OLEH
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas bimbingan dan
penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “STUDI KASUS BALITA
PENDEK (STUNTING) DAN BERAT BADAN KURANG ” ini tepat pada waktunya. Tugas
ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa penulisan
laporan ini tidak dapat terselesaikan tanpah bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Juni Gressilda Louisa Sine, S.TP,M.kesKetua Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes
Kupang.
2. Dosen Pembimbing Ibu Agustina Setia,SST,.M.KES Dan Ibu Asmulyati
Saleh,SST.,M.GIZI
3. Kepala Puskesmas Batakte yang sudah memberikan izin untuk melakukan praktek di
wilayah kerja Puskesmas Batakte.
4. Nutrisionis Puskesmas Batakte yang sudah membimbing dan membantu selama
proses praktek berlangsung.
5. Bapa Desa oematnunu dan seluruh jajarannya.
6. Oma Sarah, mama Angke dan adek zevanya yang dengan ikhlas menerima dan
menampung kami.
7. Mama kader desa Omatnunu yang sudah meluangkan waktu untuk mengantar kami
kerumah warga untuk pengambilan data.
8. Untuk Masyarakat di desa oematnunu yang sudah menerima kami dalam pengambilan
data
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran, sebagai sifat membangun demi kesempurnaan laporan ini dan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekuarangan
gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,
menurunkan produktivitas kerja serta menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat
meningkatnya angka kesakitan dan kematian (Direktorat Gizi RI, 2014). Asupan zat
gizi yang baik memiliki peranan yang sangat penting di dalam mencapai pertumbuhan
badan yang optimal dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula
pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan sesorang (Santoso, 2005).
Makanan bergizi sangat penting diberikan kepada bayi sejak masih dalam
kandungan.selanjutnyamasa bayi dan balita merupakan momentum paling penting
dalam melahirkan generasi yang cerdas dan sehat. Bila usia ini tidak dikelola dengan
baik, ditambah lagi dengan kodisi gizinya yang buruk, maka dikemudian hari akan
sulit terjadi perbaikan kualitas bangsa (Widjaya, 2011).
Masalah gizi merupakan masalah yang ada tiap-tiap Negara, baik Negara miskin,
berkembang, dan Negara maju. Di bidang kesehatan, bangsa indonesia masih harus
berjuang memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kekurangan gizi, namun
perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks karena masalah
kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang serius (Kesehatan & Indonesia, 2011).
Stunting pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan
infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah
standar.(WHO, 2018)
Balita pendek ( Stunting) adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin dalam
kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun(Sandjojo, 2017).Stunting
adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar
antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut ada pada ambang
batas (Z – Score ) < 2 SD sampai dengan – 3 SD ( pendek/stunted ) dan < -3
SD(sangat pendek/severely stunted). (Trihono et al., 2015).
Jumlah keseluruhan bayi balita yang ada dikelurahan Oenesu berjumlah 81 orang
tetapi yang dibaseline hanya 80 bayi balita dan tidak dibaseline terdapat 1 orang.
Berdasarkan musyawarah masyarakat desa kelurahan Oenesu pada tanggal 9 Februari
2023 dari 81 balita yang ditimbang dan diwawancara, persentase masalah gizi
menurut indikator berat badan menurut umur (BB/U) anak dengan kategori berat
badan sangat kurang berjumlah 3 orang dengan persentase 3,75%, kategori berat
badan kurang berjumlah 15 orang dengan persentase 18,75%. Menurut indikator berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan indikator IMT menurut umur, anak dengan
kategori gizi kurang berjumlah 14 orang dengan persentase 17,5%, kategori gizi lebih
1 orang dengan persentase 1,25%, kategori berisiko gizi lebih.
Balita perempuan bermasalah yang saya temukan bernama cristina fora. pada
saat kami datang balita berumur 47 bulan, cristina lahir pada tanggal 29 maret
2020 ,berat badan cristina pada saat saya timbang yakni 11,2 kg dengan tinggi badan
86,9 cm dan lila 13,5 cm. Pada saat saya datang cristina dalam keadaan sehat,
menurut umur (BB/U) yakni -1 SD sd -2 SD( Berat badan kurang), Panjang badan
menurut umur (PB/U) yakni -3 SD sd -2 SD (Pendek), Berat badan menurut panjang
badan (BB/PB) yakni -1 SD sd median (Normal) dan indeks massa tubuh menurut
umur (IMT/U) yakni -2 SD sd -1 SD (Normal). Pendidikan terakhir orang tua Cristina
yakni ayah SMP dan Ibu SMP, ayah Cristina bekerja sebagai petani dan penjual sayur
sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
BAB II
ANALISIS KASUS
A. Data subjektif
1. Identitas Balita
Tabel 1 : Identitas Balita
3. Riwayat Penyakit
Tabel 3 : Riwayat Penyakit
4. Riwayat Gizi
a. Riwayat Gizi Dahulu
Dari hasil wawancara dengan keluarga pasien (ibu balita) diketahui
bahwa salah satu faktor yang menyebabkan pasien mengalami Stunting
(pendek) dan juga berat badan yg kurang adalah kebiasaan makan yang
salah yaitu suka mengkonsumsi makanan instan suka makan jajanan nan
minuan kemasan, makanan yang kurang bervariasi dan beraneka ragam.
Pasien tidak menghabiskan makanan juga jarang mengonsumsi protein
hewani dilihat dari wawancara menggunakan form FFQ.
Asupan 742,5 19,77 3,96 158,41 448,6 180 27,2 5,5 1,85
Kebutuhan 1300 32,5 36,1 211,25 650 400 40 7 3
% Asupan 57,11 60,8 10,9 74,9 69,0 45 68 78,5 61,6
Tingkat Defisit Defisit Defisit Defisit Defisit Defisit Defisit Defisit Defisit
Asupan tingkat tingkat tingkat tingkat tingkat tingkat tingkat tingkat tingkat
berat berat berat sedang berat berat berat sedang berat
Tabel 5. Recall 2
Tabel 6. Recall 3
Perilaku 50 Kurang
Sumber data : Data sekunder hasil wawancara,2023
Tabel 8. Pengetahuan, Sikap dan perilaku ibu sesudah intervensi
B. Data obyektif
1. Antropometri
A. Tujuan
1. Memperbaiki kebiasaan makan pasien agar dapat mengonsumsi makanan yang
bergizi seimbang.
2. Meningkatkan berat badan pasien hingga mencapai berat badan normal.
3. Mempertahankan kebutuhan energi dan meningkatkan protein untuk mencegah
kerusakan jaringan tubuh terkhususnya jaringan otak.
B. Prinsip Penanganan
Prinsip penanganan pasien pendek (Sunting) adalah konseling gizi seimbang, dan
pengobatan penyakit anak. penanganan pasien berat badan kurang adalah dengan
pemberian makan Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP).
C. Syarat Diit
Syarat diet yang diberikan adalah Rendah Kalori Tinggi Protein
1. Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB
2. Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB
3. Lemak cukup , yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
4. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
5. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
D. Pelaksanaan
1. Balita bermasalah diberikan demo masak pada Senin tanggal. Demo Masak
dilaksanakan hanya satu kali saja pada 2 posyandu yang berbeda. Dengan jenis
menu yang berbeda yang diolah dari hasil pangan di sekitaran rumah
penduduk.
2. Memberikan konseling pada ibu balita pada tanggal 3 April 2023. Media yang
digunakan pada saat konseling adalah leaflet . Materi konseling yang di
berikan pada ibu balita tentang pencegahan stunting , gizi seimbang, dan
pengobatan penyakit anak di puskesmas/posyandu. Lalu menjelaskan kepada
ibu mengenai sumber-sumber zat gizi dan memberi informasi kepada ibu
tentang 3 makan utama dan 2 selingan dalam satu hari.
3. Melakukan intervensi pada ibu balita dan melakukan antropometri ulang pada
balita pada tanggal 4 april 2023. Pengukuran ulang menggunakan Timbangan
digital.
4. Memberikan PMT pada anak Balita pada tanggal 5 april 2023. Pemberian
PMT ini berisikan tentang gizi seimbang pada seporsi piring makan. Dengan
menu yang diberikan adalah sayuranberupasayurkangkung, buahberupapisang,
protein hewaniberupapentolansapidansosisayam, protein nabatiberupatempe,
dankarbohidratberupanasiputih
E. Evaluasi
A. Penanganan Awal
1. Kunjungan Rumah
Kunjungan awal dilakukan setelah mendapat data nama balita dari mama
kader di Posyandu oematnunu mengenai berat badan, Lila dan Tinggi badan
balita , lalu di lakukan wawancara pada tanggal 23 maret 2023
2. Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada balita pendek dan bb kurang melalui
konseling. Kegiatan konseling dilaksanakan dirumah balita selama 2 kali
konseling
3. Proses Penanganan
Balita di timbang dan ibu balita di beri konseling dan pada intervensi terakhir
diberikan PMT
B. Proses Penanganan
Balita bermasalah diberikan Demo Masak dilaksanakan hanya satu kali saja
pada 2 posyandu yang berbeda. Dengan jenis menu yang berbeda yang diolah dari
hasil pangan lokal yang ada di sekitaran rumah penduduk.
Memberikan konseling pada ibu balita dengan media yang digunakan pada saat
konseling adalah leaflet . Materi konseling yang di berikan pada ibu balita tentang
pencegahan stunting, gizi seimbang, dan pengobatan penyakit anak di
puskesmas/posyandu. Lalu menjelaskan kepada ibu mengenai sumber-sumber zat gizi
dan memberi informasi kepada ibu tentang 3 makan utama dan 2 selingan dalam satu
hari. Melakukan intervensi pada ibu balita dan melakukan antropometri ulang pada
balita menggunakan pengukuran ulang menggunakan Timbangan digital dan
memberikan PMT pada anak berupa telur rebus dan juga biskuit milna.
C. Evaluasi Kegiatan
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktek yang dilakukan di lokasi Oematnunu dan
berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan :
1. Untuk status gizi indikator BB/U kategori berat badan kurang dengan
ambang batas-1 SD sd -2 SD, status gizi indikator PB/U kategori
pendek dengan ambang batas-3 SD sd < -2 SD, status gizi indikator
BB/PB kategori normal dengan ambang batas-1 SD sd median dan
status gizi IMT/U kategori normal dengan ambang batas-1 SD sd
median.
2. Untuk memperbaiki anak stunting sudah tidak bisa tapi dapat di
lakukan peningkatan konsumsi protein untuk menjaga dan memelihara
otak balita
3. NI-1.4 Kelebihan intake makanan dan minuman oral berkaitan dengan
kurangnya pengetahuan ditandai dengan hasil recall energy 213%,
protein 200%, karbohidrat 298%, vit a,vit c,fe dan juga zink.
4. NB -1.1 Pengetahuan yang kurang terkait makanan dan gizi berkaitan
dengan kurangnya informasi di tandai dengan pemilihan makanan yang
tidak tepat terkait kondisi pasien (jarang mengkonsumsi sumber
protein nabati, protein hewani , dan buah )
B. SARAN
1. Bagi keluarga Balita
Agar memperhatikan balita dengan memberikan makanan yang sesuai
kebutuhan balita dan beragam sehingga dapat mempertahankan status gizi
balita.
2. Bagi Puskesmas
Petugas gizi agar melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memberikan gizi
yang baik untuk anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui.
3. Bagi Pemerintah
Meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam bentuk pelayanan informasi
yang dapat dicapai melalui kegiatan pelatihan dan pengarahan.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan agar masyarakat selalu sadar dan memperhatikan pola makan
pada anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui serta berkerja sama dengan
pihak Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan, K., & Indonesia, R. (2011). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun
2011.
Peraturan Kemenkes RI. (2020). standar antropometri anak. MENTERI KESEHATAN RI,
2(1), 1–12. http://clik.dva.gov.au/rehabilitation-library/1-introduction-rehabilitation
%0Ahttp://www.scirp.org/journal/doi.aspx?DOI=10.4236/as.2017.81005%0Ahttp://
www.scirp.org/journal/PaperDownload.aspx?DOI=10.4236/as.2012.34066%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1016/j.pbi.201
Sandjojo, E. putro. (2017). Buku saku desa dalam penanganan stunting. Buku Saku Desa
Dalam Penanganan Stunting, 42.
Santoso. (2005). Keadaan Status Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak.
Lumbung Pustaka UNY, 10–40.
Trihono, Atmarita, Tjandrarini, D. H., Irawati, A., Utami, N. H., Tejayanti, T., &
Nurlinawati, I. (2015). pendek (stunting) diindonesia dan solusinya. In M. Sudomo
(Ed.), Nucl. Phys. (Vol. 13, Issue 1). Lembaga Penerbit Balitbangkes.
WHO. (2018). Reducing stunting in children: equity considerations for achieving the Global
Nutrition Targets 2025.