Anda di halaman 1dari 15

Pertumbuhan Dan Perkembangan

Pada Anak Dalam Psikologi Pendidikan


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Sakura Alwina, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 02 PTI 3F:

1. Arfa Robbana (2104020250)


2. Aminah Angkat (2104020254)

PROGRAM SARJANA
PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
STKIP AL MAKSUM LANGKAT
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENHANTAR

Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

syukur kami ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta ’ala, Tuhan semesta Alam yang
telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami akhirnya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Anak” . Maksud dan
tujuan dari makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
yang harus dipenuhi. Merupakan suatu bentuk rasa syukur yang tak terhingga bagi kami yang
akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini, dan dalam penulisan melibatkan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah mengorbankan waktu,
tenaga, dan pikirannya dalam membantu penulis menyelesaikan makalah ini pada mata
Kuliah psikologi pendidikan kami meminta maaf karena menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan
ilmu pengetahuan yang kami miliki..

Wassalaamu’alaIkum Warahmatullaahi Wabarakatuh

Stabat,24 September 2022

penyusun
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................4
1.2 Perumusan Masalah ............................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gejala Pertumbuhan Dan Perkembangan ...........................6
2.2 Perkembangan Kognitif........................................................9
2.3 Faktor Hereditas Dan Lingkungan.......................................10
2.4 Cara membina Perkembangan Anak ..................................11
2.5 Penyusuaian Kurikulum......................................................12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14
3

BAB I
PENDAHULUAN

 Latar belakang

Sejak berabad-abad yang lalu perhatian terhadap seluk beluk kehidupan anak sudah
diperlihatkan, sedikitnya dari sudut perkembangannya agar bisa mempengaruhi kehidupan
anak ke arah kesejahteraan yang diharapkan. Anak harus tumbuh dan berkembang menjadi
manusia dewasa yang baik yang bisa mengurus dirinya sendiri dan tidak bergantung atau
menimbulkan masalah pada orang lain, pada keluarga atau masyarakatnya.

            Seorang anak bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil, karena ia
mempunyai sifat berlainan dari orang dewasa. Ia harus tumbuh dan berkembang sampai
dewasa agar dapat berguna bagi masyarakat. Walaupun pertumbuhan dan perkembangan
berjalan menurut norma-norma tertentu, seorang anak dalam banyak hal bergantung kepada
orang dewasa, misalnya mengenai makan, perawatan, bimbingan, perasaan aman,
pencegahan penyakit dan sebagainya. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas
mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang,
misalnya keperluan dan lingkungan anak pada waktu tertentu agar anak dapat tumbuh dan
berkembang sebaik-baiknya.

Sebuah organ yang tumbuh berarti organ itu akan menjadi besar, karena sel-sel dan
jaringan di antara sel bertambah banyak. Selama pembiakan, sel berkembang menjadi sebuah
alat (organ) dengan fungsi tertentu. Pada permulaannya, organ ini masih sederhana dan
fungsinya belum sempurna.Lambat laun organ tersebut dengan fungsinya akan tumbuh dan
berkembang menjadi organ yang matang, seperti yang diperlukan orang dewasa. Dengan
demikian pertumbuhan, perkembangan dan kematangan tidak dapat dipisahkan satu dari yang
lain.
4

1.2 Rumusan masalah

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai :


 gejala pertumbuhan dan perkembangan anak
 perkembangan kognitif
 faktor hereditas dan lingkungan
 cara membina perkembangan anak
 dan penyesuaian kurikulum.

1.3 Tujuan penulisan

1. Tujuan
Adapun tujuan sebagai berikut
 mengetahui Penyebab gejala pertumbuhan dan perkembangan pada anak
 Untuk mengetahui perkembangan kognitif pada anak
 Mengetahui faktor Hereditas dan lingkungan yang anak alami
 Cara membina perkembangan pada anak
 Menyesuaikan kurikulum pada anak
5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gejala Pertumbuhan Dan Perkembangan


Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang beroperasi secara kontinu (terus-
menerus) yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependen, saling bergantung satu sama lainnya dan tidak bisa dipisahkan.

Pada diri seorang anak gejala pertumbuhan dan perkembangan selalu menyatu dalam
proses pendidikan atau proses belajar yang dialami anak. Hal ini erat kaitannya dengan
tingkat kemampuan, keinginan serta kejenuhan yang menjadi tingkatan bagi kegiatan belajar
dan berpengaruh pada hasil belajar.

1.     Gejala Pertumbuhan

Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam passage
(peredaran waktu) tertentu.

      Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambah panjangnya badan anak, tubuh
bertambah berat, tulang-tulang jadi lebih besar, panjang, berat, kuat, perubahan dalam System
persyaratan dan perubahan-perubahan pada struktur jasmaniah lainnya. Dengan begitu,
pertumbuhan bisa disebutkan pula sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.

      Dalam pertumbuhannya, macam-macam bagian tubuh itu mempunyai perbedaan tempo
kecepatan. Umpama saja, pertumbuhan alat-alat kelamin berlangsung paling lambat pada
masa kanak-kanak, tapi mengalami percepatan pada masa pubertas.

      Sebaliknya, pertumbuhan susunan syaraf  pusat berlangsung paling cepat pada masa
kanak-kanak, kemudian menjadi lambat pada akhir masa kanak-kanak dan relatif berhenti
pada masa pubertas.
      Perbedaan kecepatan tumbuh dari masing-masing bagian tubuh mengakibatkan adanya
perbedaan pula dalam keseluruhan proporsi tubuh dan juga menimbulkan perbedaan dalam
fungsinya. Misalnya, kepala seorang bayi relatif lebih besar sedangkan kaki dan tangannya
relatif pendek jika dibandingkan dengan orang dewasa. Pada orang dewasa, perbandingan
badan dan anggota badan hampir sama panjangnya. Selain itu, pertumbuhan dari penglihatan
atau mata lebih cepat daripada pertumbuhan otot-otot tangan dan kaki.

Gejala pertumbuhan anak manusia telah banyak dikaji sebagai landasan teoritis para ahli
untuk menerapkan sistem pendidikan dan pembelajaran bagi seorang anak. Dari beberapa
kajian tersebut disimpulkan bahwa hukum yang mengatur pertumbuhan adalah sebagai
berikut

1. Pertumbuhan adalah kualitatif dan kuantitatif


2. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan teratur
3. Tempo pertumbuhan anak adalah tidak sama
4. Taraf perkembangan berbagai aspek pertumbuhan adalah berbeda-beda
5. Kecepatan serta pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di dalam
dan di luar badan
6. Masing-masing individu tumbuh menurut caranya sendiri yang unik
7. Pertumbuhan adalah kompleks, dan semua aspek-aspeknya saling berhubungan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organis ini, yaitu :

a.       Faktor-faktor sebelum lahir

Misalnya kekurangan nutrisi pada Ibu dan janin, janin terkena virus, keracunan sewaktu bayi
ada dalam kandungan, terkena infeksi oleh bakteri, diabetes mellitus dan lain-lain.

b.      Faktor ketika lahir

Misalnya intracranial haemorrahage atau pendarahan pada bagian kepala bayi, disebabkan
oleh tekanan dari dinding rahim Ibu sewaktu ia dilahirkan.

c.       Faktor sesudah lahir


Misalnya kepala bagian dalam terluka karena bayi jatuh, kepala terpukul, kekurangan nutrisi
atau zat makanan dan gizi.

d.      Faktor psikologis

Misalnya bayi ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, anak-anak dititipkan dalam suatu
institusionalia (rumah sakit, rumah yatim piatu, dan lain-lain), sehingga mereka kurang sekali
mendapatkan perawatan jasmaniah dan cinta kasih. Anak-anak tersebut mengalami innanitie
psikis (kehampaan psikis) sehingga mengakibatkan recardasi atau kelambatan pertumbuhan
pada semua fungsi jasmaniah. Selain itu hambatan fungsi rohaniah terutama sekali pada
perkembangan intelegensi dan emosi.

2. Gejala Perkembangan

Perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses


pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan
proses belajar dalam passage waktu tertentu menuju kedewasaan.

Setiap gejala perkembangan anak merupakan produk dari kerja sama dan pengaruh timbal
balik antara potensialitas hereditas dengan faktor-faktor lingkungan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu:

 Faktor herediter (bawaan sejak lahir)


 Faktor lingkungan yang menguntungkan atau yang merugikan
 Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis
 Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa
menolak atau menyetujui serta usaha membangun diri sendiri.

      Perkembangan tidak dapat dipisahkan dengan pertumbuhan dimana keduanya saling
mempengaruhi. Kematangan fungsi jasmaniah sangat besar pengaruhnya pada perubahan
fungsi kejiwaan

      Adapun syarat-syarat utama dalam melakukan bimbingan terhadap pertumbuhan dan
perkembangan, diantara-Nya :
 Pembinaan dilakukan dengan tanggung jawab, yakni dilakukan oleh orang tua
kemudian dilakukan guru, baru diserahkan pada formal masyarakat yang ada di
sekelilingnya. Pembinaan harus didasarkan pada sifat dasar anak dengan memahami
tata cara pendidikan dan pembinaan.
 Pembinaan harus dilengkapi dengan sarana dan fasilitas yang memadai .
 Pembinaan harus memiliki ketentuan. Hal ini perlu untuk menata adanya sistematika
materi yang akan dipelajari, dikuasai, dan dimiliki oleh anak.
 Pembinaan harus menjadi perlindungan terhadap jiwa anak.
 Pembinaan harus mampu menjadi satu organisasi yang integrated antara Pembina,
yang dibina, penanggung jawab serta lingkungan pembinaan.

2.2 Perkembangan Kognitif

Kognisi adalah pengertian luas mengenai berpikir dan mengamati. Kognisi membuat
setiap orang mengatur dunia keliling dengan caranya sendiri-sendiri. Seorang Eskimo akan
mengatur dunianya dengan cara yang lain daripada orang Indonesia atau orang Jepang.
Kognisi mengandung proses berpikir dan proses mengamati yang menghasilkan,
memperoleh, menyimpan dan memproduksi pengetahuan.

      Psikolog Swiss, Piaget membagi perkembangan kognisi menjadi beberapa stadium,
artinya fungsi kognitif pada umur yang berlainan dapat jelas dibedakan satu sama lain. Jadi,
stadium yang berurutan menunjukkan kemungkinan kognitif baru yang sebelumnya belum
ada.

1.      Stadium Sensori-Motorik (0-2 tahun)

      Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori motorik
ini, intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulasi
sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan konkrit bukan tindakan imaginer
atau hanya dibayangkan saja. Selain itu, pengalaman kognitif anak didasarkan pada perlakuan
panca indera. Perkembangan kognitif tampak bila anak memiliki banyak pengalaman
interaksi dengan lingkungannya

      Tahapan kemampuan pada stadium ini yang dapat dideteksi adalah kemampuan
mengenali dan mengingat. Maka disarankan pada orang tua, pada stadium ini lebih banyak
memberi pengalaman tambahan pada anak, pengulangan pengalaman dengan mengingatkan
anak.

2.      Stadium Pra-Operasional (2-7 tahun)

      Cara berpikir pra-operasional sangat memusat (centralized). Ia akan memusatkan


perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain.
Beberapa kecakapan baru yang penting adalah kemajuan yang sungguh pesat dalam
pengumpulan kosa-kata. Oleh karena itu, disarankan agar orang tua lebih banyak berinteraksi
dengan kata-kata yang semakin kaya. Di samping itu, pada stadium ini, anak memiliki
kemampuan meniru dan mampu mendayagunakan imajinasinya.

3.      Stadium Operasional Konkrit (7-11 tahun)

Pada stadium ini pengalaman kognitif anak berangsur dari dunia fantasi ke dunia nyata,
maka logis tidaknya satu keadaan telah menjadi pertimbangan tindakannya. Pada stadium ini
disarankan untuk membimbing kreativitas, mengembangkan keterampilan dan mendorong
keberanian yang positif pada anak.

4.      Stadium Operasional Formal (mulai 11 tahun)

Pada stadium ini pengalaman kognitif anak telah kaya dengan pengalaman baik bersifat
kongkrit maupun abstrak, memberanikan diri memilah mana yang logis dan mana yang
imajinatif. Perkembangan stadium ini harus lebih banyak mendapat perhatian tentang kendali
tindakan anak. Karena stadium ini beriringan dengan fase pubertas. Psikologi kognitif lebih
mengarahkan pada adanya keterpaduan yang mampu memberikan jembatan kepada
perkembangan kognitif yaitu adanya kerja sama antara orang tua, guru dan lingkungan.

      Dan sebagai seorang guru tentulah lebih dahulu perlu diketahui siapa si terdidik itu.
Karena hal ini akan lebih bermanfaat, lebih efektif, efisien, terarah dan hasilnya lebih
memuaskan. Hal ini dikarenakan, sebenarnya anak sejak lahir telah membawa kemampuan-
kemampuannya sendiri, yang sedikit banyak berbeda dengan yang satu dengan lainnya.
2.3 Faktor Hereditas Dan Lingkungan

Pertumbuhan anak sebelum lahir itu terutama dideterminir oleh potensi hereditasnya.
Ketika terjadi fertilisasi dan tercipta manusia baru terjadi penggabungan antara kromosom
dari pihak Ibu dan dari pihak ayah. Pada kromosom terdapat banyak sekali (±20.000) faktor
keturunan (gen). Karena faktor keturunan ini, maka terdapat ciri-ciri khusus baik terlihat pada
segi fisiknya, segi fisiologis maupun karakterologi. Ketika tercipta manusia baru, maka ia
akan memperoleh faktor-faktor yang diturunkan (genotip). Menurut para ahli, genotip ini
jumlahnya lebih dari 70 triliun. Karena itulah tidak akan ada 2 manusia yang mempunyai
genotip yang sama.

10

Dengan demikian ketika terjadi konsepsi dan ketika dilahirkan merupakan suatu
kerangka yang memberi kemungkinan-kemungkinan yang merupakan potensi-potensi yang
bisa berkembang menjadi sesuatu ciri kepribadiannya. Dalam pendekatan biologis terdapat
satu aturan System yang memberikan pedoman bagi Psikologi Pendidikan dimana anak
dalam kelahiran dan pertumbuhan telah diawali dari adanya garis keturunan yang tidak
terpisah dengan orang tuanya.

Namun, faktor keturunan saja tidak menentukan sesuatu tingkah laku melainkan masih
bergantung pada lingkungan tempat berada. Sebaliknya, lingkungan saja tidak bisa
distrukturkan sedemikian rupa sehingga diharapkan berkembang melebihi kerangka genotip
yang sebenar-benarnya dimiliki. Tujuan memperkembangkan anak adalah memunculkan
sesuatu yang secara genotip adalah sebaik-baiknya untuk tujuan penyesuaian diri dan
mempertahankan diri dalam lingkungan hidupnya, termasuk kemampuan untuk
memanfaatkan sumber-sumber yang ada di lingkungan dan mengadakan hubungan-sosial
yang serasi

2.4 Cara Membina Perkembangan Anak


     Cara yang paling baik dalam membina perkembangan anak membutuhkan adanya.

1. Pendidik harus bisa mengetahui kejiwaan anak didik atau periode perkembangan anak
didik sehingga dapat memberlakukan anak sebagaimana mestinya.
2. Dalam pendidikan digunakan alat pendidikan, karena tanpa adanya alat ini,
pendidikan tidak mungkin dijalankan.
3. Keteraturan, Pendidikan diberikan sedikit demi sedikit dan harus dilakukan secara
kontinu serta rutin.
4. Kesabaran dan Ketekunan
5. Harus menyadari adanya individual, dalam pendidikan pasti terdapat perbedaan
individu, baik fisik maupun psikis sehingga guru harus bisa memberikan materi
pelajaran yang dapat ditangkap oleh berbagai macam tingkat intelegensi.

11

6.      Memberikan motivasi pada anak didik. Misalnya, membimbing anak didik dalam
mengekspresikan diri dan mengusahakan untuk menghilangkan sumber-sumber ketegangan
dan ketakutan di dalam kelas.

2.5 Penyusuaian Kurikulum

Penyesuaian ini bermaksud agar kurikulum tidak dilakukan secara kaku, Hal ini
merupakan suatu pemikiran yang memungkinkan si anak didik secara kontinu mengikuti
program pendidikan untuk mencapai perkembangan kepribadian secara optimal, sehingga
anak yang cerdas tidak merasa dihambat oleh teman yang rendah kemampuannya. Dan anak
yang rendah tidak dipaksa untuk menyesuaikan dengan teman yang tinggi kemampuannya.

Maka dari itu, sekolah paling tidak harus mempunyai :

 Program minimal yang harus dikuasai oleh anak didik


 Program tambahan bagi mereka yang mempunyai kemampuan lebih.
12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam passage
(peredaran waktu) tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organis
yaitu faktor sebelum lahir, faktor ketika lahir, faktor setelah lahir dan faktor psikologis.
Perkembangan ialah perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar
dalam passage waktu tertentu menuju kedewasaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu faktor herediter (bawaan sejak


lahir), faktor lingkungan yang menguntungkan atau yang merugikan, kematangan fungsi-
fungsi organis dan psikis, dan aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan,
kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui serta usaha membangun diri sendiri.
    Kognisi mengandung proses berpikir dan proses mengamati yang menghasilkan,
memperoleh, menyimpan dan memproduksi pengetahuan. Swiss, Piaget membagi
perkembangan kognisi menjadi beberapa stadium, yaitu stadium sensori-motorik (0-2 tahun),
pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11), operasional formalitas (mulai 11
tahun). Penyesuaian kurikulum bermaksud agar kurikulum tidak dilakukan secara kaku,

Hal ini merupakan suatu Azas (pemikiran) yang memungkinkan si anak didik secara
kontinu mengikuti program pendidikan untuk mencapai perkembangan kepribadian secara
optimal, sehingga anak yang cerdas tidak merasa dihambat oleh teman yang rendah
kemampuannya. Dan anak yang rendah tidak dipaksa untuk menyesuaikan dengan teman
yang tinggi kemampuannya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih. Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Jakarta :   Gunung Mulia, 1990

Kartono, Kartini. Psikologi Anak. Bandung : Mandar Maju, 1995


Mardianto. Psikologi Pendidikan. Bandung : Citapustaka, 2009
Monks, F.J. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1996
Sujanto, Agus. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Aksara Baru, 1988
Tarmizi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pustaka Utama, 2006
Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung : Mandar Maju, 1995), h. 18

Mardianto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Citapustaka, 2009), h. 18


14

Anda mungkin juga menyukai