Anda di halaman 1dari 102

HUBUNGAN PARENTING STRESS DENGAN KEKERASAN VERBAL

PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MASA PANDEMI COVID-19


DI SDN PASEBAN 11 PAGI

SKRIPSI

ARVELLA FATHARANI
1032181029

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN
JAKARTA TAHUN 2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah


ini Nama : Arvella Fatharani
NIM : 1032181029
Program Stadi : Sarjana Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul hubungan parenting stress
dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19 di
SDN Paseban 11 pagi adalah hasil karya saya sendiri dan semua baik yang dikutip
maupun yang telah saya lakukan nyatakan dengan benar. Apabila suatu saat nanti
terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sangsi yang
telah ditetapkan. Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.

Jakarta, 19 September 2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah diperiksa oleh pembimbing dan disetujui untuk dipertahankan di
hadapan tim penguji skripsi Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas
Kesehatan Universitas MH. Thamrin

HUBUNGAN PARENTING STRESS DENGAN KEKERASAN VERBAL


PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MASA PANDEMI COVID-19
DI SDN PASEBAN 11 PAGI

Jakarta, 31 agustus 2022

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M.Kep) (Helena Golang, M.Kep.,Sp.Kep.An)

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin

(Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M.Kep)

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Arvella Fatharani
NIM : 1032181029
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal Anak
Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban 11
pagi

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi


Sarjana Keperawatan dan telah dilakukan revisi hasil sidang skripsi.

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : Tri Mulia Herawati, S.Kp., M.Kep

Pembimbing I : Ns. Neli Husniawati, S.Kep ., M.Kep

Pembimbing II : Ns. Helena Golang, M.Kep.,Sp.Kep.An (

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 12 September 2022

iv
v
Nama : Arvella Fatharani
NIM : 1032181029
Judul : Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal Anak Sekolah Di Masa
Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban 11 pagi

ABSTRAK

Latar Belakang : Pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap kondisi orang tua selama melakukan
pendampingan pembelajaran dalam jaringan (daring) sehingga dapat menyebabkan orang tua
mengalami parenting stress yang cenderung dapat melakukan kekerasan pada anak usia sekolah
khususnya kekerasan verbal. Dari perlakuan tersebut dapat berdampak pada anak seperti sulit
mengendalikan emosi, hingga putus sekolah.
Tujuan : Untuk Mengetahui Hubungan Parenting Stress Terhadap Kekerasan Verbal Pada Anak
Usia Sekolah Di SDN Paseban 11 Pagi, Jakarta pusat tahun 2022.
Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional.
Penelitian ini sampelnya adalah 151 orang tua siswa yang diambil dengan menggunakan teknik
total Sampling.
Hasil : Orang tua siswa dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin perempuan 76.0%,
tingkat pendidikan mayoritas tinggi yaitu SMA-Perguruan Tinggi 54.0%, dengan pendapatan di
bawah UMR 86.7%, orang tua yang mengalami parenting stress sebanyak 48%, yang melakukan
kekerasan verbal pada anak sebanyak 49,3%. Hasil uji chi square diperoleh nilai P = 0,000
(α<0,05) yang dapat disimpulkan secara statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah. Dari hasil analisis lebih lanjut
diperoleh nilai OR = 22,857 (95% CI = 9,792-53,354) dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini
bahwa orang tua yang mengalami stress mempunyai peluang (beresiko) 22 kali untuk melakukan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi.
Rekomendasi : . Orang tua memiliki peran penting dalam mengasuh sehingga dalam mengontrol
emosi dengan baik sangat diperlukan agar tidak terjadi kekerasan dalam bentuk apapun yang
dilakukan pada anak.

Kata kunci : parenting stress, pandemi Covid-19, anak usia sekolah, kekerasan verbal

Daftar Pustaka : 67 buah ( 2012-2022)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “HUBUNGAN PARENTING STRESS DENGAN KEKERASAN
VERBAL PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MASA PANDEMI COVID-19
PADA TAHUN 2022” penyusunan proposal skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Universitas MH
Thamrin prodi S1 Keperawatan. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak
mendapatkan masukan, bantuan, dorongan, saran, bimbingan dan kritik dari
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.Daeng Mohammad Faqih, S.H., M.H, selaku Rektor Universitas MH.
Thamrin.
2. Atna Permana, M.Biomed Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
MH. Thamrin Jakarta.
3. Ns. Neli Husniawati, S.Kep, M.Kep. selaku Ketua Prodi Sarjana Keperawatan
Universitas MH. Thamrin Jakarta. Sekaligus menjadi pembimbing utama yang
telah memberikan banyak motivasi, saran dan masukan dalam penyusunan ini
sehingga skripsi dapat terselesaikan.
4. Ns. Helena Golang, M.Kep.,Sp.Kep.An. Selaku pembimbing pendamping
yang telah memberikan banyak motivasi, saran dan masukan dalam
penyusunan ini sehingga skripsi dapat terselesaikan.
5. Tri Mulia Herawati, S.Kp., M.Kep. Selaku dosen penguji yang telah memberi
masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ns. Suwarningsih, S.Kep., M.Kep. Selaku Wali Kelas peneliti telah
memberikan motivasi, nasihat yang baik dan dukungan terhadap penulis.

vii
7. Para Dosen dan staff akademik Program Studi Sarjana Keperawatan yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberi ilmu pengetahuan
dengan sangat sabar dan berguna bagi penulis.
8. Untuk alm. Ayah, mama serta adik penulis yang telah berjuang dan
memberikan kasih sayang yang tidak terhingga kepada penulis, do’a serta
dukungan moril maupun materil dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Kepada keluarga besar yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan semangat dan doa untuk penulis.
10. Untuk kekasih penulis Mohammad Yusuf yang selalu sabar menemani, setia
mendengarkan keluh kesah selama penyusunan skripsi ini dan memberikan
semangat serta doa bagi penulis
11. Untuk teman seperjuangan yang biasa kita sebut Pejuang Nurse (Zahara Nila
Kandi, Nur Aisah, Amani Nur Sholeha, Olandina Monteiro Borges, Tri Septi
Hameliyah, Andini Amalia, Friska Yulinda, Tantry Rismayanti, Rizky Julianti
dan Amalia Safitri) Dan teman seperjuangan keperawatan angakatan 2018
yang selama ini memberi semangat selama perkuliahan dan penyusanan
skripsi ini.
12. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu yang
telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis sampai
terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar menjadi masukan
berharga bagi penulis dalam penulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat bukan hanya sebagai kewajiban tugas akhir, melainkan menjadi
referensi untuk penelitian maupun pengemban ilmu lainnya.

Jakarta, Agustus 2022

Arvella Fatharani

viii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iv
ABSTRAK..........................................................................................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................7

BAB 2 LANDASAN TEORI


2.1 Parenting stress ...................................................................... 9
2.2 Konsep Anak Sekolah ........................................................... 14
2.3 Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Sekolah .......................... 17
2.4 Dampak pandemi Covid-19 terhadap parenting stress........... 21
2.5 Teori Keperawatan ................................................................. 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep ................................................................... 26
3.2 Definisi Operasional............................................................... 26
3.3 Hipotesis Penelitian................................................................ 27
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian.................................................................... 29
4.2 Populasi dan Sampel .............................................................. 29
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 31
4.4 Etika Penelitian ...................................................................... 31
4.5 Alat Pengumpulan Data ......................................................... 32
4.6 Uji Validitas dan Realibilitas ................................................. 33
4.7 Prosedur Penelitian................................................................. 34
4.8 Pengolahan dan Analisis Data................................................ 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN


5.1 Analisis Univariat................................................................... 39
5.2 Analisis Bivariat ..................................................................... 40

ix
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Hasil Analisis Univariat............................................................41
6.2 Hasil Analisis Bivariat..............................................................47
6.3 Keterbatasan Penelitian.............................................................48

BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan...............................................................................48
7.2 Saran..........................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................50
LAMPIRAN......................................................................................................56

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisis Univariat.............................................................................37


Tabel 4.2 Analisis Bivariat...............................................................................38
Table 5.1 Analisis Univariat............................................................................39
Tabel 5.2 Analisis Bivariat...............................................................................40

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Model Betty Neuman ................................................. 22


Gambar 2.2 Kerangka Teori....................................................................... 25
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ................................................................... 26

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian....................................................56


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden................................................58
Lampiran 3 Kuesioner...................................................................................59
Lampiran 4 Surat Keterangan Melakukan Penelitian...................................65
Lampiran 5 Output Uji Statistik SPSS..........................................................66
Lampiran 6 Lembar Konsultasi....................................................................74
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian.............................................................78
Lampiran 8 manuskrip..................................................................................79

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pandemi Covid-19 atau corona virus ialah sebuah wabah yang hingga kini
menyebar di seluruh dunia, sejak kasus pertama nya terdeteksi di Negara Wuhan
pada desember 2019. Beberapa Negara termasuk Indonesia mulai terjangkit
corona virus pada awal maret 2020. Oleh karena itu, WHO (World Health
Organization) menetapkan pada 11 Maret 2020 wabah ini sebagai pandemic
global (Fikri et al., 2021). Pada saat ini tanggal 21 maret 2022 data sebaran covid-
19 yang diperoleh secara global tepat nya di 229 negara, total yang terjangkit
corona virus tembus sebanyak 464.809.377 manusia dan korban meninggal dunia
tembus hingga 6.062.536 jiwa (satgas penangan covid-19, 2022).

Menurut WHO (World Health Organization) data sebaran di Negara Indonesia


hingga saat ini yaitu terkonfirmasi positif sebanyak 5.967.182, dinyatakan sembuh
5.609.945 orang, dan total meninggal dunia tembus 153.892. Data yang diperoleh
(satgas penangan covid-19, 2022) dari total 34 provinsi di Indonesia, wilayah DKI
Jakarta menjadi penyumbang kasus tertinggi yaitu sebanyak 1.277.167 (20.6%).
Dengan adanya lonjakan kasus Covid-19 di wilayah DKI Jakarta tersebut,
pemerintah saat ini memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat) level 2 serta menghimbau masyarakat tetap menjaga jarak, memakai
masker, tidak berkerumun dan mencuci tangan. Melalui Kementerian Pendidikan,
kebudayaan, Riset dan Teknologi, pemerintah telah menghimbau semua jenjang
pendidikan untuk membatasi kapasitas pembelajaran di sekolah menjadi
pembelajaran tatap muka 50% dan pembelajaran dalam jaringan (daring) 50%
dengan waktu yang terbatas (Mendikbudristek Nomor 2 Tahun 2022, 2022).

Pembelajaran daring merupakan metode pembelajaran yang menggunakan


internet, dengan strategi mengadakan kelas online, atau webinar menggunakan
aplikasi seperti zoom, google meet, google classroom, dan lain-lain (Gilang,

1
2020). Menurut Maghfiroh & Wijayanti (2021), pembelajaran daring ini dapat
membuat orang tua atau pengasuh memiliki tugas tambahan dalam keseharian
seperti harus menemani dan mendidik anak selama daring berlangsung, hal
tersebut dapat menjadi salah satu pemicu stress. Melalui studi pendahuluan yang
penulis lakukan yaitu dengan wawancara sederhana kepada 10 orang tua yang
memiliki anak yang bersekolah di SDN Paseban 11 Pagi, menunjukkan hasil
sebanyak 95% mengeluh merasakan stress karena pemberlakuan pembelajaran
daring ini.

Stress adalah suatu reaksi mental ataupun emosional pada saat keadaan
lingkungan mengalami perubahan serta mengharuskan diri untuk menyesuaikan
nya (P2PTM Kemenkes RI, 2020). Stess dapat menimpa siapapun termasuk orang
tua yang keseharian nya mengasuh dan mendampingi anak selama daring, ini
dapat disebut sebagai parenting stress. Yang di maksud dengan parenting stress
adalah suatu reaksi atau kondisi psikologis yang muncul pada saat beradaptasi
dengan sekitar karena adanya tekanan akibat tuntutan dalam peran menjadi orang
tua (Sri Lestari, 2016). Parenting stress ini dapat menimbulkan rasa beban pada
orang tua. Sehingga dapat mengubah sikap dalam pengasuhan terhadap anak yang
tidak baik seperti mengabaikan, hingga timbul tindakan kasar sampai melakukan
kekerasan (Panghela et al., 2020).

Dalam penelitian Maghfiroh & Wijayanti (2021), terdapat laporan dari the hidden
impact of Covid-19 yang melakukan survei tentang prevalensi stress orang tua di
37 negara pada bulan Mei-Juli 2020, dengan responden orang tua sebanyak
17.565 dan responden anak sebanyak 8.069, yaitu diperoleh angka presentase
stress selama covid-19 sebanyak 83,3 % yang meningkat menjadi 95,1% setelah
minggu ke 4 pandemi. Bahkan sepertiga keluarga juga melaporkan sejak pandemi
dan di berlakukan daring, kekerasan fisik maupun verbal pada anak mengalami
peningkatan.

2
Menurut Brown et al., (2020) dalam penelitiannya yang dilaksanakan di wilayah
Rocky Mountain Amerika Serikat, yang melibatkan sebanyak 183 responden
orang tua yang memiliki anak usia dibawah 18 tahun didapatkan hasil penelitian
bahwa terdapat orang tua yang mengalami stress, rata-rata yang disebabkan
adanya perubahan suasana hati atau stress umum pada orang tua sejak pandemi,
serta hubungan interaksi antara pasangan dan anak, hingga kegiatan belajar anak
di rumah. Sehingga stress pada orang tua ini dapat berpotensi terjadi kekerasan
pada anak. Dapat dibuktikan dari hasil pengujian yang menggunakan model
regresi berganda yaitu dengan penambahan faktor risiko kesehatan mental
hasilnya menyumbang varians yang signifikan yaitu di luar faktor risiko Covid-
19, demografi, dan model hanya konstan (perubahan R2 = 0,12, p < 0,001). Gejala
kecemasan (B = 1,25, p < 0,05) dan gejala depresi (B = 1,60, p <0,01) secara
signifikan hasilnya positif berhubungan dengan potensi kekerasan.

Secara teori dampak yang akan dialami oleh anak akibat dari parenting stress
adalah yang pertama perkembangan anak terganggu, anak akan merasa tidak
berguna, tidak bermanfaat, dan menjadi pendiam bahkan menarik diri dalam
bersosialisasi dengan teman sebayanya. Yang kedua anak akan depresif mudah
menangis, bersikap murung, dan sulit berinisiatif dalam berdiskusi kelompok.
Yang ketiga, anak akan bersifat agresif karena tidak mampu melawan kepada
orang tua atau pengasuh, sehingga anak akan bersikap negatif seperti tidak bisa
mengontrol emosi bahkan dapat terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Yang ke
empat, anak akan bersikap destruktif yaitu keinginan menyakiti diri sendiri karena
ketidakmampuan untuk membela diri dan kurang nya pertolongan sehingga anak
mencari perhatian berlebih dengan sikap tersebut (Kurniasari, 2019).

Dalam penelitian yang dilakukan di Korea Utara yang melibatkan sebanyak 366
orang tua imigran sebagai responden, terdapat dampak dari parenting stress yang
mengakibatkan terjadinya resiko kekerasan pada anak, hingga berpengaruh pada
psikologis anak. Dengan hasil signifikan yang telah diuji menggunakan uji-t. Data
tersebut membuktikan adanya dampak dari parenting stress yaitu adanya

3
peningkatan pada R2 sebesar 0,04 (F(16, 212) = 3,36, p < 001) untuk agresi
psikologis, 02 (F(16,214) = 3,01, p < 001) untuk serangan fisik, dan 0,5
(F(16,214) = 3,14, p < 001) untuk pengabaian pada anak (Yoo, 2019).

Secara tidak sengaja orang tua pernah melakukan tindakan kekerasan terhadap
anak, khususnya kekerasan verbal. Yang dimaksud dengan kekerasan verbal ialah
suatu tindakan berupa perkataan yang negatif, menyudutkan anak, mencaci,
memaki, serta meneriaki (Fitriana et al., 2015). Menurut data yang diperoleh
Mardia (2018), terdapat angka kejadian mengenai kekerasan verbal pada anak di
dunia yang mencapai 50% atau lebih dari 1 milyar anak berusia 2-17 tahun yang
mengalami kekerasan fisik, verbal, maupun emosional. Sedangkan di Indonesia,
telah di peroleh data dari hasil survei yang di lakukan oleh (WVI) Wahana Visi
Indonesia mengenai Kekerasan verbal terhadap anak ditemukan sebanyak 61,5%
yang mengalami kekerasan tersebut selama pandemi (Siantoro et al., 2020). Dan
yang menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan verbal pada anak adalah
parenting stress.

Menurut penelitian di Indonesia yang melibatkan sebanyak 317 responden orang


tua, untuk membuktikan ada nya kekerasan dan kelalaian anak secara fisik,
emosional, dan verbal yang dilakukan oleh orang tua atau wali selama
pembelajaran daring. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut,
menunjukkan tingginya kekerasan verbal pada anak selama pembelajaran daring
di rumah. Sejak pandemi, sebanyak 72,9% orang tua mengkritik anak-anak
mereka dengan makian, 23,2% orang tua memotivasi anak mereka dengan
membandingkan dengan orang lain, dan sebanyak 49,3% orang tua berteriak saat
menyuruh anak nya berhenti menangis jika tidak mengikuti aturan (Suyadi &
Selvi, 2022) .

Fakta peningkatan kekerasan pada anak selama pandemi diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan di departemen darurat Amerika Serikat bahwa adanya peningkatan
jumlah kunjungan UGD selama 2020 sejak pandemi terkait kasus kekerasan dan

4
penelantaran pada anak yang harus berakhir dengan perawatan. Pada tahun 2019
sebelum pandemi terjadi sebanyak 2,1% anak-anak dan remaja harus di rawat
inap. Namun, pada saat pandemi dimulai yaitu tahun 2020 kekerasan dan
penelantaran pada anak yang harus mendapat perawatan mengalami peningkatan
hingga 3,2%. Data tersebut dianalisis menggunakan uji-t dengan hasil (p <0,001).
Peningkatan signifikan dalam persentase fasilitas darurat yang terkait dengan
kekerasan dan penelantaran anak-anak yang dirawat di rumah sakit, 3,5%
dibandingkan dengan 3,5% pada 2019. P<0,001 dan 5 hingga 11 tahun (0,7% dari
2020 (0,7% 0,001) dan 12 hingga 17 tahun (1,6% pada 2019) (1,6% dibandingkan
dengan 2,2%) pada tahun 2020; p = 0,002) (Swedo, 2020).

Dampak yang dapat ditimbulkan akibat kekerasan verbal pada anak adalah anak
akan menjadi pribadi yang kurang baik dalam mengontrol emosi, perkembangan
anak akan terhambat, anak minim berinteraksi dengan teman sebaya dan lebih
suka menyendiri. Dalam pendidikan anak juga akan merasakan kesulitan di rumah
maupun sekolah, serta menanggap bahwa orang dewasa merupakan musuhnya.
Dapat diketahui anak yang mendapat kekerasan verbal akan lebih hiperaktif,
menderita sulit tidur, hingga terkadang sampai tantrum. Semua hal tersebut, dapat
dicontoh oleh anak karena perlakuan negatif orang tua yang diterapkan kepada
nya (Mahmud, 2019).

Dalam sebuah penelitian Mater-University of Queensland dibuktikan bahwa ada


nya dampak dari kekerasan pada anak yang muncul dari segi pendidikan,
psikologis, dan kesehatan mental pada anak. Dalam penelitian dilakukan penilaian
dalam umur 14 tahun sebanyak 5.200 responden anak-anak, dan sebanyak 3.778
responden berusia 21 tahun. Ditemukan ada nya dampak kekerasan dalam
pendidikan seperti kecerdasan verbal reseptif hingga kegagalan dalam
menyelesaikan sekolah menengah. Dalam segi psikologis dan kesehatan mental di
temukan adanya dampak gangguan kecemasan seumur hidup, terdiagnosis mental
sepanjang hidup, dan gejala mental halusinasi pendengaran, serta penyalahgunaan
pada kualitas hidup (Strathearn et al., 2020).

5
Menurut Aryani (2021), dalam penelitian nya di SMK 1 Swagaya Purwokerto,
terdapat responden yang mendapat dampak dari kekerasan fisik, seksual maupun
verbal. Dampak yang dirasakan hingga kini, yaitu berupa luka memar dan lebam,
menjadi pribadi yang pendiam, merasa depresi, sulit tidur, ada perasaan ingin
balas dendam kepada pelaku, hingga menjauhi keramaian.

Dalam menyikapi fenomena yang terjadi pada orang tua dan anak tersebut,
perawat dapat berperan dalam proses manajemen kasus, yaitu pada tahap
identifikasi berperan dalam pelaporan dan rujukan dengan dugaan kekerasan
terhadap anak ketika ditemukan tanda-tanda kekerasan terhadap anak tersebut
terhadap lembaga perlindungan anak atau pihak terkait. Setelah itu, perawat dapat
berperan dalam fase intervensi yaitu sebagai penyedia layanan pengasuhan yang
dibutuhkan oleh anak melalui keluarga, kunjungan rumah, atau fasilitas kesehatan
seperti rumah sakit, klinik dan puskesmas (KEMENPPPA, 2019).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas serta studi pendahuluan yang telah
dilakukan dengan hasil data dari 10 orang tua yang anaknya bersekolah di SDN
Paseban 11 pagi, sebanyak 95% mengeluhkan stress saat mendampingi anak
belajar daring. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
dalam mengenai ―Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal pada
Anak Usia Sekolah di Masa Pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 Pagi‖

1.2 Rumusan Masalah


Dengan adanya pandemi Covid-19 di Indonesia, dan diberlakukan nya kebijakan
pembelajaran jarak jauh pada anak sekolah. Orang tua yang menjadi pendamping
anak selama pembelajaran di rumah berlangsung, mengalami parenting stress atau
stress dalam mengasuh dengan hasil data yang tinggi. Sehingga sangat berdampak
dengan terjadi nya kekerasan fisik maupun verbal pada anak. Hal tersebut
diperkuat dengan data yang diperoleh di dunia maupun Indonesia, yaitu adanya
peningkatan angka kejadian kekerasan pada anak selama pandemi Covid-19.

6
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan
Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Sekolah di Masa
Pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 pagi ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Parenting Stress dengan
Kekerasan Verbal pada Anak Usia Sekolah di Masa Pandemi Covid-19 di SDN
Paseban 11 pagi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin, tingkat pendidikan, dan pendapatan
2. Diketahuinya distribusi frekuensi parenting stress di SDN Paseban 11 pagi
3. Diketahuinya distribusi frekuensi kekerasan verbal pada anak usia sekolah di
SDN Paseban 11 pagi
4. Diketahuinya hubungan parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak
usia sekolah

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat yang didapat oleh masyarakat dengan adanya penelitian ini, dikhususkan
untuk para orang tua dapat lebih mengontrol stress agar tetap memberikan asuhan
kepada anak yang positif sehingga kekerasan fisik maupun verbal pada anak dapat
menurun.

1.4.2 Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan


Bagi ilmu keperawatan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya pengetahuan dalam ilmu keperawatan anak oleh masalah parenting
stress dengan kekerasan verbal pada anak

7
1.4.3 Manfaat Bagi Profesi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam menambah
pengetahuan profesi agar dapat lebih mengendalikan parenting stress agar
kekerasan pada anak berkurang.

1.4.4 Manfaat Bagi Institusi Kesehatan


Bagi institusi kesehatan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan tambahan dalam
mengembangkan teori keperawatan khususnya di keperawatan anak.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Parenting Stress


2.1.1 Definisi Parenting Stress
Parenting adalah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh orangtua
selama proses mengasuh berlangsung untuk pertumbuhan dan perkembang anak
yang sehat. Dalam situasi parenting ini, orang tua berperan penting dan
bertanggung jawab atas dari hasil parenting yang diterapkan pada anak setelah
beranjak remaja hingga dewasa (Ardiansyah, 2021).

Parenting atau yang sering disebut pola asuh merupakan sebuah pola perilaku
yang diterapkan kepada anak yang dilakukan setiap waktu, sepanjang hari hingga
anak dewasa. Pola perilaku yang diterima oleh anak dapat berupa asuhan yang
positif maupun negatif. Hingga dapat disimpulkan secara sederhana, parenting
adalah sebuah proses dalam pembelajaran, pendidikan, dan pembentukkan anak
yang dilakukan oleh orang tua untuk menuju masa depan anak yang sukses
(Subagia, 2021).

Parenting stress merupakan suatu kondisi psikologis yang tidak dapat menerima
interaksi lingkungan nya akibat adanya hal yang tidak disukai ataupun adanya
perasaan tertekan dengan situasi yang dihadapi pada saat mengasuh anak.
Diketahui bahwa, kegiatan mengasuh bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Sehingga suatu ketika orang tua merasakan tidak mampu untuk memenuhi dan
menyelesaikan pengasuhan terhadap anak secara maksimal (Lestari, 2016).

2.1.2 Tingkatan Stress


Tingkatan stress terbagi menjadi dua yaitu yang pertama, eustress merupakan
suatu stress positif yang dapat menguntungkan kesehatan. Karena eustress muncul
disaat kondisi stress yang cukup tinggi dalam mencapai sesuatu, sehingga diri
dapat termotivasi dalam sebuah pencapaian yang positif. Yang kedua, distress

9
atau stress negatif yaitu merupakan kondisi yang terjadi ketika stress terlalu tinggi
atau terlalu rendah sehingga dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan pikiran
sehingga menimbulkan ketidakseimbangan atas tuntutan stress dan kemampuan
untuk memenuhi tuntutan tersebut (Purba, 2021). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, dalam parenting stress yang dialami para orang tua atau pengasuh ini
masuk ke dalam tahapan distress akibat ada nya tuntutan yang tidak dapat
dipenuhi dengan baik.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Parenting Stress


Faktor-faktor yang dapat menimbulkan terjadinya parenting stress menurut
(Lestari, 2012) di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri individu.dalam
faktor ini, stresor ditemukan pada anak atau orang tua, kesehatan fisik orang
tua dapat menjadi faktor pemicu stres, dari pihak anak yang dapat
menyebabkan stres muncul dari masalah kesehatan fisik dan perilaku anak.
2. Faktor eksternal
a. Keluarga
Masalah keuangan dan struktural menjadi faktor munculnya stres di tingkat
keluarga, keuangan mungkin datang dalam bentuk pendapatan keluarga yang
lebih rendah menghadapi tuntutan rendah dan tinggi atau kualitas hidup yang
buruk. dalam struktur Keluarga, faktor penyebabnya mungkin jumlah keluarga
banyak.
b. Lingkungan
Dengan lingkungan tempat tinggal orang tua dan anak-anak yang tinggal
bersama bisa menjadi faktor stres, lingkungan dapat mempengaruhi orang tua
dan anak-anak memberi tekanan pada pengasuhan. Contohnya seperti
lingkungan yang penuh konflik sehingga memudahkan seseorang stres ketika
tidak bisa mengatasi dengan baik.

1
2.1.4 Aspek-aspek Dalam Parenting Stress
Aspek-aspek dalam parenting stress menurut (Barroso et al., 2016) adalah
sebagai berikut :
1. The parent distress
Stres orang tua dalam hal ini menunjukkan bahwa adanya pengalaman stres orang
tua dalam pengasuhan sehingga perasaan pribadi akan muncul setelah kehadiran
anak. Indikatornya meliputi:
a. Feelings of competence, merupakan kurangnya kemampuan dan pengetahuan
orang tua dalam mengasuh anak.
b. Social isolation, merupakan suatu kondisi orang tua merasa terisolasi secara
sosial serta tidak adanya dukungan emosional dari lingkungan sekitar,
sehingga meningkatkan kemungkinan tidak berfungsinya pengasuhan.
c. Restriction imposed by parent role, merupakan adanya perasaan keterbatasan
yang dirasakan oleh orang tua sehingga beranggapan adanya pengendalian dan
tidak ada kebebasan karena mengasuh anak.
d. Relationships with spouse, merupakan suatu pemicu stress karena adanya
konflik antara kedua orang tua yang terjadi karena tidak adanya dukungan
secara emosional, material dan pendekatan terhadap anak selama pengasuhan.
2. The difficult child
Aspek ini, menggambarkan adanya perilaku anak yang dapat menyulitkan pada
saat mengasuh. Indikatornya antara lain :
a. child adaptability yaitu, saat anak belum bisa beradaptasi dengan perubahan
fisik dan lingkungan serta mengalami keterlambatan dalam mempelajari.
b. Child demands yaitu, anak yang menuntut lebih dari orang tua mereka dalam
perhatian dan bantuan. Pada umumnya, anak-anak merasa sulit untuk
melakukan semuanya secara mandiri dan menghadapi hambatan dalam
Perkembangannya.
c. Child mood yaitu, orang tua merasa seperti anak-anak mereka telah kehilangan
rasa hal-hal positif dan seringkali menjadi ciri khas anak-anak yang dapat
terlihat dari ekspresinya sehari-hari.

1
d. Districtability yaitu, orang tua merasa anak menunjukkan perilaku yang terlalu
aktif dan sulit untuk mengikuti perintah.
3. The Parent-Child Dysfunctional Interaction
Dalam aspek ini, menggambarkan bahwa adanya interaksi antar orang tua dan
anak yang tidak berfungsi dengan baik. Indikatornya antara lain :
a. Child reinforced parent adalah suatu perasaan orang tua yang menggap tidak
adanya penguatan positif sehingga timbul rasa tidak nyaman selama interaksi
pada anak.
b. Acceptability of child to parent adalah adanya perilaku dan sikap anak yang
tidak sesuai dengan harapan orang tua sehingga terjadi penolakan dari orang
tua
c. Attachment adalah tidak adanya kedekatan secara emosional antara orang tua
dan anak sehingga dapat mempengaruhi perasaan orang tua.

2.1.5 Dampak Parenting Stress


Orang tua yang mengalami parenting stress dalam jangka waktu yang panjang
akan berpengaruh terhadap perilaku khususnya untuk seorang ibu, selain itu dapat
juga mempengaruhi kondisi psikologis serta tumbuh kembang anak. Dapat
dijelaskan bahwa terdapat dua dampak yang muncul akibat parenting stress yaitu
yang pertama, dampak terhadap ibu dan kedua terhadap anak. Dampak yang
dirasakan oleh ibu, ialah kondisi tubuh yang kelelahan hingga perasaan tidak
senang, tertekan, karena merasakan hal yang tidak nyaman bahkan terbebani
selama pengasuhan berlangsung. Sedangkan dampak yang didapat oleh anak
yaitu, mendapatkan pola asuh yang tidak efektif sehingga dapat berpengaruh
terhadap kemampuan anak bersosialisasi, mengelola emosional, dan penurunan
dalam prestasi akademik. Dari hal tersebut dapat dipastikan juga bahwa parenting
stress dapat memicu terjadinya kekerasan terhadap anak (Nur, 2022).

Dalam penelitian Operto et al., (2022) menunjukkan bahwa hasil PSI (Parenting
Stress Index-Short Form) yang dilakukan kepada orang tua, dengan gangguan
kecemasan, stress keseluruhan dan gangguan interaksi antara orangtua dengan

1
anak secara signifikan lebih tinggi selama pandemi. Yaitu dengan hasil
perbandingan rata-rata skor PSI sebelum dan sesudah pandemi menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan secara statistik di semua subskala yang
dianalisis dalam total sampel (p <0,05 di semua subskala PSI). Demikian pula,
skor rata-rata dari semua subskala CBCL (Child Behavior Checklist) meningkat
secara statistik selama pandemi dibandingkan dengan periode pra-pandemi (p
<0,05 di semua subskala CBCL (Child Behavior Checklist). Dengan adanya
peningkatan tersebut banyak kelompok orang tua yang mengalami perubahan
emosional, menarik diri dari lingkungan bahkan beranggapan bahwa anak adalah
musuhnya. Dengan kondisi seperti itu, dapat dianalisis bahwa secara signifikan
dapat berdampak pada pengasuhan serta adanya hubungan negatif yang di terima
oleh anak. Sehingga, anak dan remaja dapat tumbuh dengan emosional yang
buruk, mudah marah dan tidak dapat mengontrol dirinya sendiri.

Sedangkan dalam penelitian Dyah et al., (2020) yang dilakukan di Indonesia


dengan melibatkan 255 orang tua. Terdapat hasil yang menunjukkan bahwa
mayoritas orang tua mengalami stress dalam pengasuhan yaitu sangat rendah
(89,8%) dan rendah (9,8%) hal ini disebabkan oleh kesibukan dalam kegiatan.
Yang memberikan dampak terhadap orang tua sehingga mengalami stress dalam
mengasuh yaitu seperti sulit menemukan waktu untuk beristirahat, munculnya
perasaan negatif dalam diri orang tua ketika menghadapi perilaku anak dirumah,
dan orang tua kesulitan untuk mengelola stress.

2.1.6 Alat ukur PSI (parenting stress indeks-short form)


PSI (parenting stress indeks-short form) merupakan alat ukur yang menilai
persepsi orang tua tentang stres dan dirancang untuk menyaring orang tua yang
memiliki anak di bawah usia 12 tahun (dengan fokus khusus pada kelahiran
hingga usia 3 tahun) untuk tingkat stres yang tinggi antara orang tua dan anak dan
di dalam orang tua atau situasi. selain skrining, ini juga dapat digunakan sebagai
bagian dari penilaian diagnostik individu, sebagai ukuran efektivitas intervensi
sebelum atau sesudah perawatan, dan telah digunakan untuk penelitian tentang

1
efek stres. PSI ini ada bentuk panjang dan bentuk pendek. Namun, dalam
penelitian ini menggunakan formulir pendek.

Formulir pendek dalam PSI (parenting stress indeks-short form) berisi 36 item,
yang masing - masing dinilai oleh orang tua dengan skor 1 (tingkat stres terendah)
hingga skor 5 (tingkat stres tertinggi) skala dibagi dalam tiga macam yaitu
kesulitan dalam mengasuh ,interaksi disfungsional antara orang tua dan anak, dan
anak yang sulit (Brassard & Boehm, 2008).

Cara penilaian rentang stress dalam parenting ini adalah dengan memberikan nilai
dengan kategori:
1 = tingkat stress rendah
5 = tingkat stress tinggi

2.2 Konsep Anak Usia Sekolah


2.2.1 Definisi dan Ciri Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia antara 6 sampai 12 tahun. Anak usia
sekolah dapat digolongkan sebagai pra-remaja, yaitu anak usia 9-11 tahun untuk
anak perempuan dan 10-12 tahun untuk anak laki-laki. Sekolah dimulai ketika
anak-anak berusia sekitar 6 tahun. Tahap ini meliputi tahap pra-remaja atau
prapubertas dan berakhir ketika anak berusia sekitar 12 tahun dan pubertas
dimulai. Periode 6-12 tahun seringkali merupakan salah satu perubahan yang
sangat cepat dan dramatis. Pada masa ini, anak akan melalui proses pematangan
dan perkembangan baik secara psikologis maupun kognitif. Anak usia sekolah
secara fisik lebih kuat, memiliki ciri khas tersendiri, aktif, dan mandiri dari orang
tuanya. Anak perempuan biasanya tumbuh lebih cepat dari pada anak laki-laki.
Sebagian besar kebutuhan nutrisi anak digunakan untuk kegiatan pembentukan
dan pemeliharaan jaringan. Periode ini kadang-kadang disebut masa kanak-kanak
atau periode laten di antaranya, periode tantangan baru. Kapasitas kognitif untuk
memikirkan berbagai faktor secara bersamaan memberi anak usia sekolah
kemampuan untuk menilai teman sebayanya. Dapat disimpulkan bahwa harga diri

1
menjadi isu sentral bagi anak usia sekolah. Pada saat anak sekolah maka akan
menjadi pengalaman utama bagi anak. Selama periode ini, anak dianggap mulai
bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua,
teman, dan orang lain. Usia sekolah adalah masa ketika anak memperoleh
pengetahuan dasar untuk berhasil beradaptasi dengan kehidupan dewasa dan
memperoleh keterampilan tertentu (Utama & Demu, 2021).

2.2.2 Perkembangan Anak Sekolah


Perkembangan anak berkaitan dengan kepribadian yang terintegrasi. Anak sekolah
dasar berusia dari 6 hingga 11 tahun yang disebut masa kecil menengah. Pada
masa ini anak mempunyai kemampuan dasar seperti berhitung, menulis, serta
membaca. Tahap pengembangan Anak-anak sekolah dasar dapat dilihat dari
beberapa aspek kunci dari individualitas anak, yaitu motivasi fisik, persepsi,
sosial-emosional, bahasa dan moral keagamaan (Khaulani et al., 2020). Fase
perkembangan anak usia sekolah di jelaskan sebagai berikut :

1. Fisik-motorik
Pertumbuhan fisik anak sekolah dasar ditandai dengan semakin banyak anak
tinggi, berat dan kuat dibandingkan dengan pada saat anak dalam kondisi
PAUD/TK, ini dapat dilihat pada perubahan sistem tulang, otot, dan keterampilan
motorik. Anak-anak lebih aktif dan kuat untuk melakukan aktivitas fisik seperti
berlari, memanjat, melompat, berenang dan aktivitas luar ruangan lainnya.
Aktivitas fisik ini dilakukan dengan anak sedang dilatih koordinasi, keterampilan
motorik, stabilitas tubuh serta distribusi energi tumpukan. Perkembangan fisik
anak laki-laki sekolah dasar pria dan wanita berbeda. Anak wanita biasanya lebih
ringan dan lebih pendek dari anak laki-laki. Aspek pengembangan efek fisik-
motorik ini dalam hal perkembangan orang lain, misalnya, keadaan fisik anak
tidak normal misalnya anak terlalu besar atau terlalu pendek, anak terlalu kurus
atau lemak akan mempengaruhi rasanya kepercayaan diri anak. Keyakinan ini
akan berhubungan dengan emosi, kepribadian dan sosial.

1
2. Kognisi
Aspek perkembangan kognitif merupakan perkembangan yang berhubungan
dengan kemampuan anak-anak. Kognitif yaitu kemampuan berpikir dan
penyelesaian masalah. Usia anak sekolah dasar memiliki karakteristik pemikiran
yang khas. Cara berpikir mereka berbeda dari anak-anak prasekolah sekolah dan
orang dewasa. metode mengamati lingkungan dan organisasi dunia pengetahuan
yang mereka dapatkan berbeda dengan anak-anak prasekolah dan semua orang
dewasa.

3. Perkembangan sosio-emosional
Pada fase ini terdapat ciri khas yaitu meningkatkan kekuatan hubungan teman dan
anak-anak dan ketergantungan anak keluarga akan berkurang. pada fase ini
merupakan hubungan atau kontak sosial jauh lebih baik dari sebelumnya .Anak-
anak suka bermain, bicara di lingkungan sosial. Dari pernyataan ini dapat
menyimpulkan bahwa lingkungan luar atau sekitar menjadi peran penting dalam
perkembangan social anak.

4. Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak dimulai sejak awal bersekolah dan akan sempurna
pada saat remaja. Anak akan mengalami perkembangan bahasa yang pesat pada
saat usia (late primary) yaitu 7-8 tahun, pada usia ini anak mulai memahami tata
bahasa meskipun terkadang merasakan kesulitan dan kesalahan namun, anak akan
sadar dan segera memperbaikinya. Selain itu, anak akan menjadi pendengar yang
baik, dapat menceritakan kembali apa yang di dengar, mampu mengungkapkan
perasaannya dalam bentuk puisi, serta memperkaya arti sebuah kata untuk
dijadikan candaan. Faktor lingkungan keluarga terdekat sangat mempengaruhi
dalam perkembangan bahasa yang baik.

5. Perkembangan moral keagamaan


Perhatian pusat anak dalam hal moral keagamaan didapat dari lingkungan sekitar
dan di luar rumah. Meskipun pada usia awal anak belum bisa membedakan mana

1
yang benar dan salah hingga mana yang dapat dilakukan dan tidak dapat
dilakukan. Tetapi, orang tua dapat menanamkan moral pada anak apa yang harus
dilakukan sehingga anak dapat terdorong untuk melakukan moral yang baik.

2.3 Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Sekolah


2.3.1 Definisi Kekerasan Verbal
Abuse adalah sebuah kata yang diterjemahkan menjadi kekerasan, penganiayaan,
penyiksaan, dan perlakuan salah. Menurut Barker (dalam Huraerah, 2018)
mengemukakan bahwa kekerasan adalah perilaku yang tidak baik yang merugikan
serta membahayakan fisik, psikologis, serta ekonomi, bagi individu maupun
kelompok yang menjadi korban.

Sedangkan untuk kekerasan terhadap anak biasanya menggunakan istilah child


abuse atau child maltreatment. Istilah tersebut dapat diartikan bahwa kekerasan
pada anak merupakan sebuah tindakan yang dilakukan secara sengaja baik dalam
hukuman badan yang tidak terkontrol atau kekerasan fisik secara berulang,
desakan hasrat atau kekerasan seksual, mengintimidasi dengan kata-kata makian
atau kekerasan verbal. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang terdekat anak, yaitu
orang tua maupun pengasuh yang merawat nya (Huraerah, 2018).

Kekerasan verbal adalah kekerasan yang menimbulkan rasa sakit secara


emosional dan psikologis. Kekerasan ini berupa ucapan kata-kata kasar tanpa ada
nya kontak fisik. Yaitu seperti ancaman, tuduhan dan penghinaan. Jika kekerasan
ini terus-menerus akan menyebabkan cacat perkembangan pada anak-anak
(Mamesah & Katuuk, 2018). Sedangkan menurut Armiyanti et al., (2017)
berpendapat bahwa kekerasan verbal merupakan suatu bahasa yang dikatakan oleh
orangtua yang tidak disukai oleh anak contohnya seperti perkataan yang
mengandung perbandingan dengan orang lain, meremehkan, dan tidak ada kata
sayang dari orang tua. Sehingga pada akhirnya merujuk pada perilaku
penelantaran, pengabaian serta kebutuhan dasar anak yang tidak terpenuhi.

1
2.3.2 Karakteristik Kekerasan Verbal
Menurut Hampton (dalam Fitriana et al., 2015) kekerasan memiliki berbagai
karakteristik, antara lain :
a. Penghinaan sangat menyakitkan dan biasanya orang yang paling dekat dengan
korban yang memiliki kesempatan untuk melakukan kekerasan verbal, yaitu
ketika korban pada akhirnya mempercayai pelaku bahwa dia telah melakukan
kesalahan, tidak ada hal yang berharga dari perbuatan nya, serta menjadi
sumber masalah.
b. Kekerasan dapat terjadi dengan pelaku yang tidak nampak atau secara tidak
langsung yaitu seperti komentar, pandangan hina terhadap korban.
c. Kekerasan verbal memiliki sifat yang memanipulatif kepada korbannya,
seperti membuat korbannya bingung dengan komentar dan arahan yang di
lontarkan pelaku. Sehingga, korban dapat dikontrol dan termanipulatif oleh
pelaku.
d. Tanpa disadari kekerasan verbal dapat menurunkan harga diri korban,
sehingga berperilaku menarik diri dari lingkungan masyarakat dan pasrah
dengan pelaku.
e. Kekerasan ini tidak dapat diprediksi dari waktu ke waktu. Makian, komentar
pahit, hingga di bandingkan oleh orang lain yang lebih baik dapat terjadi.

2.3.3 Bentuk Kekerasan Verbal Pada Anak


Bentuk kekerasan di bagi menjadi beberapa bagian, menurut Lestari, (2016) yaitu:
a. Orang tua tidak berkata dengan lembut ataupun tidak menunjukkan sedikit
bahkan sama sekali adanya rasa sayang.
b. Mengintimidasi anak dengan terikan, makian, atau membentak anak.
c. Mempermalukan dan merendahkan anak, dengan pernyataan bahwa anak tidak
baik, jelek bahkan tidak berguna.
d. Orang tua bersikap menyalahkan bahwa setiap masalah yang menyebabkan
adalah anak.

1
e. Memberikan perlakuan tidak baik terhadap anak, seperti memberikan
hukuman yang tidak wajar, mengurung anak di kamar mandi yang gelap, dan
mengikat anak di kursi.

2.3.4 Faktor Penyebab Kekerasan Verbal Pada Anak


Menurut Huraerah (2018) Kekerasan pada anak umumnya terjadi karena adanya
beberapa faktor internal yaitu berasal dari anak itu sendiri maupun faktor dari
eksternal yaitu muncul dari kondisi keluarga ataupun masyarakat. Seperti :
a. Anak terlahir tidak sempurna mempunyai kekurangan cacat tubuh, retardasi
mental, gangguan tingkah laku, memiliki temperamen yang lemah, dan anak
terlalu bergantung pada orang dewasa.
b. Kondisi ekonomi keluarga yang sulit, orang tua tidak memiliki pekerjaan,
serta jumlah anak yang banyak.
c. Keluarga yang tidak utuh, seperti orang tua bercerai, ayah atau ibu meninggal
dunia sehingga anak hidup dalam kondisi broken home.
d. Pernikahan dini, dengan situasi belum siap secara psikologis, ekonomi, serta
kurangnya pengetahuan dalam mendidik anak.
e. Salah satu orang tua atau kedua orang tua menderita penyakit parah seperti
gangguan emosional dan depresi sehingga tidak dapat mengasuh dengan baik.
f. Orang tua memiliki masa lalu di masa kecil yang tidak baik seperti
ditelantarkan.
g. Kondisi lingkungan masyarakat yang buruk, dengan situasi yang kumuh,
fasilitas bermain yang tergusur, sikap masyarakat yang acuh terhadap
eksploitasi anak, hingga tidak ada nya mekanisme kontrol sosial yang stabil.

2.3.5 Dampak Kekerasan Verbal Terhadap anak


Tindakan kekerasan verbal yang terjadi secara terus menerus pada anak dapat
berpengaruh terhadap perkembangan serta psikologis nya. Hal tersebut dapat
dilihat pada saat malam hari, ketika anak kesulitan tidur, bermimpi buruk, hingga
menjerit ketakutan. Dampak ini juga mempengaruhi pada kesehatan anak, yaitu
banyak anak yang menderita psikosomatik seperti asma. Untuk pemenuhan

1
kebutuhan dasar anak pun dapat menunjukkan dampak dari kekerasan itu,
misalnya anak sering muntah apabila setelah makan, dan otomatis berat badannya
menurun. Tidak hanya berdampak pada saat masa pertumbuhan anak, ternyata
kekerasan verbal ini dapat mempengaruhi anak pada saat dewasa di masa depan.

Anak laki-laki yang mempunyai masa lalu mendapatkan perlakuan kekerasan


verbal, cenderung akan bersifat agresif, emosional, bahkan menganggap bahwa
dirinya berhak untuk memukul istrinya. Sedangkan anak perempuan pada di masa
yang akan datang, akan berperilaku menarik diri dan lebih asik dengan dunia
fantasinya. Dan yang paling mengkhawatirkan, anak perempuan akan berfikir
bahwa semua laki-laki akan menyakitinya (Huraerah, 2018).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Vega et al., (2019) hasil uji
hipotesis dari dampak kekerasan verbal yaitu menunjukkan adanya pengaruh
negatif langsung terhadap kepercayaan diri anak. dengan nilai koefisien korelasi
antara 0,421 dan nilai koefisien lulus dari 0,319. Hal ini dapat dijelaskan, bahwa
kekerasan verbal berdampak negatif dan langsung terhadap penurunan harga diri
yang disebabkan oleh perkataan menjatuhkan atau meremehkan pada anak.

Sedangkan dalam penelitian lain yang dilakukan di Northeastern United States


dampak dari kekerasan verbal dapat mempengaruhi otak anak. Otak yang sering
dibentak, pada saluran yang menghubungkan otak kanan dan otak kiri akan
menjadi lebih kecil. Hal ini dapat mempengaruhi area otak yang berhubungan
dengan emosi dan perhatian. Perubahan ini pada saat anak dewasa
akan menyebabkan kecemasan, depresi, gangguan kepribadian, resiko bunuh diri
dan aktivitas otak yang mirip dengan epilepsi. Oleh karena itu, sebagai orang tua
hal yang dapat meminimalisir potensi cedera otak pada anak-anak yaitu dengan
menggunakan pujian dan celaan anak penuh cinta (Ashy et al., 2020).

2
2.4 Dampak Covid-19 terhadap Parenting Stress
Calvano et al., (2021) dalam penelitiannya yang dilakukan di Jerman,
mengemukakan bahwa adanya dampak dari Covid-19 terhadap parenting stress
atau stress dalam proses pengasuhan yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
dipengaruhi akibat ekonomi yang berubah dengan adanya pengurangan karyawan
di tempat bekerja, yang menjadi salah satu penyebab terjadi nya kekerasan dalam
rumah tangga. Dibuktikan dengan adanya seeorang ibu, dengan kondisi terbatas,
memberikan perlakuan kasar bahkan memberikan hukuman terhadap anak-
anaknya. Hal tersebut, dikarenakan adanya pengaruh tingkat kecemasan, dan
stress yang meningkat selama pandemi.

Diperkuat dengan penelitian di Indonesia bahwa adanya kendala karena era


pandemi Covid-19 ini yang berdampak terhadap penerapan parenting karena
adanya keterbatasan yang dialami orang tua dari faktor internal maupun eksternal.
hasil penelitian menunjukkan respons orang tua yang kuat terhadap pembatasan
yang dialami adalah masalah internal yang berkaitan dengan keterampilan orang
tua dan pemahaman bahwa adanya kesulitan dalam mendisiplinkan hingga 61%
anak-anak selain itu, hingga 53% sikap dan emosi orang tua akan menjadi lebih
kesal (Shofiyah et al., 2021).

2.5 Teori Keperawatan


2.5.1 Teori Keperawatan Adaptasi Betty Neuman
Betty Neuman mendefinisikan bahwa sistem pendekatan yang di gunakan untuk
menggambarkan bagaimana klien mengatasi tekanan (stressor) dalam internal atau
eksternal mereka. Dalam teori keperawatan Betty Neuman ini, perawat dalam
pelayanan nya berfokus pada respons klien terhadap tekanan.

2.5.2 Model Konsep Teori Betty Neuman


pada tahun 1972 dan 1995, Betty Neuman membangun model sistem. Model
sistem Neuman didasarkan pada konsep stres dan responsnya. Dasar filosofis
model sistem Neuman meliputi integritas, orientasi kesehatan, persepsi dan

2
motivasi pelanggan, pandangan sistem yang dinamis tentang energi, dan interaksi
variabel dengan lingkungan untuk mengurangi kerentanan dari stresor internal dan
eksternal, sementara pengasuh dan klien membentuk kemitraan untuk
menegosiasikan tujuan hasil yang diinginkan untuk pemeliharaan, pemulihan, dan
pemeliharaan kesehatan yang optimal (Siregar et al., 2021).

Gambar 2.1 Sistem model Betty Neuman

Sumber: Neuman, (1970) dalam Alligood, (2014)

Betty Neuman mengemukakan model konsep Health Care System, yaitu suatu
model konsep yang di dalamnya menggambarkan aktivitas keperawatan yang
ditekankan pada mengontrol atau menurunkan stress dengan upaya memperkuat
garis pertahanan diri secara fleksibel, normal ataupun resisten dengan sasaran
pelayanannya yaitu komunitas. Menurut Betty Neuman fokus model konsep
keperawatan adalah suatu respon terhadap stressor serta faktor yang
mempengaruhi proses adaptasi pasien. Dan tindakan keperawatan menurut Betty
Neuman, merupakan suatu kegaiatan untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap
stressor. Upaya hal tersebut dapat di lakukan pencegahan primer, sekunder, dan
tersier. Pencegahan primer dilakukan untuk menguatkan pertahanan tubuh dengan
identifikasi faktor resiko yang dapat berpotensi terhadap stressor. Kemudian,

2
pencegahan sekunder berfokus pada penguatan dan sumber internal melalui
penetapan dan aktual yang terjadi akibat stressor tertentu. Sedangkan pencegahan
tersier, berfokus pada proses adaptasi kembali (Nurhannifah Rizky Tampubolon et
al., 2021).

2.5.3 Asumsi Dasar Model Adaptasi Betty Neuman


Asumsi dasar model adaptasi menurut Betty Neuman (Dalam Mubarak et al.,
2022), yaitu :
1. Setiap sistem pasien merupakan kombinasi unik dari faktor dan karakteristik
dalam lingkup respons yang tergabung dalam struktur yang mendasarinya.
2. Banyak stresor yang dikenal dan tidak diketahui dan stresor umum, masing-
masing berbeda dalam potensinya untuk destabilisasi pasien.
3. Setiap pasien mengembangkan serangkaian respons normal terhadap
lingkungan yang dikenal sebagai garis pertahanan normal. Ini dapat digunakan
sebagai standar untuk mengukur kesenjangan kesehatan.
4. Setiap saat, hubungan antara variabel pasien dapat mempengaruhi sejauh
mana klien dilindungi oleh pertahanan fleksibel terhadap kemungkinan
respons terhadap stresor.
5. Ketika garis pertahanan fleksibel gagal melindungi pasien dari stresor
lingkungan, stresor merusak garis pertahanan.
6. Klien adalah kombinasi dinamis dari hubungan antar variabel, baik itu dalam
keadaan sehat ataupun sakit. Kesehatan adalah sumber energi yang selalu
tersedia untuk mendukung fungsi sistem yang stabil.
7. Setiap pasien memiliki faktor yang mendasari resistensi intrinsik yang disebut
LOR, yang menstabilkan dan memperbaiki pasien ke kondisi kesehatan
normal.
8. Pencegahan primer berlaku untuk penilaian dan intervensi pasien,
mengidentifikasi dan mengurangi faktor risiko potensial atau aktual.
9. Pencegahan sekunder merupakan tentang gejala yang terjadi setelah respons
terhadap stresor, memprioritaskan intervensi dan pengobatan yang tepat untuk
mengurangi bahayanya.

2
10. Tindakan pencegahan tersier melibatkan penyesuaian yang terjadi pada awal
rekonstitusi dan faktor pemeliharaan yang membawanya kembali ke siklus
menuju pencegahan primer.
11. Pasien secara dinamis dan terus-menerus bertukar energi dengan lingkungan.

2.5.4 Hubungan Antara Parenting Stress dengan kekerasan Verbal


Pada Anak Usia sekolah Dalam Pendekatan Teori Adaptasi Betty
Neuman
Stress yang dialami oleh orang tua dalam proses mengasuh anak selama Covid-19
akan mengakibatkan terjadinya kekerasan verbal pada anak. Adanya hubungan
antara konsep teori Betty Neuman yaitu parenting stress merupakan orang tua
yang dapat mengontrol stress dan mempertahankan diri dari stressor lingkungan.
Sehingga orang tua tidak lagi merasakan tekanan dan beban selama pengasuhan
dan terhindar perilaku kekerasan verbal pada anak usia sekolah.

2
2.5.5 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka teori “Hubungan Parenting stress dengan kekerasan verbal pada
anak usia sekolah di masa pandemic Covid-19
Orang tua anak usia sekolah 6-12 tahun
Internal
Kesehatan individu eksternal
rasa beban dan tertekan keluarga, lingkungan
Emosi

4. parenting stress
Stressor/tekanan

Reaksi terhadap stressor

Garis pertahanan garis pertahanan normal


resisten

Garis pertahanan
fleksibel

Mekanisme koping maladaptif

Adaptif
distress

Stabilitas klien
austress terganggu (fisik
psikologis, Kekerasan verbal
perkembangan)

Dampak positif
Keteranga
:
Dampak
Gejala stress :fisik, emosional, negative :
Motivasi dan memberikan
intelektual maupun terhadap orang
semangat untuk
interpersonal, terdekat akibat
menghadapi tantangan
depresi,

Di teliti

Tidak di teliti

Berhubungan

Sumber : (Betty Neuman, 1970 dalam Alligood 2014, Barroso et al., 2016, Huraerah 2018,
Mubarak et al, 2022)

2
BAB III
KERANGKA KONSEP HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep


3.1.1 Definisi Kerangka Konsep
Kerangka konseptual merupakan turunan dari kerangka teori yang telah dibuat
sebelumnya dalam tinjauan pustaka. Kerangka konseptual merupakan visualisasi
hubungan antar variabel yang berbeda yang dirumuskan oleh peneliti setelah
membaca berbagai teori yang ada dan merangkum teorinya sendiri untuk
dijadikan dasar penelitian.

Pengertian lain dari kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antar
konsep yang dimaksudkan untuk diukur atau diamati oleh penelitian yang
dilakukan. Diagram kerangka konseptual harus menunjukkan hubungan antara
variabel yang diteliti. Kerangka kerja yang baik dapat memberikan informasi yang
jelas pada seorang peneliti dalam memilih desain penelitian (Masturoh & T,
2018).

Pada penelitian ini untuk variabel bebas mengenai parenting stress. Kemudian
variabel terikat yang akan diteliti mengenai kekerasan verbal pada anak usia
sekolah di masa pandemi. Adapun kerangka konsep penelitian dalam penelitian
ini yaitu:

Gambar 2.3 Kerangka konsep “Hubungan Parenting stress dengan kekerasan verbal pada
anak usia sekolah di masa pandemi covid-19

Variabel bebas Variabel terikat

Kekerasan verbal pada anak


Parenting stress usia sekolah di masa
pandemi

2
3.2 Definisi Operasional
Karakteristik Responden

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Skala Hasil Ukur
1. Jenis kelamin Jenis kelamin Responden mengisi Kuesioner Nominal 1. Laki-laki
responden saat di kuesioner bagian A 2. Perempuan
lakukan penelitian jenis kelamin
2. Tingkat Jenjang pendidikan Responden mengisi Kuesioner Ordinal 1. Pendidikan rendah
pendidikan terakhir yang kuesioner dibagian A (SD- SMP)
ditamatkan oleh tingkat pendidikan 2. Pendidikan tinggi
responden. (SMA- Perguruan tinggi)

3. Pendapatan Jumlah pendapatan Responden mengisi Kuesioner Ordinal 1. Dibawah UMR < Rp
yang di dapat kuesioner dibagian A 4.276.335,00
responden pendapatan 2. Diatas UMR ≥ Rp
4.276.335,00
(UMR DKI Jakarta,
Peraturan Gubernur DKI
No. 114 tahun 2018
Variabel Bebas
No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1. Parenting ketegangan yang Diukur dengan Kuesioner Ordinal 0= Tidak stress, jika nilai <
stress timbul dalam proses menggunakan B mean (112,78)
pengasuhan skala parenting 1= stress, jika nilai ≥ mean
akibat tuntutan peran likert (112,78)
sebagai orang tua
(bapak/ibu)

Variabel Terikat
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1. Kekerasan Tindakan berupa Di ukur Kuesioner Ordinal 0= Tidak melakukan, jika
verbal ucapan kasar, seperti menggunakan C nilai < median (53,00)
pada anak menghina, skala likert. 1= melakukan, jika nilai ≥
usia merendahkan, Setiap item di beri median (53,00)
sekolah memaki, serta nilai :
memberikan 3 = sering
ancaman. 2 = kadang
2 = pernah
1 = tidak pernah

2
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis ini merupakan jawaban sementara berdasarkan teori yang belum
dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan dengan pengujian
hipotesis menggunakan uji statistik. Dalam hal ini hipotesis menjadi pedoman
dalam menganalisis hasil penelitian, dan sekaligus hasil penelitian harus dapat
memenuhi tujuan penelitian, khususnya tujuan. Ada kemungkinan sebelum
merumuskan hipotesis, pertama-tama harus dilihat apakah tujuan uji coba yang
diperoleh dapat disimpulkan sebagai benar atau salah, relevan atau tidak, diterima
atau ditolak (Masturoh & T, 2018). Berdasarkan deskripsi teoritik serta kerangka
konsep diatas, dapat diajukan hipotesis, yaitu :

1. Hipotesis Nol (Ho)


a. Tidak ada hubungan antara parenting stress dengan kekerasan verbal pada
anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)


a. Ada hubungan antara parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak
usia sekolah di masa pandemi Covid-19.

2
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan kuantitatif korelasional dengan pendekatan
cross sectional yaitu suatu metode yang membuktikkan adanya hubungan antara
dua variabel atau lebih. Adapun alasan peneliti menggunakan Penelitian
korelasional ini, karena sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk melihat
hubungan antara dua variabel, yaitu hubungan antara parenting stress dengan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19 (Masturoh &
T, 2018).

4.2 Populasi dan Sampel


4.2.1 Populasi
Populasi penelitian adalah suatu wilayah yang ingin diteliti oleh peneliti. Populasi
adalah bidang yang digeneralisasikan yang meliputi: objek/subyek dengan
kualitas dan karakteristik tertentu yang diidentifikasi oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua murid SDN Paseban 11 pagi dari
kelas 1 sampai 5 yang terdata di bagian pendidikan yaitu sebanyak 151 orang.
Jumlah orang tua murid setiap kelas adalah sebagai berikut:
No Kelas Jumlah Orang Tua
1. 1A 25
2. 1B 23
3. 2 21
4. 3 25
5. 4 29
6. 5 28
Total populasi 151

4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi (Arifin, 2017). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu

2
menggunakan teknik Nonprobability yaitu sampel jenuh atau sering disebut total
sampling. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah orang tua murid dari kelas 1
sampai 5 di SDN Paseban 11 pagi yang berjumlah 151 orang.

4.2.3 Kriteria Sampel


Dalam menentukan suatu sampel dapat menggunakan 2 kriteria yaitu inklusi dan
ekslusi (Notoatmodjo, 2012) :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang menjadi subjek penelitian perwakilan dari
sampel penelitian dianggap sebagai sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini,
sebagai berikut :
a. Orang tua murid dari kelas 1 sampai 5 yang bersekolah di SDN Paseban 11
Pagi
b. Mendampingi anaknya selama daring
c. Bersedia menjadi responden

2. Kriteria ekslusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak dapat dilakukan oleh subjek
penelitian mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, seperti hambatan etika, penolakan untuk menjawab atau situasi
yang tidak memungkinkan penelitian. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini,
sebagai berikut :
a. Orang tua murid kelas 6 yang bersekolah di SDN Paseban 11 Pagi
b. Mengalami kendala jaringan selama daring
c. Menolak sebagai responden

3
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada orang tua dari kelas 1 sampai 5 SDN Paseban 11 pagi,
Jakarta Pusat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 13 juli -28 juli 2022. Alasan
peneliti melakukan penelitian di tempat ini karena orang tua murid kelas 1 sampai
5 Di SDN Paseban 11 Pagi, Jakarta Pusat memiliki orang tua murid yang
bervariasi dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Hal tersebut
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi parenting stress yang
mengakibatkan terjadinya kekerasan verbal pada anak usia sekolah. Dan
penelitian ini belum pernah dilakukan di SDN Paseban 11 Pagi, Jakarta Pusat dan
jarak dari rumah peneliti dengan tempat penelitian sangat dekat.

4.4 Etika Penelitian


Etika penelitian adalah hubungan timbal balik antara peneliti dan orang yang
diteliti menganut prinsip-prinsip etika (Notoatmojo, 2018). Di dalam melakukan
penelitian, peneliti harus berpegang pada 4 prinsip, yaitu:
a. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuannya dari penelitian ini serta menghargai
jika adanya penolakan dalam pengisian kuesioner. Sebelum meminta responden
untuk mengisi kuesioner, peneliti lebih dulu menyiapkan lembar persetujuan yang
akan di tanda tangani jika responden bersedia.

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian


Dalam kuesioner yang telah peneliti sediakan responden dijamin akan privasinya
karena terdapat kode yang kita buat yang nantinya responden cukup memberikan
inisial nama.

c. Keadilan dan keterbukaan


Peneliti memastikan bahwa telah menjelaskan kepada semua responden terkait
manfaat yang akan didapat setelah mengisi kuesioner.

3
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Penelitian ini sudah diperhitungkan lebih banyak manfaat yang akan diterima oleh
responden dibandingkan dengan kerugian yang didapatkan.

4.5 Alat Pengumpulan Data


Data penelitian dikumpulkan menurut desain survei tertentu. Data diperoleh
dengan cara mengamati, bereksperimen, atau mengukur fenomena yang diteliti.
Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta tentang apa yang sedang
diteliti (Luthfiyah & Fitrah, 2017). Peneliti menggunakan kuesioner untuk
mengumpulkan data. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
menghadirkan responden dengan serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis
untuk dijawab. kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang efisien
ketika peneliti memahami variabel yang diteliti dan tanggapan yang diharapkan
dari responden (Masturoh & Anggita, 2018). Dalam penelitian ini, kuesioner
terbagi menjadi 2 bagian yang berisikan tentang parenting stress dan kekerasan
verbal pada anak usia sekolah.

1. Kuesioner A karakteristik responden yang meliputi, jenis kelamin, tingkat


pendidikan dan pendapatan.
2. Kuesioner B Parenting stress orang tua selama mendampingi anak belajar di
rumah, yang diukur dengan menggunakan skala stress index short form (PSI-
short form) dengan pemberian nilai 0 = Tidak stress, jika nilai < mean, nilai 1
= stress, jika nilai ≥ mean.
3. Kuesioner C kekerasan verbal pada anak usia sekolah Penilaian kekerasan
verbal dengan pemberian nilai 0 = Tidak melakukan, jika nilai < median, nilai
1 = melakukan, jika nilai ≥ median.

3
4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji validitas
Uji validitas adalah suatu pengujian sejauh pengukuran yang dilakukan dapat
mengarah pada pengukuran yang sebenarnya (Siyoto, 2015).

Dalam penelitian ini di kuesioner B telah dilakukan uji validitas oleh peneliti
sebelumnya yaitu oleh Humaira, (2020) dengan judul penelitiannya ―Pengaruh
Parenting Stress dengan Kekerasan pada Anak‖. Hasil uji validitas terdapat 31
butir soal dengan nilai rhitung < rtabel (0.320-0.710 < 0.260) maka di nyatakan
valid dan dapat dilakukan uji selanjutnya.

Beguitu pula pada kuesioner C yang telah di lakukan uji validitas oleh peneliti
sebelumnya yaitu (Haunika Wati, 2019) dengan judul penelitiannya
―Pengaruh Kekerasan Verbal Terhadap Kepercayaan Diri Anak Usia 4-6 Tahun
Di Desa Talang Rio Kecamatan Air Rami Kabupaten Mukomuko‖. Hasil uji
validitas terdapat 20 dengan nilai rhitung < rtabel (0.134-0.594 > 0.339) maka
dinyatakan bahwa 10 butir soal tidak dapat dilakukan uji selanjutnya.

b. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran seberapa konsisten pengukuran ketika dua atau lebih
pengukuran dari gejala yang sama dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang
sama. Jika alat ukur itu valid dan tidak reliabel, maka data yang dikumpulkan
tidak akan berguna (Hastono, 2016).

Dalam penelitian ini di kuesioner B telah dilakukan uji reliabilitas oleh peneliti
sebelumnya yaitu oleh Humaira, (2020) dengan judul penelitiannya
―Pengaruh Parenting Stress dengan Kekerasan pada Anak‖. Dari hasil uji
reliabilitas terdapat nilai Cronbach Alpha > 0.70 (0,903 > 0.70) maka dinyatakan
reliabel.

Beguitu pula pada kuesioner C yang telah di lakukan uji reliabilitas oleh peneliti
sebelumnya yaitu Haunika Wati, (2019) dengan judul penelitiannya
―Pengaruh
3
Kekerasan Verbal Terhadap Kepercayaan Diri Anak Usia 4-6 Tahun Di Desa
Talang Rio Kecamatan Air Rami Kabupaten Mukomuko‖. Dari hasil uji
reliabilitas terdapat nilai Cronbach Alpha > 0.70 (0,778 > 0.70) maka dinyatakan
reliabel.

4.7 Prosedur Penelitian


Pengumpulan data pada penelitian ini dapat dilakukan setelah peneliti
mendapatkan izin dari kepala sekolah SDN Paseban 11 Pagi. Maka prosedur
pengumpulan data dapat dilakukan membagikan kuesioner kepada responden.
Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan oleh peneliti:
a. Persiapan
1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin ke bagian akademis Prodi Sarjana
Keperawatan Universitas MH. Thamrin Jakarta setelah proposal penelitian
disetujui dan disahkan oleh dosen pembimbing dan penguji.
2. Peneliti menyerahkan surat pengantar dari Prodi Sarjana Keperawatan
Universitas MH. Thamrin ke kepala sekolah SDN Paseban 11 Pagi bahwa
yang bersangkutan akan melakukan penelitian di sekolah tersebut.
3. Peneliti meminta izin ke kepala sekolah untuk mendapatkan data mengenai
calon responden.

b. Pelaksanaan
1. Peneliti melakukan pendekatan dengan kepala sekolah dan wali kelas 1
sampai 5.
2. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang akan diberikan secara langsung
kepada responden.
3. Sebelum menyebarkan lembar kuesioner peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan serta meminta persetujuan kepada orang tua yang akan menjadi
responden penelitian.
4. Setelah itu, peneliti memberikan waktu sekitar 15-20 menit untuk responden
mengisi butir soal

3
c. Pengumpulan data
1. Peneliti mengumpulkan kembali lembar kuesioner yang telah diisi oleh
responden selama sekitar 15-20 menit
2. Setelah itu, peneliti memeriksa kelengkapan kuesioner yang telah di isi
3. Jika sudah lengkap, maka akan di lakukan pengolahan data

4.8 Pengolahan dan Analisis Data


4.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengolahan data
komputer. Saat proses pengolahan data, terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan yaitu sebagai berikut (Nursalam, 2016) :

1. Editing
Editing atau penyuntingan data adalah tahapan penyuntingan data yang
dikumpulkan dari hasil kuesioner untuk melengkapi jawaban. Dalam penelitian ini
tidak ditemukan jawaban kuesioner yang tidak lengkap.

Pada penelitian ini kuesioner yang telah diisi oleh responden diperiksa oleh
peneliti. Aspek-aspek yang diperiksa yaitu:
a. Pada penelitian ini kuesioner yang masuk ke sistem berjumlah 151 responden
b. Mengecek kembali kelengkapan identitas responden
c. Mengecek kelengkapan data yaitu kelengkapan responden dalam mengisi
setiap pernyataan atau pertanyaan
d. Setelah itu peneliti memeriksa kebenaran dan kelengkapan atau ada tidaknya
kekeliruan dalam pengisian kuesioner. Jika pengisian kuesioner belum
lengkap, peneliti akan meminta responden untuk mengisinya kembali. Jika hal
itu tidak dapat dilakukan, kuesioner tersebut tidak digunakan dalam analisis
data.
e. Aspek lain yang diperiksa adalah konsistensi responden dalam hal pengisian
kuesioner.

3
2. Coding
Coding adalah kegiatan pemberian kode angka (number) pada data yang terdiri
dari beberapa kategori. Memberikan kode ini sangat penting saat memproses dan
menganalisis data di komputer. Ini juga merupakan praktik umum untuk membuat
daftar kode dan artinya di buku kode saat membuat nya, dan menggunakan
variabel untuk mempermudah melihat di mana dan apa arti kode tersebut.
a. Variabel bebas parenting stress menggunakan kuesioner A yang meliputi
jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan dan skala PSI. dengan
pengkodean 0 = Tidak stress, jika nilai < mean, dan kode 1 = stress, jika nilai
≥ mean.

b. Variabel terikat kekerasan verbal pada anak usia sekolah menggunakan


kuesioner B. dengan pengkodean 0= tidak melakukan jika nilai < median, dan
kode 1 = melakukan, jika nilai ≥ median.

3. Memasukan data (data entry)


Proses entri data adalah proses memasukkan data dan mengirimkan tanggapan
responden dengan menggunakan kode tanggapan masing-masing variabel. Dalam
survei ini, tanggapan responden dimasukkan ke dalam Microsoft Excel. Respon
yang dimasukkan dalam Microsoft Excel diberi kode dan data diolah oleh peneliti
menggunakan program komputer, sistem komputer untuk analisis data statistik.

4. Tabulating (melakukan tabulasi data)


Tabulasi adalah proses tabulasi data dengan membuat tabel data terenkripsi sesuai
dengan kebutuhan analisis. Pada tahap ini adalah proses memindahkan data
sehingga mudah untuk melengkapi, mengatur presentasi dan analisis. Saat
melakukan tabulasi, akurasi diperlukan untuk menghindari kesalahan. Pada tahap
ini, tanggapan berkode responden dimasukkan ke dalam sistem komputer analisis
data statistik. Data dimasukkan ke dalam tampilan data oleh masing-masing
variabel penelitian pada sistem komputer untuk analisis data statistik.

3
5. Pengoreksian data (cleaning)
Cleaning data adalah pengecekan ulang data yg telah dientri apakah telah benar
atau terdapat kesalahan dalam ketika memasukan data. Pemeriksaan ulang data yg
dimasukkan pada personal komputer untuk melihat apakah terdapat kesalahan
pada pengkodean jawaban & memastikan data yg dimasukkan siap buat dianalisis

4.8.2 Analisis Univariat


Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan/menggambarkan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. Umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel (Notoatmojo,
2018). Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan
presentase dari variabel bebas yaitu parenting stress sedangkan variabel terikat
yaitu kekerasan verbal pada anak usia sekolah karena data berjenis kategorik.

Tabel 4.1 Analisis Univariat


No. Variabel Jenis Data Analisis
Variabel bebas
1. Parenting stress Kategorik Distribusi Frekuensi
Variabel terikat
1. Kekerasan verbal pada Kategorik Distribusi Frekuensi
anak usia sekolah

4.8.3 Analisis bivariat


Ketika analisis univariat dilakukan, hasil karakteristik atau distribusi antar
variabel diketahui dan analisis bivariat dilanjutkan. Analisis bivariat dilakukan
pada dua variabel yang seharusnya berhubungan atau berkorelasi (Notoatmojo,
2018). Pada penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel bebas maupun
terikat. Variabel yang diteliti keduanya merupakan jenis data kategorik sehingga
didalam penelitian ini, uji yang akan digunakan yaitu uji Chi Square. Dalam
penelitian ini variabel bebas yaitu parenting stress sedangkan variabel terikat
yaitu kekerasan verbal pada anak usia sekolah.

3
Tabel 4.2 Analisis Bivariat
No. Variabel Variabel Terikat Jenis Data Uji
Bebas
1. Parenting stress Kekerasan verbal Kategorik – Kategorik Chi Square
pada anak usia
sekolah

Di dalam penelitian ini untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat yang digunakan yaitu uji statistik sebagai berikut:
4.8.3.1 Uji chi-square
Uji chi-square bertujuan untuk menguji perbedaan persentase antara dua atau
lebih kelompok (sampel). Uji chi-square membutuhkan beberapa kondisi yang
harus dipenuhi. Artinya, sampel / kelompok harus terikat dan sifat data harus
terkait secara kategoris (Hastono, 2016).

Data yang diperoleh diuji dengan chi-square jika memenuhi persyaratan uji chi-
square. Persyaratan untuk uji chi-kuadrat adalah bahwa nilai yang diharapkan
tidak boleh kurang dari 5. Jika kondisi uji chi-square tidak terpenuhi, uji
alternatif, uji eksak Fisher, digunakan. Kedua variabel yang diuji dikatakan
berhubungan signifikan jika p-value kurang dari 0,05 pada tingkat kepercayaan
95% (Sugiyono, 2014).

Interpretasi chi square adalah sebagai berikut:


Keputusan untuk menguji kemaknaan digunakan batas kemaknaan sebesar 5% (
= 0,05):
a. Bila p-value ≤ 0,05, maka Ho ditolak yang artinya data sampel mendukung
adanya perbedaan bermakna (signifikan).
b. Bila p-value > 0,05, maka Ho tidak ditolak yang artinya data sampel
tidak mendukung adanya perubahan yang bermakna.

3
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis menyajikan hasil penelitian mengenai ―Hubungan Parenting
Stress dengan Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Sekolah Di Mada Pandemi
Covid-19 Di SDN Paseban 11 Pagi‖
5.1 Analisis Univariat
Hasil analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-
masing variabel yang diteliti. Artinya, variabel bebas dalam penelitian ini adalah
parenting stress dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kekerasan verbal
pada anak usia sekolah di masa pandemi. Jumlah responden yang bersedia
sebanyak 150 orang di SDN Paseban 11 pagi, Jakarta Pusat. Hasil analisis
univariat dalam penelitian ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

Tabel 5.1 Analisis Univariat


Distribusi responden berdasarkan karakteristik responden. Parenting stress dan kekerasan
verbal pada anak usia sekolah di masa pandemic Covid-19 (n=150)

Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)


Jenis kelamin Laki-laki 36 24.0 (100.0)
Perempuan 114 76.0 (100.0)

Pendidikan SD-SMP 69 46.0 (100.0)


SMA-Perguruan Tinggi 81 54.0 (100.0)

Pendapatan Dibawah UMR 130 86.7 (100.0)


Diatas UMR 20 13.3 (100.0)

Parenting stress Tidak stress 78 52.0 (100.0)


Stress 72 48.0 (100.0)

Kekerasan verbal pada Tidak melakukan 76 50.7 (100.0)


anak usia sekolah di Melakukan 74 49.3 (100.0)
masa pandemi

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa karakteristik responden sebagian besar


adalah perempuan sebanyak 114 orang (76.0%), dengan tingkat pendidikan tinggi
yaitu SMA-Perguruan Tinggi sebanyak 81 orang (54.0%), dengan pendapatan di

3
bawah UMR sebanyak 130 orang (86.7%), sebagian besar orang tua yang tidak
mengalami parenting stress sebanyak 78 orang (52.0%), serta tidak melakukan
kekerasan verbal terhadap anak usia sekolah di masa pandemi sebanyak 76 orang
(50.7%).

5.2 Analisis Bivariat

Uji korelasi bivariat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Chi
square yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu
parenting stress dan variabel terikat pada penelitian ini yaitu kekerasan verbal
pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 Pagi,
Jakarta Pusat yang berbentuk data kategorik dengan kategorik

Tabel 5.2 Analisis Bivariat


Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Sekolah Di Masa
Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban 11 Pagi, Jakarta Pusat (n=150)

OR P
Kekerasan Verbal (95% CI) Value
Parenting Total
Tidak Melakukan
stress melakukan
N (%) N(%) N (5%)
Tidak stress 64 (82,1%) 14 (17,9%) 78 22,857 0,000
(100,0%) (9,792-53,354)
Stress 12 (16,7%) 60 (83,3%) 72

Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh proporsi kejadian kekerasan verbal pada anak usia
sekolah di masa pandemi Covid-19 lebih banyak terjadi pada orang tua yang
mengalami stress yaitu sebanyak 83,3%. Hasil uji chi square diperoleh nilai P =
0,000 (α<0,05) maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak usia
sekolah. Dari hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai OR = 22,857 (95% CI =
9,792-53,354) dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa orang tua yang
mengalami stress mempunyai peluang (beresiko) 22 kali untuk melakukan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi.

4
BAB VI

PEMBAHASA

Pada bab ini penulis akan membahas hubungan antara variabel bebas mengenai
parenting stress dan variabel terikat kekerasan verbal pada anak usia sekolah di
masa pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 pagi, Jakarta Pusat.

6.1 Hasil Analisis Univariat


6.1.1 Jenis Kelamin
Dari hasil analisis univariat pada penelitian ini sebagian besar responden adalah
perempuan yaitu sebanyak 114 orang (76.0%), di bandingkan dengan responden
laki-laki yaitu sebanyak 36 orang (24.0%). Hasil ini sejalan dengan penelitian
Fikrie & Hermina (2022) dengan judul stress pengasuhan pada orang tua di masa
pandemi Covid-19 dengan sampel sebanyak 82 orang, diperoleh hasil bahwa
orang tua yang berjenis kelamin perempuan atau berperan sebagai ibu lebih
banyak dengan jumlah 70 orang (85,36 %) dibanding orang tua berjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 12 orang (16,7%).

Sesuai dengan penelitian Fatwikiningsih & Fajriyah (2021) yang berjudul


perbedaan pola hubungan antara orang tua dan anak usia dini ditinjau dari tingkat
stress pengasuhan pada masa pandemi Covid-19, dengan sampel sebanyak 145
orang yaitu lebih banyak responden yang berjenis kelamin perempuan 92 orang,
dan berjenis kelamin laki-laki hanya 53 orang.

Penelitian Fitriana et al., (2015) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan


dengan perilaku orang tua dalam melakukan kekerasan verbal terhadap anak usia
sekolah, dengan sampel sebanyak 76 orang sebagian besar berjenis kelamin
perempuan yaitu 49 orang, dan laki-laki sebanyak 27 orang.

Menurut Ronny Tri Wirasto seorang pakar kejiwaan di Universitas Gajah Mada,
mengemukakan bahwa orang yang berjenis kelamin wanita berperan sebagai ibu

4
dan memiliki waktu yang lebih banyak dalam hal mengasuh anak di rumah akan
lebih rentan mengalami stress dibandingkan laki-laki. Hal tersebut disebabkan
oleh emosional yang berubah-ubah dan tidak memperhatikan kesehatan fisik
secara umum sehingga rentan mengalami stress (Ika, 2020).

Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa selama


pandemi Covid-19 yang mendampingi anak belajar di rumah mayoritas adalah
berjenis kelamin perempuan atau ibu. Karena jumlah responden perempuan lebih
tinggi dibanding responden laki-laki.

6.1.2 Tingkat Pendidikan


Dari hasil analisis univariat tingkat pendidikan responden sebagian besar
berpendidikan tinggi yaitu SMA-Perguruan Tinggi sebanyak 81 orang (54.0%),
dan berpendidikan rendah SD-SMP sebanyak 69 orang (46.0%). Hasil ini sesuai
dengan penelitian Ma’mun & Prameswarie (2016) yang berjudul hubungan pola
asuh keluarga dengan parenting stress pada orang tua anak tunagrahita dengan
sampel sebesar 44 orang, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden orang
tua memilki pendidikan tinggi yaitu SMA-Perguruan Tinggi sebanyak 36 orang
(81,7%), dan berpendidikan rendah sebanyak 8 orang (18,2%).

Sesuai dengan penelitian Mamesah & Katuuk (2018) yang berjudul hubungan
verbal abuse orang tua dengan perkembangan kognitif pada anak usia sekolah di
SD Inpres Tempok dengan sampel sebanyak 30 orang, diperoleh hasil bahwa
orang tua yang berpendidikan tinggi sebanyak 73,3% dan yang berpendidikan
rendah hanya 26,7%.

Menurut teori M. Siregar Hutagalung (2019) tingkat pendidikan seseorang yang


tinggi memiliki kecenderungan tingkat stress psikologis yang tinggi pula. Hal
tersebut dapat diperoleh dari lingkungan dan beban pekerjaan seseorang. Maka
berdasarkan pembahasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pada saat

4
masa pandemi banyak orang tua dengan berpendidikan tinggi yang rentan
mengalami stress dan cenderung akan melakukan kekerasan verbal pada anaknya.

Berdasarkan pembahasan di atas peneliti dapat berasumsi bahwa tingkat


pendidikan orang tua mayoritas adalah tinggi dikarenakan penelitian ini dilakukan
di pusat ibu kota yang sudah tersedia banyak sarana prasaran pendidikan dan
mudah di jangkau.

6.1.3 Pendapatan
Dari hasil analisis univariat sebagian besar responden memiliki pendapatan di
bawah UMR yaitu sebanyak 130 orang (86.7%), dan berpenghasilan di atas UMR
sebanyak 20 orang (13.3%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Januwarsih &
Triastuti (2020) yang berjudul hubungan antara tingkat pendidikan, pendapatan,
salat tahajud dan rekreasi dengan stress orang tua dari penderita autis dengan
jumlah sampel sebanyak 55 orang diperoleh bahwa sebagian besar responden
orang tua memilki pendapatan rendah sebanyak 46 orang (55,2%) dan
berpenghasilan tinggi sebanyak 9 orang (15,4%).

Sesuai dengan penelitian Vega et al., (2019) yang berjudul pengaruh pola asuh
dan kekerasan verbal terhadap kepercayaan diri dengan sampel sebanyak 106
orang, diperolah bahwa sebagian besar orang tua berpenghasilan rendah yaitu
sebanyak 85 orang, dan yang berpenghasilan tinggi sebanyak 21 orang.

Penelitian Barroso et al., (2016) yang berjudul psychometric Properties of the


Parenting Stress Index-Short Form (PSI-SF) in a High-Risk Sample of Mothers
and their Infants dengan sampel sebanyak 58 orang, diperoleh bahwa sebanyak 35
orang memiliki penghasilan rendah dan sebanyak 23 orang memiliki penghasilan
tinggi.

Penelitian ini bertolak belakang dengan jurnal Junaedi & Salistia, (2020) bahwa di
masa pandemic Covid-19 banyak orang yang terdampak sehingga penghasilan nya

4
menurun bahkan mengalami kebangkrutan. Namun disisi lain dari penurunan
ekonomi tersebut dalam rumah tangga, kebanyakan seorang wanita atau ibu yang
memegang keuangan sehingga dapat dikelola dengan baik dan tidak
mempengaruhi pikiran atau dijadikan beban yang berakhir memperlakukan anak
dengan kasar.

Menurut Notoatmodjo (2012), status ekonomi sangat mempengaruhi kualitas


hidup seseorang, karena pendapatan tergantung pada status kesehatannya.
Kemampuan untuk memperoleh pendapatan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari
merupakan ukuran keterjangkauan pelayanan kesehatan dan kesediaan untuk
menghadapi berbagai macam masalah kehidupan. Berdasarkan pembahasan di
atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa saat masa pandemi Covid-19 banyak
yang terdampak sehingga memiliki pendapatan rendah dan sulit memenuhi
kebutuhan sehari-hari yang dapat berpengaruh terhadap pola asuh orang kepada
anaknya.

Berdasarkan pembahasan di atas peneliti dapat berasumsi bahwa orang tua yang
memiliki penghasilan rendah namun dapat mengelola keuangan dengan baik,
maka dengan mudah mengontrol situasi dan keadaan yang di alaminya sehingga
dapat terhindar dari stress.

6.1.4 Parenting stress


Dari hasil analisis univariat responden sebagian besar sebanyak 78 orang (52.0%)
tidak mengalami stress dan responden yang mengalami stress sebanyak 72 orang
(48.0%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Fatwikiningsih & Fajriyah (2021)
yang berjudul perbedaan pola hubungan antara orang tua dan anak usia dini
ditinjau dari tingkat stress pengasuhan pada masa pandemi Covid-19, dengan
sampel sebanyak 145 orang yaitu sebanyak 42 orang (89.4%) yang mengalami
stress ringan, 99 orang mengalami stress sedang, dan stress tinggi hanya sebanyak
2 orang (18,2%) selama pandemi dan mengasuh anak.

4
Sesuai dengan penelitian Calvano et al., (2021) yang berjudul Families in the
Covid-19 pandemic: parental stress, parent mental health and the occurrence of
adverse childhood experiences-results of a representative survey in Germany
dengan sampel sebanyak 66 orang diperoleh bahwa, sebagian besar orang tua
tidak mengalami stress sebanyak 37 orang dan yang mengalami stress sebanyak
29 orang.

Penelitian Operto et al., (2022) yang berjudul Impact of Covid-19 Pandemic on


Children and Adolescents with Neuropsychiatric Disorders:
Emotional/Behavioral Symptoms and Parental Stress dengan sampel sebanyak
383 orang, diperoleh bahwa sebanyak 258 tidak mengalami stress, dan sebanyak
125 orang mengalami stress.

Penelitian ini bertolak belakang dengan Nurhidayah et al., (2022) yang berjudul
Tingkat stres pengasuhan pada orang tua selama masa pandemi
coronavirus disease (Covid-19) yaitu menunjukkan bahwa stress selama
pengasuhan berkategori tinggi sebesar 89.9% dan stres pengasuhan berkategori
rendah sebesar 10,1%.

Secara teori stress pengasuhan menyebabkan pengasuhan orang tua yang tidak
berfungsi untuk anak-anak dan tanggapan orang tua yang tidak tepat ketika
menghadapi konflik dengan anak-anak. Respon stres terjadi ketika orang tua
merasa bahwa tuntutan dinamika peran pengasuhan mereka tidak seimbang
dengan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi peran itu (Riadi, 2021).

Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa orang tua


selama pandemi mayoritas masih menyanggupi akan peran nya sebagai pengasuh
anak belajar di rumah. Sehingga orang tua dapat mengontrol emosi dan tidak
mengalami stress dalam pengasuhan.

4
6.1.5 Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi
Dari hasil analisis univariat sebagian besar responden tidak melakukan kekerasan
verbal sebanyak 76 orang (50.7%), dan yang melakukan kekerasan verbal
sebanyak 74 orang (49.3%). Hasil ini sejalan dengan penelitian Agustin (2019)
yang berjudul hubungan kekerasan verbal orang tua dengan perkembangan
Kognitif Anak dengan sampel sebanyak 32 orang yaitu orang tua yang tidak
melakukan kekerasan verbal sebanyak 25 orang (78,1%) dan yang melakukan
sebanyak 7 orang (21,9%).

Sesuai dengan penelitian Ashy et al., (2020) yang berjudul childhood


maltreatment, limbic dysfunction, resilience, and psychiatric symptoms dengan
sampel sebanyak 439 orang diperoleh bahwa sebagaian besar responden tidak
melakukan kekerasan 282 orang dan sebanyak 157 orang melakukan kekerasan.

Penelitian ini bertolak belakang dengan Zadriana et al., (2021) dengan judul
hubungan kekerasan verbal orang tua dengan kepercayaan diri siswa di kabupaten
Aceh Barat Daya yaitu diperoleh hasil bahwa orang tua yang melakukan
kekerasan verbal dalam kategori tinggi sebanyak 38 siswa (55,9%).

Secara teori menurut Erly O. Malelak (2022) sebagian besar tindakan kekerasan
terhadap anak terjadi karena orang tua mengalami tingkat stres yang tinggi, yang
menjadi penyebab utama kemarahan, ketidaksabaran, dan kemarahan ringan
ketika menghadapi berbagai bentuk masalah yang ada semakin meningkat. Situasi
ini diperparah dengan fakta bahwa korbannya adalah anak-anak. Begitu pula
sebaliknya jika orang tua tidak mengalami stress maka tidak terjadi kekerasan
terhadap anak.

Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa mayoritas


orang tua lebih banyak yang tidak melakukan kekerasan terhadap anaknya karena
tidak mengalami stress selama pengasuhan berlangsung.

4
6.2 Hasil Analisis Bivariat
6.2.1 Hubungan Antara Parenting Stress Dengan Kekerasan Verbal Pada
Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi
Hasil penelitian ini dari perhitungan statistik menggunakan uji Chi-Square dan α
= 0,05 diperoleh nilai p-value = 0,000 yang dapat diartikan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara parenting stress dengan kekerasan verbal pada
anak usia sekolah di masa pandemi.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Humaira (2020) yang berjudul pengaruh
parenting stress terhadap tindakan kekerasan kepada anak dengan sampel
sebanyak 567 orang, diperoleh dari hasil analisis koefisien determinasi (R2)
faktor kekerasan orang tua terhadap anak, fisik dan kekerasan psikologis diberikan
oleh koefisien korelasi diperoleh nilai R2 = 0,102 atau 10,2%, artinya ada
pengaruh parental parenting stress kecenderungan orang tua untuk menggunakan
kekerasan terhadap anak sebanyak 10,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
sebesar 89,8% yang tidak diteliti, hal ini menunjuk bahwa pada stress pengasuhan
sebanyak 68,7% cenderung melakukan kekerasan.

Sesuai dengan penelitian Maghfiroh & Wijayanti (2021) yang berjudul parenting
stress dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19
dengan sampel sebanyak 102 orang, diperoleh bahwa orang tua memiliki
parenting stress termasuk dalam kategori stres rendah dengan kekerasan verbal
rendah 42 responden (89.4%), stress sedang dengan kekerasan verbal sedang 8
responden (18.2%), dan stress tinggi dengan kekerasan verbal tinggi 3 responden
(27.3%). Dengan hasil uji uji statistik kendall tau didapatkan hasil p-value 0.001
yang artinya ada hubungan signifikan antara parenting stress dengan kekerasan
verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19.

Menurut teori ketidakmampuan orang tua dalam menghadapi stres membuat


mereka lebih mudah melakukan tindakan kekerasan terhadap anaknya, yang pada
akhirnya berdampak negatif pada perkembangan kepribadiannya. Selain itu,

4
mereka mungkin merasa tidak berhasil atau frustrasi dengan tanggung jawab
pengasuhan mereka. Bahkan tanpa adanya kekerasan, stres orang tua yang
dikelola dengan buruk dapat membuat hubungan orang tua-anak menjadi tegang
(Lestari, 2016).

Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa meskipun angka


stress terhadap orang tua rendah tetapi masih adanya hubungan yang erat antara
parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah.

6.3 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan penelitian ini merupakan kelemahan yang peneliti hadapi dalam
melakukan penelitian yang peneliti temui. Meskipun penelitian ini dilakukan
sesuai dengan prosedur ilmiah, namun masih memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Pada penelitian ini terdapat keterbatasan dari sisi variabel dikarenakan
kekerasan verbal pada anak tidak hanya disebabkan oleh parenting stress akan
tetapi terdapat faktor yang dapat menyebabkan kekerasan verbal. Faktor-faktor
tersebut antara lain seperti kondisi ekonomi, status perkawinan, riwayat
kekerasan verbal pada orang tua, dan kondisi lingkungan sekitar.
2. Pada penelitian ini terdapat keterbatasan di bagian kuesioner, yaitu terlalu
banyaknya jumlah item pertanyaan.

4
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Kesimpulan ini dibuat berdasarkan tujuan khusus dan hasil penelitian beserta
analisis univariat dan analisis bivariat dari jumlah responden sebanyak 150 orang
yang meneliti tentang ―Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal
Pada Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban 11 Pagi,
Jakarta Pusat‖ pada tahun 2022. Maka dari itu peneliti mengambil kesimpulan
bahwa:
1. Responden dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin perempuan
76.0%, dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu SMA-Perguruan Tinggi 54.0%,
dengan pendapatan di bawah UMR 86.7%.
2. Orang tua murid di SDN Paseban 11 pagi yang mengalami parenting stress
sebanyak 48%.
3. Orang tua murid di SDN Paseban 11 pagi yang melakukan kekerasan verbal
pada anak sebanyak 49,3%.
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara parenting stress dengan kekerasan
verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11
pagi Jakarta pusat, dengan perolehan nilai p-value 0,000 (< α 0,05).

7.2 Saran
7.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
bagi profesi keperawatan agar lebih meningkatkan perhatian terhadap adanya
tanda-tanda kekerasan fisik meskipun verbal pada anak dan adanya ciri parenting
stress.

7.2.1 Bagi Orang Tua


Orang tua dalam mengasuh anak harus dengan kondisi stabil dan tidak stress
sehingga dapat terhindar dari tindakan kekerasan terhadap anak.

4
7.2.3 Bagi Anak Usia Sekolah
Menjadi seorang anak harus memiliki sikap penurut terhadap orang tua, agar
terhindar dari kekerasan fisik maupun verbal jika orang tua merasakan stress
akibat perilaku anak yang tidak baik.

7.2.4 Bagi Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah dasar yang belum memiliki ruangan
khusus dengan pendampingan konseling. Saya berharap kedepannya sekolah
dapat menyediakan tempak seperti bimbingan konseling yang bertujuan untuk
lebih memperhatikan siswa nya dalam hal belajar maupun sikap yang perlu
diberikan bimbingan.

7.2.5 Bagi Penelitian Selanjutnya


Penelitian ini bisa digunakan sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya untuk
mengembangkan penelitian yang telah ada dengan variabel-variabel lainnya.
Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi parenting stress yang mengakibatkan kekerasan verbal pada anak.
Seperti variabel ekonomi, status perkawinan, riwayat kekerasan verbal pada orang
tua, dan kondisi lingkungan sekitar.

4
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, N. D. (2019). Hubungan Kekerasan Verbal Orang Tua Dengan


Perkembangan Kognitif Anak. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.

Alligood, M. R. (2014). Nursing Theorists And Their Work-eighth edition. In


Nursing Theorist (Vol. 8).

Ardiansyah, A. S. E. P. D. (2021). Pola Asuh Di Dalam Tauhid (V. Tutuarima


(ed.); 1st ed.). Orbit Indonesia.

Arifin, J. (2017). SPSS 24 Untuk penelitian dan Skripsi. Gramedia.

Armiyanti, I., Aini, K., & Apriana, R. (2017). Pengalaman Verbal Abuse Oleh
Keluarga Pada Anak Usia Sekolah Di Kota Semarang. Jurnal
Keperawatan Soedirman, 12(1), 12.

Aryani, A. A. (2021). Kajian Kekerasan Terhadap Anak Perempuan Melalui


Focus Group Discussion. Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-
Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, 13(1), 77–92.

Ashy, M., Yu, B., Gutowski, E., Samkavitz, A., & Malley-Morrison, K. (2020).
Childhood Maltreatment, Limbic Dysfunction, Resilience, and Psychiatric
Symptoms. Journal of Interpersonal Violence, 35(1–2), 426–452.

Barroso, N. E., Hungerford, G. M., Garcia, D., Graziano, P. A., & Bagner, D. M.
(2016). Psychometric properties of the parenting stress index-short form
(PSI-SF) in a high-risk sample of mothers and their infants. Psychological
Assessment, 28(10), 1331–1335.

Brassard, M. R., & Boehm, A. E. (2008). Pre school Assessment (U. S. of


Amerika (ed.)). The Guilford Press.

Brown, S. M., Doom, J. R., Pena, S. L., Watamura, S. E., & Koppels, T. (2020).
Since January 2020 Elsevier has created a Covid-19 resource centre with
free information in English and Mandarin on the novel coronavirus Covid-
19 . The Covid-19 resource centre is hosted on Elsevier Connect , the
company ’ s public news and information. Child Abuse & Neglect, 110(2),
104699.

Calvano, C., Engelke, L., Di Bella, J., Kindermann, J., Renneberg, B., & Winter,
S. M. (2021). Families in the Covid-19 pandemic: parental stress, parent
mental health and the occurrence of adverse childhood experiences—
results of a representative survey in Germany. European Child and
Adolescent Psychiatry, 0123456789.

5
Dyah, P., Lestari, A., & Ediati, A. (2020). Masa pandemi covid -19. 270–276.

Erly O. Malelak. (2022). Menulis tentang merdeka belajar (Delsylia Tresnawaty


Ulfi (ed.); 2nd ed.). CV Budi utama.

Fatwikiningsih, N., & Fajriyah, L. (2021). Perbedaan Pola Hubungan antara


Orang Tua dan Anak Usia Dini Ditinjau dari Tingkat Stres Pengasuhan
pada Masa Pandemi Covid-19. Journal Ashil: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 1(1), 20–36.

Fikri, M., Ananda, M. Z., Faizah, N., Rahmani, R., Elian, S. A., & Suryanda, A.
(2021). Kendala Dalam Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi
Covid-19: Sebuah Kajian Kritis. 9(1), 145–148.

Fikrie, & Hermina, C. (2022). Stres Pengasuhan pada Orang Tua di Masa
Pandemi Covid-19. Prosiding Temilnas IPS 2021, 138–147
.
Fitriana, Y., Pratiwi, K., & Sutanto, A. V. (2015). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Melakukan Kekerasan
Verbal Terhadap Anak Usia Pra-Sekolah. Jurnal Psikologi Undip, 14(1),
81–93.

Hastono. (2016). Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Rajawali.

Haunika Wati. (2019). Pengaruh Kekerasan Verbal Terhadap Kepercayaan Diri


Anak Usia 4-6 Tahun Di Desa Talang Rio Kecamatan Air Rami
Kabupaten Mukomuko. In Fakultas Tarbiyah dan Tadris.

Humaira, M. (2020). Pengaruh Parenting Stres Terhadap Tindakan Kekerasan


kepada Anak. Skripsi, 1–84.

Huraerah, A. (2018). kekerasan terhadap anak (M. A. Elwa (ed.); IV). Penerbit
nuansa cendekia.

Ika. (2020, May). Pakar Kejiwaan UGM Jelaskan Mengapa Wanita Rentan Stres.
Universitas Gajah Mada, 1.

Januwarsih, S., & Triastuti, N. J. (2020). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan,


Pendapatan, Salat Tahajud dan Rekreasi dengan Stres Orang Tua dari
Penderita Autis. 42(October), 444–456.

Junaedi, D., & Salistia, F. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara Terdampak. In Simposium
Nasional Keuangan Negara (pp. 995–1115).

5
Kemenpppa. (2019). Panduan Penanganan Kasus Anak Multidisplin.

Khaulani, F., S, N., & Irdamurni, I. (2020). Fase Dan Tugas Perkembangan Anak
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), 51.

Kurniasari, A. (2019). Dampak Kekerasan Pada Kepribadian Anak. Sosio


Informa, 5(1), 15–24.

Lestari. (2016). Verbal Abuse: Dampak Buruk dan solusi penanganan pada anak.
Psikosain.

Lestari, S. (2012). Psikologi Keluarga Penanaman Nilai & Penanganan Konflik


dalam Keluarga. Prana Media Group.

Lestari, S. (2016). Psikologi keluarga: Penanaman Nilai Dan Penanganan konflik


dalam keluarga (Suwito (ed.); 1st ed.). Kencana.

Luthfiyah, & Fitrah. (2017). Metodelogi Penelitian: Penelitian Kualitatif,


Tindakan Kelas & Studi Kasus (Cetakan pe).

M. Siregar Hutagalung. (2019). Panduan Lengkap Stroke (Qorry Aina abata (ed.);
1st ed.). Penerbit Nusa Media.

Ma’mun, A., & Prameswarie, T. (2016). Hubungan Pola Asuh Keluarga gengan
Parenting Stress pada Orangtua Anak Tunagrahuta di Yayasan Pembinaan
Anak Cacat Palembang. Syifa’ Medika: Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 7(1), 45.

Maghfiroh, L., & Wijayanti, F. (2021). Parenting Stress Dengan Kekerasan


Verbal Pada Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada, 12(2), 187–193.

Mahmud, B. (2019). Kekerasan Verbal pada Anak. Jurnal An Nisa’, 12(2), 689–
694.

Mamesah, A., & Katuuk, M. (2018). Hubungan Verbal Abuse Orang Tua Dengan
Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Sekolah Di Sd Inpres Tempok
Kecamatan Tompaso. Jurnal Keperawatan, 6(2), 1–6.

Mardia, R. (2018). infodatin (pusat data informasi kementrian kesehatan RI


kekerasan terhadap anak dan remaja (p. 11).

Masturoh & anggita. (2018). metodologi penelitian kesehatan.

Mendikbudristek Nomor 2 Tahun 2022. (2022). Terbitkan Surat Edaran,


Kemendikbudristek Setujui PTM Terbatas 50 Persen di Wilayah Ppkm

5
Level 2. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Mubarak, KK, I. F. J., Maisyarah, & Handayani, R. (2022). Teori Keperawatan


Komunitas (R. Wantrianthos (ed.); 1st ed.). Yayasan Kita Menulis.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.

Nur. (2022). Dinamika Karier Dan Pernikahan Pada Perkembangan Masa


Dewasa (T. Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia Penulis (ed.); 1st
ed.). CV. Bintang Semesta Media.

Nurhannifah Rizky Tampubolon, Widiyanto, B., & Andriany, M. (2021).


Falsafah Dan Teori Keperawatan (Tahta Media (ed.); 1st ed.). CV. Tahta
Media Group.

Nurhidayah, I., Rahmah, A. N., Mulya, A. P., & Hidayati, N. O. (2022). Tingkat
stres pengasuhan pada orang tua selama masa pandemi coronavirus
disease ( Covid-19 ). 16(2), 109–117.

Nursalam. (2016). metode penelitian ilmu keperawatan. salemba medika.

Operto, F. F., Coppola, G., Vivenzio, V., Scuoppo, C., Padovano, C., de Simone,
V., Rinaldi, R., Belfiore, G., Sica, G., Morcaldi, L., D’onofrio, F., Olivieri,
M., Donadio, S., Roccella, M., Carotenuto, M., Viggiano, A., & Pastorino,
G. M. G. (2022). Impact of COVID-19 Pandemic on Children and
Adolescents with Neuropsychiatric Disorders: Emotional/Behavioral
Symptoms and Parental Stress. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 19(7), 1–14.

P2PTM Kemenkes RI. (2020). Apakah yang di maksud stress itu ? Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Panghela, M. M., Avianti, N., Muttaqin, Z., & Bandung, P. K. (2020). Gambaran
Parenting Stress Pada Primipara : Studi. 1(1), 135–143.

Purba, D. H. (2021). Kesehatan Mental (J. Simamrmata (ed.); 1st ed.). Yayasan
Kita Menulis.

R. Gilang. K. (2020). Pelaksanan pembelajaran daring di era covid-19 (Lutfi


Nurtika (ed.); 1st ed.). Lutfi Gilang.

Riadi, M. (2021). Stres Pengasuhan (Parenting Stress) - Pengertian, Aspek, dan


Faktor Penyebab.

5
Satgas penangan covid-19. (2022, March 21). data sebaran covid-19 global dan
indonesia. Kementrian/Lembaga.

Shofiyah, A., Nusaibah, I. B., & Fauziah, P. Y. (2021). Parenting Disorder Era
Pandemi Covid-19 : Dampak pada Penerapan Pengasuhan. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 1461–1471.

Siantoro, A., Prihadi, C., Tambunan, E., & Malino, T. (2020). Pandemi COVID-
19 dan Pengaruhnya Terhadap Anak Indonesia : Sebuah Penilaian
Cepat Untuk Inisiasi Pemulihan Awal. 1–16.

Siregar, D., Pakpahan, M., Togatorop, L. B., Manurung, E. I., Sitanggang, Y. F.,
Umara, A. F., & Marlyn, R. (2021). Pengantar Proses Keperawatan:
Konsep, Teori dan Aplikasi (A. Karim (ed.); cetakan ke). Yayasan Kita
Menulis.

Siyoto, S. (2015). Dasar metodologi penelitian (Ayup (ed.); cetakan pe). Literasi
Media Publishing.

Sri Lestari. (2016). Psikologi keluarga: Penanaman nilai dan penanganan konflik
dalam keluarga. Prenada media.

Strathearn, L., Giannotti, M., Mills, R., Kisely, S., Najman, J., & Abajobir, A.
(2020). Long-term Cognitive, Psychological, and Health Outcomes
Associated With Child Abuse and Neglect. Pediatrics, 146(4).

Subagia, I. N. (2021). Pola Asuh Orang Tua: Faktor, implikasi terhadap


perkembangan karakter anak (V. Priya (ed.); 1st ed.). Nila Cakra.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif


Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Suyadi, & Selvi, I. D. (2022). Online learning and child abuse: the COVID-19
pandemic impact on work and school from home in Indonesia. Heliyon,
8(1), e08790.

Swedo, E. (2020). Trends in U.S. Emergency Department Visits Related to


Suspected or Confirmed Child Abuse and Neglect Among Children and
Adolescents Aged <18 Years Before and During the Covid-19 Pandemic.
3.

Utama, L. J., & Demu, Y. D. B. (2021). Dasar-Dasar Penanganan Gizi Anak


Sekolah (R. Rerung R. (ed.)). Media Sains Indonesia.

Vega, A. De, Hapidin, H., & Karnadi, K. (2019). Pengaruh Pola Asuh dan
Kekerasan Verbal terhadap Kepercayaan Diri (Self-Confidence). Jurnal

5
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 433.

Yoo, S. Y. (2019). The Impact of Immigrant Parental Stress on the Risk of Child
Maltreatment among Korean Immigrant Parents. Journal of Child and
Adolescent Trauma, 12(1), 49–59.

Zadriana, D., Mulyatina, & Nanda, D. (2021). Hubungan Kekerasan Verbal Orang
Tua dengan Kepercayaan Diri Siswa di SMP Negeri 1 Setia Kabupaten
Aceh Daya. Jurnal Aceh Medika, Vol.5, No., 130–135.

5
Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Nama : Arvella Fatharani


NIM : 1032181029
Alamat : Jl. Paseban Timur IX rt 10 rw 03
Judul Penelitian : Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal Pada
Anak Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban
11 pagi

Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas


Kesehatan Universitas MH. Thamrin. Saat ini peneliti sedang melakukan
penelitian sebagai tugas akhir yang berjudul ―Hubungan Parenting Stress dengan
Kekerasan Verbal Pada Anak Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN
Paseban 11 pagi‖. Latar belakang dari penelitian ini adalah terdapat pada orang
tua yang mengalami stress pada saat mendampingi anak nya belajar di rumah
selama pandemi hingga terjadi kekerasan verbal yang di lakukan secara sadar
ataupun tidak di sadari terhadap anak. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui adanya hubungan stress dalam pengasuhan dengan kekerasan
verbal yang di lakukan pada anak. Alasan peneliti memilih orang tua (ibu/bapak)
untuk menjadi responden karena orang tua yang mengalami stress selama
pembelajaran dari rumah.

Tata cara dalam penelitian ini adalah dengan mengisi lembar kuisioner yang sudah
disediakan oleh peneliti dan responden diperbolehkan bertanya mengenai
pertanyaan yang ada didalam kuesioner jika ada pertanyaan yang tidak dapat di
pahami. Responden diminta ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden
dalam penelitian ini adalah secara sukarela. Responden berhak menolak
berpartisipasi dalam penelitian ini jika merasa tidak nyaman. Manfaat bagi
responden jika mengikuti penelitian ini dapat dijadikan gambaran tentang stress

5
yang di alami orang tua dalam mengasuh anak sehingga terjadi kekerasan verbal
pada anak dan dapat mengontrol stress agar tidak berdampak pada tumbuh
kembang anak.

Segala informasi yang responden berikan akan digunakan sepenuhnya hanya


dalam penelitian ini. Peneliti sepenuhnya akan menjaga kerahasiaan identitas
responden dan tidak di publikasikan dalam bentuk apapun. Jika ada yang belum
mengerti mengenai informed consent ini responden boleh bertanya pada peneliti.
Bagi responden yang ikut serta dalam penelitian ini akan diberikan suvenir
sebagai tanda terimakasih atas partisipasi dan keikutsertaan responden dalam
penelitian ini. Jika responden sudah memahami penjelasan ini dan bersedia
berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan responden menandatangani lembar
persetujuan yang akan dilampirkan. Adapun jika terdapat hal yang ingin
dikonfirmasi pada penelitian ini dapat menghubungi peneliti (No. Hp
081218641600). Demikian yang dapat saya sampaikan saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

Arvella Fatharani

5
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Orang tua :
Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan


oleh: Nama : Arvella Fatharani
NIM 1032181029
Alamat : Jl. Paseban Timur IX rt 10 rw 03
Judul Penelitian : Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan
Verbal Pada Anak Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban 11
pagi

Saya bersedia untuk mengisi kuisioner yang sudah disediakan oleh peneliti demi
kepentingan penelitian. Dengan ketentuan, hasil pemeriksaan akan dirahasiakan
dan hanya semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Demikian surat
pernyataan ini saya sampaikan, agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Juli 2022

Responden

5
Lampiran 3

KUESIONER A
Kode responden

Diisi oleh peneliti


Tanggal Pengisian :....................................
Inisial Nama :....................................

Petunjuk pengisian:
Berilah jawaban dengan tanda (√) pada setiap pertanyaan/pernyataan dalam
kuesioner ini sesuai dengan keadaan yang sebenarya.

Informasi responden
Jenis Kelamin orang tua : Laki-laki
Perempuan

Tingkat pendidikan : SD
Orang tua SMP
SMA
Perguruan tinggi
Pendapatan : < Rp 3.000.000,00

Rp 3 – 4 .000.000

> Rp 4.000.000,00

5
KUESIONER B

Petunjuk pengisian :
3. Bacalah setiap pertanyaan dengan saksama
4. Pilih jawaban pertanyaan sesuai keadaaan yang sebenarnya dengan
memberikan tanda (√) pada alternative jawaban

JAWABAN
SS S N TS STS
NO PERTANYAAN (sangat (setuju) (netral) (tidak (sangat
setuju) setuju) tidak
setuju)
1. Saya merasa belum bisa
menangani permasalahan
mengenai anak saya dengan
baik
2. Saya merasa terbebani dengan
tanggung jawab saya sebagai
orang tua
3. Sejak memiliki anak, saya
merasa bahwa saya hampir
tidak pernah bisa melakukan
hobi saya seperti dulu
4. Saya merasa sedih karena uang
saya lebih banyak dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan
anak dari pada kebutuhan saya
sendiri
5. Kehadiran anak telah membuat
beberapa masalah antara saya
dan pasangan saya
6. Sejak mempunyai anak, saya
merasa kesepian karena tidak
bisa pergi berkumpul dengan
teman-teman saya
7. Ketika pergi ke tempat ramai,
saya tidak menikmatinya karena
terfokus pada anak saya
8. Setelah memiliki anak, saya
merasa bahwa diri saya tidak
semenarik diri saya yang dulu
9. Anak saya jarang melakukan
hal-hal yang membuat saya
merasa
senang
10. Saya merasa bahwa anak saya
tidak menyukai saya dan tidak
ingin saya akrab dengannya
11. Anak saya jarang menunjukkan

6
JAWABAN
SS S N TS STS
NO PERTANYAAN (sangat (setuju) (netral) (tidak (sangat
setuju) setuju) tidak
setuju)
senyumnya di depan saya
12. Saya merasa bahwa anak saya
tidak menghargai perhatian
serta kasih sayang yang telah
saya berikan
13. Ketika bermain, anak saya
terlihat jarang tertawa
14. Anak saya lebih lambat dalam
belajar dibandingkan dengan
anak lainnya
15. Anak saya tidak terlihat ceria
seperti anak-anak lainnya
16. Anak saya jarang melakukan
sesuatu sesuai dengan yang
saya harapkan
17. Anak saya membutuhkan waktu
lama untuk beradaptasi dengan
lingkungan barunya
18. Saya berharap memilki
perasaan dekat dan hangat
dengan anak, tetapi saya tidak
dapat melakukannya
19. Saya merasa belum bisa
menjadi orang tua yang baik
bagi anak saya
20. Saya berharap memilki
perasaan dekat dan hangat
dengan anak, tetapi saya tidak
dapat melakukannya
21. Saya merasa bahwa anak saya
lebih cengeng dibandingkan
dengan anak lainnya
22. Saya merasa bahwa anak saya
labil dan mudah marah
23. Anak saya melakukan hal-hal
yang membuat saya benar-benar
merasa sulit
24. Anak saya akan mengamuk jika
hal yang diinginkannya tidak
terpenuhi
25. Anak saya mudah marah
sekalipun pada hal-hal kecil

26. Anak saya sulit untuk diminta


tidur siang dan makan tepat
waktu

6
JAWABAN
SS S N TS STS
NO PERTANYAAN (sangat (setuju) (netral) (tidak (sangat
setuju) setuju) tidak
setuju)
27. Saya merasa bahwa anak saya
sulit mematuhi perintah yang
saya berikan
28. Saya mengingat berapa kali
anak telah menyusahkan saya
29. Anak saya melakukan hal yang
membuat saya merasa
terganggu
30. Anak saya ternyata jauh lebih
nakal dari yang saya pikirkan
31. Saya merasa bahwa anak saya
lebih banyak menuntut
dibandingkan dengan anak
lainnya

Sumber: (Humaira, 2020)

6
KUESIONER B

Petunjuk pengisian :

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan saksama


2. Pilih jawaban pertanyaan sesuai keadaaan yang sebenarnya
dengan memberikan tanda (√) pada alternative jawaban
JAWABAN
SL SR KK TP
NO PERTANYAAN
(selalu) (sering) (kadang- (tidak
kadang) pernah)
1. saya selalu mengatakan ― jangan,
kamu itu gak bisa‖
saat anak saya ingin ikut
memasak dengan saya
2. Saya menganggap anak saya
sebagai anak yang baik
dan penurut
3. Ketika anak merusak barang
dirumah, tanpa sadar
saya mengatakan‖Cuma bisa
ngerusak, matilah‖
4. Saya bersikap seolah-olah tidak
dengar ketika anak
saya selalu bertanya ini dan itu
5. Ketika saya sedang marah saya
tidak peduli apakah
anak saya menangis atau tidak
6. Ketika saya merasa sangat lelah
dan anak saya
meminta uang jajan dan tidak
berhenti sebelum
dikasih saya marah dan mencubit
anak saya
7. Saya memarahi anak saya ketika
habis bermain tidak
dibereskan lagi
8. Saya tidak pernah marah saat
anak saya ribut di
rumah
9. Ketika anak saya mendapatkan
nilai yang jelek saya
menyalahkan anak saya karena
dia selalu bermain
dan tidak mau belajar
10 Saat anak saya terluka karena
memainkan alat yang
tajam saya mengatakan ― kan tadi
udah saya bilang
jangan‖
11. Ketika anak saya ingin mengikuti

6
JAWABAN
SL SR KK TP
NO PERTANYAAN
(selalu) (sering) (kadang- (tidak
kadang) pernah)
lomba saya selalu
memberi support dan meyakinkan
bahwa dia bisa
melakukannya
12. Anak saya sering ingin nyapu tapi
saya mengatakan ―
gak usah kamu tu masih kecil,
nanti gak bersih, sini
biar saya aja‖
13. saya selalu menyindir anak saya
dan mengatakan dia pintar ketika
dia salah melakukan yang saya
perintahkan
14. Ketika anak saya banyak bertanya
saat saya sedang bekerja saya
mengatakan ― ah, kamu ini gak
lihat saya lagi kerja, dasar anak
nakal‖
15. Saya sering menakuti anak
―jangan main disitu ada hantu,
seram‖
16. Ketika sedang sibuk, anak saya
banyak bertanya saya
membentaknya dengan
mengatakan ‖diam‖ dengan
dengan keras
17. Saya berteriak dan mengatakan
jangan saat anak saya ingin
memanjat
18. Saat anak saya tidak mau disuruh
tidur siang saya mengatakan ―
kalau tidak tidur nanti tidak boleh
main‖
19. Kamu gak dikasih jajan kalau
belum makan nasi
20. Ketika anak saya tidak
mendengarkan apa yang saya
perintahkan, saya mengancamnya
dengan mengatakan ― kalau tidak
mau dengar nanti saya kurung di
dalam kamar‖

Sumber: (Haunika Wati, 2019)

6
Lampiran 4

6
Lampiran 5

ANALISIS UNIVARIAT
Statistics
Jenis Kelamin Tingkat Pendapatan
Orang Tua Pendidikan Orang Tua
Orang Tua
Valid 150 150 150
N
Missing 0 0 0

Jenis Kelamin Orang Tua


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent
Percent
Laki-laki 36 24.0 24.0 24.0
Valid Perempuan 114 76.0 76.0 100.0
Total 150 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan Orang Tua


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Pendidikan rendah (SD-
69 46.0 46.0 46.0
SMP)
Pendidikan tinggi
Valid
(SMA-Perguruan 81 54.0 54.0 100.0
Tinggi)
Total 150 100.0 100.0

6
Pendapatan Orang Tua
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
< Rp.
130 86.7 86.7 86.7
4.276.335,00
Valid > Rp.
20 13.3 13.3 100.0
4.276.335,00
Total 150 100.0 100.0

ANALISIS BIVARIAT
Statistics
skor total parenting stress
Valid 150
N
Missing 0
Mean 112.78
Median 110.00
Mode 155
Std. Deviation 25.666
Minimum 57
Maximum 155

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
skor total 150 100.0% 0 0.0% 150 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error

6
Mean 112.78 2.096
95% Confidence Lower Bound 108.64
Interval
Upper Bound 116.92
for Mean
5% Trimmed Mean 112.79
Median 110.00
Variance 658.750
skor total Std. Deviation 25.666
Minimum 57
Maximum 155
Range 98
Interquartile Range 44
Skewness .123 .198
Kurtosis -1.145 .394

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
skor total .081 150 .017 .952 150 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Statistics
Parentingstress
Valid 150
N
Missing 0
Mean .48
Median .00
Mode 0
Std. Deviation .501
Minimum 0

6
Maximum 1

Statistics
Skor total parenting stress
Valid 150
N
Missing 0
Mean 55.35
Median 53.00
Mode 49
Std. Deviation 9.295
Minimum 40
Maximum 80

Parentingstress
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak stress 78 52.0 52.0 52.0
Valid Stress 72 48.0 48.0 100.0
Total 150 100.0 100.0

Statistics
Skor total kekerasan
Valid 150
N
Missing 0
Mean 55.35
Median 53.00
Mode 49
Std. Deviation 9.295
Minimum 40

6
Maximum 80

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skor total 150 100.0% 0 0.0% 150 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 55.35 .759
95% Confidence Interval Lower Bound 53.85
for Mean Upper Bound 56.85
5% Trimmed Mean 55.02
Median 53.00
Variance 86.403
Skor total Std. Deviation 9.295
Minimum 40
Maximum 80
Range 40
Interquartile Range 14
Skewness .463 .198
Kurtosis -.577 .394

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Skor total .107 150 .000 .963 150 .000

7
a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kekerasan 150 100.0% 0 0.0% 150 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean .49 .041
95% Confidence Interval Lower Bound .41
for Mean Upper Bound .57
5% Trimmed Mean .49
Median .00
Variance .252
Kekerasan Std. Deviation .502
Minimum 0
Maximum 1
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness .027 .198
Kurtosis -2.026 .394

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kekerasan .344 150 .000 .636 150 .000

7
a. Lilliefors Significance Correction

Kekerasan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak melakukan 76 50.7 50.7 50.7
Valid Melakukan 74 49.3 49.3 100.0
Total 150 100.0 100.0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
parentingstress *
150 100.0% 0 0.0% 150 100.0%
Kekerasan

parentingstress * Kekerasan Crosstabulation


Kekerasan Total
Tidak Melakukan
melakukan
Count 64 14 78
Tidak stress % within
82.1% 17.9% 100.0%
parentingstress
parentingstress
Count 12 60 72
Stress % within
16.7% 83.3% 100.0%
parentingstress
Count 76 74 150
Total % within
50.7% 49.3% 100.0%
parentingstress

7
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Exact Sig. Exact Sig. (1-
(2-
sided)
Sig.
sided)
(2-sided)
Pearson Chi-Square 64.036 a
1 .000
Continuity Correctionb 61.447 1 .000
Likelihood Ratio 69.621 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
63.609 1 .000
Association
N of Valid Cases 150
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35,52.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence
Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
parentingstress (Tidak 22.857 9.792 53.354
stress / stress)
For cohort Kekerasan =
4.923 2.907 8.337
Tidak melakukan
For cohort Kekerasan =
.215 .133 .350
Melakukan
N of Valid Cases 150

7
Lampiran 6

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN

Nama Mahasiswa : Arvella


Fatharani NIM 1032181029
Dosen Pembimbing : Ns. Neli Husniawati, S.Kep., M.Kep
Judul Skripsi : Hubungan Parenting Stress Dengan Kekerasan
Verbal Pada Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi COVID-19 Di SDN
Paseban 11 PG
MATERI TANDA
NO TGL MASUKAN PEMBIMBING
KONSULTASI TANGAN
1 14 maret Mengajukan outline Dapat masukan untuk Menambahkan
2022 judul kata ―hubungan‖ pada judul.

2 22 maret BAB 1 (Latar  Perhatikan penggunaan huruf


2022 Belakang, Rumusan kapital
Masalah, Tujuan  cek istilah asing
Penelitian, Manfaat  pada studi pendahuluan Kata
Penelitian saya di ganti dengan kata penulis,
sertakan tempat dan terhadap siapa di
lakukan.
 tulis hasil studi pendahuluan
menggunakan presentase.
 memeprbaiki tanda baca dan
penggunaan huruf capital yang kurang
tepat.
 cara mengutip yang benar
 membuat outline untuk
fenomena.
 harus sertakan tempat
penelitian sebelum menutup kalimat
untuk lanjut ke rumusan masalah.
 rumusan masalah adalah
ringkasan latar belakang jadi harus
buat outline terhadap masalah untuk
mengangkat judul ini.
 tujuan harus sesuai dengan
variabel yg ada variabel dependen

7
MATERI TANDA
NO TGL MASUKAN PEMBIMBING
KONSULTASI TANGAN
3 7 april 2022 Revisi bab 1  Perbaiki sedikit lagi
 Lanjut bab 2
4 9 mei 2022 Revisi bab 1  Cek kembali cara penulisan
Konsul bab 2 kutipan yg benar diawal dan akhir
kalimat
 Perbaiki bab 2
 Lanjut bab 3,4 dan kuesioner
5. 17 mei 2022 Konsul bab 1-4  Perbaiki sesuai arahan
 Buat lembar penjelasan
penelitian
6. 21 mei 2022 Revisi bab 1-4  Perbaiki kembali
 Sertakan halaman awal,
daftar isi dll.
7. 23 mei 2022 Revisi bab 1-4  Bab 1 – 4 ACC

8. 26 agustus Konsul Bab 5-7


2022  Perbaiki bab 5 analisis
bivariat
 Perbaiki bab 6-7
 ACC siapkan ujian hasil

7
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS
KESEHATAN UNIVERSITAS MH THAMRIN

Nama Mahasiswa : Arvella


Fatharani NIM 1032181029
Dosen Pembimbing : Ns. Helena Golang, M.Kep.,Sp.Kep.An
Judul Skripsi : Hubungan Parenting Stress Dengan Kekerasan Verbal
Pada Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi COVID-19 Di SDN Paseban 11
PG

MATERI TANDA
NO TGL MASUKAN PEMBIMBING
KONSULTASI TANGAN
1 17 mei 2022 Bab 1 s.d 3  Perbaiki tata cara penulisan
dan pengetikan
 Tambahkan teori PSI
 Tambahkan kriteria ekslusi
Bab 4  Perbaiki definisi operasional
 Rumus perhitungan sampel
 Lengkapi pengumpulan data
 Lengkapi sumber
kepustakaan mengenai publikasi dan
penerbit

2. 19 mei 2022 Revisi bab 1 s.d 4  Perbaiki tata cara penulisan


dan pengetikan
 Rumus perhitungan sampel
 Perbaiki kepustakaan data
 Lengkapi sumber
kepustakaan mengenai publikasi dan
penerbit
3. 21 mei 2022 Revisi bab 1 s.d 4
 BAB 1 acc
 Judul bab di halaman yang
baru
 Perbaiki alat pengumpulan
data

4. 9 agustus Konsul bab 5-7  Bab 5 : sertakan hasil output


2022 spss
 Bab 6: lebih diperdalam
 Bab 7 : harus menjawab dari

7
MATERI TANDA
NO TGL MASUKAN PEMBIMBING
KONSULTASI TANGAN
tujuan khusus

5. 22 agustus Revisi bab 5-7  Bab 5 : perbaiki kata-kata


2022  Lain ACC
 Konsul ke pembimbing 1

7
Lampiran 7

7
Hubungan Stress Pengasuhan Dengan Kekerasan Verbal Pada
Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban
11 Pagi

Arvella Fatharani1, Neli Husniawati2, Helena Golang Nuhan3


*Keperawatan, Universitas Mohammad Husni Thamrin. Jl. Jalan Raya Pondok Gede No 23-25 Kramat Jati,
Jakarta Timur

Arfela.fatharani@gmail.com
nelihusniawati39@gmail.com
nuhanhelena@yahoo.co.id

ABSTRAK
Pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap kondisi orang tua selama melakukan pendampingan
pembelajaran dalam jaringan (daring) sehingga dapat menyebabkan orang tua mengalami
parenting stress yang cenderung dapat melakukan kekerasan pada anak usia sekolah khususnya
kekerasan verbal. Dari perlakuan tersebut dapat berdampak pada anak seperti sulit mengendalikan
emosi, hingga putus sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui hubungan parenting stress dengan kekerasan verbal
pada anak usia sekolah di SDN Paseban 11 Pagi, Jakarta pusat tahun 2022. Metode yang
digunakan ialah pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Populasi pada penelitian
berjumlah 151 orang tua siswa dengan sampel sebanyak 151 orang tua siswa dengan menggunakan
teknik total Sampling. Ditemukan hasil penelitian yaitu orang tua siswa mayoritas berjenis kelamin
perempuan 76.0%, tingkat pendidikan mayoritas tinggi yaitu SMA-Perguruan Tinggi 54.0%,
dengan pendapatan di bawah UMR 86.7%, orang tua yang mengalami parenting stress sebanyak
48%, yang melakukan kekerasan verbal pada anak sebanyak 49,3%. Hasil uji chi square diperoleh
nilai P = 0,000 (α<0,05) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara parenting stress dengan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah. Orang tua memiliki peran penting dalam mengasuh
sehingga dalam mengontrol emosi dengan baik sangat diperlukan agar tidak terjadi kekerasan
dalam bentuk apapun yang dilakukan pada anak.

Kata kunci : Anak usia sekolah, kekerasan verbal, parenting stress, pandemi Covid-19

PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 atau corona virus ialah sebuah wabah yang hingga kini menyebar di
seluruh dunia, beberapa Negara termasuk Indonesia mulai terjangkit corona virus pada
awal maret 2020. Pada tanggal 21 maret 2022 data sebaran covid-19 yang diperoleh
secara global tepat nya di 229 negara, total yang terjangkit corona virus tembus sebanyak
464.809.377 manusia dan korban meninggal dunia tembus hingga 6.062.536 jiwa (satgas
penangan covid-19, 2022). data sebaran di Negara Indonesia hingga saat ini yaitu
terkonfirmasi positif sebanyak 5.967.182, dinyatakan sembuh 5.609.945 orang, dan total

7
meninggal dunia tembus 153.892. Data yang diperoleh (satgas penangan covid-19, 2022)
dari total 34 provinsi di Indonesia, wilayah DKI Jakarta menjadi penyumbang kasus
tertinggi yaitu sebanyak 1.277.167 (20.6%).

Dengan adanya lonjakan kasus Covid-19 di wilayah DKI Jakarta tersebut, pemerintah
saat ini memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) level 2
serta menghimbau masyarakat tetap menjaga jarak, memakai masker, tidak berkerumun
dan mencuci tangan. Melalui Kementerian Pendidikan, kebudayaan, Riset dan Teknologi,
pemerintah telah menghimbau semua jenjang pendidikan untuk membatasi kapasitas
pembelajaran di sekolah menjadi pembelajaran tatap muka 50% dan pembelajaran dalam
jaringan (daring) 50% dengan waktu yang terbatas (Mendikbudristek Nomor 2 Tahun
2022, 2022).

Pembelajaran daring ini dapat membuat orang tua atau pengasuh memiliki tugas
tambahan dalam keseharian seperti harus menemani dan mendidik anak selama daring
berlangsung, hal tersebut dapat menjadi salah satu pemicu stress. Melalui studi
pendahuluan yang penulis lakukan yaitu dengan wawancara sederhana kepada 10 orang
tua yang memiliki anak yang bersekolah di SDN Paseban 11 Pagi, menunjukkan hasil
sebanyak 95% mengeluh merasakan stress karena pemberlakuan pembelajaran daring ini.
Stess dapat menimpa siapapun termasuk orang tua yang keseharian nya mengasuh dan
mendampingi anak selama daring, ini dapat disebut sebagai parenting stress. Yang di
maksud dengan parenting stress adalah suatu reaksi atau kondisi psikologis yang muncul
pada saat beradaptasi dengan sekitar karena adanya tekanan akibat tuntutan dalam peran
menjadi orang tua (Sri Lestari, 2016).

Dalam penelitian Maghfiroh & Wijayanti (2021), terdapat laporan dari the hidden impact
of Covid-19 yaitu diperoleh angka presentase stress selama Covid-19 sebanyak 83,3 %
yang meningkat menjadi 95,1% setelah minggu ke 4 pandemi. Bahkan sepertiga keluarga
juga melaporkan sejak pandemi dan di berlakukan daring, kekerasan fisik maupun verbal
pada anak mengalami peningkatan. Sehingga ditemukan data yang diperoleh Mardia
(2018), terdapat angka kejadian mengenai kekerasan verbal pada anak di dunia yang
mencapai 50% atau lebih dari 1 milyar anak berusia 2-17 tahun yang mengalami
kekerasan fisik, verbal, maupun emosional. Sedangkan di Indonesia, telah di peroleh data
dari hasil survei yang di lakukan oleh (WVI) Wahana Visi Indonesia mengenai

8
Kekerasan verbal terhadap anak ditemukan sebanyak 61,5% yang mengalami kekerasan
tersebut selama pandemi (Siantoro et al., 2020). Dan yang menjadi salah satu penyebab
terjadinya kekerasan verbal pada anak adalah parenting stress.

Fenomena parenting stress dengan resiko terjadinya kekerasan verbal tersebut di atas
dapat berdampak pada anak dari segi pendidikan, psikologis, dan kesehatan mental. Maka
dari itu, penelitian ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah di
masa pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 Pagi.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional dengan pendekatan cross
sectional yang dilakukan di daerah Jakarta Pusat, tepatnya SDN Paseban 11 Pagi. Waktu
penelitian ini dilakukan selama 16 hari yaitu pada tanggal 13 sampai 28 juli 2022.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua kelas murid (bapak/ibu) dari siswa
kelas 1 sampai 5 di Sekolah Paseban 11, sampel yang digunakan sebanyak 151 orang tua
murid kelas 1 sampai 5 dengan menggunakan teknik nonprobability atau total sampling.
Penelitian ini pengumpulan data diperoleh dari lembar kuesioner yang disebar kepada
orang tua murid. Analisis data menggunakan uji chi-square, pengukuran dilakukan
dengan skala likert kemudian akan dikategorikan dalam 2 bagian yaitu stress dan tidak
stress, lalu melakukan kekerasan dan tidak melakukan kekerasan.

HASIL & PEMBAHASAN


a. Karakteristik responden, parenting stress dan kekerasan verbal
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan hasil distribusi frekuensi berdasarkan
karakteristik responden, parenting stress dan kekerasan verbal pada anak usia sekolah di
masa pandemi Covid-19 (n=150) yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden, parenting stress


dan kekerasan verbal
Variabel Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
Jenis kelamin Laki-laki 36 24.0 (100.0)
Perempuan 114 76.0 (100.0)

8
Pendidikan SD-SMP 69 46.0 (100.0)
SMA-Perguruan Tinggi 81 54.0 (100.0)

Pendapatan Dibawah UMR 130 86.7 (100.0)


Diatas UMR 20 13.3 (100.0)

Parenting stress Tidak stress 78 52.0 (100.0)


Stress 72 48.0 (100.0)

Kekerasan verbal pada Tidak melakukan 76 50.7 (100.0)


anak usia sekolah di Melakukan 74 49.3 (100.0)
masa pandemic

Menunjukkan bahwa karakteristik responden sebagian besar adalah perempuan sebanyak


114 orang (76.0%), dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu SMA-Perguruan Tinggi
sebanyak 81 orang (54.0%), dengan pendapatan di bawah UMR sebanyak 130 orang
(86.7%), sebagian besar orang tua yang tidak mengalami parenting stress sebanyak 78
orang (52.0%), serta tidak melakukan kekerasan verbal terhadap anak usia sekolah di
masa pandemi sebanyak 76 orang (50.7%).

Menurut Ronny Tri Wirasto seorang pakar kejiwaan di Universitas Gajah Mada,
mengemukakan bahwa orang yang berjenis kelamin wanita berperan sebagai ibu dan
memiliki waktu yang lebih banyak dalam hal mengasuh anak di rumah akan lebih rentan
mengalami stress dibandingkan laki-laki. Hal tersebut disebabkan oleh emosional yang
berubah-ubah dan tidak memperhatikan kesehatan fisik secara umum sehingga rentan
mengalami stress (Ika, 2020). Sejalan dengan Penelitian Fitriana et al., (2015) sebagian
besar berjenis kelamin perempuan yaitu 49 orang, dan laki-laki sebanyak 27 orang. Maka
peneliti berpendapat bahwa selama pandemi Covid-19 yang mendampingi anak belajar di
rumah mayoritas adalah berjenis kelamin perempuan atau ibu. Karena jumlah responden
perempuan lebih tinggi dibanding responden laki-laki.

Menurut teori M. Siregar Hutagalung (2019) tingkat pendidikan seseorang yang tinggi
memiliki kecenderungan tingkat stress psikologis yang tinggi pula. Hal tersebut dapat
diperoleh dari lingkungan dan beban pekerjaan seseorang. Maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa, pada saat masa pandemi banyak orang tua dengan berpendidikan
tinggi yang rentan mengalami stress dan cenderung akan melakukan kekerasan verbal
pada anaknya. Sejalan dengan penelitian Mamesah & Katuuk (2018) diperoleh hasil

8
bahwa orang tua yang berpendidikan tinggi sebanyak 73,3% dan yang berpendidikan
rendah hanya 26,7%. Maka peneliti berpendapat bahwa tingkat pendidikan orang tua
mayoritas adalah tinggi dikarenakan penelitian ini dilakukan di pusat ibu kota yang sudah
tersedia banyak sarana prasaran pendidikan dan mudah di jangkau.

Menurut Notoatmodjo (2012), status ekonomi sangat mempengaruhi kualitas hidup


seseorang, karena pendapatan tergantung pada status kesehatannya. Kemampuan untuk
memperoleh pendapatan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari merupakan ukuran
keterjangkauan pelayanan kesehatan dan kesediaan untuk menghadapi berbagai macam
masalah kehidupan. ejalan dengan penelitian Barroso et al., (2016) diperoleh bahwa
sebanyak 35 orang memiliki penghasilan rendah dan sebanyak 23 orang memiliki
penghasilan tinggi.

Bertolak belakang dengan penelitian jurnal Junaedi & Salistia, (2020) bahwa di masa
pandemic Covid-19 banyak orang yang terdampak sehingga penghasilan nya menurun
bahkan mengalami kebangkrutan. Namun disisi lain dari penurunan ekonomi tersebut
dalam rumah tangga, kebanyakan seorang wanita atau ibu yang memegang keuangan
sehingga dapat dikelola dengan baik dan tidak mempengaruhi pikiran atau dijadikan
beban yang berakhir memperlakukan anak dengan kasar. Berdasarkan pembahasan di atas
maka peneliti berpendapat bahwa orang tua yang memiliki penghasilan rendah namun
dapat mengelola keuangan dengan baik, maka dengan mudah mengontrol situasi dan
keadaan yang di alaminya sehingga dapat terhindar dari stress.

Secara teori stress pengasuhan menyebabkan pengasuhan orang tua yang tidak berfungsi
untuk anak-anak dan tanggapan orang tua yang tidak tepat ketika menghadapi konflik
dengan anak-anak. Respon stres terjadi ketika orang tua merasa bahwa tuntutan dinamika
peran pengasuhan mereka tidak seimbang dengan sumber daya yang dibutuhkan untuk
memenuhi peran itu (Riadi, 2021). Sejalan dengan penelitian Operto et al., (2022)
diperoleh bahwa sebanyak 258 tidak mengalami stress, dan sebanyak 125 orang
mengalami stress. Bertolak belakang dengan penelitian Nurhidayah et al., (2022)
menunjukkan bahwa stress selama pengasuhan berkategori tinggi sebesar 89.9% dan
stres pengasuhan berkategori rendah sebesar 10,1%. Maka peneliti berpendapat bahwa
orang tua selama pandemi mayoritas masih menyanggupi akan peran nya sebagai
pengasuh anak belajar di rumah. Sehingga orang tua dapat mengontrol emosi dan tidak

8
mengalami stress dalam pengasuhan.

Menurut Erly O. Malelak (2022) sebagian besar tindakan kekerasan terhadap anak terjadi
karena orang tua mengalami tingkat stres yang tinggi, yang menjadi penyebab utama
kemarahan, ketidaksabaran, dan kemarahan ringan ketika menghadapi berbagai bentuk
masalah yang ada semakin meningkat. Situasi ini diperparah dengan fakta bahwa
korbannya adalah anak-anak. Begitu pula sebaliknya jika orang tua tidak mengalami
stress maka tidak terjadi kekerasan terhadap anak. Sejalan dengan penelitian Ashy et al.,
(2020) diperoleh bahwa sebagaian besar responden tidak melakukan kekerasan 282 orang
dan sebanyak 157 orang melakukan kekerasan. Maka peneliti berpendapat bahwa
mayoritas orang tua lebih banyak yang tidak melakukan kekerasan terhadap anaknya
karena tidak mengalami stress selama pengasuhan berlangsung.

b. Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal Pada Anak Usia


Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban 11 Pagi, Jakarta
Pusat (n=150)
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil antara hubungan parebnting stress dengan
kekerasan verbal pada anak usia anak sekolah di masa pandemi Covid-19 yang disajikan
dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Hubungan Parenting Stress dengan Kekerasan Verbal Pada Anak Usia
Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19 Di SDN Paseban 11 Pagi
OR P
Kekerasan Verbal (95% CI) Value
Parenting Total
Tidak Melakukan
stress melakukan
N (%) N(%) N (5%)
Tidak stress 64 (82,1%) 14 (17,9%) 78 22,857 0,000
(100,0%) (9,792-53,354)
Stress 12 (16,7%) 60 (83,3%) 72

Diperoleh proporsi kejadian kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi
Covid-19 lebih banyak terjadi pada orang tua yang mengalami stress yaitu sebanyak
83,3%. Hasil uji chi square diperoleh nilai P = 0,000 (α<0,05) maka dapat disimpulkan
secara statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara parenting stress dengan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah. Dari hasil analisis lebih lanjut diperoleh nilai
OR = 22,857 (95% CI = 9,792-53,354) dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa

8
orang tua yang mengalami stress mempunyai peluang (beresiko) 22 kali untuk melakukan
kekerasan verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi.

Menurut teori ketidakmampuan orang tua dalam menghadapi stres membuat mereka lebih
mudah melakukan tindakan kekerasan terhadap anaknya, yang pada akhirnya berdampak
negatif pada perkembangan kepribadiannya. Selain itu, mereka mungkin merasa tidak
berhasil atau frustrasi dengan tanggung jawab pengasuhan mereka. Bahkan tanpa adanya
kekerasan, stres orang tua yang dikelola dengan buruk dapat membuat hubungan orang
tua-anak menjadi tegang (Lestari, 2016).

Sejalan dengan penelitian Maghfiroh & Wijayanti (2021) diperoleh bahwa orang tua
memiliki parenting stress termasuk dalam kategori stres rendah dengan kekerasan verbal
rendah 42 responden (89.4%), stress sedang dengan kekerasan verbal sedang 8 responden
(18.2%), dan stress tinggi dengan kekerasan verbal tinggi 3 responden (27.3%). Dengan
hasil uji uji statistik kendall tau didapatkan hasil p-value 0.001 yang artinya ada
hubungan signifikan antara parenting stress dengan kekerasan verbal pada anak usia
sekolah di masa pandemi Covid-19.
Berdasarkan pembahasan di atas, peneliti berpendapat bahwa meskipun angka stress
terhadap orang tua rendah tetapi masih adanya hubungan yang erat antara parenting
stress dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Responden dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin perempuan 76.0%, dengan
tingkat pendidikan tinggi yaitu SMA-Perguruan Tinggi 54.0%, dengan pendapatan di
bawah UMR 86.7%. Orang tua murid di SDN Paseban 11 pagi yang mengalami
parenting stress sebanyak 48%, yang melakukan kekerasan verbal pada anak sebanyak
49,3% dan terdapat hubungan yang bermakna antara parenting stress dengan kekerasan
verbal pada anak usia sekolah di masa pandemi Covid-19 di SDN Paseban 11 pagi
Jakarta pusat, dengan perolehan nilai p-value 0,000 (< α 0,05). Orang tua memiliki peran
penting dalam mengasuh sehingga dalam mengontrol emosi dengan baik sangat
diperlukan agar tidak terjadi kekerasan dalam bentuk apapun yang dilakukan pada anak
sehingga angka kejadian kekerasan pada anak dapat dikendalikan bahkan menurun dari
sebelumnya.

8
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada responden penelitian yang sudah bersedia dan
kooperatif ikut serta dalam penelitian ini serta kepada Sekolah Dasar Paseban 11 pagi
yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ashy, M., Yu, B., Gutowski, E., Samkavitz, A., & Malley-Morrison, K. (2020).
Childhood Maltreatment, Limbic Dysfunction, Resilience, and Psychiatric
Symptoms. Journal of Interpersonal Violence, 35(1–2), 426–452.

Barroso, N. E., Hungerford, G. M., Garcia, D., Graziano, P. A., & Bagner, D. M.
(2016). Psychometric properties of the parenting stress index-short form (PSI-SF)
in a high-risk sample of mothers and their infants. Psychological Assessment,
28(10), 1331–1335.

Erly O. Malelak. (2022). Menulis tentang merdeka belajar (Delsylia Tresnawaty


Ulfi (ed.); 2nd ed.). CV Budi Utama.

Fitriana, Y., Pratiwi, K., & Sutanto, A. V. (2015). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Melakukan Kekerasan Verbal
Terhadap Anak Usia Pra-Sekolah. Jurnal Psikologi Undip, 14(1), 81–93.

Ika. (2020, May). Pakar Kejiwaan UGM Jelaskan Mengapa Wanita Rentan Stres.
Universitas Gajah Mada, 1.

Junaedi, D., & Salistia, F. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara Terdampak. In Simposium Nasional
Keuangan Negara (pp. 995–1115).

Lestari, S. (2016). Psikologi keluarga Penanaman Nilai Dan Penanganan konflik


dalam keluarga (Suwito (ed.); 1st ed.). Kencana.

M. Siregar Hutagalung. (2019). Panduan Lengkap Stroke (Qorry Aina abata (ed.);
1st ed.). Penerbit Nusa Media.

Maghfiroh, L., & Wijayanti, F. (2021). Parenting Stress Dengan Kekerasan


Verbal Pada Anak Usia Sekolah Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada, 12(2), 187–193.

Mamesah, A., & Katuuk, M. (2018). Hubungan Verbal Abuse Orang Tua Dengan
Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Sekolah Di Sd Inpres Tempok
Kecamatan Tompaso. Jurnal Keperawatan, 6(2), 1–6.
Mardia, R. (2018). infoDatin (pusat data informasi kementrian kesehatan RI
kekerasan terhadap anak dan remaja (p. 11).

8
Mendikbudristek Nomor 2 Tahun 2022. (2022). Terbitkan Surat Edaran,
Kemendikbudristek Setujui PTM Terbatas 50 Persen di Wilayah PPKM Level 2.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Nurhidayah, I., Rahmah, A. N., Mulya, A. P., & Hidayati, N. O. (2022). Tingkat
stres pengasuhan pada orang tua selama masa pandemi coronavirus disease (
Covid-19 ). 16(2), 109–117.

Operto, F. F., Coppola, G., Vivenzio, V., Scuoppo, C., Padovano, C., de Simone,
V., Rinaldi, R., Belfiore, G., Sica, G., Morcaldi, L., D’onofrio, F., Olivieri, M.,
Donadio, S., Roccella, M., Carotenuto, M., Viggiano, A., & Pastorino, G. M. G.
(2022). Impact of Covid-19 Pandemic on Children and Adolescents with
Neuropsychiatric Disorders: Emotional/Behavioral Symptoms and Parental Stress.
International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(7), 1–14.

Riadi, M. (2021). Stres Pengasuhan (Parenting Stress) - Pengertian, Aspek, dan


Faktor Penyebab. Kajian Pustaka.Com, 1.

satgas penangan covid-19. (2022, March 21). data sebaran covid-19 global dan
indonesia. Kementrian/Lembaga.

Siantoro, A., Prihadi, C., Tambunan, E., & Malino, T. (2020). Pandemi Covid-19
dan Pengaruhnya Terhadap Anak Indonesia : Sebuah Penilaian Cepat Untuk
Inisiasi Pemulihan Awal. 1–16.

Sri Lestari. (2016). Psikologi keluarga: Penanaman nilai dan penanganan konflik
dalam keluarga. Prenada media.

8
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI

Nama : Arvella Fatharani


Jenis kelamin : Perempuan
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 13 februari 2001
Alamat : Jl. Paseban Timur IX Rt 10 Rw 03 No 93 D Kelurahan:
Paseban ; Kecamatan: Senen ; Kode Pos : 10440
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
No.Hp 085719280543
Email : arfela.fatharani@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2006-2012 : SDN Paseban 11 pagi


2012-2015 : SMPN 76 Jakarta
2015-2018 : SMK Kesdam Jaya

Anda mungkin juga menyukai