Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH TUMBUH KEMBANG TERHADAP

PERILAKU ANAK AUTISME

Disusun Oleh:

Muhamad Daud Ali Askari 220910301097


UCAPAN

TERIMAKASIH

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-nya sehingga saya dapat menyusun Buku ini sebagai bentuk
tanggung jawab untuk memenuhi tugas Teknologi Informasi yang telah
diberikan.

Ucapan terima kasih saya tujukan kepada Bapak dosen yang telah
membantu penulis baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada support sistem saya, teman-teman serta diri saya sendiri yang
telah membantu saya dalam berbagai aspek pembentukan makalah ini sehingga
dapat terselesaikan tepat waktu.

Penulis menyadari, bahwa makalah yang penulis buat ini masih jauh
darikata sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, ketidak
sempurnaan baik dari segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisan. Oleh sebab
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masaa
yang akan datang. Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca
dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jember. 5 Juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
BAB 2 KAJIAN TEORI PSIKOLOGI.................................................................6
2.1 Pengaruh Proses Tumbuh Kembang Terhadap Perilaku Individu...............6
2.1.1 Tahap Perkembangan Motorik..............................................................6
2.1.2 Tahap Perkembangan Kognitif............................................................11
2.1.3 Tahap Perkembangan Sosial...............................................................13
BAB 3 KAJIAN MASALAH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DARI
SUDUT PANDANG PSIKOLOGIS..................................................................15
3.1 Gambaran Masalah Kesejahteraan Sosial..................................................15
3.2 Memahami Masalah Kesejahteraan Sosial Dari Sudut Pandang Psikologi
.........................................................................................................................20
BAB 4 PENUTUP..............................................................................................22
4.1 Kesimpulan................................................................................................22
4.2 Saran..........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................23

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia tidak akan terlepas dari yang namanya masalah kesejahteraan sosial.
Masalah kesejahteraan sosial adalah masalah yang menghambat dan menyebabkan
penyandangnya tidak dalam kondisi sejahtera baik secara jasmani, rohani, dan spiritual.
Masalah kesejahteraan sosial ada berbagai macam. Telah diatur dalam Permensos Nomor
8 Tahun 2012, Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) terdiri dari 26 macam.
Salah satunya yaitu anak penyandang disabilitas. Anak penyandang disabilitas adalah
anak berusia di bawah 18 tahun yang memiliki kekurangan baik fisik maupun mental
yang dapat menghambat dirinya untuk melaksanakan fungsi sosialnya. Salah satu contoh
dari anak penyandang disabilitas yaitu anak autis.
Anak autis adalah kondisi di mana seorang anak mengalami gangguan perkembangan
dalam bidang kognitif, komunikasi, interaksi sosial, dan emosi. Autis akan menyebabkan
penyandangnya kesulitan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara normal dengan
sesamanya. Gejala autis umumnya muncul pada saat anak berusia 2-3 tahun. Autis
disebabkan oleh dua hal, yang pertama adanya kesalahan dalam pola asuh orang tua, dan
yang kedua yaitu adanya gangguan pada otak penyandangnya. Selain dua hal itu, ada
beberapa faktor lain yang dianggap sebagai penyebab autis, seperti kelahiran prematur,
gangguan auto-imun, hingga keracunan logam berat.
Dikutip dalam Pusat Data Statistik Sekolah Luar Biasa, pada tahun 2018, terdapat
133.826 siswa penyandang autis. Sedangkan pada tahun 2019, jumlah siswa penyandang
autis meningkat, dengan jumlah 144.102.
Jumlah angka siswa penyandang autis di atas bukanlah angka yang kecil. Lantas
bagaimanakah proses tumbuh kembang pada anak autis? Proses tumbuh kembang terdiri
dari perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosial.
Proses tumbuh kembang anak autis tentunya berbeda dengan anak normal lainnya. Untuk
itu, perlu adanya peninjauan terkait perilaku anak autis dari sudut pandang psikologi

4
untuk membantu proses perkembangan anak autis agar dapat kembali melaksanakan
fungsi-fungsi sosialnya.

5
BAB 2
KAJIAN TEORI PSIKOLOGI

2.1 Pengaruh Proses Tumbuh Kembang Terhadap Perilaku Individu

2.1.1 Tahap Perkembangan Motorik


Istilah perkembangan sendiri adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Van de
Daele “perkembangan berarti perubahan secara kualitatif” (114). Menjelaskan bahwa
perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang ,
melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks.

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensorik dan
keterampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh/fisik ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ
seksual dan fungsi reproduksi. Jadi, perkembangan fisik merupakan suatu perubahan yang
terjadi pada fisik manusia, pada anak usia dasar meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan,
perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh,
pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik, ialah :


● Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi individu berkembang
dari dalam.

1. Gen atau faktor turunan (heredity).


Gen yang dibawa oleh kedua orang tua atau dari keturunan sebelumnya dapat
mempengaruhi tinggi badan, berat badan, warna kulit, warna pupil, dan warna
rambut.

2. Sistem Endokrin.

6
Sistem endokrin pada individu yang berjalan dengan normal maka
perkembangan fisik individu tersebut pun ikut dapat berjalan dengan normal
dan sebaliknya.

● Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi individu tersebut
berkembang dari luar.

1. Stimulasi lingkungan.
Individu yang tubuhnya sering mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan
percepatan pertumbuhan fisiknya akan berbeda dengan individu yang tidak
pernah mendapatkan pelatihan.

2. Makanan.
Tiap individu asupan gizi nya berbeda, bila individu tersebut mendapatkan
gizi yang seimbang dan mendukung percepatan perkembangan individu tentu
saja perkembangan fisiknya lebih optimal dibandingkan dengan asupan gizi
yang kurang.

3. Kesehatan.
Individu yang sering sakit akan membuat perkembangan fisiknya menjadi
terhambat.

Tahap-Tahap Perkembangan Fisik Pada Masa Bayi Hingga Dewasa

● Tahap Perkembangan Fisik Pada Bayi


Dalam dua tahun pertama bayi, fisik mereka terungkap dengan cara yang
kompleks. Saat lahir, bayi biasanya memiliki kepala yang lebih besar dari
ukuran tubuhnya, sehingga bayi yang baru lahir tidak memiliki kekuatan di
leher untuk menopang meskipun ia sudah memiliki beberapa refleks yang
umum. Ketika bayi telah memasuki bulan ke-12, ia mulai duduk, berdiri,
memanjat, membungkuk, dan berjalan.
● Tahap Perkembangan Fisik Masa Kanak-Kanak Awal
Pada masa ini pertumbuhan fisik dari segi berat dan tinggi badan
memungkinkan anak memiliki keahlian fisik yang lebih mumpuni sehingga

7
bisa melakukan eksplorasi terhadap lingkungan tanpa bantuan dari
orangtuanya.
● Tahap Perkembangan Masa Kanak-Kanak Tengah Dan Akhir
Pertumbuhan individu pada masa kanak-kanak tengah dan akhir akan berlanjut
sampai perubahan terbentuk pada tahap awal pubertas. Pertumbuhan postur
dan penampilan tubuh ketika memasuki sekolah dasar umumnya tidak
ditemukan keseimbangannya. Namun lama kelamaan anggota tubuh yang
sebelumnya tidak seimbang akan menjadi seimbang.
● Tahap Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja
Menurut Zigler serta Sevenson (dalam Desmita, 2006) ada dua jenis
perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja secara umum, yaitu:
Perubahan yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada fisik individu.
Perubahan yang berkaitan dengan perkembangan pada karakteristik seksual.
Perubahan fisik yang terjadi pada periode pubertas akan berlangsung dengan
sangat cepat dalam tempo yang teratur dan berkelanjutan. Perkembangan fisik
pada remaja disebabkan oleh peningkatan produksi hormon.
● Tahap perkembangan fisik pada masa Dewasa awal
Puncak performa fisik sering kali diraih dari usia 19 – 26 tahun, dalam periode
ini juga terdapat habit atau kebiasaan buruk yang dapat merusak performa
fisik seorang individu ketika menginjak dewasa awal. Angka kematian di usia
dewasa awal dua kali lipat lebih besar dibanding remaja.
● Tahap Perkembangan Fisik Pada Masa Dewasa Tengah Dan Akhir
Hurlock (1980) menyatakan bahwa dalam hal pertumbuhan fisik, baik laki-
laki maupun perempuan dapat mengalami ketakutan karena perubahan
fisiknya mungkin bisa mempengaruhi kemampuan untuk mempertahankan
pendamping yang dimilikinya, atau berkurangnya daya tarik terhadap lawan
jenis. Menyusutnya pertumbuhan fisik adalah tanda telah tibanya masa dewasa
tengah.

Perkembangan fisik erat kaitannya dengan perkembangan motorik. Pada manusia,


perkembangan motorik merupakan perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa
yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Aspek perilaku dan
perkembangan motoric saling mempengaruhi satu sama lainnya.

8
Menurut Hurlock (2000) mengatakan bahwa perkembangan motorik adalah
perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot, otak
yang terkoordinasi. jadi, perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian
gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otak, dan spinal cord.
Perkembangan motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik
kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian tubuh secara harmonis dan sangat
berperan untuk mencapai keseimbangan yang menunjang motorik halus. Sedangkan motorik
halus merupakan keterampilan yang menyatu antara motorik halus dengan panca indera.
Kesiapan mengkoordinasikan keseluruhan ini diperlukan untuk persiapan menulis, membaca
dan sebagainya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik pada anak-
anak.

Sudjiono (2015:28) menyatakan bahwa sistem saraf merupakan faktor utama dalam
efektivitas penggunaan gerak anak. Faktor yang mempengaruhi proses perkembangan
motorik, selain faktor genetik terdapat faktor lingkungan. Dilihat dari faktor genetik, jenis
kelamin mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan. Selain faktor di atas, ada juga
beberapa faktor yang mempengaruhi pada proses perkembangan motorik kasar anak usia dini
antara lain:

1. Kematangan.
Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh

kematangan syaraf yang mengatur gerakan tersebut.

2. Gizi.
Anak yang mendapatkan asupan gizi yang baik, maka secara kondisi fisik

anak juga akan memiliki kondisi yang baik, sehingga dapat bergerak dan

beraktifitas secara aktif dalam menggunakan anggota tubuhnya.

3. Obesitas (kelebihan berat badan).


Ada banyak faktor yang dapat memicu obesitas, salah satunya adalah factor

keturunan. Jika anak malas bergerak maka lemak akan tertimbun dan

membuat tubuh menjadi gemuk. Anak yang mengalami obesitas umumnya

memiliki rasa percaya diri yang rendah. Cara terbaik adalah dengan

9
mengatur pola makan anak dan rajin olahraga.

4. Jenis kelamin.
Perbedaan jenis kelamin akan tampak dalam berbagai kegiatan pada usia 2-5

tahun, umumnya anak perempuan lebih pada keterampilan keseimbangan

tubuh seperti lompat tali sedangkan pada anak laki-laki lebih pada

keterampilan melempar, menangkap, menendang, setelah usia 5 tahun

kemampuan gerak anak laki-laki dan perempuan saling menyusul.

5. Latihan.
Untuk mengembangkan keterampilan motorik anak perlu dilakukan latihan

dan bimbingan dari orang tua dan guru.

6. Motivasi.
Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai

kegiatan motorik kasar serta menyediakan berbagai sarana yang dibutuhkan

anak.

7. Pengalaman
Pengalaman gerak merupakan dasar bagi pengalaman berikutnya.

Pemberian platihan dan pengalaman yang membnagkitkan rasa senang pada

anak. Urutan perkembangan proses perkembangan fisik manusia berlangsung


berurutan, dari gerakan yang belum terarah kepada yang lebih terarah kemudian
sampai mampu menggabungkan gerakan yang berlawanan dengan koordinasi gerakan
yang baik (Kamtini, 2014:28).

Hambatan dari Perkembangan Motorik


1. Kelainan genetik seperti sindrom down.
Sindrom down adalah kondisi keterbelakangan fisik dan mental akibat perkembangan
kromosom 21 yang tidak normal. Penyebab dari Down Syndrome ini terjadi
dikarenakan kesalahan pembelahan sel yang terjadi pada saat embrio yang disebut
“nondisjunction” embrio yang biasanya menghasilkan 2 salinan kromosom 21, justru
menghasilkan 3 salinan kromosom 21.

10
Down syndrome dapat diketahui ketika usia kehamilan sekitar 15-20 minggu ini
memiliki tingkat keakuratan 100 persen untuk mendeteksi sindrom down.
Pemeriksaan diagnostik lainnya bisa dengan Chorionic Villus Sampling (CVS).

2. Kelahiran prematur.
Kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37 kehamilan. Penyebab Kelahiran
Prematur. Penyebab kelahiran prematur sering kali tidak diketahui. Namun, ketuban
pecah dini merupakan salah satu penyebab utama kelahiran prematur. Ada beberapa
faktor yang dapat memicu terjadinya kelahiran prematur, salah satunya yaitu faktor
kesehatan dari ibu sendiri. Gejala kelahiran prematur hampir serupa dengan gejala
atau tanda hendak melahirkan, yaitu: nyeri pinggang, kontraksi setiap 10 menit, kram
di perut bagian bawah, keluar cairan dan lendir yang semakin banyak dari vagina,
perdarahan vagina, peningkatan tekanan di bagian panggul dan vagina, mual dan
muntah.

3. Kelainan neuromuskular.
Kelainan neuromuskular adalah kondisi medis yang ditandai dengan ketidakmampuan
sistem saraf dan otot untuk bekerja sebagaimana mestinya. Pasien yang memiliki
kelainan tersebut biasanya menunjukkan beberapa gejala, seperti gangguan tidur
karena masalah pernapasan.

4. Cerebral palsy (lumpuh otak) atau distrofi otot.


Merupakan suatu kondisi terdapat kerusakan jaringan otak yang irreversible dan tidak
progresif. Kondisi ini merupakan gangguan yang dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk bergerak dan menjaga keseimbangan dan postur. Lumpuh otak
(cerebral palsy) disebabkan oleh perkembangan otak yang tidak normal, sering kali
sebelum lahir.

2.1.2 Tahap Perkembangan Kognitif


Menurut Dictionary of Psychology, tahapan-tahapan perubahan yang maju adalah
perkembangan yang terjadi pada suatu rentang kehidupan individu dan makhluk hidup
lainnya, tanpa mengklasifikasikan bagian-bagian yang terdapat dalam diri makhluk hidup
tersebut. Perkembangan yang terjadi berlangsung secara berkelanjutan dalam siklus
kehidupan. Salah satu bagian yang mengalami perkembangan manusia dalam kognitif.
Kognitif dalam psikologis manusia berarti perilaku emosional yang berkaitan dengan

11
memahami sesuatu, mempertimbangkan, mengolah informasi, melakukan pemecahan
masalah, melakukan sesuatu yang sengaja, dan saat meyakini sebuah hal.

Perkembangan kognitif merupakan hasil penggabungan dari kedewasaan otak dan


sistem saraf dan adaptasi pada lingkungan. Ahli biologi, Jean Piaget menemukan
ketertarikannya dalam ilmu pengetahuan, khususnya bagaimana cara manusia berpikir atau
epistemology genetic yaitu pembelajaran mengenai perkembangan pengetahuan manusia.

Menurut Jean Piaget, dalam Santrock (2017):

- Anak secara aktif membangun sistem pengertian dan pemahaman tentang realitas
melalui pengalaman dan interaksi
- Anak secara aktif membangun pengetahuan dengan terus menerus mengasimilasikan
dan mengakomodasikan informasi baru
- Pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan memiliki peran penting agar terjadi
perubahan perkembangan
- Interaksi sosial dengan teman sebaya (perdebatan dan diskusi) juga dapat membantu
memperjelas pemikiran dan membuatnya semakin logis

Teori perkembangan kognitif yang dinyatakan oleh Piaget adalah perubahan dalam
perkembangan struktur berpikir yang terorganisir dan dibangun dari struktur sebelumnya
yang sudah ada melalui empat faktor yaitu kematangan fisik, pengalaman dengan objek-objek
fisik, pengalaman sosial, dan ekuilibrasi.

Tahap perkembangan kognitif:

- Sensorimotor (0-2 Tahun)


Bayi melakukan pemahaman dengan pengalaman indra (sensory) dengan gerakan
otot. Di tahap ini, Gerakan akan membentuk pola reflektif untuk beradaptasi.
- Praoperasional (2-7 Tahun)
Anak-anak bereaksi sirkular tersier dengan mempertahankan hal-hal yang menarik
dan variasi yang lebih statis atau tetap. Anak dalam usia ini juga menggunakan suatu
kombinasi mental untuk menyelesaikan permasalah sederhana seperti memakai
mainan yang dipunyainya untuk membuka pintu.
- Operasional Konkret (7-11 Tahun)

12
Pada usia ini, anak dapat mengkoordinasikan objek dalam beberapa karakteristik
dimulai dengan progressive decentering yaitu kemampuan untuk mempertahankan
memori atau ingatan mengenai ukuran, panjang, dan jumlah. Dalam tahap ini, sangat
perlu untuk melihat elemen konkret lain untuk menarik kesimpulan logis,
- Operasional Formal ( > 11 Tahun)
Anak sudah mulai berpikir abstrak dan mampu berpikir tentang kemungkinan yang
dapat terjadi atau hipotesis. Berbalik dari tahap operasional konkret, pada tahap ini
anak dapat memecahkan permasalahan walaupun hanya disajikan secara verbal.

Kesimpulannya, dalam perspektif perkembangan kognitif memiliki pengaruh besar


dalam melakukan pemahaman atas bagaimana cara seseorang memperoleh dan menggunakan
pengetahuan. Dengan adanya teori ini, Jean Piaget juga mengajarkan kita untuk melakukan
pemahaman yang berkesinambungan dan memperluas pemahaman mengenai data yang telah
dikumpulkan, melihat tahapan yang didalamnya meliputi kuantitas dan kualitas informasi
yang berbeda sesuai dengan kemampuan seseorang dalam menunjukkan peningkatan
perkembangan.

2.1.3 Tahap Perkembangan Sosial


Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang
tua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan
bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana
menerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. Dapat juga diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi,
meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerjasama. (Susanto,
2011:40).

Menurut Ahli Tahap Perkembangan Sosial: Menurut Masitoh dkk (2009:2.14).


perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial diperoleh anak
melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons terhadap dirinya.

13
Menurut Hurlock (2011:250), perkembangan sosial adalah perolehan perilaku yang
sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat ( socialized )
memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama yang
lain, tapi saling berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar
sosialisasi individu.

Faktor-Faktor Tahap Perkembangan Sosial:

● Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap aspek


perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembnagkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak
ditentukan oleh keluarga.

● Kematangan.
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis
sehingga berbagai mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima
nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu
kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
● Status Sosial Ekonomi.
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.
● Pendidikan.
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan
sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.
● Kapasitas Mental: Emosi dan Intelegensi.
Kemampuan berpikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi berpengaruh
sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi

14
akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan
ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial
anak.

BAB 3

KAJIAN MASALAH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS

DARI SUDUT PANDANG PSIKOLOGI

3.1 Gambaran Masalah Kesejahteraan Sosial


Autisme adalah sekelompok gangguan perkembangan yang berpengaruh hingga
sepanjang hidup yang memiliki dasar penyebab gangguan perkembangan di otak
(neurodevelopmental). Gangguan yang terjadi pada otak anak menyebabkannya tersebut tidak
dapat berfungsi selayaknya otak normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang
autisme secara menonjol pada 3 bidang, yaitu: gangguan sosial, komunikasi, dan perilaku
dengan minat terbatas dan berulang.
1. Gangguan Perkembangan Interaksi Sosial
Anak dengan autisme memiliki kesulitan membaca dan memahami pikiran dan
perasaan orang lain di sekitarnya; dan sebaliknya mereka juga tidak dapat memahami
kemampuan diri sendiri untuk mempengaruhi atau merubah lingkungannya. Sehingga,
anak dengan autisme terlihat serti tidak memiliki minat melakukan interaksi sosial.
Namun beberapa anak memiliki keinginan sosial tapi tidak mampu menjalin interaksi
sosial tanpa dibantu orang lain.

2. Gangguan Komunikasi

15
Anak dengan autisme memiliki kemampuan komunikasi yang berbeda dimana mereka
kesulitan memahami fungsi sosial komunikasi verbal. Mereka memahami bahasa
secara literal dan kesulitan memahami konteks bahasa yang digunakan. Oleh karena
itu, anak dengan autisme biasanya memiliki kemampuan ekspresif daripada reseptif.
Pada beberapa anak juga ditemukan keterlambatan perkembangan bahasa.
3. Gangguan Minat Terbatas dan Perilaku Berulang/Repetitif
Anak dengan autisme memiliki minat yang terbatas serta keterpakuan pada rutinitas,
seperti: menyukai membuat barisan mainan. Ada juga perilaku berulang yang
ditunjukkan seperti obsesi terhadap suatu objek, misalkan: sangat tertarik pada jadwal
atau benda tertentu. Rutin dan ritual menjadi suatu yang sangat penting dalam
aktivitas anak dengan autisme, seperti melakukan hal-hal dalam urutan tertentu,
menggunakan baju tertentu, makan makanan tertentu. Rutinitas membuat anak dengan
autisme mampu memprediksi dan mengelola dunianya, maka ia akan sangat merasa
tertekan jika ritual dan rutinitas nya terganggu.
Ketiga gangguan ini sering disebut sebagai Tiga Gangguan Autisme (triad of
impairment).

Penyebab dari Autisme


Para peneliti menyatakan, autisme dapat berkembang karena kombinasi genetik dan
nongenetik, lingkungan, serta pengaruh lainnya. Pengaruh yang muncul ini dapat
meningkatkan risiko seseorang mengalami autisme. Perlu diketahui, peningkatan risiko tidak
sama dengan penyebab autisme. Sebagai contoh, beberapa gen yang berhubungan dengan
autisme juga dapat ditemukan pada orang yang tidak mengalami autisme. Selain itu, tidak
semua orang yang berada di lingkungan berisiko autisme akan mengalami autisme nantinya.
1. Faktor keturunan keluarga. Tingkat kemungkinan seorang anak mengalami autisme
ketika saudara kandungnya sudah ada yang mengalami sebesar 2-8%. Selain itu,
kembar monozygotic lebih mungkin terkena autis sebesar 90% dibandingkan kembar
dizygotic yang hanya memiliki kemungkinan sebesar 10%.
2. Faktor infeksi dari lingkungan semasa kehamilan. Pengaruh lingkungan berupa
penyakit epidemis seperti, rubella dan cytomegalovirus dapat meningkatkan risiko
autisme pada anak yang sedang dalam masa kandungan.

16
3. Abnormalitas pada struktur otak. Abnormalitas ini terjadi pada bagian amygdala dan
nucleus accumbens yang berpengaruh terhadap respons sosial dan emosional
seseorang dengan autisme.

Keunikan-keunikan Anak Autisme

Selain kelemahan-kelemahan tersebut, kita juga perlu memahami bahwa anak dengan
autisme juga memiliki kemampuan unik yang unggul. Keunikan utama anak dengan autisme
adalah fokus terhadap detail. Kemampuan ini dapat membantunya untuk mengerjakan tugas-
tugas yang membutuhkan fokus pada detail, seperti kecermatan dan menghapal. Kemampuan
memahami detail anak dengan autisme secara umum dianggap lebih kuat daripada anak yang
berkembang secara normal. Karakteristik unik lain dari anak dengan autisme biasanya dapat
mengembangkan kekuatan belajar yang lebih fokus pada informasi visual; hal ini membuat
mereka lebih mudah fokus pada pemrosesan informasi visual yang akan memudahkan
mereka untuk memahami informasi dari lingkungan. Jika kemampuan ini bisa dikembangkan,
kemampuan memahami detail visual dapat membuat mereka dapat diandalkan melakukan
tugas-tugas yang memerlukan kecermatan dan ketekunan visual, seperti menggambar,
mengingat informasi visual dan sebagainya. Anak dengan autisme yang memiliki
kemampuan unggul dalam suatu bidang disebut sebagai anak Autisme Savant. Dari informasi
ini, maka masyarakat perlu memahami bahwa label anak dengan autisme adalah anak sakit
yang tidak berguna di masyarakat adalah salah. Stigma autisme sebagai penyakit mental
sudah selayaknya diganti dengan cara pandang yang lebih positif, yaitu anak dengan autisme
adalah individu yang akan berkembang melalui tahap dan jalan perkembangan yang berbeda
dari individu lain. Sama sepertinya semua manusia, anak dengan autisme juga memiliki
keunikan perkembangan.

Gejala autisme muncul pada awal masa perkembangan anak, dan gejala tersebut dapat
bertahan sepanjang hidup anak.  Oleh karena itu pendekatan perawatannya haruslah
membantu perkembangan pada kemampuan-kemampuan anak dalam berbagai dimensi
perkembangannya (misal: bahasa, sosial, motoris, dan sebagainya). Stimulasi dini menjadi
jawaban untuk membantu anak dengan autisme agar anak dengan autisme dapat
mengoptimalisasi perkembangan serta kemampuan belajarnya. Anak dengan autisme perlu
dibantu untuk melakukan kontak sosial, belajar berbahasa dan mengatur perilakunya.

17
Jenis-jenis Autisme

1. Childhood Disintegrative.

Childhood Disintegrative Disorder, merupakan sebuah jenis jenis autisme pada anak
pada perkembangan anak yang bahkan sebelum usianya genap 3 tahun tandanya
sudah terlihat dengan jelas. Beberapa tanda tandanya bisa terlihat dari jenis jenis
autisme pada anak pada perkembangannya, berikut diantaranya.

● Kemampuan berbahasa dan bicaranya terlambat, bahkan ada juga yang sama
sekali tidak menunjukan perkembangan.
● Tidak menunjukan adanya keinginan untuk berkomunikasi baik melalui gerak
tubuh maupun mimik muka.
● Tidak berkeinginan untuk memulai sebuah interaksi dengan individu lain dan
lebih suka atau sibuk dengan dunianya sendiri.
● Bila sudah mampu berbahasa, tetapi yang diucapkan tidak memiliki makna
yang jelas dan tidak lazim serta diulang ulang terus menerus.
● Tidak menyukai permainan yang imajinatif, otomatis permainan yang
dilakukannya kurang bervariasi.

2. PDD NOS ( Pervasive Developmental Disorder, Not Otherwise Specified)


Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified atau sering disingkat
dengan PDD NOS, sejatinya adalah diagnosa yang ditujukan pada anak  yang secara
diagnostik tidak memenuhi seluruh kriteria yang biasa ditemukan dalam autisme.
Dalam anak dengan PDD NOS  jenis jenis autisme pada anak yang jelas terlihat ada
dalam segi komunikasi, caranya berinteraksi secara sosial, juga minat serta
perhatiannya. Setiap anak yang terdiagnosa PDD NOS memiliki  jenis jenis autisme
pada anak dengan intensitas yang tidak sama dan cenderung berbeda. Ada yang
mengalami  jenis jenis autisme pada anak dan  hambatan di dalam lingkungan rumah
atau sekolah saja, yang lainnya memiliki kesulitan di seluruh aspek kehidupannya.
Tanda yang sering terlihat pada anak anak dengan PDD NOS seringkali mirip dengan

18
autisme berikut diantaranya:
▪ Anak mengalami keterlambatan dalam berbicara dan bahasa.
▪ Kurang merespon ketika dipanggil namanya.
▪ Belum atau kurang bisa menunjukan apa yang mereka mau, pointless.
▪ Belum bisa diajak berkomunikasi secara pasif, misalkan diminta mengambil benda
atau sesuatu.
▪ Belum bisa mengucapkan kata kata yang bermakna, atau hanya mengeluarkan suara
suara tanpa arti yang jelas, dan tidak ada fase bubling atau mengoceh.

3. Rett’s Syndrome (Sindrom Rett)


Rett’s Syndrome atau Sindrom Rett, merupakan  jenis jenis autisme pada anak autistik
pada anak yang terjadi sebab disebabkan oleh adanya kelainan genetik otomatis  berpengaruh
pada perkembangan otak. Secara eksklusif, sindrom ini hanya terjadi khusus pada anak
perempuan saja. Sebab kelainan perkembangan tersebut,  hingga membuat anak dengan
sindrom Rett memiliki tanda dan tanda yang hampir mirip dengan autisme. Tak sedikit anak
dengan sindrom Rett pada awal tumbuh kembangnya terjadi secara normal, tetapi kemudian
perkembangannya mengalami hambatan dan bahkan mundur ketika usianya mencapai 18
bulan. Dan sebabnya anak anak yang memiliki sindrom Rett memiliki fungsi motorik yang
tidak bekerja secara normal seperti ketika untuk berbicara, menggunakan tangannya, berjalan,
bahkan untuk mengunyah makanan. Di tahap awal ini biasanya tandanya seringkali
terabaikan, yakni di usia 6 hingga 18 bulan pertama. Tanda – tanda yang terlihat dari bayi
dengan sindrom Rett adalah kurangnya kontak mata dan bayi yang cenderung kehilangan
minat terhadap permainan atau mainan yang ada disekitarnya. Bayi pun juga cenderung
terlambat duduk ataupun pun merangkak. Di tahap ini sindrom Rett dimulai antara usia 1
hingga 4 tahun. Dan di saat ini kemampuan motorik anak secara bertahap mulai menghilang
seperti untuk berbicara maupun untuk menggerakan tangan, misalnya saja untuk melakukan
gerakan meremas, bertepuk tangan bahkan mengetuk sangat sulit dilakukan. Bahkan, pada
beberapa anak dengan sindrom Rett mengalami hiperventilasi, sering  berteriak dan menangis
tiba tiba tanpa sebab yang jelas.Di tahap ini merupakan puncak tanda yang dimulai di usia
sekitar 2 hingga 10 tahun. Dan kondisi yang dialami oleh anak bisa saja berlangsung cukup
lama bahkan hingga bertahun tahun. Meskipun terkadang masalah yang berhubungan dengan
mobilitas masih tetap ada dan berlanjut,  jenis jenis autisme pada anak perilaku sudah bisa
diperbaiki. Anak – anak dengan sindrom Rett yang ada di tahap ini terkadang bahkan jarang

19
menangis, kewaspadaannya pun meningkat, tidak gampang marah, dan memiliki perhatian
yang baik serta keterampilan komunikasi non verbalnya pun membaik. Pada tahap ini terlihat
dari tanda mobilitasnya yang mulai berkurang, misalnya disebabkan sebab kelemahan otot
dan scoliosis (masalah tulang belakang). Tanda lain yang juga cukup terlihat seperti
kurangnya pemahaman, komunikasi serta keterampilan tangan. Dan di tahap ini gerakan
tangan berulang yang sering dilakukan sedikit berkurang. Anak dengan sindrom Rett
biasanya akan membutuhkan perawatan dan bantuan dari individu lain sepanjang hidup
mereka.

4. Sindrom Asperger
Sindrom Asperger sejatinya merupakan salah satu dari autisme  jenis jenis autisme pada anak
spektrum (ASD), namun lebih sering dianggap autisme “high functioning” atau autisme
dengan kemampuan yang cukup multifungsi. Sebabnya anak dengan sindrom ini terkadang
tidak terdiagnosis hingga mereka mulai kesulitan saat berada di sekolah maupun lingkungan
kerja. Secara pasti penyebab sindrom Asperger pada anak belum teridentifikasi, namun
menurut para ahli hal ini terjadi sebab adanya kelainan pada otak otomatis memberikan
pengaruh besar terhadap perkembangan anak. Dan ada kemungkinan bahwa kelainan ini
timbul. sejak janin masih dalam kandungan. Juga ada kondisi yang disebabkan oleh genetik,
otomatis dalam sebuah keluarga yang salah satu anggotanya memiliki sindrome autisme bisa
saja memiliki anak dengan  jenis jenis autisme pada anak yang serupa walau dalam spektrum
yang berbeda.

3.2 Memahami Masalah Kesejahteraan Sosial Dari Sudut Pandang Psikologi


Autis berasal dari Bahasa Yunani “autos” berarti sendiri yang ditunjukan kepada
seseorang yang hidup di dalam dunianya sendiri.Autisme atau gangguan autistik terjadi pada
anak yang gejalanya sudah ada sebelum mereka berusia 3 tahun. Autisme adalah gangguan
kronis yang dialami pada masa kanak-kanak yang akan terjadi seumur hidup mereka.
Individu penyandang autis akan mengalami permasalahan dalam hal berkomunikasi,
sosialisasi, dan behavior. Anak autis mengalami hambatan perkembangan yang saling
berhubungan dan terlihat sebelum berusia tiga tahun sehingga anak tersebut mengalami
hambatan dalam komunikasi dan interaksi sosialnya.

a. Teori Berpandangan Kognitif

20
Salah satu teori psikologi mengenai autisme yang paling terkenal dan bertahan sampai
saat ini adalah Theory of Mind (ToM) yang dikembangkan oleh Simon Baron- Cohen, Alan
Leslie, dan Uta Frith. Berdasarkan pengamatan terhadap anak-anak autistik, mereka
menetapkan hipotesis bahwa tiga kelompok gangguan tingkah laku yang tampak pada mereka
(interaksi sosial, komunikasi, dan imajinasi) disebabkan oleh kerusakan pada kemampuan
dasar manusia untuk membaca pikiran. Pada anak-anak normal, sejak usia empat tahun
umumnya mereka sudah mengerti bahwa semua orang memiliki pikiran dan perasaan yang
akan mengarahkan tingkah laku. Sebaliknya, anak-anak autistik memiliki kesulitan untuk
mengetahui pikiran dan perasaan orang lain yang berakibat mereka tidak mampu
memprediksi tingkah laku orang tersebut. Kondisi ini oleh Baron-Cohen disebut
“mindblindness”, sementara Frith menjelaskannya dengan istilah “mentalizing”.

a. Teori Berpandangan Neurologis

Adanya inkonsistensi hasil-hasil eksperimen untuk menguji ToM pada anak-anak


autistik memunculkan teori baru yang lebih berorientasi pada masalah neurologis yaitu teori
executive functioning (EF). Masalah pada anak autistik mungkin disebabkan oleh kegagalan
dalam melaksanakan tugas atau masalah dalam melakukan fungsi eksekutif, bukan defisit
kompetensi. Fungsi eksekutif antara lain adalah kemampuan untuk melakukan sejumlah tugas
secara bersamaan, berpindah-pindah fokus perhatian, membuat keputusan tingkat tinggi,
membuat perencanaan masa depan, dan menghambat respon yang tidak tepat.

21
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Autisme adalah sekelompok gangguan perkembangan yang berpengaruh hingga
sepanjang hidup yang memiliki dasar penyebab gangguan perkembangan di otak
(neurodevelopmental). Gangguan yang paling menonjol adalah pada perkembangan interaksi
sosial, komunikasi, dan minat terbatas serta perilaku berulang. Penyebab terjadinya autism
adalah keturunan, infeksi lingkungan, absorb normalitas otak yang akhirnya menyebabkan
serangkaian jenis-jenis dan banyaknya keunikan dalam diri seorang penyandang autism.

4.2 Saran
Banyaknya stigma masyarakat merujuk kepada ketidakbisaan anak penyandang
autism untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Menganggap autisme adalah virus
menular yang harus dipisahkan dan diasingkan menjadi stiga terburuk yang dapat diterima
penyandang autisme. Maka dari itu, sebagai mahasiswa yang mengetahui ilmu ini perlu
disebarluaskan ke lingkungan sekitar agar masyarakat lebih peduli dan sadar akan anak-anak
autisme juga butuh pendidikan yang layak, perekonomian yang stabil, dan pelatihan
kemampuan untuk mencari pekerjaan yang sesuai.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Mu'min, S. A. (2013). Teori perkembangan kognitif jean piaget. Al-TA'DIB: Jurnal Kajian


Ilmu Kependidikan, 6(1), 89-99.
Ibda, F. (2015). Perkembangan kognitif: teori jean piaget. Intelektualita, 3(1).
Dosenpsikologi.com. 4 Jenis Autisme Pada Anak. Diakses pada 18 Maret 2023, dari 4
Jenis Autisme pada Anak - DosenPsikologi.com.
Psikologiforensik.com. Psikopatologi: Autisme. Diakses pada 18 Maret 2023, dari
Psikopatologi: Autisme | Psikologi Forensik dan Psikopatologi.

24

Anda mungkin juga menyukai