor yang mungkin dirasakan
perawat selama mengumpulkan riwayat keperawatan termasuk kehilangan pekerjaan,
penyakit kronis, atau tuna wisma. Data objektif selanjutnya termasuk perilaku yang
diperlihatkan oleh klien, seperti preokupasi terhadap perubahan citra tubuh, keengganan
untuk mencoba hal-hal baru, dan interaksi verbal dan nonverbal antara klien dengan
orang lain misalnya pengekspresian rasa malu atau kegagalan untuk melihat pada
bagian tubuh yang mengalami perubahan. Data subjektif dikumpulkan untuk
menentukan pandangan klien tentang diri dan lingkungan. Persepsi orang terdekat
adalah sumber data yang penting (Nurisalasa, 2018),

3. Pengkajian Fungsi Peran


Fungsi peran mengacu pada pola interaksi seseorang dalam hubungannya dengan orang
lain, apa peran klien dalam keluarga, apakah pasien memiliki tenaga dan waktu untuk
bekerja di rumah, apakah pasien memiliki pekerjaan yang stabil, penyakit apa yang
diderita saat ini, termasuk peran klien dalam ruang publik (Indrieni, 2020).

4. Pengkajian Interdependensi
Pengkajian yang menggambarkan ketergantungan atau hubungan klien dengan orang
terdekat, orang terpenting dalam hidupnya, sikap memberi dan menerima terhadap
kebutuhan dan aktivitas masyarakat.

5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017) meliputi :
a) Keadaan umum Keadaan umum biasanya lemah.
b) Tingkat Kesadaran Apatis.
c) Tanda-tanda vital Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg. Nadi :
Nadi meningkat >80x/menit. Suhu : Suhu meningkat >37,5 C. Respirasi : Respirasi
meningkat.

Pemeriksaan Head to toe menurut meliputi :


a) Kepala : Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan rambut dan
keadaan kulit kepala.
b) Muka : Terlihat pucat dan tampak menahan sakit.
c) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva merah segar atau merah
pucat, sklera putih atau kuning.
d) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor.
e) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak.
f) Lidah : Bersih atau kotor.
g) Bibir : Lembab atau kering.
h) Telinga : Bersih atau kotor, ada benjolan kelenjar tifoid atau tidak.
i) Abdomen : Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan luka operasi adakah
perdarahan, berapa tinggi fundus uterinya, bagaimana dengan bising usus, adakah
nyeri tekan. )
j) Dada : Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi intercosta, pernafasan
tertinggal, suarawheezing, ronchi, bagaimana irama dan frekuensi pernapasan
k) Payudara : Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu menonjol atau tidak,
pengeluaran ASI.
l) Genetalia : Adaoedemaatautidak, adakah pengeluaran lochea dan bagaimana
warnanya.
m) Ekstermitas: Simetris atau tidak, ada oedem atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan post sc (Nurarif, A. H., & Kusuma,
2017).

3. Perencanaan Keperawatan
2.2 Tabel Perencanaan Post Partum
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. D.0077 SLKI SIKI
Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
agen cidera fisik keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan tingkat nyeri dapat Observasi
menurun dengan kriteria hasil : -identifikasi lokasi,
-keluhan nyeri menurun karakterisrik, durasi, frekuensi
-meringis menurun kualitas, intentisas nyeri
-sikap protektif menurun -identifikasi skala nyeri
-gelisah menurun -identifikasi skala nyeri non
-kesulitan tidur menurun verbal
-perineum merasa tertekan menurun -identifikasi faktor yang
-uterus teraba membulat menurun memperberat dan
memperingan nyeri
-identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
-identifikasi budaya terhadap
respon nyeri
-identifikasi nyeri pada
kualitas hidup
-monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
-monitor efek samping
pemberian analgesic

Terapeutik
-berikan teknik non
famakologis untuk
mengurangi nyeri
-kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
-fasilitasi istirahat tidur
-pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri

Edukasi
-jelaskan penyebab periode
dan pemicu nyeri
-jelaskan strategi meredakan
nyeri
-anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
-anjurkan menggunakan
analgetik yang tepat
-anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik
2. D.0142 SLKI SIKI
Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi
berhubungan dengan efek keperawatan selama 1 x 24 jam
prosedur invasif diharapkan tingkat infeksi dapat Observasi
menurun dengan kriteria hasil : -monitor tanda dan gejala
-kebersihan tangan meningkat infeksi lokal dan iskemik
-kebersihan badan meningkat Terapeutik
-demam menurun -batasi jumlah pengunjung
-nyeri menurun -berikan perawatan kulit pada
-bengkak menurun area edema
-cairan berbau busuk menurun -cuci tangan sebelum dan
-periode menggigil menurun sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
-pertahankan teknik aspetik
pada pasien beresiko tinggi

Edukasi
-jelaskan tanda dan gejala
infeksi
-ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
-ajarkan etika batuk
-ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
-anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
-anjurkan meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
w D.0054 Setelah dilakukan asuhan SIKI
Gangguan mobilitas fisik keperawatan selama 1 x 24 jam
w berhubungan dengan post diharapkan mobilitas fisik dapat Dukungan Ambulasi
sc meningkat dengan kriteria hasil :
Observasi :
-pergerakan ekstremitas meningkat
-kekuatan otot meningkat -identifikasi adanya nyeri atau
-rentang gerak (ROM) meningkat keluhan fisik lainnya.
-nyeri menurun 1. -Identifikasi toleransi fisik
-kecemasan menurun melakukan ambulasi
-kekakuan sendi menurun 2. -Monitor frekuensi jantung
-gerakan terbatas menurun dan tekanan darah sebelum
-kelemahan fisik menurun memulai ambulasi
3. -Monitor kondisi umum
selama melakukan ambulasi
2.
3. Terapeutik :
1. -Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu
2. -Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu
3. -Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
4.
5. Edukasi :
1. -Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. -Anjurkan melakukan
ambulasi dini
-Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.Ukuran intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan,
tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan
untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari (Ninda Rofifah,
2019).

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan (Ninda Rofifah, 2019).

6. Teori Keperawatan Model Adaptasi : Sister Calista Roy


Menurut Roy 1999 dalam Yuanita Panma (2018) Adaptasi berarti respon positif
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Roy menjelaskan bahwa adaptasi
merupakan suatu rangkaian proses sekaligus hasil dimana pemikiran dan perasaan
seseorang sebagai individu atau kelompok menyadari bahwa manusia dan lingkungan
adalah satu kesatuan.

a. Elemen Adaptasi Roy


1) Elemen keperawatan
Keperawatan adalah suatu disiplin ilmu dan pengetahuan yang merupakan dasar dari
praktik keperawatan (Roy, 1983). Lebih khusus lagi (Roy, 1986) menyatakan bahwa
keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan penyesuaian
kesehatan individu dan kelompok sehingga muncul sikap yang lebih positif. Pekerjaan
keperawatan memberikan perbaikan bagi individu sebagai satu kesatuan yang utuh
untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan untuk bereaksi terhadap
rangsangan internal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stres terjadi dan orang
tersebut tidak dapat menggunakan Coping secara efektif, orang tersebut membutuhkan
terapi.

2) Elemen manusia
Manusia adalah bagian dari sistem adaptif, yaitu sekumpulan unit yang saling
berhubungan yang memiliki masukan, pengendalian proses, keluaran, dan umpan balik
(Roy, 1986). Kontrol proses adalah mekanisme koping yang memanifestasikan dirinya
dalam bentuk penyesuaian khusus. Manusia dalam sistem ini bertindak sebagai
perseptor dan regulator untuk mempertahankan adaptasi. Ada empat mode adaptasi,
termasuk adaptasi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan kebutuhan saling
ketergantungan.

3) Elemen lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai sekumpulan kondisi, keadaan dan faktor lain yang
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.

4) Elemen sehat
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan yang terjadi atau proses yang terjadi pada
organisme hidup dan terintegrasi pada individu secara keseluruhan. Proses merangsang
mekanisme koping untuk menghasilkan respon yang adaptif atau tidak efektif. Hasil
adaptasi adalah suatu kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya
tujuan individu, antara lain kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, dan
integritas (Budiono, 2016).

b. Stimulus menurut Roy


Menurut Roy, manusia adalah sistem adaptif yang mampu beradaptasi dengan masalah
sepanjang hidupnya. Manusia sebagai sistem adaptif selalu menerima informasi berupa
rangsangan internal dan eksternal. Rangsangan internal adalah rangsangan yang berasal
dari dalam, sedangkan rangsangan eksternal berasal dari lingkungan sekitar seseorang
Stimulus menurut Roy terbagi menjadi tiga yaitu stimulus fokal yang merupakan suatu
respon stimulus yang diberikan langsung terhadap input yang masuk, sedangkan
stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal
maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara

obyektif, dan stimulus residual yaitu suatu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan
dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu (Dharma, 2018).
7. Keterkaitan Teori Calista Roy Dengan Kondisi Postpartum
Model keperawatan adaptif Roy dijelaskan dalam hal faktor manusia, yaitu manusia
dalam sistem ini bertindak sebagai perseptor dan regulator (aturan) untuk
mempertahankan adaptasi. Ada empat mode adaptasi, termasuk adaptasi fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan kebutuhan saling ketergantungan. Kaitannya
dengan penelitian ini membantu pasien beradaptasi dengan perubahan fisiologi, konsep
diri, dan peran ibu setelah melahirkan (Yuanita Panma, 2018).

E. Konsep Masalah Kesehatan


1. Menyusui tidak efektif
a. Pengertian
Menyusui yang tidak efektif adalah suatu kondisi dimana ibu dan anak merasa tidak
puas atau mengalami kesulitan dalam menyusui. Keadaan menyusui yang tidak efektif
ini membuat menyusui sangat minim sehingga bisa menjadi ancaman bagi bayi,
terutama untuk kelangsungan hidup bayi dalam masa pertumbuhan dan
perkembangannya (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Proses nifas ini sangat erat
kaitannya dengan proses menyusui. Perbedaan pengeluaran asi antara ibu yang bersalin
secara SC dan normal yaitu dimana persalinan pasca SC lebih lambat pengeluaran
asinya dibanding dengan ibu yang lahiran secara normal. Hal ini terjadi karena kondisi
luka operasi di perut ibu yang membuat membuat proses menyusui terhambat (Ekasari
& Adimayanti, 2022).

2. Data Mayor dan Data Minor


Table 2.3 Data Mayo dan Data Minor

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif : Objektif :
1. Kelelahan maternal 1. bayi tidak mampu melekat pada
2. Kecemasan maternal payudara ibu
2. ASI tidak menetes atau memancar
3. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam
24 jam
4. Nyeri dan atau lecet terus menerus
setelah minggu ke dua
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Objektif :
(Tidak tersedia) 1. Intake bayi tidak adekuat
2. Bayi menghisap tidak terus
menerus
3. Bayi rewel dan menangis terus
dalam jam-jam pertama setelah
menyusui
4. Menolak untuk menghisap

3. Penyebab Menyusui Tidak Efektif


Penyebab gagal menyusui bukan karena satu faktor saja tetapi banyak faktor
mempengaruhinya. Beberapa penelitian mengatakan ada tiga faktor mempengaruhi
keberhasilan ibu memberikan ASI eksklusif pada bayi, yaitu faktor psikososial
(keinginan dan keyakinan yang kuat atau efikasi diri dalam menyusui eksklusivitas dan
sistem dukungan sosial). faktor sosiodemografi (usia, pendidikan, pengalaman,
kesetaraan dan situasi kerja ibu) dan faktor prenatal/postnatal (faktor pemberian susu
formula selama perawatan post partum diinstansi pelayanan kesehatan, permasalahan
menyusui dan kunjungan ke klinik laktasi, pemberian MPASI pada bayi usia <6 bulan
dan pemakaian empeng (Antasari et al., 2020).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi menyusui tidak efektif


Menurut (Kusumaningrum, 2017) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
ibu mengalami menyusui tidak efektif yaitu :
1) Faktor Internal
a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengamatannya selama bertahun-tahun indera objek tertentu
meliputi penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan dan rasa (Notoatmodjo, 2007).
ibu yang kurang pengetahuan biasanya akan tahu lebih sedikit tentang manfaat dan
pentingnya menyusui dini dan mendorong ibu untuk menolak menyusui.
Pengetahuannya ibu tentang menyusui merupakan salah satu faktor terpenting dalam
menyusui dengan sukses.

b) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap keputusan tersebut memutuskan
untuk menyusui. semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak kesempatan
bagi ibu dapatkan informasi tentang pentingnya manfaat menyusui untuk bayi,
sebaliknya jika ada sedikit pendidikan menghambat perkembangan sikap ibu terhadap
menyusui bayi.

c) Bekerja
Bekerja adalah alasan yang sering diungkapkan para ibu tidak menyusui bayinya. Saat
ini, banyak wanita lebih suka mengembangkan karirnya di bidang ekonomi daripada
mengurus keluarga atau bekerja dari rumah. ada beberapa peran seorang ibu, baik ibu
rumah tangga maupun pekerja, menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan antara
ibu dan anak. Seorang ibu yang bertanggung jawab dengan bayi yang baru lahir ideal
untuk bayi, di mana pun kebutuhan bayi dibutuhkan disusui sampai usia enam bulan,
yang berarti ibu selalu siap untuk menyusui.

d) Kondisi kesehatan ibu


Kesehatan ibu dapat mempengaruhi proses menyusui. Ibu yang tidak dapat menyusui
bayi yaitu ibu dalam keadaan mengidap penyakit seperti hepatitis, AIDS dan TBC,
kemudian ibu sangat membutuhkan bantuan orang lain untuk merawat bayi dan rumah
tangga karena ibu membutuhkan lebih banyak banyak waktu untuk beristirahat. Hal ini
dapat mempengaruhi ibu tidak dapat menyerap secara efektif.

2. Faktor eksternal
a) Orang penting sebagai referensi dalam keluarga
Orang penting seperti suami atau anggota keluarga lain biasanya dapat mempengaruhi
perilaku menyusui ibu. Jika orang itu sangat dipercaya dalam hidupnya lalu apa yang
orang itu katakan akan segera mengikuti dan meniru suatu tindakan, misalnya dukungan
keluarga sangat diperlukan selama menyusui kelancaran proses menyusui.

b) Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi produktivitas keluarga


mendapatkan apa yang diinginka. Umumnya keluarga yang pendapatan lebih rendah
lebih memahami pentingnya menyusui dan memberikan ASI kepada bayinya dari baru
lahir sampai berusia enam bulan, sebaliknya saat keluarga berpenghasilan semakin
meningkat minat untuk membeli sesuatu itu lebih praktis, seperti memberi susu.

c) Pengaruh iklan susu formula


semakin meningkat iklan susu formula atau yang biasa disebut ASI (PASI), ibu lebih
banyak mendapatkan informasi tentang keunggulan produk susu tersebut, yang
membuat para ibu berpikir bahwa pemberian susu formula dianggap lebih praktis dan
dapat membantu ibu mempermudah prosesnya dalam memberi makan bayi, jadi tidak
menutup kemungkinan ibu akan enggan menyusui anaknya.

d) Budaya
Nilai, kebiasaan, perilaku dan penggunaan sumber daya internal masyarakat akan
menghasilkan kebudayaan bagi daerahnya. Budaya ini berkembang dalam waktu yang
lama. Budaya selalu berubah cepat atau lambat dengan peradaban manusia
(Notoatmodjo, 2007). budaya ini diterapkan untuk keberhasilan proses menyusui atau
menyusui. Ada budaya yang memberi makan atau minum untuk bayi baru lahir akan
menggagalkan dalam ASI eksklusif dan dapat mengganggu kesehatan bayi

5. Dampak Tidak Menyusui


Menurut (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2016) rendahnya cakupan ASI eksklusif dapat
mempengaruhi kualitas hidup generasi penerus bangsa dan juga perekonomian nasional,
peningkatan kerentanan terhadap penyakit (baik anak dan ibu) berikut penjelasan nya :

a. Pemberian ASI dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernafasan atas (ISPA),
menurunkan kejadian diare 50% dan menurunkan kejadian penyakit usus besar 58% pada bayi
prematur. Risiko kanker payudara pada ibu juga dapat dikurangi hingga 6-10%.

b. biaya perawatan kesehatan pengobatan


Mendukung menyusui dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia, menghemat $256,4
juta, atau $3 triliun per tahun, dalam biaya perawatan kesehatan.

c. Kerugian kognitif - kehilangan pendapatan individu


Pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak dan peluang mendapatkan pekerjaan
yang lebih baik karena memiliki fungsi IQ yang tinggi. Hal ini tentunya meningkatkan peluang
penghasilan yang lebih optimal.

d. Harga pengganti susu


Di Indonesia, hampir 14% pendapatan seseorang dihabiskan untuk membeli susu formula untuk
bayi di bawah 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi pendapatan orang tua
sebesar 14%.
3. Pijat Laktasi
1. Pengertian
Pijat laktasi merupakan suatu pijatan yang dapat meningkatkan produksi asi dengan
memicu hormon oksitosin melalui pemijatan. Pijat laktasi dilakukan pada beberapa
bagian tubuh, yaitu kepala, leher, bahu, punggung, dan payudara (Tim Pokja SiKI DPP
PPNI, 2018).

2. Manfaat dan Tujuan Pijat Laktasi


Dalam peneliatan (Siti Muawanah & Desi Sariyani, 2021) menunjukkan bahwa
seseorang yangmerasa bingung, depresi atau cemas dan merasakan nyeri terus menerus,
akan mengalami penurunan hormon oksitosin dalam tubuh ketika merasa stres, refleks
bawah tidak optimal akibatnya, ASI hanya menumpuk di payudara, sehingga ASI tidak
lagi diproduksi dan payudara terasa sakit, diharapkan setelah pijat laktasi dilakukan ibu
akan merasa dirinya untuk relaks agar dapat terus memproduksi hormon prolaktin dan
oksitosin yang diharapkan dapat memicu produksi ASI secara konstan yang dibuktikan
dengan keluarnya ASI yang banyak dari puting payudara, payudara terasa penuh dan
kencang sebelum menyusui ASI tetap mengalir setelah menyusui, bayi. menghisap
minimal 8-10 kali sehari, setelah menyusu, bayi tidak memberikan respon pencarian
arah sentuhan, bila pipi disentuh, bayi sering buang air kecil 8 kali sehari, urine jernih,
bayi buang air besar . 3-4x dalam 24 jam, dan tinja berwarna kekuningan, berat badan
bertambah seiring bertambahnya usia, berat badan bayi bertambah 15-20 gram per hari,
150-200 gram dalam sekitar seminggu dan sekitar 700-800 gram dalam sebulan.

Dalam menyelesaikan permasalahan menyusui tidak efektif yang terjadi pada


Ny.S, dengan melakukan pemijatan pada payudara ibu sebanyak dua kali
sehari serta memberi dukungan penuh kepada ibu dalam proses menyusui, ibu
dapat menghasilkan ASI dengan skala 125-550ml per hari.

3. Cara Melakukan Pijat Laktasi


Cara pijat laktasi menurut (kementrian kesehatan RI, 2019) adalah sebagai berikut :
a. Sebelum memijat payudara, cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir
terlebih dahulu lalu letakkan tangan pada payudara bawah bagian kiri sedangkan
tangan lainnya menekan pada payudara bagian atas. Gerakkan secara maju mundur
pelan dan lembut. Jika tangan kiri bergerak maju maka tangan lain gerakkan
mundur.
b. Posisikan kedua telapak tangan pada bagian depan payudara kemudian gerakkan
satu ke atas dan satu kebawah. Ulangi sampai dengan 15-20 kali.
c. Buat gerakan melingkar di sekitar puting susu sekitar 15-20 kali.
d. Urut secara perlahan dan pelan mulai dari arah bawah hingga mengerucut ke bagian
puting.
e. Gunakan ujung ibu jari dan jari telunjuk untuk memelintir pelan puting susu hingga
beberapa kali.
f. Menggunakan bra yang dapat menyangga payudara
BAB 3
METODE KARYA ILMIAH

A. Jenis dan Rancangan Karya Ilmiah


Metode penelitian ini bersifat deskriptif dalam bentuk laporan kasus asuhan
keperawatan meliputi pengkajian keperawatan, diagnosis asuhan keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Laporan kasus adalah
studi sampel yang mencakup studi mendalam tentang unit penelitian, misalnya pasien,
keluarganya, kelompok, komunitas atau organisasi. Unit yang menjadi masalah tersebut
dianalisis secara mendalam baik dari sudut pandang yang relevan dengan kasus itu
sendiri, apa faktor risiko, efek, peristiwa sehubungan dengan insiden dan tindakan serta
tanggapannya terhadap perlakuan atau paparan tertentu, bahkan jika itu adalah studi
kasus datanya berupa satu kesatuan, namun dianalisis secara mendalam. Karya ilmiah
jenis ini menggunakan jenis karangan deskripsi dengan metode studi kasus dan studi
literatur dengan melakukan review terhadap penelitian sebelumnya dengan
menggunakan berbagai dokumen yang relevan dan diakui secara nasional

B. Tempat dan Waktu Pengambilan Kasus


Lokasi : Ruang Diamond RS MH.Thamrin Cileungsi
Waktu : Tanggal 22 Desember 2022 s.d. 23 Desember 2022

C. Cara Pengambilan Kasus


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi (Nursalam, 2020):
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang dapat dilakukan
dengan berinteraksi, bertanya atau mendengarkan apa yang disampaikan dari mulut ke
mulut oleh responden atau partisipan. Peneliti mengajukan pertanyaan secara terstruktur
cocok untuk bentuk asuhan keperawatan dan implementasi yang fleksibel tergantung
dari respon pasien dan keluarganya, seperti riwayat kesehatan penyakit pasien dan
keluarga sebelumnya.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan tindakan berkelanjutan yang dapat mengidentifikasi
berbagai macam data yang dibutuhkan perawat sebagai data dasar klien. Pengumpulan
data dapat berupa data subjektif / pernyataan klien, keluarga atau tim medis yang
kemudian dipersepsikan oleh perawat saat proses anamnesa berlangsung. Data lain
dapat berupa data objektif yang didapat melalui pengamatan (inspeksi), perabaan
(palpasi), pengetukan (perkusi), dan pendengaran (auskultasi). Teknik pemeriksaan fisik
ini bisa digunakan secara keseluruhan ataupun tidak tergantung bagian tubuh yang
dilakukan pemeriksaan (Rahma Hidayati, 2019).

3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah komunikasi tertulis yang secara permanen mencatat berbagai
informasi terkait dengan berbagai pengaturan pasien. Dalam proses keperawatan
dokumentasi keperawatan merupakan salah satu elemen penting pada layanan
kesehatan, karena dengan dokumentasi baik sangat memungkinkan untuk terus menerus
dipelajari status kesehatan pasien, dokumentasi tersebut merupakan dokumen hukum
yang sah terkait dengan pelayanan keperawatan (Ballsy C.A, 2021).

4. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan mengamati perilaku dan kondisi klien
menggunakan kepekaan panca indera untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan klien. Pengamatan yang dilakukan meliputi perilaku,
keadaan, lingkungan sekitar, dan tanda gejala penyakit yang dirasakan. Pengumpulan
data yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
a. Menentukan responden penelitian dengan melihat data yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
b. Melakukan pengkajian yakni pengumpulan data secara sistematis untuk
mengidentifikasi keadaan kesehatan klien sekarang dan masalalu untuk perumusan
masalah keperawatan.
c. Mengumpulkan data mengevaluasi status kesehatan responden disimpulkan
masalah-masalah kesehatan yang aktual atau potensial dalam bentuk diagnosis
keperawatan.
d. Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI).
e. Peneliti membuat perencanaan dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
f. Dilakukan implementasi, yakni pelaksanaan intervensi keperawatan.
g. Evaluasi keperawatan ditulis dalam catatan perkembangan SOAP
h. Penyajian data dilakukan dengan tabel maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien
dijamin dengan cara mengaburkan identitas klien.
i. Dibuat kesimpulan dari data yang disajikan.

D. Analisis Kasus
Menurut (I Made Sudarma Adiputra, 2021) Analisis data kualitatif adalah proses
penelitian dan sintesis yang sistematis data sistematis diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumen. Dengan mengatur data ke dalam kategori menjadi
satuan, susun menjadi pola, susun yang mana lebih penting akan dipelajari serta dapat
menarik kesimpulan yang mudah dipahami. Analisis data dilakukan setelah
pengumpulan data selesai. Pada saat pengambilan data, jika data dianggap tidak cukup
untuk mencapai hasil yang diharapkan maka data dilanjutkan sampai data yang

diperoleh dapat diandalkan. Aktifitas dalam analisis data : Editing, Organizing dan
Penemuan Hasil.
1. Editing
Data dicatat dengan hati-hati dan rinci untuk tujuan menghindari akumulasi data. Edit
data yang berfokus pada hal yang penting, meringkas, mengurutkan poin-poin penting,
dan mencari tema dan pola.
2. Organizing
Organizing merupakan langkah dimana semua data terkumpul kemudian penulis
memisahkan data subjektif dari data objektif dan membangunnya beberapa diagnosa
keperawatan sehingga intervensi dapat diatur dan menentukan pelaksanaan.

3. Penemuan Hasil
Penemuan hasil adalah suatu tindakan setelah semua implementasi keperawatan
diberikan kemudian peneliti mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan dan
membandingkan kajian dalam artikel penelitian, hasilnya dianalisis dan digunakan
sebagai data untuk membenarkan penulisan dan menambahkan temuan dalam penulisan.
BAB 3
ANALISIS KASUS

Asuhan keperawatan ini diberikan kepada pasien postpartum di ruang Diamond RS


MH.Thamrin Cileungsi dengan section caesarea atas indikasi makrosomia. Asuhan
keperawatan ini dilakukan dari pengkajian awal sampai dengan evaluasi yang bertujuan
agar dapat menjaga kesehatan ibu selama masa nifas serta mencegah terjadinya
komplikasi pasca persalinan.

A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Desember 2022. Nama Ny. S, pendidikan SLTA,
suku bangsa batak, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat tinggal di Ciketing udik RT
003 / RW 002, agama Kristen. Nama suami Tn.H umur 30 tahun, pendidikan SMA,
suku bangsa batak, pekerjaan karyawan swasta, alamat tinggal di Ciketing udik RT
003 / RW 002, agama Kristen status pernikahan menikah tahun 2021. Status obstetrik
G1 P0 A0 tanggal masuk 21 Desember 2022. Ibu mengatakan bahwa ini persalinan
pertama kali dan harus lahir secara section caesaria di karenakan memiliki indikasi bayi
besar (makrosomia) dan ibu mengatakan nyeri di area bekas operasi sehingga terbatas
untuk melakukan gerakan, ibu nampak meringis kesakitan, aktivitas di bantu oleh suami
dan ibu, nampak luka dengan balutan tertutup di area perut bawah dan tidak terlihat
adanya tanda infeksi, luka bekas operasi rutin di periksa dan di gantikan balutan, Ketika
nyeri mulai berkurang ibu di haruskan belajar bergerak perlahan, mulai dari miring
kanan dan kiri hingga belajar berjalan namun jika telah melakukan jalan dan kembali
duduk area jahitan akan terasa nyeri kembali. Ibu sudah berencana ingin menyusui
secara eksklusif kepada bayi pertamanya karna ingin bayinya tumbuh sehat, namun ibu
tidak suka makan sayur-sayuran sehingga sekarang ibu cemas karena asinya belum juga
keluar dan bayinya berada di ruang terpisah. Ibu meminta solusi apakah ada cara lain
untuk meningkatkan produksi asinya selain dari konsumsi makanan, meskipun asi
belum keluar tapi ibu Ny. S tetap berusaha menyusui bayinya.

b. Alasan Masuk
Klien datang ke ponek kebidanan pada tanggal 21 Desember 2022 jam 12:55 dengan
keluhan mules sejak 4 hari, terdapat flek lender dan air-air. Hasil pemeriksaan USG
terakhir tanggal 20 Oktober 2022 dengan usia kehamilan 31 minggu, dengan hasil
pemeriksaan berat badan janin 4000 gram dan terdapat kista ovarium, janin tunggal,
ketuban cukup, jenis kelamin laki-laki, dengan gerakan aktif. Sehingga dokter
menyarankan untuk melakukan persalinan secara section caesaria.

c. Data Umum Kesehatan Saat Ini dan Pemeriksaan Fisik


Status obstetrik NH P1 A0, hamil 39 minggu, keadaan umum sedang dan kesadaran compos
mentis. Saat dilakukan pengecekkan tanda tanda vital Tekanan Darah:120/72 mmHg Nadi:87
x/menit, Suhu:36,5,°C, Pernafasan 20 x/menit, Pengecekan pada bagian kepala dengan hasil
kulit kepala bersih tidak ada lesi, mata simetris dan kojungtiva anemis, hidung bersih tidak
terdapat luka, mukosa bibir lembab serta tidak ada caries, telinga bersih, tidak ada pembesaran
vena julgularis. Pemeriksaan pada dada dengan hasil pada bagian jantung tidak ada bunyi
tambahan, pernafasan normal tidak ada bunyi tambahan, payudara simetris tidak ada nyeri
tekan, puting susu sedikit masuk kedalam, asi belum keluar, fundus uterus untuk kontraksi baik
posisi satu jari dibawah pusat, fungsi pencernaan baik. Pemeriksaan pada perineum dan genital,
pada vagina tidak ada edem dan intergritas baik, tidak ada kemarahan, tidak ada pembengkakan,
tidak ada Echimosis, discharge darah, pada lochea rubra (darah segar bercampur sisah-sisah
selaput ketuban) seperti darah haid biasa, Pemeriksaan ekstermitas, tidak ada edema dan
kesemutan pada ekstermitas atas dan bawah, tidak ada varises dan tidak ada tanda homan. Pada
pola eliminasi tidak ada gangguan. Pemeriksaan istirahat klien mengatakan dapat istirahat
selama 3 sampai 5 jam, karena pasien merasa tidak nyaman pada lokasi area post operasi sectio
caesaria dan ingin melihat bayinya. Mobilisasi pada klien baik, klien latihan miring kanan dan
kiri dan sudah mulai berjalan. Nutrisi dan cairan pada klien tidak ada masalah, keadaan mental
klien cemas karen bayi di rawat terpisah, kemampuan menyusui pada klien kurang karena suplai
ASI tidak adekuat atau belum keluar.
d. Pemeriksaan Penunjang dan Terapi Medik
Tanggal 22 Desember 2022
Terapi medik diberikan paracetamol tablet 3 kali dalam sehari, diclofenac 3 kali dalam
sehari, cefixime 2 kali dalam sehari.

Hasil pemeriksaan penunjang (post operasi) tanggal 21 Desember 2022


Hemoglobin 12.8 g/dL, leukosit 12100 / uL, hematokrit 38%, eritrosit 4.1 juta/uL,
trombosit 352000 /uL, basophil 0%, eosinophil 0%, neutrophil 84%, limposit 9%,
monosit 7%, masa perdarahan 2 menit, masa pembekuan 12 menit, HBsAg non
reactive, glukosa sewaktu 81 mg/dL, screening anti HIV non reactive, protein negative.

e. Data Fokus
Pada data subjektif : Klien mengatakan nyeri luka op, terdapat pengkajian PQRST yaitu
Povokes (penyebab) : nyeri post section caesaria, Quality (kualitas) : nyeri seperti
ditusuk-tusuk, Radiates (penyebaran) : nyeri di area post op SC sampai ke anus,
Severety (keparahan) : skala 4 , Time (waktu) : hilang timbul, klien mengatakan asi
belum bisa keluar tapi tetap menyusui bayinya dan tidak tahu cara meningkatkan
produksi asi karena klien mengatakan tidak suka makan sayur-sayuran.

Pada data Objektif : Keadaan Umum Sakit sedang, kesadaran compos


mentis, Klien tampak gelisah, Klien tampak cemas, dan tidak nyaman, Klien terlihat
meringis kesakitan, Ibu terlihat bingung karena asinya belum keluar, payudara sedikit
bengkak, putting agak masuk kedalam, klien kurang informasi terkait cara peningkatan
asi selain dengan memakan sayuran, TTV: Tekanan Darah: 120/72 mmHg Nadi:87
x/menit, Suhu:36,5,°C, Pernafasan 20 x/menit, Hasil Pemeriksaan Penunjang tanggal
28/12/21 Hemoglobin 12.8 g/dL, leukosit 12100 / uL, hematokrit 38%, eritrosit 4.1
juta/uL, trombosit 352000 /uL, basophil 0%, eosinophil 0%, neutrophil 84%, limposit
9%, monosit 7%, masa perdarahan 2 menit, masa pembekuan 12 menit, HBsAg non
reactive, glukosa sewaktu 81 mg/dL, screening anti HIV non reactive, protein negative.
Terapi medik yang diberikan paracetamol tablet 3 kali dalam sehari, diclofenac 3 kali
dalam sehari, cefixime 2 kali dalam sehari.

f. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan


Pada data subjektif : Klien mengatakan nyeri luka op, terdapat pengkajian PQRST yaitu
Povokes (penyebab) : nyeri post section caesaria, Quality (kualitas) : nyeri seperti
ditusuk-tusuk, Radiates (penyebaran) : nyeri di area post op SC sampai ke anus,
Severety (keparahan) : skala 4 , Time (waktu) : hilang timbul Maka didapatkan masalah
dengan diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik.

Klien mengatakan asinya belum keluar namun tetap usaha menyusui bayinya, payudara
sedikit bengkak, puting sedikit masuk ke dalam, TTV: Tekanan Darah: 100/57 mmHg
Nadi:85 x/menit, Suhu:36,2,°C, Pernafasan 20 x/menit, maka didapatkan masalah
dengan diagnosa keperawatan yaitu menyusui tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai ASI.

Klien mengatakan tidak suka makan sayur-sayuran dan bertanya cara meningkatkan asi
selain dengan makanan, TTV: Tekanan Darah: 100/57 mmHg Nadi:85 x/menit,
Suhu:36,2,°C, Pernafasan 20 x/menit, maka didapatkan masalah dengan diagnosa

keperawatan yaitu defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar


informasi.

g. Perencanaan Keperawatan
Pada tanggal 22 Desember 2021 ditetapkan diagnosis keperawatan yaitu : Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik. Diharapkan setelah dilakukan asuhan selama
1x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil nyeri hilang atau berkurang, dan
Rencana Tindakan : Intervensi utama yaitu Kaji nyeri secara komperehensif meliputi P,
Q, R, S, T, Observasi reaksi non verbal dari pasien Monitor tanda-tanda vital,
memberikan pasien posisi yang nyaman, mengajarkan Teknik relaksasi, dan
memberikan terapi analgetik sesuai instruksi dokter (diclofenac 3 kali dalam sehari).
Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI, diharapkan
setelah di lakukan asuhan selama 3x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil: ASI
ibu dapat keluar dan memancar, suplai asi adekuat, pasien dapat menyusui bayi. Dan
rencana Tindakan: mengkaji kesiapan dan kemampuan menerima informasi peningkatan
asi, mengajarkan perawatan payudara postpartum dengan cara pijat laktasi.

Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi,


diharapkan setelah di lakukan asuhan selama 1x24 jam di harapkan masalah teratasi
dengan kriteria hasil pasien dapat memahami cara menyusui bayi kembar. Dan rencana
Tindakan: mengkaji pengetahuan dan pengalaman pasien dalam menyusui, memberikan
edukasi kesehatan terkait cara peningkatan asi, dan memberikan pasien dan keluarga
kesempatan untuk bertanya,lalu ibu di persilahkan untuk menjelaskan kembali yang
telah dipaparkan.

h. Pelaksanaan keperawatan (catatan keperawatan)


Pelaksanaan Keperawatan dilakukan pada 22/12/21 Dengan melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital Tekanan Darah: 100/57 mmHg Nadi:85 x/menit, Suhu:36,2,°C,
Pernafasan 20 x/menit. Melakukan pengkajian pengetahuan dan pengalaman ibu
menyusui sebelumnya dengan Respon Hasil (ibu mengatakan belum berpengalaman
menyusui karena ini anak pertama, dan ibu kurang mengetahui cara meningkatkan
pengeluaran asi selain dengan makanan), membantu memberikan posisi yang nyaman
pada ibu, serta mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan Respon Hasil (pasien
nampak lebih nyaman, tenang dan dapat mengontrol nyeri), dan membuat kesepakatan
dengan ibu untuk rencana tindakan selanjutnya yaitu mengajarkan ibu cara pijat laktasi
pada tanggal 23/12/22

Pada tanggal 23/12/21 melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan Darah: 94/61
mmHg Nadi:73 x/menit, Suhu:36,2,°C, Pernafasan 20 x/menit, memposisikan ibu
dengan nyaman, mengajurkan mobilisasi bertahap dengan respon hasil klien
mengatakan nyeri berkurang, dan sudah mulai belajar jalan. Selanjutnya mengajarkan
ibu dan keluarga cara pijat laktasi , melakukan tindakan pemijatan payudara, dengan
beberapa cara gerakan yang dilakukan selama 10-15 menit. Selanjutkan dilakukan
kembali pemijatan payudara pada sore hari selama 10 sampai 15 menit, Respon Hasil
(setelah dilakukan teknik pijat laktasi) ASI pada klien mulai keluar dan menetes namun
tidak terus menerus sebanyak 15 ml.

Pada tanggal 29 desember 2022 melakukan home visite sesuai dengan kontrak yang
telah dibuat ditanggal 23 desember, yaitu mengajarkan kembali cara pijat laktasi kepada
ibu Ny. S yang sejak pulang kerumah telah melakukan pijat laktasi secara mandiri.
Produksi asi telah meningkat sebanyak 250 ml setelah dilakukan pijat laktasi. Pada
tanggal 30 desember 2022 penulis dating kembali untuk melakukan pijat laktasi kepada
ibu S dengan hasil yang kembali meningkat yaitu menjadi 320 ml setelah pijat laktasi.

i. Evaluasi keperawatan
Evaluasi ini didapat setelah dilakukan selama 3 hari dengan cara memberikan intervensi
berupa pijat laktasi yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan dengan
ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI.
Berikutgrafik evaluasi ASI klien setiap harinya dapat di lihat pada grafik di bawah ini:
produksi ASI selama 24 jam
500
400
300
200
100

23.12.22 29.12.22 30.12.22


21 22221
AS Colum Colum
I n1 n2
Grafik 4.1 Produksi asi selama 24 jam

Pada tanggal 23/12/2022 setelah pengkajian di dapatkan data bahwa ibu


belum berpengalaman menyusui karena baru melahirkan anak pertama, ibu berusaha
tetap menyusui bayinya meskipun belum keluar asi, pada saat setelah dilakukan pijat
laktasi produksi asi dapat menetes sebanyak 25ml. Pada tanggal 29/12/2022 dilakukan
pemijatan 2 kali dalam sehari, ASI yang di hasilkan oleh ibu 300ml. Lalu pada tanggal
30/12/2022 dilakukan pemijatan 2 kali dalam sehari dan rutin memompa ASI yang di
hasilkan 550ml.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, S. (2020). Literature Review :Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi


Sectio Caesarea Yang Mengalami Nyeri Dengan penerapan Biologic Nurturing
Baby Led Feeding Di Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah. Politeknik Kesehatan Medan, 1–67.

Antasari, B., Anggraeni, & Santi. (2020). The Level Of Mother’s Knowledge About
Breastfeeding Techniques And The Effectiveness Of The Breastfeeding Process.
Jurnal Fenomena Kesehatan, 3, 400–411.

Apriza, Aulia Fatmayanti, Q. U. (2020). Konsep Dasar Keprawatan Maternitas (Janner


Simarmata (ed.); Cetakan I). Yayasan Kita Menulis.

Asty Melani. (2016). FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI


KELAHIRAN MAKROSOMIA (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah
Tugurejo Semarang).

Bahiyatun. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal (cetakan 1). Buku
kedokteran EGC.

Ballsy C.A. (2021). Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan (A. Karim (ed.); Cetakan
1). Yayasan Kita Menulis.

Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan. KEMENKES.

Dharma. (2018). Pemberdayaan Keluarga Untuk Mengoptimalkan Kualitas Hidup


Pasien Pasca Stroke. Deepublish.

Dila, W., Nadapda, T. P., & Sibero, J. T. (2022). Faktor yang Berhubungan dengan
Persalinan Sectio Caesarea Periode 1 Januari – Desember 2019 di RSU Bandung
Medan Factors Related to Sectio Caesarian Delivery for the Period of January 1
– December 2019 at RSU Bandung Medan. Journal of Healtcare Technology
and Medicine Vol. 8 No. 1 April 2022 Universitas Ubudiyah Indonesia, 8(1),
359–368.

Ekasari, T. D., & Adimayanti, E. (2022). Pengelolaan Menyusui Tidak Efektif Pada Ibu
Post Sectio Caesarea Di Desa Ngaglik Argomulyo Salatiga. Pro Health Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 4(1), 185–190.

Elvie Febriani Dungga, S. W. H. (2019). Faktor yang Berhubungan Dengan


Makrosomia. Jambura Nursing Journal, Vol. 1, No, 65.
Fajariyana, N. (2019). Faktor Risiko Bayi Makrosomia. 1–156.

Fitia, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Operatif Sectio
Caesarea Dengan Indikasi Cephalo Pelvik Disproportion Diruang Rawat Inap
Kebidanan Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi . Padang: STIKES
PADANG.

Fratidina, Y., Dra Jomima Batlajery, Mk., Imas Yoyoh, Mk., Rizka Ayu Setyani, Mk.,
Arantika Meidya Pratiwi, M., Wahidin, Mk., Titin Martini, Ms., Dina Raidanti,
S., Ns Siti Latipah, Mk., Zuhrotunnida, M., & Jurnal JKFT Diterbitkan oleh
Fakultas Ilmu Kesehatan, Mk. (2022). Editorial Team Jurnal JKFT. 7.

I Made Sudarma Adiputra. (2021). Metode Penelitian Kesehatan. Yayasan Kita


Menulis.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2016). Dampak Tidak Menyusui Di Indonesia.

Indrieni. (2020). asuhan keperawatan pada ibu dengan bayi makrosomia. Poltekkes
Samarinda.

Isnaeni, Ana Pertiwi, And Iriantom, A. and A. (2012). Pengaruh Pemberian Terapi
Relaksasi Abdominal Breathing terhadap Nyeri Post Sectio Caesarea dengan
Spinal Anastesi di PKU Muhammadiyan Gamping. Jurnal Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta, 6(6), 9–33.

Kemenkes RI. (2019). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian


Kesehatan RI, 1(1), 1.

kementrian kesehatan RI. (2019). Cara Melakukan Pijat Payudara Untuk Memperlancar
ASI. Direktotrat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat.

Kosanke, R. (2019). Nyeri Post SC. 5–34.

Kusumaningrum, A. T. (2017). Hubungan Peran Suami dengan Ketepatan Waktu


Penggunaan Kontrasepsi Pascasalin pada Ibu Menyusui. SuryaSTIKes
Muhammadiyah Lamongan, 29–37.

Legawati. (2018). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Winekamedia.

Lubis, F. (2021). Multigravida Dengan Makrosomia Dan Intra Uterine Fetal Death:
Suatu Studi Kasus Di Rs Abdul Moeloek Bandar Lampung. JIMKI: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 7(1), 6–13.

Martowirjo. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Op Sectio Caesarea


Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) Di Ruang Nifas RSU Dewi
Sartika. Kendari: Poltekkes KEMENKES Kendari.

Na wang. (2018). Effects of pre-pregnancy body mass index and gestational weight gain
on neonatal birth weight in women with gestational diabetes mellitus. Science
Direct, 124, 17–21.

Ninda Rofifah. (2019). MPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA PERAWAT DI


PUSKESMAS PEMBANTU RONGGA WILAYAH GUNUNG HALU
KABUPATEN BANDUNG BARAT : STUDI KASUS. 7.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2017). Asuhan Keperawatan Praktis Nanda Nic Noc
(Jilid 1). Mediaction.

Nurisalasa. (2018). pengkajian konsep diri. 4.

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


salemba medika.

Osok, S., Wantania, J. J. E., & Mewengkang, M. E. (2017). Gambaran Kehamilan


dengan Luaran Makrosomia Periode Januari – Desember 2014 di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado. E-CliniC, 5(1), 0–5.

Prasetyaningrum, E., Irnanda, D. C., & Haryanti, S. (2021). Kerasionalan Penggunaan


Obat Analgetik Pada Pasien Sectio Caesarea Di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Periode Juli – Desember 2016. Jurnal
Ilmiah Cendekia Eksakta, 2, 7–14.

Ragil Mu’allimah. (2019). Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Postpartum. 6(1), 5–10.

Rahma Hidayati. (2019). Teknik Pemeriksaan Fisik (Dhiky Wandana (ed.); Cetakan Pe).
CV. Jakad publishing.

Siregar. (2016). Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Persalinan Sectio Caesarea
Pada Ibu Dengan Riwayat Persalinan Normal Di Medan.

Siti Muawanah, & Desi Sariyani. (2021). Pengaruh Pijat Laktasi Terhadap Kelancaran
Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Baby Spa Pati. Jurnal Ilmu Kebidanan Dan
Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health), 12(1), 7–15.

Sulistyowati, P., Rachman, Y. O., & Oktifiana, C. D. (2018). Asuhan Keperawatan Pada
Ny. R P5A0 Post Sectio Caesarea + MOW H0 Atas Indikasi Induksi Gagal,
Preeklampsia Berat, Dan Cukup Anak Di Ruang Permata Hati Rumah Sakit
Umum Daerah Banyumas. Jurnal of Nursing Health.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
(Edisi 1). Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SiKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keprawatan Indonesia (Edisi 1
Ce). Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Umi Ma’rifah, Nova Elok Mardiyana. (2022). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi
Baru Lahir (Irma Maya Puspita (ed.); Cetakan 1). Rena Cipta Mandiri.

Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum (cetakan I).

Yuanita Panma. (2018). Penerapan Teori Adaptasi Roy Pada Asuhan Keperawatan
Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah
Bidang Kesehatan, 2(2), 99–117.
LEMBAR KONSULTASI KIAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH THAMRIN

Nama Mahasiswa : Arvella Fatharani


NIM : 1035221008
Dosen Pembimbing : Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M.Kep
Judul Kian : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.S POST
PARTUM SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI MAKROSOMIA DENGAN
MENYUSUI TIDAK EFEKTIF MELALUI PIJAT LAKTASI DI RUANG
DIAMOND RS MH THAMRIN CILEUNGSI

MATERI TANDA
NO TGL MASUKAN PEMBIMBING
KONSULTASI TANGAN

Anda mungkin juga menyukai