Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

STANDAR KOMPETENSI BIDAN TENTANG


ASUHAN PADA BAYI DAN BALITA
Mata Kuliah Konsep Kebidanan

Semester 1 / Tingkat 1 A

Disusun Oleh:

Kelompok 7

- Balqis Chintia Carbela (P07124121005)

- Atika May Syarah (P07124121002)

- Ayu Afrida (P07124121003)

- Miftah Amalia Putri (P07124121076)

- Tety Meilina (P0712412137)

Dosen : Asriah, S.SiT, M.Kes

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES ACEH
2021 – 2022
ABSTRAK

Asuhan pada bayi dan balita standar kompetensi ke 7 dimana bidan


memberikan asuhan yang bermutu tinggi serta komperhensif pada bayi dan balita
(1 bulan – 5 tahun). Dalam makalah ini kami membahas mengenai pengetahuan
dasar dan ketrampilan dasar seorang bidan terkait asuhan pada bayi dan balita.

Pengetahuan Dasar:
1. Keadaan kesehatan bayi dan anak di Indonesia, meliputi: angka kesakitan,
angka kematian, penyebab kesakitan dan kematian.
2. Peran dan tanggung jawab orang tua dalam pemeliharaan bayi dan anak.
3. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
4. Kebutuhan fisik dan psikososial anak.
5. Prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan anak. Prinsip-prinsip komunikasi pada
bayi dan anak.
6. Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak.
7. Upaya pencegahan penyakit pada bayi dan anak misalnya pemberian
immunisasi.
8. Masalah-masalah yang lazim terjadi pada bayi normal seperti:
gumoh/regurgitasi, diaper rash dll serta penatalaksanaannya.
9. Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak.
10. Penyimpangan tumbuh kembang bayi dan anak serta penatalaksanaannya.
11. Bahaya-bahaya yang sering terjadi pada bayi dan anak di dalam dan luar
rumah serta upaya pencegahannya.
12. Kegawat daruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya.

Keterampilan Dasar:
1. Melaksanakan pemantauan dan menstimulasi tumbuh kembang bayi dan anak.
2. Melaksanakan penyuluhan pada orang tua tentang pencegahan bahaya-bahaya

i
pada bayi dan anak sesuai dengan usia.
3. Melaksanakan pemberian immunisasi pada bayi dan anak.
4. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan pada bayi dan anak yang
terfokus pada gejala.
5. Melakukan pemeriksaan fisik yang berfokus.
6. Mengidentifikasi penyakit berdasarkan data dan pemeriksaan fisik.
7. Melakukan pengobatan sesuai kewenangan, kolaborasi atau merujuk dengan
cepat dan tepat sesuai dengan keadaan bayi dan anak.

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
KATA PENGANTAR......................................................................................vi
BAB I PENDAHULAN.....................................................................................1
1.1............................................................................................. Latar Belakang
....................................................................................................................1
1.2........................................................................................ Rumusan Masalah
....................................................................................................................1
1.3.......................................................................................................... Tujuan
....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
2.1 Pengetahuan Dasar....................................................................................3
2.1.1 Bayi.................................................................................................4
2.1.2 Balita...............................................................................................5
2.1.3 Angka Kematian Bayi dan Balita...................................................6
2.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua..........................................8
2.1.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Anak.........................10
2.1.6 Kebutuhan Fisik dan Psikososial Anak.........................................13
2.1.7 Prinsip Standar Nutrisi dan Komunikasi Pada Anak....................14
2.1.8 Prinsip Keselamatan Untuk Bayi dan Anak..................................16
2.1.9 Upaya Pencegahan Penyakit Melalui Imunisasi...........................18
2.1.10 Masalah Lazim yang Terjadi Pada Bayi Normal..........................20
2.1.11 Penyakit yang Sering Terjadi Pada Bayi dan Anak......................23
2.1.12 Penyimpangan Tumbuh Kembang Bayi dan Anak.......................24
2.1.13 Bahaya yang Terjadi Pada Anak Serta Upaya Pencegahannya....26
2.1.14 Kegawat Daruratan Pada Bayi dan Anak......................................27

i
2.2 Ketrampilan Dasar...................................................................................27
2.2.1 Menstimulan Tumbuh Kembang Bayi Balita...............................27
2.2.2 Melaksanakan Penyuluhan Pada Orang Tua................................28
2.2.3 Pemberian Imunisasi dan Nutrisi Pada Bayi dan Balita...............31
2.2.4 Mengumpulkan Data Riwayat Kesehatan Pada Anak..................37
2.2.5 Pemeriksaan Fisik yang Berfokus................................................38
2.2.6 Mengidentifikasi Penyakit Bedasarkan Data...............................40
2.2.7 Melakukan Pengobatan Sesuai Kewenangan...............................41
2.2.8 Menjelaskan Pada Orang Tua Tindakan yang Dilakukan............41
2.2.9 Melakukan Pemeriksaan Secara Berkala.....................................41

2.3 Budaya Masyarakat Terkait Asuhan Pada Bayi dan Balita.........................42

BAB III PENUTUP.........................................................................................46


5.1 Kesimpulan.............................................................................................46
5.2 Saran.......................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................48

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


rahmat hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Asuhan Pada Bayi dan Balita.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ibu Asriah,


S.SiT, M.Kes selaku dosen yang telah memeberi tugas ini kepada kami. Kami
juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap
pembaca.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
perbaiki KembalI. Semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat
bagi setiap pihak terutama bagi mereka para pembaca.

Banda Aceh, 27 Sepetember 2021

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perlindungan anak di bidang kesehatan diselenggarakan melalui berbagai


upaya pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi anak termasuk untuk bayi
baru lahir dan anak balita. Pelayanan kesehatan untuk bayi baru lahir dan ank
balita merupakan salah satu program kesehatan anak yang bertujuan untuk
menjamin kelangsungan hidup, tumbuh kembang anak secara optimal dan
perlindungan khusus dari kekerasan dan diskriminasi. Hal ini dilakukan dalam
rangka mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas ceria, berahlaq mulia dan
terlindungi sebagai modal dasar bagi pembangunan bangsa. Kementerian
Kesehatan melalui Direktorat Bina Kesehatan Anak telah menyelenggarakan
berbagai program kesehatan anak yang diimplementasikan di puskesmas dan
jaringannya dengan mengacu pada norma, standar, pedoman dan kriteria
pelayanan kesehatan anak bagi tenaga kesehatan.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan


UndangUndang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, menegaskan bahwa
seorang anak berhak untuk hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal,
terhindar dari kekerasan dan diskriminasi. Selain itu, Undang Undang
Perlindungan Anak juga mengamanahkan bahwa pemerintah, masyarakat,
keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak; Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak agar setiap
anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagimana Asuhan Kebidanan Pada Bayi dan Balita?

1
2. Apa Saja Pengetahuan Dasar Terkait Asuhan Pada Bayi dan Balita?

3. Apa Saja Pengetahuan Dasar Terkait Asuhan Pada Bayi dan Balita?

4. Bagaimana budaya masyarakat tentang asuhan pada bayi dan balita?

1.3. Tujuan

1. Menjelaskan Asuhan Kebidanan Pada Bayi dan Balita?

2. Memahami Pengetahuan Dasar Terkait Asuhan Pada Bayi dan Balita?

3. Memahami Pengetahuan Dasar Terkait Asuhan Pada Bayi dan Balita?

4. Menjelaskan budaya masyarakat tentang asuhan pada bayi dan balita?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengetahuan Dasar

2.1.1. Bayi

a) Pengertian

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun
tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode
perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi
adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. (Marmi dan Rahardjo,
2015).

Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan


perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-
serabut syarat dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak
yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini
akan saling mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar
berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita, perkembangan
kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan
imosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya (Marmi dan Rahardjo, 2015).

b) Adaptasi Bayi Baru Lahir

Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus


dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.

a. Sistem Pernapasan

3
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi pada waktu 30 detik
pertama sesudah lahir. Untuk frekuensi dan dalamnya nafas belum
teratur.

b. Suhu tubuh

Terdapat empat kemungkin mekanisme yang dapat menyebabkan bayi


kehilangan panas yaitu konduksi, radiasi, konveksi, dan evaporasi.

c. Metabolisme

Pada jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada


hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan
susu kurang lebih pada hari ke enam, pemenuhan kebutuhan energi bayi
60% didapatkan dari lemak dan 40% didapatkan dari karbohidrat.

d. Sistem Peredaran darah

Setelah bayi itu lahir akan terjadi proses penghantaran oksigen ke


seluruh tubuh, maka terdapat perubahan, yaitu penutupan foramen ovale
apada atrium jantung dan dan penutupan duktus arteriosus antara arteri
paru dan aorta.

e. Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal

Tubuh bayi baru lahir relatif mengandung lebih banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas.

f. Imunoglobulin

4
Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga
imunologi dari ibu dapat melewati plasenta karena berat molekulnya
kecil.

g. Traktus digestivus

Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan dan


dalam 4 hari setelah kelahiran biasanya feses sudah terbentuk dan
berwarna biasa.

h. Keseimbangan Asam Basa

Tingkat keasaman (PH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena
glikolisis anaerobik.

c) Rawat Gabung

Rawat gabung adalah cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau
tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Dengan kata lain
rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama sama atau pada
tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu waktu atau setiap saat
ibu tersebut dapat menyusui bayinya.

d) Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi merupakan bagian yang terpenting dari setiap


komponen perawatan bayi baru lahir. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi karena sistem imunitasnya masih kurang sempurna.

5
2.1.2. Balita

a. Pengertian

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang
berada dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan
golongan prasekolah (>3-5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok balita
adalah 0-60 bulan.

b. Karakteristik Balita

Menurut Persagi (1992) dalam buku Gizi Seimbang dalam Kesehatan


Reproduksi (Balanced Nutrition in Reproductive Health), berdasarkan
karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak
lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita” dan anak usia
lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “prasekolah”.

Dengan karakteristik pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun, dimana umur
5 bulan berat badan naik 2 kali berat badan lahir dan pada umur 1 tahun berat
badan naik 3 kali dari berat badan lahir serta akan naik 4 kali dari berat badan
lahir pada umur 2 tahun.

2.1.3. Angka Kematian Bayi dan Balita

Badan Pusat Statistik mengungkap fakta bahwa setiap jamnya, ada 8 bayi
baru lahir yang meninggal di Indonesia. Bila diakumulasikan, ini artinya ada
sekitar 192 bayi yang harus meregang nyawa setiap harinya. Penyebab utama yg
sering terjadi adalah Asfiksia merupakan penyebab kematian bayi baru lahir yang
paling utama di Indonesia. Asfiksia adalah kondisi saat bayi kekurangan oksigen
sebelum atau selama kelahiran, penyebab lain nya disebabkan oleh Pneumonia,
penyakit bawaan, dan diare adalah penyebab kematian utama pada anak usia dini

6
– masing-masing mencakup 36 %, 13 % dan 10 % dari semua penyebab kematian
balita – serta komplikasi neonatal, cedera, campak dan malaria di daerah endemis.

Selama dua dekade terakhir Indonesia telah membuat kemajuan yang


signifikan dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak.
Kelangsungan hidup anak telah meningkat secara substansial di Indonesia selama
beberapa dekade terakhir, dengan angka kematian bayi dan balita yang kurang
lebih dari separuh antara tahun 1990 dan 2017. Selain itu, saat ini lebih dari
separuh kabupaten sudah bebas malaria. sejak tahun 2014 jumlah wanita hamil
yang dites HIV meningkat lima kali lipat dan jumlah wanita hamil yang memulai
pengobatan antiretroviral meningkat dua kali lipat; dan 201 juta orang telah
terdaftar dalam program asuransi kesehatan pembayar tunggal (BPJS) terbesar
saat ini di dunia. Selain itu, penyakit tidak menular dan masalah lain yang muncul
masih menimbulkan risiko yang signifikan - misalnya, polusi udara saat ini
merupakan faktor risiko tertinggi ketiga bagi anak di bawah usia lima tahun.

Namun demikian, 1 dari 30 anak meninggal sebelum mencapai usia lima


tahun, dengan rentang 1 dari 10 di beberapa kabupaten di Indonesia Timur -
wilayah yang paling tertinggal di negara ini. Bayi yang baru lahir sangat rentan,
diperkirakan mencapai 50 persen dari semua kematian pada tahun pertama
kehidupan, dengan 75 persen kematian terjadi pada tahun pertama kehidupan.
Sayangnya, upaya dalam menurunkan angka kematian bayi baru lahir mengalami
penurunan dalam dekade terakhir.

Karena banyak kematian bayi baru lahir terkait dengan perawatan pada
saat kelahiran, kesehatan bayi baru lahir berjalan selaras dengan kesehatan ibu.
Dalam hal ini kemajuan yang dicapai juga rendah, yaitu dengan angka kematian
ibu menurun dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup antara tahun 1991
dan 2015 (Supas 2014). Hal ini tetap terjadi meskipun jumlah bidan terlatih yang
tinggi (94 persen) dan ketersediaan fasilitas kesehatan (83 persen).

Penyebab utama:

7
Pneumonia, penyakit bawaan, dan diare adalah penyebab kematian utama
pada anak usia dini masing-masing mencakup 36 %, 13 % dan 10 % dari semua
penyebab kematian balita serta komplikasi neonatal, cedera, campak dan malaria
di daerah endemis.

Tingkat kematian ibu, bayi baru lahir dan anak mengindikasikan adanya
kesenjangan dalam pemberian layanan yang serius. Layanan pencegahan,
perawatan dan perawatan HIV ibu dan anak juga lemah, dengan hanya 36 persen
wanita hamil yang dites HIV selama perawatan antenatal.

Ditambah lagi dengan risiko yang dihadapi anak-anak dari kondisi


lingkungan yang buruk, seperti dampak yang diakibatkan dari hampir 30 juta
orang masih melakukan buang air besar sembarangan dan prevalensi malaria yang
tinggi tetap ada di beberapa daerah.

2.1.4. Peran dan tanggung jawab orang tua dalam pemeliharaan bayi dan
anak

Di Indonesia, tanggung jawab orang tua terhadap anak ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Undang-undang tersebut menyatakan
bahwa ada empat hal yang menjadi kewajiban setiap orang tua, yaitu:

 Mengasuh, memelihara, dan melindungi anak


 Menumbuhkembangan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan
minatnya
 Mencegah terjadinya pernikahan anak usia dini
 Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada
anak

Poin-poin di atas mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan


bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang.

8
Bebas dari kekerasan dan diskriminasi. Mereka juga berhak mendapat
kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal
baik fisik, mental, maupun sosial.

Dua sisi Tanggung Jawab Orang tua Terhadap Anak

 Peran pengasuhan (nurture)

Di sini, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar Si Kecil.
Mulai dari makanan, perawatan medis, pakaian, tempat tinggal, serta
pendidikannya. Di saat yang bersamaan, orang tua juga perlu memberikan cinta,
perhatian, waktu, dan dukungan untuk anak.

 Peran struktural

Tugas orang tua lainnya adalah menyediakan “struktur” bagi Si Kecil. Pada peran
ini, orang tua membantu mengarahkan anak, mengajarkan nilai-nilai, menyusun
peraturan, menerapkan disiplin, memberi tahu anak mengenai konsekuensi atas
tindakannya, serta meminta pertanggungjawaban jika ia berbuat salah.

Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

1. Menunjukkan rasa cinta

2. Menyediakan waktu untuk Si Kecil

3. Membantu anak menjadi mandiri

4. Membantu anak mengenal kewajibannya

5. Memantau perilaku Si Kecil

9
6. Menemani anak di setiap momen kehidupan

7. Bantu Si Kecil memahami emosinya

8. Melakukan yang terbaik untuk Si Kecil

Saat merawat dan mengasuh Si Kecil, Bunda juga perlu memperhatikan


kebersihan dirinya. Ini bisa dilakukan dengan menggunakan produk-produk yang
membantunya tetap sehat dan segar setiap hari.

Hal-hal yang bukan menjadi tanggung jawab orang tua

1. Memastikan anak selalu bahagia


2. Mendapat persetujuan orang lain
3. Mengontrol Si Kecil
4. Melakukan segala hal untuk Si Kecil

2.1.5. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya.

A. Pengertian

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian


tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Seangkan perkembangan adalah
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh,
kematangan dan belajar.Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut
norma-norma tertentu.

 Perkembangan pada Bayi Baru Lahir (Newborn)

10
Ketika baru lahir, bayi harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baru yang
berbeda dari kondisi di dalam rahim, karena itu wajar jika bayi yang baru lahir
sering menangis. Tangisan juga menjadi satu-satunya cara mereka berkomunikasi
dan memberi respon atas kondisi yang mereka alami. Ini yang terjadi pada bayi
yang baru lahir:

 Kulit Masih Keriput

Terutama pada bayi yang lahir melalui proses persalinan normal, wajah, mata,
dan bibir mereka kemungkinan masih agak bengkak. Hal ini wajar karena
pengaruh dari proses persalinan normal yang memiliki jalan yang lebih sempit.
Namun, hal ini tidak terjadi pada bayi yang lahir dengan cara Caesar. Kulit bayi
yang baru lahir juga keriput akibat terlalu lama berendam di dalam cairan
ketuban. Selain itu, kulit yang keriput ini juga disebabkan karena daging dan
lemak di bawah lapisan kulit bayi belum terisi.

 Kemampuan Dasar

Setiap bayi lahir dengan kemampuan naluriah untuk mempertahankan hidupnya,


yaitu mencari puting, mengisap dan menggenggam. Karena itu, bayi yang baru
lahir biasanya diletakkan dalam posisi tengkurap di atas dada ibu agar ia berusaha
mencari puting dan mengisap ASI. Cara ini juga bermanfaat untuk melatih
kemampuan motorik dan sensorik mereka.

 Usia 1 Bulan

Kegiatan bayi berusia satu bulan lebih banyak diisi dengan tidur karena bayi
masih butuh banyak istirahat dan tidur yang banyak dapat memaksimalkan
pertumbuhan dan perkembangan mereka. Pada usia ini, bayi juga belum bisa
membedakan siang dan malam, sehingga waktu tidurnya masih belum teratur
seperti orang dewasa. Karena itulah, orangtua yang memiliki bayi yang baru lahir
harus siap-siap begadang untuk memenuhi kebutuhan bayi.

11
Ini tahapan perkembangan bayi pada usia 1 bulan:

a) Bayi mulai bisa menggerakkan tangan dan kakinya untuk menunjukkan


ketertarikannya pada sesuatu di sekitarnya.
b) Kemampuan bayi mengisap ASI semakin kuat, baik disusui langsung
melalui payudara maupun dengan botol susu.
c) Bayi sering rewel dan menangis ketika merasa lapar.
d) Jari bayi sudah bisa menggenggam benda secara reflek, jika ibu
memasukkan jari ke dalam tangannya.
e) Bayi belum bisa mengangkat dan menopang kepalanya dengan otot-otot
lehernya.
f) Pigmen mata bayi belum berkembang dengan sempurna. Jadi warna bola
mata mereka masih dapat berubah dari waktu ke waktu.
g) Bayi bisa tiba-tiba menggerakkan tubuhnya secara reflek seperti kejang
dalam rangka belajar menyelaraskan gerakan tubuhnya. Karena itu, ibu
perlu memegangnya cukup kuat ketika menggendongnya.

 Usia 2 Bulan

Memasukki usia dua bulan, penglihatan bayi sudah semakin berkembang dan
dapat melihat benda yang terletak cukup jauh. Otak dan pendengaran bayi berusia
dua bulan juga semakin baik, sehingga ia bisa menikmati musik yang
diperdengarkan. Si Kecil mampu memberi respon, seperti tersenyum atau
menendang-nendangkan kaki. Ia juga suka mengisap jempol dan memasukkan
barang ke dalam mulutnya. Ini tahapan perkembangan bayi pada usia 2 bulan:

a) Mata bayi sudah bisa mengikuti benda yang bergerak ke sana kemari.
b) Tangannya bisa membuka dan menutup.
c) Gerakan yang tiba-tiba seperti kejang sudah tidak terjadi lagi, karena
gerakan bayi sudah semakin teratur.

12
d) Otot lehernya semakin kuat, sehingga Si Kecil bisa mengangkat kepala
hingga 45 derajat dengan bantuan topangan ibu.
e) Bayi mulai mengenali suara yang sering ia dengar dan bisa mendengarkan
bunyi-bunyi di sekitarnya.

 Usia 3 Bulan

Bayi berusia 3 bulan sudah bisa meraih dan menggengam benda yang menarik
perhatiannya. Ia juga mulai bisa menggulingkan badannya ke samping saat
sedang berbaring. Ini tahapan perkembangan bayi pada usia 3 bulan:

a) Karena sudah bisa membuka dan menutup genggaman tangannya, Si Kecil


jadi suka bermain-main sendiri dengan tangannya.
b) Bayi sudah bisa meraih dan menggenggam benda yang menarik di
sekitarnya.
c) Bayi juga sudah bisa membedakan permukaan yang kasar, halus, berbulu
atau berongga.
d) Tendangan Si Kecil juga jadi lebih kencang karena sendi lutut dan
panggulnya makin fleksibel.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi

 Nutrisi dari Makanan


 Pola Asuh
 Sanitasi
 Rumah Tinggal
 Pendapatan Keluarga
 Waktu Bersama Keluarga
 Kesehatan Anak
 Stimulasi
 Psikologis

13
 Pendidikan Orangtua
 Paparan Radiasi
 Cuaca

2.1.6. Kebutuhan Fisik dan psikososial anak

Kebutuhan anak terbagi menjadi dua, yakni kebutuhan fisik, seperti


makanan, pakaian dan kesehatan tubuh. Sementara kebutuhan psikologis ini lebih
beragam, seperti kasih sayang, rasa aman, kebutuhan harga diri dan sebagainya.
Karena kebutuhan psikologis tidak terlihat seperti kebutuhan fisik, mungkin sulit
bagi orangtua untuk mengidentifikasi, apakah si kecil sudah terpenuhi secara
psikologis atau belum.

Keluarga yang kurang harmonis dapat memicu masalah psikologis hingga


berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayi. Otak bayi akan merekam semua hal
yang dialaminya dan terus terbawa hingga ia tumbuh dewasa. Jika tidak
ditangani, bayi berisiko mengulangi pengalamannya di masa lalu saat ia sudah
tumbuh dewasa.

2.1.7. Prinsip Standar Nutrisi dan Komunikasi Pada Anak

Nutrisi Bagi Bayi Balita

Usia 0-6 bulan: hanya diberikan ASI saja.

Usia 6-8 bulan diberikan ASI dan makanan lumat berseling.

Usia 9-11 bulan diberikan ASI dan makanan lembek berseling.

Usia 12-23 bulan diberikan ASI dan makanan keluarga.

14
Usia 24-59 bulan diberikan makanan keluarga.

Tujuan berkomunikasi dengan bayi ialah:

1. Memberi rasa aman kepada bayi dan anak

2. Memenuhi kebutuhan bayi dan anak akan kasih sayang

3. Melatih bayi mengembangkan kemampuan bicara, mendengar, dan menerima


rangsangan

4. Mempermudah pemberian asuhan keperawatan

Strategi/Cara Komunikasi Dengan Anak

1. Nada suara

Bicara lambat dan jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas. dengan
pengarahan yang sederhana. Hindari sikap mendesak untuk dijawab dengan
mengatakan "jawab dong", dan sebagainya.

2. Mengalihkan aktifitas

Kegiatan anak yang berpindah-pindah dapat meningkatkan rasa cemas terapis dan
mengartikannya sebagai tanda hiperaktif. Anak lebih tertarik pada aktifitas yang
disukai sehingga perlu dibuat jadwal yang bergantian antara aktifitas yang
disukai dan aktifitas terapi yang di programkan.

3. Jarak interaksi

15
Perawat yang mengobservasi tindakan nonverbal dan sikap tubuh anak harus
mempertahankan jarak yang aman dalam berinteraksi.

4. Marah

Perawat perlu mempelajari tanda kontrol prilaku yang rendah pada anak untuk
mencegah tempertantrum. Perawat mengindari bicara yang keras dan otoriter
serta mengurangi kontak mata jika respon anak meningkat. Jika anak mulai dapat
mengontrol prilaku, kontak mata dimualai kembali namun sentuhan ditunda
dahulu.

5. Kesadaran diri

Perawat harus mengindari konfrontasi secara langsung, duduk yang terlalu dekat
dan berhadapan. Meja tidak diletakkan anatara perawat dan anak. Perawat secara
nonverbal selalu memberi dorongan, penerimaan dan persetujuan jika diperlikan.

6. Sentuhan

Jangan sentuh anak tanpa izi dari anak. Salaman dengan anak merupakan cara
untuk menghilangkan stres dan cemas khususnya pada anak laki-laki.

2.1.8. Prinsip Keselamatan Untuk Bayi dan Anak

1.Tidur

Perubahan tidur bayi dengan cara tengkurap menjadi melentang telah menurunkan
tingkat kematian bayi secara tiba-tiba sebanyak 3 kali lebih rendah.

16
Hindari menggunakan seprai atau selimut berkapas karena dapat menghambat
saluran pernapasan bayi. Jauhkan juga anak Anda dari setiap alat permainan dan
sebaganya ketika tidur.

2. Jatuh dan cedera

Pastikan tangga di rumah dipagari untuk menghindari anak memanjat.


Secepatnya, jangan letakkan anak di tempat yang tinggi seperti kursi, meja dan
sebagainya. Jika anak menggunakan alat belajar berjalan, pastikan area tersebut
bebas dari tangga, alat yang panas dan juga kabel yang tergantung.

3. Tersedak atau lemas

Anak-anak gemar memasukkan benda ke dalam mulut, jadi pastikan alat


permainan mereka bukanlah sesuatu yang kecil dan dapat ditelan.

Perhatikan mereka sepanjang waktu dan jikalau perlu, mengikuti kelas yang
menawarkan pelatihan supaya kita tahu langkah awal yang harus dilakukan jika
anak tersedak.

4. Api

Pastikan anak dari setiap sumber api yang mungkin terlihat seperti permainan.
Jangan memasak sambil mengendong anak atau membiarkan mereka terkena
dapur yang panas.

Bahkan, pastikan mencabut steker dan switch peralatan panas seperti setrika dan
alat pengering rambut.

5. Racun

Jauhkan anak dari segala bentuk obat atau vitamin. Jikalau mereka tertelan,
jangan sesekali mencoba untuk mengorek mulut mereka untuk membuat mereka
muntah tanpa nasihat Dokter.

17
Pastikan setiap alat pencuci, baterai lithium kecil atau peralatan elektronik
ditempatkan di tempat yang aman dan tidak mudah untuk dicapai.

6. Air

Pastikan setelah mandi, segera mengeringkan bak mandi dan tidak membiarkan
anak sendirian. Tutup toilet dan kamar mencuci jika tidak digunakan. Tempat
penampungan air terbuka seperti di taman-taman harus dipagari karena anak-anak
bisa terjatuh dan lemas.

7. Posisi duduk “W”

Anak-anak gemar duduk seperti bentuk “W” karena dikatakan nyaman. Namun,
harus orang tua tahu bahwa ia mampu menyebabkan masalah pertumbuhan
tulang, keterlambatan pengawalan postur dan keseimbangan dan keterampilan
mengenderai motor anak-anak Anda.

8. Peringkat dalam mobil

Bagi anak-anak yang tinggi kurang dari 140 cm dan berat kurang dari 32 kg,
mereka harus ditempatkan di dalam kursi mobil khusus.

Jikalau anak tersebut sudah besar untuk tempat duduk portabel, Anda bisa
menempatkan untuk mereka duduk tetapi bukan di kursi dewasa secara langsung.

9. Bersepeda

Pastikan memiliki peralatan yang lengkap untuk anak bersepeda seperti helmet,
liner lutut dan peralatan yang diusulkan untuk melindungi area yang berisiko
tinggi untuk cedera.

Bahkan, sepeda tersebut perlulah berada dalam kondisi yang baik dan periksa
sebelum mengizinkan utk menaikinya.

18
2.1.9. Upaya Pencegahan Penyakit Melalui Imunisasi

Imunisasi yang sudah disediakan oleh pemerintah Indonesia untuk


program imunisasi rutin meliputi : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak dan
vaksin untuk jemaah haji (Meningitis). Imunisasi yang belum disediakan oleh
pemerintah antara lain : Hib, Pneumokokus, Influenza, MMR, Demam Tifoid,
Cacar air, Hepatitis A, Kanker Leher Rahim (HPV) dan Rotavirus.

Imunisasi Hepatitis B: untuk mencegah virus Hepatitis B yang dapat menyerang


dan merusak hati, bila berlangsung sampai dewasa dapat menjadi kanker hati.

Imunisasi Polio: untuk mencegah serangan virus polio yang dapat menyebabkan


kelumpuhan permanen.

Imunisasi BCG: untuk mencegah tuberkulosis paru, kelenjar, tulang dan radang


otak yang bisa menimbulkan kematian atau kecacatan.

Imunisasi DPT: untuk mencegah 3 penyakit : Difteri, Pertusis dan Tetanus.


Penyakit Difteri dapat menyebabkan pembengkakan dan sumbatan jalan nafas,
serta mengeluarkan racun yang dapat melumpuhkan otot jantung. Penyakit
Pertusis berat dapat menyebabkan infeksi saluran nafas berat (pneumonia).
Kuman Tetanus mengeluarkan racun yang menyerang syaraf otot tubuh, sehingga
otot menjadi kaku, sulit bergerak dan sulit bernafas.

Imunisasi Campak untuk mencegah penyakit campak berat yang dapat


mengakibatkan radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak.

Imunisasi Hib dan Pneumokokus: dapat mencegah penyebaran bakteri Hib dan


pneumokokus di dalam darah (bakteriemia), infeksi saluran nafas berat
(pneumonia), dan radang otak (meningitis),

19
Imunisasi influenza dapat mencegah influenza berat, yang mengakibatkan
radang paru berat (pneumonia).

Imunisasi Campak: untuk mencegah radang paru, diare, dan radang otak karena
virus campak.

Imunisasi MMR: dapat mencegah penyakit Mumps (gondongan, radang buah


zakar), Morbili (campak) dan Rubela (campak Jerman).

Imunisasi Cacar air (varisela): untuk mencegah penyakit cacar air.

Imunisasi Tifoid: dapat mencegah penyakit demam tifoid berat.

Imunisasi Hepatitis A: untuk mencegah radang hati karena virus hepatitis A.

Imunisasi HPV: untuk mencegah kanker leher rahim akibat virus HPV.

Imunisasi Rotavirus: untuk mencegah diare berat pada bayi akibat Rotavirus.

2.1.10. Masalah Lazim Yang Terjadi Pada Bayi Normal

1.BERCAK MONGOL

Merupakan bercak kebiruan yang disebabkan karena terperangkapnya sel


melanostik (pigmen) di bagian belakang tubuh bayi pada saat pembentukan
sistem saraf. Bercak mongol tergolong normal dan tidak berbahaya dan hampir
dialami oleh semua bayi

Tanda dan Gejala

Tanda lahir ini biasanya berwarna coklat tua, abu-abu batu, atau biru
kehitaman. Terkadang bintik mongol ini terlihat seperti memar. Biasanya timbul

20
pada bagian punggung bawah dan bokong, tetapi sering juga ditemukan pada
kaki, punggung. pinggang dan pundak. Bercak mongol juga memiliki ukuran
yang bervariasi, dari sebesar peniti sampai berdiameter enam inchi. Seorang anak
bias memiliki satu atau beberapa bereak mongol.

Penanganan

Bercak mongol biasanya menghilang dalam beberapa tahun pertama atau


pada 1-4 tahun sehingga tidak memerlukan perlindungan dan penanganan khusus.

2. HEMANGIOMA

Merupakan tanda lahir yang berupa sekelompok pembuluh darah yang


tidak ikut aktif dalam peredaran darah umum. Biasanya muncul di permukaan
kulit. Meski bisa tumbuh membesar dua kali ukurannya stabil dan buka
merupakan tumor.

Penanganan

Umumnya setelah mencapai mencapai ukuran stabil, warnanya akan


menipis kemudian dapat menghilang dengan sendirinya sehingga tidak
memerlukan penanganan khusus. Kemudian berikan konseling kepada orang tua
bayi bahwa tanda lahir itu normal dan sering terjadi pada bayi baru lahir,
sehingga orang tua tidak perlu khawatir dalam menghadapi kejadian ini.

3. IKTERIK

Merupakan perubahan warna kulit / sclera mata berwarna putih menjadi


kuning karena kadar bilirubin dalam darah. Ikterik pada bayi dikatakan fisiologis
apabila muncul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir,

21
Penanganan

Perlu dilakukan pengamatan yang ketat dan cermat pada 24 jam pertama
sehingga ikterus tidak potensial menjadi patologis. Hal lain yang dapat dilakukan
adalah dengan cara terus memberi ASI pada (banyak minum), melakukan terapi
sinar yaitu dengan menyinari bayi pada pagi hari sekitar jam 7 sampai jam 9
selama sepuluh menit. Namun apabila terjadi keadaan patologik perlu dirujuk ke
RS (periksa golongan darah ibu dan bayi, periksa kadar bilirubin).

4. MUNTAH

Merupakan suatu keadaan keluarnya isi di dalam lambung baik cairan


maupun makanan yang sebelumnya telah dicerna melalui gerak peristaltik otot
lambung.

Komplikasi yang sering terjadi adalah:

1. Dehidrasi atau alkalosiskarena kehilangan cairan tubuh/elektrolit

2. Ketosisi karena tidak makan dan minum

3. Asidosis yang disebabkan adanya ketosis yang dapat berkelanjutan menjadi


syok bahkan sampai kejang.

4. Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva, rupture esophagus, aspirasi,


yang disebabkan karena muntah yang sangat hebat

5.GUMOH

Merupakan suatu keadaan keluarnya isi di dalam lambung baik cairan


maupun makanan (ASI atau PASI) segera setelah bayi diberikan asupan tersebut
tanpa mengalami proses pencernaan melalui gerak peristaltik otot lambung.

22
Penyebab terjadinya gumoh antara lain :

1) Bayi sudah merasa senang

2) Posisi salah saat menyusui

3) Posisi botol yang salah

4) Tergesa-gesa saat pemberian susu

5) Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan

Penanganan

1) Perbaiki teknik menyusui

2) Perhatikan posisi botol saat pemberian susu

3) Sendawakan bayi setelah disusui

2.1.11. Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Bayi dan Anak

1. Gastroesophageal reflux disease (GERD)


Penyakit pada bayi GERD ditandai dengan bayi rewel. Penyakit pada bayi
ini terjadi saat asam lambung naik ke esofagus sehingga menimbulkan rasa sakit,
panas pada dada, mual, muntah, dan erosi gigi atau kerusakan gigi karena asam
lambung tersebut. Penyebabnya adalah katup antara esofagus dan otot perut bayi
belum tumbuh sempurna.

2. Pilek

23
Infeksi virus dituding sebagai penyebab utama pilek sebagai penyakit
pada bayi yang membuat selaput hidung dan saluran pernapasan memproduksi
lendir. Bayi akan mengalami demam sebagai salah satu gejalanya. Kadang sulit
bernapas, batuk, napas tersengal-sengal, dan pola makan atau tidur terganggu.
Bayi juga mengalami bersin atau kadang nafsu makan menurun.

3.RSV
Penyakit pada bayi RSV dapat menyebabkan radang paru-paru
RSV, atau Respiratory Syncytial Virus, adalah virus yang menyerang saluran
pernapasan bayi. Penyakit pada bayi ini lebih berisiko menjangkiti bayi prematur.
Penyakit bayi ini adalah penyebab utama rawat inap gangguan pernapasan anak-
anak di bawah usia 1 tahun. Gejala RSV antara lain pilek, demam, batuk, dan
sesak napas. Gejala-gejala ini dapat berlangsung selama beberapa minggu. Jika
virus menginfeksi saluran bronkus, maka dapat menyebabkan
penyakit bronkitis dan radang paru-paru.

4. Sulit buang air besar


Setelah bayi mengonsumsi makanan padat, penyakit bayi yang umum
terjadi adalah sulit buang air besar. Feses yang keras akan terasa sakit saat ingin
dikeluarkan. Akibatnya, bayi jadi enggan toilet training.

2.1.12. Penyimpangan Tumbuh Kembang Bayi dan Anak


Penyimpangan pertumbuhan anak dapat diketahui dengan cara
pemantauan dan pemeriksaan seksama sejak kehamilan misalnya dengan
memperhatikan kenaikan berat badan ibu setiap bulan dan USG untuk
kemungkinan kelainan organik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai
tanda adanya penyimpangan pertumbuhan. perlu dideteksi secara teliti.

a. Bentuk tubuh, ukuran, simetris atau tidak kepala (fontanella, pembengkakan),


muka (posisi mata bentuk palpebra, pupil., lensa, telinga, bentuk mandibula,
maxilla, hidung dan bibir), dada thorax, jarak puting susu, umbilicus, otot perut,

24
vertebra scoliosis kyphosis, spina dan posisi serta adanya anus. Pada remaja,
bentuk dan ukuran genitalia.payu dara, rambut pubis dan axilla

b. Anthropometri Ukuran tinggi panjang badan, berat badan, lingkaran kepala.


lingkaran lengan. lingkaran dada, panjang lengan tungkai. Data-data pengukuran
yang dilakukan dengan tepat dan benar diplot dan dibandingkan dengan standard
yang sudah disepakati untuk negara bersangkutan atau oleh WHO untuk
digunakan.

e. Gagal tumbuh (Failure to thrive) Terminologi ini sekarang disebut juga sebagai
Growth Deficiency didefinisikan sebagai melambatnya kecepatan tumbuh yang
mengakibatkan garis pertumbuhan memotong 2 garis persentil pertumbuhan
dibawahnya pada kurva pertumbuhan anak.

Penatalaksana nya

1. Anamnesa
Keluhan orang tua dan riwayat tumbuh kembang (lisan dan tertulis kuesioner
skrining perkembangan anak)

2. Pemeriksaan
Observasi dan pemeriksaan (bentuk muka, tubuh, tindak tanduk anak. hubungan
anak dengan orang tuanya pengasuhnya, sikap anak terhadap pemeriksa).

3. Pengukuran anthropometri
Rutin Tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran lengan. Atas
indikasi Lingkaran dada, panjang lengan (rmxper). panjang tungkai, tebal kulit
(skinfold).

4. Penilaian pertumbuhan Plot pada kurva pertumbuhan yang sesuai dengan


standard yang dipakai.

25
5. Penilaian maturitas
Pertumbuhan pubertas (Tanner) Anak perempuan (payudara, haid, rambut pubis)
Anak laki-laki (testis, penis, rambut pubis)
Umur tulang (tone age)

6. Penilaian perkembangan Skrining dengan instrumen Denver II. Munchen,


Bayley Stanford Binnet atau lainnya. Pilihlah test yang paling dikuasai oleh
pemeriksa.

7. Pemeriksaan lain yang diperlukan atas indikasi:

Radiologi: Umur Tulang (Bone Age), Foto tengkorak. CT scan/MRI.


Laboratorium: Darah (umum atau hormonal), urine tergantung penyakit atau
kelainan organik yang mendasari. Fungsi Pendengaran (TDD) Fungsi Penglihatan
(TDL), Funduskopi.Lapong pandang Pemeriksaan otot (EMG).

8. Klasifikasi/Diagnosis Kerja:
Setelah dilakukan skrining kemudian perlu ditetapkan apakah anak termasuk
kategori Normal atau standard milestones ag (terlambat atau terlalu cepat)

9. Rujukan

2.1.13. Bahaya Yang Terjadi Pada Anak Serta Upaya Pencegahannya

Sebenarnya, baik di dalam maupun luar rumah sama-sama bisa


mendatangkan bahaya. Bisa juga si kecil terbentur ujung meja yang tajam hingga
berdarah, atau terjatuh menggelincir dari tangga, hingga tenggelam. Anak lain
yang kebetulan sedang sakit, jatuh dari ketinggian, dan lain sebagainya.
Sebaliknya, anak juga bisa aman baik bermain di dalam maupun ruangan,
selama orang tua sudah memastikan aspek keamanan. Misalnya, bila punya anak

26
kecil, penting untuk menutup stop kontak, memberikan pelindung di ujung meja
dan tempat-tempat tajam.

Sementara saat bermain di luar, orang tua dapat menentukan batas aman,
indikatornya seluas apa, jelas batasnya berada di mana, dan memastikan tak ada
tumbuhan/binatang/benda berbahaya di sana. Jadi tak perlu khawatir berlebihan.
Yang penting, selalu ada orang dewasa yang bertanggungjawab dan mengawasi
saat anak main di dalam maupun di luar rumah. Perhatikan juga pengawasan
yang di berikan.

2.1.14. Kegawat Daruratan Pada Bayi dan Anak

Status epileptikus (SE) adalah keadaan darurat medis yang mengancam


jiwa yang memerlukan pengenalan dan pengobatan yang tepat. Penyebab SE
sangat menentukan mortalitas dan morbiditas pasien, Penyebab spesifik harus
dicari dan diobati untuk mencegah terjadinya kerusakan neuron dan kejang dapat
terkontrol.

Penatalaksanaannya :
SE konvulsivus pada anak adalah kegawatan yang mengancam jiwa
dengan
risiko terjadinya gejala sisa neurologis. Risiko ini tergantung dari penyebab
dan lamanya kejang berlangsung. Makin lama kejang berlangsung, makin
sulit untuk menghentikannya. Oleh karenanya, tata laksana kejang toni klonik
umum lebih dari 5 menit, adalah menghentikan kejang dan mencegah terjadinya
status epileptikus.

27
2.2. Ketrampilan Dasar

2.2.1. Menstimulan Tumbuh Kembang Bayi & Balita

Para orang tua dianjurkan untuk melakukan stimulasi dini secara rutin
serta terusmenerus di setiap kesempatan berinteraksi dengan si kecil, dengan cara
bervariasi dan menyenangkan. Stimulasi pun seharusnya tidak dilakukan dengan
terburu-buru maupun secara paksa kepada anak. Perlu diingat, sikap marah, kesal,
bosan dan sejenisnya yang ditunjukkan orang tua dapat memberikan pengaruh
negatif terhadap emosi anak. Sebab, semua ucapan dan tindakan orang di
sekelilingnya, mudah terekam dalam ingatan bayi dan bisa mendorong mereka
untuk menirunya. Di sisi lain, kreativitas anak dapat berkembang dengan
maksimal apabila orang tua terbiasa menunjukkan sikap demokratis, seperti
mendengarkan dan menghargai pendapat mereka. Mendorong anak
menyampaikan pendapat secara terbuka juga penting. Sikap keterbukaan bisa
memancing anak tertarik untuk mengamati dan menganalisis segala hal di
sekelilingnya. Hal terakhir tentunya juga memerlukan dorongan dari orang tua.

2.2.2. Melaksanakan Penyuluhan Pada Orang Tua Tentang Pencegahan


Bahaya Pada Anak

Anak perlu diasuh dan dibimbing karena mengalami proses pertumbuhan


dan perkembangan. Perkembangan meliputi berbagai aspek kehidupanmanusia,
dan terjadi sebagai hasil interaksi antara faktor bawaan dan faktor lingkungan.
Agarperkembangan itu berjalan sebaik-baiknya, anak perlu diasuh dan dibimbing
oleh orang dewasa, terutama dalam lingkungan kehidupan berkeluarga.

Sebagaimana dijelaskan diatas, perkembangan anak dipengaruhi oelh


faktor bawaan dan factor lingkungan. Kedua faktor itu perlu diperhatikan dalam
mengasuh anak.

28
1. Faktor bawaan
Faktor bawaan adalah sifat yang dibawa anak sejak lahir ada anak
yang penyabar, pemarah, pendiam, banyak bicara, cerdas, bodoh, dll-
Keadaan fisik yang berbeda-beda, ada yang tinggi/pendek, ada yang
berkulit hitam/putih, hidungmancung/pesek, dll. Faktor bawaan dapat
mempercepat, menghambat, atau melemahkan pengaruh faktor
lingkungan. Setiap anak itu unik, artinya bahwa tidak ada satu anak pun
yang persis sama. Dalam mengasuh danmembimbing anak, kita tidak
boleh membandingkan perkembangan anak yang satu dengan yang
lainnya, tanpa memperhatikan sifat mereka masing-masing.
2. Faktor lingkungan
Adalah pengaruh luar atau lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan anak. Faktor lingkungan meliputi suasana lingkungan
dalam keluarga dan hal lain yang berpengaruh dalam perkembangan anak.
Faktor lingkungan dapat merangsang berkembangnya fungsi tertentu dari
anak, sehingga mempercepat perkembangan anak. Namun, faktor
lingkungan juga dapat mmeperlambat atau mengganggukelangsungan
perkembangan anak. Peran orangtua adalah menciptakan lingkungan yang
mendukungperkembangan anak ke arah yang positif.
3. Faktor status nutrisi
Makanan memegang peranan yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena anak sedang tumbuhsehingga kebutuhannya
berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan makanann yang bergizi
akanmenyebabkan retardasi pertumbuhan anak. ASI juga memegang
peranan dalam mencegah anak terserang penyakit. Itu disebabkan karena
ASI disamping mempunyai nilai gizi yang tinggi juga mengandung
berbagai macam zat anti yang melindungianak dari berbagai infeksi.

4. Ciri dan tuntutan perkembangan

Anak akan bergerak dan berbuat sesuatu sesuai dengan


kemauannya sendiri, sehingga ia seolah-olah ingin mencoba apa yang

29
dapat dilakukannya. Tak henti-hentinya ia berjalan kian kemari
denganperasaan senang dan puas, tangannya pun akan meraih segala
sesuatu yang terjangkau olehnya. Anak pun dapat menuntut atau menolak
apa yang ia kehendaki atau tidak ia kehendaki.

5. Sikap orangtua

- Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan hal-
hal yang diperkirakan mampuia kerjakan, sehingga akan menumbuhkan
rasa kemampuan diri. Namun harus bersikap tegas untukmelindungi dari
bahaya, karena dorongan anak berbuat belum diimbangi oleh kemampuan
untukmelaksanakannya secara wajar dan rasional

- Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan


demikian ia akan belajar bagaimanamengikuti aturan permainan. Namun
jangan lupa bahwa dalam bermain atau berhubungan denganorang lain,
anak masih bersifat egoistis, yaitu mementingkan diri sendiri dan
memperlakukan orang lainsebagai obyek atau benda sesuai dengan
kemauannya sendiri

- Banyaklah berbicara kepada anak dalam kalimat pendek yang mudah


dimengerti

- Bacakan buku cerita atau dongeng kepada anak setiap hari, dan
doronglah agar ia mau menceritakankepada anda apa yang ia lihat atau
dengar

- Ajak anak ke taman, toko, kebun binatang, lapangan, atau tempat


lainnya

- Usahakan agar anak membereskan mainannya setelah bermain,


membantu kegiatan rumah tanggayang ringan dan menanggalkan

30
pakaiannya tanpa dibantu. Hal ini akan melatih anak untuk bertanggung
jawab.

- Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu buang air kecil dan buang
air besar pada tempatnya, namun jangan terlalu ketat

- Latihlah anak untuk makan sendiri memakai sendok dan garpu, dan
ajaklah ia makan bersama keluarga

- Berilah alat permainan yang sederhana, dan doronglah agar anak mau
bermain balok-balok ataumenggambar

- Jangan terlalu banyak memberikan larangan. Namun orangtua pun


jangan terbiasa menuruti segalapermintaan anak. Bujuk dan tenangkanlah
anak ketika ia kecewa dengan cara memeluknya danmengajaknya
berbicara.

2.2.3. Pemberian Imunisasi dan Nutrisi Pada Bayi Dan Balita

A. Imunisasi pada bayi dan balita

a. Pengertian imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya


penyakit menular dan juga salah satu upaya untuk menurunkan angka
kematian pada anak. Imunisasi dapat mencegah beberapa penyakit yang
berperan dalam penyebab kematian pada anak. Seperti Tuberculosis,
Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis ini merupakan
(PD3I). Dengan imunisasi, tubuh kita akan terlindung dari infeksi begitu
pula orang lain karena tidak tertular dari kita.

31
b. Tujuan imunisasi

Tujuan dari pemberian imunisasi adalah menurunkan angka


kesakitan, kematian serta kecacatan akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

c. Sasaran Imunisasi

1. Bayi

Jenis Imunisasi Usia pemberian Jumlah Pemberian Interval minimal

a. Hepatitis B

Usia pemberian : 0-7 hari

Jumlah pmberian :1

b. BCG

Usia pemberian : 1 Bulan

Jumlah pemberian :1

c. Polio / IPV

Usia pemberian : 1,2,3,4 bulan

Jumlah pmberian :4

d. DPT-Hb-Hib

32
Usia pemberian : 2,3,4 Bulan

Jumlah pmberian :3

Interval minimal : 4 Minggu

e. Campak

Usia pemberian : 9 bulan

Jumlah pemberian :1

Interval minimal : 4 Minggu

2. Anak batita (usia bawah 3 tahun)

Jenis Imunisasi Usia pemberian Jumlah Pemberian

a. DPT-Hb-Hib

Usia pmberian : 18 bulan

Jumlah pmberian :1

a. Campak

Usia pmberian : 24 bulan

Jumlah pmberian :1

3. Anak Sekolah Dasar (SD) kelas 1 (sederajat) Jenis Imunisasi

33
a. Campak

4. Anak Sekolah Dasar (SD) kelas 2 dan 3 atau (sederajat) jenis imunisasi

1. Imunisasi dasar

a. BCG

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis

b. DPT – HB – HIB
Digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk
rejan), hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara simultan
c. Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infecious,berasal dari HBsAg.
d. Polio
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomieliti
e. Campak
Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

2. Imunisasi lanjutan untuk mempertahankan % tingkat kekebalan atau untuk


memperpanjang masa perlindungan.
3. Imunisasi tambahan diberikan kepada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit.

B. Nutrisi Pada Bayi Dan Balita

Pemenuhan nutrisi pada bayi diberikan secara bertahap sesuai dengan usia.
Makanan utama pada bayi usia 0 – 6 bulan adalah Air Susu Ibu atau pemberian
ASI

34
Eksklusif, sedangkan pada setelah bayi berusia 6 bulan mulai diberikan makanan
pendamping ASI (MP ASI).
a. Pengertian gizi

Gizi adalah suatu proses orgnisme menggunakan makanan yang


dikonsumsi secara 6normal melalui proses digesti, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi, dapat disimpulkan bahwa gizi adalah zat-
zat

makanan yang diperlukan oleh tubuh untuk mencapai pertumbuhan dan


perkembangan yang optimal.
Kebutuhan penting pertama akan nutrisi pada bayi baru lahir adalah ASI.
Makanan untuk bayi sehat terdiri dari ASI, jika ASI tidak mencukupi dapat
diberikan susu formula. Selanjutnya sebagai makanan pelengkap setelah bayi
berusia 6 bulan terdiri dari buah- buahan, biscuit, makanan padat bayi yaitu bubur
susu, nasi tim atau makanan lain yang sejenis, namun pemberiannyasecara
bertahap sesuai dengan usia anak.

b. Pengertian ASI eksklusif


ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain.

c. Kebutuhan Nutrisi

• 0-6 BULAN
Nutrisi bayi yang berusia 0-6 bulan cukup terpenuhi dari ASI saja (ASI
Eksklusif). Hal-hal perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Berikan ASI yang pertama keluar dan berwarna kekuningan (kolostrum)

35
b. Jangan beri makanan/minuman selain ASI

c. Susui bayi sesering mungkin

d. Susui setiap bayi menginginkan, paling sedikit 8 kali sehari

e. Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui.

f. Susui dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian

g. Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi


lainnya

h. Susui anak dalam kondisi menyenangkan, nyaman dan penuh perhatian

i. Dukungan suami dan keluarga penting dalam keberhasilan ASI


Eksklusif.

• 6-8 BULAN
Pada bayi usia 6 – 8 bulan pemberian ASI diteruskan serta pemberian
makanan tambahan mulai diperkenalkan dengan pemberian makanan lumat
dua kali sehari.

Pemberian makanan tambahan diperkenalkan karena keadaan alat cerna sudah


semakin kuat. Makanan yang diberikan pada bayi usia ini harus sudah bervariasi,
terutama dalam memilih bahan makanan yang akan digunakan. Bahan makanan
lauk pauk seperti telur, hati, daging sapi, daging ayam, ikan basah, ikan kering,
udang, atau tempe tahu, dapat diberikan secara bergantian.

• 9-11 BULAN
Pemberian makan pada bayi usia 9-11 bulan adalah sebagai berikut:

36
- Teruskan pemberian ASI

- Berikan MP-ASIyang lebih padat, contohnya: bubur nasi, nasi tim dan nasi
lembek.

• 12-24 BULAN
- Teruskan pemberian ASI

- Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak

- Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi,
lauk-pauk, sayur, dan buah

- Beri makanan selingan kaya gizi 2 x sehari di antara waktu makan (biskuit, kue)
- Perhatikan variasi makanan.

• 24 BULAN KEATAS
- Berikan makanan keluarga 3 x sehari, sebanyak 1/3-1/2 porsi makanan orang
dewasa yang terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur dan buah

- Berikan makanan selingan kaya gizi 2 x sehari di antara waktu makan.

- Perhatikan jarak pemberian makanan keluarga dan makanan selingan

2.2.4. Mengumpulkan Data tentang Riwayat Kesehatan Pada Anak yang


Terfokus Pada Gejala

Sebelum memberikan pelayanan kita harus mengumpulkan data tentang


Riwayat Kesehatan pada anak tersebut terlebih yang memiliki gejala tertentu.
Contohnya, Saat sedang sakit bayi biasanya akan menangis terus-menerus dan
tangisannya pun terdengar lebih kencang. Bayi juga terlihat sering mengantuk

37
dan tubuhnya akan terkulai saat diangkat. Ada beberapa tanda dan gejala lain
yang menunjukkan bayi sedang sakit, di antaranya:

- Kulit tubuh dan wajah bayi tampak pucat, kebiruan, atau kuning
- Muncul ruam kemerahan di kulit
- Muntah, misalnya muntah darah atau muntah berwarna hijau
- Tidak mau menyusu atau makan
- Lebih jarang buang air kecil atau tidak berkemih sama sekali
- BAB berdarah atau terdapat bercak darah di fesesnya
- Demam
- Suhu tubuh bayi turun hingga di bawah 36o Celcius, terutama pada
bayi berusia di bawah 3 bulan
- Kaki dan tangan terasa dingin dan tampak pucat
- Gangguan pernapasan, misalnya napas sesak dan cepat atau napas
berbunyi
- Kejang

Setiap bayi bisa saja sakit atau terkena penyakit tertentu. Namun, ada
beberapa faktor yang dapat membuat bayi lebih rentan sakit, antara lain:

- Bayi lahir prematur, yaitu bayi yang lahir ketika usia kandungan belum
37 minggu
- Riwayat infeksi pada ibu selama kehamilan
- Ibu pernah mengalami demam selama hamil atau menjelang persalinan
- Ketuban pecah dini lebih dari 18 jam sebelum bayi lahir, terutama jika
bayi lahir pada usia kehamilan 37 minggu
- Riwayat konsumsi obat-obatan atau alkohol pada ibu selama
kehamilan

38
2.2.5. Pemerisaan fisik yang berfokus

Pemeriksaan fisik berfokus dalah proses medis yang harus dijalani saat
diagnosis penyakit. Hasilnya dicatat dalam rekam medis yang digunakan untuk
menegakkan diagnosis dan merencanakan perawatan lanjutan. Pemeriksaan fisik
akan dilakukan secara sistematis, mulai dari kepala hingga kaki (head to toe) yang
dilakukan dengan empat cara (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).

Berikut ini adalah beberapa macam pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang
dapat dilakukan dokter atau bidan:

a. Pemeriksaan Apgar

Pemeriksaan Apgar atau Apgar score dapat dilakukan segera setelah bayi
baru lahir. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan warna kulit, detak jantung,
refleks dan kekuatan otot, serta pernapasan bayi. Apgar score tergolong baik jika
nilainya lebih dari 7.

b. Pemeriksaan usia gestasional, lingkar kepala, dan berat badan

Pemeriksaan usia gestasional dilakukan menggunakan penilaian new


Ballard score, dengan tujuan untuk mengetahui apakah bayi terlahir prematur atau
sudah cukup bulan.

c. Pemeriksaan antropometri

Pemeriksaan ini termasuk penghitungan berat badan, panjang badan,


lingkar kepala, bentuk kepala, leher, mata, hidung, dan telinga bayi. Pemeriksaan
ini penting dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat kelainan pada bentuk
kepala atau anggota tubuh bayi baru lahir.

d. Pemeriksaan mulut

39
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir selanjutnya adalah pemeriksaan mulut,
yang meliputi pemeriksaan gusi dan langit-langit mulut. Pemeriksaan ini penting
dilakukan untuk mendeteksi kelainan, seperti bibir sumbing.

e. Pemeriksaan jantung dan paru

Dalam pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan stetoskop untuk


mengetahui apakah detak dan suara jantung bayi dalam kondisi normal atau
sebaliknya. Begitu juga dengan pemeriksaan paru, dokter akan memeriksa laju
pernapasan, pola pernapasan, dan mengevaluasi fungsi pernapasan bayi

f. Pemeriksaan perut dan kelamin

Pemeriksaan perut bayi meliputi bentuk, lingkar perut, dan pemeriksaan


organ-organ di dalam perut seperti hati, lambung, dan usus hingga lubang anus.
Pemeriksaan tali pusat bayi juga termasuk dalam pemeriksaan fisik ini.

Sementara pada pemeriksaan organ kelamin, yaitu memastikan saluran


kencing terbuka dan berada di lokasi yang tepat. Juga akan mengevaluasi testis
dalam kantong zakar, serta bentuk labia dan cairan yang keluar dari vagina bayi.

g. Pemeriksaan tulang belakang

Ini juga merupakan salah satu pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang
penting dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bayi Anda
memiliki kelainan, seperti spina bifida atau cacat tabung saraf.

h. Pemeriksaan tangan dan kaki-

Memeriksa denyut nadi di setiap lengan bayi, serta memastikan tangan dan
kakinya dapat bergerak dengan optimal dan memiliki ukuran berikut jumlah jari-
jari yang normal.

i. Pemeriksaan pendengaran

40
Pemeriksaan pendengaran bertujuan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
gangguan pendengaran. Untuk mengetahui hal ini, dokter akan menggunakan alat
berupa otoacoustic emissions (OAE) atau automated auditory brainstem response
(AABR).

j. Pemeriksaan hipotiroid kongenital

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi apakah bayi mengalami


hipotiroid bawaan. Pemeriksaan ini dilakukan saat bayi berusia 48–72 jam dengan
pengambilan sampel darah untuk memeriksa kadar hormon thyroid stimulating
hormone (TSH).

Untuk Perawatannya Biasanya bayi akan diberikan tetes mata atau salep
untuk mencegah infeksi. Bayi juga harus mendapat suntikan pertama vaksin
hepatitis B dalam kurun waktu 24 jam setelah dilahirkan, serta suntikan vitamin K
untuk mencegah pendarahan.

Kemudian dokter dan bidan akan menganjurkan pemeriksaan fisik lanjutan


ketika bayi berusia sekitar 6–8 minggu. Jangan sungkan untuk menanyakan
kepada dokter mengenai hasil pemeriksaannya, sehingga Anda dapat mengetahui
kondisi kesehatan bayi Anda.

2.2.6. Mengidentifikasi Penyakit Bedasarkan Data dan Pemeriksaan Fisik

Setelah melakukan pengumpulan data dari Riwayat Kesehatan pada anak dan
melakukan pemeriksaan fisik. Selanjutkan harus diidentifikasi penyakit apa yang
menyerang si anak. Ini merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan,
perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatan dan memberikan pelayanan
dengan tepat sesuai indikasi dan Riwayat kesehatannya.

2.2.7. Melakukan Pengobatan Sesuai Kewenangan, Kolaborasi atau Rujukan


Sesuai Indikasi

41
Kewenangan:
- Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K
1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat
- Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
- Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
- Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
- Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah

2.2.8. Menjelaskan Pada Orang Tua Tentang Tindakan yang Dilakukan

Bidan perlu menjelaskan kepada orang tua tentang Tindakan yang


dilakukannya agar orang tua mengetahui keadaan anaknya, tidak cemas dan tidak
terjadi salah paham atas Tindakan tersebut karena petugas mengerjakannya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Bidan juga harus memberikan pengarahan kepada
orang tua dalam merawat dan menjaga anak baik dalam kondisi sakit ataupun
tidak.

2.2.9. Melakukan Pemeriksaan Secara Berkala Pada Anak Sesuai Standar


yang berlaku

Setelah memberitahu kepada orang tua tentang Tindakan apa yang akan
dilakukan, selanjutnya bidan akan melakukan pemeriksaan secara berkala dengan
membuat jadwal kunjungan ulang untuk memantau tumbuh kembang anak juga
agar jika diketahui terjadi masalah dapat ditangani dengan cepat dan tepat.

42
C. Budaya Masyarakat Terkait Asuhan Pada Bayi dan Balita

Bentuk tindakan dan kebiasaan yang dilakukan masyarakat terkait upaya


kesehatan anak, dimulai dari perawatan kehamilan, pertolongan persalinan sampai
dengan perawatan anak pasca kelahiran. Sebagian masyarakat akan melakukan
pemeriksaan kehamilan dengan dukun beranak jika mereka ingin memastikan
kehamilan, mengalami keluhan dan ingin membetulkan letak posisi janin yang ada
dalam kandungan.

Pada kasus kematian bayi dari kehamilan di luar pernikahan, kesadaran


untuk pemeriksaan kehamilan dan menjaga kesehatan bayi juga belum memadai.
Walaupun ada pemeriksaan kehamilan dengan tenaga kesehatan, namun
pemeriksaannya tidak memenuhi standar kesehatan. Pemeriksaan kehamilan
cenderung dilakukan untuk memastikan kehamilan dan pada saat menjelang
kelahiran. Selanjutnya karena faktor malu, pemeriksaan kehamilan pun cenderung
tidak dilakukan pada tenaga kesehatan setempat, tetapi dilakukan dengan tenaga
bidan yang berada di luar wilayahnya. Hal tersebut sebagaimana yang
diungkapkan informan dari tenaga kesehatan berikut:

1. Budaya Praktik Pemberian ASI partisiapn tentang praktik pemberian ASI,


antara lain:
- membersihkan payudara sebelum menyusui

- pemberian ASI esklusif pada bayi

- posisi menyusui bayi

- tentang jadwal pemberian ASI.

2. Budaya Cara Perawatan Tali Pusat

43
Budaya cara merawat tali pusat yaitu berupa alat yang digunakan untuk
membersihkan tali pusat dengan menggunakan betadin dan alkohol.

3. Budaya Perawatan Kulit Pada Bayi

Budaya perawatan kulit pada bayi merupakan cara yang dilakukan setiap ibu
untuk merawat kulit bayi agar tidak kering.

4. Pemberian Imunisasi Pada Bayi

Pemberian imunisasi pada bayi yang telah dilakukan meliputi jadwal pemberian
imunisasi dan macam-macam imunisasi pada bayi.

5. Praktik Memandikan Bayi

Budaya praktik memandikan bayi yang dilakukan meliputi: perlengkapan mandi


bayi dan langkah-langkah memandikan bayi.

Langkahnya adalah:

- Menyiapkan air hangat, handuk, shampo, sabun, dan baju ganti

- Mencuci muka bayi

- Membasahi rambut sampai ujung kaki bayi

- Menyampo dan menyabuni bayi

- Bilas badan bayi dengan air bersih

6. Praktik Menjaga Kestabilan Suhu

Praktik menjaga kestabilan suhu tubuh bayi meliputi:

44
- menjemur bayi

- membedong bayi

- memberikan minyak telon

- memberikan pijatan pada bayi

7. Praktik Pemberian Pakaian Bayi

Praktik pemberian pakaian pada bayi meliputi cara menjaga kebersihan dan
macammacam pakaian pada bayi. Menjaga kebersihan bayi dengan mencuci
bersih pakaian yang akan dikenakan ke bayi, kemudian macam pakaian yang
dikenakan bayi yaitu popok, baju, sarung tangan, sarung kaki dan ada juga yang
masih menggunakan gurita.

8. Budaya Menjauhkan Bayi Dari Gangguan Makhluk Halus

Budaya menjauhkan bayi dari gangguan makhluk halus yang dilakukan


meliputi:

- kepercayaan pada dukun bayi

- menaruh kaca dan gunting

- diberikan pencahayaan

- memakai gurita

- membedong bayi

- memasukan rempah-rempah dalam kendi

- memakai benang, peniti, jarum; dan memakai tulisan arab.

45
46
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut kamus kedokteran Dorland (2003), djelaskan bahwa neonatal


adalah jabang bayi baru lahir hingga berumur empat minggu. Kebutuhan Fisik-
Biologisneonatal meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi,
imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian, pelayanan/pemeriksaan
kesehatan danpengobatan, olahraga, bermain dan beristirahat. Kebutuhan
psikologi neonatalmeliputi kebutuhan asih (kebutuhan emosional), kebutuhan asah
(kebutuhanstimulasi).

Asuhan kebidanan pada neonatus segera lakukan penilaian (selintas)


berikut:

– Apakah bayi menangis kuat dan bernafas tanpa kesulitan?


– Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan resusitasi.

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
ataulebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris.H,2006) Kebutuhan Fisik pada balita meliputi kebutuhan nutrisi,
imunisasi, kebersihan, bermain, aktivitas fisik, tidur. Kebutuhan psikologi pada
balita dengan memberikanrangsangan positif kepada balita, Ajak anak bermain
yang dapat membuatnyagembira atau tertawa, tanggap terhadap kebutuhan balita,
dan lain- lain. Asuhankebidanan pada balita meliputi:

- Melakukan pengkajian atau pemeriksaan pertumbuhan dan


perkembangan anak.
- Penyuluhan kesehatan kepada keluarga: Pemeriksaan rutin/berkala
terhadap bayidan balita, imunisasi, pencegahan kecelakaan, kesehatan
gigi, peningkatankesehatan pola tidur, bermain, peningkatan

47
pendidikan seksual dimulai sejakbalita (sejak anak mengenal
identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan).

Menurut Joyce Engel (1999) Anak usia prasekolah adalah mereka


yang berusiaantara 3-6 tahun. Kebutuhan fisik-biologis pada anak pra
sekolah meliputi nutrisi, imunisasi, kebersihan, bermain, aktivitas fisik,
tidur. Kebutuhan psikologis anak prasekolah meliputi Kasih sayang
orangtua, rasa aman, harga diri, dukungan/dorongan, mandiri, rasa
memiliki, kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan
pengalaman. Asuhan kebidanan pada anak pra sekolah yaitu dengan
mendeteksitumbuh kembang pada anak.

Kebutuhan asuh yaitu kebutuhan neonatus memerlukan nutrisi yang


meliputi ASI, susu formula, dan makanan pendamping ASI sebagai
kebutuhan bayi. Ketiganya digunakan untuk pertumbuhan dan aktivitas
seiring dengan makin bertambahnya usia anak. Produksi ASI relative
tetap, dengan pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat, kebutuhan
nutrisi pada usia toddler, kebutuhan nutrisi pada balita serta kebutuhan
imunisasi. Kebutuhan asah yaitu pada kebutuhan ini diperlukan stimulasi
serta deteksi untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan
dari neonatus, bayi, balita.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat diterima bagi semua pembaca dan dapat
memberikan kritik untuk perbaikan makalah selanjutnya.

48
DAFTAR PUSTAKA

Carbela, Balqis Chintia. 2021. Asuhan Pada Bayi dan Balita.

http://putricaturhandayani.blogspo
t.com
http://bbpsdmk.kemkes.go.id
http://www.sehatq.com
http://repo.unand.ac.id
Anak. Jakarta: Kemenkes. RI.2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Jakarta:

Kemenkes RI.

Marmi, Rahardjo K. 2012, Asuhan neonatus, bayi balita dan anak prasekolah.
Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Muslihatun, WN, dkk. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Wildan, M. Hidayat, A. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2015. Buku Ajar Imunisasi. Cetakan 2. Jakarta:Pusdiklatnakes.

Kemenkes RI. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Cetakan 2.
Jakarta:Pusdiklatnakes.

Roesli Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Satgas imunisasi IDAI. 2005. Jakarta: Pedoman Imunisasi di Indonesia

49

Anda mungkin juga menyukai