Anda di halaman 1dari 36

PENGUKURAN DAN PERMASALAHAN SIMULASI

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG


(SDIDTK)
Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I

Dosen : Ayu Puspita, Ners.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Khofifah Wulannor NIM : 2019.C.11a.1014
Novin Anggraini NIM : 2019.C.11a.1022
Rischo Rasmara NIM : 2019.C.11a.1025

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah Nyalah, makalah yang berjudul “PENGUKURAN DAN
PERMASALAHAN SIMULASI DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG
(SDIDTK)”. ini dapat rampung tepat waktu.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini selain menambah wawasan
pengetahuan adalah juga untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak I yang diberikan oleh Ibu Ayu Puspita, Ners.,M.Kep
Makalah ini ditulis dari hasil penyusun data-data sekunder yang diperoleh
dari buku- buku panduan dan informasi media massa yang berhubungan dengan
judul makalah ini. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada dosen atas bimbingan
dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga pada rekan-rekan mahasiswa yang
telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan kita. Memang makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
maka diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
Penulis juga sangat mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari
semua pihak agar karya tulis ini bisa menjadi lebih baik.

Palangka Raya, 2 April 2021


Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................3
2.1 Tumbuh Kembang........................................................................3
2.2 Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK)....................................................................4
2.3 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak.........................................10
2.4 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak.......................14
2.5 Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan
Kuesionar Pra Skrining Perkembangan ( KPSP ).........................16
2.6 Tes Daya Dengar (TDD)..............................................................19
2.7 Tes Daya Lihat (TDL)..................................................................20
2.8 Deteksi Dini Penyimpangan Perilaku Emosional.........................21
2.9 Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian Dan
Hiperaktifitas (GPPH) Pada Anak................................................24
2.10 Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak..............25
BAB 3 PENUTUP.............................................................................29
3.1 Kesimpulan ..................................................................................29
3.2 Saran.............................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................31

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak
awal yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang
baik akan dapat dideteksi adanya penyimpangan secara, dini sehingga tindakan
koreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dengan kata lain bila penyimpangan terjadi pada usia dini dan dideteksi
sedini mungkin, maka tindakan koreksi akan memberikan hasil yang memuaskan,
sedangkan bila penyimpangan terjadi pada usia dini tetapi baru dideteksi pada usia
yang lebih lanjut, hasil koreksi akan kurang memuaskan, sedangkan bila
penyimpangan terjadi pada usia dini tetapi baru dideteksi pada usia yang lebih
;anjut, hasil koreksi akan kurang memuaskan. Upaya untuk membantu agar anak
tumbuh kembang secara optimal dengan cara deteksi adanya penyimpangan dan
intervensi dini perlu dilakukan oleh semua pihak sejak mulai dari tingkat
keluarga, petugas kesehatan mulai dari kader kesehatan sampai dokter spesialis,
dan di semua tingkat pelayanan kesehatan mulai dari tingkat dasar sampai
pelayanan yang lebih spesialistis. Dengan telah adanya program deteksi dan
intervensi dini terhadap penyimpangan tumbuh kembang yang dilakukan di
masyarakat melalui program posyandu, program Bina Keluarga Balita (BYB),
program di Puskesmas maka sudah harus perlu dipikirkan sistim tatalaksana untuk
fasilitas selanjytnya sebagai sarana rujuk selanjutnya yang termasuk juga tempat
rujukan yang paling akhir yang dapat menangani secara holistic dan komplit.
Dalam, makalah ini akan dibicarakan tugas dan peran dari tiap, tingkat
pelayana mulai dari tingkat pelayanan dasar/keluarga sampai dari tingkat
pelayanan kesehatan yang ada, dan permasalahan yang timbul dalam SDIDTK.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa Pengertian dari Tumbuh Kembang ?
2 Bagaimana Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) ?
3 Bagaimana Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak ?
4 Bagaimana Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak ?

1
5 Bagaimana Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan
Kuesionar Pra Skrining Perkembangan ( KPSP ) ?
6 Bagaimana Tes Daya Dengar (TDD) ?
7 Bagaimana Tes Daya Lihat (TDL) ?
8 Apa Saja Deteksi Dini Penyimpangan Perilaku Emosional ?
9 Apa Saja Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktifitas
(GPPH) Pada Anak ?
10 Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak ?
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui tentang tumbuh kembang
2 Pengukuran dan permasalahan dalam SDIDTK

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Tumbuh Kembang
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan
Pertumuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel
diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis
protein-protein baru.Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan
atau sebagaian.
Pertumbuhan adalah jumlah besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang
secara kuantitatif dapat diukur.
Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel dan
pembentukan protein baru sehingga jumlah dan ukuran sel diseluruh bagian tubuh
Pertumbuhan adalah perubhan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses
transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmani) yang
herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut ukuran dan struktur
biologis.
2.1.2 Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur
dan bertambah sempurnannya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya
kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan dan
pembelajaran.
2.1.3 Pengertian Deteksi Dini
Deteksi dini adalah upaya penjaringan dan penyaringan yang dilakukan
untuk menemukan penyimpangan kelainan tumbuh kembang secara dini dan
mengetahui serta mengenal faktor-faktor resiko terjadinya kelainan tumbuh
kembang tersebut.
2.1.4 Pengertian Intervensi Dini
Intervensi dini maksudnya adalah suatu kegiatan penanganan segera
terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan

3
keadaan, misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke
pelayanan kesehatan, dan pendidikan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai
kemampuan yang optimal sesuai dengan umumya.
Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang
yang sesuai dengan potensi yang dimililki oleh anak. Dengan mengetahui
penyimpangan tumbuh kembang secara dini sehingga upaya-upaya pencegahan,
stimulasi dan penyembuhan serta pemulihannya dapat tercapai.
2.2 Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
2.2.1 Definisi Stimulasi
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0 – 6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu, ayah,
pengganti orang tua/pengasuh anak, anggota keluarga lain atau kelompok
masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan
sehari-hari.
 Prinsip Dasar Stimulasi Tumbuh Kembang
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip
dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
b. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena akan meniru tingkah
laku orang-orang yang terdekat dengannya.
c. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
d. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
e. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak ,
terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
f. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar
anak.
g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
h. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

4
2.2.2 Penerapan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang di
Puskesmas
a. Tugas dan peran Puskesmas :
 Pelayanan Balita dan Anak Prasekolah (Apras)
1. Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan dirujuk
dengan cara:
a. Mempelajari tumbuh kembangnya dalam KMS.
b. Melakukan pemeriksaan antropometri dan rrencatat pads gmfik KMS.
c. Melakukan deteksi dini dengan menggunakan pedoman tumbuh kembang
anak dan kartu tumbuh kembang.
d. Menilai tumbuh kembang anak secara individu.
2) Menegakkan diagnose penyimpangan tumbuh kembang balita dan apras yang
berkunjung dan dirujuk.
3) Melakukan intervensi pada kelainan/gangguan clan masalah/penyimpangan
tumbuh kembang berupa:
4) Intervensi pelayanan kesehatan sesuai dengan pedoman program (ISPA, Diane,
Campak, Malaria, Anameia, Infeksi Telinga) dan terhadap penyaldt lainnya sesuai
dengan buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas serta buku pedoman kerja
Puskesmas.
5) Intervensi penyimpangan tumbuh kembang di tingkat pelayanan dasar.
 Penanganan :
1) Penanganan langsung pada :
a. Kelambatan motorik kasar.
b. Gangguan bicara karena, kurang latihan.
c. Gangguan motorik halus.
d. Sosialisasi yang kurang (anak tak suka berkawan, suka
mengganggu/menyerang kawan).
e. Malnutrisi dan anemia diberikan makanan tambahan dan sirup besi.
f. Anak dengan berat badan di atas batas normal perlu diberi nasehat
pembenan makanan seimbang.

5
g. Anak dengan kelainan khusus seperti: Muntah tanpa gangguan organic,
Gangguan buang air besar, Cengeng berlebihan, Penakut, Mengompol
pada anak di atas 5 tahun, d1l.
h. Kasus-kasus, tersebut ditangani mengacu pada buku pedoman pelayanan
kesehatan jiwa di puskesmas dan rumah sakit.
2) Merujuk kasus-kasus penyimpangan tumbuh kembang seperti:
a. Autisme.
b. Hiperaktif dan gangguan berkonsentrasi.
c. Pengukuran lingkaran kepala anak (PLKA) tidak normal.
d. Kelainan-kelainan benwWfungsi tubuh (hidrosefalus, spina, bifida,
strabismus).
e. I-Epotiroidea.
f. Perawakan pendek.
g. Perawakan tinggi.
h. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani langsung
3) Konseling (support dan maintenance untuk kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani lebih lanjut).
4) Pembinaan Kader, guru TK, pengelola TPA, pengelola Bina, Anaprasa (Bina.
Anak Prasekolah Desa)
2.2.3 Pelaksanaan Kegiatan SDIDTK
a. Di tingkat puskesmas
Pelayanan DDTK diberikan waktu balita/anak prasekolah kontak dengan
petugas di puskesmas, adapun pelayanan yang diberikan sebagai berikut :
1 Pemeriksaan kesehatan, pemantauan BB dan DDTK
2 Menentukan klasifikasi penyakit, keadaan gizi dan penyimpangan tumbuh
kembang
3 Melakukan intervensi / tindakan spesifik, gangguan gizi dan
penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar
 Pembinaan ke kader posyandu, pendidik PAUD dan satuan PAUD
sejenis

6
b. Di tingkat PAUD
Dalam melaksanakan DDTK di tingkat PAUD, petugas kesehatan dapat
berbagi peran dengan pendidik PAUD terlatih sebagai berikut :
• Peran pendidik PAUD
1 Mengisi identitas anak di formulir DDTK anak
2 Melakukan pengukuran TB dan BB
3 Menuliskan hasil pengukuran dan pemeriksaan perkembangan di formulir
DDTK anak
4 Melakukan pemeriksaan perkembangan anak dengan KPSP
5 Mengisi kuesioner tes daya dengar ( TDD )
6 Melakukan tes daya lihat ( TDL )
7 Mengisi kuesioner KMPE
• Peran petugas kesehatan
1 Menentukan status gizi anak berdasarkan pengukuran TB, BB ynag telah
dilakukan oleh tenaga pendidik PAUD
2 Melakukan pengukuran lingkar kepala anak
3 Melakukan pemeriksaan autis jika ada keluhan
4 Melakukan pemeriksaan GPPH jika ada keluhan
5 Menuliskan hasil pemeriksaan tersebut di formulir DDTK anak
6 Melakukan intervensi kelainan gizi dan tumbuh kembang
7 Merujuk bila diperlukan
c. Di tingkat posyandu
Kegiatan DDTK di tingkat posyandu dilaksanakan terintegrasi dengan
kegiatan posyandu. Di posyandu petugas kesehatan dan kader posyandu
terlatih/terorientasi buku KIA membagi peran sebagai berikut :
 Peran kader posyandu
1 Mengisi identitas anak di formulir DDTK anak
2 Melakukan pengukuran TB dan BB serta menuliskan hasil pengukuran
dan pemeriksaan perkembangan di formulir DDTK anak
3 Melakukan pengamatan kemampuan perkembangan anak dengan
menggunakan chek list perkembangan anak di buku KIA apakah

7
sudah/belum sesuai dengan menggunakan, bila sesuai berikan tanda
rumput ( V ) bila belum sesuai beri tanda ( - )
4 Memberikan penyuluhan kepada ibu / keluarga mengenai pentingnya
stimulasi pada anak agar tumbuh kembang optimal
5 Merujuk anak ke meja 5 , pelayanan kesehatan bila :
a. Anak sakit
b. Anak mengalami permasalahan gizi
c. Anak dengan kemampuan perkembangan tidak sesuai usia
d. Ada indikasi / keluhan dari orang tua anak
e. Peran petugas kesehatan
6 Menentukan status gizi anak berdasarkan pengukuran TB,BB yang telah
dilakukan oleh kader
7 Melakukan pengukuran lingkar kepala anak
8 Melakukan pemeriksaan perkembangan anak dengan KPSP pada anak
yang kemampuan perkembangan nya tidak sesuai usia
9 Mengisi kuesioner tes daya dengar ( TDD )
10 Melakukan tes daya lihat ( TDL )
11 Mengisi kuesioner KMPE
12 Melakukan pemeriksaan autis jika ada keluhan
13 Melakukan pemeriksaan GPPH jika ada keluhan
14 Menuliskan hasil pemeriksaan tersebut di formulir DDTK anak
15 Melakukan intervensi kelainan gizi dan tumbuh kembang
16 Merujuk bila diperlukan

Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining


Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Pada Balita dan Anak Prasekolah
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan
Deteksi Dini
Umur Deteksi Dini Deteksi Dini
penyimpangan mental
Anak Penyimpangan Penyimpangan
emosional ( dilakukan
Pertumbuhan Perkembangan
atas indikasi )
M-
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMPE GPPH
CHAT

8
0 bulan √ √
3 bulan √ √ √ √
6 bulan √ √ √ √
9 bulan √ √ √ √
12
√ √ √ √
bulan
15
√ √
bulan
18
√ √ √ √ √
bulan
21
√ √ √
bulan
24
√ √ √ √ √ √
bulan
30
√ √ √ √ √ √
bulan
36
√ √ √ √ √ √ √ √
bulan
42
√ √ √ √ √ √ √
bulan
48
√ √ √ √ √ √ √
bulan
54
√ √ √ √ √ √ √
bulan
60
√ √ √ √ √ √ √
bulan
66
√ √ √ √ √ √ √
bulan
72
√ √ √ √ √ √ √
bulan
Keterangan :
BB/TB : berat badan dan tinggi badan TDL : Tes daya lihat
LK : lingkar kepala KMPE : kuesioner masalah
KPSP : kuesioner Pra Skrining perilaku emosional
perkembangan M-CHAT : Modified
TDD : Tes daya dengar checlist for austism in
toddlers

9
GPPH : gangguan
pemusatan
perhatian dan
hiperaktivitas

2.3 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak


2.3.1 Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan
Deteksi dini gangguan pertumbuhan dilakukan di semua tingkat
pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tingkat Alat&bahan yang


Pelaksana Yang dipantau
Pelayanan digunakan
Keluarga a. Orang tua a. Buku KIA Berat Badan
Masyarakat b. Kaderkesehatan b. Timbangan dacin
c. Pendidik c. Timbangan
PAUD, petugas digital
BKB,petugas ( untuk anak > 5
TPA dan guru thn )
TK d. Alat ukur tinggi
badan/panjang
badan
Puskesmas Tenaga kesehatan a. Buku KIA a. Panjang/tinggi
terlatih SDIDTK : b. Tabel/grafik badan
a. Dokter BB/TB b. Berat badan
b. Bidan c. Tabel/grafik c. Lingkar
c. Perawat TB/U kepala
d. Ahli gizi d. Grafik Lk
e. Tenaga e. Timbangan
kesehatan f. Alat ukur tinggi
lainnya badan/panjang
badan
g. Pita pengukur
lingkar kepala

10
Penentuan status gizi anak :
a. Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan ( BB/TB ) untuk
menentukan status gizi anak usia dibawah 5 tahun, apakah
normal,kurus,sangat kurus,atau gemuk
b. Pengukuran panjang badan terhadap umur ( PB/U atau TB/U ) untuk
memnetukan status gizi anak, apakah normal,pendek atau sangat pendek
c. Pengukuran indeks massa tubuh menurut umur ( IMT / U ) untuk
menentukan status gizi anak usia 5 – 6 tahun apakah anak sangat
kurus,kurus,normal,gemuk atau obesitas
Untuk pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan berat badan
menurut umur dilaksanakan secara rutin di posyandu setiap bulan. Apabila
ditemukan anak dengan berat badan tidak naik dua kali berturut-turut atau anak
dengan berat badan dibawah garis merah, kader merujuk ke petugas kesehatan
untuk dilakukan konfirmasi dengan menggunakan indikator berat badan menurut
panjang badan/tinggi badan . Penentuan umur anak dengan menanyakan tangga
bulan dan tahun anak lahir. Umur dihitung dalam bulan penuh .
Contoh :
1. Anak usia 6 bulan 12 hari umur anak di bulatkan menjadi 6 bulan
2. Anak usia 12 bulan 28 hari umur anak dibulatkan menjadi 2 bulan
1. Penimbangan berat badan ( BB ) Menggunakan timbangan bayi
1. Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang
2. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah goyang
3. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0
4. Bayi sebaiknya telanjang,tanpa topi,kaus kaki,sarung tangan
5. Baringkan bayi dengan hati – hati di atas timbangan
6. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
7. Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
8. Bila bayi terus bergerak ,perhatikan gerakan jarum jam , baca angka di
tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
2. Menggunakan timbangan dacin

11
1. Pastikan dacin masih layak digunakan,periksa dan letakkan banul geser
pada angka 0. Jika ujung kedua paku dacin dalam posisi lurus, maka
timbangan tidak layak untuk digunakan dan harus dikalibrasi
2. Masukkan balita ke dalam sarung timbangan dengan pakaian seminimal
mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus
3. Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser
4. Catat hasil penimbangan dengan benar
5. Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung timbang
3. Menggunakan timbangan injak ( timbangan digital )
1. Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak
2. Lihat posisi jarum atau angka haru menunjuk ke angka 0
3. Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis,tidak memakai alas
kaki,jaket,topi,jam tangan,kalung,dan tidak memegang sesuatu
4. Anak berdiri di atas timbangan tana dipegangi
5. Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6. Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
7. Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka
di tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
4. Pengukuran panjang badan ( PB ) dan tinggi badan ( TB )
 Pengukuran panjang badan untuk anak 0 – 24 bulan
Cara mengukur dengan posisi berbaring :
a. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
b. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar
c. Kepala bayi menempel pada pembatas angka
d. Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 ( pembatas kepala )
e. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki
f. Petugas 2 membaca angaka di tepi diluar pengukur
g. Jika anak umur 0 – 24 bulan diukur berdiri,maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm
 Pengukuran tinggi badan untuk anak 24 – 27 bulan

12
Cara mengukur dengan posisi berdiri
a. Anak tidak memakai sendal atau sepatu
b. Berdiri tegak menghadap ke depan
c. Penggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
d. Turunkan batas ats pengukur sampai menempel di ubun-ubun
e. Baca angka pada batas tersebut
f. Jika anak umur di atas 24 bulan diukur telentang, maka hasil
pengukurannya di koreksi dengan mengurangkan 0,7 cm
 Penggunaan Tabel BB/TB ( Kepmenkes No: 1995/Menkes/SK/XII/2010 )
a. Ukuran tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas
b. Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran
c. Pilih kolom berat badan untuk laki laki ( kiri ) atau perempuan ( kanan )
sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan
berat badan anak
d. Dari angka berat badan tersebut , lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka standar deviasi ( SD )
5. Pengukuran lingkar kepala anak ( LKA )
Tujuan untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau
diluar batas normal
a. Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur anak. Umur 0 – 11 bulan,
pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur
12 – 72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan
b. Pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih
 Cara mengukur lingkar kepala
1. Alat ukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, diatas alis mata,
diatas kedua telinga,dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang
2. Baca angka pada pertemuan dengan angka
3. Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak

13
4. Hasil pengukuran di catat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan
jenis kelamin anak
5. Buat garis yang menghubungkan antar ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang
 Interpretasi
a. Jika ukuran lingkar kepala anak berada dalam “ jalur hijau “ maka
lingkaran kepala anak normal
b. Bila ukuran lingkaran kepala anak di luar “ jalur hijau “ maka lingkaran
kepala anak tidak normal
c. Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 yaitu makrosefal bila berada
diatas “ jalur hijau “ dan mikrosefal bila berada dibawah “ jalur hijau “
 Intervensi
Bila ditemuan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk kerumah
sakit.
2.4 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua
tingkat pelayanan.
Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tingkat Pelaksana Alat yang Hal yang di
Pelayanan digunakan pantau
Keluarga dan  Orang tua Buku KIA Perkembangan
masyarakat  Kader anak :
kesehatan,  Gerak kasar
BKB  Gerak halus
 Pendidikan  Bicara dan
PAUD bahasa
 Sosialisasi dan
kemandirian
 Pendidikan  Kuesioner Perkembangan
PAUD KPSP Anak:
terlatih  Instrumen  Gerak kasar
 Guru TK TTD  Gerak halus
terlatih  Snellen E  Bicara dan

14
untuk TDL bahasa
 Kuesioner  Sosialisasi dan
KMPE kemandirian
 Skrining kit
SDIDTK
 Buku KIA
 Formulir
DDTK
 Dokter  Kuesioner
 Bidan KPSP
 Perawat  Formulir
DDTK
 Instrumen
TDD
 Snellen E
TDL
Puskesmas
 Kuesioner
KMPE
 Cheklis M-
CHAT-R_F
 Formulir
GPPH
 Skrining kit
SDIDTK
Keterangan :
Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu Dan Anak
KPSP : Kuesionr Pra Skrining Perkembangan
TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar
KMPE : Kuesioner Masalah Perilaku Emosional
M-CHAT : Modified-Checklist For Autism In Toodlers
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak

15
Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
TK : Taman Kanak – Kanak
2.5 Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesionar
Pra Skrining
 Perkembangan ( KPSP )
1. Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan
2. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan
petugas PAUD terlatih
3. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah : setiap 3 bulan pada anak
< 24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 – 72 tahun ( umur
3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan )
4. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining yang lebih muda
dan dianjurkan untuk kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan umurnya
 Alat dan Instrumen yang digunakan adalah :
1) Formulir KPSP menurut umur
Formulir ini berisi 9 – 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang
telah dicapai anak.
2) Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola
tenis,kerincingan,kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanya 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5 – 1 cm
a. Cara menggunakan KPSP
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining anak harus dibawa
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir.
3. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan
4. Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur
bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
5. Setelah menentukan umur anak, pilih kpsp yang sesuai dengan umur anak.
6. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan yaitu :

16
 Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/ pengasuhh anak, contoh :
“dapatkkan bayi makan kue sendiri ?’’
 Perintah kepada ibu/ pengasuh anak atau petugas melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP
Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan
tangannya secara perlahan- lahan ke posisi duduk”
7. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu – ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu / pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya
8. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persaty. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ya atau tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir.
9. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu / pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu
10. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
b. Interpretasi hasil KPSP
1. Hitunglah berapa jumlah jawaban ya.
a. Jawaban ya, bila ibu / pengasuh menjawab: anak bisa atau pernah
atau kadang kadang melakukannya
b. Jawaban tidak, bila ibu / pengasuh menjawaban: anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu / pengasuh anak tidak
tahu
2. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangan nta (s)
3. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8 perkembangan anak meragukan (M)
4. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 ataukurang, kemugkinan ada penyimpan (P)
5. Untuk jawaban ‘Tidak’ per;u dirinc jumlah jawaban ‘tidak’ menurut jenis
keterlambatan ( gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa , sosialisasi
dan kemandirian).
c. Intervensi
1. Bila perkembangan anak sesuai umur (S) lakukan beikut :

17
a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan
baik
b. Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap peerkembangan anak
c. Beri stimulasi perkembangan anak setia saat, sesering mugkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
d. Ikutan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan
di posyandu secarrra teratur sebuah 1 kali dan setiap ada kegiatan
bina keluarga balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia
prasekolah (36-72 bulan ), anak dapat diikutkan pada kegiatan
dipusat pendidikan anak usia dini (PAUD, kelompok bermain dan
taman kanak kanak .
e. Lakukan pemeriksaan / skrinning rutin menggunakan KPSP setiap
3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan
pada anak umur 24 sampai 72 bulan
2. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut :
a. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mugkin.
b. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan / mengejar ketertinggalannya.
c. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemugkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangan
dan lakukan pengobatan
d. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minngu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak
e. Jika hasil KTSP ulang jawaban ‘ya’ tetap 7 atau 8 maka
kemugkinan ada penyimpangan (P)
2.6 Tes Daya Dengar (TDD)
1. Tujuan tes daya dengar adalah menemuan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemamppuan
daya dengar dan bicara anak
2. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan
dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan

18
oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih
lainnya. Tenaga kesehatan mempunyai kewajiban memvalidasi hasil
pemeriksaan tenaga lainnya .
3. Alat/sarana yang diperlukan adalah : Instrumen TDD menurut umur anak
4. Cara melakukan TDD :
a. Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak
dalam bulan
b. Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak
c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan
 Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh
anak. Katakan pada ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu –
ragu atau takut menjawab, karena tidak untuk mencari
siapa yang salah.
 Bacakan pertanyaan dengan lambat,jelas dan nyaring,satu
per satu, berurutan
 Tunggu jawaban dari orang tua/pengasuh anak
 Jawaba IYA jika menurut orang tua/pengasuh anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir
 Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak
tidak pernah, tida tahu atau tak dapat melakukannya dalam
1 bulan terakhir
d. Pada anak 24 bulan atau lebih :
 Pertanyaan – pertanyaan berupa perintah melalui orang
tua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak
 Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang
tua/pengasuh
 Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orang
tua/pengasuh
 Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orang tua/anak
e. Interpretasi

19
 Bila ada salah satu atau lebih jawaban TIDAK,
kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran
 Catat dalam buku KIA atau register SDIDTK atau
status/catatan medik anak
f. Intervensi
 Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada
 Rujuk ke RS bila tidak dapat di tanggulangi
2.7 Tes Daya Lihat (TDL)
a. Tujuan tes daya lihat adalah mendeteksi secara dini kelainan daya lihat
agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar
b. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah
umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
c. Alat/saran yang diperlukan adalah :
1. Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
2. Dua buah kursi, 1 buah untuk anak dan 1 untuk pemeriksa
3. Poster “ E “ untuk digantung dan kartu “ E “ untuk di pegang anak
4. Alat penunjuk
d. Cara melakukan daya lihat :
 Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang,dengan penyinaran
yang baik
 Gantungkan poster “ E “ setinggi mata anak pada posisi duduk
 Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “ E “ menghadap
ke poster “ E “
 Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “ E “ untuk
pemeriksa
 Pemeriksa memberikan kartu “ E “ pada anak . latih anak dalam
mengarahan kartu “ E “ menghadap atas,bawah,kiri,dan kanan.
Sesuai yang ditunjuk pada poster “ E “ oleh pemeriksa. Beri pujian
setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak
dapat mengarahkan kartu “ E “ dengan benar

20
 Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya denga
buku/kertas
 Dengan alat petunjuk , tunjuk huruf “E” pada poster, satu
persatu,mulai baris pertama sampai baris ke empat atau baris “E”
terkecil yang masih dapat dilihat
 Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan huruf “E” pada poster
 Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang
sama
 Tulis baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang
telah disediakan : Mata kanan : ....... mata kiri : ........
e. Interpretasi
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga poster “E”. Bila kedua mata tidak dapat melihat baris ketiga
poster E atau tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang dipegangnya
dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjuk oleh
pemeriksa,kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat
f. Intervensi
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaan berikutnya,
anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama atau tidak dapat melihat
baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke Rumah sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya)
2.8 Deteksi Dini Penyimpangan Perilaku Emosional
Deteksi dini penyimpangan prilaku emosional adalah
kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah perilaku
emosional, autism dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada
anak, agar dapt segera dilakukan tindkan inervensi. Bila penyimpangan perilaku
emosional terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini
akan berpaengaru pada tumbuh kembang anak.
 Deteksi yang dilakukan menggunakan :

21
1. Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) bagi anak umur
36 bulan sampai 72 bulan.
2. Ceklis autis anak prasekolah (Modifiet Checklist Autism in
Toddiers(M-CHAT)bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan.
3. Formulir deteksi dini gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated connr rating scle
bagi anak umur 36 bulan ke atas
 Deteksi dini masalah perilaku emosional
1. Tujuan adalah mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan/masalah prilaku emosional pada anak pra sekolah
2. Jadwal deteksi dini maslah perilaku emosional adalah rutin setiap 6
bulan pad anak umur 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai
degan jadwal pelayanan SDIDTK.
3. Alat yang dilakukan adalah kuesioner masalah perilaku emosional
(KMPE) yang terdiri dari 14 pertanyaan untuk mengenai problem
perilaku emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan
 Cara melakukan :
1. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang ditulis pada KMPE kepada orang
tua/pengasuh anak.
2. Catat jawaban YA, kemudian hitung jawaban YA.
3. Interpretasi : Bila jawaban YA hanya 1 (SATU) :
4. Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan buku pedoman
pola asuh yang mendukung perkembangan anak
5. Lakukan evaluasi setelah 3 bulan,bila tidak ada perubahan rujuk
kerumah sakit yang memberi pelayanan rujuk tumbuh kembang
atau memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa.
6. Bila jawaban YA di temukan 2 (dua) atau lebih :
Rujuk kerumah sakit yang memberi pelaynan rujukan tumbuh
kembang atau memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa.Rujuk
harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental
emosional yang ditemukan.

22
 Deteksi dini autis pada anak pra sekolah
1. Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya autis pada anak
umur 18 bulan samai 36 bulan.
2. Dilaksanakan atas indikasi atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh
atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, petugas
PAUD, pengolahan TPA dan guru TK.
Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaab dibawah ini :
a. Keterlambatan berbicara.
b. Gangguan komunikasi/interaksi social.
c. Perilakuu yang berulang-ulang.
 Alat yang digunakan adalah M-CHAT (Modified-Checklist for
Autism in Toddiers)
 Ada 23 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua/ pengasuh anak.
 Pertanyaan diajukan secara beruruta, satu persatu. Jelaskan kepada
orang tua untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
 Cara menggunakan M-CHAT.
1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada M-CHAT kepada orang tua atau
pengasuh anak.
2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada
Modified-Cheklist for autism in Toddiers (M-CHAT)
3. Catat jawaban orang tua/pengauh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali
apakah semua pertanyaan telah dijawab.
 Interpretasi
1. Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan
penting (criricalite item) jika dijawab tidak berarti pasien
mempunyai risiko ringgi autism.
2. Jawaban tidak pada dua atau lebih critical item atau tiga pertanyaan
lain yang dijawab tidk sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya,
orang tua menjawab tdak) maka anak tersebut mempunyai resiko
autism.

23
3. Jika perilaku itu jarang dikerjakan (missal ada melihat satu atau 2
kali), mohon dijawab anak tersebut tidak melakukannya.
2.9 Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktifitas (GPPH)
Pada Anak
 Tujuannya adalah mengetahui secara dini anak adanya gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan
keatas.
 Dilaksanaakan atas indikasi bila ada keluhan dari orag tua/pengasuh anak
atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, bkb, petugas
PAUD, pengolah TPA da guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah
satu atau lebih keadaan dibawah ini :
1. Anak tidak bisa duduk tenang.
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah.
3. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
 Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini ganguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas/GPPH deteksi dini GPPH. Jelaskan kepad
orang tua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
 Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang ditulis pada formulirdeteksi dini GPPH. Jelaskan
kepada orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut
menjawab
2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan
pada formulir deteksi dini GPPH.
3. Keaadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak
berada, missal ketika dirumah, sekolah, pasar, toko dll);setiap saat
dan ketika anak dengan siapa saja.
4. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama
dilakukan pemeriksaan.
5. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab’
 Interprestasi:

24
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot nilai”
berikut ini, dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai
total.
1. Nilai O : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
2. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
3. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
4. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
 Intervensi
1. Anak denga kemungkinan GPPH perlu diruju kerumah sakit yang
member pelayanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki
fasilitas kesehatan jiwa untuk konsultasi dan lebih lanjut.
2. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu –ragu, jadwalkan
pemeriksaan ulang 1 bulan kemdian. Ajukan pertanyaan kepada
orang-orang terdekat dengan anak (orang tua, pengasuh,
nenek,guru, dsb).
2.10 Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
1. Faktor herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku, ras, dan
jenis kelamin (Marlow, 1988 dalam Supartini, 2004). Jenis kelamin ditentukan
sejak dalam kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan
tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami
masa pra-pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek
dari pada orang Eropa atau suku Asmat dari Irian berkulit hitam.
2. Faktor lingkungan
a. Lingkungan pra-natal
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain gangguan nutrisi
karena ibu kurang mendapat asupan gizi yang baik, gangguan endokrin pada ibu
(diabetes mellitus), ibu yang mendapatkan terapi sitostatika atau mengalami

25
infeksi rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor lingkungan yang lain
adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.
b. Lingkungan pos-natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
setelah bayi lahir adalah :
a) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat kebutuhan zat
gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan
air.Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Asupan nutrisi yang
berlebihan juga berdampak buruk bagi kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan
kadar lemak yang berlebihan dalam sel/jaringan bahkan pada pembuluh darah.
Penyebab status nutrisi kurang pada anak :
 Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif
 Hiperaktivitas fisik/ istirahat yang kurang
 Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi
 Sters emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
absorbsi makanan tidak adekuat
b) Budaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka
dalam mempersepsikan dan memahami kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola
perilaku ibu hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan
untuk makan makanan tertentu padahal zat gizi tersebut dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Keyakinan untuk melahirkan d dukun
beranak dari pada di tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan di
lingkungan atau berdasarkan lingkungan budaya masyarakat setempat.
c) Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan di keluarga yang nerekonomi tinggi untuk
pemenuhan kebutuhan gizi akan tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak
yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga

26
dengan status pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi akan lebih
mudah menerima arahan terutama tentang peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan dll dibandingka dengan
keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah.
d) Iklim/cuaca
Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya musim
penghujan akan dapat menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya
transportasi untuk mendapatkan bahan makanan, timbul penyakit menular,dan
penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan anak-anak. Anak yang tinggal di
daerah endemik misalnya endemik demam berdarah, jika terjadi perubahan cuaca
wabah demam berdarah akan meningkat.
e) Olahraga/latihan fisik
Manfaat olah raga atau latihan fisikyang teratur akan meningkatkan
sirkulasi darah sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh,
meningkatkan aktivitas fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan jaringan
sel
f) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah atau anak
bungsu akan mempengaruhi poa perkembangan anak tersebut diasuh dan dididik
dalam keluarga.
g) Status kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan
dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalm kondisi sehat dan
sejahtera maka percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih mudah
dibandingkan dengan anak dalam kondisi sakit.
h) Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak adalah somatotropon yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan
tinggi badan, hormon tiroid dengan mestimulasi metabolisme tubuh,
glukokortiroid yang berfungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis
untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi estrogen

27
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada
anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan peran hormonnya.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

28
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
3.1.1 Aspek pertumbuhan
1. Timbang berat badannya(BB).
2. Ukuran tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK).
3. Lihat garis pertambahan BB.TB,dan LK pada grafik.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
kompleks dalam bidang motorik kasar, motorik halus, kemapuan berbahasa
maupun sosialisasi dan kemandirian.
3.1.2 Aspek perkembangan :
1. Deteksi penyimpangan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP).
2. Tes Daya Dengar (TDD)
3. Tes Daya Dengar (TDD)
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan atau
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental
emosional,autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada
anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Alat yang dipakai untuk
skrining penyimpangan mental emosional adalah:
1. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak usia 36-72
bulan.
2. Ceklis Autis anak pra-sekolah atau Checklist for Autism in Toddlers
(CHAT) bagi anak usia 18-36 bulan.
3. Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas
(GPPH) bagi anak usia 36 bulan keatas (pra-sekolah).

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekeliruan maupun kesalahan baik dari segi penyusun maupun

29
penulisannya sehingga dengan kerendahan hati kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.Hal ini bertujuan untuk memberikan kami
motifasi dalam usaha memperbaiki kesalahan-kesalahan agar pembuatan makalah
berikutnya jauh lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

30
 Kemendikbud. Depkes RI. 2016. Stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak (sosialisasi buku pedoman pelaksanaan DDTK di
tingkat pelayanan kesehatan dasar), Jakarta. 2016;122.
 P3TK, 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
 PKP. 2017. Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak. Publikasi. Pusat Komunikasi Publik. Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
 Puskesmas Kota Tengah, 2016. Profil Kesehatan Puskesmas Kota Tengah
Tahun 2016. Puskesmas Kota Tengah. Gorontalo.
 Usman, 2014, Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 3-24 Bulan di
Daerah Konflik. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 1,
Agustus 2014.

LAMPIRAN BUKU

31
LAMPIRAN JURNAL

32
 Hubungan Pengetahuan Ibu Balita Dengan Cakupan Stimulasi Deteksi
Intervensi Dini (SDIDTK) Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Jembatan Kecil Kota Bengkulu
 Pemberdayaan Kader Posyandu dalam Stimulasi Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada Anak Usia 0 – 6 Tahun
 Faktor Determinan Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh Kader di Wilayah Puskesmas di Kota
Malang. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Vol. 1, No. 3, Desember
2013
 Analisis Pelaksanaan Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita di Puskesmas Kota Padang Tahun
2018.
 Analisis Kinerja Petugas Pelaksana Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita dan Anak Pra Sekolah di Wilayah
Kerja Puskesmas Keramasan. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
November 2016, 7(3):182-190

33

Anda mungkin juga menyukai