S POST PARTUM
SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI MAKROSOMIA DENGAN
MENYUSUI TIDAK EFEKTIF MELALUI PIJAT LAKTASI DI
RUANG DIAMOND RS MH THAMRIN CILEUNGSI
ARVELLA FATHARANI
E. 1035221008
ARVELLA FATHARANI
E. 1035221008
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.S POST PARTUM SECTIO CAESARIA ATAS
INDIKASI MAKROSOMIA DENGAN MENYUSUI TIDAK EFEKTIF MELALUI
PIJAT LAKTASI DI RUANG DIAMOND RS MH THAMRIN CILEUNGSI adalah
hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sangsi yang telah ditetapkan. Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-
benarnya.
( Arvella Fatharani )
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Karya Ilmiah Akhir Ners ini telah diperiksa oleh pembimbing dan disetujui
untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Karya Ilmia Akhir Ners Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta
Jakarta,
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Jakarta
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Program Studi Ners dan dilakukan
revisi hasil sidang Karya Ilmiah Akhir Ners.
TIM PENGUJI
Ketua Penguji : ( )
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal :
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha-Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.S POST
PARTUM SECTIO CAESARIA ATAS INDIKASI MAKROSOMIA DENGAN
MENYUSUI TIDAK EFEKTIF MELALUI PIJAT LAKTASI DI RUANG
DIAMOND RS MH THAMRIN CILEUNGSI” ini dengan tepat waktu. Penulisan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kesehatan Universitas MH
Thamrin.
Peneliti menyadari bahwa, tanpa bimbingan dari pembimbing serta bantuan berbagai
pihak, Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Allah S.W.T, Alhamdulillah dengan segala keridhoan yang diberikan saya dapat
menyelesaikan Karya Akhir Ilmiah ners ini.
2. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, SKM., M.Com.H, selaku Rektor Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
3. Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
4. Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M.Kep., selaku kaprodi sekagilus pembimbing
maternitas yang telah membimbing dan membantu mengarahkan dalam
pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini sehingga dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Ns. Seven Sitorus, M.Kep. Sp.KMB selaku wali kelas peneliti yang selalu
memberikan motivasi dan ilmu serta nasehat yang baik dalam penyusunan Karya
Ilmiah Akhir Ners ini.
6. Para dosen dan staff admin yang tidak dapat di sebutkan satu-persatu
terimakasih telah membantu selama kegiatan perkuliahan.
7. Alm. Ayah, mama dan adik yang selalu memberikan doa, kekuatan serta
semangat dalam menyusun Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
8. Kepada Mohammad Yusuf yang selalu mendengarkan keluh kesah dan
membantu dalam menyusun Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
9. Kepada teman satu kelompok bimbingan Keperawatan Maternitas yang
memberikan semangat satu sama lain agar Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.
10. Seluruh teman-teman seperjuangan di Program Studi Profesi Ners Angkatan
2022 Universitas MH. Thamrin yang selalu memberikan motivasi satu sama
lain agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan tepat waktu.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang telah membantu
penulis tanpa mengurangi rasa hormat.
Peneliti menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi
masukan berharga bagi peneliti dalam penulisan dan dalam penelitian selanjutnya.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat serta profesi.
(Arvella Fatharani)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah proses alami dari mempertahankan peradaban manusia. Kehamilan
baru bisa terjadi jika seorang wanita telah melalui masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi. kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan dari konsepsi dan akhir ke awalpersalinan. Masa kehamilan terjadi selama
280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan (Fratidina et al., 2022). Persalinan adalah satu
proses fisiologis normal. Lahirnya bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan
keluarga harapkan dalam 9 bulan. Persalinan yang normal atau fisiologis dapat menjadi
persalinan patologis oleh karna itu, peran pendamping kesehatan sangat penting dalam
pemantauan persalinan untuk mendeteksi dini gejala komplikasi yaitu salah satunya
kesulitan saat melahirkan karena bayi makrosomia (Elvie Febriani Dungga, 2019).
Dalam melakukan asuhan keperawatan seorang perawat berperan sebagai care giver,
edukator, sebagai peneliti atau researtcher, sebagai pembela atau advocate, serta dapat
juga sebagai seorang konsultan atau innovator. Sementara itu, dalam perannya sebagai
perawat maternitas yang merawat pasien dengan post sectio caesaria, mereka harus
memiliki keterampilan yang cukup untuk mengatasi masalah pasien, seperti:
kemampuan membantu pengobatan, kemampuan untuk membantu pasien. melakukan
ADL (Activity of Daily Living) dan dapat memberikan dukungan emosional dan edukasi
kepada pasien dan keluarganya (Sulistyowati, P., Rachman, Y. O., & Oktifiana, 2018).
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulis Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah sebagai berikut :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di
Rumah Sakit Mh.Thamrin Cileungsi.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien tentang asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di
Rumah Sakit Mh.Thamrin Cileungsi.
c. Penulis mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien tentang asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di
Rumah Sakit Mh.Thamrin Cileungsi.
d. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien tentang asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di
Rumah Sakit Mh. Thamrin Cileungsi.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien tentang asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di
Rumah Sakit Mh,Thamrin Cileungsi.
f. Penulis mampu menganalisis pelaksanaan asuhan keperawatan pada kedua kasus
serta menganalisis berdasarkan teori keperawatan tentang asuhan keperawatan pada ibu
post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di Rumah Sakit Mh. Thamrin
Cileungsi.
g. Penulis mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung, penghambat serta
mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah tentang asuhan keperawatan pada ibu
post partum sectio caesaria dengan indikasi makrosomia di Rumah Sakit Mh.Thamrin
Cileungsi.
h. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang
keperawatan maternitas dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien post partum
dengan komplikasi makrosomia dengan benar.
5. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini terbagi menjadi 2
tahap yaitu studi kepustakaan dan studi kasus. Studi kepustakaan adalah penulisan
mencari dan menggunakan sumber – sumber seperti buku dan penelitian yang
membahas tentang kesehatan maternitas khususnya komplikasi persalinan dengan
masalah makrosomia. Sedangkan studi kasus adalah penulisan dan menangani 2 (dua)
kasus maternitas di lapangan dengan melakukan asuhan keperawatan, pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2) Kontraksi Uterus
Intensitas kontaraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Hal
ini dibutuhkan untuk tercapainya hemostasis postpartum. Hemostasis postpartum
dicapai ketika otot uterus berkontraksi sehingga terjadi kompresi pembuluh darah dalam
miometrium. Dengan demikian kondisi ini terjadi bukan karena agregrasi trombosit dan
pembentukan pembekuan darah (Apriza, Aulia Fatmayanti, 2020).
3) Afterpains
Afterpains adalah rasa sakit yang mencekram (kram) pada abdomen bagian bawah
dialami oleh ibu multipara selama 3-4 hari pertama postpartum. Pada primipara tonus
uterus biasanya masih baik, fundus tetap keras dank ram yang dialami oleh ibu
biasanya ringan. Pada multipara uterus lebih kendor daripada uterus primipara dengan
demikian harus berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan involusi sehingga
mengakibatkan afterpain. Afterpains sering terjadi ketika ibu sedang menyusui, karena
hisapan putting menimbulkan pelepasan oksitosin yang membuat uterus berkontraksi
dan pemberian oksitosin eksogen (Apriza, Aulia Fatmayanti, 2020).
4) Tempat plasenta
Proses penyembuhan luka pada endometrium berbeda dengan proses penyembuhan luka
pada umumnya. Hal ini terjadi karena segera setelah plasenta dan selaputnya keluar,
konstriksi pembuluh darah dan trombosis akan membuat tempat melekatnya plasenta
menjadi tempat atau area bernodul ireguler dan meninggi. Pertumbuhan endometrium
ini dapat mengakibatkan lepasnya jaringan yang mengalami nekrosis dan mencegah
pembentukan jaringan parut yang menunjukkan ciri khas/normal penyembuhan luka.
5) Lochea
Lochea adalah cairan yang keluar dari uterus setelah melahirkan. Lochea mula-mula
berwarna merah, dan mengandung bekuan darah kecil. Lochea dibagi dalam tiga tahap
diantaranya adalah:
a. Lochea rubra, dengan karakteristik rabas berwarna merah terang yang berlangsung
selama 3 hari yang terdiri atas darah dengan sedikit lender, partikel residua dan sisa
sel darah dari plasenta.
b. Lochea serosa dengan karakteristik rabas cair berwarna merah muda atau
kecoklatan, kondisi ini terjadi akibat berkurangnya perdarahan pada endometrium.
Lochea serosa berlangsung selama 10 hari postpartum yang terdiri dari darah,
leukosit, serum dan sisa jaringan.
c. Lochea alba dengan karakteristik rabas coklat keputihan, lebih encer dan transparan.
Lochea alba terjadi setelah terjadi setelah hari ke-10 postpartum yang terdiri dari
leukosit, lender, sel-sel epitel serum dan desidua. Lochea alba berlangsung sampai 6
minggu setelah postpartum (Apriza, Aulia Fatmayanti, 2020).
6) Endometrium
Perubahan terjadi dengan munculnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat
implantasi plasenta. Bekas luka solusio plasenta akibat kontraksi menonjol ke dalam
rongga rahim, pada hari pertama endometrium setebal 2,5 mm, pada hari ke-3
endometrium akan rata (Wahyuningsih, 2019).
7) Serviks
Setelah persalinan serviks menganga, setelah 7 hari dapat di lalui 1 jari, setelah 4
minggu rongga bagian luar kembali normal (Wahyuningsih, 2019).
9) Mamae / payudara
Selama kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan mempersiapkan tugasnya
menyiapkan makanan untuk bayi. Pada hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin
pada payudara mulai terasa, sel-sel asini penghasil ASI mulai bekerja. Saat bayi
mengisap puting, oksitosin merangsang aliran yang menyebabkan ASI keluar.
Satu atau dua hari postpartum, ibu cenderung pasif dan tergantung.ia hanya menuruti
nasihat, ragu-ragu dalam membuat keputusan, masih berfokus untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri, masih menggebu membicarakan pengalaman persalinan. Periode
ini di uraikan oleh Rubi menjadi tiga tahap:
a. Fase Taking in
1) Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya pasif dan
tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatirannya akan tubuhnya.
2) Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untung mencegah gangguan tidur.
4) Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu biasanya
bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses pengembalian ibu
tidak berlangsung normal.
b. Fase Taking hold
1) Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya
menjadi orang tua yang sukses dan meingkatkan tanggung jawab terhadap janin.
2) Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh (misalnya, eliminasi).
3) Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, ibu
sedikit sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut. Sehingga
cenderung menerima nasihat dari bidan karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi.
c. Fase Letting go
1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
2) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi
dengan kebutuhan bayi yang dangat tergantung, yang menyebabkan
berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial.
3) Pada periode ini umumnya terjadi depresi post partum.
Masa segera setelah lahirnya plasenta hingga 24 jam, masalah umum pada tahap ini
adalah perdarahan akibat atonia uteri. Oleh karena itu pada tahap ini perlu dilakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, sekret, tekanan darah dan suhu (Wahyuningsih, 2019).
3) Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi masyarakat mencerminkan tingkat kesejahteraan dan
kesempatan untuk menggunakan dan menerima pelayanan kesehatan. Beberapa alasan
melahirkan dengan operasi caesar bersifat sosial ekonomi karena di kota besar seperti
Jakarta banyak ibu yang bekerja dan sangat terikat waktu serta memiliki jadwal tertentu
misalnya ketika mereka mulai bekerja lagi.
4) Paritas
Paritas mempengaruhi daya tahan rahim, pada multipara besar, misalnya ibu dengan
minimal 4 kehamilan/persalinan, ada risiko kelahiran patologis. Kondisi kesehatan yang
umum terjadi pada ibu multipara besar antara lain: kesehatan terganggu oleh anemia dan
malnutrisi, relaksasi dinding perut, munculnya perut lemah, relaksasi dinding rahim.
Bahaya yang dapat terjadi pada kelompok ini adalah: Abnormalitas posisi dan anomali
persalinan transversal, ruptur uteri, anomali transversal, partus lama, perdarahan
postpartum (Siregar, 2016).
5) Jarak persalinan
Setelah melahirkan, seorang wanita membutuhkan waktu 2-3 tahun untuk pulih dan
mempersiapkan kelahiran berikutnya serta memberi kesempatan pada lukanya untuk
sembuh dengan baik. Interval kelahiran yang pendek meningkatkan risiko bagi ibu dan
anak. Kehamilan sebelum usia 2 tahun sering menimbulkan komplikasi saat persalinan.
Kemungkinan bahaya bagi ibu adalah misalnya perdarahan setelah melahirkan bayi
karena kondisi ibu masih lemah, bayi prematur/lahir cukup bulan sebelum usia
kehamilan 37 minggu, bayi dengan berat badan lahir rendah/BBLR <; 2500 gram
(Siregar, 2016).
3. Etiologi Sectio Caesaria
Menurut (Kosanke, 2019) etiologi sectio caesaria adalah sebagai berikut :
a. Panggul sempit dan dystocia mekanis: Disporposi fetopelik, panggul sempit, ukuran
bayi terlalu besar, malposisi dan mal presentasi, difungsi uterus, dystocia jaringan
lunak, neoplasma dan pertus lama.
b. Pembedahan sebelumnya pada uterus; sectio caesarea, histerektomi, miomektomi
ekstensi dan jahitan luka pada sebagian kasus dengan jahitan cervical atau perbaikan
ostium cervicis yang inkompeten dikerjakan sectio caesarea.
c. Perdarahan disebabkan oleh plasenta previa dan abruption plasenta.
d. Toximea gravidarum meliputi preeklamsi dan eklamsi, hipertensi esensial dan
nephritis kronis.
e. Indikasi fetal antar lain gawat janin, catat, infusiensi plasenta, prolapses, finiculus
umbilicalis, diabetes maternal, inkompatibilitas rhesus, post materm caesarea dan
infeksi virus harpes pada traktus genetalis.
Sectio caesarea adalah tindakan melahirkan dengan bayi yang berat lebih dari 500g
dengan insisi dinding rahim utuh. Dalam proses operasi, anestesi dilakukan, yang akan
membuat pasien merasa diam. Efek anestesi juga dapat menyebabkan relaksasi otot dan
Sembelit Kurangnya informasi tentang proses pembedahan, pengobatan dan perawatan
pasca operasi akan menimbulkan masalah kecemasan pada pasien. jika tidak selama
operasi, sayatan juga akan dibuat di dinding perut dengan cara yang menyebabkan
pemutusan jaringan tak sadar, pembuluh darah darah dan saraf di sekitar area sayatan.
Ini akan meningkatkan pengeluaran histamin dan prostaglandin akan merangsang area
sensorik sehingga menyebabkan rasa sakit hingga timbul masalah laktasi nyeri
(Agustina, 2020).
4. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi, condong ke kanan sisi kiri bisa mulai
dari 6-10 jam setelah operasi, olahraga pasien berbaring telentang saat tidur dapat
bernapas sesegera mungkin setelah bangun tidur. Pada hari kedua pasca operasi, pasien
bisa duduk selama 5 menit dan minta untuk menarik napas dalam-dalam sesudahnya
ekspirasi. Anda kemudian dapat mengubah posisi tidur anda dalam posisi setengah
duduk (semi burung hantu). Selanjutnya pada waktunya berturut-turut, hari demi hari,
pasien disarankan untuk belajar duduk setiap hari, belajar jalan, lalu jalan sendiri di hari
ke 3 hingga hari ke-5 pasca operasi.
5. Kateterisasi urin
Kandung kemih penuh menyakitkan dan ketidaknyamanan pada pasien, mengganggu
kontraksi rahim dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya dibiarkan di tempatnya
selama 24 hingga 48 jam / lebih lama tergantung pada jenis operasi dan kondisi pasien.
6. Manajemen obat
Pemberian obat antibiotic untuk meredakan nyeri dan obat-obatan yang memudahkan
kerja saluran pencernaan.
7. Perawatan luka
Kondisi perban terlihat pada hari pertama pasca operasi, jika basah dan berdarah, harus
dibuka dan diganti dan dilakukan perawatan rutin.
9. Komplikasi Sectio Caesaria
Menurut (Prasetyaningrum et al., 2021) komplikasi yang dapat muncul antara lain :
a) Infeksi puerperal (nifas)
Infeksi ini berupa ringan dan berat, kenaikan suhu beberapa hari termasuk dalam
kategori ringan, sedangkan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung termasuk sedang. kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dengan peritonitis ,
sepsis dan ileus paralitik termasuk dalam kategori berat. Infeksi disebabkan oleh adanya
kuman atau bakteri sumber penyebab infeksi pada daerah luka. Infeksi menyebabkan
peningkatan inflamasi dan nekrosis yang menghambat penyembuhan luka.
b) Perdarahan
Perdarahan disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka,
atonia uteri, perdarahan pada plasental bed. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan
mencapai homeostatis karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi
setelah pemanjangan masa persalinan.Sepsis setelah terjadi pembedahan, frekuensi dari
komplikasi ini lebih besar bila sectio caesaria dilaksanakan selama persalinan atau bila
terdapat infeksi dalam rahim.Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung
kemih bila reperitonialisis terlalu tinggi. Cidera pada sekeliling struktur usus besar,
kandung kemih yang lebar dan ureter. Hematuri singkat dapat terjadi akibat
terlalu antusias dalam menggunakan regaktor di daerah dinding kandung kemih.
C. Makrosomia
1. Pengertian Makrosomia
Makrosomia merupakan bayi yang berat badannya saat lahir lebih dari 4000 gram. Berat
neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.
Frekuensi beran badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4.500
gram adalah 0,4%. Bayi makrosomia dapat menimbulkan kesulitan saat persalinan bahu
(Umi Ma’rifah, Nova Elok Mardiyana, 2022).
4. Patofisiologi Makrosomia
Makrosomia adalah bayi yang lebih besar dari 4.000 – 4.500 gram, yang sering
dijumpai pada prediabetes mellitus laten. Makrosomia terjadi akibat hipernutrisi ibu
yang berdampak pada janin, di antaranya: Hiperglikemia, kelebihan asam amino, asam
lemak berlebih badan keton. Hal tersebut menimbulkan rangsangan untuk
dikeluarkannya insulin janin sehingga overnutrisi dapat dimanfaatkan kompensasi dari
sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin sehingga overnutrisi dapat diubah
menjadi bentuk anabolik janin. Metabolisme dalam bentuk anabolik terjadi di semua
bagian janin kecuali otaknya terdapat timbunan lemak di semua bagian tubuh janin. Sel
secara individu mengalami hyperplasia dan hipertropia sehingga terjadi
hepatosplenomegaly yang menyebabkan janin makrosomia. Pada ibu diabetes militus
aliran overnutrisi ke janin karena pada plasenta terjadi perubahan bentuk dan fungsinya
karena konsentrasi glukosa darah 95 mg % telah dapat menimbulkan makrosomia
(Fajariyana, 2019).
6. Komplikasi Makrosomia
Makrosomia atau fetus dengan besar terhadap masa kehamilan (BMK) menjadi faktor
predisposisi untuk terjadinya berbagai macam kelainan dalam lingkup obstetri dan
ginekologi maupun neonatologi. Risiko dalam obstetri dan ginekologi berhubungan
dengan proses persalinan, sementara dalam neonatologi risiko berkaitan dengan
kebutuhan akan perawatan di NICU karena neonatus makrosomia merupakan
predisposisi untuk terjadinya gangguan elektrolit dan metabolik seperti hipoglikemia,
hiperbilirubinemia dan hipermagnesemia.
b. Stimuli umum
Pada tahap ini, selain alasan tinggal di rumah sakit, riwayat kesehatan ibu saat ini dan
riwayat ibu sebelumnya, apakah ibu memiliki penyakit akut atau kronis. Jenis penyakit
keturunan dan penyakit menular lain yang diderita keluarga merupakan hal yang perlu
ditelusuri dalam riwayat keluarga. Selain itu, riwayat kebidanan dan kandungan ibu
yang harus diperiksa terkait dengan riwayat haid ibu secara umum termasuk haid. Ini
diikuti dengan penilaian riwayat ANC, status kebidanan ibu, kelahiran sebelumnya,
status perkawinan dan penggunaan kontrasepsi (Indrieni, 2020).
4. Pengkajian Interdependensi
Pengkajian yang menggambarkan ketergantungan atau hubungan klien dengan orang
terdekat, orang terpenting dalam hidupnya, sikap memberi dan menerima terhadap
kebutuhan dan aktivitas masyarakat.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan umum Pemeriksaan umum menurut (Yuli, 2017) meliputi :
a) Keadaan umum Keadaan umum biasanya lemah.
b) Tingkat Kesadaran Apatis.
c) Tanda-tanda vital Tekanan darah : Normal atau menurun <120/90 mmHg. Nadi :
Nadi meningkat >80x/menit. Suhu : Suhu meningkat >37,5 C. Respirasi : Respirasi
meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan post sc (Nurarif, A. H., & Kusuma,
2017).
3. Perencanaan Keperawatan
2.2 Tabel Perencanaan Post Partum
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. D.0077 SLKI SIKI
Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
agen cidera fisik keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan tingkat nyeri dapat Observasi
menurun dengan kriteria hasil : -identifikasi lokasi,
-keluhan nyeri menurun karakterisrik, durasi, frekuensi
-meringis menurun kualitas, intentisas nyeri
-sikap protektif menurun -identifikasi skala nyeri
-gelisah menurun -identifikasi skala nyeri non
-kesulitan tidur menurun verbal
-perineum merasa tertekan menurun -identifikasi faktor yang
-uterus teraba membulat menurun memperberat dan
memperingan nyeri
-identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
-identifikasi budaya terhadap
respon nyeri
-identifikasi nyeri pada
kualitas hidup
-monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
-monitor efek samping
pemberian analgesic
Terapeutik
-berikan teknik non
famakologis untuk
mengurangi nyeri
-kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
-fasilitasi istirahat tidur
-pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri
Edukasi
-jelaskan penyebab periode
dan pemicu nyeri
-jelaskan strategi meredakan
nyeri
-anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
-anjurkan menggunakan
analgetik yang tepat
-anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik
2. D.0142 SLKI SIKI
Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi
berhubungan dengan efek keperawatan selama 1 x 24 jam
prosedur invasif diharapkan tingkat infeksi dapat Observasi
menurun dengan kriteria hasil : -monitor tanda dan gejala
-kebersihan tangan meningkat infeksi lokal dan iskemik
-kebersihan badan meningkat Terapeutik
-demam menurun -batasi jumlah pengunjung
-nyeri menurun -berikan perawatan kulit pada
-bengkak menurun area edema
-cairan berbau busuk menurun -cuci tangan sebelum dan
-periode menggigil menurun sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
-pertahankan teknik aspetik
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi
-jelaskan tanda dan gejala
infeksi
-ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
-ajarkan etika batuk
-ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
-anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
-anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
w D.0054 Setelah dilakukan asuhan SIKI
Gangguan mobilitas fisik keperawatan selama 1 x 24 jam
w berhubungan dengan post diharapkan mobilitas fisik dapat Dukungan Ambulasi
sc meningkat dengan kriteria hasil :
Observasi :
-pergerakan ekstremitas meningkat
-kekuatan otot meningkat -identifikasi adanya nyeri atau
-rentang gerak (ROM) meningkat keluhan fisik lainnya.
-nyeri menurun 1. -Identifikasi toleransi fisik
-kecemasan menurun melakukan ambulasi
-kekakuan sendi menurun 2. -Monitor frekuensi jantung
-gerakan terbatas menurun dan tekanan darah sebelum
-kelemahan fisik menurun memulai ambulasi
3. -Monitor kondisi umum
selama melakukan ambulasi
2.
3. Terapeutik :
1. -Fasilitasi aktivitas ambulasi
dengan alat bantu
2. -Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu
3. -Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
4.
5. Edukasi :
1. -Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. -Anjurkan melakukan
ambulasi dini
-Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.Ukuran intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan,
tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan
untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari (Ninda Rofifah,
2019).
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan
merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan (Ninda Rofifah, 2019).
2) Elemen manusia
Manusia adalah bagian dari sistem adaptif, yaitu sekumpulan unit yang saling
berhubungan yang memiliki masukan, pengendalian proses, keluaran, dan umpan balik
(Roy, 1986). Kontrol proses adalah mekanisme koping yang memanifestasikan dirinya
dalam bentuk penyesuaian khusus. Manusia dalam sistem ini bertindak sebagai
perseptor dan regulator untuk mempertahankan adaptasi. Ada empat mode adaptasi,
termasuk adaptasi fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan kebutuhan saling
ketergantungan.
3) Elemen lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai sekumpulan kondisi, keadaan dan faktor lain yang
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.
4) Elemen sehat
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan yang terjadi atau proses yang terjadi pada
organisme hidup dan terintegrasi pada individu secara keseluruhan. Proses merangsang
mekanisme koping untuk menghasilkan respon yang adaptif atau tidak efektif. Hasil
adaptasi adalah suatu kondisi yang dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya
tujuan individu, antara lain kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, dan
integritas (Budiono, 2016).
obyektif, dan stimulus residual yaitu suatu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan
dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu (Dharma, 2018).
7. Keterkaitan Teori Calista Roy Dengan Kondisi Postpartum
Model keperawatan adaptif Roy dijelaskan dalam hal faktor manusia, yaitu manusia
dalam sistem ini bertindak sebagai perseptor dan regulator (aturan) untuk
mempertahankan adaptasi. Ada empat mode adaptasi, termasuk adaptasi fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan kebutuhan saling ketergantungan. Kaitannya
dengan penelitian ini membantu pasien beradaptasi dengan perubahan fisiologi, konsep
diri, dan peran ibu setelah melahirkan (Yuanita Panma, 2018).
b) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap keputusan tersebut memutuskan
untuk menyusui. semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak kesempatan
bagi ibu dapatkan informasi tentang pentingnya manfaat menyusui untuk bayi,
sebaliknya jika ada sedikit pendidikan menghambat perkembangan sikap ibu terhadap
menyusui bayi.
c) Bekerja
Bekerja adalah alasan yang sering diungkapkan para ibu tidak menyusui bayinya. Saat
ini, banyak wanita lebih suka mengembangkan karirnya di bidang ekonomi daripada
mengurus keluarga atau bekerja dari rumah. ada beberapa peran seorang ibu, baik ibu
rumah tangga maupun pekerja, menciptakan ketidakseimbangan dalam hubungan antara
ibu dan anak. Seorang ibu yang bertanggung jawab dengan bayi yang baru lahir ideal
untuk bayi, di mana pun kebutuhan bayi dibutuhkan disusui sampai usia enam bulan,
yang berarti ibu selalu siap untuk menyusui.
2. Faktor eksternal
a) Orang penting sebagai referensi dalam keluarga
Orang penting seperti suami atau anggota keluarga lain biasanya dapat mempengaruhi
perilaku menyusui ibu. Jika orang itu sangat dipercaya dalam hidupnya lalu apa yang
orang itu katakan akan segera mengikuti dan meniru suatu tindakan, misalnya dukungan
keluarga sangat diperlukan selama menyusui kelancaran proses menyusui.
b) Sosial ekonomi
d) Budaya
Nilai, kebiasaan, perilaku dan penggunaan sumber daya internal masyarakat akan
menghasilkan kebudayaan bagi daerahnya. Budaya ini berkembang dalam waktu yang
lama. Budaya selalu berubah cepat atau lambat dengan peradaban manusia
(Notoatmodjo, 2007). budaya ini diterapkan untuk keberhasilan proses menyusui atau
menyusui. Ada budaya yang memberi makan atau minum untuk bayi baru lahir akan
menggagalkan dalam ASI eksklusif dan dapat mengganggu kesehatan bayi
a. Pemberian ASI dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernafasan atas (ISPA),
menurunkan kejadian diare 50% dan menurunkan kejadian penyakit usus besar 58% pada bayi
prematur. Risiko kanker payudara pada ibu juga dapat dikurangi hingga 6-10%.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan tindakan berkelanjutan yang dapat mengidentifikasi
berbagai macam data yang dibutuhkan perawat sebagai data dasar klien. Pengumpulan
data dapat berupa data subjektif / pernyataan klien, keluarga atau tim medis yang
kemudian dipersepsikan oleh perawat saat proses anamnesa berlangsung. Data lain
dapat berupa data objektif yang didapat melalui pengamatan (inspeksi), perabaan
(palpasi), pengetukan (perkusi), dan pendengaran (auskultasi). Teknik pemeriksaan fisik
ini bisa digunakan secara keseluruhan ataupun tidak tergantung bagian tubuh yang
dilakukan pemeriksaan (Rahma Hidayati, 2019).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah komunikasi tertulis yang secara permanen mencatat berbagai
informasi terkait dengan berbagai pengaturan pasien. Dalam proses keperawatan
dokumentasi keperawatan merupakan salah satu elemen penting pada layanan
kesehatan, karena dengan dokumentasi baik sangat memungkinkan untuk terus menerus
dipelajari status kesehatan pasien, dokumentasi tersebut merupakan dokumen hukum
yang sah terkait dengan pelayanan keperawatan (Ballsy C.A, 2021).
4. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan mengamati perilaku dan kondisi klien
menggunakan kepekaan panca indera untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan keperawatan klien. Pengamatan yang dilakukan meliputi perilaku,
keadaan, lingkungan sekitar, dan tanda gejala penyakit yang dirasakan. Pengumpulan
data yang dilakukan yaitu sebagai berikut :
a. Menentukan responden penelitian dengan melihat data yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi
b. Melakukan pengkajian yakni pengumpulan data secara sistematis untuk
mengidentifikasi keadaan kesehatan klien sekarang dan masalalu untuk perumusan
masalah keperawatan.
c. Mengumpulkan data mengevaluasi status kesehatan responden disimpulkan
masalah-masalah kesehatan yang aktual atau potensial dalam bentuk diagnosis
keperawatan.
d. Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI).
e. Peneliti membuat perencanaan dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
f. Dilakukan implementasi, yakni pelaksanaan intervensi keperawatan.
g. Evaluasi keperawatan ditulis dalam catatan perkembangan SOAP
h. Penyajian data dilakukan dengan tabel maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien
dijamin dengan cara mengaburkan identitas klien.
i. Dibuat kesimpulan dari data yang disajikan.
D. Analisis Kasus
Menurut (I Made Sudarma Adiputra, 2021) Analisis data kualitatif adalah proses
penelitian dan sintesis yang sistematis data sistematis diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan dan dokumen. Dengan mengatur data ke dalam kategori menjadi
satuan, susun menjadi pola, susun yang mana lebih penting akan dipelajari serta dapat
menarik kesimpulan yang mudah dipahami. Analisis data dilakukan setelah
pengumpulan data selesai. Pada saat pengambilan data, jika data dianggap tidak cukup
untuk mencapai hasil yang diharapkan maka data dilanjutkan sampai data yang
diperoleh dapat diandalkan. Aktifitas dalam analisis data : Editing, Organizing dan
Penemuan Hasil.
1. Editing
Data dicatat dengan hati-hati dan rinci untuk tujuan menghindari akumulasi data. Edit
data yang berfokus pada hal yang penting, meringkas, mengurutkan poin-poin penting,
dan mencari tema dan pola.
2. Organizing
Organizing merupakan langkah dimana semua data terkumpul kemudian penulis
memisahkan data subjektif dari data objektif dan membangunnya beberapa diagnosa
keperawatan sehingga intervensi dapat diatur dan menentukan pelaksanaan.
3. Penemuan Hasil
Penemuan hasil adalah suatu tindakan setelah semua implementasi keperawatan
diberikan kemudian peneliti mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan dan
membandingkan kajian dalam artikel penelitian, hasilnya dianalisis dan digunakan
sebagai data untuk membenarkan penulisan dan menambahkan temuan dalam penulisan.
BAB 3
ANALISIS KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Desember 2022. Nama Ny. S, pendidikan SLTA,
suku bangsa batak, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat tinggal di Ciketing udik RT
003 / RW 002, agama Kristen. Nama suami Tn.H umur 30 tahun, pendidikan SMA,
suku bangsa batak, pekerjaan karyawan swasta, alamat tinggal di Ciketing udik RT
003 / RW 002, agama Kristen status pernikahan menikah tahun 2021. Status obstetrik
G1 P0 A0 tanggal masuk 21 Desember 2022. Ibu mengatakan bahwa ini persalinan
pertama kali dan harus lahir secara section caesaria di karenakan memiliki indikasi bayi
besar (makrosomia) dan ibu mengatakan nyeri di area bekas operasi sehingga terbatas
untuk melakukan gerakan, ibu nampak meringis kesakitan, aktivitas di bantu oleh suami
dan ibu, nampak luka dengan balutan tertutup di area perut bawah dan tidak terlihat
adanya tanda infeksi, luka bekas operasi rutin di periksa dan di gantikan balutan, Ketika
nyeri mulai berkurang ibu di haruskan belajar bergerak perlahan, mulai dari miring
kanan dan kiri hingga belajar berjalan namun jika telah melakukan jalan dan kembali
duduk area jahitan akan terasa nyeri kembali. Ibu sudah berencana ingin menyusui
secara eksklusif kepada bayi pertamanya karna ingin bayinya tumbuh sehat, namun ibu
tidak suka makan sayur-sayuran sehingga sekarang ibu cemas karena asinya belum juga
keluar dan bayinya berada di ruang terpisah. Ibu meminta solusi apakah ada cara lain
untuk meningkatkan produksi asinya selain dari konsumsi makanan, meskipun asi
belum keluar tapi ibu Ny. S tetap berusaha menyusui bayinya.
b. Alasan Masuk
Klien datang ke ponek kebidanan pada tanggal 21 Desember 2022 jam 12:55 dengan
keluhan mules sejak 4 hari, terdapat flek lender dan air-air. Hasil pemeriksaan USG
terakhir tanggal 20 Oktober 2022 dengan usia kehamilan 31 minggu, dengan hasil
pemeriksaan berat badan janin 4000 gram dan terdapat kista ovarium, janin tunggal,
ketuban cukup, jenis kelamin laki-laki, dengan gerakan aktif. Sehingga dokter
menyarankan untuk melakukan persalinan secara section caesaria.
e. Data Fokus
Pada data subjektif : Klien mengatakan nyeri luka op, terdapat pengkajian PQRST yaitu
Povokes (penyebab) : nyeri post section caesaria, Quality (kualitas) : nyeri seperti
ditusuk-tusuk, Radiates (penyebaran) : nyeri di area post op SC sampai ke anus,
Severety (keparahan) : skala 4 , Time (waktu) : hilang timbul, klien mengatakan asi
belum bisa keluar tapi tetap menyusui bayinya dan tidak tahu cara meningkatkan
produksi asi karena klien mengatakan tidak suka makan sayur-sayuran.
Klien mengatakan asinya belum keluar namun tetap usaha menyusui bayinya, payudara
sedikit bengkak, puting sedikit masuk ke dalam, TTV: Tekanan Darah: 100/57 mmHg
Nadi:85 x/menit, Suhu:36,2,°C, Pernafasan 20 x/menit, maka didapatkan masalah
dengan diagnosa keperawatan yaitu menyusui tidak efektif berhubungan dengan
ketidakadekuatan suplai ASI.
Klien mengatakan tidak suka makan sayur-sayuran dan bertanya cara meningkatkan asi
selain dengan makanan, TTV: Tekanan Darah: 100/57 mmHg Nadi:85 x/menit,
Suhu:36,2,°C, Pernafasan 20 x/menit, maka didapatkan masalah dengan diagnosa
g. Perencanaan Keperawatan
Pada tanggal 22 Desember 2021 ditetapkan diagnosis keperawatan yaitu : Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik. Diharapkan setelah dilakukan asuhan selama
1x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil nyeri hilang atau berkurang, dan
Rencana Tindakan : Intervensi utama yaitu Kaji nyeri secara komperehensif meliputi P,
Q, R, S, T, Observasi reaksi non verbal dari pasien Monitor tanda-tanda vital,
memberikan pasien posisi yang nyaman, mengajarkan Teknik relaksasi, dan
memberikan terapi analgetik sesuai instruksi dokter (diclofenac 3 kali dalam sehari).
Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI, diharapkan
setelah di lakukan asuhan selama 3x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil: ASI
ibu dapat keluar dan memancar, suplai asi adekuat, pasien dapat menyusui bayi. Dan
rencana Tindakan: mengkaji kesiapan dan kemampuan menerima informasi peningkatan
asi, mengajarkan perawatan payudara postpartum dengan cara pijat laktasi.
Pada tanggal 23/12/21 melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan Darah: 94/61
mmHg Nadi:73 x/menit, Suhu:36,2,°C, Pernafasan 20 x/menit, memposisikan ibu
dengan nyaman, mengajurkan mobilisasi bertahap dengan respon hasil klien
mengatakan nyeri berkurang, dan sudah mulai belajar jalan. Selanjutnya mengajarkan
ibu dan keluarga cara pijat laktasi , melakukan tindakan pemijatan payudara, dengan
beberapa cara gerakan yang dilakukan selama 10-15 menit. Selanjutkan dilakukan
kembali pemijatan payudara pada sore hari selama 10 sampai 15 menit, Respon Hasil
(setelah dilakukan teknik pijat laktasi) ASI pada klien mulai keluar dan menetes namun
tidak terus menerus sebanyak 15 ml.
Pada tanggal 29 desember 2022 melakukan home visite sesuai dengan kontrak yang
telah dibuat ditanggal 23 desember, yaitu mengajarkan kembali cara pijat laktasi kepada
ibu Ny. S yang sejak pulang kerumah telah melakukan pijat laktasi secara mandiri.
Produksi asi telah meningkat sebanyak 250 ml setelah dilakukan pijat laktasi. Pada
tanggal 30 desember 2022 penulis dating kembali untuk melakukan pijat laktasi kepada
ibu S dengan hasil yang kembali meningkat yaitu menjadi 320 ml setelah pijat laktasi.
i. Evaluasi keperawatan
Evaluasi ini didapat setelah dilakukan selama 3 hari dengan cara memberikan intervensi
berupa pijat laktasi yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan dengan
ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI.
Berikutgrafik evaluasi ASI klien setiap harinya dapat di lihat pada grafik di bawah ini:
produksi ASI selama 24 jam
500
400
300
200
100
Antasari, B., Anggraeni, & Santi. (2020). The Level Of Mother’s Knowledge About
Breastfeeding Techniques And The Effectiveness Of The Breastfeeding Process.
Jurnal Fenomena Kesehatan, 3, 400–411.
Bahiyatun. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal (cetakan 1). Buku
kedokteran EGC.
Ballsy C.A. (2021). Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan (A. Karim (ed.); Cetakan
1). Yayasan Kita Menulis.
Dila, W., Nadapda, T. P., & Sibero, J. T. (2022). Faktor yang Berhubungan dengan
Persalinan Sectio Caesarea Periode 1 Januari – Desember 2019 di RSU Bandung
Medan Factors Related to Sectio Caesarian Delivery for the Period of January 1
– December 2019 at RSU Bandung Medan. Journal of Healtcare Technology
and Medicine Vol. 8 No. 1 April 2022 Universitas Ubudiyah Indonesia, 8(1),
359–368.
Ekasari, T. D., & Adimayanti, E. (2022). Pengelolaan Menyusui Tidak Efektif Pada Ibu
Post Sectio Caesarea Di Desa Ngaglik Argomulyo Salatiga. Pro Health Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 4(1), 185–190.
Fitia, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Post Operatif Sectio
Caesarea Dengan Indikasi Cephalo Pelvik Disproportion Diruang Rawat Inap
Kebidanan Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi . Padang: STIKES
PADANG.
Fratidina, Y., Dra Jomima Batlajery, Mk., Imas Yoyoh, Mk., Rizka Ayu Setyani, Mk.,
Arantika Meidya Pratiwi, M., Wahidin, Mk., Titin Martini, Ms., Dina Raidanti,
S., Ns Siti Latipah, Mk., Zuhrotunnida, M., & Jurnal JKFT Diterbitkan oleh
Fakultas Ilmu Kesehatan, Mk. (2022). Editorial Team Jurnal JKFT. 7.
Indrieni. (2020). asuhan keperawatan pada ibu dengan bayi makrosomia. Poltekkes
Samarinda.
Isnaeni, Ana Pertiwi, And Iriantom, A. and A. (2012). Pengaruh Pemberian Terapi
Relaksasi Abdominal Breathing terhadap Nyeri Post Sectio Caesarea dengan
Spinal Anastesi di PKU Muhammadiyan Gamping. Jurnal Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta, 6(6), 9–33.
kementrian kesehatan RI. (2019). Cara Melakukan Pijat Payudara Untuk Memperlancar
ASI. Direktotrat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat.
Lubis, F. (2021). Multigravida Dengan Makrosomia Dan Intra Uterine Fetal Death:
Suatu Studi Kasus Di Rs Abdul Moeloek Bandar Lampung. JIMKI: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia, 7(1), 6–13.
Na wang. (2018). Effects of pre-pregnancy body mass index and gestational weight gain
on neonatal birth weight in women with gestational diabetes mellitus. Science
Direct, 124, 17–21.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2017). Asuhan Keperawatan Praktis Nanda Nic Noc
(Jilid 1). Mediaction.
Ragil Mu’allimah. (2019). Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Postpartum. 6(1), 5–10.
Rahma Hidayati. (2019). Teknik Pemeriksaan Fisik (Dhiky Wandana (ed.); Cetakan Pe).
CV. Jakad publishing.
Siregar. (2016). Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Persalinan Sectio Caesarea
Pada Ibu Dengan Riwayat Persalinan Normal Di Medan.
Siti Muawanah, & Desi Sariyani. (2021). Pengaruh Pijat Laktasi Terhadap Kelancaran
Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Baby Spa Pati. Jurnal Ilmu Kebidanan Dan
Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health), 12(1), 7–15.
Sulistyowati, P., Rachman, Y. O., & Oktifiana, C. D. (2018). Asuhan Keperawatan Pada
Ny. R P5A0 Post Sectio Caesarea + MOW H0 Atas Indikasi Induksi Gagal,
Preeklampsia Berat, Dan Cukup Anak Di Ruang Permata Hati Rumah Sakit
Umum Daerah Banyumas. Jurnal of Nursing Health.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
(Edisi 1). Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SiKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keprawatan Indonesia (Edisi 1
Ce). Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Umi Ma’rifah, Nova Elok Mardiyana. (2022). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi
Baru Lahir (Irma Maya Puspita (ed.); Cetakan 1). Rena Cipta Mandiri.
Wahyuningsih, S. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum (cetakan I).
Yuanita Panma. (2018). Penerapan Teori Adaptasi Roy Pada Asuhan Keperawatan
Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah
Bidang Kesehatan, 2(2), 99–117.
LEMBAR KONSULTASI KIAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MH THAMRIN
MATERI TANDA
NO TGL MASUKAN PEMBIMBING
KONSULTASI TANGAN