Anda di halaman 1dari 73

HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PEMENUHAN GIZI

BALITA DI ERA KRISIS EKONOMI AKIBAT PANDEMI


COVID-19 DI DESA CIHERANG TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata satu (S-1)
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sebelas April

Nama : Rohman Nugraha


NPM : 1810105379

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL
TAHUN 2022
PERNYATAAN ORISINALITAS

Nama : Rohman Nugraha

NPM : 1810105379

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Hubungan Sikap Orang Tua Dengan Pemenuhan Gizi

Balita Di Era Krisis Ekonomi Akibat Covid-19 Di Desa

Ciherang Tahun 2022

Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa skripsi ini hasil karya saya sendiri

dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain. Bagian tulisan dalam skripsi ini

merupakan kutipan dari karya ahli atau orang lain, telah diberi penjelasan

sumbernya dengan tata cara sesuai kutipan. Apabila pernyataan saya ini tidak

benar saya bersedia menerima sanksi akademik dari Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sebelas April dan sanksi hukum sesuai ketentuan yang berlaku di

wilayah Negara Republik Indonesia.

Sumedang, Agustus 2022

Yang menyatakan,

ROHMAN NUGRAHA
1810105379
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SEBELAS APRIL
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Agustus 2022

Rohman Nugraha
1810105379

HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PEMENUHAN GIZI


BALITA DI ERA KRISIS EKONOMI AKIBAT PANDEMI COVID-19 DI
DESA CIHERANG
Xii + 52 Halaman + 4 Tabel + 2 Gambar + Lampiran

ABSTRAK
Upaya yang dilakukan orang tua menjadi pondasi utama dalam
pemenuhan hak anak, karena orang tua adalah pihak pertama yang bertanggung
jawab terhadap perlindungan dan pemenuhan hak anak. Pandemi covid-19
memberikan dampak signifikan diberbagai lini kehidupan, termasuk pada
kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui
hubungan sikap orang tua dengan pemenuhan gizi balita di era krisis ekonomi
akibat covid-19 di Desa Margalaksana. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan metode kuantitatif analitik dengamn pendekatan survey serta alat
ukur kuesioner, jumlah subjek penelitian ini berjumlah 155 responden di Desa
Margalaksana. Hasil penelitan ini menujukan bahwa hubungan sikap orang tua
dengan pemenuhan gizi anak di era krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19 di
Desa Margalaksana termasuk kedalam kategori yaitu baik, cukup dan kurang.
Kategori baik dengan 22 orang (36,1%), cukup 29 orang (47,5%) dan kategori
kurang 10 orang (16,4%). Hubungan sikap orang tua dengan pemenuhan gizi anak
di era krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19 di Desa Margalaksana termasuk
kedalam kategori cukup dengan presentase 47,5%.

Kata Kunci : sikap orang tua, gizi anak, dampak pandemi COVID19.
Daftar Pustaka: 26 (2006-2020)
FACULTY OF HEALTH SCIENCES, ELEVEN APRIL UNIVERSITY
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

Thesis, August 2022

Rohman Nugraha
1810105379
THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTS ATTITUDES AND
FULLFILLMEN OF CHILDREN'S NUTRITION IN THE ERA OF
ECONOMIC CRISIS DUE TO THE COVID-19 Pandemic IN CIHERANG
VILLAGE

ABSTRACT

Efforts made by parents become the main foundation in fulfilling


children's rights, because parents are the first party responsible for the protection
and fulfillment of children's rights. The COVID-19 pandemic has had a significant
impact on various lines of life, including the socio-economic life of the
community. The purpose of this study was to determine the relationship between
parental attitudes and the fulfillment of toddler nutrition in the era of the
economic crisis due to COVID-19 in Margalaksana Village. The method used in
this study is a quantitative analytical method with a survey approach and a
questionnaire measuring instrument, the number of research subjects totaled 155
respondents in Margalaksana Village. The results of this study indicate that the
relationship between parental attitudes and the fulfillment of children's nutrition in
the era of the economic crisis due to the COVID-19 pandemic in Margalaksana
Village is included in the categories of good, sufficient and insufficient. Good
category with 22 people (36.1%), enough 29 people (47.5%) and less category 10
people (16.4%). The relationship between parental attitudes and the fulfillment of
children's nutrition in the era of the economic crisis due to the COVID-19
pandemic in Margalaksana Village is included in the sufficient category with a
percentage of 47.5%.

Keywords: parental attitudes, child nutrition, the impact of the COVID19


pandemic.
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT,

karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi

ini yang berjudul “Hubungan Sikap Orang tua dengan Pemenuhan Gizi Anak Di

Era Krisis Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19 di Kecamatan Sumedang Selatan

Tahun 2022”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan peran serta berbagai

pihak, baik secara langsung, maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

tidak terhingga kepada :

1. H. Sutisna, S.KM., M.Si., M.M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sebelas April sekaligus pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan banyak masukan serta dorongan kepada penulis;

2. Puji Nurfauziatul Hasanah, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku Pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan dan banyak masukan serta dorongan

kepada penulis;

3. Mona Yulianti, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku ketua program studi Ilmu

Keperawatan yang telah memberikan rancangan perkuliahan sehingga

perkuliahan berjalan dengan lancar;

4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sebelas April

yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis;

v
vi

5. Ayahanda dan Ibunda beserta kakak yang senantiasa selalu mendoakan dan

mendukung baik moral maupun material;

6. Teman-teman seperjuangan kelas Ilmu Keperawatan A Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Sebelas April Sumedang yang saling mendukung

dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan

yang merupakan kelemahan penelitian dalam melaksanakan tugas

penulisan ini. Untuk itu penulis mohon maaf. Demi penyempurnakan

skripsi, peneliti berharap dengan segala hormat, saran dan pendapat serta

kritik dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini.

Sumedang, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
ABSTRAK
ABSTRACK
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................................5
1.4.1. Bagi Puskesmas..................................................................................5
1.4.2. Bagi Prodi Ilmu Keperawatan FIKes UNSAP...................................6
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya...................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
2.1 Anak............................................................................................................7
2.1.1 Definisi Anak.........................................................................................7
2.1.2 Kebutuhan Dasar Anak..........................................................................7
2.1.3 Tingkat Perkembangan Anak................................................................8
2.2 Gizi............................................................................................................10
2.2.1 Pengertian Gizi....................................................................................10
2.2.2 Macam-Macam Unsur Gizi.................................................................12
2.2.3 Pemenuhan Gizi...................................................................................15
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Gizi........................17
2.3 Sikap..........................................................................................................18

vii
2.3.1 Definisi Sikap......................................................................................18
2.3.2 Tingkatan Sikap...................................................................................19
2.3.3 Komponen Sikap.................................................................................20
2.3.4 Pembentukan Sikap.............................................................................21
2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap...........................................21
2.3.6 Pengukuran Sikap................................................................................22
2.4 Konsep coronavirus Disease 2019 (COVID-19)........................................23
2.4.1 Definisi Covid-19................................................................................23
2.4.2 Dampak Pandemi Covid-19.................................................................24
2.5 Kerangka Teori..........................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................28
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................................28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................28
3.3 Kerangka Konsep.......................................................................................28
3.4 Variabel dan Definisi Operasional.............................................................29
3.4.1 Variabel penelitian...........................................................................29
3.4.2 Definisi operasional.........................................................................30
3.5 Hipotesis Penelitian...................................................................................32
3.6 Populasi dan Sampel..................................................................................33
3.6.1 Populasi............................................................................................33
3.6.2 Sampel..............................................................................................33
3.6.3 Teknik Sampling..............................................................................34
3.7 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................34
3.7.1 Sumber Data.....................................................................................35
3.7.2 Cara Pengumpulan Data...................................................................35
3.8 Instrumen Penelitian..................................................................................35
3.9 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas...............................................................36
3.9.1 Uji Validitas.....................................................................................36
3.9.2 Uji Reliabilitas.................................................................................36
3.10 Metode Pengolahan dan Analisa Data.......................................................37
3.10.1 Metode Pengolahan Data.................................................................37
3.10.2 Analisa Data.....................................................................................38

viii
3.11 Etika Penelitian..........................................................................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................42
4.1 Hasil Penelitian..........................................................................................42
4.1.1 Analisa Data Univariate...................................................................42
4.1.2 Analisa Data Bivariate.....................................................................43
4.2 Pembahasan...............................................................................................44
4.2.1 Gambaran Sikap Orang Tua.............................................................44
4.2.2 Gambaran Pemenuhan Nutrisi Balita...............................................45
4.2.3 Hubungan Sikap Orang Tua Terhadap Pemenuhan Nutrisi Pada
Balita di Desa Ciherang tahun 2022...............................................................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................49
5.1 Kesimpulan................................................................................................49
5.2 Saran..........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Operasional.............................................................................30

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sikap Orang Tua...................................................42

Tabel 4.2 Distribusi Pemenuhan Gizi Balita..........................................................43

Tabel 4.3 Hubungan Sikap Orang Tua Terhadap Pemenuhan Nutisi Balita.........43

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori..................................................................................27

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep..............................................................................29

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Data Primer Hasil SPSS Analisa Univariate dan Bivariate

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Kuesioner

Lampiran 4 Surat Persutujuan Izin Kuesioner

Lampiran 5 Surat Keputusan Dekan FIKES Universitas Sebelas April

Lampiran 6 Lembar Kegiatan Bimbingan I

Lampiran 7 Lembar Kegiatan Bimbingan II

Lampiran 8 Surat Permohonan Data

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi merupakan substansi organik yang dibutuhkan oleh tubuh dan menjadi

faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang manusia. Masa kanak-kanak

adalah awal yang baik untuk pemenuhan gizi karena harus dimulai sedini

mungkin. Namun yang masih menjadi problematika dan masih menjadi isu sentral

adalah tidak terpenuhinya gizi (Pahlevi, 2012). Besarnya problem gizi pada anak

di usia balita masih menjadi kendala utama bagi kesehatan masyarakat karena

hampir 50% kematian disebabkan karena masalah gizi (UNICEF, 2018).

Pandemi virus corona telah mengubah perilaku masyarakat/pembeli secara

umum sejak diberlakukannya himbauan stay at home untuk mencegah virus

corona, masyarakat pada umumnya/pembeli cenderung lebih sering berbelanja

online. Sejauh penggunaan, orang memasak lebih banyak sendiri di rumah, ini

mendukung peningkatan dalam perdagangan pengembangan barang-barang dasar

seperti telur yang naik 26%, penawaran daging meningkat 19%, minat untuk

daging unggas meningkat 25% dan juga penawaran makanan berdaun. naik 8%

dari harga regule (Suryahadi, 2020).

Pemenuhan rezeki yang cukup dan disesuaikan pada masa sebelum pandemi

Coronavirus saat itu masih menjadi masalah gizi yang nyata di Indonesia. Jumlah

kasus penyebaran coronavirus terus meningkat dan selanjutnya mempengaruhi

1
2

banyak daerah sampai ekonomi juga menjadi salah satu masalah kepuasan rezeki

untuk daerah setempat, karena pandemi ini daya beli makanan berkurang sehingga

untuk mengatasi masalah kesehatan selama pandemi juga berkurang dan

menimbulkan kelaparan lokal sehingga kerangka aman dalam tubuh berkurang

dan penyakit menyerang tubuh dengan mudah (Pranita, 2020).

Usia dibawah lima tahun merupakan “usia emas” dalam pembentukan

sumber daya manusia baik dari segi pertumbuhan fisik maupun kecerdasan,

dimana hal ini memerlukan perhatian khusus dan harus didukung oleh status gizi

yang baik karena status gizi berperan dalam menentukan sukses tidaknya upaya

peningkatan sumberdaya manusia (Sulastri, et al 2014). Menurut World Health

Organization (WHO), pada tahun 2018 prevalensi anak balita di seluruh dunia

yang mengalami stunting menurun dari 32,5% menjadi 21,9%. Namun terdapat 49

juta balita yang mengalami gizi kurang dan hampir 17 juta balita mengalami gizi

buruk pada tahun 2018. Prevalensi tertinggi yang mengalami gizi buruk yaitu di

Benua Afrika dan bagian Benua Asia Selatan. Banyak balita di negara-negara di

Benua Asia Tenggara mengalami kekurangan gizi dan stunting. Kejadian stunting

dan gizi buruk pada balita pada tahun 2017 di Benua Asia Tenggara prevalensi

balita yang mengalami stunting 16-44%, prevalensi balita yang mengalami gizi

buruk 9-26% dan gizi kurang sebanyak 6-13%.

Berdasarkan pantauan Status Gizi yang dilakukan Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, bayi usia dibawah lima tahun (Balita) yang mengalami

masalah gizi pada 2017 mencapai 17,8 sama dengan tahun sebelumnya. Jumlah

tersebut terdiri dari Balita yang mengalami gizi buruk 3,8% dan gizi kurang 14%.
3

Menurut status gizi berdasarkan Indeks Tinggi Badan terhadap usia (TB/U). balita

di Indonesia yang mengalami stunting atau kerdil pada tahun lalu mencapai

29,6%. Angka ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Dengan rincian 9,8% bayi

dengan usia 0-59% bulan tersebut masuk kategori sangat pendek dan 19,8%

kategori pendek. Sedangkan menurut Indeks Berat Badan terhadap Usia )BB/U)

sebanyak 9,5% balita masuk kategori kurus dan turun dibanding tahun

sebelumnya. Sedangkan Balita yang mengalami kegemukan (obesitas) mencapai

4,6% juga lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Di Indonesia prevalensi kondisi gizi anak telah menunjukan perbaikan. pada

masalah stunting terjadi penurunan pervalensi pada anak balita dari 37,21% di

tahun 2013 menjadi 30,79% tahun 2018 demikian juga dibandingkan dengan data

prevalensi stunting pada balita tahun 2016 (Sirkesnas) yaitu 33,60%. Masalah

kekurangan gizi (underweight) pada anak balita terjadi penurunan dari 19,6%

pada 2013 menjadi 17,68% pada 2018. Pada anak balita kurus (wasting) terjadi

penurunan dari 12,12% pada 2013 menjadi 10,19% tahun 2018. Terkait

kegemukan (obesitas) terjadi penurunan dari 11,90% pada 2013 menjadi 8,04%

pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).

Hasil Kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) Tahun 2019 di Kabupaten

Sumedang menunjukan bahwa persentase balita gizi kurang (BB/U) atau

underweight sebesar 5,48%, persentase balita pendek (TB/U) atau stunting

sebesar 8,77%, persentase balita kurus (BB/TB) atau wasting 2,17% (Tabel 44)

dan persentase gizi lebih (BB/U) 1,34%. Secara proporsi besaran masalah gizi

balita pada seluruh kategori di Kabupaten Sumedang berada di bawah ambang


4

batas masalah menurut WHO. Jika dibandingkan dengan Hasil BPB Tahun 2018

terjadi penurunan persentase kasus underweight dan stunting tetapi terjadi

peningkatan persentase kasus wasting dan gizi lebih.

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Sumedang Selatan

menunjukan pada Tahun 2021 presentasi balita dengan gizi kurang sebanyak

4,2%, balita pendek sebanyak 10,3%, sedangkan balita kurus sebanyak 3,5%.

Status gizi pada balita di sebabkan oleh pemenuhan gizi balita .faktor factor

yang mempengaruhi pemenuhan gizi balita salah satunya adalah sikap. Sikap

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perbuatan dan sebagainya

berdasarkan pada perndirian, keyakinan (Balai Pustaka, 2002).

Kurangnya gizi pada balita dapat disebabkan sikap ibu dalam pemilihan

bahan makanan yang tidak benar. Pemilihan bahan makanan, tersedianya jumlah

makanan yang cukup dan keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya (Nainggolan, 2012). Sikap ibu

dalam pemilihan makanan yang berguna untuk anaknya akan mempengaruhi

status gizi balita, (Laila dkk, 2020).

Hasil Kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) Tahun 2019 di Kabupaten

Sumedang menunjukan bahwa persentase balita gizi kurang (BB/U) atau

underweight sebesar 5,48%, persentase balita pendek (TB/U) atau stunting

sebesar 8,77%, persentase balita kurus (BB/TB) atau wasting 2,17% dan

persentase gizi lebih (BB/U) 1,34%.


5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini

yaitu Bagaimana hubungan sikap orang tua dengan pemenuhan gizi balita di era

krisis ekonomi akibat covid-19 di Desa Ciherang tahun 2022?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan sikap orang tua dengan pemenuhan gizi balita di era

krisis ekonomi akibat covid-19 di Desa Ciherang tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran sikap orang tua terhadap pemenuhan gizi balita di

Desa Ciherang tahun 2022.

2. Mengetahui gambaran pemenuhan gizi balita di Desa Ciherang tahun

2022.

3. Mengetahui hubungan sikap orang tua dengan pemenuhan gizi balita di era

krisis ekonomi akibat covid-19 di Desa Ciherang tahun 2022.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Puskesmas


6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan upaya untuk

meningkatkan penyuluhan berbagai macam hal berkaitan dengan masalah gizi

pada balita.

1.4.2. Bagi Prodi Ilmu Keperawatan FIKes UNSAP

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan di perpustakaan dan

dapat dijadikan dasar pemikiran serta perbandingan bagi mahasiswa di dalam

melaksanakan penelitian berikutnya.

1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan data

tambahan bagi peneliti selanjutnya mengenai sikap orang tua dengan pemenuhan

gizi balita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak

2.1.1 Definisi Anak

Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara

hubungan pria dan wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No. 23 Tahun

2002 tentang perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karuni

Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai

manusia seutuhnya, (Djamil,2013).

Menurut WHO definisi anak adalah dihitung sejak seseorang di dalam

kandungan sampai dengan usia 19 tahun. Menurut Undang - Undang Republik

Indonesia nomor 23 tahun 2002 pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak, anak

adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk juga yang masih di

dalam kandungan. Anak merupakan aset bangsa yang akan meneruskan

perjuangan suatu bangsa, sehingga harus diperhatikan pertumbuhan dan

perkembangannya (Depkes RI, 2014).

2.1.2 Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan

menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi,

perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang,

7
kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih), pada

tahun-tahun

8
9

pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau

pengganti ibu dengan anak merupakansyarat yang mutlakuntuk menjamin tumbuh

kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan akan

stimulasi mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses

belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini

mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya kecerdasan,

keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.

2.1.3 Tingkat Perkembangan Anak

Menurut Damaiyanti (2008) dalam Nabil (2017), karakteristik anak sesuai

tingkat perkembangan :

1. Usia bayi (0-1 tahun)

Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya

dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak

menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah

dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan

perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi

dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi

dengannya secara non verbal, misalnya memberikan sentuhan, dekapan,

dan menggendong dan berbicara lemah lembut. Ada beberapa respon non

verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan

dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan

sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat

berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau


10

memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi

terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina

hubungan yang baik dengan ibunya.

2. Usia pra sekolah (2-5 tahun)

Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun

adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut

oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan

akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan

merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu

jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk

memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak

berbahaya untuknya. Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih.

Hal ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata.

Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana,

singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak

melalui objek transisional seperti boneka. Berbicara dengan orangtua bila

anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara

tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk

meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan

memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.

3. Usia sekolah (6-12 tahun)

Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan

yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila


11

berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh

yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Anak usia sekolah

sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan

katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak sudah mampu

berpikir secara konkret.

4. Usia remaja (13-18 tahun)

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-

anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah laku

anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak

harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif.

Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak

bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya. Menghargai

keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam

berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah

bahagia.

2.2 Gizi

2.2.1 Pengertian Gizi

Gizi merupakan substansi organik yang dibutuhkan oleh tubuh dan

menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang manusia. Masa

kanak-kanak adalah awal yang baik untuk pemenuhan gizi karena harus dimulai
12

sedini mungkin. Namun yang masih menjadi problematika dan masih menjadi isu

sentral adalah tidak terpenuhinya gizi (Pahlevi, 2012). Besarnya problem gizi

pada anak di usia balita masih menjadi kendala utama bagi kesehatan masyarakat

karena hampir 50% kematian disebabkan karena masalah gizi (UNICEF, 2018).

Gizi adalah proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup untuk

menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan

tersebut agar dapat menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam tubuh. Bahan-

bahan dari lingkungan hidup tersebut dikenal dengan istilah unsur gizi. Unsur gizi

dapat dipilah menjadi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air,

(Beck, 2011).

Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam

bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau

zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi

diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan,

metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga.

(Irianto, 2006).

Menurut Almatsier, (2013) Zat Gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan

tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu menghasilkan energi, membangun,

memelihara jaringan serta mengatur proses-proses jaringan. Gizi merupakan

bagian penting yang dibutuhkan oleh tubuh guna perkembangan dan pertumbuhan
13

dalam bentuk dan untuk memperoleh energi, agar manusia dapat melaksanakan

kegiatan fisiknya sehari-hari.

2.2.2 Macam-Macam Unsur Gizi

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan jenis sumber energi utama bagi manusia

sehingga dikenal sebagai sumber tenaga. Jenis karbohidrat yang

terkandung di dalam makanan adalah pati, sukrosa, laktosa, dan fruktosa.

Hasil akhir dari penguraian karbohidrat adalah monosakarida, yaitu

glukosa, fruktosa dan galaktosa.

Glukosa merupakan monosakarida terpenting diantara ketiganya

karena metabolisme glukosa dikendalikan secara hormonal. Karbohidrat

dapat menghasilkan panas dan energi melalui proses oksidasi dalam tubuh

dengan produk akhir berupa karbondioksida dan air. Kedua bahan tersebut

diekskresikan melalui paru-paru serta ginjal. Satu gram karbohidrat

menghasilkan 16 kj (4 kal) pada proses oksidasi di dalam tubuh, (Beck,

2011).

2. Lemak

Lemak merupakan cadangan energi bagi manusia dan hewan seperti

halnya karbohidrat. Lemak terdiri dari beberapa senyawa organik

diantaranya karbon, hidrogen, oksigen, fosfor, dan nitrogen. Tumbuh-

tumbuhan juga menyimpan lemak dalam lembaga, biji dan buahnya yang

juga dikonsumsi oleh manusia.


14

Lemak berasal dari lemak hewani dan lemak nabati yang mana kedua

jenis lemak ini berbeda dalam susunan asam lemaknya. Lemak hewani

mengandung asam lemak jenuh yang dalam suhu kamar berbentuk padat.

Lemak nabati lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang

dalam suhu kamar dapat berbentuk cair yang disebut minyak. Lemak

berfungsi sebagai zat tenaga yang digunakan untuk pelarut beberapa

vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Fungsi

lain dari lemak adalah sebagai bantalan pelindung organ-organ tubuh

seperti pada mata, ginjal, alat reproduksi dan sistem pencernaan. Lemak

juga berfungsi sebagai pelindung tubuh dari kedinginan, (Widuri dkk,

2013).

3. Protein

Protein merupakan konstituen penting pada semua sel yang berupa

struktur kompleks yang terbuat dari asam amino. Protein terkandung di

dalam makanan yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Protein

dihidrolis oleh enzim-enzim proteolitik untuk melepaskan asam-asam

amino yang kemudian diserap lewat usus.

Protein merupakan konstituen penting bagi semua jaringan tubuh.

Fungsi protein adalah sebagai pengganti protein yang hilang selama proses

metabolisme dan proses pengausan yang normal. Protein juga dapat

menghasilkan jaringan baru yang terbentuk selama masa pertumbuhan,

pemulihan dari cidera, kehamilan dan laktasi. Protein dapat dipakai

sebagai sumber energi sama halnya dengan karbohidrat, (Beck, 2011).


15

4. Vitamin

Vitamin adalah senyawa organik yang sangat dibutuhkan oleh

manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan walaupun hanya

dalam jumlah yang sedikit. Umumnya tubuh manusia tidak mampu

membentuk vitamin sendiri (kecuali vitamin D dan K. Vitamin D

terbentuk dari 7 αdehidrokolesterol yang dapat diubah menjadi provitamin

ke vitamin kholekalsiferol dengan bantuan cahaya matahari, sedangkan

vitamin K dibentuk dalam usus besar dengan pertolongan bakteri

Escherichia coli. Fungsi vitamin diantaranya adalah sebagai bagian dari

enzim atau ko-enzim yang dapat mengatur berbagai proses metabolisme.

Vitamin juga berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan pertumbuhan.

Vitamin dapat membantu mempertahankan fungsi jaringan tubuh, (Widuri

dkk, 2013).

5. Mineral

Mineral adalah zat anorganik yang terdapat dalam bahan makanan

baik tumbuhan maupun hewan yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah

sedikit.

Mineral dibagi menjadi dua kelompok yaitu mineral makro dan

mineral mikro. Mineral makro diantaranya adalah kalsium (Ca), fosfor (P),

natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg), klor (Cl) dan zat belerang

atau sulfur (S). Mineral mikro terdiri dari zat besi (Fe), tembaga atau

kuprum (Cu), iodium (I), mangan (Mn), kolbalt (Co), selenium (Se), flour

(F) dan seng (Zn). Fungsi mineral adalah sebagai zat pembentuk tulang
16

dan gigi, juga untuk mengatur metabolisme tubuh dan sebagai pengatur

keseimbangan cairan dan keseimbangan elektrolit, (Widuri dkk, 2013).

6. Air

Air merupakan media tempat berlangsungnya setiap proses tubuh dan

menjadi bagian kurang lebih 65-70 % dari berat total tubuh. Air

merupakan dasar bagi cairan intraseluler serta ekstraseluler dan menjadi

konstituen semua sekresi serta ekskresi tubuh. Hasilhasil pencernaan akan

diserap ke dalam tubuh lewat media cairan dan disebarluaskan dalam

darah serta cairan limfe. Reaksi kimia yang terlibat dalam proses

metabolisme juga memerlukan media cair. Air berfungsi untuk

mengangkut produk limbah dalam aliran darah menuju ginjal serta paru-

paru untuk dikeluarkan. Air juga berfungsi untuk memudahkan lewatnya

feses sepanjang kolon sehingga tidak terjadi konstipasi. (Beck, 2011)

2.2.3 Pemenuhan Gizi

Menurut Handono (2010) dalam jurnal ‘hubungan tingkat pengetahuan pada

nutrisi, pola makan dan energi tingkat konsumsi dengan status gizi anak usia lima

tahun di wilayah kerja puskesmas selogiri, wonogiri’ menyatakan bahwa

pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam perawatan anaknya, dalam hal

pemberian dan penyediaan makanannya, sehingga anak tidak menderita

kekurangan gizi.

Pemilihan makanan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang

makanan. Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi dapat membentuk sikap positif

terhadap masalah gizi sehingga mendorong seseorang untuk menyediakan


17

makanan dalam jumlah dan kualitas gizi yang sesuai dengan kebutuhan. Kadar

gizi anak dipengaruhi oleh pengasuhnya dalam hal ini adalah ibu.

Suparyanto (2011) menjelaskan bahwa makanan memegang peranan

penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak, oleh karena itu pola

makan yang baik dan teratur perlu dikenalkan sejak dini, antara lain melalui

makanan penuh gizi. Agar kebutuhan gizi anak seimbang dan terpenuhi maka

makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan,

seperti zat energi, zat pembangun dan zat pengatur.

Selain itu kebutuhan makanan memerlukan aturan sehingga anak

mendapatkan asupan gizi yang diperlukan, diantaranya melalui kegiatan sarapan

ketika pagi hari, pemberian selingan berupa susu pada pukul 10.00, ketika makan

siang, pemberian makan selingan kedua pada pukul 16.00, ketika makan malam

dan minum susu sebelum tidur. Pembentukan pola makan memerlukan penerapan

yang sesuai dengan pola makan keluarga.

Peran orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang

sehat. Selain itu makanan selingan berupa snack atau makanan olahan merupakan

penambah yang mampu membantu jika anak tidak menerima cukup porsi makan

yang baik. Jenis makanan selingan yang baik adalah mengandung zat gizi yang

lengkap berupa sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Perencanaan

pemenuhan kebutuhan gizi (kecukupan kalori dan protein) dapat dilakukan

melalui tujuh langkah utama menurut Pramono (2009), yaitu:

1. Menentukan kebutuhan energi, dengan melihat berdasarkan tabel

kebutuhan energi yang disesuaikan dengan usia serta jenis kelamin.


18

2. Memperhatikan zat gizi bahan pangan yang akan digunakan.

3. Upaya pemenuhan menu makanan bergizi seimbang.

4. Mengkonsumsi makanan yang halal dan menyehatkan.

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Gizi

1. Pengetahuan

Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi dapat

mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

kurangnya informasi, sehingga dapat terjadi kesalahan dalam pemenuhan

kebutuhan gizi (Hidayat, 2008).

2. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai

gizi tinggi, dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di

beberapa daerah tempe yang merupakan sumber protein yang baik dan

murah, tetapi tidak digunakan sebagai makanan sehari-hari karena

masyarakat menganggap bahwa mengkonsumsi tempe dapat merendahkan

status derajat (Hidayat, 2008).

3. Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan

tertentu dapat juga mempengaruhi status gizi. Misalnya, di beberapa

daerah terdapat larngan makan pisang dan papaya bagi para gadis remaja.
19

Padahal makanan itu merupakan sumber vitamin yang baik (Hidayat,

2008).

4. Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak

memperoleh zat-zat gizi yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat

mengakibatkan banyak terjadi kasus malnutrisi pada remaja karena asupan

gizinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh (Hidayat, 2008).

5. Ekonomi

Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi. Penyediaan

makanan bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga

perubahan status gizi dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain,

orang dengan status ekonomi kurang biasanya kesulitan dalam penyediaan

makanan bergizi dan sebaliknya (Hidayat, 2008).

2.3 Sikap

2.3.1 Definisi Sikap

Sikap adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

perasaan tidak mendukung (unfavorable) pada suatu objek. Sikap bersifat

evaluatif dan berakhir pada nilai yang dianut dan terbentuk kaitannya dengan

suatu objek. Sikap merupakan perasaan positif atau negatif atau keadaan mental

yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan
20

pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap objek, orang dan keadaan. Sikap

merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

obyek.

Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan

bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas , akan tetapi

adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan suatu kesiapan bereaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

Allport (Notoatmodjo, 2014) membagi sikap dalam tiga komponen yaitu

kepercayaan (keyakinan) terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi

terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak.

La Pierre berpendapat bahwa sikap sebagai pola perilaku, tendensi atau

kesiapan antisipatif, presdisposisi untuk menyesuiakan diri dalam situasi sosial,

atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan

kecenderungan potensial untuk bereaksi dengancara tertentu apabila individu

dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons, (Azwar,

2015).

Allport (1924) dalam Notoatmodjo (2014) menyebutkan bahwa sikap

merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis, karena

merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap adalah respon


21

tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan

faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang, setuju –

tidak setuju, baik – tidak baik dan sebagainya).

2.3.2 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2014) menjelaskan bahwa tingkatan sikap terbagi

menjadi 4 yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan objek.

2. Merespon (responding)

Memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan atau suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas diberikan, terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide itu.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah atau suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3.3 Komponen Sikap


22

Menurut Azwar (2015), struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang

saling menunjang yaitu :

1. Komponen kognitif (cognitive)

Disebut juga komponen perceptual, yang berisi kepercayaan individu yang

berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu berpresepsi terhadap

objek sikap, dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan),

pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional,

dan informasi dari orang lain.

2. Komponen efektif (affective)

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional dan subjektifitas

individu terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun

negatif (rasa tidak senang).

3. Komponen konatif (konative)

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang, berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

2.3.4 Pembentukan Sikap

Ada dua faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor interisik individu

diantaranya kepribadian, intelegensi, bakat, minat, perasaan, serta kebutuhan dan

motivasi seseorang dan faktor ekstrisik antara lain adalah faktor lingkungan,

pendidikan, ediologi, ekonomi, dan politik. Selain itu ada berbagai faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya pengalaman pribadi, kebudayaan

orang lain, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama,

serta emosi dalam diri individu (Notoatmodjo, 2014).


23

2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap

suatu objek antara lain :

1. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang

meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian-

kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-

menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap ke dalam individu dan

mempengaruhi terbentuknya sikap.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan, misalnya

dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan

mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh masyarakat.

3. Kebudayaan

Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pembentukan sikap. Dalam kehidupan di masyarakat diwarnai dengan

kebudayaan yang ada di daerahnya.

4. Media masa

Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya

terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan

pemberian informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal akan

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.

5. Lembaga pendidikan
24

Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam

pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu

2.3.6 Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden

(Notoatmodjo, 2014). Sikap diukur dengan berbagai item pertanyaan yang

dinyatakan dalam kategori respon dengan metode Likert. Untuk mengetahui sikap

responden digunakan lima alternatif jawaban yang kemudian diberikan skor untuk

dapat dihitung. Menurut Arikunto (2013) skor dihitung dan dikelompokkan ke

dalam dua kategori positif dan negatif, sebagai berikut :

1. Pernyataan positif diungkapkan dengan kata-kata :

Sangat Setuju (SS) mendapat skor 5, Setuju (S) mendapat skor 4, Ragu-

Ragu mendapat skor 3, Tidak Setuju (TS) mendapat skor 2, dan Sangat

Tidak Setuju (STS) mendapat skor 1.

2. Pernyataan negatif diungkapkan dengan kata-kata :

Sangat Setuju (SS) mendapat skor 1, Setuju (S) mendapat skor 2, Ragu-

Ragu mendapat skor 3, Tidak Setuju (TS) mendapat skor 4, dan Sangat

Tidak Setuju (STS) mendapat skor 5.

2.4 Konsep coronavirus Disease 2019 (COVID-19)


25

2.4.1 Definisi Covid-19

Coronavirus adalah subfamili dari kontaminasi yang disebabkan oleh

penyakit pada manusia dan makhluk. Pada manusia itu menyebabkan penyakit

pernapasan, mulai dari influenza musiman biasa hingga penyakit serius seperti

Kondisi Pernafasan Timur Tengah (MERS) dan Gangguan Pernafasan Intensif

Ekstrim (SARS).

Covid adalah jenis lain yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar

biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian, kemudian

dinamai Penyakit Pernafasan Berat Serius Covid 2 (SARS-COV 2), dan

menyebabkan penyakit Covid Sickness 2019 ( Kemenkes RI, 2020). Covids

memiliki subfamili Orthocoronavirinae dalam famili Coronaviridae dalam

permintaan Nidovirales dan subfamili ini menggabungkan alpha Covids dan virus

beta crown (Sagala, Maifita and Armaita, 2020).

2.4.2 Dampak Pandemi Covid-19

Munculnya Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China tidak hanya

menimbulkan dampak terhadap negara itu sendiri tetapi berdampak terhadap

beberapa negara yang terpapar Covid-19. Indonesia sebagai salah satu negara

yang masyarakat-nya terpapar Covid-19 memiliki dampak yang diakibatkan oleh

pandemi Covid-19. Dampak yang diakibatkan dari Covid-19 tidak hanya

berdampak besar terhadap kesehatan tetapi berdampak pada bidang-bidang lain

yang sangat serius. Berikut ini merupakan dampakdampak dari pandemi Covid-19

dari berbagai bidang:

1. Bidang Kesehatan
26

Disamping fakta bahwa Covid-19 memakan korban jiwa baik di

beberapa negara yang terinfeksi maupun di Indonesia, selain dampak

umum yang menyerang fisik dan nyawa seseorang dampak Covid-19 di

bidang kesehatan lain yaitu menyerang kesehatan mental.

Dibalik terdapatnya korban jiwa terhadap masyarakat yang terinfeksi

akibat Covid-19 dan masuknya Covid-19 ke Indonesia menyebabkan

masyarakat menjadi risau, gelisah, karena keadaan dan kondisi yang

memicu hal tersebut dengan adanya lockdown dan kebijakan pemerintah

lainnya yang membuat kehidupan tidak normal seperti sebelum Covid-19

datang hal ini dapat memicu kesehatan mental pada masyarakat, (United

Nations, 2020).

2. Bidang Pendidikan

Pemerintah melakukan kebijakan baru yaitu Work From Home (WFH).

Yang dimaksud dari kebijakan ini adalah upaya yang dilakukan

pemerintah agar masyarakat melakukan segala kegiatan di rumah. Maka

dari itu, pendidikan pun harus dilakukan di rumah tanpa tatap muka secara

langsung.

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ini dilakukan dengan sistem belajar

daring (jaringan). Adapun dampak yang dipicu dari belajar daring ini

adalah berbagai kendala yang dirasakan oleh guru dan murid, seperti

materi yang disampaikan oleh guru belum sepenuhnya tersampaikan tetapi

tugas yang diberikan diganti dengan tugas lainnya, sehingga menimbulkan


27

keluhan bagi para siswa karena tugas yang diterima semakin banyak setiap

harinya, (Siahaan, 2020).

3. Bidang Sosial

Dampak Covid-19 yang terjadi di Indonesia dalam bidang sosial

masyarakat yang disebabkan setelah adanya kebijakan Pembatasan fisik

dan sosial (Phisycal and Social Distancing) yang ditetapkan oleh

pemerintah menjadikan kehidupan masyarakat menjadi berbeda seperti

sebelumnya, dimana kehidupan sosial yaitu sesuatu yang berhubungan

dengan sistem hidup yang seharusnya bersama-sama, berkelompok,

bermasyarakat menjadi sendiri-sendiri dan membuat masyarakat sulit

untuk berinteraksi langsung disebabkan oleh adanya Covid-19 ini,

(Yanuarita & Hatyati, 2020).

4. Sektor Perekonomian

Pada sektor perekonomian dampak yang disebabkan oleh Covid-19

adalah pada Maret 2020 mengakibatkan turunnya PMI Manufacturing

Indonesia dengan jumlah penurunan sebesar 45,3%, pada triwulan ke-1

mengakibatkan adanya penurunan dalam kegiatan impor dengan jumlah

sebesar 3,7%, (Yamali & Putri, 2020).

Kemudian pada Maret 2020 mengakibatkan adanya penurunan inflasi

sebesar 2,96%, dalam kurun waktu Januari-Maret 2020 mengakibatkan

terjadinya pembatalan penerbangan secara terus-menerus yaitu dalam

penerbangan domestik sebesar 11.680 penerbangan dan penerbangan

internasional sebesar 1.023 penerbangan, mengakibatkan terjadinya


28

penurunan pengunjung turis ke Indonesia dari berbagai negara terutama

China dengan mencapai jumlah 6.800 per hari-nya, mengakibatkan

terjadinya kerugian besarbesaran dalam bidang penerbangan karena

hilangnya pendapatan sebesar Rp. 207 miliar.

2.5 Kerangka Teori

Faktor- Faktor
Faktor-Faktor yang
yang Mempengarui
Mempengaruhi Sikap :
Pemenuhan Gizi :
- Pengalaman Pribadi Pemenuhan
- Sikap Orang Tua Gizi Pada
- Pengaruh Orang Lain - Pengetahuan Balita
yang Dianggap - Prasangka
Penting - Kebiasaan
- Kebudayaan - Kesukaan
- Media Masa - Ekonomi
- Lembaga Pendidikan

Gambar 2. 1 Kerangka Teori


Sumber: Azwar (2021), Hidayat (2008)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan rancangan cross

sectional, yaitu melakukan observasi atau pengukuran terhadap dua variable pada

satu waktu tertentu. Tiap subjek hanya di observasi satu kali dan pengukuran

variable subjek dilakukan saat pemeriksaan.

Dalam penelitian ini terdiri atas dua macam variabel yaitu variabel

dependent dan variabel independent. Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi

dua, yaitu variabel independent (variable bebas), yaitu sikap orang tua, variabel

dependent (variabel terikat), yaitu pemenuhan gizi balita.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitan ini dilaksanakan di Desa Ciherang. Waktu yang

digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada 4-12

Juli 2022.

3.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lain nya, atau antara variable

29
30

yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo,2010).

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent

(variable bebas), yaitu sikap orang tua, variabel dependent (variabel terikat), yaitu

pemenuhan gizi anak.

a. Variable Bebas b. Variabel Terikat

Pemenuhan Gizi
Sikap Orang Tua Anak

Keterangan :

Variable bebas

Variable terikat

Arah hubung

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tententu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan menarik kesimpulan dari nya (Budiman, 2011).
31

Menurut (Notoatmodjo, 2010) variabel penelitian dapat di bedakan

berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variable lainnya maka macam

– macam variabel dalam penelitian dapat di bedakan menjadi:

1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang tidak tergantung kepada

variabel penelitian lainnya. Jika terdapat dua variabel penelitian maka

variabel independen yang akan menyebabkan perubahan atau hubungan

terhadap variabel penelitian lainnya (Budiman, 2011), yang menjadi

variabel independen dalam penelitian ini adalah sikap orang tua.

2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang tergantung kepada

variabel penelitian lainnya (Budiman, 2011) yang menjadi variabel terikat

dalam penelitian ini adalah pemenuhan gizi pada balita.

3.4.2 Definisi operasional

Menurut (Notoatmodjo, 2010) untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variable – variable tersebut di beri batasan atau “definisi operasional’’.

Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran

atau pengamatan terhadap variable – variable yang bersangkutan serta

pengembangan instrument (alat ukur).

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Cara Skala Hasil


Ukur Ukur Ukur Ukur
Independen:
1. Sikap Sikap merupakan suatu Kuesioner Wawancara Ordinal Sangat Setuju
Orang Tua kesiapan bereaksi (SS)
mendapat
terhadap objek di
skor 5,
lingkungan tertentu Setuju (S)
32

sebagai suatu mendapat


penghayatan terhadap skor 4,
Ragu-Ragu
obyek
mendapat
skor 3,
Tidak Setuju
(TS)
mendapat
skor 2, dan
Sangat Tidak
Setuju (STS)
mendapat
skor 1.
Dependen:
2. Pemenuhan Kemampuan orang tua Kuesioner Wawancara Ordinal Menggunakan
Gizi Anak dalam memberikan kriteria Z-
Score :
pemenuhan gizi sesuai
dengan pedoman Gizi Lebih : 4
pemenuhan gizi dengan
kriteria > 2
seimbang dengan
SD
indikator :
1. Mengkonsumsi Gizi Baik : 3
dengan
makanan beraneka
kriteria -2 SD
ragam sampai
2. Mengkonsumsi dengan 2 SD
makanan untuk
Gizi Kurang:
memenuhi 2 dengan
kecukupan energi kriteria -3
3. Mengkonsumsi sampai
Dengan < -2
makanan sumber
SD
karbohidrat
4. Membatasi Gizi Buruk :
1 dengan
konsumsi lemak
kriteria < 3
5. Menggunakan SD
33

garam beryodium
6. Mengkonsumsi
makanan sumber
zat besi (Fe)
7. Memberikan ASI
sampai usia 6 bulan
8. Membiasakan
makan pagi
9. Mengkonsumsi air
minum bersih dan
aman
10. Melakukan olahraga
11. Mengkonsumsi
makanan yang
aman bagi
Kesehatan
12. Membaca label
pada makanan yang
dikemas

3.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka disusun suatu hipotesis yang

merupakan jawaban sementara dari pernyataan penelitian yaitu:

1. H0 : Tidak ada hubungan antara sikap orang tua dengan pemenuhan

gizi balita di era krisis ekonomi akibat covid-19 di Desa Ciherang.

2. Ha : ada hubungan antara sikap orang tua dengan pemenuhan gizi

balita di era krisis ekonomi akibat covid-19 di Desa Ciherang.


34

3.6 Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik yang tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam

penelitian ini adalah 155 orang

3.6.2 Sampel

Sample adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang akan

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi, (Notoatmodjo,2010). Untuk

menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah :

Rumus n = N

1 + (N x e2)

Keterangan :

n : Jumlah Elemen ( anggota sampel)

N : Jumlah Elemen ( anggota populasi)

e : Error level (10% atau 0,1)

Penjelasan :

n= N

1 + (N x e2)

= 155

1 + (155 x 0,12)
35

= 155

1 + ( 1,55)

= 155

2,55

= 60,7

n = 61

Maka jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 61 responden

3.6.3 Teknik Sampling

Teknik sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Teknik

Accidental Sampling yaitu teknik penentuan sample secara kebetulan, yaitu siapa

saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sample, bila dipandang orang yang ditemui itu sesuai sebagai sumber data.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses

pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam 2018)

Adapun langkah – langkah pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan dilakukan penelitian serta meminta izin kepada

puskesmas Sumedang Selatan, mementukan responden yang mememuni kriteria

inklusi dan mencatat data responden sesuai dengan tujuan penelitian.


36

3.7.1 Sumber Data

Sumber Data dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari keterangan responden

melalui pengukuran, Wawancara, dan observasi (Sugiyono, 2017) Data

yang diperoleh dari kuesioner dengan cara Wawancara meliputi sikap orang

tua dan pemenuhan gizi balita.

2. Data skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari gambaran umum lokasi

Penelitian, buku, Jurnal ilmiah, dan internet.

3.7.2 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi sikap orang tua dengan cara Wawancara

kepada responden, serta mengukur kebutuhan gizi anak.

3.8 Instrumen Penelitian

Secara umum, kita dapat menguji instrument yang telah disusun peneliti,

yaitu menguji keandalan pengukuran. Tentunya dalam penyusunan sebuah

kuesioner harus dapat menggambarkan tujuan dari penelitian tersebut (valid) dan

dapat konsisten bila pertanyaan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda

(reliabel). Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri dari kuesioner yang


37

pernah digunakan oleh peneliti lain dan telah dinyatakan valid dan kuesioner

baku.

3.9 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.9.1 Uji Validitas

Berkaitan dengan pengujian validitas instrument (Notoatmodjo,2010)

menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu indeks yang

menunjukkan alat ukur itu benar – benar mengukur apa yang di ukur. Uji

validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat – tingkat kevalidan atau

keaslian suatu instrumen. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat

mengungkapkan data dari variable data yang diteliti secara tepat.

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas karena kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner yang pernah dipakai pada penelitian terdahulu serta

menggunakan kuesioner baku dan pengukuran Z Score.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur

yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu

dilakukan secara berulang ( Suharto, 2009).

Sama halnya dengan uji validitas, kesioner dalam penelitian ini tidak

dilakukan uji reliabilitas karena menggunakan kuesioner yang pernah dipakai

pada penelitian terdahulu serta menggunakan kuesioner baku.


38

3.10 Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.10.1 Metode Pengolahan Data

Berikut tahapan dalam pengolahan data, yaitu :

1. Editing

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan ulang terhadap data yang diperoleh,

yaitu menyangkut kelengkapan pengisian, konsistensi antara pertanyaan

dan jawaban sehingga mengurangi terjadinya kesalahan pengisian dari

setiap kuesioner. Jika terdapat ketidak lengkapan data maka dilengkapi

lagi.

2. Coding

Pada tahap ini dilakukan pemberian kode terhadap setiap jawaban dalam

bentuk angka/bilangan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam

pengolahan data

3. Processing

Setelah pengisian kuesioner terisi penuh dan benar serta sudah melewati

pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar

dianalisa. Pemrosesan data dilakukan dengan cara menggunakan perangkat

lunak.

4. Cleaning

Melakukan pengecekan kembali pada data yang sudah dimasukan apakah

ada kesalahan atau tidak.


39

5. Tabulasi Data

Adalah penyajian data yang telah diperoleh ke dalam tabel untuk dianalisis

lebih lanjut disertai dengan deskripsinya.

3.10.2 Analisa Data

1. Analisis Univariat

Rencana analisis data adalah analisis univariat yang dilakukan

terhadap tiga variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis

ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable ( Notoatmodjo,

2010 ). Analisis univariat ini menggambarkan hubungan sikap orang tua

dengan pemenuhan gizi anak di era krisis ekonomi akibat covid-19 di

Puskesmas Sumedang Selatan. Dalam analisis ini akan menggunakan

distribusi persentase dari tiap variable dengan rumus sebagai berikut:

F
X= ×100
N

Keterangan :

X = Hasil yang di cari

F = Frekuensi

N = Jumlah Responden

(Agung, 2013)

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel

Independent dengan variabel dependent. Untuk melihat hubungan masing-

masing variabel yang diteliti, dilakukan uji statistik. Pada penelitian ini uji

statistik yang digunakan adalah Chi-Square (X2) yaitu untuk menilai atau
40

membandingkan besarnya perbedaan antara frekuensi yang diamati

(observed) dan frekuensi yang diharapkan (Expected).

Rumus uji Chi-Square :

( O− E ) 2
X =∑ 2
E

X2 : Statistik Chi-Square

O : Frekuensi yang diamati (Observasi)

E : Frekuensi yang diharapkan (Expected)

Untuk mengetahui P-Value tergantung pada besarnya derajat

kebebasan (Degree off Freedom) yang dinyatakan dalam :

df = (b-1) (k-1)

Keterangan :

b = Jumlah baris di dalam tabel silang

k = Jumlah kolom didalam tabel silang

Derajat kepercayaan ( Confidence interval ) yang digunakan adalah

95%, sehingga :

1. Bila P-Value lebih kecil atau sama dengan alpha (P < 0.05) berarti

hipotesis alternatif diterima, artinya secara statistik terdapat

hubungan yang bermakna (Significant) antara kedua variabel yang

diteliti.

2. Bila nilai P-Value lebih besar dari Alpha (P ≥ 0.05) berarti Hipotesis

alternatif ditolak, artinya secara statistik tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara kedua variabel yang diteliti.


41

Uji chi-square merupakan uji non parametris yang paling banyak

digunakan. Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah: frekuensi

responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di

mana chi square dapat digunakan yaitu:

1. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga

Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).

2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell

saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected

count (“Fh”) kurang dari 5.

3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misal 2 x 3, maka jumlah cell

dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari

20%.

3.11 Etika Penelitian

Aspek etik merupakan bagian yang penting dan tidak penting terpisahkan

dalam proses penelitian. Penerapan prinsip etik diperlukan untuk menjamin

perlindungan terhadap hak-hak partisipan. Ada 4 prinsip utama dalam etika

penelitian, yaitu respect for human dignity, beneficience, non malaficience dan

justice (Notoatdmojo, 2010; dalam Saputra 2021).

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam menghargai

harkat dan martabat resaponden adalah :

1. Respect For Autonomy (Menghormati Otonomi)


42

Dalam penelitian ini , peneliti akan memberikan informasi yang benar tentang

penelitian yang dilakukan terkait tujuan, manfaat dan proses penelitian

sehingga responden memahami tentang seluruh proses penelitian yang akan

diikuti. Sebelum melakukan pengumpulan data, semua responden harus

menandatangani surat persetujuan sebagai bukti bahwa responden bersedia

menjadi informan dalam peneitian yang dilakukan.

2. Confidentiality (Kerahasiaan Data)

Informasi yang telah diperoleh dari semua responden akan dirahasiakan oleh

peneliti dan menyimpan hanya untuk keperluan pelaporan hasil penelitian.

Dalam penelitian ini data yang telah diperole dari resonden akan disimpan

dan dirahasiakandan anya digunakan untuk kepentingan penelitian.

3. Beneficience (Berbuat Baik)

Dalam penelitian ini, peneiliti memperhatikan kesejahteraan responden degan

memperhatikan kemanfaatan dari penelitian yang dilakukan. Peneliti akan

menghargai responden sebagai sumber informasi dari penelitian yang

dilakukan, memperhatikan dan mempercayai responden.

4. Non-Malaficience (Tidak Merugikan)

Dalam penelitian ini, peneliti akan meminimalkan resiko dari kegiatan yang

dilakukan dengan tidak merugikan pada responden. Selain itu, peneliti akan

memperhatikan agar responden bebas dari ketidaknyamanan saat proses

penelitian berlangsung.

5. Justice (Keadilan)
43

Dalam penelitian ini, peneliti akan memperlakukan semua responden secara

adil dan memberikan kesempatan yang sama pada responden untuk

membangun hubungan yang bersifat professional sama terhadap responden.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.12 Hasil Penelitian

3.12.1 Analisa Data Univariate

Hasil analisa univariat ini akan ditampilkan distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel, baik variabel sikap orang tua maupun variabel dependen

pemenuhan gizi balita. Adapun hasil data analisis univariat dideskripsikan

sebagai berikut :

4.1.1.1 Distribusi Frekuensi Sikap Orang Tua

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Sikap Orang Tua

Sikap Orang Tua Frekuensi Presentasi (%)


(n = 61)
Kurang 10 16,4
Cukup 29 47,5
Baik 22 36,1
Total 61 100
Sumber : Data hasil penelitian, 2022

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi

sikap orang tua. Dapat peneliti simpulkan bahwa gambaran sikap orang tua yang

cukup sebanyak 47,5 % yang artinya sebagian besar sikap orang tua terhadap

pemenuhan gizi balita adalah cukup.

44
45

4.1.1.2 Distribusi Frekuensi Pemenuhan Gizi Balita

Tabel 4.2
Distribusi Pemenuhan Gizi Balita

Pemenuhan Gizi Balita Frekuensi Presentasi (%)


(n = 61)
Tidak Terpenuhi 9 16,4
Terpenuhi 52 47,5
Total 61 100
Sumber : Data Hasil Penelitian , 2022

Berdasarkan tabel 4,2 di atas dapat dilihat bahwa distribusi

frekuensi pemenuhan gizi balita, Dapat peneliti simpulkan bahwa

gambaran pemenuhan gizi balita sebanyak 47,5 terpenuhi % yang artinya

sebagian besar pemenuhan nutrisi pada balita terpenuhi.

3.12.2 Analisa Data Bivariate

Pada analisa bivariat terlebih dahulu dilakukan tabulasi silang data

antara variabel independen dan variabel dependen, dengan menggunakan

uji statistik Chi Square. Adapun hasil analisis bivariat dideskripsikan

sebagai berikut:

Tabel 4.3
Hubungan Sikap Orang Tua Terhadap Pemenuhan Nutisi Balita

Sikap Pemenuhan Nutrisi Balita Total Nilai


Orang Tidak Terpenuhi Terpenuhi P value
Tua
n n n
Kurang 0 10 10 0.003
Cukup 9 20 29
Baik 0 22 22
Jumlah 9 52 61
Sumber : Data Hasil Penelitian, 2022
46

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 9 balita

tidak terpenuhi pemenuhan nutrisinya dan 52 balita sudah terpenuhi

kebutuhan nutrisinya.

Berdasarkan hasil uji statistik Hubungan sikap orang tua dengan

pemenuhan nutrisi pada balita di didapatkan nilai P value = 0. 003 < nilai

alpha 0.05 maka dapat diartikan ada Hubungan sikap orang tua dengan

pemenuhan nutrisi pada balita di Desa Ciherang tahun 2022.

3.13 Pembahasan

3.13.1 Gambaran Sikap Orang Tua

Berdasarkan data yang ditunjukan pada tabel 4.1 bahwa sebagian

besar sikap orang tua cukup dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita

yaitu sebanyak 29 orang (47.5%) Sesuai dengan hipotesis menunjukan

bahwa sikap orang tua berpengaruh terhadap pemenuhan nutrisi pada

balita.

Menurut L. Green dalam Notoatmodjo (2007) sikap juga

merupakan faktor predisposisi (predisposing factor) dari perilaku atau

praktek. Di sinilah dituntut kebijakan orang tua untuk memahami

pengetahuan yang telah didapat kemudian ia harus menentukan sikap apa

yang harus diambil untuk memenuhi kebuthan nutrisi anaknya.

Dikatakan sikap negatif pada ibu adalah kurangnya kepedulian ibu

terhadap asupan gizi anak, ibu yang bersikap positif cenderung


47

memerhatikan makanan yang dikonsumsi anak sesuai dengan kebutuhan

dan lebih mengontrol makanan yang akan dikonsumsi anak.

3.13.2 Gambaran Pemenuhan Nutrisi Balita

Berdasarkan data yang ditunjukan pada tabel 4.2 bahwa sebagian

besar nutrisi balita sudah terpenuhi sebanyak 52 orang (47,5%). Keadaan

ini juga didukung adanya sikap orang tua yang sebagian besar telah cukup

dalam pemenuhan nutrisi pada balita.

Status gizi balita sangat penting untuk diperhatikan karena secara

luas memiliki dampak besar dan berkepanjangan pada status kesehatan

anak, perkembangan fisik dan mental serta produktifitas anak saat dewasa

(Okoroigwe dan Okeke, 2009). Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan

Vinod et al (2011) yang menyatakan bahwa gizi pada anak balita

(kelompok usia 0-5 tahun) sangat penting karena merupakan pondasi

untuk kesehatan sepanjang hidupnya nanti, juga kekuatan dan kemampuan

intelektualnya.

3.13.3 Hubungan Sikap Orang Tua Terhadap Pemenuhan Nutrisi Pada

Balita di Desa Ciherang tahun 2022

Hasil uji statistik dengan menggunakan metode Chi-Square

dengan taraf signifikan 5% (0,05) didapat bahwa nilai P-Value sebesar

0,003 artinya < 0,05 sehingga Ho ditolak, hal ini terbukti bahwa ada

Hubungan Sikap Orang Tua Terhadap Pemenuhan Nutrisi Pada Balita di

Desa Ciherang tahun 2022.


48

Sikap merupakan kesiapan merespon yang sifatnya positif atau

negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten (Ahmadi, 2004

dalam Laila dkk, 2020). Sikap menunjukkan adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan. Jadi sikap belum merupakan tindakan atau aktifitas, akan

tetapi merupakan “predisposisi” tindakan atau perilaku atau peran

(Notoatmodjo, 2007). Jika sebagian besar responden memiliki sikap yang

positif cenderung tindakan ataupun perilakunya juga positif, sehingga gizi

pada anak akan tetap baik.

Menurut L. Green dalam Notoatmodjo (2007) sikap juga

merupakan faktor predisposisi (predisposing factor) dari perilaku atau

praktek. Di sinilah dituntut kebijakan orang tua untuk memahami

pengetahuan yang telah didapat kemudian ia harus menentukan sikap apa

yang harus diambil untuk memenuhi kebuthan nutrisi anaknya.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Safitri (2018) yang berjudul

Hubungan Antara Sikap Dan Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi

Berdasarkan Bb/U Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota

Singkawang dengan hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji

statistic fisher didapatkan nilai sig. atau p value 0,040 ( < 0,05) yang

berarti terdapat hubungan antara sikap ibu dengan status gizi anak. Hal ini

dikarenakan sikap terkait dengan pola asuh yang diberikan ibu kepada

anak dapat memengaruhi status gizi anak seperti dalam memberikan

perhatian yang penuh serta kasih sayang kepada anak, dan memberi waktu
49

yang cukup untuk memerhatikan asupan gizi anak sehingga status gizi

anak juga lebih baik. Pola asuh yang diberikan ibu kepada anak berkaitan

dengan pola konsumsi makanan anak, dimana ibu berperan penting dalam

pemberian makanan dan mengatur menu makan anak.

Kondisi gizi anak yang kurang baik juga bisa terjadi dari ibu yang

memiliki sikap positif terhadap gizi anak. Didapatkan dari hasil analisa

pada uji statistik bahwa terdapat ibu yang memiliki sikap positif terhadap

pemenuhan gizi anak akan tetapi memiliki anak berstatus gizi buruk. Hal

ini dapat disebabkan karena faktor kesehatan dan lingkungandi sekitar

anak. Kedua faktor tersebut merupakan faktor langsung yang juga dapat

memengaruhi status gizi anak. Faktor lain yang dapat memengaruhi

terjadinya gizi buruk pada anak dilihat dari karateristik ibu adalah

produktivitas keluarga. Oleh karena itu walaupun ibu memiliki sikap

negatif mengenai gizi balita tetapi jika anak tersebut mengkonsumsi

makanan yang memiliki kandungan gizi cukup maka anak tersebut akan

tetap memiliki gizi baik, begitu pula sebaliknya.

Penelitian Laila dkk (2020) yang berjudul Hubungan Pengetahuan,

Sikap Dan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja

Puskesmas Martapura 2 Tahun 2020 mendapatkan hasil bahwa ada

hubungan antara sikap dengan status gizi balita di wilayah kerja

Puskesmas Martapura 2. Sebanyak 51 reponden (83,6%) dengan sikap

positif memiliki anak balita status gizi baik, 10 responden (16,4%) dengan

sikap positif memiliki anak balita status gizi kurang. Sebanyak 4


50

responden (44,4%) dengan sikap negatif memiliki anak balita status gizi

baik, 5 responden (55,6%) dengan sikap negatif memiliki anak balita

status gizi kurang. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek

(Notoatmodjo, 2007). Hasil analisis menggunakan uji Fisher Exact Test

diperoleh nilai p=0,018 yang artinya ada hubungan signifikan antara sikap

ibu dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Martapura 2

Tahun 2020. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki

sikap positif juga ada yang memiliki balita status gizi kurang, dan

sebaliknya ibu yang memiliki sikap negatif ada juga yang memiliki balita

status gizi baik, hal ini dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi

status gizi.

Adapun penelitian yang dilakukan Mika (2017) dengan judul

Hubungan Sikap Ibu Dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu yang menunjukkan terdapat

hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan status gizi balita. Sikap

merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong

atau menimbulkan perilaku tertentu. Jika seorang ibu mempunyai sikap

baik terhadap gizi akan melahirkan perilaku yang baik pula dalam

meningkatkan status gizinya (Mardiana, 2006).


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

3.14 Kesimpulan

1. Gambaran sikap orang tua sebagian besar cukup sebanyak 29 responden

(47,5%).

2. Gambaran pemenuhan nutrisi balita sebagian besar terpenuhi 52 responden

(47,5%)

3. Ada hubungan sikap orang tua dengan pemenuhan nutrisi pada balita di

Desa Ciherang Tahun 2022, di tunjukan dengan nilai (p-value 0,003 < 0,05).

3.15 Saran

1. Bagi Puskesmas

Memberikan informasi dalam upaya untuk meningkatkan penyuluhan

berbagai macam hal berkaitan dengan masalah kesehatan dalam pelayanan

khususnya dalam bidang gizi.

2. Bagi Prodi IKP FIKES UNSAP

Hasil penelitian ini disarankan menjadi data dasar dalam penyusunan skripsi

yang lain dengan topik permsalahan yang sama yaitu tentang nutrisi pada

balita, serta sebagai acuan baik untuk pembelajaran maupun penelitian

selanjutnya.

51
52
53

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan melakukan penelitian sejenis dengan mengembangkan

penelitian ini baik kualitas alat ukur, waktu penelitian, dan mengendalikan

variabel-variabel pengganggu yang belum dikendalikan, sehingga

diharapkan lebih akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2013). Daur Kehidupan dan Gizi. Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan, 1.
Azwar, S. (2015). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Beck, M. E. (2011). Ilmu gizi dan diet.
Budiman, C. (2011). Metodologi penelitian kesehatan. Penerbit: EGC, 47-48.
Departemen Kesehatan RI, 2014
Djoko Pekik Irianto. (2006). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Handono, NP., 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan pada Nutrisi, Pola Makan,
dan Energi Tingkat Konsumsi dengan Status Gizi Anak Usia Lima Tahun
di Wilayah Kerja Puskesmas Selogiri, Wonogiri
Hanoatubun, S. (2020). Dampak Covid–19 terhadap Prekonomian
Indonesia. EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and
Counseling, 2(1), 146-153.
Hidayat. A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta. EGC.Pahlevi, A. E., & Indarjo, S. (2012). Determinan Status Gizi
Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 116–120.
KEMENKES RI. (2020b). Situasi Terkini Perkembangan Coronavirus Disease
(COVID-19)
Laila, Nor (2020) HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN POLA ASUH
IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MARTAPURA 2 TAHUN 2020
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2013
Nabil. (2017). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dalam Pendekatan Psikologi
Anak

Nainggolan, J., & Zuraida, R. (2012). Hubungan antara pengetahuan dan sikap
gizi ibu dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas Rajabasa
indah Kelurahan Rajabasa Raya Bandar Lampung. Jurnal Majority, 1(1).

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian Kesehatan

54
55

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: rineka


cipta

Pahlevi, A. E., & Indarjo, S. (2012). Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 116–120.

Pranita, E. (2020, Mei 10). Diumumkan Awal Maret, Ahli: Virus Corona Masuk
Indonesia dari Januari. Kompas.com.
https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/11 /130600623/diumumkan-
awal-maret-ahli--virus- corona-masuk-indonesia-dari-januari.

Riset Kesehatan Dasar; 2018

Sagala, S. H., Maifita, Y., & Armaita, A. (2020). Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Masyarakat terhadap Covid-19: A Literature Review. Menara
Medika, 3(1).

Siahaan, M. (2020). Dampak pandemi Covid-19 terhadap dunia


pendidikan. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia
Pendidikan, 20(2).

Sugiyono, S. (2017). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D.

Sulastri, D., Putri, R,F., & Lestari, Y., 2014. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang.

Suryahadi, A. (2020) ‘Penyediaan Bahan pangan selama pandemi COVID-19’.


Kota Jakrata: Nasional kontan. Available at:
https://amp.kontan.co.id/news/iniperub
ahanperilakukonsumenIndonesiasaatp andemicorona

UNICEF. UNICEF-WHO-World Bank: Joint Child Malnutrition Estimates 2018


edition – interactive dashboard [Internet]. 2018. Available from:
https://data.unicef.org/resources/global-nutrition-report-2017-
nourishingsdgs/

United Nations, 2020

Widuri, H, dan Dedi, M.P. 2013. Komponen Gizi dan Bahan Makanan Untuk
Kesehatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Yanuarita, H. A., & Haryati, S. (2021). Pengaruh covid-19 terhadap kondisi sosial
budaya di Kota Malang dan konsep strategis dalam
penanganannya. Jurnal Ilmiah Widya Sosiopolitika, 2(2), 58.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN

Tanggal : ………………………
No. Resp : ………………………
Alamat : ………………………

A. Identitas Responden
1. Umur Responden : ........... Tahun
2. Jenis Kelamin Resp :L/P
3. Tinggi Badan : ............cm
4. Pendapatan Per Bulan :
a. ≤ Rp. 1.500.000,-
b. ≥ 1.500.000,-

B. Kuesioner Sikap Orang Tua dengan Pemenuhan Gizi Anak


Petunjuk Pengisian:
1. Kuesioner ini memuat 15 pertanyaan seputar sikap orang tua dengan
pemenuhan gizi pada anak di era krisis ekonomi akibat pandemi
covid-19.
2. Bacalah setiap pertanyaan dengan baik dan jawablah sesuai dengan
skala yang tertera di bawah ini.
3. Pertanyaan ini memiliki 4 pilihan jawaban yang tersedia meliputi:
1) Sangat Tidak Setuju (STS)
2) Tidak setuju (TS)
3) Ragu-Ragu (RR)
4) Setuju (S)
5) Sangat Setuju (SS)
4. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan
kondisi yang dialami saat ini dengan memberikan tanda ceklis (√)
pada salah satu skala tersebut.
JAWABAN
No. ITEM
STS TS RR S SS
Apakah ibu menyiapkan sendiri
1.
makanan untuk anak?
Apakah ibu mengetahui
2. komposisi zat gizi dalam
makanan untuk anak?
Apakah ibu mengetahui dan
3. mempraktekkan makanan yang
sesuai selera anaknya?
Dalam memberikan makanan
4. pokok bagi anak, apakah ibu
yang menyuapi sendiri?
Sebelum menyuapi anak, apakah
5. ibu mencuci tangan terlebih
dulu?
Apakah makanan anak bervariasi
6.
dari pagi hingga sore hari?
Apakah ibu memberi makan
supermi/nasi dan krupuk tanpa
7. lauk seperti tempe atau telur dan
sayuran untuk makanan pokok
anak?
Apakah setiap hari ibu
8. memberikan buah untuk
anaknya?
Apakah anak setiap hari diberi
9.
ASI/PASI
10. Apakah makanan yang diberikan
untuk anak banyak mengandung
bumbu yang merangsang dan
digoreng?
Ketika mencuci beras, apakah
11.
dicuci sampai airnya jernih?
Sayuran dipotong-potong dulu
12.
baru dimasak sampai lembek
Apakah ibu membawa anaknya
13.
ke posyandu untuk ditimbang?
Jika berat badan anak turun dari
bulan sebelumnya, apakah ibu
14.
berkonsultasi dengan bidan
desa/dokter/ ke puskesmas?
Jika anak ibu sakit, apakah ibu
15. berkonsultasi ke bidan
desa/dokter/ke puskesmas?
SURAT PERMOHONAN IZIN KUESIONER

Kepada Yth. Sumedang, 23 Mei 2022


Delina Putri
Di tempat

Sebelumnya perkenalkan saya Rohman Nugraha Mahasiswa Fikes Unsap


jurusan S1 Keperawatan yang sedang menyusun skripsi dengan judul Hubungan
Sikap Orang Tua Dengan Pemenuhan Gizi Balita Di Era Krisis Ekonomi Akibat
Pandemi Covid-19 Di Desa Ciherang Tahun 2022. Setelah saya membaca hasil
penelitian saudara untuk kuesionernya sama dengan judul skripsi yang saya
sedang susun ini, maka dari itu saya mohon izin untuk menggunakan kuesioner
saudara di penelitian saya.

Besar harapan saya diberikan izin untuk menggunakan kuesionernya, atas


perhatiaannya saya ucapkan terimakasih.

Pemohon,

Rohman Nugraha
SURAT PERSETUJUAN IZIN KUESIONER

Kepada Yth. Sumedang, 28 Mei 2022


Rohman Nugraha
Di tempat

Salam kenal kembali, sebelumnya saya ucapkan terimakasih sudah


membaca hasil penelitian saya, sekiranya kuesioner yang saya buat dapat
dipergunakan dalam penelitian saudara, pada prinsipnya saya memberikan izin
untuk mempergunakan kuesioner yang saya buat itu.

Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kepercayaannya akan


menggunakan kuesioner saya. Semoga skripsinya cepat selesai dan nilai bagus.

Wassalam,

Delina Putri

Anda mungkin juga menyukai