Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIFITAS PEMBERIAN PUDDING ZANTHORHIZA TERHADAP


PERUBAHAN BERAT BADAN PADA ANAK STUNTING

Oleh:
Rina Limidina
Nim: 2032311021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2023
PERNYATAAN PERSETUJUAN

EFEKTIFITAS PEMBERIAN PUDDING ZHANTHORHIZA TERHADAP


PERUBAHAN BERAT BADAN PADA ANAK STUNTING DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BENTENG

Proposal Penelitian
Telah disetujui/dan*) diuji dihadapan tim penguji Proposal Skripsi
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Sukabumi, November 2023

Pembimbing I pembimbing II

(Burhanuddin Basri, M.Kep) (Eva Martini, Mkep)


NIDN. 0906049002 NIDN. 3430018501

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Dr. Asep Suryadin, S.kep., Ners.,M.pd., M.kep


NIP : 118119479
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................................i
BAB I......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................5
D. Manfaat penelitian.......................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
KAJIAN TEORITIS................................................................................................7
A. Stunting.......................................................................................................7
B. Temulawak (Curcuma Zanthorrhiza).........................................................13
C. Kajian Penelitian Terdahulu.......................................................................15
C. Kerangka Berfikir.......................................................................................18
D. Hipotesis Penelitian...................................................................................18
BAB III..................................................................................................................18
METODE PENELITIAN........................................................................................18
A. Desai Penelitian.........................................................................................18
B. Definisi Operasional..................................................................................18
C. Populasi dan Sampel.................................................................................20
D. Teknik Sampling........................................................................................22
E. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................22
F. Instrumen Penelitian..................................................................................22
G. Teknik Pengumpulan Data........................................................................22
H. Pengolahan Data.......................................................................................23
I. Analisis Data..............................................................................................24
J. Etika Penelitian..........................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................27

3
DAFTAR TABEL
tabel 2.1- kajian penelitian terdahulu.............................................................13
tabel 3.1- definisi operasional.........................................................................18

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 desain penelitian...........................................................................18

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa yang sangat penting pada perkembangan seseorang yaitu


pada saat seribu hari pertama kehidupan atau window of opportunity,
masa ini dimulai pada masa gestasi sampai usia 2 tahun. Ketika masa ini
sel-sel saraf di otak dan tulang mengalami kejadian pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat, ketika energi dan nutrisi yang di
berikan kurang tepat maka dapat mengakibatkan terjadinya stunting dan
mengalami defisit jangka panjang di fungsi otak (Hapsari dkk., 2022).
Stunting merupakan anak yang usianya dibawah lima tahun (balita) yang
pertumbuhannya terganggu karena kekurangan zat gizi kronis, dan
mengakibatkan anak memiliki tubuh yang pendek. Kejadian gizi buruk
terjadi ketika usia anak masih dalam kandungan dan hari pertama setelah
anak di lahirkan, akan tetapi penurunannya akan terlihat ketika anak
berusia 2 tahun (Masliati dkk., 2023).

Permasalahan gizi pada anak adalah dampak dari tidak seimbangnya


antara asupan dan keluaran zat gizi (nutrition imbalance), di samping itu
untuk memilih bahan makanan untuk dikonsumsi. Pemegang peranan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pada balita yaitu status
gizi yang baik terutama di lima tahun pertama golden periode
(Fariningsih dkk, 2023). Kekurangan gizi merupakan tantangan yang
banyak di hadapi oleh seluruh masyarakat. Salah satu permasalahan gizi
yang harus di perhatikan adalah balita yang mengalami stunting.
(Widjayatri dkk., 2020). Karena hal tersebut mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan pada anak, maka dari itu stunting menjadi suatu ancaman
pada kualitas hidup manusia, dan hal tersebut juga akan menjadi
ancaman pada kemampuan daya saing bangsa Indonesia (Munir &
Audyna, 2022).

Menurut World Health Organization (WHO) dalam (Winarsih dkk.,


2023) pada tahun 2017 sekitar 22,2% anak di seluruh dunia mengalami
stunting atau sekitar 150,8 juta anak, rata-rata yang berusia dibawah 5
tahun. Angka prevalensi global balita/anak dengan kejadian stunting pada

1
2

tahun 2020 sebanyak 22% atau sekitar 149,2 juta anak yang mengalami
stunting. Indonesia adalah negara ke-3 di kawasan Asia Tenggara/ South-
East Asia Regional (SEAR) dengan kasus stunting. Pada tahun 2020
angka kejadian stunting memiliki angka prevalensi sekitar 26,92%. Pada
tahun 2021 kejadian stunting mengalami penurunan sekitar 24,45%.
Menurut open data Jawa Barat Pada tahun 2021 Jawa Barat memiliki
penurunan sekitar 33,68% atau sekitar 206,514 anak.menurut open data
Jawa Barat Pada tahun 2022 kota sukabumi memiliki angka prevalensi
sekitar 7,32% atau sekitar 1.616 anak yang mengalami stunting. Pada
tahun 2023 di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kota Sukabumi
memiliki angka kejadian stunting sekitar 58 anak.

World Health Organization (WHO) mencatat bahwa kasus kematian


pada anak usia 6-12 tahun yang di sebabkan oleh stunting mencapai
1,34% atau sekitar 2 juta jiwa, sedangkan yang disebabkan karena gizi
akibat stunting yaitu 0,67% atau sekitar 1 juta kematian (Aryani & Suryani,
2023). Pemerintah berkomitmen untuk mengatasi kejadian stunting di
Indonesia, dengan menurunkan angka kejadian stunting berupa kebijakan
yang sudah di rancang oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yaitu
Program Indonesia Sehat dan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), selain itu
ada program Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) (Dewi.,dkk 2022). Namun kenyataan
dilapangan kasus angka stunting masih tinggi, hal ini dikarenakan
banyaknya faktor penyebab langsung yaitu kurangnya asupan nutrisi
dalam waktu yang panjang, kesehatan pada ibu saat hamil, berat badan
lahir rendah, infeksi pada balita, bersalin dan nifas, pemberian MP-ASI
sebelum 6 bulan dan ketidak berhasilannya dalam memberikan ASI
eksklusif. Ada juga penyebab tidak langsung pada kejadian stunting
meliputi faktor ekonomi rendah yang dapat mempengaruhi ketahanan
pangan keluarga, budaya, pola asuh, pola makan, gaya hidup masyarakat
(Khoiriyah & Ismarwati, 2023).

Pengetahuan yang kurang akan pentingnya asupan nutrisi/gizi pada


masa kehamilan dan sesudah melahirkan, pelayanan kesehatan yang
sangat terbatas terutama ante natal care (NAC) yang memberi pelayanan
khusus pada ibu hamil yang memonitor kesehatan ibu dan janin,
3

pelayanan pada post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas,


kurangnya akses makanan bergizi, tingginya harga makanan yang bergizi
di Indonesia, kurangnya akses untuk air bersih dan sanitasi terutama di
daerah-daerah (Suryani dkk., 2023). Selain itu faktor imunitas juga dapat
memicu terjadinya stunting. Imunitas yang lemah pada anak sering sakit
adanya infeksi kronis dari saluran pencernaan beresiko tinggi mengalami
stunting (Permatananda dkk., 2023)

Stunting berdampak sangat luas diantaranya berdampak pada


individu, keluarga, masyarakat dan negara. Stunting yang berdampak
secara individu akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan pada
otak yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi otak secara permanen.
Anak dengan stunting akan mengalami kesulitan dalam pembelajaran
karena mempunyai kemampuan motorik yang kurang, risiko lebih tinggi
pada penderita stunting yaitu penyakit kronis ketika di masa dewasa.
Selain itu risiko pada penderita stunting adalah penurunan produktivitas
sehingga menyebabkan kemiskinan dengan risiko melahirkan bayi
dengan berat badan rendah (Ernawati, 2022).

Dampak jangka panjang pada anak yang mengalami stunting


diantaranya memiliki keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan
belajar, resiko serangan penyakit kronis seperti diabetes (Nasriyah &
Ediyono, 2023). Angka prevalensi diabetes yang di akibatkan oleh
stunting masih cukup tinggi yaitu selitar 35% (Rianti, 2017). Tidak
optimalnya kemampuan kognitif pada anak stunting akan berpengaruh
kepada kehidupannya di masa depan. Kemampuan kognitif merupakan
kemampuan anak agar berpikir lebih komplek dan melakukan penalaran
untuk memecahkan masalah, semakin berkembangnya kemampuan
kognitif semakin mempermudah anak untuk menguasai pengetahuan
yang lebih luas (Daracantika dkk., 2021).

Tanaman rimpang temulawak atau curcuma xanthorhiza roxb


merupakan tumbuhan obat keluarga dan tumbuhan yang banyak
digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia pada kandungan
temulawak terdapat zat aktif kurkumin yang dapat meningkatkan aktivitas
enzim pada pencernaan, sehingga akan menambah nafsu makan pada
anak hal ini di sebabkan oleh kandungan antibiotik yang ada pada
4

kandungan temulawak, Kandungan temulawak terdapat pati, yang


berwarna putih kekuningan karena kaya akan kandungan kurkuminoid.
Kadar protein pati temulawak yaitu mencapai 1,5%, berbeda dengan
protein pati jagung hanya 0,8%, kadar protein pati kentang 0,4%, dan
protein pati gandum hanya 0,6%. Temulawak juga bisa menjadi makan
yang menarik bagi semua orang yaitu dengan mengolahnya menjadi
pudding. Pudding biasanya dijadikan sebagai hidangan penutup yang
memiliki rasa manis dan penampilan yang menarik, dengan pembuatan
pudding ini ditambahkan temulawak yang memiliki kegunaan yaitu
penambah nafsu makan, selain itu kandungan kurkumin pada temulawak
dapat memberikan warna kuning pada pudding yang dapat mempercantik
penampilan pudding. (Nugraha dkk.,2023).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


( Nugraha dkk.,2023) mengatakan bahwa berdasarkan jurnal yang ada
rata-rata asupan protein, energi, kalsium fosfor signifikan lebih rendah
pada anak stunting dibandingkan dengan anak tidak stunting. Zat gizi
sangat berperan penting pada permasalahan stunting yaitu energi dan
protein maka dari itu pengolahan tanaman TOGA dengan berbagai
macam resep dalam bentuk makanan dan minuman sebagai jalan
alternatif untuk memenuhi asupan kandungan energi, protein dan kalsium
pada anak stunting, tanaman herbal yang diolah sebagai makanan
pendamping bagi anak stunting,selain harganya yang murah ,mudah
didapat, juga memiliki efek samping yang rendah.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Kerja


Puskesmas Benteng Kota Sukabumi dengan melakukan wawancara
kepada 5 orang ibu, ibu mengatakan mengetahui apa itu temulawak tapi
tidak mengetahui manfaat temulawak untuk stunting dan tidak
mengetahui temulawak bisa diolah menjadi makanan yang menarik,
didapatkan rendahnya pengetahuan tentang manfaat temulawak dan juga
pengetahuan tentang cara pengolahan yang dapat dikombinasikan
menjadi makanan yang menarik dari temulawak untuk anak stunting,
maka diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kepada masyarakat dalam pencegahan stunting.
5

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pemberian Pudding
Zanthorhiza Terhadap Perubahan Berat Badan Pada Anak Stunting”

Peran perawat dalam mengatasi kejadian stunting yaitu berperan


untuk meningkatkan kesehatan melalui pemberian pengetahuan yang
penting bagi pasien dan keluarga. Perawat juga dapat memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga yang beresiko, kader dipelayanan
kesehatan dan masyarakat Dalam meningkatkan pengetahuan kepada
ibu adalah kunci dalam mengatasi kejadian stunting. Peran seorang ibu
sangat penting dalam prilaku pengasuhan orang tua yang mencerminkan
pengetahuan dalam menerapkan praktik yang akan mendukung
petumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu para ibu yang
mempunyai balita khususnya mempunyai balita yang mengalami stunting
diharapkan untuk mengetahui dan dapat memahami apa yang disarankan
agar dapat merawat anak dengan stunting. dan dapat mencegah dan
tidak ada kejadian stunting pada anak selanjutnya oleh sebab itu
pengetahuan ibu perlu di tingkatkan mengenai pencegahan stunting (Putri
dkk., 2021)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian penelitian di atas peneliti merumuskan masalah


penelitian yaitu “Efektifitas Pemberian Pudding Zanthorhiza Terhadap
Perubahan Berat Badan Pada Anak Stunting Di Wilayah Kerja
Puskesmas Benteng”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas pemberian pudding zanthorhiza
terhadap perubahan berat badan pada anak stunting.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui berat badan sebelum diberikan pudding
zanthorhiza terhadap perubahan berat badan pada anak stunting
di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kota Sukabumi
b. Untuk mengetahui berat badan sesudah diberikan pudding
zanthorhiza terhadap perubahan berat badan pada anak stunting
6

di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kota Sukabumi


c. Untuk mengetahui berat badan sebelum dan sesudah diberikan
pudding zanthorhiza terhadap perubahan berat badan pada anak
stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kota Sukabumi

D. Manfaat penelitian

1. Dapat digunakan sebagai referensi di perpustakaan terkait dengan


efektifitas pemberian pudding zanthorhiza terhadap perubahan
berat badan pada anak stunting
2. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian
dengan metode dan variabel yang berbeda sehingga dapat di
ketahui secara luas penambahan berat badan pada anak stunting
dengan pemberian pudding zanthorizha.
3. Dapat digunakan sebagai pedoman komposisi dan cara
pembuatan pudding instan zhanthorhiza oleh masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Stunting

1) Definisi Stunting
Menurut Priyono,(2020). Stunting adalah kondisi gagal tumbuh
pada balita di bawah lima tahun, akibat kekurangan gizi kronis yang
dapat menyebabkan tinggi dan berat badan anak terlalu pendek
dibanding dengan anak seusianya. Kurangnya gizi pada bayi terjadi
sejak dalam kandungan dan setelah bayi lahir, kondisi stunting terlihat
setelah bayi berusia 2 tahun. Standar ukuran baku pada umur balita
sebagaimana digunakan World Health Organization (WHO) dalam hal
ini di sepakati menurut multicentre growth reference study (MGRS)
TAHUN 2006. kementerian kesehatan RI juga mendefinisikan
stunting, diartikan anak balita dengan nilai z-score kurang dari
minus ,jika z-score kurang dari-2 Standar Deviasi (SD) maka
dikategorikan sebagai balita stunted. Anak balita dengan z-score
kurang dari minus 3 (-3) SD dikategorikan sebagai balita severely
stunted.

Menurut Harjanti dkk (2023) Peraturan Presiden Republik


Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 stunting merupakan gangguan pada
pertumbuhan dan perkembangan akibatnya anak kekurangan gizi
kronis dan infeksi berulang, ditandai dengan panjang dan tinggi badan
di bawah standar yang telah di tetapkan oleh menteri penyelenggara
urusan pemerintah dalam bidang kesehatan.

Dapat disimpulkan bahwa stunting merupakan gangguan


pertumbuhan yang di alami oleh balita dan mengakibatkan
terlambatnya pertumbuhan pada anak karena tidak sesuai dengan
standar sehingga akibatnya berdampak jangka pendek dan jangka
panjang.

2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stunting


Menurut Dewi.,dkk (2022) Faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting antara lain:

7
8

a. Riwayat Berat Badan Lahir


BBLR juga dapat terjadi sejak lahir sebelum kehamilan
cukup bulan, seperti pada minggu ke 37. Pada bayi, berat
badan lahir rendah juga dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan seperti penyakit menular, pertumbuhan lambat
dan kematian pada saat masih bayi dan anak.

b. Status Gizi Ibu Hamil


Gizi pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Kondisi ibu yang mengalami kurangnya
energi kronis atau anemia pada saat hamil beresiko
melahirkan bayi yang memiliki berat badan yang rendah
(BBLR) karena balita yang memiliki berat badan lahir rendah
memiliki risiko 2,3 kali lebih besar terkena stunting di banding
dengan balita yang memiliki berat badan lahir normal.
c. Riwayat Pemberian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif diberikan selama 6 bulan akan
menghasilkan tumbuh kembang yang optimal. Selain asi yang
di berikan selama 6 bulan bayi juga diberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI). Mp-asi diberikan pada saat usia
bayi 6 bulan karena jika hanya asi saja (jumlah asi dan
komposisi asi mulai berkurang).
d. Pola Asuh Makan
Pola asuh makan merupakan pemenuhan untuk
kebutuhan pangan/gizi pada balita, yang berkaitan dengan
pola konsumsi makanan,pola konsumsi makanan yaitu struktur
makanan yang biasa dimakan dengan jenis dan jumlah bahan
makanan yang biasa di konsumsi oleh seseorang dan
kelompok, orang/penduduk dalam frekuensi jangka waktu
yang ditentukan dan bagaimana cara pengolahannya dan
kapan harus di konsumsi.
e. Riwayat Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi yang terjadi pada anak-anak yaitu
penyakit ISPA dan diare,penyakit ISPA adalah suatu
penyakit yang terjadi pada hidung ,telinga, dan tenggorakan
(pharynx), trachea, bronchiolidan paru-paru yang kurang dari
9

dua minggu (14 hari) tanda dan gejala nya batuk serta batuk
pilek,dan sesak nafas karena hidung yang tersumbat dengan
atau tanpa demam, dalam jangka waktu 14 hari.

f. Pelayan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh


masyarakat yaitu untuk membantu kebutuhan kesehatannya
yaitu pelayanan imunisasi, yang berkaitan dengan
pertumbuhan,morbiditas dan mortalitas anak. salah satu
pelayanan kesehatan di lingkungan masyarakat yaitu
posyandu, posyandu merupakan sarana yang dimanfaatkan
oleh masyarakat dan dikelola masyarakat untuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), kegiatan
diposyandu yang dibutuhkan oleh para masyarakat dewasa
yaitu ada (5) program pokok prioritas yaitu keluarga berencana
(KB), Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA), Gizi, imunisasi, dan
penanggulangan diare.

g. Pendapatan Keluarga
Sosial ekonomi dari segi pendidikan,,pengetahuan,
kepemilikan, dan pendapatan. Pendapatan adalah faktor yang
akan menentukan kualitas dan kuantitas makanan,
pendapatan dan gizi yang sangat berkaitan erat dengan
pemenuhan makanan dan kebutuhan hidup keluarga,
semakin tinggi pendapatan keluarga semakin banyak
makanan yang dapat di konsumsi dan juga semakin baik
kualitas makanan yang dapat dikonsusmsi. Perbandingannya
sangat terlihat jelas jika pendapatan rendah akan
menghambat perbaikan gizi yang dapat menimbulkan
kekurangan gizi.

Menurut Komalasari dkk (2020) faktor-faktor penyebab


kejadian stunting yaitu Faktor ibu yang dapat menyebabkan
stunting dikarenakan status gizi ibu yang buruk pada saat
hamil, Perawakan ibu pendek, pola asuh kurang baik seperti
praktik dan prilaku pemberian makan pada anak, pada saat
remaja ibu kurang nutrisi, dan ketika masa kehamilan
10

menyebabkan anak yang dilahirkan mengalami BBLR,


pemberian ASI Ekslusif dengan laktasit yang akan
berpengaruh pada pertumbuhan anak. Penyebab lainnya yang
menyebabkan stunting yaitu kehamilan ketika remaja, infeksi
pada anak seperti diare, pendeknya jarak kelahiran anak,
mata pencaharian keluarga dan pekerjaan, kurangnya akses
pada pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air
bersih adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan.

Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara faktor-


faktor penyebab kejadian stunting seperti faktor ekonomi,
pendidikan, pengetahuan, gizi ibu, pola asuh kurang baik dan
pada saat remaja kurangnya nutrisi yang menyebabkan anak
dilahirkan BBLR dan mengalami stunting.

3) Ciri-Ciri Anak Yang Terkena Stunting


Menurut Hasanah (2023) untuk mengetahui kejadian stunting
pada anak harus diketahui ciri-ciri anak yang mengalami stunting
agar segera dapat penanganan, ciri-ciri anak stunting yaitu :

a. Pertumbuhan anak melambat


b. Anak lebih pendiam diusia 8-10 tahun, sedikit melakukan eye
contact
c. Wajah yang tampak muda dari anak seusianya
d. Terlambatnya tanda pubertas
e. Gigi tumbuh melambat
f. Mengalami perfoma yang buruk pada tes perhatian dan
memori belajar
Berdasarkan ciri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa anak
dengan stunting dapat menganggu pertumbuhan anak, selain
itu memori belajar pada anak akan mengalami perfoma yang
buruk yang dapat mengganggu aktivitas belajarnya.
4) Dampak Pada Anak Stunting
Menurut Sutopo & W (2021) dampat buruk pada anak stunting
antara lain :
a) Jangka pendek
11

1) Terganggunya perkembangan pada anak


2) Kecerdasan
3) Gangguan pada pertumbuhan fisik
4) Gangguan pada metabolisme dalam tubuh
b) Jangka panjang
Dalam jangka panjang sangat berakibat buruk efek yang
ditimbulkan seperti kemampuan kognitif menurun dan prestasi
belajar, kekebalan tubuh menurun sehingga anak akan
mudah sakit, beresiko tinggi memiliki penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
stroke dan disabilitas pada saat usia tua.
Berdasarkan dampak diatas dapat disimpulkan bawa
stunting jika dibiarkan akan berakibat jangka pendek dan juga
jangka panjang sehingga anak akan berisiko tinggi memiliki
penyakit kronis.
5) Pencegahan Stunting
Menurut Arnita dkk (2020) pencegahan stunting dapat
dicegah melalui intervensi gizi spesifik dalam 1.000 hari pertama
kehidupan, pemenuhan asupan nutrisi pada ibu hamil,
mengkonsumsi protein pada menu harian pada balita usia di atas
6 bulan dengan kadar protein yang sesuai usianya, pemenuhan
kebutuhan air bersih dan menjaga sanitasi dan rutin membawa
sibuah hati untuk mengikuti posyandu minimal 1 bulan sekali.
Menurut Hasanah (2023) upaya pencegahan kejadian stunting
antara lain :
a) Ibu hamil diberikan tablet penambah darah (TTD) 90 tablet
selama kehamilan
b) Ibu hamil di berikan makanan tambahan (PMT)
c) Pemenuhan gizi ibu hamil
d) Pada saat persalinan harus dengan ahlinya dokter atau bidan
e) pemberian Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
f) memberikan ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan
g) pemberian Makanan pendamping asi (MP-ASI) pada bayi usia
di atas 6 bulan sampai 2 tahun
h) memberikan imunisasi dasar secara lengkap dan pemberian
12

vitamin A
i) pemeriksaan dan pemantauan tumbuh kembang balita di
posyandu terdekat
j) menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
berdasarkan pencegahan di atas dapat disimpulkan bahwa
anak stunting dapat dicegah melalui intervensi gizi spesifik dalam
1.000 hari pertama kehidupan, pemenuhan asupan nutrisi pada
ibu hamil, mengkonsumsi protein pada menu harian pada balita
usia di atas 6 bulan dengan kadar protein yang sesuai usianya,
dengan adanya pencegahan tersebut makan angka kejadian
stunting akan menurun.

6) Perhitungan Anak Dikatakan Stunting


Menurut (Priyono, 2020) anak dikatakan stunting jika Standar
ukuran baku pada umur balita sebagaimana digunakan World
Health Organization (WHO) dalam hal ini di sepakati menurut
multicentre growth reference study (MGRS) TAHUN 2006.
kementerian kesehatan RI juga mendefinisikan stunting, diartikan
anak balita dengan nilai z-score kurang dari minus ,jika z-score
kurang dari-2 Standar Deviasi (SD) maka di dikategorikan sebagai
balita stunted. Anak balita dengan z-score kurang dari minus 3 (-3)
SD dikategorikan sebagai balita severely stunted.

7) Tanaman Herbal Yang Berkhasiat Untuk Stunting


Ada beberapa tanaman herbal yang berkhasiat untuk
stunting yaitu:

a. Tanaman Jahe
Menurut (Hutuba dkk., 2023) tanaman jahe adalah salah
satu tanaman yang dapat dikonsumsi dan diolah menjadi
jamu-jamu yang berkhasiat t untuk immune booster. Sistem
imun sangat penting untuk dijaga karena dapat meningkatkan
kesehatan tubuh selain itu dapat mencegah stunting. Didalam
kandungan tanaman jahe terdapat minyak atsiri sebesar 3,9%,
menurut penelitian bahwa didalam kandungan jahe terdapat
unsur kimia yang merupakan komponen senyawa yang
banyak dibutuhkan oleh tubuh manusia.
13

b. Daun Kelor
Menurut (Rizky dkk., 2023) daun kelor memiliki banyak
manfaat kesehatan, termasuk peningkatan kekebalan tubuh,
detoksifikasi sistem pencernaan, dan perbaikan kulit.
Penambahan daun kelor pada makanan anak yang mengalami
stunting dapat membantu meningkatkan asupan gizi dan
protein, memberikan dampak positif pada pertumbuhan dan
perkembangan anak.
c. Temulawak
Menurut (Bima Nugraha dkk., 2023) rata-rata asupan
protein, energi, kalsium fosfor signifikan lebih rendah pada
anak stunting dibandingkan dengan anak tidak stunting. Zat
gizi sangat berperan penting pada permasalahan stunting
yaitu energi dan protein maka dari itu pengolahan tanaman
TOGA dengan berbagai macam resep dalam bentuk makanan
dan minuman sebagai jalan alternatif untuk memenuhi asupan
kandungan energi, protein dan kalsium pada anak stunting

tanaman herbal seperti jahe, daun kelor, dan temulawak


kaya akan nutrisi yang dapat bermanfaat bagi anak stunting.
Penting bagi orang tua untuk mengetahui cara mengolah
tanaman tersebut menjadi makanan atau minuman yang
menarik dan disukai anak. Mengubah temulawak menjadi
pudding adalah salah satu cara kreatif untuk memasukkan
manfaat kesehatan tanaman herbal ke dalam pola
makan anak stunting.

B. Temulawak (Curcuma Zanthorrhiza)

1. Definisi Temulawak
Menurut Aisyah (2022) Temulawak (curcuma zhanthorrhiza)
adalah tanaman yang tergolong kedalam golongan rimpang dan
sering di gunakan untuk obat-obatan tradisional, didalam
kandungan temulawak terdapat banyak pati, didalam pati terdapat
kandungan kurkuminoid guna membantu proses metabolisme
fisiologis organ badan. Temulawak banyak digunakan untuk
14

mengobati sistem pencernaan, meningkatkan daya tahan tubuh,


menjaga kesehatan.

2. Kandungan Dan Khasiat Temulawak


a) Pati
Fraksi pati adalah kandungan terbesar pada temulawak,
pati yang terdapat pada temulawak memiliki zat gizi diantaranya
karbohidrat,protein,lemak dan juga serat kasar mineral seperti
kalium (K), natrium (Na), magnesium (Mg), zat besi (Fe),mangan
(Mn) dan kadmium (Cd). Pati berbentuk serbuk, berwarna putih
kekuningan karena terkandung spora kurkuminoid, kadar pati
pada rimpang temulawak bervariasi antara 48% sampai 54%
tergantung tingginya tempat tumbuh. Semakin tinggi tempat
tumbuhnya semakin rendah pula kandungan kadar patinya.Pati
temulawak bisa di kembangkan sebagai sumber karbohidrat, bisa
digunakan juga untuk bahan makanan ataupun campuran pada
bahan makanan.
b) Minyak Atsiri
Minyak atsiri pada temulawak berupa cairan yang
berwarna kuning jingga, berbau tajam. Komposisi tergantung
pada usia rimpang dan tempat tumbuh, rimpang temulawak
mengandung minyak atsiri sebesar 3-12%. Minyak atsiri
temulawak terdiri dari 32 komponen secara umun dapat
meningkatkan jaringan. Kandungan pada minyak atsiri pada
temulawak dapat meningkatkan nafsu makan karena mempunyai
sifat koleretik yang bisa mempercepat sekresi empedu yang akan
mempercepat pengosongan pada lambung, dan juga
mempercepat pencernaan dan absorsi lemak pada usus
kemudian mengsekresi berbagai macam hormon yang mampu
meregulasi meningkatnya nafsu makan.

3. Pengolahan Bubuk Temulawak


Menurut Mustakim dkk (2021). Pengolahan bubuk temulawak
kering menjadi serbuk temulawak hanya melalui proses pencucian
15

dan juga pengeringan bisa dalam bentuk utuh maupun irisan. Proses
pengeringan di perlukan waktu sekitar 4 hari setelah temulawak
benar-benar kering kemudian temulawak ditumbuk dengan
menggunakan alu agar hasil penumbukan lebih halus. Setelah
hancur disaring kemudian diayak dan menghasilkan bubuk
temulawak halus.
4. Bahan Pudding Peraktis
a. ½ sendok kecil bubuk temulawak
b. 2 sendok Gula rendah kalori
c. 1 sendok agar-agar
d. ½ sendok kecil Garam
5. Cara Pembuatan Pudding Temulawak
a. Siapkan 1 bungkus pudding zhanthorhiza instan
b. Masukan 1/4 gelas air kedalam panci
c. Campurkan pudding zhanthorhiza praktis kedalam air yang sudah
disiapkan didalam panci
d. Aduk sampai merata
e. Nyalakan api sedang
f. Tunggu sampai mendidih
g. Siapkan cetakan pudding
h. masukan olahan pudding kedalam cetakan

C. Kajian Penelitian Terdahulu

2.1 Tabel Kajian Penelitian Terdahulu


No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian
. Peneliti Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Faizqintar Pudding Peneliti dan Peneliti dalam sangat positif
Bima temulawak penulis mengukur Peningkatan pengetahuan
Nugraha, sebagai makanan menggunakan dengan dan inovasi masyarakat
Adelia Putri pencegah stunting pudding pencegahan dalam pencegahan stunting
Perwitasari, desa gondang temulawak sebagai melalui pembuatan pudding
Mia Aulia kecamatan sebagai variabel y temulawak adalah langkah
Muhajir, cepiring variabel x sedangkan yang sangat baik. Dengan
Alqodri, kabupaten kendal penulis respon positif dari masyarakat
Nelta mengukur dan mencapai target yang
Delila, berat badan diharapkan, ini dapat
Ahmad sebagai berperan penting dalam
Najmu variabel y mendukung upaya
Zamaludin, pemerintah untuk
Hanifah, menurunkan angka stunting
16

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian


. Peneliti Penelitian Persamaan Perbedaan
Evi Kurnia di Indonesia.
Ningsih,
Nurfidiatu
Ningsih,
Siti Nurul
Aini, Ika Tri
Susilowati
(Bima
Nugraha
dkk., 2023)

2. Dewi Efektifitas Peneliti dan Peneliti hasil pada peda penelitian ini
Fitriani temulawak dalam penulis mengukur setelah intervensi
Tias menurunkan menggunakan penurunan menggunakan air rebusan
(Tias., tekanan darah temulawak tekanan temulawak memiliki hasil
2013) pada lansia di upt sebagai darah 149,50 mmHg dibanding
panti sosial tresna variabel x sebagai sebelum dilakukan intervensi
werdha mulia variabel y yaitu 159,17 mmHg dengan
dharma sedangkan perbedaan rata-rata yaitu
kabupaten kubu penulis 11,667 mmHg dapat
raya mengukur disimpulkan adanya
berat badan perubahan diastol sebelum
sebagai dan sesudah intervensi
variabel y temulawak. Untuk nilai rat-rat
diastol sebelum dan sebelum
intervensi adalah 95,83
mmHg dan setelah intervensi
88,33 mmHg dengan
perbedaan rata-rata tekanan
tekanan darah 7,500 mmHg
dengan nilai p value sebesar
0,032 kesimpulannya adalah
adanya perubahan nilai
diastol sebelum dan sesudah
pemberian rebusan air
temulawak . jadi temulawak
efektif untuk menurunkan
tekanan darah dan
temulawak bisa dijadikan
jalan alternatif untuk
menurunkan tekanan darah

3. Eva Nurlina Pemberian Peneliti dan Peneliti Kandungan dalam temulawak


Aprilita ekstrak penulis mengukur adalah sebagai jalan alternatif
(Aprilia, temulawak menggunakan nyeri intervensi dalam menurunkan
2022) sebagai terapi temulawak disminorrhe tingkat nyeri menstruasi
kimplementer sebagai sebagai dikarekan dalam kandungan
dalam variabel x variabel y temulawak berupa minyak
menurunkan nyeri sedangkan atsiri dan fitokimia berfungsi
dysminorrhea penulis sebagai analgetik yang dapat
pada remaja putri mengukur mengurangi prostaglandin
berat badan sebagai hormone yang
sebagai menciptakan rasa sakit
variabel y dengan adanya kandungan
tersebut membuat temulawak
17

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian


. Peneliti Penelitian Persamaan Perbedaan
yang memiliki sifat dingin
sehingga membuat tubuh
menjadi rileks dan perlahan
akan menurunkan dan
menghilangkan nyeri.

4. Lutfiah Nur Sosialisasi Peneliti dan Peneliti Kegiatan ini meliputi upaya
Fitria Dedy Pemanfaatan penulis mengukur peningkatan pengetahuan
Frianto Temulawak menggunakan penambah dan keterampilan serta
(Nur Fitria (Curcuma temulawak nafsu perubahan masyarakat
& Frianto, Xanthorrhizaroxb). sebagai makan dalam memilih, vitamin
2023) Yang Dibuat variabel x sebagai penambah nafsu makan
variabel y dari bahan alami yaitu
Dalam Sediaan
sedangkan tumbuhan temulawak,
Permen Gummy
penulis yang dapat di bentuk
Untuk Menambah mengukur dalam sediaan permen
Nafsu Makan berat badan gummy yang sehat bukan
Pada Anak Di sebagai hanya sekedar permen gumy
Desa Waluya variabel y biasa.

5. Chyntia Pengaruh Peneliti dan Peneliti Penelitian ini menunjukkan


Desbriyani Pemberian penulis mengukur pemberian ekstrak rimpang
Mustika Ekstrak Rimpang menggunakan berat badan temulawak pada ibu
Ayu Temulawak temulawak pada bayi postpartum berpengaruh
(Ayu, 2021) (Curcuma sebagai baru lahir terhadap peningkatan berat
Xanthorrhiza variabel x sebagai badan bayi baru lahir
Roxb) Pada Ibu variabel y (p=0,000). Kesimpulan pada
Postpartum sedangkan penelitian ini adalah
Terhadap penulis pemberian ekstrak rimpang
Peningkatan Berat mengukur temulawak pada ibu
Badan Bayi Baru berat badan postpartum dapat
Lahir pada anak meningkatkan berat badan
stunting bayi baru lahir.
sebagai
variabel y
18

D. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kerangka teori yang di uraikan pada tinjauan pustaka


di atas terdapat 2 variabel, variabel independen yaitu puding zhanthorhiza
dan variabel dependen yaitu anak stunting. Maka konsep kerangka dalam
penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pudding Zhanthorhiza Berat Badan Anak Stunting

1. Pola Asuh
2. Usia
3. Tingkat Ekonomi
4. Pengetahuan
5. Lingkungan
6. Pendidikan
7. Budaya
8. Gaya hidup

Variabel Componding

Keterangan Gambar

: Diteliti

: Tidak diteliti

:pengaruh

E. Hipotesis Penelitian

H0 : tidak ada pengaruh pemberian pudding zanthorhiza terhadap


perubahan berat badan pada anak stunting di wilayah kerja puskesmas
19

Benteng kota Sukabumi


Ha : terdapat adanya pengaruh pemberian pudding zanthorhiza terhadap
perubahan berat badan pada anak stunting di wilayah kerja puskesmas
Benteng kota Sukabumi
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desai Penelitian

Metode penelitian ini akan menggunakan penelitian kuantitatif.


Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berawal dari suatu yang
masih abstrak yang nantinya akan dirumuskan suatu jawaban
sementara (hipotesis) dan akan dilanjutkan dengan melakukan
pengujian sehingga dapat menuju kepada kejadian-kejadian yang
bersifat konkrit (Sutisna, 2020) Desain dalam penelitian ini akan
menggunakan Quasi Eksperimen dengan rancangan pretest dan
posttest yang dipakai untuk mencari sebab akibat dengan adanya
keterlibatan penelitian dalam manipulasi terhadap variabel bebas
(Hastjarjo, 2019). One group merupakan pengukuran praperlakuan
untuk memberikan informasi mengenai prinsip kontra faktual yang
berkaitan dengan apa yang mungkin terjadi pada subjek seandainya
perlakuan tidak ada, akan tetapi perbedaan antara Q1 dan Q2
mungkin akan disebabkan oleh pengaruh faktor lain (Hastjarjo, 2019).

Q1 X Q2

Gambar 3. 1 Desain Penelitian

Keterangan :
Q1 : Pretest
X : Intervensi
Q2 : Posttest

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No. Variabel Devinisi Cara Alat ukur Hasil ukur Skala
mengukur ukur
1. Berat badan Berat badan Dilakukan Timbangan 1. berat badan Rasio
Penimbangan Normal

18
19

No. Variabel Devinisi Cara Alat ukur Hasil ukur Skala


mengukur ukur
merupakan berat badan berat
2 tahun
ukuran tubuh badan
Laki-laki
dalam sisi 9,7-15,3 kg
Perempuan
berat yang di
9-14,8 kg
timbang
3 tahun
dalam Laki-laki
keadaan 11,3-18,3 kg
perempuan
berpakaian 10,8-18,1 kg
minimal tanpa 2. berat badan
perlengkapan tidak normal
ketika hasil
apapun. pengukuran
indikator
berat badan
berada di -
3 sampai
dengan di
bawah -2
standar
deviasi (SD).
2. Pudding Pudding Peneliti akan - -
zhanthorhiza melakukan pre-
zhanthorhiza
instan test yaitu
merupakan dengan
komposisi menimbang
dari herbal berat badan
serbuk responden
temulawak sebelum
yang Pemberian
diinovasikan pudding instan
menjadi zanthorhiza dan
suplemen setelah
yang diberikan
mengandung pudding instan
protein zanthorhiza
meningkatkan sebanyak dua
nafsu makan bungkus sehari
yang diolah selama 30 hari.
menjadi kemudian
pudding peneliti akan
sebagai melakukan
makanan penimbangan
pendamping kembali untuk
untuk anak. mengevaluasi
berat badan
setelah 30 hari.
20

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi merupakan kumpulan objek atau subjek yang
memiliki karakteristik khusus yang akan menjadi fokus penelitian.
Dari populasi ini, peneliti akan mengambil sampel untuk kemudian
menggeneralisasi hasil penelitian ke seluruh populasi atau
populasi yang lebih luas. Ini adalah konsep dasar dalam penelitian
dan statistik untuk membuat kesimpulan yang relevan tentang
suatu kelompok yang lebih besar berdasarkan data yang
dikumpulkan dari sampel yang representatif (Ramadhani &
Wilestari, 2020). Populasi dalam penelitian ini sebanyak 58 anak
dengan stunting yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng
Kota Sukabumi.
2. Sampel
sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dapat ditemukan dalam populasi yang lebih besar. Sampel
adalah subset atau potongan kecil dari populasi yang diambil
untuk mewakili populasi tersebut. (Ramadhani & Wilestari, 2020).
Peneliti akan mengontrol pada semua variabel yang dapat
mempengaruhi hasil kecuali independen. Dalam penelitian ini agar
dapat menentukan sempel yang akan dibutuhkan dengan
menggunakan rumus federer (Borrego, 2021). Besar sempel
dapat dihitung dengan rumus federer sebagai berikut :
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) (1-1) ≥ 15
n-1 ≥ 15
n ≥ 15+1
n ≥ 16
Keterangan : n : besar sempel tiap kelompok
t : jumlah kelompok
21

penelitian ini akan menggunakan 16 responden. Sempel


yang digunakan pada penelitian ini adalah anak yang mengalami
stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kota Sukabumi.

Untuk menghindari droup out dalam penelitian,maka perlu


penambahan jumlah sampel agar besar sampel tetap terpenuhi
dengan rumus droup out berikut :

n
n=
(1−f )

16
n=
( 1−0 , 1 )

16
¿
(0 , 9)

¿ 17 , 7

¿ 18

Keterangan :

n : ukuran sampel mengatasi droup out

n : ukuran sampel asli

1-f : perkiraan proporsi droup out, yang diperkirakan 10%


(0,1)

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel akhir yang


dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 18 responden.

a. Kriteria Inklusi
1) Anak yang mengalami stunting
2) Anak usia 2-3 tahun
3) Anak dengan berat badan tidak normal ketika hasil pengukuran
indikator berat badan berada di -3 sampai dengan di bawah -2
standar deviasi (SD).
4) Bekerja sama dengan orang tua responden
5) Orang tua responden yang kooperatif
6) Bersedia menjadi responden
22

b. Kriteria Ekslusi
1) Tidak bersedia menjadi responden
2) Responden yang mengalami kecacatan
3) Orang tua responden yang tidak bisa mendengar

D. Teknik Sampling

sampling purposive adalah teknik penentuan sampel di mana


sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu atau tujuan tertentu.
Dalam metode ini, peneliti memilih sampel yang dianggap paling
relevan atau representatif untuk tujuan penelitian. (Wahyuni., 2020)

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja
Puskesmas Benteng Kota Sukabumi.

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama 30 hari dengan
pemberian pudding instan zhanthoriza dua kali sehari yang akan
di mulai pada bulan november 2023

F. Instrumen Penelitian

instrumen penelitian adalah alat atau pedoman tertulis yang


digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Ini mencakup
berbagai metode seperti wawancara, pengamatan, kuesioner, atau
pertanyaan yang disiapkan dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Instrumen penelitian
harus dirancang dengan cermat untuk memastikan bahwa data yang
diperoleh dapat mendukung analisis dan kesimpulan penelitian.
(Ismunarti dkk,.2020). instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan alat ukur timbangan, lembar
observasi, SOP cara pembuatan pudding zhanthorhiza.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah tahap penting dalam proses penelitian,


di mana peneliti akan menggunakan berbagai teknik atau metode
23

untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan guna menjawab


pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Data yang diperoleh dari proses ini akan menjadi dasar analisis, dan
kesimpulan atau keputusan yang diambil dalam penelitian,
berdasarkan pada hasil dari data yang berhasil dikumpulkan. (Nur,
2021). Data yang akan di gunakan dalam peneltia ini yaitu data primer
dan data sekunder dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Data Primer
Pada penelitian ini akan di dapatkan data yang di peroleh
menggunakan timbangan untuk mengetahui berat badan. Data
yang sudah diperoleh akan di olah kembali. Sumber data yang
langsung memberikan data untuk pengumpulan data.
2. Data Sekunder
Data yang di dapat pada penelitian ini dari puskesmas..
Data yang diperoleh dari data sekunder ini akan di olah kembali.
Sumber memberikan data dari pengumpulan data.
a) Membuat surat ijin penelitian dari kampus.
b) Membawa surat ijin dari kampus untuk Dinas Kesehatan yang
di tunjukan dan diberikan kepada Wilayah Kerja Puskesmas
Benteng Kota Sukabumi.
c) Setelah mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan, ijin ditunjukan
kepada kepala Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kota
Sukabumi.
d) Memberikan penjelasan kepada orang tua responden tentang
tujuan dari pudding zhanthoriza.
e) Memberi lembar informed consent sebagai bentuk persetujuan
dengan orang tua responden dan dan memberikan tanda
tangan pada lembar persetujuan tersebut.
f) Melakukan penimbangan berat badan sebelun diberikan terapi
pudding zhanthorhiza.
g) Memberikan terapi pudding zanthorhiza pada responden.
Teknik terapi pada kelompok responden diberikan terapi
pudding zhanthorhiza sebanyak 2 bubuk istan pudding selama
30 hari siang 1 bungkus dan sore 1 bungkus sebelum makan
atau sesudah makan.
24

h) Melakukan penimbangan berat badan kembali setelah di


berikan terapi pudding zhanthorhiza di hari ke 30.

H. Pengolahan Data

Data yang sudah diperoleh akan dikumpulkan dan diteliti


kelengkapannya. Kemudian akan diurutkan jawaban dengan cara
memberikan simbil-simbol atau kode pangkal. Langkah-langkah
pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Editing
Penyuntingan pada data akan dimulai di lapangan dan
setelah data terkumpul, kuesioner diperiksa dan apabila terdapat
kuesioner yang tidak lengkap jawabannya, maka kuesioner
tersebut akan dilengkapi kembali
2. Coding
Apabila semua data sudah terkumpul dan sudah selsai
diedit, kemudian peneliti akan melakukan coding atau pemberian
kode pada data, untuk memudahkan Entry dan menganalisis data.

3. Entri Data
Peneliti akan memasukan data dari kuesioner ke komputer
untuk di input kedalam lembar kerja APSS Version For Windows
20.
4. Cleaning Data
Cleaning data dilakukam pada semua lembar kerja untuk
membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses
infut data (Najib, 2019).

I. Analisis Data

Teknik analisa data yang akan digunakan dalam peneliti ini adalah
analisis statistik dengan menggukan program SPSS20. Menurut
(Sutisna, 2020) analisis statistik inferensial bertujuan untuk
mengetahui ada/tidaknya pengaruh, perbedaan, hubungan antara
sampel yang diteliti pada taraf signifikan tertentu. Penelti
menggunaknan analisis infersal untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh terapi pudding zhanthorhiza terhadap perubahan berat
badan pada anak stunting.
25

Analisa data penelitian ini yang digunakan meliputi :

1. Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang melibatkan satu
atau dua variabel pada setiap objek (Sutisna, 2020). Analisis ini
akan digunakan untuk mendeskripsikan antara pudding
zhanthorhiza terhadap perubahan berat badan pada anak
stunting. Sifat data yang secara umum dapat dibedakan atas dua
macam yaitu data kategorik berupa skala nominal dan ordinal,
data numerik berupa skala rasio dan interval.
2. Bivariat
Analisis data bivariat adalah metode analisis yang fokus pada
hubungan atau korelasi antara dua variabel dalam penelitian.
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah ada hubungan atau
asosiasi antara dua variabel yang sedang diteliti (Sutisna, 2020).
metode analisis statistik yang akan menggunakan adalah Uji
Paired T-Test. Uji Paired T-Test dilakukan karena data yang
dikumpulkan dari dua sampel yang saling berhubungan, artinya
bahwa satu sampel akan mempunyai dua data. Ada tidaknya
perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi dapat diketahui melalui dua cara. Cara ini akan
digunakan nilai probalitas berdasarkan tingkat kemaknaan 95%
(alpa 0,05). Dikatakan ada perbedaan bermakna sebelum dan
sesudah perlakuan bila p<0,05 maka Ho ditolak dan, jika p>0,05
maka Ho diterima. Beberapa syarat penggunaan Uji Paired T-
Test, yaitu:
a. Data berdistribusi normal
b. Data berskala kategorik
c. Distribusi normal dan homogen

Pada kedua kelompok akan dipilih secara nonrandom


(dipasang/matching) Jika data pada penelitian tidak memenuhi
atau tidak berdistribusi normal maka alternatif uji yang akan
dilakukan adalah uji Wilcoxon (Signed Rank Test). Sedangkan
untuk varian data boleh homogeny atau tidak, hal itu bukanlah
merupakan permasalahan dalam uji Paired T-test.
26

J. Etika Penelitian

Menurut (Nur & Utami, 2022) Etika penelitian merupakan suatu


pertimbangan rasional yang mengenai kewajiban moral seorang
peneliti yang akan dikerjakan didalam penelitian, publikasi, dan suatu
pengabdian kepada masyarakat.

Menurut burbasari (2021). Etika dalam penelitian bertujuan


untuk melihat secara kritis moralitas dari sisi subjek penelitian. Dalam
melaksanakan seluruh kegiatan peneliti harus menerapkan sikap
ilmiah (scientifik attitude) serta dapat menggunakan prinsip-prinsip
dalam etika penelitian. Etika yang mendasari penyusunan studi kasus,
yaitu:
1. Lembar persetujuan (Informed Consent): Ini adalah proses di
mana peneliti meminta persetujuan dari responden sebelum
melibatkannya dalam penelitian. Ini bertujuan agar responden
memahami tujuan penelitian, risiko, dan dampaknya, serta
memberikan persetujuan secara sukarela. Jika responden
tidak setuju, hak mereka harus dihormati.
2. Tanpa nama (Anonymity): Prinsip ini menekankan pentingnya
menjaga kerahasiaan identitas responden dalam penelitian.
Dalam pelaporan hasil penelitian, hanya digunakan kode atau
identifikasi anonim daripada nama asli responden.
3. Kejujuran (Veracity): Kejujuran adalah landasan utama dalam
menjaga kepercayaan dalam penelitian. Peneliti harus jujur
dalam melaporkan temuan mereka tanpa menyembunyikan
informasi penting atau membuat klaim palsu.
4. Tidak merugikan (Non Maleficence): Prinsip ini menuntut
peneliti untuk tidak membahayakan atau merugikan responden
dalam penelitian. Peneliti harus berusaha untuk meminimalkan
resiko dan dampak negatif terhadap responden.
5. Justice
Prinsip justice diwujudkan dengan memperlakukan setiap
orang dengan moral yang benar dan pantas memberi setiap
orang dengan haknya, serta menekankan pada distribusi
seimbang dan adil antara beban dan manfaat keikutsertaan.
Penerapan prinsip ini dilakukan oleh peneliti dengan cara
27

memberikan perlakuan yang adil mencangkup seleksi subyek


yang adil dan dan tidak diskriminatif, perlakuan yang tidak
menghukum bagi mereka yang menolak atau mengundurkan
diri dari keikutsertaan dalam penelitian, subyek dapat
mengakses penelitian setiap saat untuk mengklarifikasi
informasi, subyek berhak mendapatkan penjelasan
jika diperlukan.
Prinsip-prinsip etika ini sangat penting dalam
menjalankan penelitian yang etis dan menjaga hak serta
kesejahteraan responden.

DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, A., Fadhilah, Y., & Wardhani, H. E. (2022). Hubungan Kunjungan Antenatal
Care dan Berat Badan Lahir Rendah terhadap Kejadian Stunting di Kota Batu. JI-KES
(Jurnal Ilmu Kesehatan), 5(2), 108-114.
Masliati, T., Hidayat, A., & Mubarok, A. (2023). PENDAMPINGAN PENCEGAHAN
STUNTING MASYARAKAT DI DESA KADUGENEP DENGAN MEDIA
EDUKASI. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(4), 8852-
8856.
Fariningsih, E., Laska, Y., Paramitha, R. I., Ramadhaniati, D., & Purba, D. (2023).
PENYULUHAN PENTINGNYA PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI PADA ANAK UNTUK
MENCEGAH STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPUNG JABI KOTA
BATAM. Jurnal Pengabdian Mandiri, 2(7), 1469-1474.
Widjayatri, R. D., Fitriani, Y., & Tristyanto, B. (2020). Sosialisasi Pengaruh Stunting
Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini. Murhum: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 1(2), 16-27.
Munir, Z., & Audyna, L. (2022). Pengaruh edukasi tentang stunting terhadap
pemgetahuan dan sikap ibu yang mempunyai anak stunting. Jurnal Keperawatan
Profesional, 10(2), 29-54.
Aziza, E. A., Safariyah, E., & Makiyah, A. (2023). Hubungan Pengetahuan Ibu
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan. Jurnal Asuhan Ibu dan
Anak, 8(2), 81-87.
Eristono, E., Aryani, R., & Suryani, I. (2023). Hubungan Pemberian Asi Ekslusif,
Riwayat Bblr Dan Asupan Zink Dan Protein Dengan Kejadian Stunting Pada Bayi Usia
12-36 Bulan di RSUTP Abdya. JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND
MEDICINE, 9(2), 1474-1482.
Dewi, A. P. S., Kusumastuti, K., & Astuti, D. P. (2022). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Anak Balita. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan, 13(2), 549-555.
Khoiriyah, H., & Ismarwati, I. (2023). Faktor Kejadian Stunting Pada Balita:
28

Systematic Review. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 12(01), 28-40.


Suryani, K., Rini, M. T., Hardika, B. D., & Widiastari, N. K. (2023). Analisis Faktor
Penyebab Kejadian Stunting. Jurnal Keperawatan Florence Nightingale, 6(1), 8-12.
Permatananda, P. A. N. K., Pandit, I. G. S., & Riandra, N. P. I. K. (2023).
Pencegahan Stunting Pada Kelompok Posyandu Desa Bayung Gede, Kintamani. Journal
Of Human And Education (JAHE), 3(2), 257-261.
Ernawati, A. (2022). Media Promosi Kesehatan Untuk Meningkatkan Pengetahuan
Ibu Tentang Stunting. Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan
IPTEK, 18(2), 139-152.
Nasriyah, N., & Ediyono, S. (2023). Dampak kurangnya nutrisi pada ibu hamil
terhadap risiko stunting pada bayi yang dilahirkan. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan, 14(1), 161-170.
Daracantika, A., Ainin, A., & Besral, B. (2021). Pengaruh negatif stunting terhadap
perkembangan kognitif anak. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika
Kesehatan (BIKFOKES), 1(2), 124-134.
Putri, M. M., Mardiah, W., Yulianita, H., & Keperawatan, F. (2021). Gambaran
Pengetahuan Ibu Balita Tentang Stunting. Journal of Nursing Care, 4(2), 122-129.
Nugraha, F. B., Perwitasari, A. P., Muhajir, M. A., Alqodri, A., Dalilae, N., Zamaludin,
A. N., ... & Susilowati, I. T. (2023). PUDDING TEMULAWAK SEBAGAI MAKANAN
PENCEGAH STUNTING DI DESA GONDANG KECAMATAN CEPIRING KABUPATEN
KENDAL. SAFARI: Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia, 3(2), 34-42.
Priyono, P. (2020). Strategi Percepatan Penurunan Stunting Perdesaan (Studi Kasus
Pendampingan Aksi Cegah Stunting di Desa Banyumundu, Kabupaten
Pandeglang). Jurnal Good Governance.
Harjanti, A. E., Hakim, C. B., & Salim, N. (2023). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN
STUNTING. Jurnal ABDIMAS Indonesia, 5(1), 14-20.
Komalasari, K., Supriati, E., Sanjaya, R., & Ifayanti, H. (2020). Faktor-Faktor
Penyebab Kejadian Stunting Pada Balita. Majalah Kesehatan Indonesia, 1(2), 51-56.
Hasanah, R., Aryani, F., & Effendi, B. (2023). Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pencegahan Stunting Pada Anak Balita. Jurnal Masyarakat Madani Indonesia, 2(1), 1-6.
Sutopo, B. (2021). Penyuluhan Pencegahan Stunting dan Pendampingan Parenting
bagi Masyarakat Desa Ketro. Jurnal Abdidas, 2(6), 1301-1310.
Arnita, S., Rahmadhani, D. Y., & Sari, M. T. (2020). Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu dengan Upaya Pencegahan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Kawat Kota Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 9(1), 7-14.
Aisyah, S. D., Aizah, S., & WATI, S. E. (2022). Efektifitas Temulawak dalam
Meningkatkan Nafsu Makan pada Anak Usia Toddler di Posyandu Cemara Desa
Patianrowo Kec. Patianrowo Kab. Nganjuk Jawa timur (Doctoral dissertation, Universitas
Nusantara PGRI Kediri).
Fitriani, D. T. (2013). Efektifitas Temulawak Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu
Raya. ProNers, 1(1).
Aprilia, E. N. (2022). Pemberian Ekstrak Temulawak sebagai Terapi Komplementer
dalam Menurunkan Nyeri Dysmenorrhea pada Remaja Putri. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 4(2), 441-450.
Fitria, L. N., & Frianto, D. (2023). SOSIALISASI PEMANFAATAN TEMULAWAK
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.). YANG DIBUAT DALAM SEDIAAN PERMEN GUMMY
UNTUK MENAMBAH NAFSU MAKAN PADA ANAK DI DESA WALUYA. ABDIMA
JURNAL PENGABDIAN MAHASISWA, 2(1), 4067-4072.
Ayu, C. D. M. (2021). Pengaruh pemberian ekstrak rimpang temulawak (curcuma
xanthorrhiza roxb) pada ibu postpartum terhadap peningkatan berat badan bayi baru
lahir. Jurnal Ilmiah Kesehatan Ar-Rum Salatiga, 5(2), 14-19.
Sutisna, I. (2020). Statistika penelitian. Universitas Negeri Gorontalo, 1(1), 1-15.
Hastjarjo, T. D. (2019). Rancangan eksperimen-kuasi. Buletin psikologi, 27(2), 187-
203.
Wilestari, M., & Ramadhani, M. (2020). Pengaruh Pemahaman, Sanksi Perpajakan
dan Tingkat Kepercayaan pada Pemerintah terhadap Kepatuhan dalam Membayar PBB-
29

P2. Akrual, 2(1), 36-54.


Wahyuni, M. (2020). Statistik Deskriptif Untuk Penelitian Oleh Data Manual dan
SPSS Versi 25.
Ismunarti, D. H., Zainuri, M., Sugianto, D. N., & Saputra, S. W. (2020). Pengujian
Reliabilitas Instrumen Terhadap Variabel Kontinu Untuk Pengukuran Konsentrasi Klorofil-
A Perairan. Buletin Oseanografi Marina, 9(1), 1-8.
Nur, C. H. (2021). UJI AKTIVITAS ANTI-INFLAMASI SEDIAAN SALEP EKSTRAK
ETANOL BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) PADA TIKUS PUTIH
JANTAN (Doctoral dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional).
Najib, K. H., & Pardjono, P. (2019). Manajemen pengembangan kompetensi guru
untuk implementasi Kurikulum 2013 di SMA Negeri Pilot Project Yogyakarta. Jurnal
Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 7(1), 50-61.
Kumala Purbasari, N. P. A. I. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang
Kekerasan Seksual Pada Anak SD Kelas VI Di SD Pelangi Dharma Nusantara Di Kota
Denpasar Tahun 2021 (Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan 2021).
Nur, A., & Utami, F. Y. (2022). Proses dan Langkah Penelitian Antropologi: Sebuah
Literature Review. Ad-Dariyah: Jurnal Dialektika, Sosial dan Budaya, 3(1), 44-68.
Rini, C. S., Akbar, A. R. F., Ambarani, P. Y., Mufidah, L., & Yeninastiti, R. (2023). Pelatihan
Pengolahan Makanan Berbahan Dasar Daun Kelor Guna Mencegah Stunting Pada
Anak. Jurnal Abdimas PHB: Jurnal Pengabdian Masyarakat Progresif Humanis
Brainstorming, 6(4), 1132-1139.
Hutuba, A., Madania, M., & Nurfadillah, A. R. (2023). Pembuatan Serbuk Jahe Herbal
(SEJA) Untuk Pencegahan Stunting Di Desa Lomaya. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Farmasi: Pharmacare Society, 2(1), 44-48.
LAMPIRAN
19
20
31

LAMPIRAN 3

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada yang terhormat,


Saya Rina Limidina Mahasiswa Semester 7 Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi, agar
berkenan untuk mengikuti pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui “Efektifitas Pemberian Pudding Zhanthorhiza Terhadap Perubahan
Berat Badan Pada Anak Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kota
Sukabumi”. Penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran
dalam penyelesaian Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Dalam penelitian ini yang dimana akan dilakukan pemberian pudding
zhanthorhiza instan (pudding instan temulawak) pada anak stunting yang terkait
pada penelitian ini. Pudding instan ini merupakan suplemen herbal mengandung
protein yang dapat meningkatkan berat badan pada anak. Pemberian pudding
instan zhanthorhiza dengan cara diolah ini bisa menjadi makanan pendamping
untuk anak.
Besar harapan saya atas partisipasi bapak/ibu dan ketersediaan menjadi
responden dalam penelitian ini. Karena partisipasi Anda untuk mengikuti
penelitian ini merupakan sebuah kontribusi yang berharga bagi peneliti dan ilmu
pengetahuan. Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.

Sukabumi.........November 2023

Penulis
32

LAMPIRAN 4

PELAKSANAAN KETERSEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


(INFORMED CONCENT)

Setelah saya mendapatkan informasi dengan jelas dan memahami


penjelasan penelitian pada lembar penjelasan, maka saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini. Saya mengetahui bahwa penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Efektifitas Pemberian Pudding Zhanthorhiza Terhadap Berat
Badan Anak Stunting.

Saya mengetahui bahwa penelitian ini tidak berpengaruh pada saya maupun
anak saya. Segala informasi yang saya berikan pada penelitian ini akan terjaga
kerahasiaannya. Informasi dan penjelasan yang saya berikan dalam penelitian ini
akan bermanfaat bagi pengembangan peneliti dan ilmu pengetahuan lainnya.

Oleh karena itu, saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
dengan menandatangani lembar persetujuan dalam keadaan sadar dan tanpa
adanya paksaan dari pihak manapun.

Tanda tangan responden Peneliti

(.....................................) Rina Limidina

2032311021
33

LAMPIRAN 5

SOP
PENGUKURAN BERAT BADAN ANAK STUNTING

Pengertian Pengukuran berat badan adalah serangkaian


kegiatan penimbangan berat badan dengan
menggunakan alat timbang untuk mengetahui
berat badan anak.
Tujuan Agar didapatkan hasil yang tepat dan akurat
memberikan pelayanan pengukuran berat
badan anak
Prosedur/langkah- Alat :
langkah Gambar Alat
Timbangan

Langkah-langkah 1. Timbangan Berat


1. Meletakan timbangan di tempat yang Badan
tenang dan datar.
2. Memastikan timbangan pada angka nol,
3. Keluarganya diberikan penjelasan tentang
tindakan yang akan dilakukan,
4. Membuka atau melepaskan sepatu,sendal
atau bend-benda lain yang dapat
mempengaruhi berat badan,
5. Meminta anak naik keatas timbangan
berdiri tegak tanpa berpegangan pada
benda lain seperti dinding atau orang lain,
6. Membaca angaka yang keluar dari
timbangan lalu catat hasil penimbangan,
7. Mempersilahkan anak untuk turun dari
timbangan dan memakai sepatu atau
sendalnya kembali.
34

LAMPIRAN 6

SOP

Pengertian Pudding zhanthorhiza instan merupakan


komposisi dari herbal serbuk temulawak yang
diinovasikan menjadi suplemen yang
mengandung protein meningkatkan nafsu
makan yang diolah sebagai makanan
pendamping untuk anak stunting. Gambar bahan
Tujuan Untuk menambah berat badan pada anak
stunting. 1. Bubuk temulawak
Prosedur/langkah- Alat dan bahan
langkah
1. ½ sendok kecil bubuk temulawak
2. 2 sendok Gula rendah kalori
3. 1 sendok agar-agar 2. Agar-agar
4. ½ sendok kecil Garam

Langkah-langkah
1. Siapkan 1 Bungkus Pudding Zhanthorhiza
Instan
2. Masukan 1/4 Gelas Air Kedalam Panci 3. Gula rendah kalori
3. Campurkan Pudding Zhanthorhiza Praktis
Kedalam Air Yang Sudah Disiapkan
Didalam Panci
4. Aduk Sampai Merata
5. Nyalakan Api Sedang 4. Garam
6. Tunggu Sampai Mendidih
7. Siapkan Cetakan Pudding
8. Masukan Olahan Pudding Kedalam
Cetakan

PUDDING ZHANTHORHIZA INSTAN (PUDDING TEMULAWAK INSTAN)


35

LAMPIRAN 7

LOGO PRODUK
36

LAMPIRAN 8

FOTO PRODUK
37

LAMPIRAN 9

Foto Anak Mengkonsumsi Pudding Zhanthorhiza


38

LAMPIRAN 10

LEMBAR OBSERVASI PEMBERIAN PUDDING ZANTHORHIZA


TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN PADA ANAK STUNTING

No Hari/tgl Hasil penimbangan Inisial Jenis Usia Ket


berat badan Nama kelamin
Pre test Post test
39

LAMPIRAN 11

No. Inisial Usia Bb Pemberian hari ke


Responden Pre-test 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.
39

13.

14.

15.

16.

Formulir Pemantauan Konsumsi Pudding Zhanthorhiza Terhadap Berat Badan

Anda mungkin juga menyukai