Anda di halaman 1dari 20

PIHAK – PIHAK YANG TERKAIT DALAM DETEKSI

TUMBUH KEMBANG ANAK


disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Deteksi
Tumbuh Kembang Anak

OLEH

DINDA AMALIA (2106104210005)

MAGHFIRAH (2106104210025)

RAIHAN ALISA ISMED (2106104210035)

SYIFA PUTRI FAINI (2106104210048)

AMANDA PUTRIA ANGKAT (2106104210049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM-BANDA ACEH

2022
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan ini. Upaya kesehatan yang dilakukan
sejak anak masih dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak
agar mencapai tumbuh kembang yang optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial
serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah di buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB 1....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Balakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................6
ISI..........................................................................................................................................................6
1.1 Pengertian Deteksi Tumbuh Kembang Anak.........................................................................6
1.2 Peran Keluarga dalam Deteksi Tumbuh Kembang Anak.......................................................7
1.3 Peran Guru dalam Deteksi Tumbuh Kembang Anak...........................................................10
1.4 Peran Puskesmas dalam Deteksi Tumbuh Kembang Anak..................................................15
1.5 Peran Rumah Sakit dalam Deteksi Tumbuh Kembang Anak...............................................16
BAB III................................................................................................................................................18
PENUTUP...........................................................................................................................................18
Kesimpulan......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Balakang

Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal yaitu sewaktu
dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akan dapat dideteksi adanya
penyimpangan secara, dini sehingga tindakan koreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang
lebih memuaskan. Dengan kata lain bila penyimpangan ter adi pads usia dini dan dideteksi sedini
mungkin, maka tindakan koreksi akan memberikan hasil yang memuaskan, sedangkan bila
penyimpangan tedadi pads usia dini tetapi bare dideteksi pads usia yang lebih lanjut, hasil koreksi
akan kurang memuaskan. Upaya untuk membantu agar anak tumbuh kembang secara optimal dengan
cars deteksi adanya penyimpangan dan intervensi dini perlu dilaksanakan oleh semua pihak sejak
mulai dari tingkat keluarga, petugas kesehatan mulai dari kader kesehatan sampai dokter spesialis, dan
di semua tingkat pelayanan kesehatan mulai dari tingkat dasar sampai pelayanan yang lebih
spesialistis. Dengan telah adanya program deteksi dan intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh
kembang yang dilaksanakan di masyarakat melalui program posyandu, program Bina Keluarga Balita
(BYB), program di Puskesmas maka sudah harus perlu dipikirkan sistim tatalaksana untuk fasilitas
selanjutnya sebagai sarana rujukan selanjutnya yang termasuk jugs tempat rujukan yang paling akhir
yang dapat menangani secara holistik dan komplit.

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa pengertian deteksi tumbuh kembang anak?


b) Bagaimana peran keluarga dalam deteksi tumbuh kembang anak?
c) Bagaimana peran guru dalam deteksi tumbuh kembang anak?
d) Bagaimana peran puskesmas dalam deteksi tumbuh kembang anak?
e) Bagaimana peran rumah sakit dalam deteksi tumbuh kembang anak?

1.3 Tujuan

a) Mengetahui pengertian deteksi tumbuh kembang anak.


b) Memahami peran keluarga dalam deteksi tumbuh kembang anak.
c) Memahami peran guru dalam deteksi tumbuh kembang anak.
d) Memahami peran puskesmas dalam deteksi tumbuh kembang anak.
e) Memahami peran rumah sakit dalam deteksi tumbuh kembang anak.
BAB II

ISI

1.1 Pengertian Deteksi Tumbuh Kembang Anak

Deteksi dini adalah upaya penyaringan yang dilaksanakan untuk menemukan


penyimpangan kelainan tumbuh kembang secara dini dan mengetahui serta mengenal faktor-
faktor resiko terjadinya kelainan tumbuh kembang tersebut.

Sedangkan intervensi dimaksudnya adalah suatu kegiatan penanganan segera terhadap


adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan keadaan misalnya
perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan yang sesuai,
sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai dengan umumya.

Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai
dengan potensi yang dimiliki oleh anak. Dengan mengetahui penyimpangan tumbuh
kembang secara dini sehingga upaya-upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan serta
pemulihannya dapat dibenarkan dengan ini yang jelas sedini mungkin pada masa-masa peka
proses tumbuh kembang anak sehingga hasilnya dapat diharapkan akan tercapai. Tumbuh
kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai dewasa, yang dipengaruhi
oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang sudah terjadi sejak di
dalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh
kembang anak dapat dengan mudah diamati. Sejak lahir hingga usia kurang lebih dua tahun
perkembangan anak sangat berkaitan dengan keadaan fisik dsn kesehatannya. Perkembangan
kemampuan, terutama motoric, sangat pesat. Perbedaannya sangat terlihat walau hanya dalam
dua tau tiga bulan saja.

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri yang saling berkaitan, yaitu :

a) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan


pertumbuhan.Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf (Kemenkes, 2012).
b) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya (Kemenkes, 2012).
c) Pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ pada masingmasing anak
mempunyai kecepatan yang berbeda (Kemenkes, 2012).
d) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung
cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat badan dan tinggi
badannya serta bertambah kepandaiannya (Kemenkes, 2012).
e) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi
menurut dua hukum yang tetap, yaitu : 1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah
kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (Kemenkes, 2012); 2)
Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang
ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (Kemenkes,
2012).
f) Perkembangan memilki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak
mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tidak bisa terjadi terbalik (Kemenkes RI,
2012).

1.2 Peran Keluarga dalam Deteksi Tumbuh Kembang Anak

Keluarga/ orangtua berfungsi untuk memastikan bahwa anaknya sehat dan aman,
memberikan sarana dan prasana untuk mengembangkan kemampuan sebagai bekal di
kehidupan sosial, serta sebagai media dalam menanamkan nilai sosial dan budaya sedini
mungkin. Orangtua memberikan kasih sayang, penerimaan, penghargaan, pengakuan, dan
arahan kepada anaknya.
Hubungan antara orangtua dan anak sangat penting untuk membangun kepercayaan
terhadap orang lain dan diri sendiri. Selain itu juga dapat membantu perkembangan sosial,
emosional, dan kognitif pada anak. Penelitian menyebutkan bahwa hubungan antara orangtua
dan anak yang hangat, terbuka, dan komunikatif; terdapat batas yang wajar antar usia;
menyampaikan alasan terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan anak, akan meningkatkan
rasa percaya diri dan juga performa di sekolah maupun lingkungan masyarakat. Selain itu
anak akan lebih terhindar dari hal-hal negatif seperti, depresi dan penggunaan narkoba.

Budaya, kepercayaan, tradisi, dan nilai yang dianut dalam suatu keluarga juga
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada orangtua
Cina-Amerika menyebutkan bahwa para orang tua memiliki cukup andil dalam mengatur
tingkah laku anaknya, sehingga masalah terkait penyimpangan perilaku pada anak jarang
dijumpai.

Pada masa remaja-dewasa muda, orangtua memiliki tugas dan peran baru seiring dengan
berubahnya kebutuhan anak pada masa ini. Perubahan yang terjadi pada masa ini adalah
perubahan secara fisik, kognitif, dan juga sosial. Anak akan mulai melepaskan diri dari
ketergantungan pada keluarga dan mulai fokus pada kehidupan sosial di luar rumah.
Tantangan bagi orangtua adalah bagaimana harus menyeimbangkan antara mempertahankan
ikatan dalam keluarga dan meningkatkan otonomi anak seiring dengan bertambahnya usia
dan pendewasaan pada anak. Dalam suatu penelitian disebutkan bahwa orangtua yang tetap
mempertahankan komunikasi yang baik dan hangat memiliki anak dengan luaran lebih baik
dalam kehidupan sosialnya, tidak menggunakan narkoba, mengalami gangguan cemas dan
depresi yang lebih sedikit daripada anak dengan orangtua yang tidak menjaga komunikasi
pada masa remaja-dewasa muda.

Keberhasilan tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, mulai dari
lingkungan keluarga hingga masyarakat luas. Peran keluarga utamanya orangtua sangat
penting dalam membentuk lingkungan keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan
pengertian. Mengapa peran keluarga utamanya orangtua sangat penting? Lingkungan paparan
pertama dan tersering bagi anak-anak adalah keluarga. Pembentukan karakter dan proses
tumbuh kembang pertama kali dimulai dari sini. Anak-anak harus dipersiapkan sedini
mungkin untuk menjadi penentu kehidupannya nanti. Harus dipersiapkan untuk bisa
membuat keputusan sendiri dan tumbuh menjadi pribadi yang kompeten di masyarakat.
Proses ini dapat didapatkan sedini mungkin tergantung pada lingkungan tempat tinggal anak
dibesarkan. Kondisi yang optimal di rumah, pemenuhan nutrisi yang cukup, dan interaksi
antar orangtua maupun dengan anak sangat mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak.
Orangtua bertanggungjawab untuk menyediakan lingkungan yang aman, memantau aktivitas
anak, membantu mengembangkan emosi sosial dan kognitif, serta menyediakan arahan dan
panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyediakan lingkungan rumah yang aman
dan kondusif, anak akan senang bermain, mengeksplorasi hingga menemukan berbagai hal
baru yang dapat meningkatkan level perkembangan kognitif, sosial, dan emosional.
Harapannya kelak dapat menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan produktif.

Tugas dan peran keluarga:

 Memantau tumbuh kembang anak sesuai kelompok umur dengan memanfaatkan sarana
yang ada, seperti: KMS balita, Kartu Kembang Anak, Kalender Tumbuh Kembang
Anak.
 Melakukan stimulasi terhadap anak sesuai dengan tingkat perkembangan perkembangan
anak.
 Melaporkan dan membahas tingkat perkembangan anak dengan kader Posyandu/BKB.
 Melaksanakan stimulasi sesuai nasehat kader BKB/Posyandu dalam rangka
meningkatkan kemampuan anak.

Tugas dan peran Kelompok BKB:

 Memantau tumbuh kembang anak melalui ibu balita pada setiap pertemuan kelompok
dengan menggunakan sarana yang ada (13 LS balita, Kartu Kembang Anak, Kartu Asuh
Ibu, dll.)
 Memberikan penyuluhan dan cara stimulasi kepada ibu balita sesuai dengan kelompok
umur anak.
 Melakukan rujukan bagi setiap anak dengan penyimpangan tumbuh kembang.
 Untuk melaksanakan tugas dan peran tersebut di atas, diperlukan alat/instrumen yaitu:
1. Keluarga:

 Kalender Tumbuh Kembang Balita.


 Kartu Menuju Sehat (KMS).
 Kartu Kembang Anak (KKA).
 Buku pedoman Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak bagi
keluarga.

2. Kelompok BKB:

 Alat Permainan Edukatif.


 Kartu Asuh Anak.
 Kartu Kembang Anak.
 KMS Balita.
 Buku Paket Penyuluhan BKB

1.3 Peran Guru dalam Deteksi Tumbuh Kembang Anak

Guru merupakan komponen terpenting ketika mengadakan kegiatan proses belajar


mengajar di sekolah. Walaupun demikian, guru merupakan sosok yang dapat ditiruh, digugu
dan diteladani baik dari segi pengetahuan maupun kepribadiannya. Oleh karena itu, seorang
guru sangat berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku baik itu di luar sekolah
maupun dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, peran guru sangat penting dalam hal
membangun imajinasi anak sehingga dapat menghasilkan suatu karya yang bagus. Guru
merupakan salah satu orang yang sangat terdekat dengan anak didik setelah orang tua.
Bahkan tidak sedikit anak yang lebih dekat dengan guru dan lebih sering menuruti perintah
guru dibandingkan perintah orang tua. Oleh karena itu, guru memiliki posisi yang sangat
strategis dalam mengupayakan perkembangan kreativitas anak didik. Disisin lain, guru juga
merupakan motivator bagi anak didik. Dalam kegiatan belajar-mengajar motivasi kepada
anak didik merupakan daya penggerak dalam diri anak yang menimbulkan keinginan belajar
yang mengara pada terwujudnya tujuan yang dikehendaki. Berikut ini adalah beberapa upaya
guru dalam mengembangkan kreativitas anak diantaranya adalah melalui proses
pembelajaran di sentra.
a) Sentra IMTAQ. Merupakan sentra yang memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk belajar nilai dan aturan agama. Hal ini dapat mengembangkan keimanan dan
ketakwaan anak didik melalui pembiasaan sehari-hari. Dengan demikian, fokus pada
sentra ini adalah mendukung anak didik untuk mengenal dan membangun kosep-konsep
Al-Quran, doa-doa dan hadits (.Mukhtar Latif, 2014, pp. 134-135). Dengan adanya
sentra ini, TK Islam Terpadu Salsabila Al-Muthi’in dapat menanamkan nilai-nilai
keagamaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti bernyanyi, menghafal
doa-doa sehari-hari, surat-surat pendek dalam Al-Quran, shalat, wudhu dan hadits. Oleh
karena itu, sentra IMTAQ bertujuan untuk membangun kemampuan beragama anak dan
membentuk pribadi yang cerdas sesuai dengan norma agama.
b) Sentra Bahan Alam. Merupakan sentra yang dapat merangsang dan mengembangkan
kecerdasan anak dengan melalui pemanfaatan bahan-bahan yang ada dilingkungan
sekitar. Bahan-bahan tersebut berupa daun, ranting kayu, pasir, biji-bijian, rumput,
lumpur, tanah liat, air, dan sebagainya. Disini anak bermain dengan cara menjelajahi
bahan-bahan alami, menciptakan, berpikir dan berkomunikasi serta melatih motorik
halus dan kasar (Martuti, 2010, p.84). Proses pembelajaran di sentra bahan alam
memiliki tujuan untuk memberikan pengalaman kepada anak didik untuk bereksplor
dengan berbagai materi. inan belajar yang mengara pada terwujudnya tujuan yang
dikehendaki. Berikut ini adalah beberapa upaya guru dalam mengembangkan kreativitas
anak diantaranya adalah melalui proses pembelajaran di sentra. Di sentra bahan alam
anak didik bermain sambil belajar untuk menunjukan kemampuan, membandingkan dan
membedakan. Dengan bereksplorasi, bereksperimen dan berimajinasi. Seperti membuat
gunung dengan cat air.
c) Sentra Peran. Merupakan suatu ragsangan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal
anak melalui permainan, kerja sama, main peran, pemecahan masalah, serta penyelesaian
konflik. Permainan di sentra peran terbagi menjadi dua yaitu bermain peran kecil dan
bermain peran besar (Martuti, 2010, p.84). Dalam proses pembelajaran di sentra peran,
guru TK Islam Terpadu Salsabila Al-Muthi’in memberikan arahan sebelum
pembelajaran. Arahan tersebut berupa penjelasan terkait dengan proses pembelajaran
yang akan berlangsung. Dengan bermain peran, anak dapat berimajinasi sendiri sesuai
dengan peran yang ia dapatkan seperti berperan sebagai dokter, perawat, pasien, bidan,
guru, polisi, tentara dan yang lainnya.
d) Sentra Balok. Merupakan sentra yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dengan menggunakan media pembangunan
terstuktur. Di dalam sentra balok terdapat berbagai macam bentuk balok, lego, replika
hewan, replika manusia, mobil-mobilan, kertas, spidol, keranjang dan berbagai alat
permainan lainnya. Pembelajaran yang ada di sentra balok sangat membantu
perkembangan anak didik dalam mengembangkan kreativitas dan keterampilan
berkonstruksi. Selain itu, pembelajaran di sentra balok dapat mengembangkan
kemampuan visual dan matematika anak didik. Dalam hal ini, banyak sekali berbagai
bentuk balok dengan ukuran seperti segi tiga, persegi dan geometri, sehingga dapat
menarik perhatian anak didik untuk belajar berkreasi sesuai dengan imajinasi.
e) Sentra persiapan. Sentra yang merangsang dan mengembangkan kecerdasan bahasa dan
kecerdasan matematika. Kecerdasan bahasa dikembangkan melalui berbicara,
mendengar, bernyanyi, berdeklamasi, membaca, menulis, dan bercerita. Sedangkan
kecerdasan matematika dirangsang memalalui kegiatan mengenal angka, menghitung,
membedakan bentuk dan warna, menganalisis data atau mengkategorikan benda-benda.
Pembelajaran sentra persiapan berfokus untuk memberikan pembelajaran kepada anak
didik untuk mengembangkan kemampuannya. Kemampuan tersebut berupa matematika,
pra menulis, pra membaca, mengurutkan, mengklasifikasikan dan mengelompokan
berbagai aktivitas lainnya untuk mendukung perkembangan kognitif anak didik.
f) Sentra Seni. Sentra seni merupakan sentra yang memberikan kesempatan kepada anak
dalam mengembangkan keterampilan dan berkarya. Kegiatan yang dapat dilakukan
adalah menggambar, melukis, mewarnai, menggunting, menempel, dan lain sebagainya.
Sentra seni memiliki fokus memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
mengembangkan berbagai keterampilannya. Keterampilan tersebut berupa keterampilan
tangan dengan menggunakan berbagai bahan dan alat seperti melipat, menggunting,
mewarnai, melukis dan menggambar.
g) Sentra Ekstra. Proses pembelajaran di luar jam belajar mengajar. Pembelajran ekstra
dapat memberikan wadah bagi anak didik yang memiliki minat dan bakat untuk
mengikuti kegiatan tersebut melalui bimbingan dan pelatihan guru. Kegiatan ekstra dapat
membentuk sikap positif kreativitas terhadap anak didik. kegiatan ini berupa ekstra lukis,
drum band dan angklung.

Guru merupakan pelaksana dalam berbagai kegiatan di sekolah, terutama dalam lembaga
pendidikan anak usia dini. Guru sebagai pendidik harus mampu menjadi tauladan yang baik
bagi anak didiknya. Peran guru disini sangat berpengaruh dalam keberhasilan sebuah
lembaga. Adapun peran-peran tersebut berikut: Guru sebagai Pendidik Guru adalah pendidik
yang menjadi tokoh panutan, dan identifikasi bagi anak didik dan lingkungan sekitar pada
umunya. Oleh karena itu, untuk menjadi guru PAUD harus mempunyai standar kualitas
pribadi tertentu yang mencakup pengembangan kreativitas, tanggung jawab, wibawa,
mandiri, dan disiplin

1) Guru sebagai Motivator


Motivator merupakan dorongan untuk melakukan aktivitas tertentu. Dalam
pendidikan motivasi berarti dorongan serta dukungan untuk melakukan aktivitas
belajar. Dengan demikian motivasi ini mengarah kepada pendidikan bahwa dalam
setiap keputusan menggunakan metode pendidikan yang melibatkan motivasi anak
didiknya agar aktif dalam belajar (Ahmad Izzan & Saehudin, 2012, p.149). Proses
pembelajaran akan berhasil mana kala anak didik mempunyai motivasi dalam belajar.
Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar kepada anak didik. Untuk
memperoleh belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan semangat
belajar anak didik, sehingga terbentuk perilaku belajar yang efektif.

2) Guru sebagai Penasehat


Guru adalah seorang penasehat bagia peserta didik, bahkan bagi orang tua. Untuk itu,
sangat dibutuhkan seorang guru yang bertindak sebagai penasehat yang siap
membantu anak didik yang mengalami kesulitan. Dalam proses pembelajaran guru
bertindak sebagai penasehat yaitu memberikan nasehat dan motivasi serta bimbingan
kepada anak didik. Dengan demikian, peran tersebut dapat membentuk kepribadian
dalam berpikir posotif oleh anak didik.
3) Guru sebagai Teladan
Keteladanan memiliki peran yang sangat signifikan dalam upaya mencapai
keberhasilan di lembaga pendidikan. Oleh karena itu keteladanan ini berupa contoh
yang baik kepada anak didik, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan. Begitupun
keteladanan yang dilakukan oleh guru yaitu selalu memberikan contoh kegiatan yang
menumbuhkan kreativitas anak didik seperti membuat mobil lalu anak mencontohkan
sesuai imajinasi dari masing-masing anak didik.

4) Guru sebagai Pengajar


Kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi,
kematangan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Sebagai
pengajar guru lebih ditekankan pada aspek penyampaian ilmu baru bagi anak didik.
Peran ini tidak dipahami secara kaku bahwa menyampaikan ilmu harus menggunakan
metode ceramah. Akan tetapi, guru memiliki tanggung jawab untuk merancang
pembelajaran, pelaksana dan penilaian hasil kegiatan anak didik (E. Mulyasa, 2007,
p.38). Sama halnya dengan menggali kreativiias. Anak didik tercermin dari kegigihan
guru dalam mengajar untuk menemukan makna dari kegiatan tersebut. Peran ini
menunjukan bahwa mereka sangat menekankan kepada anak didik terhadap kegiatan
yang mereka lakukan. Dampak dari model pembelajaran semacam ini menjadikan
anak didik memahami secara mendalam baik itu konsep maupun pelaksanaannya.
Guru sebagai Pembimbing Guru pmbimbing di ibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan dengan pengetahuan dan pengalamannya. Istilah perjalanan tersebut tidak
hanya menyangkut perjalanan fisik tetapi juga menyangkut perjalanan mental,
emosional, kreativitas, moral dan spiiritial yang lebih dalam. Dalam proses
pembelajaran sebagai pembimbing sangat dibutuhkan oleh anak didik dalam
mengoptimalkan dan mengarahkan tahap perkembangannya anak didik baik itu
perkembangan emosional, kognitif, kreativitas, moral, maupun spiritual.

5) Guru sebagai Pelatih


Guru sebagai pelatih diarahkan agar mampu memberikan pembelajaran dalam aspek
kreativitas, kognitif maupun motorik. Pelatihan yang dilakukan untuk memperhatikan
kompetensi dasar, materi dan memperhatikan perbedaan anak didik serta
lingkungannya. Pelatihan yang dilakukan oleh guru tercermin dari setiap tindakan
yang dilakukannya. Hal ini, dengan menekankan kepada anak didik untuk
berkreativitas dalam proses belajar mengajar. Selain itu, guru berusaha keras untuk
melatih anak didik untuk mencoba sesuai dengan imajinasinya.

6) Guru sebagai Pengevaluasi


Penilaian atau evaluasi merupakan aspek perkembangan yang paling kompleks karena
melibatkan banyak latar belakang. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian. Karena
penilaian merupakan proses menetapkan kualitas belajar untuk menentukan tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran anak. Kemampuan mengevaluasi sangat dibuthkan
karena tidak ada pembelajran tanpa evaluasi sebagai alat penentu tercapai
pembelajaran. Sebagai mengevaluasi dalam kegiatan belajar mengajar merupakan
bukti kongkrit bahwa proses evaluasi yang dilakukan sejalan dengan pembelajaran
yang dilakukan oleh anak didik. Oleh karena itu, evaluasi yang dilakukan oleh guru
merupakan upaya untuk meperbaikan kualitas anak didik, baik dalam proses maupun
hasilnya

1.4 Peran Puskesmas dalam Deteksi Tumbuh Kembang Anak

Tugas dan peran Puskesmas:

1) Pelayanan Balita dan Anak Prasekolah (Apras).


a) Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan dirujuk dengan
cara: Mempelajari tumbuh kembangnya dalam KMS; Melakukan pemeriksaan
antropometri dan rrencatat pads gmfik KMS; Melakukan deteksi dini dengan
menggunakan pedoman tumbuh kembang anak dan kartu tumbuh kembang;
Menilai tumbuh kembang anak secara individu.
b) Menegakkan diagnose penyimpangan tumbuh kembang balita dan apras yang
berkunjung dan dirujuk.
c) Melakukan intervensi pada kelainan/gangguan clan masalah/penyimpangan
tumbuh kembang berupa: Intervensi pelayanan kesehatan sesuai dengan pedoman
program (ISPA, Diane, Campak, Malaria, Anameia, Infeksi Telinga) dan terhadap
penyaldt lainnya sesuai dengan buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas
serta buku pedoman kerja Puskesmas; Intervensi penyimpangan tumbuh kembang
di tingkat pelayanan dasar. Penanganan:
 Penanganan langsung pada:
- Kelambatan motorik kasar; Gangguan bicara karena, kurang latihan;
Gangguan moiorik halus;
- Sosialisasi yang kurang;
- Malnutrisi dan anemia diberikan makanan tambahan dan sirup besi.
- Anak dengan berat badan di atas batas normal perlu diberi nasehat
pembenan makanan seimbang.
- Anak dengan kelainan khusus seperti: Muntah tanpa gangguan organic;
Gangguan buang air besar; Cengeng berlebihan, penakut; Mengompol
pada anak di atas 5 tahun.

Kasus-kasus, tersebut ditangani mengacu pada buku pedoman pelayanan


kesehatan jiwa di puskesmas dan rumah sakit

 Merujuk kasus-kasus penyimpangan tumbuh kembang seperti:


- Autisme.
- Hiperaktif dan gangguan berkonsentrasi.
- Pengukuran lingkaran kepala anak (PLKA) tidak normal.
- Kelainan-kelainan benwWfungsi tubuh (hidrosefalus, spina, bifida,
strabismus).
- I-Epotiroidea.
- Perawakan pendek.
- Perawakan tinggi.
- Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani langsung
 Konseling (support dan maintenance untuk kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani lebih lanjut).
2) Pembinaan Kader, guru TK, pengelola TPA, pengelola Bina, Anaprasa (Bina. Anak
Prasekolah Desa)
1.5 Peran Rumah Sakit dalam Deteksi Tumbuh Kembang Anak

Tugas dan peran Rumah Sakit Kabupaten:

1) Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan dirujuk ke rumah
sakit.
2) Menegakkan diagnosis secara multidisipliner penyimpangan tumbuh kembang balita
yang berkunjung dan dirujuk.
3) Melakukan intervensi secara multidisipliner.
4) Merujuk penderita ke Rumah Sakit tipe B/Afinstansi kompeten.
5) Metaksanakan koordinasi dalam menegakkan diagnosis dan melaksanakan.
Intervensi.

Sarana dan prasarana:

Setiap Rumah Sakit Kabupaten ada unit pelayanan kesehatan anak terpadu yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu/keahlian yang dinamakan Klinik Tumbuh Kembang Anak.

Adapun tujuan Klinik Tumbuh Kembang Anak adalah sebagai berikut :

a. Tujuan umum: Mengoptimalisasikan tumbuh kembang anak sesuai dengan potensi dan
keterbatasannya.
b. Tujuan khusus: Mendeteksi, mendiagnosa, menstimulasi, mengobati, dan 'follow-up'
anak yang dirujuk ataupun datang sendini dengan penyimpangan tumbuh kembang;
Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani setempat ke pusat - rujukan yang lebih
lengkap atau instansi yang berkompeten atau Yayasan khusus sesuai dengan kasus yang
ditangani.

Tim Klinik Tumbuh Kembang terdiri atas:

 Dokter Anak.
 Dokter Kebidanan
 Dokter Ahli Syaraf.
 Dokter Ahli Radiologi.
 Ahli Gizi.
 Ahli Fisioterapi.
 Dokter Ahli Mata.
 Dokter Ahli THT.
 Psikolog.

Untuk semua anggota tim perlu ditanamkan konsep Klinik Tumbuh Kembang dan Rumah
Sakit Kabupaten yang sudah mempunyai tim seperti di atas akan dapat menjadi pusat rujukan
baik dari Puskesmas maupun dari Rumah Sakit Kabupaten lain yang belum lengkap.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Telah diuraikan tatalaksana kegiatan deteksi dini dan intervensi
penyimpangan tumbuh kembang anak mulai tmgkat keluarga/kelompok BKB sampai
ke Rumah Sakit Kabupaten.
Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang anak, maka pelayanan yang memadai perlu dipersiapkan
secara baik mulai dari tingkat pelayanan dasar sampai tingkat pelayanan yang lebih
tinggi. Hal ini penting oleh karena kemungkinan adanya kasus rujukan yang seharusnya
akan mendapat pelayanan yang lebih memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Parents, Families, and Home-based Early Child Development
WHO, 2000, Family and community practice that promote child survival, growth and
development, Geneva
Sartika M, Erni. 2019. Peran Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Di
TK Islam Terpadu Salsabila Al-Muthi’in Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Ardy Wiyani, Novan. 2014. Mengelolah & Mengembangkan Kecerdasan Sosial &Emosional
Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Izzan, Ahmad & Saehudin. 2012. Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan.
Banten: Pustaka Aufa Media.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Latif, Muktar. dkk. 2014. Orentasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Ma’mur Asmani, Jamal. 2015. Panduan Praktis Manajemen Mutu Guru PAUD. Yogyakarta:
Diva Press.
Mutiah, Dian. 2012. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Mediab Group.
Najib, Muhamad, dkk. 2019. Manajemen Strategi Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Gava media.

Anda mungkin juga menyukai