Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK ANAK

USIA SEKOLAH DI SD NEGERI PURWOBINANGUN PERIODE


BULAN JUNI 2022

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi


Ners Stase Primary Health Care

Disusun oleh :
1. Ayu Putri Ana (213203007)
2. Bima Setia Nugraha (213203008)
3. Cindy Cinora (213203009)
4. Felisitas Charpilova (213203054)
5. Kuncoro Arif Fajar A (213203021)
6. Kurnia Safitri (213203022)
7. Muhammad Rifqi Agerta (213203027)
8. Nia Djuru Dyah Bella Wp (213203028)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVII


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
STASE KEPERAWATAN PRIMARY HEALTH CARE (PHC)

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK ANAK


USIA SEKOLAH DI SD NEGERI PURWOBINANGUN PERIODE
BULAN JUNI 2022

Disusun oleh :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Agus Warseno, M.Kep) ( Sriyati Sipora, S.Kep, Ns)


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................3
C. Manfaat..............................................................................................................3
BAB II................................................................................................................................4
TINJAUN TEORI..............................................................................................................4
A. Konsep Anak Usia Sekolah....................................................................................4
1. Definisi Anak Usia Sekolah...............................................................................4
2. Karakteristik Anak Usia Sekolah........................................................................4
B. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).........................................................6
1. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).....................................................6
2. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)...........................................................6
C. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)..............................................................7
1. Pengertian PHBS................................................................................................7
2. Tatanan PHBS....................................................................................................7
D. MAKANAN SEHAT.............................................................................................9
1. Pengertian Makanan sehat..................................................................................9
2. Kriteria makanan sehat.....................................................................................10
3. Manfaat makanan sehat....................................................................................10
E. MAKANAN TIDAK SEHAT..............................................................................11
1. Pengertian makanan sehat................................................................................11
2. Ciri-ciri makanan tidak sehat............................................................................11
3. Dampak makanan tidak sehat...........................................................................11
4. Makanan jajanan anak SD................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................14
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................14
A. ANALISA DATA................................................................................................14
B. PEMBAHASAN..................................................................................................20
1. Riwayat Kesehatan Anak..................................................................................20
2. Riwayat Kesehatan Keluarga............................................................................21
3. Pemeriksaan Status Gizi...................................................................................21
4. Pemeriksaan Penglihatan..................................................................................22
5. Pemeriksaan Kesehatan Telinga.......................................................................22
6. Pemeriksaan kesehatan Gigi.............................................................................23
C. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................24
BAB IV............................................................................................................................26
PENUTUP........................................................................................................................26
A. SIMPULAN.........................................................................................................26
B. SARAN................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
LAMPIRAN.....................................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode
kritis karena pada masa ini anak mulai mengembangkan kebiasaan
yang biasanya cenderung menetap sampai dewasa. Beban untuk
menanggulangi masalah kesehatan anak usia sekolah juga terus
meningkat dikarenakan permasalahan kesehatan yang masih banyak
terjadi dikalangan anak usia sekolah. Penyakit yang sering dihadapi
anak sekolah dasar biasanya berkaitan dengan kebiasaan hidup bersih
dan sehat, seperti kebiasaan cuci tangan pakai sabun, potong kuku,
gososk gigi, dan membuang sampah sembarangan.
Unit Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program
kesehataan anak usia pra sekolah dan anak usia sekolah yang
pembinaan dan pengembangannya di upayakan untuk pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan peserta didik dari TK/RA sampai
SMA/Sederajat. Program UKS adalah upaya terpadu lintas program
dan lintas sektotral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat anak usia sekolah
yang berada dilingkungan sekolah.
Didalam pelaksanaannya, program UKS menekankan
pentingnya sekolah sehat yang perlu memperoleh pembinaan setara
agar dapat mendorong program sekolah sehat sehingga dapat
terciptanya proses belajar mengajar yang konduktif yang pada
akhirnya meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM). Situasi kesehatan anak usia sekolah dan remaja pada
saat ini berdasarkan data Riskesdas dan GSHS pada anak usia sekolah
dasar kondisi kesehatan lebih terkait pada PHBS dan gizi, diantaranya
stunting, kurus, gemuk, anemia, cacingan, sarapan dengan mutu
rendah, kurang makan sayur dan buah, tidak menggosok gigi minimal
2 kali sehari, makan makanan
1
berpenyedap, serta tidak mencuci tangan dengan sabun.
Menurut (WHO) Word Health Organization (2018) jumlah
penduduk indonesia mencapai 265 juta jiwa, jumlah penduduk usia
sekolah sebanyak 19,3% (42 juta jiwa). Berdasarkan rentang usia
penduduk Indonesia paling 2 banyak pada usia 5-9 tahun sebanyak 23
juta jiwa (9,78%), usia 0-4 tahun dan 10-14 tahun masing-masing
sebesar 22,6 juta jiwa (9,54%). (Badan pusat statistik, 2012).
Prevelensi di indonesia terdapat jumlah penduduk usia 7-12 tahun
tertinggi berada di Jawa Barat mencapai 4.598.162, Tertinggi kedua
berada di Jawa Timur 3.342.794 sedangkan, tertinggi terakhir berada
di Jawa Tengah sejumlah 3.071.852 (Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo
2019, prevalensi jumlah anak usia sekolah tertinggi berada di Desa
Ngrayun yaitu sejumlah 4.651 jiwa. Adapun jumlah anak usia 6-12
tahun yang berada di SDN 3 Baosan lor sejumlah 214 anak.
(Riskesdas, 2019) Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan
peneliti dari 20 orang ada 15% anak di SDN 03 Ngrayun banyak
ditemukan anak-anak dalam aspek berpakaian dan berhiasnya tidak
benar seperti memakai baju tidak rapi tanpa di setrika, tidak memakai
kaos kaki, rambutnya tidak di sisir dan terlihat adanya kotoran di
sebelah mata. Sehingga perlu dilakukanya penelitian.
Anak usia sekolah adalah anak usia antara 6-12 tahun periode ini
kadang disebut sebagai masa anak-anak pertengahan atau masa laten,
masa untuk mempunyai masa tantangan baru. Periode pra-remaja atau
pra-pubertas terjadi pada tahap perkembangan usia sekolah, periode
pra-remaja atau pra-pubertas menandakan berakhirnya periode usia
sekolah dengan usia kurang lebih 12 tahun, ditandai dengan awitan
pubertas.
Faktor-faktor resiko yang terdapat pada anak usia sekolah, akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga
memiliki peranan penting untuk mendukung keberhasilan proses

2
tumbuh kembang yang 3 dilalui oleh anak. Pada tahap perkembangan
anak usia sekolah anak diharapkan anak mampu memenuhi perawatan
dirinya. Perawatan diri adalah pelaksanan aktivitas individu yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan
hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat
dilakukan dengan efektif, maka dapat membantu individu dalam
mengembangkan potensi diri (Orem, 1991 dalam Tomey and
Alligood, 2006). Kemampuan anak melakukan perawatan diri secara
mandiri merupakan salah satu upaya pencegahan timbulnya masalah
kesehatan atau masalah akibat tumbuh kembang anak.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor resiko lingkungan sehat disekolah dan
kesehatan anak usia sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui perilaku PHBS pada anak usia sekolah.
b. Mendapatkan gambaran pencapaian hasil mutu kegiatan PHBS
pada anak usia sekolah.

C. Manfaat
Sebagai bahan pembelajaran untuk lebih memahami permasalahan,
kendala, dan solusi seputar kegiatan PHBS dan UKS di usia anak sekolah
SD Negeri Purwobinangun

3
BAB II
TINJAUN TEORI

A. Konsep Anak Usia Sekolah


1. Definisi Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah dasar adalah anak yang memiliki usia 6-12 tahun, yang
artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak- anak
dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia
sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
memperoleh keterampilan tertentu. (Wong, 2018) Anak sekolah dasar
adalah mereka yang berusia antara 6 – 12 tahun atau biasa disebut dengan
periode intelektual. Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring
dengan bertambahnya usia, keterampilan yang dimiliki semakin beragam.
Minat anak pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang
bersifat dinamis bergerak. Implikasinya adalah anak cenderung untuk
melakukan beragam aktivitas yang akan berguna pada proses
perkembangannya kelak. (Jatmika, 2019)
2. Karakteristik Anak Usia Sekolah
Usia sekolah dasar disebut juga periode intelektualitas, atau periode
keserasian bersekolah. Pada umur 6 – 7 tahun seorang anak dianggap
sudah matang untuk memasuki sekolah. Periode sekolah dasar terdiri dari
periode kelas rendah dan periode kelas tinggi. Adapun karakteristik anak
usia sekolah dasar menurut Notoatmodjo (2012) sebagai berikut:
a. Karakteristik siswa kelas rendah sekolah dasar usia 6-9 tahun
adalah sebagai berikut :
 Adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan
kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah
 Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
 Suka membanding-bandingkan dirinya dengan yang lain

4
 Pada masa ini (terutama pada umur 6 – 9 tahun) anak menghendaki
nilai (angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya
memang pantas diberi nilai baik atau tidak
 Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang ada di dalam
dunianya
b. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu
dianggap tidak penting Karakteristik siswa kelas tinggi
sekolah dasar usia 10-12 tahun adalah sebagai berikut:
 Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari
yang konkret
 Realistik, mempunyai rasa ingin tahu dan ingin belajar
 Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-
hal atau mata pelajaran khusus, para ahli yang mengikuti
teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya
faktor-faktor
c. Pada umur 11-12 tahun anak membutuhkan guru atau orang-
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan
memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur 11 tahun
pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan
bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri
 Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor)
sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai
prestasi sekolah.
 Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok
sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama
 Pada permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat
kepada aturan permainan yang tradisional; mereka
membuat peraturan sendiri

5
B. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

1. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah suatu usaha kesehatan
masyarakat yang dijalankan di sekolah, dengan sasaran utama adalah
peserta didik dan lingkungannya. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah
upaya pendidikan dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar,
terencana, terarah, dan bertanggung jawab. UKS berperan dalam
menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan membimbing untuk
menghayati, menyenangi, dan melaksanakan prinsip hidup sehat.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya pendidikan dan kesehatan yang
dilaksanakan secara terpadu, sadar, terencana, terarah, dan bertanggung
jawab oleh masyarakat sekolah dengan sasaran utamanya adalah peserta
didik dan lingkungannya.
2. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Tujuan UKS adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
prestasi belajar peserta didik. Tujuan UKS dapat dicapai salah satunya
melalui pelaksanaan hidup bersih dan sehat sebagai upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan
yang sehat. membagi tujuan UKS menjadi dua yaitu tujuan UKS secara
umum dan tujuan UKS secara khusus. Tujuan UKS secara umum adalah
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan
peserta didik sedini mungkin serta menciptakan lingkungan sekolah yang
sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang
harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia yang
berkualitas.
Tujuan UKS secara khsuus adalah untuk memupuk kebiasaan hidup
sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang mencakup

6
memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan
kesehatan. UKS mengharapkan peserta didik agar menjadi sehat fisik,
mental, sosial maupun lingkungan, serta memiliki daya khayal dan daya
tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan narkoba, alkohol dan
kebiasaan merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah
pornografi dan masalah sosial lainnya Berdasarkan pendapat di atas, maka
dapat disimpulkan, bahwa tujuan UKS adalah untuk membentuk pribadi
peserta didik yang mandiri dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
budaya hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah pada khususnya agar
prestasi belajar peserta didik meningkat serta mutu pendidikan menjadi
semakin baik. UKS juga sebagai upaya sekolah agar peserta didik
memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan
kesehatan.

C. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

1. Pengertian PHBS
PHBS merupakan kesadaran bagi setiap individu maupun masyarakat
untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan serta aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS ini dilakukan untuk
memberikan pelajaran bagi individu, kelompok dan masyarakat melalui
komunikasi, media informasi, mengedukasi untuk meningkatkan
pemahaman, sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina
suasana dalam gerakan pemberdayaan masyarakat agar dapat hidup sehat
serta menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Kemenkes RI
2018).

2. Tatanan PHBS
Menurut Kemenkes RI , perilaku hidup bersih dan sehat perlu
diberbagai tatanan, diantaranya sebagai berikut :
a. PHBS di Rumah Tangga

7
Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga yang harus dilakukan
yaitu melakukan persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan,
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, rutin menimbang berat
badan bayi setiap bulan, menggunakan air yang bersih, mencuci tangan
dengan air yang mengalir/ air bersih dan sabun, mengelola air untuk
minum dan makan di rumah tangga, tidak membuang air besar
sembarangan, mengelola limbah cair di rumah tangga, sampah dibuang
pada tempatnya, memberantas jentik nyamuk, makan sayur dan buah
setiap hari, beraktivitas setiap hari, tidak merokok di dalam rumah dan
lain-lain.
b. PHBS di Institusi Pendidikan
Yaitu antara lain adalah mencuci tangan dengan menggunakan air yang
mengalir dan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,
jamban yang digunakan bersih dan sehat, olahraga yang teratur, tidak
merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi
badan setiap 6 bulan, memberantas jentik nyamuk dan membuang
sampah pada tempatnya.
c. PHBS di Tempat Kerja
Ditempat kerja baik kantor maupun pabrik, sasarannya yang harus
dipraktikkan mencangkup cuci tangan dengan air mengalir/ bersih dan
sabun, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat,
menggunakan jamban yang sehat, tidak tidak membuang sampah
sembarangan, tidak merokok, tidak megkonsumsi alkohol, narkotika
dan zat-zat terlarang lainnya, meludah tidak disembarang tempat,
memberantas jentis nyamuk dan lain-lain.
d. PHBS di Tempat Umum
Ketika berada ditempat umum misal tempat ibadah, pasar, pertokoan,
terminal dan lain-lain, PHBS yang sehat adalah mencuci tangan dengan
air mengali dan sabun, mengkonsumsi makanan dan minuman yang
sehat, menggunakan jamban sehat, tidak membuang sampah
sembarangan, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, narkotika

8
dan zat-zat terlarang lainnya, meludah tidak disembarangan tempat,

9
memberantas jentis nyamuk dan lain-lain.
e. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Sedangkan di faskes seperti (klinik, puskesmas, rumah sakin dan lain-
lain), hal yang harus dipraktikkan agar menciptakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang PHBS adalah mencuci tangan dengan air
mengalir dan sabun, mengkonsumsi makanan dan minuman sehat,
menggunakan jamban sehat, tidak membuang sampah sembarangan,
tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol dan zat-zat terlarang
lainnya, meludah tidak di sembarang tempat, memberantas jentik
nyamuk dan lain-lain.

D. MAKANAN SEHAT

1. Pengertian Makanan sehat


Makanan sehat adalah merupakan makanan yang higenis dan bergizi. Makanan
higenis adalah makanan yang bebas dari kuman dan tidak meracuni sehingga
makanan harus sehat karena semua makanan yang kita makan akan masuk
kedalam tubuh kita melalui sistem pencernaan. Adapun 3 sumber energi utama
yang dapat di peroleh dari makanan antara lain :
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh, angka
kebutuhan gizi harian untuk karbohidrat sebesar 300gr. Makanan yang
mengandung karbohidrat ada di dalam roti, sereal, nasi dan pasta.
b. Protein
Protein merupakan zat pembangun sel dan berperan dalam
memperbaiki bagian tubuh yang rusak, kebutuhan gizi harian untuk
protein sebesar 60gr. Makanan yang mengandung protein yaitu daging
ikan, keju dan susu.
c. Lemak
Lemak berfungsi sebagai cadangan energi dan pelindung organ tubuh.
Angka kebutuhan gizi harian untuk lemak sebesar 62gr. Makanan
yang mengandung lemak ada di dalam susu, keju dan daging.

10
2. Kriteria makanan sehat\
Manusia memerlukan makanan yang sehat untuk di konsumsi, makanan yang sehat
tentunya memiliki kriteria atau syarat tertentu di dalamnya. Syarat-sayarat makanan sehat
harus mengandung :
a. Makanan yang mengandung protein yang cukup
b. Makanan yang di makan harus cukup mengandung garam mineral dan air
c. Makanan yang di konsumsi harus ada perbandingan yang baik antara
makanan pokok seperti karbohidrat, protein dan lemak
d. Makanan yang di makan sebaiknya mudah dicerna oleh alat pencernaan
e. Makanan harus bersih, tidak mengandung bibit penyakit serta
mengandung racun
f. Makanan tidak boleh di makan dalam kondisi panas karena dapat
merusak gigi dan proses pengunyahan tidak akan sempurna
g. Rasanya enak dan bentuknya menarik
h. Selain makanan yang harus sehat tentunya minuman juga harus sehat.
Kriteria minuman yang sehat yaitu menggunakan air yang di masak, es
yang terbuat dari air matang, sumber air bersih, kemasan tidak rusak,
memiliki tanggal kadaluarsa, memiliki ijin edar dan tidak menggunakan
bahan tambahan yang berbahaya.

3. Manfaat makanan sehat


Manfaat makanan sehat memberikan peranan penting dalam menjaga kekebalan tubuh,
terhadap berbagai macam penyakit berbahaya. Selain itu manfaat makanan sehatjuga dapat
memberikan sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Jadi dapat di
simpulkan bahawa makanan memiliki manfaat sebagai sumber energi manusia untuk
beraktivitas sehari-hari, sebagai sumber zat pembangun untuk membantu tumbuh kembang
jaringan tubuh manusia dan sumber pengatur dengan mengkonsumsi makanan yang sehat
makan maka tubuh akan teratur melancarkan proses-proses yang terjadi di dalam tubuh
manusia.

11
E. MAKANAN TIDAK SEHAT

1. Pengertian makanan tidak sehat


Merupakan makanan yang berbahaya bagi tubuh karena dapat
menimbulkan berbagai penyakit apabila mengkonsumsinya. Makanan
menjadi tidak aman untuk dikonsumsi karena sudah rusak atau basi.
Makanan dan minuman saat ini banyak mengandung bahan berbahaya bagi
tubuh. Faktor-faktor yang menyebabkan makanan menjadi bahaya bagi
manusia antara lain :
a. Kontaminasi makanan yang disebabkan oleh parasit
misalnya amuba dan cacing
b. Zat kimia misalnya bahan pengawet dan pewarna.
2. Ciri-ciri makanan tidak sehat
Yaitu suatu zat yang ditambahkan dalam makanan dnegan tujuan
mempercantik tampilan, memperbaiki rupa makanan, sususnan atau sifat
makanan. Bahan makanan tersebut antara lain ada zat pewarna, zat
pengawet, zat pemanis dan penyedap rasa atau aroma. Hasil dari
pengawasan BPOM dalam beberapa tahun terakhir terdapat 4 jenis bahan
berbahaya yang sering di salah gunakan dalam makanan yaitu formalin,
boraks, perwarna rodamin B dan methanyl yellow atau pewarna tekstil.
Sehingga dapat disimbilkan bahwa ciri-ciri makanan yang tidak sehat
dapat berasal dari sumber yang tidak bersih dan tidak jelas sumbernya,
busuk, kotor, tercemar penyakit, melewati tanggal kadaluarsa dan terdapat
bahan berbahaya.
3. Dampak makanan tidak sehat
Dampak makanan tidak sehat dapat menimbulkan gangguann kesehatan
seperti pusing, mual muntah, keram perut, keram otot, lumpuh otot, diare,
cacat dan meninggal dunia. Dampak makanan tidak sehat dapat dilihat di
tabel .

12
Dampak buruk bagi Dampak buruk bagi Dampak buruk bagi
konsumen dan keluarga produsen atau pemerintahan
industri
1. sakit, cacat atau Penurunan citra Biaya inspeksi ke lokasi
gangguan perkembangan produk dan reputasi dan kejadian dan rumah
produsen sakit
2 meningkatkan absen Biaya penarikan Biaya inspeksi ke lokasi
sekolah atau kerja produk dari pasar produksi
3 menurunkan Kehilangan Biaya pemeriksaan
produktifitas kerja konsumen laboratorium
4 meningkatkan curahan Kerugian biaya Biaya pengobatan bila
waktu dan pengeluaran produksi produsen sektor
insidental keluarga informal
5 meningkatkan Biaya investigasi, Penurunan penerimaan
pengeluaran jangka biaya pengobatan, pajak bila produsen dari
panjang dan kehilangan kompesensi korban, usaha berbadan hukum
kesempatan hidup yang promosi dan
lebih baik pencitraan kembali
Bila berdampak kronik
6 Meninggal dunia dan Biaya proses hukum Biaya koordinasi dan
biaya pemakaman apabila dituntut biaya penyuluhan untuk
konsumen pencegahan lebih lanjut

Berdasaran pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang


mengkonsumsi makanan tidak sehat terus menerus maka akan memberikan
dampak bagi perkembangan dan kesehatan siswa. Dampak makanan tidak
sehat dapat dirasakan secara langsung dan tidak langsung.

13
4. Makanan jajanan anak SD
Makanan atau pangan jajan pada saat ini semakin beragam. Jenis
pangan jajanan anak sekolah antara lain :
a. Makanan utama atau sepinggan
Makanan utama dikenal dengan istilah jajanan berat karena bersifat
mengenyangkan. Contohnya mie ayam, bakso, bubur ayam, nasi
goreng, gado-gado, soto, lontong isi sayuran dan lain-lain.
b. Makanan cemilan atau snack
Cemilan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu cemilan basah dan cemilan
kering. Cemilan basah contohnya gorengan, lemper, kue lapis, donat
dan jelly. Sedangkan cemilan kering contohnya brondong jagung,
keripik, biskuit, permen dan kue kering.
c. Minuman
Minuman dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu minuman dalam gelas
dan minuman dalam kemasan. Contoh minuman dalam gelas seperti
air putih, es teh manis, es jeruk, es campur, es cendol, es buah, es
doger, jus buah dan es krim. Minuman dalam kemasan, contohnya
minuman soda, teh, sari buah, susu dan yoghurt.
d. Jajanan buah

Jajanan buah yang biasa menjadi jajanan anak sekolah yaitu


buah yang masih utuh dan sudah dikupas dan dipotong.
Jajanan buah utuh contohnya buah manggis dan jeruk.
Jajanan buah potong contohnya pepaya, nanas, melon,
semangka dan lain-lain

14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALISA DATA
Tabel 3.1 Karakteristik siswa kelas tiga SD Negeri Purwobinangun, Kec.
Kalasan , Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
Pemeriksaan Riwayat Kesehatan Anak, Riwayat Imunisasi, Riwayat
Kes.Keluarga, PHBS, TTV, Pemeriksaan Status Gizi, Pemeriksaan
Pengelihatan, dan Pemeriksaan kesehatan Gigi dan Mulut.
Karakteristik Siswa F (%) Mean ± SD
Umur 9,36±0,490
Jenis Kelamin
Laki-laki 13%
Perempuan 12%
Pemeriksaan Riwayat Kesehatan Anak
Alergi Makanan
Ya 1%
Tidak 24%
Alergi Obat
Ya 1%
Tidak 24%
Riwayat Imunisasi
Memiliki Catatan Imunisasi
Ya 24%
Tidak 1%
Imunisasi Kelas I SD
Ya 24%
Tidak 1%
Riwayat Kes. Keluarga
Diabetes Mellitus
Ya 1%
Tidak 24%
Asma
Ya 1%
Tidak 24%
Tekanan Darah Tinggi
Ya 2%
Tidak 23%
PHBS
Sarapan
Selalu 20%
Kadang 5%

15
Jajan Sehat Kantin
Selalu 7%
Kadang 10%
Tidak Pernah 8%
Olahraga
Selalu 9%
Kadang 16%
Cuci Tangan
Selalu 23%
Kadang 2%
Gosok Gigi
Selalu 23%
Kadang 2%
Membuang Sampah Pada Tempatnya
Selalu 19%
Kadang 6%
Menggunakan Gadget
Selalu 7%
Kadang 18%
TTV
Denyut Nadi
<80 1%
80-100 21%
>100 3%
Pemeriksaan Status Gizi
IMT 17,80±3,640
Zscore (IMT/U)
Gizi Kurang 2%
Normal 14%
Overweigh 3%
Obesitas 6%
Pemeriksaan Penglihatan
Tajam Penglihatan
Normal 24%
Low Vision 1%
Telinga Luar
Sehat 18%
Serumen 7%
Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Gigi Berlubang
Ya 8%
Tidak 17%
Karang Gigi
Ya 1%
Tidak 24%
Analisis
Dari hasil analisis tabulasi data oleh mahasiswa didapatkan hasil rata-rata umur
siswa kelas 3 SD Purwobinangun yaitu 9,36±0,490 tahun, selisih antara siswa
laki-laki dan perempuan yakni 1 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki yaitu 13

16
dan perempuan 12 siswa. Lalu Pemeriksaan Riwayat Kesehatan Anak, dari 25
siswa didapatkan 1 siswa mempunyai alergi Makanan dan alergi obat. Lalu pada
pemeriksaan riwayat imunisasi terdapat 1 siswa tidak memiliki catatan imunisasi.
Lalu pada data Riwayat Kes. Keluarga didapatkan 1 siswa memiliki riwayat
keluarga mengalami diabetes dan asma, sedangkan pada riwayat darah tinggi
terdapat 2 siswa memiliki masalah kesehatan dikeluarganya. Pada pengkajian
PHBS didapatkan hasil 20 siswa selalu sarapan, 16 siswa kadang-kadang
berolahraga, 23 siswa selalu mencuci tangan, 23 siswa selalu gosok gigi, 19 siswa
selalu membuang sampah pada tempatnya, untuk data siswa pengguna gadget
terdapat 7 siswa selalu menggunakan gadget dan 18 siswa kadang-kadang
menggunakan gadget. Hasil pemeriksaan TTV yang dilakukan di hari rabu
tanggan 6 April 2022 didapatkan mayoritas siswa yaitu 21 ber haterate 80-100
(normal). Hasil dari pemeriksaan status gizi didapatkan rata-rata IMT yaitu
17,80±3,640 dengan hasil Zscore berdasarkan IMT/U didapatkan hasil 2 siswa
dengan gizi kurang, gizi normal 14, overweight 3 dan obesitas 6 siswa. Pada
pemeriksaan pengelihatan terdapat 24 siswa tajam pengelihatannya normal dan 1
siswa mengalami low vision. Pada hasil pemeriksaan telinga, 18 siswa sehat dan
bersih, 7 siswa terdapat serumen. Sedangkan pada hasil pemeriksaan gigi dan
mulut pada 25 siswa kelas 3 didapatkan hasil 8 mengalami gigi berlubang dan 1
siswa terdapat karang gigi.
Tabel 3.2 Distribusi Hasil Pengkajian Pemahaman Siswa Berdasarkan
Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
Variabel F% Keterangan Hasil
Pengetahuan 25% Baik
Sikap 25% Baik
Keterampilan 25% Baik

Dari hasil analisis tabulasi data oleh mahasiswa didapatkan hasil keseluruhan
siswa yaitu sebanyak 25 peserta didik kelas tiga SD Purwobinangun masuk pada
kategori baik dalam tiga item pengkajian berdasarkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Dari analisis data tersebut kami menyimpulkan bahwa keseluruhan

17
siswa SD Purwobinangun memiliki pemahaman kognitif, afektif dan
tindakan/perilaku yang baik.

18
BAB 4
PEMBAHASAN

A. Riwayat Kesehatan Anak


Dari hasil analisa data didapat bahwa dari 25 anak SD, riwayat kesehatan
yang dialami oleh anak alergi makanan 1 orang anak, dan alergi obat 1 orang
anak. Sehingga dari hasil analisa data dapat diketahui riwayat kesehatan anak
berupa alergi makanan dan obat.
Alergi makanan adalah gangguan kesehatan yang timbul akibat respon
imun spesifik terhadap makanan. Alergi makanan bisa mengenai semua
kelompok usia dengan prevalensi pada anak lebih besar daripada dewasa.
Prevalensi alergi makanan pada anak adalah 6%. Makanan yang sering
menyebabkan alergi pada anak adalah susu sapi, telur ayam, susu kedelai,
kacang, gandum, ikan, dan shelfish. Respon alergi tersebut bisa dimediasi oleh
imunoglobulin E (IgE), non-IgE, atau campuran yang bisa menimbulkan
gejala pada beberapa organ, sistem organ, bahkan sistemik pada seluruh tubuh.
Contoh gejala ter dari reaksi alergi seperti gatal. Cara yang paling tepat untuk
menangani alergi makanan adalah menghindari alergen pencetusnya.
Alergi obat merupakan salah satu dari beberapa jenis reaksi simpangan
terhadap obat. Alergi obat yang diderita 1 anak SD tersebut adalah
amoxicilline (antibiotik). Antibiotik dapat mengakibatkan reaksi obat yang
merugukan dan reaksi hipersensitivitas melalui berbagai mekanisme
(Blumenthal et al., 2019). Reaksi obat yang merugikan dapat dibagi menjadi 2
tipe reaksi. Reaksi tipe A (tepat sasaran) bergantung pada dosis dan dapat
diprediksi secara farmakologis berdasarkan penekanan efek terapeutik obat
tepat sasaran. Reaksi ini muncul akibat reaksi obat-obat, dan mungkin
tergantung pada variasi genetik. Reaksi tipe B(di luar target) tidak dapat
diprediksi berdasarkan target efek terapeutik yang diketahui tetapi sering kali
bergantung pada dosis dan tergantung pada variasi genetik inang. Sebagian
kecil tidak bergantung pada dosis, termasuk reaksi yang dimediasi antibodi
dan IgE (Eaddy AE et al., 2018).

19
B. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari hasil analisa data didapati bahwa dari 25 anak SD, riwayat
kesehatan keluarga berupa riwayat diabetes mellitus 1 orang anak, riwayat
asma 1 orang anak, dan riwayat tekanan darah tinggi 2 orang anak.
Sehingga dari hasil analisa dapat diketahui riwayat kesehatan keluarga
berupa diabetes melitus, asma dan tekanan darah tinggi.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Embuai (2020)
dimana hasil penelitian tersebut seseorang yang mempunyai riwayat
genetik, 100% menderita asma. Anak dari keluarga yang mempunyai asma
lebih berisiko untuk menderita asma, angka ini akan meningkat sebesar 8,2
kali. Asma merupakan sindoma klinik yang dihasilkan oleh kombinasi
faktor genetik dan lingkungan dalam patogenesisnya. Asma memiliki
hubungan yang postif dengan riwayat alergi didalam keluarga.
Pada hasil analisa data ada 1 anak yang memiliki riwayat kesehatan
keluarga diabetes melitus. Seseorang yang mempunyai riwayat kesehatan
keluarga diabetes melitus berpeluang memiliki resiko 2,4 kali lebih besar
dari yang tidak memiliki riwayat keturunan. Diabetes melitus ada
hubungannya dengan faktor keturunan atau genetik, gen adalah faktor
yang menentukan pewarisan sifat-sifat tertentu dari seseorang kepada
keturunannya. Namun dengan meningkatnya risiko yang dimiliki
bukannya berarti orang tersebut pasti akan menderita diabetes. Faktor
keturunan merupakan faktor penyebab pada resiko terjadinya diabetes
melitus, kondisi ini akan diperburuk dengan adanya gaya hidup yang
buruk (Yusnanda et al., 2018).
Dari hasil analisa data ada 2 orang anak SD yang memiliki riwayat
kesehatan keluarga dengan tekanan arah tinggi. Seseorang yang memiliki
riwayat kesehatan keluarga dengan tekanan darah tinggi maka berpeluang
memiliki resiko 4,12 kali mengalami tekanan darah tinggi (Agustina &
Raharjo, 2018). Hipertensi merupakan salah satu gangguan genetik yang
bersifat komplek. Faktor genetik menyumbang 30% terhadap perubahan
tekanan darah pada populasi yang berbeda. Keturunan menjadi faktor

20
resiko paling utama adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
kejadian hipertensi lebih baik dijumpai pada kembar monozigot daripada
heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita hipertensi (Sari et al.,
2019).
C. Pemeriksaan Status Gizi
Dari hasil analisa data didapati bahwa dari 25 siswa, ada 3 siswa dengan
status gizi overweigth dan 6 siswa dengan status gizi obesitas. Sehingga dapat
diketahui bahwa masalah status gizi yang ada pada anak sekolah adalah status
gizi overweight dan obesitas.
Gizi lebih merupakan keadaan tubuh seseorang yang mengalami berat
bedan berlebih karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam
bentuk cadangan lemak. Salah satu kelompok umur yang berisiko terjadinya
gizi lebih adalah anak usia sekolah dasar 9-12 tahun. Hal tersebut terjadi
karena anak-anak memiliki kegamaran untuk mengonsumsi jenis makanan
secara berlebihan, khususnya anak-anak usia sekolah dasar 6-12 tahun. Faktor
sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya gizi lebih pada anak sekolah. Hal
tersebut karena pola konsumsi, dimana anak yang berasal dari keluarga
ekonomi tinggi, cenderung mengonsumsi makanan yang berkadar lemak
tinggi (Supriyatini et al., 2017).
D. Pemeriksaan Penglihatan
Dari hasil analisa data didapati bahwa dari 25 siswa, ada 1 anak dengan
low vision. Sehingga dapat diketahui bahwa masalah penglihatan yang ada
pada anak sekolah ada low vision.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab penurunan ketajaman
pengelihatan pada siswa, mengutip dari Husna & Widia (2019) kegiatan
seperti membaca di tempat yang gelap dengan posisi badan tengkurap atau
terlalu dekat serta intensitas penggunaan gadget yang tinggi dengan posisi
yang tidak baik adalah penyebab utama terjadinya penurunan pengelihatan.
Seperti halnya pada anak kelas 3 SD Purwobinangun didapatkan hasil analisis
terdapat 7 siswa selalu menggunakan gadget dan 18 kadang-kadang
menggunakan gadget dalam sehari. Perilaku tersebut menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan penurunan pengelihatan pada siswa. Salah satu cara untuk

21
menjaga kesehatan mata adalag memperhatikan intensitas cahaya pada saat
membaca. Intensitas cahaya harus cukup terang, jarak pembaca dengan buku
sepanjang penggaris (30cm), yang dibaca tidak boleh bergerak/bergoyang
(Kemensos RI, 2020).
E. Pemeriksaan Kesehatan Telinga
Dari hasil analisa data didapati bahwa dari 25 siswa, siswa yang telinganya
ada serumen sebanyak 7 orang. Sehingga dapat diketahui bahwa masalah
kesehatan telinga pada siswa adalah adanya serumen di telinga.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Limijadi et al. (2020) terdapat
beberapa siswa yang memiliki serumen di telinga kanan dan atau kiri
sebanyak 14 orang. Adanya serumen pada telinga yang sebenarnya hal ini bisa
diatasi jika siswa maupun orang tua sadar untuk membersihkan telinga secara
periodik. Produksi serumen (kotoran telinga) adalah proses normal pada
manusia karena bertujuan melembabkan kulit saluran pendengaran eksternal
dan melindunginya dari infeksi, memberikan penghalang bagi serangga dan
air. Serumen biasanya dikeluarkan dari saluran telinga secara spontan melalui
gerakan rahang alami. Mekanisme pembersihan diri dapat mengalami
kegagalan sehingga serumen dapat menyumbat saluran pendengaran dan
menekan membran timpani. Hal tersebut berpotensi menyebabkan
ketidaknyamanan telinga, gangguan pendengaran konduktif dan sensasi gatal-
gatal.
F. Pemeriksaan Kesehatan Gigi
Dari hasil analisa data didapati bahwa dari 25 siswa, terdapat siswa yang
mengalami gigi berlubang sebanyak 8 orang atau 32% dari total siswa dikelas.
Sedangkan 17 siswa lainnya atau sebanyak 68% dari total siswa dikelas tidak
mengalami gigi berlubang.
Gigi berlubang merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,
dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam
suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.
Akibatnya, terjadi invansi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran
infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. (Sofiyah,

22
Oktavianie, & Lusiani, 2020). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati et al. (2021) menyatakan bahwa 10 dari 64 siswa mengalami gigi
berlubang dengan kategori tinggi. Hal ini dikarenakan gigi susu lebih mudah
terserang gigi berlubang dibandingkan dengan gigi permanen karena enamel
pada gigi permanen lebih banyak mengandung mineral sehingga lebih kuat
dari gigi susu. Menurut pendapat peneliti, usia anak-anak memiliki kebiasaan
buruk yang sama yaitu sering mengonsumsi makanan kariogenik dan belum
bisa merawat kesehatan gigi dan mulut dengan baik dan benar yang
menyebabkan terjadinya gigi berlubang.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa SD Purwobinangun
sudah cukup baik, dengan nilai pengetahuan f25%, sikap f25% dan keterampilan f25%.
Namun masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan lagi dalam kesehatan anak usia
sekolah seperti (riwayat kesehatan anak, riwayat kesehatan keluarga, status gizi,
penglihatan,kebersihan telinga, dan kebersihan gigi), karena dari hasil pengkajian fisik masih
di temukan nya beberapa anak yang mengalami masalah kesehatan.
Hasil tabulasi data menunjukan nilai rata-rata umur siswa pada kelas 3 SD Purwobinangun
yaitu (9,36_+0,490), lalu pemeriksaan riwayat kesehatan anak diapatklan 1% siswa
mempunyai alergi makanan, alergi obat dan 1% siswa tidak memiliki catatan imunisasi. Pada
riwayat kesehatan keluarga 1% siswa mengalami riwayat diabetes dan asma, sedangkan pada
riwayat darah tinggi ada 2% siswa yang memiliki masalah kesehatan di dalam keluarga. Pada
pengkajian PHBS 20% siswa selalu sarapan, 16% siswa kadang-kadang berolahraga, 23%
siswa selalu mencuci tangan, 23% siswa selalu menggosok gigi, 19% siswa dapat membuang
sampah pada tempat nya, 7% siswa memainkan gadget dan 18% siswa kadang-kadang
menggunakan gadget.
pemeriksaan TTV terdapat 21% siswa dengan haterate 80-100 (normal), pemeriksaan
status gizi dengan penilain IMT/U ada 2% siswa dengan gizi kurang, 14% siswa gizi baik, 3%
siswa overweight dan 6% siswa obesitas. Pemeriksaan penglihatan pada siswa terdapat 24%
siswa tajam penglihatan normal dan 1% siswa mengalami low vision, dan pada hasil
pemeriksaan kebersihan telinga ada 18% siswa dengan kebersihan telinga baik dan 7% siswa
terdapat serumen. Pada pemeriksaan kebersihan gigi danmulut didapatkan 8% siswa
mengalami gigi berlobang dan 1% siswa terdapat karang gigi.

B. Saran
Berdasarkan temuan pengkajian ini, kelompok kamu mengemukakan beberapa saran yaitu :
1. Diharapkan kepada kepala sekolah yang ada di SD Purwobinangun kalasan dalam rangka
meningkatkan upaya kesehatan anak usia sekolah diharapkan agar memberikan dukungan,
baik itu dalam penyediaan sarana dan prasarana, maupun dukungan moril dan diharapkan
juga kepala sekolah bisa bekerjasama dengan berbagai pihak dalam hal penyediaan sarana
dan prasarana.
2. Diharapkan para Siswa SD Purwobinangun kalasan dapat mempertahankan motivasinya
terhadap perilaku hidup sehat dan bersih, dan menyadari penting nya PHBS, karena itu
sangat membantu dalam pencapaian kesehatan pribadi, sekolah maupun lingkunagn tempat
tingal.
3. Orang tua siswa agar lebih meningkatkan perhatian terhadap para siswa dalam menjaga
kebersihan untuk menghindari berbagai penyakit, baik dengan memotivasi, mermbantu
penyediaan prasarana dan juga dalam hal penguatan mental serta pengawasan dalam hal
kesehatan dan gizi anak.

24
4. Guru dan puskesmas agar memberikan perhatian yang serius terhadap pelaksanaan usaha
keehatan anak usia sekolah demi tercapai nya kesehatan bagi siswa, sekolah dan
lingkungan
5. Semua pihak terkait, dan masyarkat diharapkan dapat bekerjsama memberi bantuan dan
dukungan dalam memberikan contoh tentang perilaku hidup sehat dan bersih kepada para
siswa di SD Purwobinangun.

25
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, R., & Raharjo, B. B. (2018). Faktor Risiko Yang Behubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Usia Produktif. Unnes Journal of Public Health, 4(4).
Blumenthal, K. G., Peter, J. G., Trubiano, J. A., & Phillips, E. J. (2019). Antibiotic
allergy. The Lancet, 393(10167), 183–198. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(18)32218-9
Eaddy AE, Konvinse K, Philips EJ, & Broyles AD. (2018). Antibiotic Allergy in
Pediatrics. Pediatrics, 141(5). www.aappublications.org/news
Embuai, S. (2020). Riwayat genetik, asap rokok, keberadaan debu, dan stress
berhubungan dengan kejadian asma bronkial. Moluccas Health Journal,
2(April), 11–18.
Husna, H. N., & Widia, C. (2019). Skrining Ketajaman Penglihatan Pada Siswa SD.
Media Karya Kesehatan, 2(1).
Kemensos RI. (2020). Perilaku hidup bersih dan sehat (phbs) penguatan
kapabilitas anak dan keluarga. Penguatan Kapabilitas Anak Dan Keluarga,
1–14.
Limijadi, E. K. S., Ningrum, F. H., WSK, L. P., Lintang, S. K., & KD, A. M.
(2020). Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Pada Anak Sekolah Dasar Di Pedesaan. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Multidisiplin, 4(1), 12–19. https://doi.org/10.36341/jpm.v4i1.1436
Rahmawati, Maliga, I., & Kesuma, E. G. (2021, November). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Dalam Mencegah Karies Gigi
Anak Usia Sekolah. Journals of Ners Community, Vol.12 Nomor 2, 157-
167.
Sari, Y. H., Usman, Majid, M., & Sari, R. W. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA
LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAIWA
KAB.ENREKANG. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(1).
Sofiyah, Y., Oktavianie, E., & Lusiani, E. (2020). Hubungan Peran Orang Tua
Dalam Membimbing Anak Merawat Gigi Dengan KejadianKaries Pada
Anak Usia Sekolah 10 - 12 Tahun di SDN Dayeuh Kolot 12 Kabupaten
Bandung. Jurnal asuhan Ibu dan Anak, Vol.5 Nomor 1, 25-30.
26
Supriyatini, H. E., P, dr. S. F., & Rahfiludin, M. Z. (2017). FAKTOR RISIKO GIZI

27
LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR
MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5(2).
Yusnanda, F., Rochadi, R. K., & Maas, L. T. (2018). Pengaruh Riwayat
Keturunan Terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Pada Pra Lansia di BLUD
RSUD Meurasa Kota Banda Aceh Tahun 2017. Journal of Heart Care
Technology and Medicine, 4(1).

28
LAMPIRAN

A. Lampiran Bukti Dokumentasi Penyuluhan

29
30

Anda mungkin juga menyukai