Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

“DIKLAT KADER POSYANDU DALAM PENANGANAN BALITA GIZI BURUK”

Disusun Oleh:

Ayumie Valencia
P01031219060
D-IV/6-B

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada saya untuk menyelesaikan proposal ini. Atas karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
proposal Pendidikan dan Pelatihan Gizi tepat waktu. Proposal ini disusun guna memenuhi
tugas Bapak Berlin Sitanggang, SST, M.Kes pada Mata Kuliah Diklat Gizi di Jurusan Gizi
Poltekkes Medan.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada Bapak Berlin Sitanggang,
SST, M.Kes selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan proposal ini.
Saya berharap semoga proposal ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya proposal selanjutnya yang lebih baik lagi.

Lubuk Pakam, 13 April 2022

Melly Juwita Syahputri

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...….............………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum................................................................................................................ 2

2. Tujuan Khusus...............................................................................................................2

C. Manfaat............................................................................................................................. 2
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN............................................................................................3
A. NAMA KEGIATAN.............................................................................................................3
B. TEMA KEGIATAN............................................................................................................. 3
C. WAKTU DAN TEMPAT.....................................................................................................3
BAB III PERENCANAAN PENYULUHAN....................................................................................4
A. BENTUK KEGIATAN........................................................................................................4
B. ANGGAARAN DANA........................................................................................................ 6
C. SUSUNAN KEPANITIAN.....................................................................................................6
D. SPONSORHIP..................................................................................................................... 7
E. MATERI PELATIHAN..........................................................................................................7
1. KONSEP 1000 HPK DAN TUMBUH KEMBANG ANAK................................................7

2. DETEKSI DINI PERMASALAHAN GIZI BALITA............................................................7

3. VARIASI BAHAN MAKANAN DALAM PEMBUATAN PMT BALITA..............................8

BAB IV PENUTUP....................................................................................................................... 9
A. KESIMPULAN................................................................................................................... 9
B. SARAN.............................................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan gizi kurang dan gizi


buruk
merupakan permasalahan pokok
yang dihadapi
Bangsa Indonesia saat ini. Bila hal
ini dibiarkan
terjadi akan berakibat pada
rendahnya kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM).
Pada tahun
2003 di Indonesia terdapat sekitar
27,5%
balita menderita gizi kurang, dan
sejumlah
1
110 kabupaten/kota mempunyai
prevalensi
gizi kurang (termasuk gizi buruk)
diatas 30%,
yang menurut WHO
dikelompokkan sangat
tinggi. Kondisi ini
memprihatinkan, karena
mengancam sumber daya manusia
dimasa
mendatang.
Permasalahan gizi kurang dan gizi
buruk
merupakan permasalahan pokok
yang dihadapi

2
Bangsa Indonesia saat ini. Bila hal
ini dibiarkan
terjadi akan berakibat pada
rendahnya kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM).
Pada tahun
2003 di Indonesia terdapat sekitar
27,5%
balita menderita gizi kurang, dan
sejumlah
110 kabupaten/kota mempunyai
prevalensi
gizi kurang (termasuk gizi buruk)
diatas 30%,
yang menurut WHO
dikelompokkan sangat
3
tinggi. Kondisi ini
memprihatinkan, karena
mengancam sumber daya manusia
dimasa
mendatang.
Permasalahan gizi kurang dan gizi
buruk
merupakan permasalahan pokok
yang dihadapi
Bangsa Indonesia saat ini.
Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan
manusianya. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang lebih diarahkan
pada upaya menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran,
tergantung pada keberhasilan dalam membina masyarakat agar mampu untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya dalam bentuk peran serta.
Status gizi merupakan tolok ukur dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badan anak (Referensi kesehatan, 2011).
Keberhasilan dalam pencapaian status gizi anak sangat ditentukan oleh pemahaman
orangtua dalam pemberian makanan yang tepat bagi balita. Pemberian makanan yang
kurang dari kebutuhan anak dapat mengakibatkan tidak tercapainya status gizi anak
yang sesuai dengan standar.
Gizi buruk (severe wasting) dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian serta meningkatkan
risiko terjadinya stunting. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan prevalensi wasting pada
balita sebesar 10,2% dan 3,5% atau sekitar 805.000 balita diantaranya merupakan severe wasting

4
(gizi buruk). Gizi buruk merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan Kesehatan, sesuai arah
kebijakan RPJMN 2020-2024, target tahun 2024 adalah menurunkan prevalensi wasting menjadi 7%
dan stunting menjadi 14%.
Penanganan balita gizi buruk harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk mencegah
kematian dan komplikasi lebih lanjut serta memperbaiki tumbuh kembang anak di masa mendatang.
Upaya penanggulangan gizi buruk dilakukan dengan pencegahan melalui penemuan dini dan
memobilisasi masyarakat serta penanganan sesuai dengan tata laksana kasus, yang terintegrasi baik
dengan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Menurut WHO, jika deteksi dini dan pemberdayaan
masyarakat optimal, maka 80% atau sekitar 644.000 kasus gizi buruk dapat ditangani secara rawat
jalan.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan pusat pelayanan kesehatan


masyarakat dimana masyarakat dapat melakukan konsultasi kesehatan dan
memperoleh pelayanan kesehatan. Posyandu sebagai suatu forum komunikasi, alih
teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat mempunyai
nilai strategis untuk mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu yang
merupakan kegiatan oleh dan untuk masyarakat, akan menimbulkan komitmen
masyarakat, terutama para ibu dalam menjaga kelestarian hidup serta tumbuh
kembang anak.
Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat, sehingga
masyarakat sendiri yang aktif membentuk, menyelenggarakan dan memanfaatkan
posyandu sebaik-baiknya. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam
pemanfaatan posyandu. Upaya meningkatkan peran serta masyarakat antara lain
melalui sistem pengkaderan. Peran serta kader dalam upaya peningkatan status gizi
balita merupakan hal yang sangat penting guna mendukung program pemerintah untuk
mengatasi agar gizi buruk pada anak tidak bertambah melalui kegiatan pemberdayaan
masyarakat dengan revitalisasi posyandu.
Dalam melaksanakan tugasnya, kader kesehatan sebelumnya akan diberikan
pelatihan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan peningkatan status gizi
balita. Pelatihan ini biasanya diadakan dua kali dalam setahun. Pelatihan yang
didapatkan oleh kader berhubungan dengan peran kader sesuai dengan sistem 5 meja
yang terdapat di dalam posyandu. Kader harus terlebih dahulu memiliki pengetahuan
tentang status gizi balita dan bagaimana cara meningkatkan status gizi balita pada
keadaan gizi buruk. Namun, sering sekali pelatihan diberikan pada kader yang sama
atau dengan kata lain kader-kader yang sering mengikuti pelatihan yang selalu
diikutkan kembali dalam pelatihan, sehingga kaderkader lain tidak mendapat
kesempatan. Hal inilah yang memicu kurangnya peran serta kader setiap posyandu
diadakan. Kurangnya ilmu dan minimnya pengalaman adalah pemicu utama kurang
aktifnya peran kader kesehatan. Pemicu lainnya adalah kesibukan para kader dalam
urusan rumah tangganya.
Kurangnya pemahaman dan keterampilan pelayanan, menyebabkan kader
kurang mandiri sehingga sangat tergantung pada petugas kesehatan dan puskesmas.
Oleh karena itulah, pada saat posyandu dilaksanakan, peran kader sering sekali tidak

5
berjalan sebagaimana mestinya. Padahal upaya penanggulangan status gizi buruk
memerlukan upaya yang tepat, cepat dan menyeluruh.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti diklat, diharapkan para kader posyandu dapat melaksanakan
kegiatan penanganan gizi buruk dengan baik.

2. Tujuan Khusus
Setelah selesai diklat, peserta mampu:
a. Memahami pengelolaan Posyandu
b. Memahami masalah kesehatan pada sasaran Posyandu
c. Mampu melakukan penyuluhan
d. Menggerakkan masyarakat
e. Melakukan lima langkag kegiatan di Posyandu dan kegiatan pengembangannya
f. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan Posyandu (system informasi Posyandu)
g. Menyusun rencana tindak lanjut

C. Manfaat

Diklat ini bermanfaat untuk kader Posyandu untuk menyelenggarakan kegiatan


penanganan gizi buruk dengan baik.

6
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. NAMA KEGIATAN

 Penanganan balita gizi buruk

B. TEMA KEGIATAN

 PMT bergizi cegah gizi buruk

C. WAKTU DAN TEMPAT

Hari : Jumat
Tanggal : 15 April 2022
Waktu : 08.00 WIB - selesai
Tempat : Posyandu Desa Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam
Jumlah peserta : 20 orang

7
BAB III
PERENCANAAN PENYULUHAN

A. BENTUK KEGIATAN

Bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan adalah penyuluhan


Mata Acara : PMT bergizi cegah gizi buruk
Judul kegiatan : Penanganan balita gizi buruk
Sasaran : Ibu-Ibu yang memiliki balita di Posyandu
Jadwal perencanaan : 15 April 2022
Susunan Acara

No Tangg Waktu Tahap Durasi Kegiatan Kegiatan Peserta Metode


al
1 15 08.00- Pembukaan 15 a. Salam,perkenala a. Salam, Ceramah
APRIL 08.15 menit n,kata-kata memperkena
2022 pembuka/ lkan diri
penyemangat

2 15 08.15- Penyajian 270 a. Menjelaskan a. memberikan CTJ,


APRIL 13.35 materi menit Konsep 1000 pemahaman Diskusi,
2022 HPK dan Tumbuh tentang Praktek
Kembang Anak konsep
b. Deteksi Dini pertumbuhan
Permasalahan dan
Gizi Balita perkembang
c. Variasi Bahan an pada
Makanan dalam anak-anak

8
Pembuatan PMT b. memberikan
Balita pemahaman
d. Praktik tentang cara
Pembuatan PMT deteksi dini
balita, Presentasi permasalaha
hasil praktik PMT n terkait gizi
balita pada balita
c. memberikan
pemahaman
tentang
pembuatan
PMT balita
dengan
variasi bahan
makanan
yang bergizi.
d. mempraktekk
an cara
membuat
PMT dengan
variasi bahan
makanan
yang bergizi
dan
mempresent
asikan
hasilnya
sebagai
bentuk
pemahaman
peserta.

9
3 15 13.35- Penutup 5 menit a. Kesimpulan dan a. Menyima Ceramah
APRIL 13.40 harapan serta k dan
2022 evaluasi mengisi
evaluasi

B. ANGGAARAN DANA

No Nama barang Harga satuan Banyak harga Jumlah


1 Nasi kotak Rp 20.000 Rp. 400.000 20 kotak
2 Air mineral Rp.45.000 Rp 136.000 3 dus
3 Praktik pembuatan PMT Rp 25.000 Rp.250.000 10 resep
4 Perlengkapan Games Rp 20.000 Rp. 60.0000 3 buah
(doorprize)
5 Pulpen Rp. 1.000 Rp. 20.000 20 pcs
6. Modul praktek PMT Rp. 3.000 Rp. 60.000 20 pcs

C. SUSUNAN KEPANITIAN

Pembina : Dr. Oslida Martony, SKM, M.Kes


Penasehat : Berlin Sitanggang, SST, M.Kes
Penanggung jawab : Riris Oppusunggu, S.Pd, M.Kes
Ketua umum : Melly Juwita Syahputri
Bendahara : Atika Salma Ramadani
Sekretaris : Anisah Luthfiyah
Pembina 1 : Nurwina Handini
Pembicara 1 : Nur Aina Rizkah
Seksi seksi :
a. Seksi Peralatan : Sherlina
b. Seksi Konsumsi : Tia Ariestika

10
D. SPONSORHIP

Adapun hal hal yang kami butuhkan dari sponsorship adalah lembaga berikut:
1. Kalbe
2. Nestle

E. MATERI PELATIHAN

1. KONSEP 1000 HPK DAN TUMBUH KEMBANG ANAK


Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan periode sensitif yang
berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan. Periode 1000 HPK
terhitung dari usia 0-24 bulan yang merupakan masa kritis dalam pertumbuhan otak
karena adanya peningkatan yang mencolok untuk perkembangan sel-sel dalam otak
yang sangat rentan terhadap kerusakan. Jika pada saat ini anak menderita kekurangan
gizi maka tidak dapat dijamin perkembangan selanjutnya akan berjalan dengan normal.

Catatan World Bank menyebutkan bahwa masa 1000 hari pertama kehidupan
(HPK), yang  bermula  sejak  saat  konsepsi  hingga  anak berusia  dua  tahun, 
merupakan  masa  paling  kritis untuk memperbaiki  perkembangan  fisik  dan kognitif
anak. Status gizi ibu hamil dan ibu menyusui, status  kesehatan  dan  asupan  gizi  yang 
baik merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif
anak, menurunkan risiko  kesakitan  pada  bayi  dan  ibu.  Ibu  hamil dengan  status 
gizi  kurang  akan  menyebabkan gangguan  pertumbuhan  janin,  penyebab  utama
terjadinya bayi  pendek (stunting)  dan  meningkatkan risiko obesitas  dan  penyakit
degeneratif pada masa dewasa.(World  Bank,  2012)

Hasil riset yang dikemukakan jurnal medis The Lancet tahun 2013


mengenai Maternal and Child Nutrition menyatakan ibu hamil dengan status gizi kurang
baik akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin. Hingga menyebabkan
pertumbuhan yang kurang optimal yakni bayi pendek (stunting). Bayi lahir dengan Berat
Badan Rendah (BBLR), kurus, kecil, dan imunitas berkurang. Kemudian, anak yang
mengalami kekurangan gizi di 1000 HPK akan meningkatkan risiko obesitas, diabetes,
jantung, stroke, serta penyakit degeneratif pada masa dewasa, penurunan kemampuan
belajar. Hambatan pertumbuhan kognitif dan IQ yang rendah yang menurunkan
produktivitas masa dewasa. Meningkatnya risiko drop out dari sekolah. Akibatnya akan
melahirkan generasi penerus bangsa yang kurang gizi dan kemiskinan.

2. DETEKSI DINI PERMASALAHAN GIZI BALITA


Kekurangan gizi atau malnutrisi pada anak sepertinya masih menjadi masalah di
negara berkembang seperti Indonesia. Malnutrisi perlu dideteksi sejak dini agar tidak
ada lagi anak Indonesia yang menderita masalah gizi. Untuk mendeteksi
permasalahan gizi balita ebaiknya rutin menimbang berat badan, mengukur panjang
badan, serta lingkar kepala. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan frekuensi

11
waktu setiap bulan pada tahun pertama, setiap tiga bulan pada tahun kedua, ketiga,
dan setiap enam bulan pada tahun keempat dan kelima. Pencegahan dini ini
dilakukan agar tidak ada lagi anak kekurangan gizi, karena dua pertiga kematian
balita setiap tahun terkait gizi kurang akibat praktek pemberian makan yang tidak
benar pada bayi.

3. VARIASI BAHAN MAKANAN DALAM PEMBUATAN PMT BALITA


Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika
bahan lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah
setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk
keamanan pangan. Diuatamakan berupa sumber protein hewani dan nabati serta
sumber vitamin dan mineral terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini
diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan.

Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan
pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit yang
mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24 bulan,
dengan nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr. Jumlah persajinya
mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium.

Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu
berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23
bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa
makanan keluarga.

PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita yang
disediakan oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai sasaran
penyuluhan kepada orang tua blita tentang makanan kudapan ( snack ) yang baik
diberikan untuk balita, sebagai sarana untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi
balita, dan sebagai sarana untuk menggerakkan peran serta masayarakat dalam
mendukung kesinambungan penyelenggaraan posyandu

12
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan


manusianya. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang lebih diarahkan pada
upaya menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada
keberhasilan dalam membina masyarakat agar mampu untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya dalam bentuk peran serta. 

Penanganan balita gizi buruk harus dilakukan secara cepat dan tepat untuk mencegah kematian dan
komplikasi lebih lanjut serta memperbaiki tumbuh kembang anak di masa mendatang. Upaya penanggulangan gizi
buruk dilakukan dengan pencegahan melalui penemuan dini dan memobilisasi masyarakat serta penanganan
sesuai dengan tata laksana kasus, yang terintegrasi baik dengan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.

Posyandu bukan sekedar tempat menimbang berat badan balita, namun juga pelayanan
gizi dan pemeriksaan ibu hamil. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan
masyarakat, sehingga masyarakat sendiri yang aktif membentuk, menyelenggarakan dan
memanfaatkan posyandu sebaik baiknya. Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam
pemanfaatan posyandu.

B. SARAN

Kepada kader posyandu diharapkan untuk selalu memantau balita daerah sekitar dan
mendeteksi dini adanya status gizi buruk dan rajin memberikan PMT kepada balita.

13

Anda mungkin juga menyukai