Anda di halaman 1dari 50

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN POLA ASUH IBU

DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA


24-59 BULAN DI PUSKESMAS NAMBO

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Seminar Proposal Program Studi


Diploma IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

OLEH

SELVI SAFITA
NIM.P00312017039

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D-IV

2021

1
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN


KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI
PUSKESMAS NAMBO

Diajukan oleh :

SELVI SAFITA
NIM.P00312017039

Telah Disetujui Oleh


Dewan Pembimbing Prodi DIV Kebidanan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari

Kendari, Februari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Sultina Sarita,SKM,M.Kes Feryani,S.Si.T,MPH


NIP.196806021992032003 NIP.198102222002122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan

Sultina Sarita,SKM,M.Kes
NIP.196806021992032003

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,

yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyusun dan menyelesaikan proposal yang berjudul “ Hubungan antara

Pekerjaan dan Pola Asuh Ibu dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita

Usia 24-59 bulan di Puskesmas Nambo “  ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari proposal ini adalah untuk memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kebidanan.

Selain itu, proposal ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi

para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu saya dalam menyelesaikan proposal ini dalam hal

wawasan maupun pengalaman.

Saya menyadari,bahwa proposal penelitian yang tertulis ini masih

jauh dari kata sempurna baik dari isi maupun tata cara penyusunannya.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan

demi kesempurnaan penelian ini.

Kendari, Februari 2021

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................ iii

DAFTAR ISI............................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 7
E. Keaslian Penelitian....................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka............................................................................. 9
B. Landasan Teori............................................................................. 25
C. Kerangka Teori.............................................................................. 26
D. Kerangka Konsep.......................................................................... 27
E. Hipotesis Penelitian...................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................................. 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 28
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 29
D. Identifikasi Variable Penelitian...................................................... 30
E. Definisi Operasional Variable........................................................ 30
F. Instrument Penelitian.................................................................... 31
G. Alur Penelitian............................................................................... 33

iv
H. Pengelolahan Data dan Analisis Data.......................................... 33
I. Etika Penelitian............................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 37

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ......................................... 27

Gambar 2 Kerangka Konsep ......................................... 28

Gambar 3 Rancangan penelitian ......................................... 29

Gambar 3 Alur Penelitian ........................................ 34

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi merupakan hal penting dalam pertumbuhan fisik dan

kecerdasan anak balita usia dibawah 5 tahun yang memerlukan

perhatian khusus dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan dimana

hal ini di dukung oleh gizi balita (R. F. Putri et al., 2015). Balita juga

merupakan kelompok usia yang beresiko mengalami kurang gizi

yang cukup besar. Kurang gizi pada balita dapat berakibat gagal

dalam tumbuh kembang serta dapat meningkatkan kesakitan dan

kematian (Burhani et al., 2016).

Asupan gizi yang kurang atau buruk pada anak dapat

mengancam jiwa, menderita gizi kurang, memiliki kekebalan yang

lemah dan rentan terhadap keterlambatan perkembangan jangka

panjang. Anak yang gizi kurang membutuhkan pemberian makan

dan perawatan segera untuk bertahan hidup. Menurut data The

Global Health Observatory pada tahun 2019, prevalensi anak

dibawah usia 5 tahun yang mengalami gizi kurang (Underweight)

berjumlah 13 juta anak (UNICEF et al., 2020).

Gizi kurang mengacu pada anak yang terlihat kurus. Gizi

kurang adalah hasil dari penurunan berat badan atau kegagalan

menambah berat badan. Seorang anak yang gizi kurang atau gizi

1
2

buruk memiliki peningkatan risiko kematian, tetapi pengobatan

mungkin dilakukan (UNICEF et al., 2020).

Gizi kurang merupakan status gizi yang didasarkan pada

indeks berat badan menurut umur (BB/U). Berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa di Indonesia

balita usia 0-59 bulan memiliki persentase gizi kurang sebesar

13,8%. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil Pemantauan

Status Gizi (PSG) yang diselenggarakan oleh Kementerian

Kesehatan tahun 2017, yaitu pada balita usia 0-59 bulan memiliki

persentase gizi kurang sebesar 14,0% dan Provinsi Sulawesi

Tenggara di kategorikan masih tingginya kejadian gizi kurang

dimana, pada balita usia 0-59 bulan persentase gizi kurangnya

sebesar 16,4% (Kemenkes RI, 2019).

Status gizi pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu

faktor yang secara langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab

langsung yaitu intake makanan yang kurang ade kuat, kurangnya

makanan yang mengandung protein dan kalori yang dibutuhkan

oleh tubuh dan keadaan kesehatan anak. Faktor tidak langsungnya

yaitu ketahanan makanan keluarga, pola asuh ibu terhadap anak,

serta sanitasi lingkungan (Dwi Pratiwi et al., 2016).

Perilaku ibu dalam pengasuhan balita khususnya dalam

pemberian nutrisi, baik jenis makanan, maupun jumlah makanan


3

ditentukan oleh pengetahuan ibu terhadap kebutuhan nutrisi balita.

Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi sangat penting dalam

meningkatkan status gizi keluarga terutama status gizi anaknya.

Perilaku ibu tentang kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain umur, pendidikan, status sosial, budaya, dan lain-lain

(Notoamodjo, 2008).

Perilaku ibu dalam pemberian nutrisi kepada balita juga

dipengaruhi oleh status pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja berdampak

pada rendahnya waktu kebersamaan ibu dengan balita sehingga

perhatian ibu terhadap perkembangan balita menjadi berkurang.

Dampak dari ibu bekerja juga tergantung dari jenis pekerjaan yang

dilakukan ibu. Ibu yang memiliki jenis pekerjaan berat maka akan

mengalami kelelahan fisik, sehingga ibu akan cenderung memilih

untuk beristirahat dar ipada mengurus balitanya (Dyah, 2008).

Pekerjaan orang tua diduga memberikan kontribusi dalam

status gizi anak. Orang tua yang bekerja di luar rumah cenderung

mempunyai waktu yang sedikit untuk berinteraksi dengan anaknya

dibandingkan dengan ibu yang tidak berkerja. Termasuk dalam hal

pendampingan makan, sangat dimungkinkan pola makan anak

akan terganggu. Ibu yang bekerja sangat dimungkinkan waktu

berinteraksi, dan mendampingi anak semakin sedikit. Sehingga

pola makan anak terganggu yang mengakibatkan tumbuh kembang

anak juga tidak maksimal. Akibatnya anak dengan fisik yang kurus
4

bisa terjadi gizi kurang yang jangka panjangnya dapat mengalami

gizi buruk (Ronasari M, 2017).

Pola asuh yang diterapkan oleh ibu akan berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita karena

kekurangan gizi pada masa balita akan bersifat irreversible (tidak

dapat pulih), sehingga pada masa ini balita membutuhkan asupan

makan yang berkualitas. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan di Nusa Tenggara Timur bahwa pola asuh makan yang

diterapkan oleh ibu akan menentukan status gizi balita. Semakin

baik pola asuh makannya maka semakin baik pula status gizinya.

Pola asuh makan yang baik dicerminkan dengan semakin baiknya

asupan makan yang diberikan kepada balita. Asupan makan yang

dinilai secara kualitatif digambarkan melalui keragaman konsumsi

pangan. Keragaman pangan mencerminkan tingkat kecukupan gizi

seseorang (Widyaningsih et al., 2018).

Praktik pemberian makan anak sangat penting untuk

kelangsungan hidup anak terutama partumbuhan dan

perkembangan anak. Pola Asuh ibu dalam hal pemberian makanan

balita perlu mendapatkan perhatian dan harus dilakukan secara

benar dan tepat. Pola asuh ibu yang tidak benar dan tepat dapat

mengakibatkan masalah gizi pada balita. Masalah gizi tersebut

akan menyebabkan peningkatan risiko penyakit infeksi,

menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif, munculnya


5

gangguan kesehatan saat usia remaja dan dewasa, dan dapat

meningkatkan risiko kematian pada balita (Putra, 2020).

Pola asuh yang kurang menghasilkan status gizi yang

kurang juga, hal itu diakibatkan kurangnya kesadaran ibu dan

keluarga tentang pentingnya pola asuh yang baik terhadap balita.

Pemilihan makanan yang tepat dapat menghasilkan status gizi

yang baik karena dalam hal memenuhi nutrisi yang baik bagi balita

tidak selalu makanan yang mahal tetapi hal tersebut tergantung

dari seorang ibu dalam hal memanfaat hasil alam yang ada dan

memilih bahan makanan yang murah tetapi memiliki nilai gizi yang

tinggi (Tutik dkk., 2018).

Hasil survey pendahuluan pada 10 ibu tentang pola asuh

pada balita didapatkan bahwa 50% ibu dalam mengasuh anak

hanya mementingkan frekuensi makannya, 30% laninya

memerhatikan jenis makanannya dan 20% ibu lainnya hanya

mementinkan banyaknya makanan yang dikonsumsi oleh balita.

Untuk pekerjaan dari 10 ibu terdapat 80% yang ibu rumah tangga

dan 20% lainya pegawai negri. Selain itu juga data dari Puskesmas

Nambo berdasarkan indeks berat badan dengan umur (BB/U) dari

jumlah 512 balita untuk balita usia 0-59 bulan kejadian gizi kurang

yaitu sebanyak 65 balita pada tahun 2020, olehnya itu penulis

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul


6

“Hubungan Antara Pekerjaan dan Pola Asuh Ibu Dengan Kejadian

Gizi Kurang pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Puskesmas Nambo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah

penelitian adalah apakah ada hubungan antara pekerjaan dan pola

asuh ibu dengan kejadian gizi kurang pada balita usia 24-59 bulan

di Puskesmas Nambo.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dan pola asuh

ibu dengan kejadian gizi kurang pada balita usia 24-59 bulan di

Puskesmas Nambo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi pekerjaan ibu di wilayah

Puskesmas Nambo.

b. Mengetahui distribusi frekuensi pola asuh ibu di wilayah

Puskesmas Nambo.

c. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian gizi kurang pada

balita usia 24-59 bulan di wilayah Puskesmas Nambo.

d. Menganalisis hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian gizi

kurang di wilayah Puskesmas Nambo.


7

e. Menganalisis hubungan pola asuh ibu dengan kejadian gizi

kurang di wilayah Puskesmas Nambo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi ibu

Untuk menambah wawasan ibu yang memiliki balita tentang gizi

kurang dan pola asuh yang baik pada balita yang dapat

mempengaruhi kejadian gizi kurang.

2. Manfaat bagi Puskesmas

Untuk informasi bagi puskesmas di wilayah kerjanya tentang

hubungan antara pekerjaan dan pola asuh ibu terhadap

kejadian gizi kurang.

3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

1. Analisis Pengetahuan Ibu Tentang Kenaikan Berat Badan Balita

Usia 0-24 bulan Dengan Kejadian Balita Gizi Kurang Di Kota

Kediri pada tahun 2018, perbedaan dari penelitian ini adalah

variabel bebas dan sampel penelitian. Pada penelitian ini

variabel bebasnya adalah pekerjaan dan pola asuh ibu dan

sampelnya menggunakan simple random sampling.

Kesamaannya adalah menggunakan variabel terikat yang sama

yaitu gizi kurang.


8

2. Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah

Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kecamatan Wanea Kota

Manado 2014, perbedaan dengan penelitian ini ada di variabel

terikat penelitian dan sampel penelitian. Pada penelitian variabel

terikatnya adalah gizi kurang serta sampelnya menggunakan

simple ramdom sampling. Kesamaan dari kedua penelitian ini

menggunakan metode penelitian yang sama yaitu potong

lintang atau cross-sectional study.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Balita

Balita adalah individu atau sekelompok invidu dari suatu

penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Adapun

menurut WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 bulan. Sumber

lain mengatakan bahwa usia balita adalah 1-5 tahun (Merryana

A, 2016).

2. Pertumbuhan Balita

Pertumbuhan dan perkembangan balita dapat dilihat dari

beberapa aspek. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan

perubahan dalam hal besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat

sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran

berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan

metabolik (Merryana A, 2016).

3. Pengertian Gizi

Gizi merupakan faktor utama yang mendukung terjadinya

proses metabolisme dalam tubuh. Setiap reaksi kimia yang

terjadi dalam tubuh membutuhkan zat gizi tertentu untuk

pelaksanaanya. Gizi berasal dari bahasa mesir yang berarti

makanan. Zat gizi adalah kebutuhan mendasar yang dibutuhkan

9
10

oleh manusia untuk melangsungkan hidup, termasuk tumbuh

dan berkembang. Zat gizi yang dibutuhkan dikelompokan

menjadi 5 yaitu, kerbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral

(Dr.Sandra dkk., 2016).

4. Zat Gizi

a. Karbohidrat

Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan sumber

tenaga utama bagi tubuh dalam bentuk energi. 1 gram

karbohidrat menyediakan energi sejumlah 4 kilo kalori (Kal)

bagi tubuh. Karbohidrat dalam bentuk glokosa merupakan

satu-satunya sumber energi bagi otak dan sistem saraf.

Karbohidrat disimpan sebagai cadangan energi dalam

bentuk glikogen yang disimpan dalam hati dan otot (Boyle

MA, 2010).

b. Protein

Selain dapat menjadi sumber energi, protein merupakan

komponen utama protoplasma di dalam sel, serta hormone

dan enzim yang berperan penting dalam proses

pertumbuhan. Protein berasal dari protein hewani dan

nabati. Protein ini berperan dalam pemeliharaan jaringan,

perubahan komposisi tubuh, serta proses regenerasi

jaringan (Dr.Sandra dkk., 2016).


11

c. Lemak

Lemak menyumbangkan 40-50% energi yang dikonsumsi

bayi. Lemak menyediakan sekitar 60% energi yang

diperlukan tubuh selama istrahat dan saat tubuh melakukan

latihan olahraga yang cukup intens. Lemak berfungsi untuk

membantu penyerapan dan penyimpanan vitamin larut

lemak, seperti vitamin A, D, E dan K. Asam lemak esensial,

seperti asam lemak omega 3 dan omega 6 merupakan zat

gizi penting dalam pertumbuhan otak (Boyle dkk., 2010).

d. Kalsium

Kalsium berperan dalam pertumbuhan dan mineralisasi

tulang.lebih dari 98% kalsium tubuh berbentuk tulang dan 1

% lainya berada pad acairan tubuh dan otot. Sejumlah 30-

60% asupan kalsium diserap oleh tubuh. Selain itu, kalsium

juga membantu menjaga detak jantung teratur dan

mengirimkan implusf saraf (Sulivan, 2012).

e. Zat Besi

Zat besi merupakan bahan dasar pembentukan

hemoglobin. Zat besi berperan dalam pengangkutan oksigen

dan sari-sari makanan ke seluruh sel dalam tubuh. Hal ini

penting untuk pertumbuhan, system kekebalan tubuh dan

produksi energi. Kekurangan zat besi dapat disebebkan oleh


12

aktivitas berlebih, kurangnya asupan, pencernaan yang

buruk dan lainya (Sulivan, 2012).

5. Gizi Kurang

Gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu

atau lebih zat-zat esensial (Almetsier, 2010). Gizi kurang

merupakan penyebab dasar gangguan pertumbuhan anak oleh

karena itu, harus dicegah supaya tidak terjadi gangguan

pertumbuhan, meskipun gangguan pertumbuhan fisik anak

masih dapat diperbaiki di kemudian hari dengan peningkatan

asupan gizi yang baik, namun tidak demikian dengan

perkembangan kecerdasannya. Fakta-fakta ilmiah lainnya

menunjukkan bahwa kekurangan gizi yang dialami ibu hamil

yang kemudian berlanjut hingga anak berusia 2 tahun akan

mengakibatkan penurunan tingkat kecerdasan anak. Namun,

masa ini yang seringkali kurang mendapat perhatian keluarga,

baik karena kurangnya pengetahuan maupun informasi tentang

pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak (Kostanjevec

dkk., 2013).

Gizi kurang pada anak dapat membuat anak menjadi

kurus dan pertumbuhan menjadi terhambat. Penyebab kurang

gizi secara langsung adalah konsumsi makanan tidak seimbang

dan penyakit infeksi (Manullang dkk., 2012). Penyebab tidak


13

langsung masalah gizi kurang, dipengaruhi oleh pola asuh,

ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik

(Mustapa dkk., 2013).

6. Klasifikasi Gizi

a. Underweight

Underweight merupakan salah satu status gizi pada

balita dimana bedasarkan standar WHO 2005 didasarkan

berat badan/umur. Berdasarkan model penyebab

underweight yang dikembangkan UNICEF, underweight

disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik

secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak

cukupnya asupan gizi secara kuantitas dan kualitas,

sedangkan secara tidak langsung di pengaruhi oleh

jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh

anak yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi

lingkungan.

b. Stunting

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang

disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu

cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih

dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua


14

tahun. Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan

seseorang ternyata lebih pendek disbanding tinggibadan

orang lain pada umumnya (Niga dkk., 2016).

c. Wasting

Wasting merupakan masalah gizi pada balita

berdasarkan berat badan menurut umur yang penting karena

memiliki dampak yang besar. Wasting dapat meningkatkan

risiko kesakitan dan kematian anak. Anak yang wasting

sangat mudah terkena penyakit infeksi. Apabila keadaan

kurang gizi pada masa balita terus berlanjut, maka dapat

mempengaruhi intellectual performance, kapasitas kerja, dan

kondisi kesehatannya di usia selanjutnya (Dwi dkk., 2013).

Wasting disebabkan oleh asupan gizi yang inadekuat

atau adanya penyakit pada anak. Keadaan tersebut

mengakibatkan berat badan pada anak berkurang sehingga

berat badan anak tersebut tidak proporsional dengan tinggi

badannya (Pramudya et al., 2011)

Menurut baku standar WHO (2005) parameter gizi

kurang berdasarkan Z-Score di klasifikasikan:

a) Gizi buruk : > -3,0 SD

b) Gizi kurang : -3,0 SD sampai < -2,0 SD

c) Gizi Baik : -2,0 SD sampai 2,0 SD

d) Gizi lebih : > 2,0 SD


15

7. Dampak Gizi Kurang

Anak-anak yang terkena gizi kurang memiliki berat badan

kurang. Akibatnya, anak dapat mengalami hal-hal seperti

berikut:

a) Perlambatan gerak lambung dan penurunan sekresi

asam lambung

b) Atrofi dan fibrosis sel asinar pankreas

c) Penurunan rerata filtrasi glomerulus dan aliran plasma

pada ginjal

d) Anemia

e) Trombositopenia

f) Berkurangnya volume jantung

g) Hilangnya kekuatan otot-otot pernapasan

h) Atrofi mukosa usus halus

i) Penumpukan lemak dalam hati

j) Hipoplasia sel penghasil eritrosit

k) Memudahkan infeksi tuberkulosis, bronkitis, atau

pneumonia

l) Penurunan daya eksplorasi terhadap lingkungan

m) Peningkatan frekuensi menangis

n) Penurunan interaksi dengan sesamanya

o) Kurangnya perasaan gembira

p) Cenderung menjadi apatis


16

q) Gangguan kognitif

r) Penurunan prestasi belajar

s) Gangguan tingkah laku

t) Meningkatkan risiko kematian

8. Metode Penilaian Gizi Kurang

Ada beberapa cara untuk mengetahui dan menentukan

Gizi kurang, yaitu:

a) Teknik Antropometri Balita

Pengukuran dengan menggunakan teknik antropometri

balita merupakan prosedur yang sangat sederhana,

langsung memberikan hasilnya, murah dan aman.

Dalam mengukur berat badan kita membutuhkan alat

yang disebut dengan timbangan. Alat timbangan harus

diletakkan pada permukaan yang rata, keras dan ukurannya

harus dikalibrasi secara teratur. Orang yang akan melakukan

penimbangan berat badan menghadap kearah depan.

Kurva pertumbuhan berat badan pada anak

menggunakan Z-Score menurut usia 0-5 tahun. Jika

pertumbuhan berat badan menurut usia dibawah -2

menunjukan anak kurus dan jika di bawah -3 menunjukan

anak sangat kurus (UNICEF, 2008).


17

b) Penelusuran rekam medis responden

Hal-hal yang perlu diselidiki dari rekam medis ini

adalah jenis obat yang pernah diberikan oleh dokter dan

penyakit apakah yang pernah diderita sebelumnya.

Penyelidikan terhadap penyakit tersebut termasuk berapa

lama ia terkena penyakit tersebut, gejala-gejala yang pernah

ia rasakan, terapi yang pernah ia jalani, dan diagnosisnya

(Maaqbool A, 2008).

c) Biokimia

Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories

dan menggunakan berbagai macam jaringan tubuh yang

digunakan antara lain: darah, urin, tinja dan juga beberapa

jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan untuk

suatu peringatan kemungkinan terjadi kejadian malnutrisi

yang lebih parang lagi (Supariasa dkk., 2002).

9. Pekerjaan Ibu

Orang tua yang bekerja di luar rumah cenderung mempunyai

waktu yang sedikit untuk berinteraksi dengan anaknya

dibandingkan dengan ibu yang tidak berkerja. Termasuk dalam

hal pendampingan makan, sangat dimungkinkan pola makan

anak akan terganggu. Hal ini dikarenakan anak pra sekolah

masih sangat bergantung pada orang tuanya, sehingga

dimungkinkan pola makan anak akan terganggu jika ibu bekerja.


18

Sesuai dengan Glick (2002) yang menyatakan bahwa

dengan ibu bekerja sangat dimungkinkan waktu berinteraksi,

dan mendampingi anak semakin sedikit. Dan hal ini memberi

dampak pada perkembangan mental dan kepribadian anak

yang sedikit banyak terganggu. Jika pola makan anak

terganggu,maka tumbuh kembang anak juga tidak maksimal.

Akibatnya anak dengan fisik yang kurus, pendek, bahkan bisa

terjadi gizi buruk pada anak usia prasekolah (Proverawati,

2009).

Ibu rumah tangga lebih banyak memiliki waktu untuk

berinteraksi bersama anak. Sehingga sangat dimungkinkan

dalam hal konsumsi makan juga terkontrol.Ibu yang tidak

bekerja dapat mengatur pola makan anak-anak mereka,

sehingga anak-anak mendapat makanan yang sehat dan bergizi

hal ini dikemukakan oleh McIntosh dan Bauer (2006).

10. Pola Asuh

Pola asuh merupakan sikap dan perilaku orang tua dalam

berinteraksi dengan anak, sikap dan perilaku orang tua tersebut

dapat di lihat dari cara orang tua menanamkan disiplin pada

anak, mempengaruhi emosi dan cara orang tua dalam

mengontrol anak. Peranan ibu sangat berpengaruh dalam

keadaan gizi anak. Pola asuh memegang peranan penting

dalam terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak. Terdapat


19

tiga komponen penting (makanan, kesehatan, rangsangan

psikososial) merupakan faktor yang berperan dalam

petumbuhan anak yang optimal. Pemberian makan yang baik

sangat penting untuk asupan nutrisi, tidak hanya dari segi apa

yang dimakan anak, tapi sikap ibu juga berperan. Misalnya saja

adanya kehadiran ibu untuk mengawasi anak makan. Dengan

pemberian makan yang baik maka akan menunjang status gizi

anak (Rizyana NP, 2012).

Kebiasaan pemberian makanan balita dan pola asuh makan

yang tidak tepat dan tidak diperhatikan seperti kurangnya

pemberian makanan bergizi dan pemberian makanan terlalu dini

pada balita. Hal ini dikarenakan dari kurangnya pengetahuan

dari ibu balita. Pemberian makanan terlalu dini dapat

menimbulkan gangguan pada pencernaan seperti diare,

muntah, dan sulit buang air besar yang dapat mempengaruhi

status gizi bayi (Rohimah dkk., 2015).

Pola pengasuhan merupakan salah satu aspek yang

mendorong status gizi, pola pengasuhan yang terdapat

hubungannya pada status gizi anak adalah pola asuh makan.

Pola asuh dalam hal pemberian makan pada anak meliputi

pemberian makanan sesuai umur, kepekaan ibu mengetahui

saat anak ingin makan (waktu makan), upaya dalam

menciptakan nafsu makan anak dengan cara merayu anak


20

sehingga nafsu makan dapat meningkat, dapat mewujudkan

suasana makan yang apik, hangat dan nyaman (Khaeriyah et

al., 2020).

Pola asuh orang tua adalah perilaku orang tua dalam

mengasuh balita. Pola asuh orang tua merupakan salah satu

masalah yang dapat mempengaruhi terjadinya gizi kurang pada

balita. Pola asuh orang tua yang kurang atau rendah memiliki

peluang lebih besar anak terkena gizi kurang dibandingkan

orang tua dengan pola asuh baik (Lina dkk., 2020).

11. Faktor Pola Asuh Ibu

a) Pemberian Makan

1) Pemberian ASI

ASI secara khusus dibuat untuk memenui kebutuhan

gizi bayi dan dianggap sebagaii sumber gizi yang optimal

bagi bayi baru lahir. ASI yang dihasilkan oleh ibu memiliki

nilai gizi yang cukup untuk memberikan semua nutrient yang

selama 6 bulan pertama kehidupan dibutuhkakan untuk bayi

normal sehat yang lahir cukup bulan. Selain itu ASI akan

memberikan proteksi imunologi yang terbesar selama awal-

awl bulan kehidupan bayi dan juga membantu terbentuknya

ikatan yang kuat antara ibu dan bayi (Jim dkk., 2012).
21

Pada bayi masih membutuhkan ASI karena komposisi

ASI lebih mudah diserap oleh tubuh bayi serta untuk

mencukupi kebutuhan gizi mereka dan akan mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan pada usia 24-59 bulan

atau pada masa balita (Etika R, 2018).

Pemberian ASI dengan status gizi anak semakin

sering anak yang mendapat perhatian (lewat menyusui)

mempunyai probabilitas yang lebih baik dibandingkan

dengan bayi yang tidak disusui atau disusui tapi hanya

sebentar saja (Nasution dkk., 2014). Karena adanya

pertambahan umur bayi yang disertai kenaikan berat badan

maupun tinggi badan, maka kebutuhan akan energi maupun

nutrient akan bertambah pula (Adriani dkk., 2012).

2) Pemberian susu formula

Pilihan susu formula yang standar merupakan susu

formula yang berasal dari susu sapi, mengandung bubuk

susu skim, laktos adan beragam campuran minyak. Susu

formula ini tersedia dari 2 versi yaitu yang kandungan

besinya rendah atau yang versi yang di fortifikasi.

Penggunaan susu formula yang rendah zat besi merupakan

slaah satu faktor risiko yang turut menyebabkan anemia

defisiensi zat besi.


22

3) Suplemen vitamin dan mineral

Vitamin D jumlah vitamin D dalam ASI tidak cukup

untuk mencegah rakitis. Meskipunn vitamin D dapat

dihasilkan melalui paparan sinar matahari pada kulit. Hanya

sedikit jenis makanan yang mengandung vitamin D. Dosis

konservatif vitamin D yang direkomendasikan untuk bayi

yang mendapat ASI eksklusif adala 200 IU/hari.

4) Makanan padat

Saat usia bayi diatas 6 bulan kebutuhan energi dan

nutrient bagi bayi harus ditambahkan makanan pelengkap.

Pemberian makanan padat pertama yang paling dianggap

adalah nasi karena tidak menimbulkan alergi. Awalnya akan

di berikan satu persatu dan secara tunggal kemudian akan

berkembang lagi dengan penambahan sayur dan daging tapi

masih dalam tekstur halus.

Makanan pada ini disebut juga MP –ASI untuk usia 6

–9 bulan yaitu diperkenalkan dengan makanan lumat

sebanyak dua kali sehari dan dapat ditambah bahan

makanan lain seperti susu. Jumlah takaran sendok

disesuaikan dengan usianya yakni enam sendok untuk usia

enam bulan, tujuh sendok untuk usia tujuh bulan, dan

seterusnya. Sementara itu, MP –ASI untuk usia 9 –11 bulan


23

dapat diberikan makanan lembek atau nasi tim dengan

tekstur bertahap serta dilengkapi dengan pemberian

makanan selingan satu kali sehari seperti biscuit, buah, dan

lainlain. Pada usia tersebut, bayi sudah mulai dikenalkan

dengan varian lauk pauk dan sayuran (Widiyanti H, 2020).

b) Perawatan dan kesehatan

Perawatan dan perlindungan bagi anak, perilaku ibu

dalam mengasuh balitanya memiliki kaitan yang erat dengan

kejadian wasting pada balita. Ibu dengan pola asuh yang

baik akan cenderung memiliki anak dengan status gizi yang

baik pula, begitu juga sebaliknya, ibu dengan pola asuh gizi

yang kurang cenderung memiliki anak dengan status gizi

yang kurang pula (Cholifatun dkk., 2016).

Praktik perawatan kesehatan tidak memiliki hubungan

yang signifikan terhadap kejadian stunting. Hal ini didukung

oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa tidak

terdapat hubungan antara praktik perawatan kesehatan

dengan kejadian stunting (Anisa P, 2012).

c) Pengasuhan psiko-sosial

Pola pengasuhan anak kurang memadai, sehingga

setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat

menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap


24

anak agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan normal

baik fisik, mental dan sosial nya. Salah satu pola

pengasuhan yaitu pola pengasuhan makan ibu pada anak

balita (Aritonang, 2010).

12. Penilaian Pola Asuh Ibu

Untuk mengukur pola asuh menggunakan skala guttman

dengan jumlah pertanyaan 25.

Jika responden menjawab pertanyaan positif maka

jawaban Ya=2 dan tidak=1. Jika responden menjawab

pertanyaan negative maka jawaban Ya=1 dan jawab Tidak=2 .

Selanjutnya penetapan kategori berdasarkan nilai median yaitu :

a. Skor tertinggi x jumlah item yang dinilai 2 x 25 = 50

b. Skor terendah x jumlah item yang dinilai 1 x 25 = 25

Nilai median yang diperoleh adalah 75 : 2 = 37,5

Nilai median “37,5” selanjutnya digunakan sebagai cut of

point. Apabila total jawaban responden berada diatas nilai

median maka dikategorikan “baik”, apabila dibawah nilai median

maka dikaterorikan “kurang baik”(Rapar et al., 2014).


25

B. Landasan Teori

Status gizi kurang (underweight) didasarkan pada indeks

Berat Badan menurut Umur (BB/U)untuk usia 0-60 bulan, dimana

BB/U anak, jika dibandingkan dengan standar WHO 2005 berada

pada rentang -3 Standar Deviasi (SD) sampai dengan , -2 SD untuk

status gizi kurang (Kemenkes RI, 2011).

Gizi kurang pada anak dapat membuat anak menjadi kurus

dan pertumbuhan menjadi terhambat. Penyebab kurang gizi secara

langsung adalah kon- sumsi makanan tidak seimbang dan penyakit

infeksi (Manullang dkk., 2012). Penyebab tidak langsung masalah

gizi kurang, dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan,

faktor sosial ekonomi, budaya dan politik (Mustapa dkk., 2013).

Orang tua yang bekerja di luar rumah cenderung mempunyai

waktu yang sedikit untuk berinteraksi dengan anaknya di

bandingkan dengan ibu yang tidak berkerja. Termasuk dalam hal

pendampingan makan, sangat dimungkinkan pola makan anak

akan terganggu. Dalam hal ini orang tua memegang peranan

penting tidak hanya menyediakan makanan yang dikonsumsi tetapi

memerhatikan pola makan dan suasana makan pada anak (Sandra

dkk., 2017).

Pola asuh merupakan sikap dan perilaku orang tua dalam

berinteraksi dengan anak, sikap dan perilaku orang tua tersebut


26

dapat di lihat dari cara orang tua menanamkan disiplin pada anak,

mempengaruhi emosi dan cara orang tua dalam mengontrol anak.

Peranan ibu sangat berpengaruh dalam keadaan gizi anak

(Rizyana dkk., 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Munawaroh 2015

dengan judul “Pola Asuh Mempengaruhi Status Gizi Balita “

didapatkan hasil pola asuh pemberian makanan oleh orang tua

mempunyai hubungan yang signifikan terhadap status gizi balita.

Semakin baik pola asuh yang diberikan maka semakin baik status

gizi balita dan sebaliknya apabila ibu memberikan pola asuh yang

kurang baik dalam pemberian makanan pada balita maka status

gizi balita juga akan terganggu. Terdapat hubungan pola asuh ibu

dengan status gizi karena peranan orang tua sangat berpengaruh

dalam keadaan gizi anak, pola asuh memegang peranan penting

dalam terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak, asuhan orang

tua terhadap anak mempengaruhi tumbuh kembang anak melalui

kecukupan makanan dan keadaan kesehatan (M. R. Putri, 2019).


27

C. Kerangka Teori

Faktor langsung

Makanan tidak seimbang Status gizi

Penyakit infeksi

Faktor tidak langsung

Pola asuh

Ketersediaan pangan

Sosial dan ekonomi

Politik dan budaya

Gambar 1. Kerangka Teori Peneltian

Sumber : Teori (Mustapa dkk., 2013).


28

D. Kerangka Konsep

Pekerjaan ibu

Gizi Kurang

Pola Asuh Ibu

Gambar 2. Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel Independent ( Variabel Bebas) : pekerjaan dan pola asuh

ibu.

Variabel Dependent ( Variabel Terikat) : gizi kurang pada balita

usia 24-59 bulan.

E. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pekerjaan dengan kejadian gizi kurang pada

balita usia 24-59 bulan.

2. Ada hubungan pola asuh ibu dengan kejadian gizi kurang pada

balita usia 24-59 bulan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jensis Penelitian

Jenis penelitian adalah observasional analitik yaitu

mencari hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan pekerjaan dan pola asuh ibu dengan

kejadian gizi kurang pada balita usia 24-59 bulan di Puskesmas

Nambo. Rancangan penelitian menggunakan cross sectional

(belah lintang) karena data penelitian (variabel independent dan

variabel dependent) dilakukan pengukuran pada waktu yang

sama/sesaat. Berdasarkan pengolahan data yang digunakan,

penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif (Notoatmodjo, 2018).

Ibu yang Memiliki Balita


Usia 24-59 Bulan

Ibu Tidak Ibu Bekerja


Bekerja

Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Baik

29
30

Ibu yang Memiliki Balita


Usia 24-59 Bulan
Ibu yang Memiliki Balita
Usia 24-59 Bulan

Pola Asuh Ibu Pola Asuh Ibu


Kurang Baik Baik
Pola Asuh Ibu Pola Asuh Ibu
Kurang Baik Baik

Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Baik

Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Kurang

Gambar 3.Rancangan Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Puskesmas Nambo.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan april 2021.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang

memiliki balita usia 24-59 bulan yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Nambo yang berjumlah 275 orang.


31

2. Sampel penelitian

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah ibu

yang memiliki balita usia 24-59 bulan dengan menggunakan

rumus besar sampling yaitu :

NZ 2 pq
n=
d 2 ( N−1 ) + Z ² pq

Keterangan :

n : Besarnya sampel

N : populasi

d : tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05%)

Z : derajat kemaknaan dengan nilai (1,96)

p : perkiraan populasi yang akan di teliti (0,05)

q : proporsi populasi yang tidak di hitung (1-p)

(Notoatmodjo, 2012)

275. ( 1,96 2 ) 0,05.0,95


n=
( 0,052 ) .274 + ( 1,962 ) .0,05 .0,95

275.3,84 .0,05 .0,95


n=
0,0025.274+3,84.0,05 .0,95

50,16
n=
0,8674

n=57,82

Jadi total sampelnya adalah 58 ibu yang memiliki

balita usia 24-59 bulan. Teknik pengambilan sampel yang

akan digunakan adalah teknik accidental sampling.


32

Accidental sampling merupakan pengambilan sampel secara

accidental dengan mengambil responden yang kebetulan

ada disuatu tempat yang sesuai dengan tempat penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Sehingga Respondennya adalah

setiap ibu yang memiliki balita usia 24-59 bulan di wilayah

kerja Puskesmas Nambo pada waktu penelitian dijadikan

sampel penelitian hingga mencapai jumlah sampel yang

diinginkan.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Independent (bebas) yaitu pekerjaan dan pola asuh

ibu.

2. Variabel Dependent (terikat) yaitu kejadian gizi kurang pada

balita usia 24-59 bulan.

E. Definisi Operasional

1. Gizi kurang terjadi bila disebabkan oleh penyakit atau

kekurangan gizi yang menyebabkan banyak penurunan berat

badan. Hal ini dapat diukur dengan antropometri yaitu indeks

BB/U dengan menggunakan metode Z-Score.

Kategori :

a) Gizi kurang : -3,0 SD sampai < -2,0 SD

b) Gizi Baik : -2,0 SD sampai 2,0 SD

Skala Pengukuran : Ordinal


33

2. Pekerjaan ibu dalam penelitian ini adalah kegiatan atau aktifitas

sehari-hari ibu yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

kesehatan pada balita. Variabel ini diukur dengan

menggunakan cara menggunakan kueisoner.

Kategori :

a. Bekerja, apabila ibu bekerja di luar rumah

b. Tidak Bekerja, apabila ibu adalah ibu rumah tangga

Skala Pengukuran : Nominal

3. Pola asuh ibu dalam penelitian ini melihat bagaimana cara

mengukur pola asuh dengan menggunakan kuesioner .

Kategori :

a. Baik, jika diatas dari nilai median 37,5

b. Kurang baik, jika dibawah nilai median 37,5 (skala guttman)

Skala pengukuran : Ordinal

F. Instrumen Penelitian

1. Timbangan Injak

Timbangan injak adalah alat untuk mengukur berat badan

balita sehingga dapat diketahui berat badannya.

2. Tabel standar antopometri

Penentuan status gizi anak merujuk pada tabel Standar

Antropometri Anak dan grafik pertumbuhan anak. Tabel


34

Standar Antropometri dan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA)

terdiri atas indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U.

3. Kueisoner

Kueisoner merupakan daftar yang berisi berbagai macam

pertanyaan yang terususun dengan baik dan sudah matang,

dimana responden tinggal memberikan jawabannya. Kueisoner

dalam penelitian ini untuk mengetahui pola asuh ibu terhadap

balita serta untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu

mempengaruhi gizi kurang pada balita.

G. Alur penelitian

Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut :

Populasi

Ibu yang memiliki balita 24-59 bulan bulan di wilayah Puskesmas


Nambo

Sampel

Sampel berjumlah 58 orang

Pengumpulan data

Analisis data

Kesimpulan
35

Pembahasan

Gambar. 4 Alur Penelitian

H. Pengelolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan cara manual

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing

Dilakukan pemeriksaan / pengecekan kelengkapan data

yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau adanya

kekurang dalam pengumpulan data tersebut akan diperiksa

kembali.

b. Coding

Hasil dari setiap pertanyaan diberikan kode atau angka

yang sesuai dengan petunjuk.

c. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data

serta pengambilan kesimpulan data dimasukan kedalam

bentuk tabel distribusi.

2. Analisis data

a. Univariat

Data diolah dan disajikan kemudian dipersentasikan dan

diuraikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus:

f
X= x K
n
36

Keterangan :

f : Variabel yang diteliti

n : Jumlah sampel penelitian

K : Konstanta (100%)

X : Presentase hasil yang dicapai

b. Bivariat

Untuk mendeskripsikan hubungan antara Independent

Variable dan Dependent Variable uji statistic yang

digunakan adalah Chi-Square. Adapun rumus yang

digunakan untuk Chi-Square adalah :

∑ ( fo − fe )2
2
= fe
X

Keterangan :

Σ : Jumlah

X2 : Statistik Chi-Square hitung


37

fo : Nilai frekuensi yang diobservasi

fe : Nilai frekuensi yang diharapkan

Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa

adalah ada hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada

hubungan jika p value > 0,05 atau X2 hitung ≥ X2 tabel maka

H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara

pekerjaan dan pola asuh ibu dengan kejadian gizi kurang

pada balita usia 24-59 bulan dan X 2 hitung < X2 tabel maka H0

diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan

antara pola pekerjaan dan pola asuh ibu dengan kejadian gizi

kurang pada balita usia 24-59 bulan.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti akan melakukan

sesuai rekomendasi dari poltekkes kemenkes kendari dimana

penekanan etika meliputi :

1. Lembar persetujuan atau informed concent

Lembar persetujuan yang akan di berikan pada subjek yang

akan diteliti, peneliti akan menjelaskan maksud dan tujuan riset

yang akan dilakukan, serta kemungkinan dampak yang bias

saja terjadi selama proses pengambilan data, jika subjek

bersedia diteliti maka subjek akan menandatangani lembar


38

persetujuan tersebut hal ini dilakukan tanpa paksaan dari

peneliti.

2. Tanpa nama (Ananimity)

Informasi dan data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti

dari subjek menjadi kerahasiannya. Peneliti tidak akan

mencantumkan namanya dalam lembar pengumpulan

data,cukup dengan memberikan nomor kode sesuai dengan

keinginan peneliti pada masing-masing jawaban.

3. Kerahasian

Kerahasian informasi yang diperoleh dari subjek peneliti

dijamin oleh peneliti hanya akan diketahui untuk satu kelompok

yang akan disahkan atau di laporkan pada hasil penelitian.


39

DAFTAR PUSTAKA

Adriani dan Wirjatmadi. (2012). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan.


Kencana.
Boyle MA, and R. S. (2010). Personal Nutrition (seven).
WadsworthCengageLearning.
Burhani, P. A., Oenzil, F., & Revilla, G. (2016). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu dan Tingkat Ekonomi Keluarga Nelayan dengan
Status Gizi Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 5(3), 515–521.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.569
Dr.Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, K. K. (2016). Gizi Ibu dan Bayi (1st
ed.). RAJAGRAFINDO PERSAJA.
Dwi Pratiwi, T., Masrul, M., & Yerizel, E. (2016). Hubungan Pola Asuh Ibu
dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Belimbing
Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 661–665.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.595
Etika R. (2018). ASI Fondasi kehidupan.
Indonesia, I. N. (2013). Faktor Langsung Dan Tidak Langsung Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Wasting Pada Anak Umur 6 – 59
Bulan Di Indonesia Tahun 2010. Media Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan, 23(3), 110–121.
https://doi.org/10.22435/mpk.v23i3.3280.110-121
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In
Kementrian Kesehatan Repoblik Indonesia (Vol. 42, Issue 4).
Khaeriyah, F., Arifin, S., Hayatie, L., Studi, P., Dokter, P., Mangkurat, U.
L., Ilmu, D., Masyarakat, K., Kedokteran, F., Mangkurat, U. L.,
Kedokteran, F., & Mangkurat, U. L. (2020). Hubungan pendidikan dan
pola asuh ibu dengan kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita
di wilayah kerja puskesmas beruntung raya banjarmasin. 173–178.
Lina R, Retno W, D. K. (2020). Hubungan Pola Asuh, Penyakit Penyerta,
dan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi pada anak usia 12-24 bulan
di Posyandu Teratai Wilayah Kerja Puskesmas Ciasem Kabupaten
Subang tahun 2020. Jurnal Syntax, 2(8), 415–428.
Maaqbool A, O. I. (2008). Clinical assessment in nutritional status.
Nutritionin Pediatric.
Merryana Andriani, B. W. (2016). peranan gizi dalam siklus kehidupan
(pertama). PRENADAMEDIA GROUP.
Nasution. Selvi Indriani, Liputo. Nur Indrawati, M. (2014). Faktor-faktor
yang berhubungan dengan pola pemberian ASI Ekslusif di wilayah
kerja puskesmas Bungus.
Niga, D. M., & Purnomo, W. (2016). Hubungan Antara Praktik Pemberian
Makan, Perawatan Kesehatan, Dan Kebersihan Anak Dengan
Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-2 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Oebobo Kota Kupang. Wijaya, 3(2), 151–155.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Pekerjaan, H., Balita, I., Status, T., & Balita, G. (2009). dengan dk 2 dan
40

tingkat signifikansi 5% adalah 5,991 sehingga . 1–17.


Pramudya, A. E., Bardosono, S., Ilmu, D., Fakultas, G., & Universitas, K.
(2011). Prevalensi Anak Berisiko Wasting dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan : Studi Cross Sectional pada Anak Usia 3-9 Tahun di
Pesantren Tapak Sunan Tahun 2011 1 . Program Pendidikan Dokter
Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak
Prevalence of Chi.
Putra, E. S. (2020). Pendampingan Kader Menggunakan Kartu Aksi Gizi
Meningkatkan Pola Asuh Ibu. Jurnal Vokasi Kesehatan, 6(1), 6.
https://doi.org/10.30602/jvk.v6i1.434
Putri, M. R. (2019). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Status Gizi
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bulang Kota Batam. Jurnal
Bidan Komunitas, 2(2), 96. https://doi.org/10.33085/jbk.v2i2.4334
Putri, R. F., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 254–
261. https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.231
Rapar, V., Rompas, S., & Ismanto, A. (2014). Hubungan Pola Asuh Ibu
Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana
Weru Kecamatan Wanea Kota Manado. Jurnal Keperawatan
UNSRAT, 2(2), 110761.
Rizyana NP. (2012). faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan
pencegahan status gizi.
Rohimah, E., L. Kustiyah., dan N. H. (2015). Pola Konsumsi, Status
Kesehatan dan Hubungannya dengan Status Gizi dan Perkembangan
Balita.
Sekolah, A. P. R. A. (2017). 231 Jurnal Care Vol .5, No.2,Tahun 2017. 2,
231–245.
Supariasa dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. penerbit buku kedokteran
EGC.
Tutik Hidayati, Yessy Nur Endah Sary, I. H. (2018). Pengaruh Progam
Pendamping Gizi Terhadap Pola Asuh Makan Dan Status Gizi Balita.
497–504.
UNICEF, WHO, & World Bank. (2020). Levels and trends in child
malnutrition: Key findings of the 2020 Edition of the Joint Child
Malnutrition Estimates. Geneva: WHO, 24(2), 1–16.
Widyaningsih, N. N., Kusnandar, K., & Anantanyu, S. (2018). Keragaman
pangan, pola asuh makan dan kejadian stunting pada balita usia 24-
59 bulan. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition),
7(1), 22–29. https://doi.org/10.14710/jgi.7.1.22-29
Yulia Fitriyani Sutadi. (2016). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Status Gizi Anak Tunagrahita Mampu Didik Kelas Dasar di SLB C
Busi Asih Wonosobo.
41

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN POLA ASUH IBU


DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA 24-59
BULAN DI PUSKESMAS NAMBO

No. Sampel :

RT/RW :

Pewawancara :

Tanggal Wawancara :

A. IDENTITAS IBU/RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pekerjaan :

5. Jumlah Anggota Keluarga..........................orang


B. IDENTITAS BALITA
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2.Perempuan
3. Tanggal lahir :
4. Umur........................................bulan
5. Berat Badan............................kg
6. Tinggi Badan..........................cm
7. Tanggal penimbang :
Petunjuk pengisian :

Berilah tanda centang ( √ ) pada salah satu jawaban


yang anda anggap benar .

No. Daftar Pertanyaan Jawaban


Ya Tidak
1 Apakah ibu memberikan anak makan 3
kali dalam sehari ?
2 Apakah waktu pemberian makan anak di
berikan secara teratur (diwaktu yang
sama ?
3 Apakah ibu memberikan jenis makanan
yang sama dalam satu hari ?
4 Apakah makanan yang diberikan selalu
memenuhi syarat empat sehat lima
sempurna ?
5 Apakah ibu selalu memberikan makanan
jajanan (snack) pada anak ?
6 Apakah ibu selalu memperhatikan apa
yang anak ibu makan ?
7 Apakah ibu membiasakan anak ibu untuk
sarapan setiap hari ?
8 Apakah ibu menyuapi anak ibu saat
makan ?
9 Apakah anak ibu makan sendiri saat
makan ?
10 Apakah ibu menemani anak ibu saat
makan ?
11 Apakah anak ibu selalu menghabiskan
makanan yang ibu sajikan ?
43

12 Apakah makanan anak ibu disiapkan


sendiri ?
13 Apakah saat makan ibu harus membuat
suasana menyenangkan (disuapkan,
sambil bermain, jalan-jalan) saat anak
makan ?
14 Apakah ibu memberikan makan sayuran
pada anak ibu ?
15 Apakah anak ibu meminum susu sebagai
tambahan makan ?
16 Apakah ibu memperhatikan kenaikan
atau penurunan berat badan anak ibu ?
17 Apakah Ibu menjelaskan (menasehati)
kepada anak kenapa harus makan ?
18 Apakah Ibu membiarkan anak memilih
makanannya yang penting anak mau
makan sesuatu ?
19 Apakah ibu menimbang berat badan
anak ibu selama 6 bulan terakhir ?
20 Apakah ibu memarahi anak saat tidak
mau makan ?
21 Apakah ibu selalu membandingkan anak
ibu dengan anak yang lain saat anak
tidak mau makan ?
22 Apakah ibu mencubit dan memukul saat
anak tidak makan ?
23 Apakah ibu selalu memaksakan anak
untuk makan ?
24 Apakah ibu memberikan anak ibu vitamin
penambah nafsu makan ?
44

25 Saat anak ibu mengalami penurunan


berat badan apakah ibu melakukan
konsultasi gizi ?

(Yulia Fitriyani Sutadi, 2016)

Anda mungkin juga menyukai