SKRIPSI
ARVELLA FATHARANI
1032181029
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul hubungan parenting stress
dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19 di
SDN Paseban 11 pagi adalah hasil karya saya sendiri dan semua baik yang dikutip
maupun yang telah saya lakukan nyatakan dengan benar. Apabila suatu saat nanti
terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sangsi yang
telah ditetapkan. Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah diperiksa oleh pembimbing dan disetujui untuk dipertahankan di
hadapan tim penguji skripsi Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas
Kesehatan Universitas MH. Thamrin
Menyetujui,
Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin
iii
HALAMAN PENGESAHAN
TIM PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 12 September 2022
iv
v
Nama : Arvella Fatharani
NIM : 1032181029
Judul : Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal Anak Sekolah Di Masa
Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban 11 pagi
ABSTRAK
Latar Belakang : Pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap kondisi orang tua selama melakukan
pendampingan pembelajaran dalam jaringan (daring) sehingga dapat menyebabkan orang tua
mengalami parenting stress yang cenderung dapat melakukan kekerasan pada anak usia sekolah
khususnya kekerasan verbal. Dari perlakuan tersebut dapat berdampak pada anak seperti sulit
mengendalikan emosi, hingga putus sekolah.
Tujuan : Untuk Mengetahui Hubungan Parenting Stress Terhadap Kekerasan Verbal Pada Anak
Usia Sekolah Di SDN Paseban 11 Pagi, Jakarta pusat tahun 2022.
Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional.
Penelitian ini sampelnya adalah 151 orang tua siswa yang diambil dengan menggunakan teknik
total Sampling.
Hasil : Orang tua siswa dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin perempuan 76.0%,
tingkat pendidikan mayoritas tinggi yaitu SMA-Perguruan Tinggi 54.0%, dengan pendapatan di
bawah UMR 86.7%, orang tua yang mengalami parenting stress sebanyak 48%, yang melakukan
kekerasan verbal pada anak sebanyak 49,3%. Hasil uji chi square diperoleh nilai P = 0,000
(α<0,05) yang dapat disimpulkan secara statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah. Dari hasil analisis lebih lanjut
diperoleh nilai OR = 22,857 (95% CI = 9,792-53,354) dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini
bahwa orang tua yang mengalami stress mempunyai peluang (beresiko) 22 kali untuk melakukan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi.
Rekomendasi : . Orang tua memiliki peran penting dalam mengasuh sehingga dalam mengontrol
emosi dengan baik sangat diperlukan agar tidak terjadi kekerasan dalam bentuk apapun yang
dilakukan pada anak.
Kata kunci : parenting stress, pandemi Covid-19, anak usia sekolah, kekerasan verbal
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “HUBUNGAN PARENTING STRESS DENGAN KEKERASAN
VERBAL PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MASA PANDEMI COVID-19
PADA TAHUN 2022” penyusunan proposal skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Universitas MH
Thamrin prodi S1 Keperawatan. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak
mendapatkan masukan, bantuan, dorongan, saran, bimbingan dan kritik dari
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.Daeng Mohammad Faqih, S.H., M.H, selaku Rektor Universitas MH.
Thamrin.
2. Atna Permana, M.Biomed Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
3. Ns. Neli Husniawati, S.Kep, M.Kep. selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan
Universitas MH. Thamrin Jakarta. Sekaligus menjadi pembimbing utama yang
telah memberikan banyak motivasi, saran dan masukan dalam penyusunan ini
sehingga skripsi dapat terselesaikan.
4. Ns. Helena Golang, M.Kep.,Sp.Kep.An. Selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan banyak motivasi, saran dan masukan dalam
penyusunan ini sehingga skripsi dapat terselesaikan.
5. Tri Mulia Herawati, S.Kp., M.Kep. Selaku dosen penguji yang telah memberi
masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep. Selaku Wali Kelas peneliti telah
memberikan motivasi, nasihat yang baik dan dukungan terhadap penulis.
vii
7. Para Dosen dan staff akademik Program Studi Sarjana Keperawatan yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberi ilmu pengetahuan
dengan sangat sabar dan berguna bagi penulis.
8. Untuk alm. Ayah, mama serta adik penulis yang telah berjuang dan
memberikan kasih sayang yang tidak terhingga kepada penulis, do’a serta
dukungan moril maupun materil dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Kepada keluarga besar yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan semangat dan doa untuk penulis.
10. Untuk kekasih penulis Mohammad Yusuf yang selalu sabar menemani, setia
mendengarkan keluh kesah selama penyusunan skripsi ini dan memberikan
semangat serta doa bagi penulis
11. Untuk teman seperjuangan yang biasa kita sebut Pejuang Nurse (Zahara Nila
Kandi, Nur Aisah, Amani Nur Sholeha, Olandina Monteiro Borges, Tri Septi
Hameliyah, Andini Amalia, Friska Yulinda, Tantry Rismayanti, Rizky Julianti
dan Amalia Safitri) Dan teman seperjuangan keperawatan angakatan 2018
yang selama ini memberi semangat selama perkuliahan dan penyusanan
skripsi ini.
12. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu yang
telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis sampai
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi masukan
berharga bagi penulis dalam penulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat bukan hanya sebagai kewajiban tugas akhir, melainkan menjadi
referensi untuk penelitian maupun pengemban ilmu lainnya.
Arvella Fatharani
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iv
ABSTRAK..........................................................................................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................7
ix
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Hasil Analisis Univariat............................................................41
6.2 Hasil Analisis Bivariat..............................................................47
6.3 Keterbatasan Penelitian.............................................................48
BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan...............................................................................48
7.2 Saran..........................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................50
LAMPIRAN......................................................................................................56
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2020). Menurut Maghfiroh & Wijayanti (2021), pembelajaran daring ini dapat
membuat orang tua atau pengasuh memiliki tugas tambahan dalam keseharian
seperti harus menemani dan mendidik anak selama daring berlangsung, hal
tersebut dapat menjadi salah satu pemicu stress. Melalui studi pendahuluan yang
penulis lakukan yaitu dengan wawancara sederhana kepada 10 orang tua yang
memiliki anak yang bersekolah di SDN Paseban 11 Pagi, menunjukkan hasil
sebanyak 95% mengeluh merasakan stress karena pemberlakuan pembelajaran
daring ini.
Stress adalah suatu reaksi mental ataupun emosional pada saat keadaan
lingkungan mengalami perubahan serta mengharuskan diri untuk menyesuaikan
nya (P2PTM Kemenkes RI, 2020). Stess dapat menimpa siapapun termasuk orang
tua yang keseharian nya mengasuh dan mendampingi anak selama daring, ini
dapat disebut sebagai parenting stress. Yang di maksud dengan parenting stress
adalah suatu reaksi atau kondisi psikologis yang muncul pada saat beradaptasi
dengan sekitar karena adanya tekanan akibat tuntutan dalam peran menjadi orang
tua (Sri Lestari, 2016). Parenting stress ini dapat menimbulkan rasa beban pada
orang tua. Sehingga dapat mengubah sikap dalam pengasuhan terhadap anak yang
tidak baik seperti mengabaikan, hingga timbul tindakan kasar sampai melakukan
kekerasan (Panghela et al., 2020).
Dalam penelitian Maghfiroh & Wijayanti (2021), terdapat laporan dari the hidden
impact of Covid-19 yang melakukan survei tentang prevalensi stress orang tua di
37 negara pada bulan Mei-Juli 2020, dengan responden orang tua sebanyak
17.565 dan responden anak sebanyak 8.069, yaitu diperoleh angka presentase
stress selama covid-19 sebanyak 83,3 % yang meningkat menjadi 95,1% setelah
minggu ke 4 pandemi. Bahkan sepertiga keluarga juga melaporkan sejak pandemi
dan di berlakukan daring, kekerasan fisik maupun verbal pada anak mengalami
peningkatan.
2
Menurut Brown et al., (2020) dalam penelitiannya yang dilaksanakan di wilayah
Rocky Mountain Amerika Serikat, yang melibatkan sebanyak 183 responden
orang tua yang memiliki anak usia dibawah 18 tahun didapatkan hasil penelitian
bahwa terdapat orang tua yang mengalami stress, rata-rata yang disebabkan
adanya perubahan suasana hati atau stress umum pada orang tua sejak pandemi,
serta hubungan interaksi antara pasangan dan anak, hingga kegiatan belajar anak
di rumah. Sehingga stress pada orang tua ini dapat berpotensi terjadi kekerasan
pada anak. Dapat dibuktikan dari hasil pengujian yang menggunakan model
regresi berganda yaitu dengan penambahan faktor risiko kesehatan mental
hasilnya menyumbang varians yang signifikan yaitu di luar faktor risiko Covid-
19, demografi, dan model hanya konstan (perubahan R2 = 0,12, p < 0,001). Gejala
kecemasan (B = 1,25, p < 0,05) dan gejala depresi (B = 1,60, p <0,01) secara
signifikan hasilnya positif berhubungan dengan potensi kekerasan.
Secara teori dampak yang akan dialami oleh anak akibat dari parenting stress
adalah yang pertama perkembangan anak terganggu, anak akan merasa tidak
berguna, tidak bermanfaat, dan menjadi pendiam bahkan menarik diri dalam
bersosialisasi dengan teman sebayanya. Yang kedua anak akan depresif mudah
menangis, bersikap murung, dan sulit berinisiatif dalam berdiskusi kelompok.
Yang ketiga, anak akan bersifat agresif karena tidak mampu melawan kepada
orang tua atau pengasuh, sehingga anak akan bersikap negatif seperti tidak bisa
mengontrol emosi bahkan dapat terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Yang ke
empat, anak akan bersikap destruktif yaitu keinginan menyakiti diri sendiri karena
ketidakmampuan untuk membela diri dan kurang nya pertolongan sehingga anak
mencari perhatian berlebih dengan sikap tersebut (Kurniasari, 2019).
Dalam penelitian yang dilakukan di Korea Utara yang melibatkan sebanyak 366
orang tua imigran sebagai responden, terdapat dampak dari parenting stress yang
mengakibatkan terjadinya resiko kekerasan pada anak, hingga berpengaruh pada
psikologis anak. Dengan hasil signifikan yang telah diuji menggunakan uji-t. Data
tersebut membuktikan adanya dampak dari parenting stress yaitu adanya
3
peningkatan pada R2 sebesar 0,04 (F(16, 212) = 3,36, p < 001) untuk agresi
psikologis, 02 (F(16,214) = 3,01, p < 001) untuk serangan fisik, dan 0,5
(F(16,214) = 3,14, p < 001) untuk pengabaian pada anak (Yoo, 2019).
Secara tidak sengaja orang tua pernah melakukan tindakan kekerasan terhadap
anak, khususnya kekerasan verbal. Yang dimaksud dengan kekerasan verbal ialah
suatu tindakan berupa perkataan yang negatif, menyudutkan anak, mencaci,
memaki, serta meneriaki (Fitriana et al., 2015). Menurut data yang diperoleh
Mardia (2018), terdapat angka kejadian mengenai kekerasan verbal pada anak di
dunia yang mencapai 50% atau lebih dari 1 milyar anak berusia 2-17 tahun yang
mengalami kekerasan fisik, verbal, maupun emosional. Sedangkan di Indonesia,
telah di peroleh data dari hasil survei yang di lakukan oleh (WVI) Wahana Visi
Indonesia mengenai Kekerasan verbal terhadap anak ditemukan sebanyak 61,5%
yang mengalami kekerasan tersebut selama pandemi (Siantoro et al., 2020). Dan
yang menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan verbal pada anak adalah
parenting stress.
Fakta peningkatan kekerasan pada anak selama pandemi diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan di departemen darurat Amerika Serikat bahwa adanya peningkatan
jumlah kunjungan UGD selama 2020 sejak pandemi terkait kasus kekerasan dan
4
penelantaran pada anak yang harus berakhir dengan perawatan. Pada tahun 2019
sebelum pandemi terjadi sebanyak 2,1% anak-anak dan remaja harus di rawat
inap. Namun, pada saat pandemi dimulai yaitu tahun 2020 kekerasan dan
penelantaran pada anak yang harus mendapat perawatan mengalami peningkatan
hingga 3,2%. Data tersebut dianalisis menggunakan uji-t dengan hasil (p <0,001).
Peningkatan signifikan dalam persentase fasilitas darurat yang terkait dengan
kekerasan dan penelantaran anak-anak yang dirawat di rumah sakit, 3,5%
dibandingkan dengan 3,5% pada 2019. P<0,001 dan 5 hingga 11 tahun (0,7% dari
2020 (0,7% 0,001) dan 12 hingga 17 tahun (1,6% pada 2019) (1,6% dibandingkan
dengan 2,2%) pada tahun 2020; p = 0,002) (Swedo, 2020).
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat kekerasan verbal pada anak adalah anak
akan menjadi pribadi yang kurang baik dalam mengontrol emosi, perkembangan
anak akan terhambat, anak minim berinteraksi dengan teman sebaya dan lebih
suka menyendiri. Dalam pendidikan anak juga akan merasakan kesulitan di rumah
maupun sekolah, serta menanggap bahwa orang dewasa merupakan musuhnya.
Dapat diketahui anak yang mendapat kekerasan verbal akan lebih hiperaktif,
menderita sulit tidur, hingga terkadang sampai tantrum. Semua hal tersebut, dapat
dicontoh oleh anak karena perlakuan negatif orang tua yang diterapkan kepada
nya (Mahmud, 2019).
5
Menurut Aryani (2021), dalam penelitian nya di SMK 1 Swagaya Purwokerto,
terdapat responden yang mendapat dampak dari kekerasan fisik, seksual maupun
verbal. Dampak yang dirasakan hingga kini, yaitu berupa luka memar dan lebam,
menjadi pribadi yang pendiam, merasa depresi, sulit tidur, ada perasaan ingin
balas dendam kepada pelaku, hingga menjauhi keramaian.
Dalam menyikapi fenomena yang terjadi pada orang tua dan anak tersebut,
perawat dapat berperan dalam proses manajemen kasus, yaitu pada tahap
identifikasi berperan dalam pelaporan dan rujukan dengan dugaan kekerasan
terhadap anak ketika ditemukan tanda-tanda kekerasan terhadap anak tersebut
terhadap lembaga perlindungan anak atau pihak terkait. Setelah itu, perawat dapat
berperan dalam fase intervensi yaitu sebagai penyedia layanan pengasuhan yang
dibutuhkan oleh anak melalui keluarga, kunjungan rumah, atau fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit, klinik dan puskesmas (KEMENPPPA, 2019).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas serta studi pendahuluan yang telah
dilakukan dengan hasil data dari 10 orang tua yang anaknya bersekolah di SDN
Paseban 11 pagi, sebanyak 95% mengeluhkan stress saat mendampingi anak
belajar daring. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
dalam mengenai ―Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal pada
Anak Usia Sekolah di Masa Pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 Pagi‖
6
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan
Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Sekolah di Masa
Pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 pagi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Parenting Stress dengan
Kekerasan Verbal pada Anak Usia Sekolah di Masa Pandemi Covid-19 di SDN
Paseban 11 pagi.
7
1.4.3 Manfaat Bagi Profesi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam menambah
pengetahuan profesi agar dapat lebih mengendalikan parenting stress agar
kekerasan pada anak berkurang.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Parenting atau yang sering disebut pola asuh merupakan sebuah pola perilaku
yang diterapkan kepada anak yang dilakukan setiap waktu, sepanjang hari hingga
anak dewasa. Pola perilaku yang diterima oleh anak dapat berupa asuhan yang
positif maupun negatif. Hingga dapat disimpulkan secara sederhana, parenting
adalah sebuah proses dalam pembelajaran, pendidikan, dan pembentukkan anak
yang dilakukan oleh orang tua untuk menuju masa depan anak yang sukses
(Subagia, 2021).
Parenting stress merupakan suatu kondisi psikologis yang tidak dapat menerima
interaksi lingkungan nya akibat adanya hal yang tidak disukai ataupun adanya
perasaan tertekan dengan situasi yang dihadapi pada saat mengasuh anak.
Diketahui bahwa, kegiatan mengasuh bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Sehingga suatu ketika orang tua merasakan tidak mampu untuk memenuhi dan
menyelesaikan pengasuhan terhadap anak secara maksimal (Lestari, 2016).
9
atau stress negatif yaitu merupakan kondisi yang terjadi ketika stress terlalu tinggi
atau terlalu rendah sehingga dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan pikiran
sehingga menimbulkan ketidakseimbangan atas tuntutan stress dan kemampuan
untuk memenuhi tuntutan tersebut (Purba, 2021). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, dalam parenting stress yang dialami para orang tua atau pengasuh ini
masuk ke dalam tahapan distress akibat ada nya tuntutan yang tidak dapat
dipenuhi dengan baik.
1
2.1.4 Aspek-aspek Dalam Parenting Stress
Aspek-aspek dalam parenting stress menurut (Barroso et al., 2016) adalah
sebagai berikut :
1. The parent distress
Stres orang tua dalam hal ini menunjukkan bahwa adanya pengalaman stres orang
tua dalam pengasuhan sehingga perasaan pribadi akan muncul setelah kehadiran
anak. Indikatornya meliputi:
a. Feelings of competence, merupakan kurangnya kemampuan dan pengetahuan
orang tua dalam mengasuh anak.
b. Social isolation, merupakan suatu kondisi orang tua merasa terisolasi secara
sosial serta tidak adanya dukungan emosional dari lingkungan sekitar,
sehingga meningkatkan kemungkinan tidak berfungsinya pengasuhan.
c. Restriction imposed by parent role, merupakan adanya perasaan keterbatasan
yang dirasakan oleh orang tua sehingga beranggapan adanya pengendalian dan
tidak ada kebebasan karena mengasuh anak.
d. Relationships with spouse, merupakan suatu pemicu stress karena adanya
konflik antara kedua orang tua yang terjadi karena tidak adanya dukungan
secara emosional, material dan pendekatan terhadap anak selama pengasuhan.
2. The difficult child
Aspek ini, menggambarkan adanya perilaku anak yang dapat menyulitkan pada
saat mengasuh. Indikatornya antara lain :
a. child adaptability yaitu, saat anak belum bisa beradaptasi dengan perubahan
fisik dan lingkungan serta mengalami keterlambatan dalam mempelajari.
b. Child demands yaitu, anak yang menuntut lebih dari orang tua mereka dalam
perhatian dan bantuan. Pada umumnya, anak-anak merasa sulit untuk
melakukan semuanya secara mandiri dan menghadapi hambatan dalam
Perkembangannya.
c. Child mood yaitu, orang tua merasa seperti anak-anak mereka telah kehilangan
rasa hal-hal positif dan seringkali menjadi ciri khas anak-anak yang dapat
terlihat dari ekspresinya sehari-hari.
1
d. Districtability yaitu, orang tua merasa anak menunjukkan perilaku yang terlalu
aktif dan sulit untuk mengikuti perintah.
3. The Parent-Child Dysfunctional Interaction
Dalam aspek ini, menggambarkan bahwa adanya interaksi antar orang tua dan
anak yang tidak berfungsi dengan baik. Indikatornya antara lain :
a. Child reinforced parent adalah suatu perasaan orang tua yang menggap tidak
adanya penguatan positif sehingga timbul rasa tidak nyaman selama interaksi
pada anak.
b. Acceptability of child to parent adalah adanya perilaku dan sikap anak yang
tidak sesuai dengan harapan orang tua sehingga terjadi penolakan dari orang
tua
c. Attachment adalah tidak adanya kedekatan secara emosional antara orang tua
dan anak sehingga dapat mempengaruhi perasaan orang tua.
Dalam penelitian Operto et al., (2022) menunjukkan bahwa hasil PSI (Parenting
Stress Index-Short Form) yang dilakukan kepada orang tua, dengan gangguan
kecemasan, stress keseluruhan dan gangguan interaksi antara orangtua dengan
1
anak secara signifikan lebih tinggi selama pandemi. Yaitu dengan hasil
perbandingan rata-rata skor PSI sebelum dan sesudah pandemi menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan secara statistik di semua subskala yang
dianalisis dalam total sampel (p <0,05 di semua subskala PSI). Demikian pula,
skor rata-rata dari semua subskala CBCL (Child Behavior Checklist) meningkat
secara statistik selama pandemi dibandingkan dengan periode pra-pandemi (p
<0,05 di semua subskala CBCL (Child Behavior Checklist). Dengan adanya
peningkatan tersebut banyak kelompok orang tua yang mengalami perubahan
emosional, menarik diri dari lingkungan bahkan beranggapan bahwa anak adalah
musuhnya. Dengan kondisi seperti itu, dapat dianalisis bahwa secara signifikan
dapat berdampak pada pengasuhan serta adanya hubungan negatif yang di terima
oleh anak. Sehingga, anak dan remaja dapat tumbuh dengan emosional yang
buruk, mudah marah dan tidak dapat mengontrol dirinya sendiri.
1
efek stres. PSI ini ada bentuk panjang dan bentuk pendek. Namun, dalam
penelitian ini menggunakan formulir pendek.
Formulir pendek dalam PSI (parenting stress indeks-short form) berisi 36 item,
yang masing - masing dinilai oleh orang tua dengan skor 1 (tingkat stres terendah)
hingga skor 5 (tingkat stres tertinggi) skala dibagi dalam tiga macam yaitu
kesulitan dalam mengasuh ,interaksi disfungsional antara orang tua dan anak, dan
anak yang sulit (Brassard & Boehm, 2008).
Cara penilaian rentang stress dalam parenting ini adalah dengan memberikan nilai
dengan kategori:
1 = tingkat stress rendah
5 = tingkat stress tinggi
1
menjadi isu sentral bagi anak usia sekolah. Pada saat anak sekolah maka akan
menjadi pengalaman utama bagi anak. Selama periode ini, anak dianggap mulai
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua,
teman, dan orang lain. Usia sekolah adalah masa ketika anak memperoleh
pengetahuan dasar untuk berhasil beradaptasi dengan kehidupan dewasa dan
memperoleh keterampilan tertentu (Utama & Demu, 2021).
1. Fisik-motorik
Pertumbuhan fisik anak sekolah dasar ditandai dengan semakin banyak anak
tinggi, berat dan kuat dibandingkan dengan pada saat anak dalam kondisi
PAUD/TK, ini dapat dilihat pada perubahan sistem tulang, otot, dan keterampilan
motorik. Anak-anak lebih aktif dan kuat untuk melakukan aktivitas fisik seperti
berlari, memanjat, melompat, berenang dan aktivitas luar ruangan lainnya.
Aktivitas fisik ini dilakukan dengan anak sedang dilatih koordinasi, keterampilan
motorik, stabilitas tubuh serta distribusi energi tumpukan. Perkembangan fisik
anak laki-laki sekolah dasar pria dan wanita berbeda. Anak wanita biasanya lebih
ringan dan lebih pendek dari anak laki-laki. Aspek pengembangan efek fisik-
motorik ini dalam hal perkembangan orang lain, misalnya, keadaan fisik anak
tidak normal misalnya anak terlalu besar atau terlalu pendek, anak terlalu kurus
atau lemak akan mempengaruhi rasanya kepercayaan diri anak. Keyakinan ini
akan berhubungan dengan emosi, kepribadian dan sosial.
1
2. Kognisi
Aspek perkembangan kognitif merupakan perkembangan yang berhubungan
dengan kemampuan anak-anak. Kognitif yaitu kemampuan berpikir dan
penyelesaian masalah. Usia anak sekolah dasar memiliki karakteristik pemikiran
yang khas. Cara berpikir mereka berbeda dari anak-anak prasekolah sekolah dan
orang dewasa. metode mengamati lingkungan dan organisasi dunia pengetahuan
yang mereka dapatkan berbeda dengan anak-anak prasekolah dan semua orang
dewasa.
3. Perkembangan sosio-emosional
Pada fase ini terdapat ciri khas yaitu meningkatkan kekuatan hubungan teman dan
anak-anak dan ketergantungan anak keluarga akan berkurang. pada fase ini
merupakan hubungan atau kontak sosial jauh lebih baik dari sebelumnya .Anak-
anak suka bermain, bicara di lingkungan sosial. Dari pernyataan ini dapat
menyimpulkan bahwa lingkungan luar atau sekitar menjadi peran penting dalam
perkembangan social anak.
4. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak dimulai sejak awal bersekolah dan akan sempurna
pada saat remaja. Anak akan mengalami perkembangan bahasa yang pesat pada
saat usia (late primary) yaitu 7-8 tahun, pada usia ini anak mulai memahami tata
bahasa meskipun terkadang merasakan kesulitan dan kesalahan namun, anak akan
sadar dan segera memperbaikinya. Selain itu, anak akan menjadi pendengar yang
baik, dapat menceritakan kembali apa yang di dengar, mampu mengungkapkan
perasaannya dalam bentuk puisi, serta memperkaya arti sebuah kata untuk
dijadikan candaan. Faktor lingkungan keluarga terdekat sangat mempengaruhi
dalam perkembangan bahasa yang baik.
1
yang benar dan salah hingga mana yang dapat dilakukan dan tidak dapat
dilakukan. Tetapi, orang tua dapat menanamkan moral pada anak apa yang harus
dilakukan sehingga anak dapat terdorong untuk melakukan moral yang baik.
1
2.3.2 Karakteristik Kekerasan Verbal
Menurut Hampton (dalam Fitriana et al., 2015) kekerasan memiliki berbagai
karakteristik, antara lain :
a. Penghinaan sangat menyakitkan dan biasanya orang yang paling dekat dengan
korban yang memiliki kesempatan untuk melakukan kekerasan verbal, yaitu
ketika korban pada akhirnya mempercayai pelaku bahwa dia telah melakukan
kesalahan, tidak ada hal yang berharga dari perbuatan nya, serta menjadi
sumber masalah.
b. Kekerasan dapat terjadi dengan pelaku yang tidak nampak atau secara tidak
langsung yaitu seperti komentar, pandangan hina terhadap korban.
c. Kekerasan verbal memiliki sifat yang memanipulatif kepada korbannya,
seperti membuat korbannya bingung dengan komentar dan arahan yang di
lontarkan pelaku. Sehingga, korban dapat dikontrol dan termanipulatif oleh
pelaku.
d. Tanpa disadari kekerasan verbal dapat menurunkan harga diri korban,
sehingga berperilaku menarik diri dari lingkungan masyarakat dan pasrah
dengan pelaku.
e. Kekerasan ini tidak dapat diprediksi dari waktu ke waktu. Makian, komentar
pahit, hingga di bandingkan oleh orang lain yang lebih baik dapat terjadi.
1
e. Memberikan perlakuan tidak baik terhadap anak, seperti memberikan
hukuman yang tidak wajar, mengurung anak di kamar mandi yang gelap, dan
mengikat anak di kursi.
1
kebutuhan dasar anak pun dapat menunjukkan dampak dari kekerasan itu,
misalnya anak sering muntah apabila setelah makan, dan otomatis berat badannya
menurun. Tidak hanya berdampak pada saat masa pertumbuhan anak, ternyata
kekerasan verbal ini dapat mempengaruhi anak pada saat dewasa di masa depan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Vega et al., (2019) hasil uji
hipotesis dari dampak kekerasan verbal yaitu menunjukkan adanya pengaruh
negatif langsung terhadap kepercayaan diri anak. dengan nilai koefisien korelasi
antara 0,421 dan nilai koefisien lulus dari 0,319. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa
kekerasan verbal berdampak negatif dan langsung terhadap penurunan harga diri
yang disebabkan oleh perkataan menjatuhkan atau meremehkan pada anak.
2
2.4 Dampak Covid-19 terhadap Parenting Stress
Calvano et al., (2021) dalam penelitiannya yang dilakukan di Jerman,
mengemukakan bahwa adanya dampak dari Covid-19 terhadap parenting stress
atau stress dalam proses pengasuhan yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
dipengaruhi akibat ekonomi yang berubah dengan adanya pengurangan karyawan
di tempat bekerja, yang menjadi salah satu penyebab terjadi nya kekerasan dalam
rumah tangga. Dibuktikan dengan adanya seeorang ibu, dengan kondisi terbatas,
memberikan perlakuan kasar bahkan memberikan hukuman terhadap anak-
anaknya. Hal tersebut, dikarenakan adanya pengaruh tingkat kecemasan, dan
stress yang meningkat selama pandemi.
2
motivasi pelanggan, pandangan sistem yang dinamis tentang energi, dan interaksi
variabel dengan lingkungan untuk mengurangi kerentanan dari stresor internal dan
eksternal, sementara pengasuh dan klien membentuk kemitraan untuk
menegosiasikan tujuan hasil yang diinginkan untuk pemeliharaan, pemulihan, dan
pemeliharaan kesehatan yang optimal (Siregar et al., 2021).
Betty Neuman mengemukakan model konsep Health Care System, yaitu suatu
model konsep yang di dalamnya menggambarkan aktivitas keperawatan yang
ditekankan pada mengontrol atau menurunkan stress dengan upaya memperkuat
garis pertahanan diri secara fleksibel, normal ataupun resisten dengan sasaran
pelayanannya yaitu komunitas. Menurut Betty Neuman fokus model konsep
keperawatan adalah suatu respon terhadap stressor serta faktor yang
mempengaruhi proses adaptasi pasien. Dan tindakan keperawatan menurut Betty
Neuman, merupakan suatu kegaiatan untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap
stressor. Upaya hal tersebut dapat di lakukan pencegahan primer, sekunder, dan
tersier. Pencegahan primer dilakukan untuk menguatkan pertahanan tubuh dengan
identifikasi faktor resiko yang dapat berpotensi terhadap stressor. Kemudian,
2
pencegahan sekunder berfokus pada penguatan dan sumber internal melalui
penetapan dan aktual yang terjadi akibat stressor tertentu. Sedangkan pencegahan
tersier, berfokus pada proses adaptasi kembali (Nurhannifah Rizky Tampubolon et
al., 2021).
2
10. Tindakan pencegahan tersier melibatkan penyesuaian yang terjadi pada awal
rekonstitusi dan faktor pemeliharaan yang membawanya kembali ke siklus
menuju pencegahan primer.
11. Pasien secara dinamis dan terus-menerus bertukar energi dengan lingkungan.
2
2.5.5 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka teori “Hubungan Parenting stress dengan kekerasan verbal pada
anak usia sekolah di masa pandemic Covid-19
Orang tua anak usia sekolah 6-12 tahun
Internal
Kesehatan individu eksternal
rasa beban dan tertekan keluarga, lingkungan
Emosi
4. parenting stress
Stressor/tekanan
Garis pertahanan
fleksibel
Adaptif
distress
Stabilitas klien
austress terganggu (fisik
psikologis, Kekerasan verbal
perkembangan)
Dampak positif
Keteranga
:
Dampak
Gejala stress :fisik, emosional, negative :
Motivasi dan memberikan
intelektual maupun terhadap orang
semangat untuk
interpersonal, terdekat akibat
menghadapi tantangan
depresi,
Di teliti
Tidak di teliti
Berhubungan
Sumber : (Betty Neuman, 1970 dalam Alligood 2014, Barroso et al., 2016, Huraerah 2018,
Mubarak et al, 2022)
2
BAB III
KERANGKA KONSEP HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
Pengertian lain dari kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antar
konsep yang dimaksudkan untuk diukur atau diamati oleh penelitian yang
dilakukan. Diagram kerangka konseptual harus menunjukkan hubungan antara
variabel yang diteliti. Kerangka kerja yang baik dapat memberikan informasi yang
jelas pada seorang peneliti dalam memilih desain penelitian (Masturoh & T,
2018).
Pada penelitian ini untuk variabel bebas mengenai parenting stress. Kemudian
variabel terikat yang akan diteliti mengenai kekerasan verbal pada anak usia
sekolah di masa pandemi. Adapun kerangka konsep penelitian dalam penelitian
ini yaitu:
Gambar 2.3 Kerangka konsep “Hubungan Parenting stress dengan kekerasan verbal pada
anak usia sekolah di masa pandemi covid-19
2
3.2 Definisi Operasional
Karakteristik Responden
No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Skala Hasil Ukur
1. Jenis kelamin Jenis kelamin Responden mengisi Kuesioner Nominal 1. Laki-laki
responden saat di kuesioner bagian A 2. Perempuan
lakukan penelitian jenis kelamin
2. Tingkat Jenjang pendidikan Responden mengisi Kuesioner Ordinal 1. Pendidikan rendah
pendidikan terakhir yang kuesioner dibagian A (SD- SMP)
ditamatkan oleh tingkat pendidikan 2. Pendidikan tinggi
responden. (SMA- Perguruan tinggi)
3. Pendapatan Jumlah pendapatan Responden mengisi Kuesioner Ordinal 1. Dibawah UMR < Rp
yang di dapat kuesioner dibagian A 4.276.335,00
responden pendapatan 2. Diatas UMR ≥ Rp
4.276.335,00
(UMR DKI Jakarta,
Peraturan Gubernur DKI
No. 114 tahun 2018
Variabel Bebas
No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1. Parenting ketegangan yang Diukur dengan Kuesioner Ordinal 0= Tidak stress, jika nilai <
stress timbul dalam proses menggunakan B mean (112,78)
pengasuhan skala parenting 1= stress, jika nilai ≥ mean
akibat tuntutan peran likert (112,78)
sebagai orang tua
(bapak/ibu)
Variabel Terikat
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1. Kekerasan Tindakan berupa Di ukur Kuesioner Ordinal 0= Tidak melakukan, jika
verbal ucapan kasar, seperti menggunakan C nilai < median (53,00)
pada anak menghina, skala likert. 1= melakukan, jika nilai ≥
usia merendahkan, Setiap item di beri median (53,00)
sekolah memaki, serta nilai :
memberikan 3 = sering
ancaman. 2 = kadang
2 = pernah
1 = tidak pernah
2
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis ini merupakan jawaban sementara berdasarkan teori yang belum
dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan dengan pengujian
hipotesis menggunakan uji statistik. Dalam hal ini hipotesis menjadi pedoman
dalam menganalisis hasil penelitian, dan sekaligus hasil penelitian harus dapat
memenuhi tujuan penelitian, khususnya tujuan. Ada kemungkinan sebelum
merumuskan hipotesis, pertama-tama harus dilihat apakah tujuan uji coba yang
diperoleh dapat disimpulkan sebagai benar atau salah, relevan atau tidak, diterima
atau ditolak (Masturoh & T, 2018). Berdasarkan deskripsi teoritik serta kerangka
konsep diatas, dapat diajukan hipotesis, yaitu :
2
BAB IV
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua murid SDN Paseban 11 pagi dari
kelas 1 sampai 5 yang terdata di bagian pendidikan yaitu sebanyak 151 orang.
Jumlah orang tua murid setiap kelas adalah sebagai berikut:
No Kelas Jumlah Orang Tua
1. 1A 25
2. 1B 23
3. 2 21
4. 3 25
5. 4 29
6. 5 28
Total populasi 151
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Arifin, 2017). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
2
menggunakan teknik Nonprobability yaitu sampel jenuh atau sering disebut total
sampling. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah orang tua murid dari kelas 1
sampai 5 di SDN Paseban 11 pagi yang berjumlah 151 orang.
2. Kriteria ekslusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak dapat dilakukan oleh subjek
penelitian mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, seperti hambatan etika, penolakan untuk menjawab atau situasi
yang tidak memungkinkan penelitian. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini,
sebagai berikut :
a. Orang tua murid kelas 6 yang bersekolah di SDN Paseban 11 Pagi
b. Mengalami kendala jaringan selama daring
c. Menolak sebagai responden
3
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada orang tua dari kelas 1 sampai 5 SDN Paseban 11 pagi,
Jakarta Pusat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 13 juli -28 juli 2022. Alasan
peneliti melakukan penelitian di tempat ini karena orang tua murid kelas 1 sampai
5 Di SDN Paseban 11 Pagi, Jakarta Pusat memiliki orang tua murid yang
bervariasi dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Hal tersebut
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi parenting stress yang
mengakibatkan terjadinya kekerasan verbal pada anak usia sekolah. Dan
penelitian ini belum pernah dilakukan di SDN Paseban 11 Pagi, Jakarta Pusat dan
jarak dari rumah peneliti dengan tempat penelitian sangat dekat.
3
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Penelitian ini sudah diperhitungkan lebih banyak manfaat yang akan diterima oleh
responden dibandingkan dengan kerugian yang didapatkan.
3
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji validitas
Uji validitas adalah suatu pengujian sejauh pengukuran yang dilakukan dapat
mengarah pada pengukuran yang sebenarnya (Siyoto, 2015).
Dalam penelitian ini di kuesioner B telah dilakukan uji validitas oleh peneliti
sebelumnya yaitu oleh Humaira, (2020) dengan judul penelitiannya ―Pengaruh
Parenting Stress dengan Kekerasan pada Anak‖. Hasil uji validitas terdapat 31
butir soal dengan nilai rhitung < rtabel (0.320-0.710 < 0.260) maka di nyatakan
valid dan dapat dilakukan uji selanjutnya.
Beguitu pula pada kuesioner C yang telah di lakukan uji validitas oleh peneliti
sebelumnya yaitu (Haunika Wati, 2019) dengan judul penelitiannya
―Pengaruh Kekerasan Verbal Terhadap Kepercayaan Diri Anak Usia 4-6 Tahun
Di Desa Talang Rio Kecamatan Air Rami Kabupaten Mukomuko‖. Hasil uji
validitas terdapat 20 dengan nilai rhitung < rtabel (0.134-0.594 > 0.339) maka
dinyatakan bahwa 10 butir soal tidak dapat dilakukan uji selanjutnya.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran seberapa konsisten pengukuran ketika dua atau lebih
pengukuran dari gejala yang sama dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang
sama. Jika alat ukur itu valid dan tidak reliabel, maka data yang dikumpulkan
tidak akan berguna (Hastono, 2016).
Dalam penelitian ini di kuesioner B telah dilakukan uji reliabilitas oleh peneliti
sebelumnya yaitu oleh Humaira, (2020) dengan judul penelitiannya
―Pengaruh Parenting Stress dengan Kekerasan pada Anak‖. Dari hasil uji
reliabilitas terdapat nilai Cronbach Alpha > 0.70 (0,903 > 0.70) maka dinyatakan
reliabel.
Beguitu pula pada kuesioner C yang telah di lakukan uji reliabilitas oleh peneliti
sebelumnya yaitu Haunika Wati, (2019) dengan judul penelitiannya
―Pengaruh
3
Kekerasan Verbal Terhadap Kepercayaan Diri Anak Usia 4-6 Tahun Di Desa
Talang Rio Kecamatan Air Rami Kabupaten Mukomuko‖. Dari hasil uji
reliabilitas terdapat nilai Cronbach Alpha > 0.70 (0,778 > 0.70) maka dinyatakan
reliabel.
b. Pelaksanaan
1. Peneliti melakukan pendekatan dengan kepala sekolah dan wali kelas 1
sampai 5.
2. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang akan diberikan secara langsung
kepada responden.
3. Sebelum menyebarkan lembar kuesioner peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan serta meminta persetujuan kepada orang tua yang akan menjadi
responden penelitian.
4. Setelah itu, peneliti memberikan waktu sekitar 15-20 menit untuk responden
mengisi butir soal
3
c. Pengumpulan data
1. Peneliti mengumpulkan kembali lembar kuesioner yang telah diisi oleh
responden selama sekitar 15-20 menit
2. Setelah itu, peneliti memeriksa kelengkapan kuesioner yang telah di isi
3. Jika sudah lengkap, maka akan di lakukan pengolahan data
1. Editing
Editing atau penyuntingan data adalah tahapan penyuntingan data yang
dikumpulkan dari hasil kuesioner untuk melengkapi jawaban. Dalam penelitian ini
tidak ditemukan jawaban kuesioner yang tidak lengkap.
Pada penelitian ini kuesioner yang telah diisi oleh responden diperiksa oleh
peneliti. Aspek-aspek yang diperiksa yaitu:
a. Pada penelitian ini kuesioner yang masuk ke sistem berjumlah 151 responden
b. Mengecek kembali kelengkapan identitas responden
c. Mengecek kelengkapan data yaitu kelengkapan responden dalam mengisi
setiap pernyataan atau pertanyaan
d. Setelah itu peneliti memeriksa kebenaran dan kelengkapan atau ada tidaknya
kekeliruan dalam pengisian kuesioner. Jika pengisian kuesioner belum
lengkap, peneliti akan meminta responden untuk mengisinya kembali. Jika hal
itu tidak dapat dilakukan, kuesioner tersebut tidak digunakan dalam analisis
data.
e. Aspek lain yang diperiksa adalah konsistensi responden dalam hal pengisian
kuesioner.
3
2. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode angka (number) pada data yang terdiri
dari beberapa kategori. Memberikan kode ini sangat penting saat memproses dan
menganalisis data di komputer. Ini juga merupakan praktik umum untuk membuat
daftar kode dan artinya di buku kode saat membuat nya, dan menggunakan
variabel untuk mempermudah melihat di mana dan apa arti kode tersebut.
a. Variabel bebas parenting stress menggunakan kuesioner A yang meliputi
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan dan skala PSI. dengan
pengkodean 0 = Tidak stress, jika nilai < mean, dan kode 1 = stress, jika nilai
≥ mean.
3
5. Pengoreksian data (cleaning)
Cleaning data adalah pengecekan ulang data yg telah dientri apakah telah benar
atau terdapat kesalahan dalam ketika memasukan data. Pemeriksaan ulang data yg
dimasukkan pada personal komputer untuk melihat apakah terdapat kesalahan
pada pengkodean jawaban & memastikan data yg dimasukkan siap buat dianalisis
3
Tabel 4.2 Analisis Bivariat
No. Variabel Variabel Terikat Jenis Data Uji
Bebas
1. Parenting stress Kekerasan verbal Kategorik – Kategorik Chi Square
pada anak usia
sekolah
Di dalam penelitian ini untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat yang digunakan yaitu uji statistik sebagai berikut:
4.8.3.1 Uji chi-square
Uji chi-square bertujuan untuk menguji perbedaan persentase antara dua atau
lebih kelompok (sampel). Uji chi-square membutuhkan beberapa kondisi yang
harus dipenuhi. Artinya, sampel / kelompok harus terikat dan sifat data harus
terkait secara kategoris (Hastono, 2016).
Data yang diperoleh diuji dengan chi-square jika memenuhi persyaratan uji chi-
square. Persyaratan untuk uji chi-kuadrat adalah bahwa nilai yang diharapkan
tidak boleh kurang dari 5. Jika kondisi uji chi-square tidak terpenuhi, uji
alternatif, uji eksak Fisher, digunakan. Kedua variabel yang diuji dikatakan
berhubungan signifikan jika p-value kurang dari 0,05 pada tingkat kepercayaan
95% (Sugiyono, 2014).
3
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis menyajikan hasil penelitian mengenai ―Hubungan Parenting
Stress dengan Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Sekolah Di Mada Pandemi
Covid-19 Di SDN Paseban 11 Pagi‖
5.1 Analisis Univariat
Hasil analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-
masing variabel yang diteliti. Artinya, variabel bebas dalam penelitian ini adalah
parenting stress dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kekerasan verbal
pada anak usia sekolah di masa pandemi. Jumlah responden yang bersedia
sebanyak 150 orang di SDN Paseban 11 pagi, Jakarta Pusat. Hasil analisis
univariat dalam penelitian ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
3
bawah UMR sebanyak 130 orang (86.7%), sebagian besar orang tua yang tidak
mengalami parenting stress sebanyak 78 orang (52.0%), serta tidak melakukan
kekerasan verbal terhadap anak usia sekolah di masa pandemi sebanyak 76 orang
(50.7%).
Uji korelasi bivariat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Chi
square yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu
parenting stress dan variabel terikat pada penelitian ini yaitu kekerasan verbal
pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 Pagi,
Jakarta Pusat yang berbentuk data kategorik dengan kategorik
OR P
Kekerasan Verbal (95% CI) Value
Parenting Total
Tidak Melakukan
stress melakukan
N (%) N(%) N (5%)
Tidak stress 64 (82,1%) 14 (17,9%) 78 22,857 0,000
(100,0%) (9,792-53,354)
Stress 12 (16,7%) 60 (83,3%) 72
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh proporsi kejadian kekerasan verbal pada anak usia
sekolah di masa pandemi Covid-19 lebih banyak terjadi pada orang tua yang
mengalami stress yaitu sebanyak 83,3%. Hasil uji chi square diperoleh nilai P =
0,000 (α<0,05) maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak usia
sekolah. Dari hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai OR = 22,857 (95% CI =
9,792-53,354) dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa orang tua yang
mengalami stress mempunyai peluang (beresiko) 22 kali untuk melakukan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi.
4
BAB VI
PEMBAHASA
Pada bab ini penulis akan membahas hubungan antara variabel bebas mengenai
parenting stress dan variabel terikat kekerasan verbal pada anak usia sekolah di
masa pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 pagi, Jakarta Pusat.
Menurut Ronny Tri Wirasto seorang pakar kejiwaan di Universitas Gajah Mada,
mengemukakan bahwa orang yang berjenis kelamin wanita berperan sebagai ibu
4
dan memiliki waktu yang lebih banyak dalam hal mengasuh anak di rumah akan
lebih rentan mengalami stress dibandingkan laki-laki. Hal tersebut disebabkan
oleh emosional yang berubah-ubah dan tidak memperhatikan kesehatan fisik
secara umum sehingga rentan mengalami stress (Ika, 2020).
Sesuai dengan penelitian Mamesah & Katuuk (2018) yang berjudul hubungan
verbal abuse orang tua dengan perkembangan kognitif pada anak usia sekolah di
SD Inpres Tempok dengan sampel sebanyak 30 orang, diperoleh hasil bahwa
orang tua yang berpendidikan tinggi sebanyak 73,3% dan yang berpendidikan
rendah hanya 26,7%.
4
masa pandemi banyak orang tua dengan berpendidikan tinggi yang rentan
mengalami stress dan cenderung akan melakukan kekerasan verbal pada anaknya.
6.1.3 Pendapatan
Dari hasil analisis univariat sebagian besar responden memiliki pendapatan di
bawah UMR yaitu sebanyak 130 orang (86.7%), dan berpenghasilan di atas UMR
sebanyak 20 orang (13.3%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Januwarsih &
Triastuti (2020) yang berjudul hubungan antara tingkat pendidikan, pendapatan,
salat tahajud dan rekreasi dengan stress orang tua dari penderita autis dengan
jumlah sampel sebanyak 55 orang diperoleh bahwa sebagian besar responden
orang tua memilki pendapatan rendah sebanyak 46 orang (55,2%) dan
berpenghasilan tinggi sebanyak 9 orang (15,4%).
Sesuai dengan penelitian Vega et al., (2019) yang berjudul pengaruh pola asuh
dan kekerasan verbal terhadap kepercayaan diri dengan sampel sebanyak 106
orang, diperolah bahwa sebagian besar orang tua berpenghasilan rendah yaitu
sebanyak 85 orang, dan yang berpenghasilan tinggi sebanyak 21 orang.
Penelitian ini bertolak belakang dengan jurnal Junaedi & Salistia, (2020) bahwa di
masa pandemic Covid-19 banyak orang yang terdampak sehingga penghasilan nya
4
menurun bahkan mengalami kebangkrutan. Namun disisi lain dari penurunan
ekonomi tersebut dalam rumah tangga, kebanyakan seorang wanita atau ibu yang
memegang keuangan sehingga dapat dikelola dengan baik dan tidak
mempengaruhi pikiran atau dijadikan beban yang berakhir memperlakukan anak
dengan kasar.
Berdasarkan pembahasan di atas peneliti dapat berasumsi bahwa orang tua yang
memiliki penghasilan rendah namun dapat mengelola keuangan dengan baik,
maka dengan mudah mengontrol situasi dan keadaan yang di alaminya sehingga
dapat terhindar dari stress.
4
Sesuai dengan penelitian Calvano et al., (2021) yang berjudul Families in the
Covid-19 pandemic: parental stress, parent mental health and the occurrence of
adverse childhood experiences-results of a representative survey in Germany
dengan sampel sebanyak 66 orang diperoleh bahwa, sebagian besar orang tua
tidak mengalami stress sebanyak 37 orang dan yang mengalami stress sebanyak
29 orang.
Penelitian ini bertolak belakang dengan Nurhidayah et al., (2022) yang berjudul
Tingkat stres pengasuhan pada orang tua selama masa pandemi
coronavirus disease (Covid-19) yaitu menunjukkan bahwa stress selama
pengasuhan berkategori tinggi sebesar 89.9% dan stres pengasuhan berkategori
rendah sebesar 10,1%.
Secara teori stress pengasuhan menyebabkan pengasuhan orang tua yang tidak
berfungsi untuk anak-anak dan tanggapan orang tua yang tidak tepat ketika
menghadapi konflik dengan anak-anak. Respon stres terjadi ketika orang tua
merasa bahwa tuntutan dinamika peran pengasuhan mereka tidak seimbang
dengan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi peran itu (Riadi, 2021).
4
6.1.5 Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi
Dari hasil analisis univariat sebagian besar responden tidak melakukan kekerasan
verbal sebanyak 76 orang (50.7%), dan yang melakukan kekerasan verbal
sebanyak 74 orang (49.3%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Agustin (2019)
yang berjudul hubungan kekerasan verbal orang tua dengan perkembangan
Kognitif Anak dengan sampel sebanyak 32 orang yaitu orang tua yang tidak
melakukan kekerasan verbal sebanyak 25 orang (78,1%) dan yang melakukan
sebanyak 7 orang (21,9%).
Penelitian ini bertolak belakang dengan Zadriana et al., (2021) dengan judul
hubungan kekerasan verbal orang tua dengan kepercayaan diri siswa di kabupaten
Aceh Barat Daya yaitu diperoleh hasil bahwa orang tua yang melakukan
kekerasan verbal dalam kategori tinggi sebanyak 38 siswa (55,9%).
Secara teori menurut Erly O. Malelak (2022) sebagian besar tindakan kekerasan
terhadap anak terjadi karena orang tua mengalami tingkat stres yang tinggi, yang
menjadi penyebab utama kemarahan, ketidaksabaran, dan kemarahan ringan
ketika menghadapi berbagai bentuk masalah yang ada semakin meningkat. Situasi
ini diperparah dengan fakta bahwa korbannya adalah anak-anak. Begitu pula
sebaliknya jika orang tua tidak mengalami stress maka tidak terjadi kekerasan
terhadap anak.
4
6.2 Hasil Analisis Bivariat
6.2.1 Hubungan Antara Parenting Stress Dengan Kekerasan Verbal Pada
Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi
Hasil penelitian ini dari perhitungan statistik menggunakan uji Chi-Square dan α
= 0,05 diperoleh nilai p-value = 0,000 yang dapat diartikan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara parenting stress dengan kekerasan verbal pada
anak usia sekolah di masa pandemi.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Humaira (2020) yang berjudul pengaruh
parenting stress terhadap tindakan kekerasan kepada anak dengan sampel
sebanyak 567 orang, diperoleh dari hasil analisis koefisien determinasi (R2)
faktor kekerasan orang tua terhadap anak, fisik dan kekerasan psikologis diberikan
oleh koefisien korelasi diperoleh nilai R2 = 0,102 atau 10,2%, artinya ada
pengaruh parental parenting stress kecenderungan orang tua untuk menggunakan
kekerasan terhadap anak sebanyak 10,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
sebesar 89,8% yang tidak diteliti, hal ini menunjuk bahwa pada stress pengasuhan
sebanyak 68,7% cenderung melakukan kekerasan.
Sesuai dengan penelitian Maghfiroh & Wijayanti (2021) yang berjudul parenting
stress dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19
dengan sampel sebanyak 102 orang, diperoleh bahwa orang tua memiliki
parenting stress termasuk dalam kategori stres rendah dengan kekerasan verbal
rendah 42 responden (89.4%), stress sedang dengan kekerasan verbal sedang 8
responden (18.2%), dan stress tinggi dengan kekerasan verbal tinggi 3 responden
(27.3%). Dengan hasil uji uji statistik kendall tau didapatkan hasil p-value 0.001
yang artinya ada hubungan signifikan antara parenting stress dengan kekerasan
verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19.
4
mereka mungkin merasa tidak berhasil atau frustrasi dengan tanggung jawab
pengasuhan mereka. Bahkan tanpa adanya kekerasan, stres orang tua yang
dikelola dengan buruk dapat membuat hubungan orang tua-anak menjadi tegang
(Lestari, 2016).
4
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan ini dibuat berdasarkan tujuan khusus dan hasil penelitian beserta
analisis univariat dan analisis bivariat dari jumlah responden sebanyak 150 orang
yang meneliti tentang ―Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal
Pada Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban 11 Pagi,
Jakarta Pusat‖ pada tahun 2022. Maka dari itu peneliti mengambil kesimpulan
bahwa:
1. Responden dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin perempuan
76.0%, dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu SMA-Perguruan Tinggi 54.0%,
dengan pendapatan di bawah UMR 86.7%.
2. Orang tua murid di SDN Paseban 11 pagi yang mengalami parenting stress
sebanyak 48%.
3. Orang tua murid di SDN Paseban 11 pagi yang melakukan kekerasan verbal
pada anak sebanyak 49,3%.
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara parenting stress dengan kekerasan
verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11
pagi Jakarta pusat, dengan perolehan nilai p-value 0,000 (< α 0,05).
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
bagi profesi keperawatan agar lebih meningkatkan perhatian terhadap adanya
tanda-tanda kekerasan fisik meskipun verbal pada anak dan adanya ciri parenting
stress.
4
7.2.3 Bagi Anak Usia Sekolah
Menjadi seorang anak harus memiliki sikap penurut terhadap orang tua, agar
terhindar dari kekerasan fisik maupun verbal jika orang tua merasakan stress
akibat perilaku anak yang tidak baik.
4
DAFTAR PUSTAKA
Armiyanti, I., Aini, K., & Apriana, R. (2017). Pengalaman Verbal Abuse Oleh
Keluarga Pada Anak Usia Sekolah Di Kota Semarang. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 12(1), 12.
Ashy, M., Yu, B., Gutowski, E., Samkavitz, A., & Malley-Morrison, K. (2020).
Childhood Maltreatment, Limbic Dysfunction, Resilience, and Psychiatric
Symptoms. Journal of Interpersonal Violence, 35(1–2), 426–452.
Barroso, N. E., Hungerford, G. M., Garcia, D., Graziano, P. A., & Bagner, D. M.
(2016). Psychometric properties of the parenting stress index-short form
(PSI-SF) in a high-risk sample of mothers and their infants. Psychological
Assessment, 28(10), 1331–1335.
Brown, S. M., Doom, J. R., Pena, S. L., Watamura, S. E., & Koppels, T. (2020).
Since January 2020 Elsevier has created a Covid-19 resource centre with
free information in English and Mandarin on the novel coronavirus Covid-
19 . The Covid-19 resource centre is hosted on Elsevier Connect , the
company ’ s public news and information. Child Abuse & Neglect, 110(2),
104699.
Calvano, C., Engelke, L., Di Bella, J., Kindermann, J., Renneberg, B., & Winter,
S. M. (2021). Families in the Covid-19 pandemic: parental stress, parent
mental health and the occurrence of adverse childhood experiences—
results of a representative survey in Germany. European Child and
Adolescent Psychiatry, 0123456789.
5
Dyah, P., Lestari, A., & Ediati, A. (2020). Masa pandemi covid -19. 270–276.
Fikri, M., Ananda, M. Z., Faizah, N., Rahmani, R., Elian, S. A., & Suryanda, A.
(2021). Kendala Dalam Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi
Covid-19: Sebuah Kajian Kritis. 9(1), 145–148.
Fikrie, & Hermina, C. (2022). Stres Pengasuhan pada Orang Tua di Masa
Pandemi Covid-19. Prosiding Temilnas IPS 2021, 138–147
.
Fitriana, Y., Pratiwi, K., & Sutanto, A. V. (2015). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Melakukan Kekerasan
Verbal Terhadap Anak Usia Pra-Sekolah. Jurnal Psikologi Undip, 14(1),
81–93.
Huraerah, A. (2018). kekerasan terhadap anak (M. A. Elwa (ed.); IV). Penerbit
nuansa cendekia.
Ika. (2020, May). Pakar Kejiwaan UGM Jelaskan Mengapa Wanita Rentan Stres.
Universitas Gajah Mada, 1.
5
Kemenpppa. (2019). Panduan Penanganan Kasus Anak Multidisplin.
Khaulani, F., S, N., & Irdamurni, I. (2020). Fase Dan Tugas Perkembangan Anak
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), 51.
Lestari. (2016). Verbal Abuse: Dampak Buruk dan solusi penanganan pada anak.
Psikosain.
M. Siregar Hutagalung. (2019). Panduan Lengkap Stroke (Qorry Aina abata (ed.);
1st ed.). Penerbit Nusa Media.
Ma’mun, A., & Prameswarie, T. (2016). Hubungan Pola Asuh Keluarga gengan
Parenting Stress pada Orangtua Anak Tunagrahuta di Yayasan Pembinaan
Anak Cacat Palembang. Syifa’ Medika: Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 7(1), 45.
Mahmud, B. (2019). Kekerasan Verbal pada Anak. Jurnal An Nisa’, 12(2), 689–
694.
Mamesah, A., & Katuuk, M. (2018). Hubungan Verbal Abuse Orang Tua Dengan
Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Sekolah Di Sd Inpres Tempok
Kecamatan Tompaso. Jurnal Keperawatan, 6(2), 1–6.
5
Level 2. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Nurhidayah, I., Rahmah, A. N., Mulya, A. P., & Hidayati, N. O. (2022). Tingkat
stres pengasuhan pada orang tua selama masa pandemi coronavirus
disease ( Covid-19 ). 16(2), 109–117.
Operto, F. F., Coppola, G., Vivenzio, V., Scuoppo, C., Padovano, C., de Simone,
V., Rinaldi, R., Belfiore, G., Sica, G., Morcaldi, L., D’onofrio, F., Olivieri,
M., Donadio, S., Roccella, M., Carotenuto, M., Viggiano, A., & Pastorino,
G. M. G. (2022). Impact of COVID-19 Pandemic on Children and
Adolescents with Neuropsychiatric Disorders: Emotional/Behavioral
Symptoms and Parental Stress. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 19(7), 1–14.
P2PTM Kemenkes RI. (2020). Apakah yang di maksud stress itu ? Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Panghela, M. M., Avianti, N., Muttaqin, Z., & Bandung, P. K. (2020). Gambaran
Parenting Stress Pada Primipara : Studi. 1(1), 135–143.
Purba, D. H. (2021). Kesehatan Mental (J. Simamrmata (ed.); 1st ed.). Yayasan
Kita Menulis.
5
Satgas penangan covid-19. (2022, March 21). data sebaran covid-19 global dan
indonesia. Kementrian/Lembaga.
Shofiyah, A., Nusaibah, I. B., & Fauziah, P. Y. (2021). Parenting Disorder Era
Pandemi Covid-19 : Dampak pada Penerapan Pengasuhan. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 1461–1471.
Siantoro, A., Prihadi, C., Tambunan, E., & Malino, T. (2020). Pandemi COVID-
19 dan Pengaruhnya Terhadap Anak Indonesia : Sebuah Penilaian
Cepat Untuk Inisiasi Pemulihan Awal. 1–16.
Siregar, D., Pakpahan, M., Togatorop, L. B., Manurung, E. I., Sitanggang, Y. F.,
Umara, A. F., & Marlyn, R. (2021). Pengantar Proses Keperawatan:
Konsep, Teori dan Aplikasi (A. Karim (ed.); cetakan ke). Yayasan Kita
Menulis.
Siyoto, S. (2015). Dasar metodologi penelitian (Ayup (ed.); cetakan pe). Literasi
Media Publishing.
Sri Lestari. (2016). Psikologi keluarga: Penanaman nilai dan penanganan konflik
dalam keluarga. Prenada media.
Strathearn, L., Giannotti, M., Mills, R., Kisely, S., Najman, J., & Abajobir, A.
(2020). Long-term Cognitive, Psychological, and Health Outcomes
Associated With Child Abuse and Neglect. Pediatrics, 146(4).
Suyadi, & Selvi, I. D. (2022). Online learning and child abuse: the COVID-19
pandemic impact on work and school from home in Indonesia. Heliyon,
8(1), e08790.
Vega, A. De, Hapidin, H., & Karnadi, K. (2019). Pengaruh Pola Asuh dan
Kekerasan Verbal terhadap Kepercayaan Diri (Self-Confidence). Jurnal
5
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 433.
Yoo, S. Y. (2019). The Impact of Immigrant Parental Stress on the Risk of Child
Maltreatment among Korean Immigrant Parents. Journal of Child and
Adolescent Trauma, 12(1), 49–59.
Zadriana, D., Mulyatina, & Nanda, D. (2021). Hubungan Kekerasan Verbal Orang
Tua dengan Kepercayaan Diri Siswa di SMP Negeri 1 Setia Kabupaten
Aceh Daya. Jurnal Aceh Medika, Vol.5, No., 130–135.
5
Lampiran 1
Tata cara dalam penelitian ini adalah dengan mengisi lembar kuisioner yang sudah
disediakan oleh peneliti dan responden diperbolehkan bertanya mengenai
pertanyaan yang ada didalam kuesioner jika ada pertanyaan yang tidak dapat di
pahami. Responden diminta ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden
dalam penelitian ini adalah secara sukarela. Responden berhak menolak
berpartisipasi dalam penelitian ini jika merasa tidak nyaman. Manfaat bagi
responden jika mengikuti penelitian ini dapat dijadikan gambaran tentang stress
5
yang di alami orang tua dalam mengasuh anak sehingga terjadi kekerasan verbal
pada anak dan dapat mengontrol stress agar tidak berdampak pada tumbuh
kembang anak.
Peneliti
Arvella Fatharani
5
Lampiran 2
Saya bersedia untuk mengisi kuisioner yang sudah disediakan oleh peneliti demi
kepentingan penelitian. Dengan ketentuan, hasil pemeriksaan akan dirahasiakan
dan hanya semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Demikian surat
pernyataan ini saya sampaikan, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Responden
5
Lampiran 3
KUESIONER A
Kode responden
Petunjuk pengisian:
Berilah jawaban dengan tanda (√) pada setiap pertanyaan/pernyataan dalam
kuesioner ini sesuai dengan keadaan yang sebenarya.
Informasi responden
Jenis Kelamin orang tua : Laki-laki
Perempuan
Tingkat pendidikan : SD
Orang tua SMP
SMA
Perguruan tinggi
Pendapatan : < Rp 3.000.000,00
Rp 3 – 4 .000.000
> Rp 4.000.000,00
5
KUESIONER B
Petunjuk pengisian :
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan saksama
4. Pilih jawaban pertanyaan sesuai keadaaan yang sebenarnya dengan
memberikan tanda (√) pada alternative jawaban
JAWABAN
SS S N TS STS
NO PERTANYAAN (sangat (setuju) (netral) (tidak (sangat
setuju) setuju) tidak
setuju)
1. Saya merasa belum bisa
menangani permasalahan
mengenai anak saya dengan
baik
2. Saya merasa terbebani dengan
tanggung jawab saya sebagai
orang tua
3. Sejak memiliki anak, saya
merasa bahwa saya hampir
tidak pernah bisa melakukan
hobi saya seperti dulu
4. Saya merasa sedih karena uang
saya lebih banyak dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan
anak dari pada kebutuhan saya
sendiri
5. Kehadiran anak telah membuat
beberapa masalah antara saya
dan pasangan saya
6. Sejak mempunyai anak, saya
merasa kesepian karena tidak
bisa pergi berkumpul dengan
teman-teman saya
7. Ketika pergi ke tempat ramai,
saya tidak menikmatinya karena
terfokus pada anak saya
8. Setelah memiliki anak, saya
merasa bahwa diri saya tidak
semenarik diri saya yang dulu
9. Anak saya jarang melakukan
hal-hal yang membuat saya
merasa
senang
10. Saya merasa bahwa anak saya
tidak menyukai saya dan tidak
ingin saya akrab dengannya
11. Anak saya jarang menunjukkan
6
JAWABAN
SS S N TS STS
NO PERTANYAAN (sangat (setuju) (netral) (tidak (sangat
setuju) setuju) tidak
setuju)
senyumnya di depan saya
12. Saya merasa bahwa anak saya
tidak menghargai perhatian
serta kasih sayang yang telah
saya berikan
13. Ketika bermain, anak saya
terlihat jarang tertawa
14. Anak saya lebih lambat dalam
belajar dibandingkan dengan
anak lainnya
15. Anak saya tidak terlihat ceria
seperti anak-anak lainnya
16. Anak saya jarang melakukan
sesuatu sesuai dengan yang
saya harapkan
17. Anak saya membutuhkan waktu
lama untuk beradaptasi dengan
lingkungan barunya
18. Saya berharap memilki
perasaan dekat dan hangat
dengan anak, tetapi saya tidak
dapat melakukannya
19. Saya merasa belum bisa
menjadi orang tua yang baik
bagi anak saya
20. Saya berharap memilki
perasaan dekat dan hangat
dengan anak, tetapi saya tidak
dapat melakukannya
21. Saya merasa bahwa anak saya
lebih cengeng dibandingkan
dengan anak lainnya
22. Saya merasa bahwa anak saya
labil dan mudah marah
23. Anak saya melakukan hal-hal
yang membuat saya benar-benar
merasa sulit
24. Anak saya akan mengamuk jika
hal yang diinginkannya tidak
terpenuhi
25. Anak saya mudah marah
sekalipun pada hal-hal kecil
6
JAWABAN
SS S N TS STS
NO PERTANYAAN (sangat (setuju) (netral) (tidak (sangat
setuju) setuju) tidak
setuju)
27. Saya merasa bahwa anak saya
sulit mematuhi perintah yang
saya berikan
28. Saya mengingat berapa kali
anak telah menyusahkan saya
29. Anak saya melakukan hal yang
membuat saya merasa
terganggu
30. Anak saya ternyata jauh lebih
nakal dari yang saya pikirkan
31. Saya merasa bahwa anak saya
lebih banyak menuntut
dibandingkan dengan anak
lainnya
6
KUESIONER B
Petunjuk pengisian :
6
JAWABAN
SL SR KK TP
NO PERTANYAAN
(selalu) (sering) (kadang- (tidak
kadang) pernah)
lomba saya selalu
memberi support dan meyakinkan
bahwa dia bisa
melakukannya
12. Anak saya sering ingin nyapu tapi
saya mengatakan ―
gak usah kamu tu masih kecil,
nanti gak bersih, sini
biar saya aja‖
13. saya selalu menyindir anak saya
dan mengatakan dia pintar ketika
dia salah melakukan yang saya
perintahkan
14. Ketika anak saya banyak bertanya
saat saya sedang bekerja saya
mengatakan ― ah, kamu ini gak
lihat saya lagi kerja, dasar anak
nakal‖
15. Saya sering menakuti anak
―jangan main disitu ada hantu,
seram‖
16. Ketika sedang sibuk, anak saya
banyak bertanya saya
membentaknya dengan
mengatakan ‖diam‖ dengan
dengan keras
17. Saya berteriak dan mengatakan
jangan saat anak saya ingin
memanjat
18. Saat anak saya tidak mau disuruh
tidur siang saya mengatakan ―
kalau tidak tidur nanti tidak boleh
main‖
19. Kamu gak dikasih jajan kalau
belum makan nasi
20. Ketika anak saya tidak
mendengarkan apa yang saya
perintahkan, saya mengancamnya
dengan mengatakan ― kalau tidak
mau dengar nanti saya kurung di
dalam kamar‖
6
Lampiran 4
6
Lampiran 5
ANALISIS UNIVARIAT
Statistics
Jenis Kelamin Tingkat Pendapatan
Orang Tua Pendidikan Orang Tua
Orang Tua
Valid 150 150 150
N
Missing 0 0 0
6
Pendapatan Orang Tua
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
< Rp.
130 86.7 86.7 86.7
4.276.335,00
Valid > Rp.
20 13.3 13.3 100.0
4.276.335,00
Total 150 100.0 100.0
ANALISIS BIVARIAT
Statistics
skor total parenting stress
Valid 150
N
Missing 0
Mean 112.78
Median 110.00
Mode 155
Std. Deviation 25.666
Minimum 57
Maximum 155
Descriptives
Statistic Std. Error
6
Mean 112.78 2.096
95% Confidence Lower Bound 108.64
Interval
Upper Bound 116.92
for Mean
5% Trimmed Mean 112.79
Median 110.00
Variance 658.750
skor total Std. Deviation 25.666
Minimum 57
Maximum 155
Range 98
Interquartile Range 44
Skewness .123 .198
Kurtosis -1.145 .394
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
skor total .081 150 .017 .952 150 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics
Parentingstress
Valid 150
N
Missing 0
Mean .48
Median .00
Mode 0
Std. Deviation .501
Minimum 0
6
Maximum 1
Statistics
Skor total parenting stress
Valid 150
N
Missing 0
Mean 55.35
Median 53.00
Mode 49
Std. Deviation 9.295
Minimum 40
Maximum 80
Parentingstress
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak stress 78 52.0 52.0 52.0
Valid Stress 72 48.0 48.0 100.0
Total 150 100.0 100.0
Statistics
Skor total kekerasan
Valid 150
N
Missing 0
Mean 55.35
Median 53.00
Mode 49
Std. Deviation 9.295
Minimum 40
6
Maximum 80
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 55.35 .759
95% Confidence Interval Lower Bound 53.85
for Mean Upper Bound 56.85
5% Trimmed Mean 55.02
Median 53.00
Variance 86.403
Skor total Std. Deviation 9.295
Minimum 40
Maximum 80
Range 40
Interquartile Range 14
Skewness .463 .198
Kurtosis -.577 .394
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Skor total .107 150 .000 .963 150 .000
7
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
Mean .49 .041
95% Confidence Interval Lower Bound .41
for Mean Upper Bound .57
5% Trimmed Mean .49
Median .00
Variance .252
Kekerasan Std. Deviation .502
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness .027 .198
Kurtosis -2.026 .394
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kekerasan .344 150 .000 .636 150 .000
7
a. Lilliefors Significance Correction
Kekerasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak melakukan 76 50.7 50.7 50.7
Valid Melakukan 74 49.3 49.3 100.0
Total 150 100.0 100.0
7
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Exact Sig. Exact Sig. (1-
(2-
sided)
Sig.
sided)
(2-sided)
Pearson Chi-Square 64.036 a
1 .000
Continuity Correctionb 61.447 1 .000
Likelihood Ratio 69.621 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
63.609 1 .000
Association
N of Valid Cases 150
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35,52.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
parentingstress (Tidak 22.857 9.792 53.354
stress / stress)
For cohort Kekerasan =
4.923 2.907 8.337
Tidak melakukan
For cohort Kekerasan =
.215 .133 .350
Melakukan
N of Valid Cases 150
7
Lampiran 6
7
MATERI TANDA
NO TGL MASUKAN PEMBIMBING
KONSULTASI TANGAN
3 7 april 2022 Revisi bab 1 Perbaiki sedikit lagi
Lanjut bab 2
4 9 mei 2022 Revisi bab 1 Cek kembali cara penulisan
Konsul bab 2 kutipan yg benar diawal dan akhir
kalimat
Perbaiki bab 2
Lanjut bab 3,4 dan kuesioner
5. 17 mei 2022 Konsul bab 1-4 Perbaiki sesuai arahan
Buat lembar penjelasan
penelitian
6. 21 mei 2022 Revisi bab 1-4 Perbaiki kembali
Sertakan halaman awal,
daftar isi dll.
7. 23 mei 2022 Revisi bab 1-4 Bab 1 – 4 ACC
7
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
MATERI TANDA
NO TGL MASUKAN PEMBIMBING
KONSULTASI TANGAN
1 17 mei 2022 Bab 1 s.d 3 Perbaiki tata cara penulisan
dan pengetikan
Tambahkan teori PSI
Tambahkan kriteria ekslusi
Bab 4 Perbaiki definisi operasional
Rumus perhitungan sampel
Lengkapi pengumpulan data
Lengkapi sumber
kepustakaan mengenai publikasi dan
penerbit
7
MATERI TANDA
NO TGL MASUKAN PEMBIMBING
KONSULTASI TANGAN
tujuan khusus
7
Lampiran 7
7
Hubungan Stress Pengasuhan Dengan Kekerasan Verbal Pada
Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban
11 Pagi
Arfela.fatharani@gmail.com
nelihusniawati39@gmail.com
nuhanhelena@yahoo.co.id
ABSTRAK
Pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap kondisi orang tua selama melakukan pendampingan
pembelajaran dalam jaringan (daring) sehingga dapat menyebabkan orang tua mengalami
parenting stress yang cenderung dapat melakukan kekerasan pada anak usia sekolah khususnya
kekerasan verbal. Dari perlakuan tersebut dapat berdampak pada anak seperti sulit mengendalikan
emosi, hingga putus sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan parenting stress dengan kekerasan verbal
pada anak usia sekolah di SDN Paseban 11 Pagi, Jakarta pusat tahun 2022. Metode yang
digunakan ialah pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Populasi pada penelitian
berjumlah 151 orang tua siswa dengan sampel sebanyak 151 orang tua siswa dengan menggunakan
teknik total Sampling. Ditemukan hasil penelitian yaitu orang tua siswa mayoritas berjenis kelamin
perempuan 76.0%, tingkat pendidikan mayoritas tinggi yaitu SMA-Perguruan Tinggi 54.0%,
dengan pendapatan di bawah UMR 86.7%, orang tua yang mengalami parenting stress sebanyak
48%, yang melakukan kekerasan verbal pada anak sebanyak 49,3%. Hasil uji chi square diperoleh
nilai P = 0,000 (α<0,05) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara parenting stress dengan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah. Orang tua memiliki peran penting dalam mengasuh
sehingga dalam mengontrol emosi dengan baik sangat diperlukan agar tidak terjadi kekerasan
dalam bentuk apapun yang dilakukan pada anak.
Kata kunci : Anak usia sekolah, kekerasan verbal, parenting stress, pandemi Covid-19
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 atau corona virus ialah sebuah wabah yang hingga kini menyebar di
seluruh dunia, beberapa Negara termasuk Indonesia mulai terjangkit corona virus pada
awal maret 2020. Pada tanggal 21 maret 2022 data sebaran covid-19 yang diperoleh
secara global tepat nya di 229 negara, total yang terjangkit corona virus tembus sebanyak
464.809.377 manusia dan korban meninggal dunia tembus hingga 6.062.536 jiwa (satgas
penangan covid-19, 2022). data sebaran di Negara Indonesia hingga saat ini yaitu
terkonfirmasi positif sebanyak 5.967.182, dinyatakan sembuh 5.609.945 orang, dan total
7
meninggal dunia tembus 153.892. Data yang diperoleh (satgas penangan covid-19, 2022)
dari total 34 provinsi di Indonesia, wilayah DKI Jakarta menjadi penyumbang kasus
tertinggi yaitu sebanyak 1.277.167 (20.6%).
Dengan adanya lonjakan kasus Covid-19 di wilayah DKI Jakarta tersebut, pemerintah
saat ini memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) level 2
serta menghimbau masyarakat tetap menjaga jarak, memakai masker, tidak berkerumun
dan mencuci tangan. Melalui Kementerian Pendidikan, kebudayaan, Riset dan Teknologi,
pemerintah telah menghimbau semua jenjang pendidikan untuk membatasi kapasitas
pembelajaran di sekolah menjadi pembelajaran tatap muka 50% dan pembelajaran dalam
jaringan (daring) 50% dengan waktu yang terbatas (Mendikbudristek Nomor 2 Tahun
2022, 2022).
Pembelajaran daring ini dapat membuat orang tua atau pengasuh memiliki tugas
tambahan dalam keseharian seperti harus menemani dan mendidik anak selama daring
berlangsung, hal tersebut dapat menjadi salah satu pemicu stress. Melalui studi
pendahuluan yang penulis lakukan yaitu dengan wawancara sederhana kepada 10 orang
tua yang memiliki anak yang bersekolah di SDN Paseban 11 Pagi, menunjukkan hasil
sebanyak 95% mengeluh merasakan stress karena pemberlakuan pembelajaran daring ini.
Stess dapat menimpa siapapun termasuk orang tua yang keseharian nya mengasuh dan
mendampingi anak selama daring, ini dapat disebut sebagai parenting stress. Yang di
maksud dengan parenting stress adalah suatu reaksi atau kondisi psikologis yang muncul
pada saat beradaptasi dengan sekitar karena adanya tekanan akibat tuntutan dalam peran
menjadi orang tua (Sri Lestari, 2016).
Dalam penelitian Maghfiroh & Wijayanti (2021), terdapat laporan dari the hidden impact
of Covid-19 yaitu diperoleh angka presentase stress selama Covid-19 sebanyak 83,3 %
yang meningkat menjadi 95,1% setelah minggu ke 4 pandemi. Bahkan sepertiga keluarga
juga melaporkan sejak pandemi dan di berlakukan daring, kekerasan fisik maupun verbal
pada anak mengalami peningkatan. Sehingga ditemukan data yang diperoleh Mardia
(2018), terdapat angka kejadian mengenai kekerasan verbal pada anak di dunia yang
mencapai 50% atau lebih dari 1 milyar anak berusia 2-17 tahun yang mengalami
kekerasan fisik, verbal, maupun emosional. Sedangkan di Indonesia, telah di peroleh data
dari hasil survei yang di lakukan oleh (WVI) Wahana Visi Indonesia mengenai
8
Kekerasan verbal terhadap anak ditemukan sebanyak 61,5% yang mengalami kekerasan
tersebut selama pandemi (Siantoro et al., 2020). Dan yang menjadi salah satu penyebab
terjadinya kekerasan verbal pada anak adalah parenting stress.
Fenomena parenting stress dengan resiko terjadinya kekerasan verbal tersebut di atas
dapat berdampak pada anak dari segi pendidikan, psikologis, dan kesehatan mental. Maka
dari itu, penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah di
masa pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 Pagi.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan pendekatan cross
sectional yang dilakukan di daerah Jakarta Pusat, tepatnya SDN Paseban 11 Pagi. Waktu
penelitian ini dilakukan selama 16 hari yaitu pada tanggal 13 sampai 28 juli 2022.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua kelas murid (bapak/ibu) dari siswa
kelas 1 sampai 5 di Sekolah Paseban 11, sampel yang digunakan sebanyak 151 orang tua
murid kelas 1 sampai 5 dengan menggunakan teknik nonprobability atau total sampling.
Penelitian ini pengumpulan data diperoleh dari lembar kuesioner yang disebar kepada
orang tua murid. Analisis data menggunakan uji chi-square, pengukuran dilakukan
dengan skala likert kemudian akan dikategorikan dalam 2 bagian yaitu stress dan tidak
stress, lalu melakukan kekerasan dan tidak melakukan kekerasan.
8
Pendidikan SD-SMP 69 46.0 (100.0)
SMA-Perguruan Tinggi 81 54.0 (100.0)
Menurut Ronny Tri Wirasto seorang pakar kejiwaan di Universitas Gajah Mada,
mengemukakan bahwa orang yang berjenis kelamin wanita berperan sebagai ibu dan
memiliki waktu yang lebih banyak dalam hal mengasuh anak di rumah akan lebih rentan
mengalami stress dibandingkan laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh emosional yang
berubah-ubah dan tidak memperhatikan kesehatan fisik secara umum sehingga rentan
mengalami stress (Ika, 2020). Sejalan dengan Penelitian Fitriana et al., (2015) sebagian
besar berjenis kelamin perempuan yaitu 49 orang, dan laki-laki sebanyak 27 orang. Maka
peneliti berpendapat bahwa selama pandemi Covid-19 yang mendampingi anak belajar di
rumah mayoritas adalah berjenis kelamin perempuan atau ibu. Karena jumlah responden
perempuan lebih tinggi dibanding responden laki-laki.
Menurut teori M. Siregar Hutagalung (2019) tingkat pendidikan seseorang yang tinggi
memiliki kecenderungan tingkat stress psikologis yang tinggi pula. Hal tersebut dapat
diperoleh dari lingkungan dan beban pekerjaan seseorang. Maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa, pada saat masa pandemi banyak orang tua dengan berpendidikan
tinggi yang rentan mengalami stress dan cenderung akan melakukan kekerasan verbal
pada anaknya. Sejalan dengan penelitian Mamesah & Katuuk (2018) diperoleh hasil
8
bahwa orang tua yang berpendidikan tinggi sebanyak 73,3% dan yang berpendidikan
rendah hanya 26,7%. Maka peneliti berpendapat bahwa tingkat pendidikan orang tua
mayoritas adalah tinggi dikarenakan penelitian ini dilakukan di pusat ibu kota yang sudah
tersedia banyak sarana prasaran pendidikan dan mudah di jangkau.
Bertolak belakang dengan penelitian jurnal Junaedi & Salistia, (2020) bahwa di masa
pandemic Covid-19 banyak orang yang terdampak sehingga penghasilan nya menurun
bahkan mengalami kebangkrutan. Namun disisi lain dari penurunan ekonomi tersebut
dalam rumah tangga, kebanyakan seorang wanita atau ibu yang memegang keuangan
sehingga dapat dikelola dengan baik dan tidak mempengaruhi pikiran atau dijadikan
beban yang berakhir memperlakukan anak dengan kasar. Berdasarkan pembahasan di atas
maka peneliti berpendapat bahwa orang tua yang memiliki penghasilan rendah namun
dapat mengelola keuangan dengan baik, maka dengan mudah mengontrol situasi dan
keadaan yang di alaminya sehingga dapat terhindar dari stress.
Secara teori stress pengasuhan menyebabkan pengasuhan orang tua yang tidak berfungsi
untuk anak-anak dan tanggapan orang tua yang tidak tepat ketika menghadapi konflik
dengan anak-anak. Respon stres terjadi ketika orang tua merasa bahwa tuntutan dinamika
peran pengasuhan mereka tidak seimbang dengan sumber daya yang dibutuhkan untuk
memenuhi peran itu (Riadi, 2021). Sejalan dengan penelitian Operto et al., (2022)
diperoleh bahwa sebanyak 258 tidak mengalami stress, dan sebanyak 125 orang
mengalami stress. Bertolak belakang dengan penelitian Nurhidayah et al., (2022)
menunjukkan bahwa stress selama pengasuhan berkategori tinggi sebesar 89.9% dan
stres pengasuhan berkategori rendah sebesar 10,1%. Maka peneliti berpendapat bahwa
orang tua selama pandemi mayoritas masih menyanggupi akan peran nya sebagai
pengasuh anak belajar di rumah. Sehingga orang tua dapat mengontrol emosi dan tidak
8
mengalami stress dalam pengasuhan.
Menurut Erly O. Malelak (2022) sebagian besar tindakan kekerasan terhadap anak terjadi
karena orang tua mengalami tingkat stres yang tinggi, yang menjadi penyebab utama
kemarahan, ketidaksabaran, dan kemarahan ringan ketika menghadapi berbagai bentuk
masalah yang ada semakin meningkat. Situasi ini diperparah dengan fakta bahwa
korbannya adalah anak-anak. Begitu pula sebaliknya jika orang tua tidak mengalami
stress maka tidak terjadi kekerasan terhadap anak. Sejalan dengan penelitian Ashy et al.,
(2020) diperoleh bahwa sebagaian besar responden tidak melakukan kekerasan 282 orang
dan sebanyak 157 orang melakukan kekerasan. Maka peneliti berpendapat bahwa
mayoritas orang tua lebih banyak yang tidak melakukan kekerasan terhadap anaknya
karena tidak mengalami stress selama pengasuhan berlangsung.
Tabel 2. Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal Pada Anak Usia
Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban 11 Pagi
OR P
Kekerasan Verbal (95% CI) Value
Parenting Total
Tidak Melakukan
stress melakukan
N (%) N(%) N (5%)
Tidak stress 64 (82,1%) 14 (17,9%) 78 22,857 0,000
(100,0%) (9,792-53,354)
Stress 12 (16,7%) 60 (83,3%) 72
Diperoleh proporsi kejadian kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi
Covid-19 lebih banyak terjadi pada orang tua yang mengalami stress yaitu sebanyak
83,3%. Hasil uji chi square diperoleh nilai P = 0,000 (α<0,05) maka dapat disimpulkan
secara statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara parenting stress dengan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah. Dari hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai
OR = 22,857 (95% CI = 9,792-53,354) dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa
8
orang tua yang mengalami stress mempunyai peluang (beresiko) 22 kali untuk melakukan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi.
Menurut teori ketidakmampuan orang tua dalam menghadapi stres membuat mereka lebih
mudah melakukan tindakan kekerasan terhadap anaknya, yang pada akhirnya berdampak
negatif pada perkembangan kepribadiannya. Selain itu, mereka mungkin merasa tidak
berhasil atau frustrasi dengan tanggung jawab pengasuhan mereka. Bahkan tanpa adanya
kekerasan, stres orang tua yang dikelola dengan buruk dapat membuat hubungan orang
tua-anak menjadi tegang (Lestari, 2016).
Sejalan dengan penelitian Maghfiroh & Wijayanti (2021) diperoleh bahwa orang tua
memiliki parenting stress termasuk dalam kategori stres rendah dengan kekerasan verbal
rendah 42 responden (89.4%), stress sedang dengan kekerasan verbal sedang 8 responden
(18.2%), dan stress tinggi dengan kekerasan verbal tinggi 3 responden (27.3%). Dengan
hasil uji uji statistik kendall tau didapatkan hasil p-value 0.001 yang artinya ada
hubungan signifikan antara parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak usia
sekolah di masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti berpendapat bahwa meskipun angka stress
terhadap orang tua rendah tetapi masih adanya hubungan yang erat antara parenting
stress dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah
8
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada responden penelitian yang sudah bersedia dan
kooperatif ikut serta dalam penelitian ini serta kepada Sekolah Dasar Paseban 11 pagi
yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ashy, M., Yu, B., Gutowski, E., Samkavitz, A., & Malley-Morrison, K. (2020).
Childhood Maltreatment, Limbic Dysfunction, Resilience, and Psychiatric
Symptoms. Journal of Interpersonal Violence, 35(1–2), 426–452.
Barroso, N. E., Hungerford, G. M., Garcia, D., Graziano, P. A., & Bagner, D. M.
(2016). Psychometric properties of the parenting stress index-short form (PSI-SF)
in a high-risk sample of mothers and their infants. Psychological Assessment,
28(10), 1331–1335.
Ika. (2020, May). Pakar Kejiwaan UGM Jelaskan Mengapa Wanita Rentan Stres.
Universitas Gajah Mada, 1.
M. Siregar Hutagalung. (2019). Panduan Lengkap Stroke (Qorry Aina abata (ed.);
1st ed.). Penerbit Nusa Media.
Mamesah, A., & Katuuk, M. (2018). Hubungan Verbal Abuse Orang Tua Dengan
Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Sekolah Di Sd Inpres Tempok
Kecamatan Tompaso. Jurnal Keperawatan, 6(2), 1–6.
Mardia, R. (2018). infoDatin (pusat data informasi kementrian kesehatan RI
kekerasan terhadap anak dan remaja (p. 11).
8
Mendikbudristek Nomor 2 Tahun 2022. (2022). Terbitkan Surat Edaran,
Kemendikbudristek Setujui PTM Terbatas 50 Persen di Wilayah PPKM Level 2.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Nurhidayah, I., Rahmah, A. N., Mulya, A. P., & Hidayati, N. O. (2022). Tingkat
stres pengasuhan pada orang tua selama masa pandemi coronavirus disease (
Covid-19 ). 16(2), 109–117.
Operto, F. F., Coppola, G., Vivenzio, V., Scuoppo, C., Padovano, C., de Simone,
V., Rinaldi, R., Belfiore, G., Sica, G., Morcaldi, L., D’onofrio, F., Olivieri, M.,
Donadio, S., Roccella, M., Carotenuto, M., Viggiano, A., & Pastorino, G. M. G.
(2022). Impact of Covid-19 Pandemic on Children and Adolescents with
Neuropsychiatric Disorders: Emotional/Behavioral Symptoms and Parental Stress.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(7), 1–14.
satgas penangan covid-19. (2022, March 21). data sebaran covid-19 global dan
indonesia. Kementrian/Lembaga.
Siantoro, A., Prihadi, C., Tambunan, E., & Malino, T. (2020). Pandemi Covid-19
dan Pengaruhnya Terhadap Anak Indonesia : Sebuah Penilaian Cepat Untuk
Inisiasi Pemulihan Awal. 1–16.
Sri Lestari. (2016). Psikologi keluarga: Penanaman nilai dan penanganan konflik
dalam keluarga. Prenada media.
8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN