Disusun oleh :
1. Ayu Putri Ana (213203007)
2. Bima Setia Nugraha (213203008)
3. Cindy Cinora (213203009)
4. Felisitas Charpilova (213203054)
5. Kuncoro Arif Fajar A (213203021)
6. Kurnia Safitri (213203022)
7. Muhammad Rifqi Agerta (213203027)
8. Nia Djuru Dyah Bella Wp (213203028)
Disusun oleh :
Hari :
Tanggal :
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................3
C. Manfaat..............................................................................................................3
BAB II................................................................................................................................4
TINJAUN TEORI..............................................................................................................4
A. Konsep Anak Usia Sekolah....................................................................................4
1. Definisi Anak Usia Sekolah...............................................................................4
2. Karakteristik Anak Usia Sekolah........................................................................4
B. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).........................................................6
1. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).....................................................6
2. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)...........................................................6
C. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)..............................................................7
1. Pengertian PHBS................................................................................................7
2. Tatanan PHBS....................................................................................................7
D. MAKANAN SEHAT.............................................................................................9
1. Pengertian Makanan sehat..................................................................................9
2. Kriteria makanan sehat.....................................................................................10
3. Manfaat makanan sehat....................................................................................10
E. MAKANAN TIDAK SEHAT..............................................................................11
1. Pengertian makanan sehat................................................................................11
2. Ciri-ciri makanan tidak sehat............................................................................11
3. Dampak makanan tidak sehat...........................................................................11
4. Makanan jajanan anak SD................................................................................13
BAB III...........................................................................................................................14
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................14
A. ANALISA DATA................................................................................................14
B. PEMBAHASAN..................................................................................................20
1. Riwayat Kesehatan Anak..................................................................................20
2. Riwayat Kesehatan Keluarga............................................................................21
3. Pemeriksaan Status Gizi...................................................................................21
4. Pemeriksaan Penglihatan..................................................................................22
5. Pemeriksaan Kesehatan Telinga.......................................................................22
6. Pemeriksaan kesehatan Gigi.............................................................................23
C. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................24
BAB IV............................................................................................................................26
PENUTUP........................................................................................................................26
A. SIMPULAN.........................................................................................................26
B. SARAN................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
LAMPIRAN.....................................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode
kritis karena pada masa ini anak mulai mengembangkan kebiasaan
yang biasanya cenderung menetap sampai dewasa. Beban untuk
menanggulangi masalah kesehatan anak usia sekolah juga terus
meningkat dikarenakan permasalahan kesehatan yang masih banyak
terjadi dikalangan anak usia sekolah. Penyakit yang sering dihadapi
anak sekolah dasar biasanya berkaitan dengan kebiasaan hidup bersih
dan sehat, seperti kebiasaan cuci tangan pakai sabun, potong kuku,
gososk gigi, dan membuang sampah sembarangan.
Unit Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program
kesehataan anak usia pra sekolah dan anak usia sekolah yang
pembinaan dan pengembangannya di upayakan untuk pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan peserta didik dari TK/RA sampai
SMA/Sederajat. Program UKS adalah upaya terpadu lintas program
dan lintas sektotral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat anak usia sekolah
yang berada dilingkungan sekolah.
Didalam pelaksanaannya, program UKS menekankan
pentingnya sekolah sehat yang perlu memperoleh pembinaan setara
agar dapat mendorong program sekolah sehat sehingga dapat
terciptanya proses belajar mengajar yang konduktif yang pada
akhirnya meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM). Situasi kesehatan anak usia sekolah dan remaja pada
saat ini berdasarkan data Riskesdas dan GSHS pada anak usia sekolah
dasar kondisi kesehatan lebih terkait pada PHBS dan gizi, diantaranya
stunting, kurus, gemuk, anemia, cacingan, sarapan dengan mutu
rendah, kurang makan sayur dan buah, tidak menggosok gigi minimal
2 kali sehari, makan makanan
1
berpenyedap, serta tidak mencuci tangan dengan sabun.
Menurut (WHO) Word Health Organization (2018) jumlah
penduduk indonesia mencapai 265 juta jiwa, jumlah penduduk usia
sekolah sebanyak 19,3% (42 juta jiwa). Berdasarkan rentang usia
penduduk Indonesia paling 2 banyak pada usia 5-9 tahun sebanyak 23
juta jiwa (9,78%), usia 0-4 tahun dan 10-14 tahun masing-masing
sebesar 22,6 juta jiwa (9,54%). (Badan pusat statistik, 2012).
Prevelensi di indonesia terdapat jumlah penduduk usia 7-12 tahun
tertinggi berada di Jawa Barat mencapai 4.598.162, Tertinggi kedua
berada di Jawa Timur 3.342.794 sedangkan, tertinggi terakhir berada
di Jawa Tengah sejumlah 3.071.852 (Kemenkes RI, 2017).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo
2019, prevalensi jumlah anak usia sekolah tertinggi berada di Desa
Ngrayun yaitu sejumlah 4.651 jiwa. Adapun jumlah anak usia 6-12
tahun yang berada di SDN 3 Baosan lor sejumlah 214 anak.
(Riskesdas, 2019) Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan
peneliti dari 20 orang ada 15% anak di SDN 03 Ngrayun banyak
ditemukan anak-anak dalam aspek berpakaian dan berhiasnya tidak
benar seperti memakai baju tidak rapi tanpa di setrika, tidak memakai
kaos kaki, rambutnya tidak di sisir dan terlihat adanya kotoran di
sebelah mata. Sehingga perlu dilakukanya penelitian.
Anak usia sekolah adalah anak usia antara 6-12 tahun periode ini
kadang disebut sebagai masa anak-anak pertengahan atau masa laten,
masa untuk mempunyai masa tantangan baru. Periode pra-remaja atau
pra-pubertas terjadi pada tahap perkembangan usia sekolah, periode
pra-remaja atau pra-pubertas menandakan berakhirnya periode usia
sekolah dengan usia kurang lebih 12 tahun, ditandai dengan awitan
pubertas.
Faktor-faktor resiko yang terdapat pada anak usia sekolah, akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga
memiliki peranan penting untuk mendukung keberhasilan proses
2
tumbuh kembang yang 3 dilalui oleh anak. Pada tahap perkembangan
anak usia sekolah anak diharapkan anak mampu memenuhi perawatan
dirinya. Perawatan diri adalah pelaksanan aktivitas individu yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan
hidup, kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat
dilakukan dengan efektif, maka dapat membantu individu dalam
mengembangkan potensi diri (Orem, 1991 dalam Tomey and
Alligood, 2006). Kemampuan anak melakukan perawatan diri secara
mandiri merupakan salah satu upaya pencegahan timbulnya masalah
kesehatan atau masalah akibat tumbuh kembang anak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor resiko lingkungan sehat disekolah dan
kesehatan anak usia sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui perilaku PHBS pada anak usia sekolah.
b. Mendapatkan gambaran pencapaian hasil mutu kegiatan PHBS
pada anak usia sekolah.
C. Manfaat
Sebagai bahan pembelajaran untuk lebih memahami permasalahan,
kendala, dan solusi seputar kegiatan PHBS dan UKS di usia anak sekolah
SD Negeri Purwobinangun
3
BAB II
TINJAUN TEORI
4
Pada masa ini (terutama pada umur 6 – 9 tahun) anak menghendaki
nilai (angka rapor) yang baik tanpa mengingat apakah prestasinya
memang pantas diberi nilai baik atau tidak
Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang ada di dalam
dunianya
b. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu
dianggap tidak penting Karakteristik siswa kelas tinggi
sekolah dasar usia 10-12 tahun adalah sebagai berikut:
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari
yang konkret
Realistik, mempunyai rasa ingin tahu dan ingin belajar
Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-
hal atau mata pelajaran khusus, para ahli yang mengikuti
teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya
faktor-faktor
c. Pada umur 11-12 tahun anak membutuhkan guru atau orang-
orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan
memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur 11 tahun
pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan
bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri
Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor)
sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai
prestasi sekolah.
Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok
sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama
Pada permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat
kepada aturan permainan yang tradisional; mereka
membuat peraturan sendiri
5
B. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
6
memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan
kesehatan. UKS mengharapkan peserta didik agar menjadi sehat fisik,
mental, sosial maupun lingkungan, serta memiliki daya khayal dan daya
tangkal terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan narkoba, alkohol dan
kebiasaan merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah
pornografi dan masalah sosial lainnya Berdasarkan pendapat di atas, maka
dapat disimpulkan, bahwa tujuan UKS adalah untuk membentuk pribadi
peserta didik yang mandiri dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
budaya hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah pada khususnya agar
prestasi belajar peserta didik meningkat serta mutu pendidikan menjadi
semakin baik. UKS juga sebagai upaya sekolah agar peserta didik
memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan
kesehatan.
1. Pengertian PHBS
PHBS merupakan kesadaran bagi setiap individu maupun masyarakat
untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan serta aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS ini dilakukan untuk
memberikan pelajaran bagi individu, kelompok dan masyarakat melalui
komunikasi, media informasi, mengedukasi untuk meningkatkan
pemahaman, sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina
suasana dalam gerakan pemberdayaan masyarakat agar dapat hidup sehat
serta menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Kemenkes RI
2018).
2. Tatanan PHBS
Menurut Kemenkes RI , perilaku hidup bersih dan sehat perlu
diberbagai tatanan, diantaranya sebagai berikut :
a. PHBS di Rumah Tangga
7
Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga yang harus dilakukan
yaitu melakukan persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan,
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, rutin menimbang berat
badan bayi setiap bulan, menggunakan air yang bersih, mencuci tangan
dengan air yang mengalir/ air bersih dan sabun, mengelola air untuk
minum dan makan di rumah tangga, tidak membuang air besar
sembarangan, mengelola limbah cair di rumah tangga, sampah dibuang
pada tempatnya, memberantas jentik nyamuk, makan sayur dan buah
setiap hari, beraktivitas setiap hari, tidak merokok di dalam rumah dan
lain-lain.
b. PHBS di Institusi Pendidikan
Yaitu antara lain adalah mencuci tangan dengan menggunakan air yang
mengalir dan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah,
jamban yang digunakan bersih dan sehat, olahraga yang teratur, tidak
merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi
badan setiap 6 bulan, memberantas jentik nyamuk dan membuang
sampah pada tempatnya.
c. PHBS di Tempat Kerja
Ditempat kerja baik kantor maupun pabrik, sasarannya yang harus
dipraktikkan mencangkup cuci tangan dengan air mengalir/ bersih dan
sabun, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat,
menggunakan jamban yang sehat, tidak tidak membuang sampah
sembarangan, tidak merokok, tidak megkonsumsi alkohol, narkotika
dan zat-zat terlarang lainnya, meludah tidak disembarang tempat,
memberantas jentis nyamuk dan lain-lain.
d. PHBS di Tempat Umum
Ketika berada ditempat umum misal tempat ibadah, pasar, pertokoan,
terminal dan lain-lain, PHBS yang sehat adalah mencuci tangan dengan
air mengali dan sabun, mengkonsumsi makanan dan minuman yang
sehat, menggunakan jamban sehat, tidak membuang sampah
sembarangan, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, narkotika
8
dan zat-zat terlarang lainnya, meludah tidak disembarangan tempat,
9
memberantas jentis nyamuk dan lain-lain.
e. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Sedangkan di faskes seperti (klinik, puskesmas, rumah sakin dan lain-
lain), hal yang harus dipraktikkan agar menciptakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang PHBS adalah mencuci tangan dengan air
mengalir dan sabun, mengkonsumsi makanan dan minuman sehat,
menggunakan jamban sehat, tidak membuang sampah sembarangan,
tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol dan zat-zat terlarang
lainnya, meludah tidak di sembarang tempat, memberantas jentik
nyamuk dan lain-lain.
D. MAKANAN SEHAT
10
2. Kriteria makanan sehat\
Manusia memerlukan makanan yang sehat untuk di konsumsi, makanan yang sehat
tentunya memiliki kriteria atau syarat tertentu di dalamnya. Syarat-sayarat makanan sehat
harus mengandung :
a. Makanan yang mengandung protein yang cukup
b. Makanan yang di makan harus cukup mengandung garam mineral dan air
c. Makanan yang di konsumsi harus ada perbandingan yang baik antara
makanan pokok seperti karbohidrat, protein dan lemak
d. Makanan yang di makan sebaiknya mudah dicerna oleh alat pencernaan
e. Makanan harus bersih, tidak mengandung bibit penyakit serta
mengandung racun
f. Makanan tidak boleh di makan dalam kondisi panas karena dapat
merusak gigi dan proses pengunyahan tidak akan sempurna
g. Rasanya enak dan bentuknya menarik
h. Selain makanan yang harus sehat tentunya minuman juga harus sehat.
Kriteria minuman yang sehat yaitu menggunakan air yang di masak, es
yang terbuat dari air matang, sumber air bersih, kemasan tidak rusak,
memiliki tanggal kadaluarsa, memiliki ijin edar dan tidak menggunakan
bahan tambahan yang berbahaya.
11
E. MAKANAN TIDAK SEHAT
12
Dampak buruk bagi Dampak buruk bagi Dampak buruk bagi
konsumen dan keluarga produsen atau pemerintahan
industri
1. sakit, cacat atau Penurunan citra Biaya inspeksi ke lokasi
gangguan perkembangan produk dan reputasi dan kejadian dan rumah
produsen sakit
2 meningkatkan absen Biaya penarikan Biaya inspeksi ke lokasi
sekolah atau kerja produk dari pasar produksi
3 menurunkan Kehilangan Biaya pemeriksaan
produktifitas kerja konsumen laboratorium
4 meningkatkan curahan Kerugian biaya Biaya pengobatan bila
waktu dan pengeluaran produksi produsen sektor
insidental keluarga informal
5 meningkatkan Biaya investigasi, Penurunan penerimaan
pengeluaran jangka biaya pengobatan, pajak bila produsen dari
panjang dan kehilangan kompesensi korban, usaha berbadan hukum
kesempatan hidup yang promosi dan
lebih baik pencitraan kembali
Bila berdampak kronik
6 Meninggal dunia dan Biaya proses hukum Biaya koordinasi dan
biaya pemakaman apabila dituntut biaya penyuluhan untuk
konsumen pencegahan lebih lanjut
13
4. Makanan jajanan anak SD
Makanan atau pangan jajan pada saat ini semakin beragam. Jenis
pangan jajanan anak sekolah antara lain :
a. Makanan utama atau sepinggan
Makanan utama dikenal dengan istilah jajanan berat karena bersifat
mengenyangkan. Contohnya mie ayam, bakso, bubur ayam, nasi
goreng, gado-gado, soto, lontong isi sayuran dan lain-lain.
b. Makanan cemilan atau snack
Cemilan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu cemilan basah dan cemilan
kering. Cemilan basah contohnya gorengan, lemper, kue lapis, donat
dan jelly. Sedangkan cemilan kering contohnya brondong jagung,
keripik, biskuit, permen dan kue kering.
c. Minuman
Minuman dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu minuman dalam gelas
dan minuman dalam kemasan. Contoh minuman dalam gelas seperti
air putih, es teh manis, es jeruk, es campur, es cendol, es buah, es
doger, jus buah dan es krim. Minuman dalam kemasan, contohnya
minuman soda, teh, sari buah, susu dan yoghurt.
d. Jajanan buah
14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. ANALISA DATA
Tabel 3.1 Karakteristik siswa kelas tiga SD Negeri Purwobinangun, Kec.
Kalasan , Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,
Pemeriksaan Riwayat Kesehatan Anak, Riwayat Imunisasi, Riwayat
Kes.Keluarga, PHBS, TTV, Pemeriksaan Status Gizi, Pemeriksaan
Pengelihatan, dan Pemeriksaan kesehatan Gigi dan Mulut.
Karakteristik Siswa F (%) Mean ± SD
Umur 9,36±0,490
Jenis Kelamin
Laki-laki 13%
Perempuan 12%
Pemeriksaan Riwayat Kesehatan Anak
Alergi Makanan
Ya 1%
Tidak 24%
Alergi Obat
Ya 1%
Tidak 24%
Riwayat Imunisasi
Memiliki Catatan Imunisasi
Ya 24%
Tidak 1%
Imunisasi Kelas I SD
Ya 24%
Tidak 1%
Riwayat Kes. Keluarga
Diabetes Mellitus
Ya 1%
Tidak 24%
Asma
Ya 1%
Tidak 24%
Tekanan Darah Tinggi
Ya 2%
Tidak 23%
PHBS
Sarapan
Selalu 20%
Kadang 5%
15
Jajan Sehat Kantin
Selalu 7%
Kadang 10%
Tidak Pernah 8%
Olahraga
Selalu 9%
Kadang 16%
Cuci Tangan
Selalu 23%
Kadang 2%
Gosok Gigi
Selalu 23%
Kadang 2%
Membuang Sampah Pada Tempatnya
Selalu 19%
Kadang 6%
Menggunakan Gadget
Selalu 7%
Kadang 18%
TTV
Denyut Nadi
<80 1%
80-100 21%
>100 3%
Pemeriksaan Status Gizi
IMT 17,80±3,640
Zscore (IMT/U)
Gizi Kurang 2%
Normal 14%
Overweigh 3%
Obesitas 6%
Pemeriksaan Penglihatan
Tajam Penglihatan
Normal 24%
Low Vision 1%
Telinga Luar
Sehat 18%
Serumen 7%
Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Gigi Berlubang
Ya 8%
Tidak 17%
Karang Gigi
Ya 1%
Tidak 24%
Analisis
Dari hasil analisis tabulasi data oleh mahasiswa didapatkan hasil rata-rata umur
siswa kelas 3 SD Purwobinangun yaitu 9,36±0,490 tahun, selisih antara siswa
laki-laki dan perempuan yakni 1 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki yaitu 13
16
dan perempuan 12 siswa. Lalu Pemeriksaan Riwayat Kesehatan Anak, dari 25
siswa didapatkan 1 siswa mempunyai alergi Makanan dan alergi obat. Lalu pada
pemeriksaan riwayat imunisasi terdapat 1 siswa tidak memiliki catatan imunisasi.
Lalu pada data Riwayat Kes. Keluarga didapatkan 1 siswa memiliki riwayat
keluarga mengalami diabetes dan asma, sedangkan pada riwayat darah tinggi
terdapat 2 siswa memiliki masalah kesehatan dikeluarganya. Pada pengkajian
PHBS didapatkan hasil 20 siswa selalu sarapan, 16 siswa kadang-kadang
berolahraga, 23 siswa selalu mencuci tangan, 23 siswa selalu gosok gigi, 19 siswa
selalu membuang sampah pada tempatnya, untuk data siswa pengguna gadget
terdapat 7 siswa selalu menggunakan gadget dan 18 siswa kadang-kadang
menggunakan gadget. Hasil pemeriksaan TTV yang dilakukan di hari rabu
tanggan 6 April 2022 didapatkan mayoritas siswa yaitu 21 ber haterate 80-100
(normal). Hasil dari pemeriksaan status gizi didapatkan rata-rata IMT yaitu
17,80±3,640 dengan hasil Zscore berdasarkan IMT/U didapatkan hasil 2 siswa
dengan gizi kurang, gizi normal 14, overweight 3 dan obesitas 6 siswa. Pada
pemeriksaan pengelihatan terdapat 24 siswa tajam pengelihatannya normal dan 1
siswa mengalami low vision. Pada hasil pemeriksaan telinga, 18 siswa sehat dan
bersih, 7 siswa terdapat serumen. Sedangkan pada hasil pemeriksaan gigi dan
mulut pada 25 siswa kelas 3 didapatkan hasil 8 mengalami gigi berlubang dan 1
siswa terdapat karang gigi.
Tabel 3.2 Distribusi Hasil Pengkajian Pemahaman Siswa Berdasarkan
Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
Variabel F% Keterangan Hasil
Pengetahuan 25% Baik
Sikap 25% Baik
Keterampilan 25% Baik
Dari hasil analisis tabulasi data oleh mahasiswa didapatkan hasil keseluruhan
siswa yaitu sebanyak 25 peserta didik kelas tiga SD Purwobinangun masuk pada
kategori baik dalam tiga item pengkajian berdasarkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Dari analisis data tersebut kami menyimpulkan bahwa keseluruhan
17
siswa SD Purwobinangun memiliki pemahaman kognitif, afektif dan
tindakan/perilaku yang baik.
18
BAB 4
PEMBAHASAN
19
B. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari hasil analisa data didapati bahwa dari 25 anak SD, riwayat
kesehatan keluarga berupa riwayat diabetes mellitus 1 orang anak, riwayat
asma 1 orang anak, dan riwayat tekanan darah tinggi 2 orang anak.
Sehingga dari hasil analisa dapat diketahui riwayat kesehatan keluarga
berupa diabetes melitus, asma dan tekanan darah tinggi.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Embuai (2020)
dimana hasil penelitian tersebut seseorang yang mempunyai riwayat
genetik, 100% menderita asma. Anak dari keluarga yang mempunyai asma
lebih berisiko untuk menderita asma, angka ini akan meningkat sebesar 8,2
kali. Asma merupakan sindoma klinik yang dihasilkan oleh kombinasi
faktor genetik dan lingkungan dalam patogenesisnya. Asma memiliki
hubungan yang postif dengan riwayat alergi didalam keluarga.
Pada hasil analisa data ada 1 anak yang memiliki riwayat kesehatan
keluarga diabetes melitus. Seseorang yang mempunyai riwayat kesehatan
keluarga diabetes melitus berpeluang memiliki resiko 2,4 kali lebih besar
dari yang tidak memiliki riwayat keturunan. Diabetes melitus ada
hubungannya dengan faktor keturunan atau genetik, gen adalah faktor
yang menentukan pewarisan sifat-sifat tertentu dari seseorang kepada
keturunannya. Namun dengan meningkatnya risiko yang dimiliki
bukannya berarti orang tersebut pasti akan menderita diabetes. Faktor
keturunan merupakan faktor penyebab pada resiko terjadinya diabetes
melitus, kondisi ini akan diperburuk dengan adanya gaya hidup yang
buruk (Yusnanda et al., 2018).
Dari hasil analisa data ada 2 orang anak SD yang memiliki riwayat
kesehatan keluarga dengan tekanan arah tinggi. Seseorang yang memiliki
riwayat kesehatan keluarga dengan tekanan darah tinggi maka berpeluang
memiliki resiko 4,12 kali mengalami tekanan darah tinggi (Agustina &
Raharjo, 2018). Hipertensi merupakan salah satu gangguan genetik yang
bersifat komplek. Faktor genetik menyumbang 30% terhadap perubahan
tekanan darah pada populasi yang berbeda. Keturunan menjadi faktor
20
resiko paling utama adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
kejadian hipertensi lebih baik dijumpai pada kembar monozigot daripada
heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita hipertensi (Sari et al.,
2019).
C. Pemeriksaan Status Gizi
Dari hasil analisa data didapati bahwa dari 25 siswa, ada 3 siswa dengan
status gizi overweigth dan 6 siswa dengan status gizi obesitas. Sehingga dapat
diketahui bahwa masalah status gizi yang ada pada anak sekolah adalah status
gizi overweight dan obesitas.
Gizi lebih merupakan keadaan tubuh seseorang yang mengalami berat
bedan berlebih karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam
bentuk cadangan lemak. Salah satu kelompok umur yang berisiko terjadinya
gizi lebih adalah anak usia sekolah dasar 9-12 tahun. Hal tersebut terjadi
karena anak-anak memiliki kegamaran untuk mengonsumsi jenis makanan
secara berlebihan, khususnya anak-anak usia sekolah dasar 6-12 tahun. Faktor
sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya gizi lebih pada anak sekolah. Hal
tersebut karena pola konsumsi, dimana anak yang berasal dari keluarga
ekonomi tinggi, cenderung mengonsumsi makanan yang berkadar lemak
tinggi (Supriyatini et al., 2017).
D. Pemeriksaan Penglihatan
Dari hasil analisa data didapati bahwa dari 25 siswa, ada 1 anak dengan
low vision. Sehingga dapat diketahui bahwa masalah penglihatan yang ada
pada anak sekolah ada low vision.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab penurunan ketajaman
pengelihatan pada siswa, mengutip dari Husna & Widia (2019) kegiatan
seperti membaca di tempat yang gelap dengan posisi badan tengkurap atau
terlalu dekat serta intensitas penggunaan gadget yang tinggi dengan posisi
yang tidak baik adalah penyebab utama terjadinya penurunan pengelihatan.
Seperti halnya pada anak kelas 3 SD Purwobinangun didapatkan hasil analisis
terdapat 7 siswa selalu menggunakan gadget dan 18 kadang-kadang
menggunakan gadget dalam sehari. Perilaku tersebut menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan penurunan pengelihatan pada siswa. Salah satu cara untuk
21
menjaga kesehatan mata adalag memperhatikan intensitas cahaya pada saat
membaca. Intensitas cahaya harus cukup terang, jarak pembaca dengan buku
sepanjang penggaris (30cm), yang dibaca tidak boleh bergerak/bergoyang
(Kemensos RI, 2020).
E. Pemeriksaan Kesehatan Telinga
Dari hasil analisa data didapati bahwa dari 25 siswa, siswa yang telinganya
ada serumen sebanyak 7 orang. Sehingga dapat diketahui bahwa masalah
kesehatan telinga pada siswa adalah adanya serumen di telinga.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Limijadi et al. (2020) terdapat
beberapa siswa yang memiliki serumen di telinga kanan dan atau kiri
sebanyak 14 orang. Adanya serumen pada telinga yang sebenarnya hal ini bisa
diatasi jika siswa maupun orang tua sadar untuk membersihkan telinga secara
periodik. Produksi serumen (kotoran telinga) adalah proses normal pada
manusia karena bertujuan melembabkan kulit saluran pendengaran eksternal
dan melindunginya dari infeksi, memberikan penghalang bagi serangga dan
air. Serumen biasanya dikeluarkan dari saluran telinga secara spontan melalui
gerakan rahang alami. Mekanisme pembersihan diri dapat mengalami
kegagalan sehingga serumen dapat menyumbat saluran pendengaran dan
menekan membran timpani. Hal tersebut berpotensi menyebabkan
ketidaknyamanan telinga, gangguan pendengaran konduktif dan sensasi gatal-
gatal.
F. Pemeriksaan Kesehatan Gigi
Dari hasil analisa data didapati bahwa dari 25 siswa, terdapat siswa yang
mengalami gigi berlubang sebanyak 8 orang atau 32% dari total siswa dikelas.
Sedangkan 17 siswa lainnya atau sebanyak 68% dari total siswa dikelas tidak
mengalami gigi berlubang.
Gigi berlubang merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email,
dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam
suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.
Akibatnya, terjadi invansi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran
infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. (Sofiyah,
22
Oktavianie, & Lusiani, 2020). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati et al. (2021) menyatakan bahwa 10 dari 64 siswa mengalami gigi
berlubang dengan kategori tinggi. Hal ini dikarenakan gigi susu lebih mudah
terserang gigi berlubang dibandingkan dengan gigi permanen karena enamel
pada gigi permanen lebih banyak mengandung mineral sehingga lebih kuat
dari gigi susu. Menurut pendapat peneliti, usia anak-anak memiliki kebiasaan
buruk yang sama yaitu sering mengonsumsi makanan kariogenik dan belum
bisa merawat kesehatan gigi dan mulut dengan baik dan benar yang
menyebabkan terjadinya gigi berlubang.
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada siswa SD Purwobinangun
sudah cukup baik, dengan nilai pengetahuan f25%, sikap f25% dan keterampilan f25%.
Namun masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan lagi dalam kesehatan anak usia
sekolah seperti (riwayat kesehatan anak, riwayat kesehatan keluarga, status gizi,
penglihatan,kebersihan telinga, dan kebersihan gigi), karena dari hasil pengkajian fisik masih
di temukan nya beberapa anak yang mengalami masalah kesehatan.
Hasil tabulasi data menunjukan nilai rata-rata umur siswa pada kelas 3 SD Purwobinangun
yaitu (9,36_+0,490), lalu pemeriksaan riwayat kesehatan anak diapatklan 1% siswa
mempunyai alergi makanan, alergi obat dan 1% siswa tidak memiliki catatan imunisasi. Pada
riwayat kesehatan keluarga 1% siswa mengalami riwayat diabetes dan asma, sedangkan pada
riwayat darah tinggi ada 2% siswa yang memiliki masalah kesehatan di dalam keluarga. Pada
pengkajian PHBS 20% siswa selalu sarapan, 16% siswa kadang-kadang berolahraga, 23%
siswa selalu mencuci tangan, 23% siswa selalu menggosok gigi, 19% siswa dapat membuang
sampah pada tempat nya, 7% siswa memainkan gadget dan 18% siswa kadang-kadang
menggunakan gadget.
pemeriksaan TTV terdapat 21% siswa dengan haterate 80-100 (normal), pemeriksaan
status gizi dengan penilain IMT/U ada 2% siswa dengan gizi kurang, 14% siswa gizi baik, 3%
siswa overweight dan 6% siswa obesitas. Pemeriksaan penglihatan pada siswa terdapat 24%
siswa tajam penglihatan normal dan 1% siswa mengalami low vision, dan pada hasil
pemeriksaan kebersihan telinga ada 18% siswa dengan kebersihan telinga baik dan 7% siswa
terdapat serumen. Pada pemeriksaan kebersihan gigi danmulut didapatkan 8% siswa
mengalami gigi berlobang dan 1% siswa terdapat karang gigi.
B. Saran
Berdasarkan temuan pengkajian ini, kelompok kamu mengemukakan beberapa saran yaitu :
1. Diharapkan kepada kepala sekolah yang ada di SD Purwobinangun kalasan dalam rangka
meningkatkan upaya kesehatan anak usia sekolah diharapkan agar memberikan dukungan,
baik itu dalam penyediaan sarana dan prasarana, maupun dukungan moril dan diharapkan
juga kepala sekolah bisa bekerjasama dengan berbagai pihak dalam hal penyediaan sarana
dan prasarana.
2. Diharapkan para Siswa SD Purwobinangun kalasan dapat mempertahankan motivasinya
terhadap perilaku hidup sehat dan bersih, dan menyadari penting nya PHBS, karena itu
sangat membantu dalam pencapaian kesehatan pribadi, sekolah maupun lingkunagn tempat
tingal.
3. Orang tua siswa agar lebih meningkatkan perhatian terhadap para siswa dalam menjaga
kebersihan untuk menghindari berbagai penyakit, baik dengan memotivasi, mermbantu
penyediaan prasarana dan juga dalam hal penguatan mental serta pengawasan dalam hal
kesehatan dan gizi anak.
24
4. Guru dan puskesmas agar memberikan perhatian yang serius terhadap pelaksanaan usaha
keehatan anak usia sekolah demi tercapai nya kesehatan bagi siswa, sekolah dan
lingkungan
5. Semua pihak terkait, dan masyarkat diharapkan dapat bekerjsama memberi bantuan dan
dukungan dalam memberikan contoh tentang perilaku hidup sehat dan bersih kepada para
siswa di SD Purwobinangun.
25
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R., & Raharjo, B. B. (2018). Faktor Risiko Yang Behubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Usia Produktif. Unnes Journal of Public Health, 4(4).
Blumenthal, K. G., Peter, J. G., Trubiano, J. A., & Phillips, E. J. (2019). Antibiotic
allergy. The Lancet, 393(10167), 183–198. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(18)32218-9
Eaddy AE, Konvinse K, Philips EJ, & Broyles AD. (2018). Antibiotic Allergy in
Pediatrics. Pediatrics, 141(5). www.aappublications.org/news
Embuai, S. (2020). Riwayat genetik, asap rokok, keberadaan debu, dan stress
berhubungan dengan kejadian asma bronkial. Moluccas Health Journal,
2(April), 11–18.
Husna, H. N., & Widia, C. (2019). Skrining Ketajaman Penglihatan Pada Siswa SD.
Media Karya Kesehatan, 2(1).
Kemensos RI. (2020). Perilaku hidup bersih dan sehat (phbs) penguatan
kapabilitas anak dan keluarga. Penguatan Kapabilitas Anak Dan Keluarga,
1–14.
Limijadi, E. K. S., Ningrum, F. H., WSK, L. P., Lintang, S. K., & KD, A. M.
(2020). Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Pada Anak Sekolah Dasar Di Pedesaan. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Multidisiplin, 4(1), 12–19. https://doi.org/10.36341/jpm.v4i1.1436
Rahmawati, Maliga, I., & Kesuma, E. G. (2021, November). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Dalam Mencegah Karies Gigi
Anak Usia Sekolah. Journals of Ners Community, Vol.12 Nomor 2, 157-
167.
Sari, Y. H., Usman, Majid, M., & Sari, R. W. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG
BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA
LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAIWA
KAB.ENREKANG. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(1).
Sofiyah, Y., Oktavianie, E., & Lusiani, E. (2020). Hubungan Peran Orang Tua
Dalam Membimbing Anak Merawat Gigi Dengan KejadianKaries Pada
Anak Usia Sekolah 10 - 12 Tahun di SDN Dayeuh Kolot 12 Kabupaten
Bandung. Jurnal asuhan Ibu dan Anak, Vol.5 Nomor 1, 25-30.
26
Supriyatini, H. E., P, dr. S. F., & Rahfiludin, M. Z. (2017). FAKTOR RISIKO GIZI
27
LEBIH PADA ANAK UMUR 9-11 TAHUN DI SEKOLAH DASAR
MARSUDIRINI SEMARANG TAHUN 2016. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5(2).
Yusnanda, F., Rochadi, R. K., & Maas, L. T. (2018). Pengaruh Riwayat
Keturunan Terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Pada Pra Lansia di BLUD
RSUD Meurasa Kota Banda Aceh Tahun 2017. Journal of Heart Care
Technology and Medicine, 4(1).
28
LAMPIRAN
29
30