Disusun oleh :
KELOMPOK 5
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena berkat hidayah-Nya kami
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini kami
susun sebagai tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak dengan tujuan agar mahasiswa
dapat lebih memahami mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada dr. Ferry Mulyadi, SpA selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Kesehatan Anak dengan materi Penilaian Dan Stimulasi Tumbuh Kembang, beserta teman-
teman yang ikut dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam menyusun makalah ini, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah hal yang paling penting. Mengetahui
dan memahami tumbuh kembang anak tidak hanya melihat dari satu aspek saja,
pemberian nutrisi atau gizi pada anak, tetapi lebih dari itu tumbuh kembang anak juga
harus dilihat dari berbagai aspek, seperti faktor keturunan, kejiwaan, aturan dalam
keluarga dan proses pembelajaran termasuk didalamnya pendidikan keluarga dan
agama. Dalam hal ini perhatian orang tua lebih difokuskan pada pertumbuhan secara
fisik dan stimulasi psikososial di sini sangat berperan dalam pembentukan
perkembangan anak. Stimulasi psikososial merupakan perkembangan anak yang
ditinjau dari aspek psikososial, bahwa pada masa ini anak dalam perkembangannya
dipengaruhi oleh lingkungan sosial (Hidayat, 2005:29).
Kebutuhan stimulasi (asah) ini sangat membantu dalam proses pembelajaran dan
pencapaian dalam pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Stimulasi ini dapat
berupa latihan atau bermain. Pembentukan kecerdasan ini harus ada interaksi dengan
lingkungan sejak dini (Hidayat, 2011:51). Kecerdasan terbentuk dari interaksi antara
faktor internal dengan lingkungan. Faktor lingkungan termasuk di dalamnya
lingkungan dalam keluargan dan luar keluarga (Candriyani, 2009:14-19).
4
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui
penyakit penyakit yang potensial dapat mengakibatkan gangguan perkembangan
anak. Karena deteksi dini kelainan perkembangan anak sangat berguna, agar
diagnosis maupun pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh
kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin. Sayangnya banyak ahli
kesehatan yang percaya bahwa tidak banyak yang dapat dikerjakan untuk
mengatasi kelainan ini dan mereka percaya pula bahwa kelainan yang ringan dapat
normal dengan sendirinya. Sikap seperti ini dapat menghambat pemulihannya,
bahkan pada kasus kasus tertentu dapat mengakibatkan cacat yang permanen, yang
seharusnya dapat dihindari.
6
Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui adanya masalah
pada perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosis pasti dari kelainan tersebut
telah ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh
kembang anak sehari hari, yang dapat memberikan petunjuk kalau ada sesuatu yang
perlu mendapat perhatian. Sehingga masih diperlukan anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosis
dapat dibuat, supaya intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sebaik baiknya.
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita. Karena pada masa ini
pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan bahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya Perkembangan moral beserta dasar dasar
kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap penyimpangan
perkembangan sekecil apapun pada masa ini akan mempengaruhi kualitas sumber
daya manusia kelak dikemudian hari.
7
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar dasar kepribadian
manusia, kemampuan berfikir, pengindraan, keterampilan berbahasa dan berbicara,
bertingkah laku sosial dan lain-lainnya. Ada dua faktor yang mempengaruhi proses
tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu:
1. faktor dalam
Yaitu faktor faktor yang ada pada diri anak itu sendiri baik faktor bawaan
maupun faktor yang diperoleh, termasuk disini antara lain: Hal hal yang
diturunkan dari orang tua, kakek nenek atau generasi sebelumnya. Misalnya
warna rambut dan bentuk tubuh. Unsur berfikir dan kemampuan intelektual.
Misalnya kecepatan berfikir. Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh. Misalnya:
kekurangan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
anak. Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu. Misalnya: pemalu, pemarah,
tertutup, dan lain lain.
2. Faktor luar
a. Keluarga
Sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak,
hubungan orang tua dengan anak, hubungan antara saudara, dan lain-lain.
b. Gizi
Kekurangan gizi dalam makanan menyebabkan pertumbuhan anak
terganggu yang akan mempengaruhi perkembangan seluruh dirinya.
c. Budaya setempat
Asuhan dan kebiasaan dari suatu masyarakat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya kebersihan lingkungan,
kesehatan, pendidikan.
d. Teman bermain dan sekolah
Ada tidaknya teman bermain. Tempat dan alat bermain, kesempatan
pendidikan disekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak bisa berbeda beda,
namun demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang perlu
dicapai seorang anak pada umur tertentu. Adanya patokan tersebut
8
dimaksudkan agar anak yang belum mencapai tahap kemampuan tertentu itu
perlu dilatih berbagai kemampuan untuk dapat mencapai perkembangan
yang optimal. Ada aspek yang perlu dibina dalam menghadapi masa depan
anak, yaitu:
1. Perkembangan motorik kasar dan motorik halus Yang dimaksud gerakan
(motorik) adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh
tubuh. Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari
unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan perkembangan
tersebut erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik anak. Pada
anak, gerakan ini dapat secara lebih jelas dibedakan antara gerakan
motorik kasar dan halus."
9
Salah satu kegiatan yang dilakukan di posyandu adalah penimbangan bayi dan
balita. Pertumbuhan anak dalam usia dini, yaitu masa balita terutama bayi sangat
pesat terjadi. Secara garis besar, berat badan bayi usia 6 bulan tumbuh 2 kali lipat
dibandingkan berat badan lahir. Dengan penimbangan dan pengukuran yang rutin
dilakukan dalam mendeteksi secara dini ketidak normalan (Jauhari, 2000)
Kecukupan gizi pada anak manifestasinya dapat dilihat dari pertumbuhan anak.
Penilaian terhadap pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan berbagai cara salah
satunya adalah pengukuran antropometrik. Adapun parameter ukuran
antropometrik yang dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik adalah tinggi badan,
berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan,
proporsi tubuh, lingkar kepala dan panjang tungkai (IDAI, 2011).
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting pada masa bayi dan
balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan
yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik saat ini
untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap
perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan dapat diulangi. Keadaan gizi
10
adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi
dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat daritersedianya
zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa, 2002).
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan
sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrient (Beck dalam creasoft, 2008).
Menurut Supariasa (2002), Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika
jaringan tubuh jenuh oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimal. Kondisi
ini memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang
tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup kelebihan dan
kekurangan zat gizi. Kelompok bayi dan anak balita adalah salah satu kelompok
umur yang rentan terhadap penyakitpenyakit kekurangan gizi, oleh sebab itu
indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah dengan
melalui pengukuran status gizi balita (Supariasa, 2002).
Kurang gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah atau masyarakat
bahkan keluarga. Artinya andaikata disuatu desa terdapat sejumlah anak yang
menderita gizi kurang dan tidak segera menjadi perhatian karena anak tampak tidak
sakit. Faktor timbulnya gizi kurang pada anak balita lebih kompleks, maka upaya
penanggulangannya memerlukan pendekatan dari berbagai segi kehidupan anak
secara terintegrasi. Artinya tidak hanya memperbaik aspek makanan saja tetapi juga
lingkungan hidup anak seperti pada pegasuhan, pendidikan ibu, air bersih dan
kesehatan lingkungan, mutu layanan kesehatan dan sebagainya (Supariasa, 2002).
11
Risiko biomedik yang berpotensi untuk menghambat tumbuh kembang antara lain:
prematuritas, perdarahan intrakranial, hambatan pertumbuhan intrauterin,
ensefalopati iskemik hipoksik, hipoglikemia, polisitemia, hiperbilirubinemia,
kelainan kongenital,infeksi, kejang neonatal, ibu pengguna NAPZA dll.
b. Umur 0 – 4 tahun
Pada umur 2 – 3 bulan terlihat peningkatan penggunaan glukosa di korteks
parietal, temporal dan korteks visual primer, basal gangila serta hemisfer
serebelum. Perubahan ini bersamaan dengan peningkatan kemampuan
integrasi visuospasial dan visuosensorimotor. Pada umur 6 – 8 bulan korteks
frontal bagian lateral dan inferior secara fungsional lebih aktif, dan pada
umur 8 – 12 bulan bagian dorsal dan medial korteks frontal menunjukkan
peningkatan penggunaan glukosa. Perubahan metabolisme pada korteks
frontal muncul bersamaan dengan munculnya perilaku kognitif bayi,
misalnya mengenali orang asing, peningkatan kemampuan membedakan
gambar. Peningkatan ini juga bersamaan dengan perluasan daerah dendrit
dan peningkatan percabangan kapiler di korteks frontal. Pada umur 3 –4
tahun peningkatan metabolisme mencapai 2 kali tingkat dewasa di korteks
serebri. Di basal ganglia dan talamus peningkatan tidak setinggi korteks
serebri, sedangkan di batang otak tidak terlihat perubahan.
c. Umur 4 – 10 tahun
Tingkat metabolisme glukosa di korteks tidak meningkat lagi, tetapi tetap
tinggi ( 2 kali dewasa). Hal ini sesuai dengan penelitian aliran darah serebral
13
anak umur 3 – 11 tahun sekitar 1,8 kali dewasa muda, sedangkan
penggunaan oksigen otak sekitar 1,3 kali dewasa muda.
d. Umur 10 – 18 tahun
Mulai umur 9 tahun tingkat metabolisme glukosa korteks serebri menurun
dan mencapai tingkat metabolisme dewasa pada umur 16 – 18 tahun. Semua
daerah di korteks serebri menunjukkan tahapan perkembangan yang hampir
sama, yang berbeda hanya di basal ganglia dan talamus, sedangkan di
batang otak tidak menunjukkan perubahan yang bermakna.
2. Jenis Stimulasi
Tidak semua jenis stimulasi mempunyai effektifitas yang sama, bahkan
bayi-bayi yang mendapat stimulasi yang sama menunjukkan hasil yang
berbeda. Berbagai parameter stimulasi perlu dipertimbangkan, termasuk
jumlah, tipe, saat, pola, kualitas stimulasi, disamping berbagai faktor risiko
yang ada pada bayi.Umumnya untuk bayi dianjurkan pendekatan
14
rangsangan multimodal yang meliputi rangsang 1 taktil (pijat, fleksi
ekstensi, posisi), vestibular kinestetik (menggoyang, mengayun),
pendengaran (menyanyi, musik, rekaman susra ibu, irama jantung ibu), dan
visual (gerakan, warna, bentuk)Tetapi konon stimulasi multimodal lebih
banyakmenimbulkan stres pada bayi daripada stimulasi cara
tunggal.Sebelum umur 3 tahun stimulasi diarahkan untuk mencapai semua
aspek perkembangan (penglihatan, pendengaran, kognitif, sosial-
kemandirian,gerak halus, kasar). Sesudah umur 3 tahun stimulasi diarahkan
lebih spesifik untuk kesiapan akademik: menggambar, mengenal bentuk,
huruf, angka,menulis, membaca, berhitung, disamping emosi-sosialdan
kemandirian.
3. Intensitas
Program yang lebih intensif akan memberikan hasil yang lebih besar. Anak
dan orangtua yang lebih aktif dan teratur mengikuti program menunjukkan
kemajuan yang lebih besar. Secara individual isyarat perilaku bayi dapat
digunakan sebagai penentu intensitas yang cocok untuk bayi Tanda
ketegangan atau perilaku yang menghindar menunjukan stimulasi harus
dihentikan. Stimulasi yang berlebihan akan memperburuk ketidakstabilan
sistem saraf otonom yang dapat menimbulkan hipoksia, apne dan bradikardi
pada bayi prematur.12 Intervensi yang dilakukan setiap hari dan dimonitor
setiap bulan selama 3 tahun menunjukkan hasil yang nyata untuk
perkembangan intelektual dan perilaku pada umur 36 bulan. Bayi berat lahir
rendah yang berperan aktif dalam intervensi kemungkinan untuk menjadi
retardasi mental lebih kecil 9 kali dibandingkan dengan yang tidak aktif
melakukan intervensi. Infant Health and Developmental Program
melaporkan bahwa tingkat perkembangan intelektual berkaitan erat dengan
tingkat partisipasi, tetapi tidak berkaitan dengan berat lahir atau pendidikan
orangtua. Bayi yang diketahui sejak dini mempunyai kecacatan, tindakan
intervensi 1 – 3 ½ hari perminggu tidak menunjukkan manfaat. Intervensi
yang sama pada anak dengan risiko tinggi sosial ekonomi juga tidak
menunjukkan hasil yang bermakna Jadi intensitas harus lebih banyak untuk
mendapatkan efek positif yang terukur.
15
4. Perbedaan Individual
Hasil stimulasi pada beberapa individu dengan metoda yang sama dapat
menghasilkan kemajuan yang berbeda, tergantung pada faktor risiko
sebelum intervensi dan derajat kecocokan antara program dengan cara
belajar anak. Bayi dengan risiko biologis lebih besar akan mendapatkan
kemajuan yang lebih sedikit walaupun kemajuannya bermakna. Anak
dengan kemampuan yang relatif lebih tinggi mendapatkan manfaat lebih
banyak melalui instruksi langsung, sedangkan anak yang kemampuannya
relatif lebih rendah mendapatkan kemajuan melalui instruksi tidak langsung
5. Keterpaduan
Stimulasi lebih baik jika diberikan oleh orangtua dengan memanfaatkan
anggota keluarga, faktor-faktor lingkungan sosio- ekonomi, dan melibatkan
tim interdisiplin termasuk dokter, perawat, psikologi, terapi okupasi dan
fisik, dan pekerja sosial. Keterpaduan yang menggabungkan cara langsung
dan tidak langsung mempunyai pengaruh yang kuat, terutama bila tersedia
sarana untuk hidup sehat dan layanan sosial untuk keluarga (transportasi,
bantuan kebutuhan yang mendesak dan dukungan untuk orangtua).
Stimulasi di rumah selama 1 tahun pada bayi berat lahir rendah dan
keluarganya menunjukkan bahwa intervensi yang berfokus pada orang tua
menunjukkan hasil yang besar. Penelitian Resnick dkk15 melaporkan hasil
yang sama setelah intervensi perkembangan yang dimulai sejak mereka
dirumah sakit, kemudian dilanjutkan di rumah sampai umur 2 tahun.
Intervensi terutama difokuskan pada orangtua untuk memperkuat kualitas
interaksi orangtua dan bayi. Kelompok eksperimental menunjukkan angka
lebih tinggi ketimbang kontrol dengan skala Bayley Mental dan Motor pada
umur 12 dan 24 bulan. Kunjungan rumah seminggu 3 kali akan
menghasilkan kemajuan yang bermakna. Orangtua dan anggota keluarga
lain di rumah merupakan faktor yang penting untuk memberikan
pembelajaran sejak dini.Pendapat lain menyimpulkan bahwa intervensi
langsung pada bayi untuk meningkatkan pengalaman pembelajaran sehari-
hari menunjukkan hasil yang lebih banyak dan lebih lama dibandingkan
cara tidak langsung. Cara langsung lebih banyak meningkatkan kemampuan
16
intelegensia anak terutama yang mempunyai faktor-faktor risiko yang
serius: ekonomi, bilologis, atau kedua faktor tersebut.
C. Stimulasi di Ruang Rawat Bayi Perasaan dan sikap orangtua bayi risiko tinggi
Orangtua umumnya tidak siap menghadapi kenyataan bahwa bayinya berbeda
dari yang lain karena adanya faktor risiko. Bayi risiko tinggi kadang-kadang
dirawat di ruang khusus, dalam inkubator tertutup, dengan kabel dan selang,
sehingga orangtua sulit untuk melihat menyentuh, tidak dapat mengambil,
menggendong atau menimang bayinya. Perasaan dan sikap orangtua juga
dipengaruhi oleh penampilan fisik bayi dan sikap/perilaku dokter atau perawat
yang segera melakukan intervensi pada bayiny dengan serius.Kepedulian ibu
terfokus kepada keselamatan si bayi semata.
17
menghambat tumbuhnya ikatan kasih sayang ibu dan bayi yang merupakan
landasan interaksi ibu dan bayi, sangat penting untuk merangsang
perkembangannya. Bila orangtua tidak terlibat, bayi akan merasa ikatan
emosialnya kurang kuat, dan merasa tidak aman.Bayi ini cenderung tak
menentu (ambivalen), menghindar, tidak beraturan dalam usaha membentuk
hubungan dengan orang lain. Sedang pada bayi yang selalu merasa aman
mempunyai perkembangan emosisosial yang lebih baik.Ketidaktahuan orangtua
tentang keadaan bayinya dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan, oleh
karena itu orang tua harus segera diberi penjelasantentang prognosis,
kemungkinan perjalan penyakitnya, kemungkinan penyulit, gejala sisa, agar
mereka dapat mengetahui keadaan bayinya secara proporsional, dan tidak
menimbulkan kecemasan yang berlebihan, bahkan diharapkan dapat menerima
kenyataan tersebut secara bertahap.
A. Pengertian ASI
adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau on demand
(semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara samai teras kosong setelah itu
baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusive adalah memberian ASI saja sampai
usia 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin. Berikan
ASI sampai 2 tahun dengan tambahan makan lunak sesuai tahapan usia bayi.
18
selanjutnya feces akan berwama kekuningan. Segera bersihkan bayi setiap selesai
BAB agarbtidak terjadi iritasi didaerah genetalia.
D. Menolong BAK
Pada bayi Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam pertama
kelahirannya,BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi.
Setiap habis BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi ritasi didaerah
genetalia.
H. Pijat Bayi
Berikut ini beberapa manfaat memijat bayi:
1. Menguatkan otot: Pijatan terhadap bayi sangat bagus untuk menguatkan otot
bayi.
19
2. Membuat bayi lebih sehat Memijat bayi bisa memerlancar sistem peredaran
darah, membantu proses pencernaan bayi, dan juga memerbaiki pernapasan
bayi.
3. Membantu pertumbuhan: Menurut penelitian, pertumbuhan bayi seperti berat
badan akan lebih baik dengan memijat bayi. Bahkan untuk bayi prematur. berat
badan bisa bertambah hingga 47 persen dibanding jika tidak dipijat.
4. Membuat Balita Semakin Tenang
5. Meningkatkan efektivitas istirahat (Tidur) bayi Bayi yang otot-ototnya
distimulus atau pemijatan aman dan nyaman dan mengantuk. Kebanyakan bayi
tidur dengan yang lama begitu pemijatan usai dilakukan kepadanya. Selain
lama, bayi Nampak tertidur lelap dan tidak rewel seperti sebelumnya. Hal ini
menunjukkan bahwa bayi merasa tenang setelah dipijat. Ibu-ibu selalu merasa
senang bila melihat bayinya tertidur lelap. Kebanyakan untuk alasan inilah
mereka lakukan pemijatan bayi. Namun, dalam situasi lain dimana tidur lelap
bayi ini terjadi berbagai kemungkinan. Pertama, bayi tertidur bukan karena
nyaman dipijat tetapi sebaliknya, ia marasa kehabisan energy setelah "melawan"
perlakuan pemijatan yang sebenarnya tidak diinginkan. Biasanya hal ini terjadi
karena pemijatan dilakukan dengan paksaan. Kedua, tidur bayi yang terlalu
lama dan sulit dibangunkan dapat mengganggu jadwal pemberian ASI.
Pemberian ASI tetap harus cukup dan tidak boleh terlambat (Anggraini dan
Subakti:2009).
6. Meningkatkan konsentrasi bayi Pemijatan dapat memperlancar peredaran
darah yang mengalir keseluruh tubuh manusia, termasuk keotaknya, terutama
untuk memperlancar sirkulasi dan peredaran oksigen. Ketika suplai oksigen
untuk bayi tidak lancar maka fungsi otak untuk berfikir dan konsentrasi akan
terganggu. Semakin baik aliran darah ke otak, semakin berkecukupan
kebutuhan oksigen ke otak secara cukup membuat konsentrasi dan kesiagaan
bayi semakin membaik Pemijitan juga mengefektifkan istirahat (tidur) bayi.
Ketika bayi istirahat atau tidur dengan efektif maka saat bangun akan menjadi
bugar. Kebugaran ini juga menjadi faktor yang mendukung konsentrasi dan
kerja otak si bayi (Putri.Alisa: 2009).
7. Meningkatkan gerak peristaltik untuk pencernaan Gerak peristaltik adalah
semacam gelombang dan kontraksi teratur saluran menuju lambung yang
menggerakkan bahan makanan agar dapat diproses dalam saluran pencernaan
20
Maka terbukti bahwa pijat bayi membantu proses Pencernaan (Putri Alissa:
2009).
8. Mengurangi rasa sakit Memijat juga membantu mengusir gejala kembung,
kolik, serta membantunya tidur lebih nyenyak. Tidak hanya itu, pijatan juga
memperlancar sirkulasi dara di perut, sehingga membantu mengeluarkan gas
yang terjebak disana. (Prasetyono: 2009).
9. Mengurangi nyeri Pijatan yang lembut membantu tubuh melepaskan
oksitoksin dan endorphin. Kedua hormon ini dapat membantu mengatasi
ketidaknyamanan yang dirasakan si kecil akibat nyeri tumbuh gigi, hidung
tersumbat atau tekanan emosi. (Prasetyono: 2009).
10. Merawat gigi bayi Umumnya penyakit dan kelainan gigi pada anak
merupakan salah satu gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
anak. Sejak gigi susu mulai tumbuh, orangtua harus bertanggungjawab
membersihkan gigi bayi mereka. Walaupun gigi anak hanya merupakan gigi
susu yang keberadaannya hanya sementara, namun kesehatan gigi susu
berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak di kemudian hari. Karena itu, sebagai
orangtua perlu mengetahui bagaimana merawat gigi anak sejak bayi dengan
cara yang benar, agar kesehatan gigi dan mulut anak teratasi.
J. Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 7-12 bulan
a. Tanyakan dokter anak atau dokter gigi anda apakah bayi anda mendapat
cukup fluor
b. Ingatlah untuk membersihkan mulut bayi anda dengan kain lembab (tidak
basah sekali) sehabis menyusui.
21
c. Jangan biarkan bayi tidur dengan botol susunya (sambil minum susu dari
botol) kecuali air putih.
d. Berikan air putih bila bayi anda ingin minum diluar jadwal minum susu.
e. Saat gigi mulai tumbuh, mulailah membersihkannya dengan menggunakan
kain lembab. Bersihkan setiap permukaan gigi dan batas antara gigi dengan
gusi secara seksama. karena makanan seringkali tertinggal di permukaan itu.
f. Saat gigi geraham bayi mulai tumbuh, mulai gunakan sikat gigi yang kecil
dengan permukaan lembut dan dari bahan nilon.
g. Jangan gunakan pasta gigi dan ingat untuk selalu membasahi sikat gigi
dengan air.
h. Periksakan gigi anak anda ke dokter gigi, setelah 6 bulan sejak gigi pertama
tumbuh, atau saat usia anak setahun.
22
4. Bersihkan mainannya
Jangan malas untuk membersihkan mainannya. Cucilah dan keringkan
semua mainannya di setiap akhir pekan. Bila si kecil cukup umur ibu boleh
mengajaknya membersihkan mainan. Jangan lupa, rak atau box mainannya
juga ikut dibersihkan. Setelah si kecil tahu, mengerti dan menerapkan
kebersihan untuk dirinya, sekarang saatnya ia diajarkan menjaga kebersihan
lingkungan. Caranya dengan menerapkan buang sampah pada tempatnya.
5. Pakaian
Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai. Karena
aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang
mudah menyerap keringat.
6. Kesegaran jasmani (olah raga dan rekreasi)
Aktivitas olah raga dan rekreasi digunakan untuk melatih otot-otot tubuh
dan membuang sisa metabolism, selain itu juga membantu meningkatkan
motorik anak. dan aspek perkembangan lainnya. Aktivitas olah raga dan
rekreasi bagi anak balita merupakan aktivitas bermain yang menyenangkan.
23
kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang didapat melalui
pendidikan dan latihan.
B. Anthropometri
Ukuran tinggi/panjang badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran lengan
lingkaran dada p anjang lengan/tungkai. Data-data pengukuran yang dilakukan
dengan tepat dan benar diplot dan dibandingkan dengan standard yang sudah
disepakati untuk negara bersangkutan atau oleh WHO untuk digunakan.
24
Evaluasi pada anak dengan pertumbuhan yang lambat atau tidak tumbuh sama
sekali merupakan tantangan bagi kemampuan dokter anak untuk secara
simultan mengevaluasi informasi biomedik dan psikososial yang didapatkan
melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik Masalah yang penting adalah pada
tahap penegakkan diagnosis, karena kondisi anak bisa saja dalam penyakit yang
gawat atau dalam keadaan kegawatan lingkungan psikososial Akan tetapi
kebanyakan kasus gagal tumbuh disebabkan oleh gizi yang tidak adekuat
dikarenakan faktor biologi dan lingkungan yang tidak saling menunjang
sehingga menyulitkan tercapainya status gizi yang baik. Dalam buku Lange
Current Pediatric Diagnosis & Treatment (2005) tercantum 3 pola Growth
deficiency sebagai berikut:
a. Tipe I Berat badan lebih tertekan daripada tinggi badan, lingkaran kepala
tidak terganggu pertumbuhannya. Umumnya karena masukan kalori tidak
cukup, pengeluaran kalori yang berlebihan, masukan kalori yang berlebihan
atau ketidak mampuan tubuh perifer menggunakan kalori Kebanyakan kasus
merupakan akibat dan kegagalan pada penyampaian (delivery) kejaringan
yang dituju. Kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor kemiskinan,
kesenjangan hubungan pengasuh dan anak pola makan yang abnormal atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
b. Tipe II Ditandai oleh tubuh kecil yang proporsional, lingkaran kepala dalam
batasnnormal. Berkaitan dengan faktor genetik pada perawakan pendek
endokrinopati,Npertumbuhan lambat konstitusional, penyakit jantung atau
ginjal. displasia tulang
c. Tipe III Ditandai oleh ketiga parameter (tinggi, berat dan lingkaran kepala)
dibawah normal Tipe ini berkaitan dengan Susunan Syaraf Pusat yang
abnormal, defek pada khromosom, dan gangguan perinatal Penilaian
perkembangan anak meliputi identifikasi dini masalah-masalah
perkembangan anak dengan screening (skrining/penapisan penjaringan) dan
surveillance ukuran standard atau non standard, yang juga digabungkan
dengan informasi tentang perkembangan sosial, riwayat keluarga, nwayat
medik dan hasil pemeriksaan mediknya Penyimpangan perkembangan
25
biasanya dibahas bersama-sama dengan penyimpangan perilaku dalam bab
yang sama, dengan kelaman yang sangat luas variasinya Tolak ukur
perkembangan meliputi motorik kasar, halus, berbahasa, perilaku sosial
dipakai dalam skrining pada Denver Developmental Screening Test (DDST)
dan Denver II misalnya. Sedangkan untuk IQ(Intelligence Qotient, SQ
(Social Qotient),EQ (Emotional Qotient) yang dilakukan oleh para psikolog
diperlukan untuk menetapkan batas-batas kemampuan kurang, normal, atau
berbakat (pada gifted children), pada test pemilihan sekolah pendidikan
yang tepat (placement test), atau semacam fit and proper test pada orang
dewasa. Dikatakan terdapat penyimpangan perkembangan apabila
kemampuan anak tidak sesuai dengan tolok ukur (milestones) anak normal.
Dalam survai diperoleh dari informasi kepedulian orang tua terhadap
perkembangan dan perilaku anaknya.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkenangan anak yang optimal dapat dicapai dengan dukungan
faktor intrinsik dalam hal ini genetic yang merupakan blueprint pertumbuhan dan
perkembangan seseorang. Kelainan genetik dapat mempengaruhi pertumbuhan antara
lain alondroplasia, sindrom down, sindrom marfan dan lain-lain. Selain itu, faktor
ekstrinsik yaitu lingkungan (biologis fisik, pikososial, keluarga dan sosial ekonomi)
yang baik dan saling berkaitan satu sama lain akan mempengaruhi pola perkembangan
anak pada akhirnya.
Setiap anak memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Penilaian dan
pemantauan terhadap tumbuh kembang anak merupakan salah satu cara untuk
mendukung pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
27
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kita yang membaca dapat memahami
dan meningkatkan pemahaman tentang sistem termogli. Dan apabila terdapat
kekurangan dalam isi makalah kami harapkan kritik dan saran pembaca
28
SOAL-SOAL
1. Seorang anak berusia 4 tahun memiliki kemampuan yang luar biasa dalam hal
menggambar dan mewarnai. Dapat disimpulkan bahwa anak tersebut mengalami
proses...
A. Pertumbuhan
B. Perkembangan
C. Pertumbuhan dan perkembangan
D. Keterlambatan pertumbuhan
E. Keterlambatan perkembangan
2. Seorang anak menderita stanting akibat dari kekurangan pemenuhan asupan gizi.
Berdasarkan data di atas anak tersebut mengalami...
A. Pertumbuhan
B. Perkembangan
C. Pertumbuhan dan perkembangan
D. Keterlambatan pertumbuhan
E. Keterlambatan perkembangan
29
A. Stress
B. Infeksi
C.Radiasi
D. Toksin
E. Endokrin
7. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh
lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. merupakan contoh dan ciri
ciri tumbuh kembang…
A. perkembangan menimbulkan perubahan
B. pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya
C. perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
D. perkembangan mempunyai pola yang tetap
E. perkembangan memiliki tahap yang berurutan
30
8. Pertambahan dalam jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu yang biasanya bisa diukur dengan ukuran berat,panjang , merupakan
pengertian dari?
A. pertumbuhan
B. perkembangan
C. tumbuh kembang
D. ciri perkembangan
E. ciri pertumbuban
9. Bertambahnya kemampuan pada struktur dan fungsi tubuh dalam pola yang
dapat diramalkan sebagai hasil dari suatu...
A. pertumbuhan
B. perkembangan
C. tumbuh kembang
D. ciri perkembangan
E. ciri pertumbuhan
31
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak Balita Jakarta:
Salemba Medika.
Varney, H. 1997. Varney's Midwifery 3th edition. Jones and Bartlett, New York.
Hal. 623-625
Linda V. Walsh. 2003. Midwifery Chapter 23. W. B. Saunders. San Fransisco
California. Hal. 330-335
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku IV Asuhan Kebidanan pada Ibu Post
Partum. Hal. 30-37
Hidayat, Azis Alimul. 2009. Pengantar limu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan
Jakarta: Salemba MedikaHasni (2012). asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita
Febrianti, F., Wahyuni, R. S., & Dale, D. S. (2019). Pemeriksaan Pertumbuhan
Tinggi Badan Dan Berat Badan Bayi Dan Balita. Celebes Abdimas: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 15-20.
Soedjatmiko, S. (2016). Pentingnya Stimulasi Dini untuk Merangsang
Perkembangan Bayi dan Balita Terutama pada Bayi Risiko Tinggi. Sari
Pediatri, 8(3), 164-73.
Kania, N. (2006). Stimulasi tumbuh kembang anak untuk mencapai tumbuh
kembang yang optimal. Bandung: Universitas Padjajaran.
32