Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik

Yang Dibina Oleh Nur Lina Safitri, S.Pd, M.Pd

Oleh :

Lailatul Mustaidah (2011722001)

Ema Nanda Damai Apriline (2011722003)

Siti Maisaroh (2011722026)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS NAHDLATUL ULAMA PASURUAN

FAKULTAS PENDIDIKAN

PROGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI

Februari 2023
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga penulis
dapat menyusun makalah tentang "Pertumbuhan Dan Perkembangan" dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan,
menambah wawasan, memperdalam pemahaman dan menyelesaikan tugas kelompok
matakuliah Pengantar Pendidikan.
Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengempu mata kuliah perkembangan
peserta didik yaitu Ibu Nur Lina Safitri, S.Pd, M.Pd yang telah memberikan tugas ini. Tidak
lupa juga kami berterimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi,
memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada
waktunya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Kami telah menyusun
makalah ini dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sekalian.
Pasuruan,01 Februari 2023

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
A. Mengidentifikasi Faktor-Faktor Pertumbuhan Dan Perkembangan ............................... 5
B. Prinsip Perkembangan Peserta Didik ............................................................................ 10
C. Implikasi Perkembangan Peserta Didik Dalam Pembelajaran ...................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinue, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
"pertumbuhan" dan "perkembangan" secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini
tidak bias dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri;
akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks, artinya
banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses
perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang
diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi
tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut. perkembangan seseorang
berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi
jasmani bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah
perkembangan intelektual dan bahasa.
Perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang jika fisik
dan psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat
tertentu (Langeveld). Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh adanya
pertumbuhan jika seorang individu mengalami pertumbuhan yang baik maka
perkembangan akan baik pula.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan?
2. Apa prinsip perkembangan peserta didik?
3. Bagaimana implikasi perkembangan peserta didik dalam pembelajaran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang faktor pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan peserta didik.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang implikasi perkembangan peserta
didik dalam pembelajaran.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengidentifikasi Faktor-Faktor Pertumbuhan Dan Perkembangan


Kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa disamping
dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh
faktor psikososial. Baik faktor bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan
dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini berbeda-beda antara individu yang satu
dengan yang lain, sehingga menyebabkan perbedaan yang disebut dengan istilah
individual differences. Berdasarkan hal ini, masing-masing individu memiliki
keunikan atau kekhasan sendiri baik dalam setiap gejala jiwa yang meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan berfikir,
merasakan sesuatu, serta sikap dan perilakunya sehari-hari. Dalam melihat dan
menyikapi perbedaan tersebut, hendaknya pendidik menyadari bahwa tidak semua
individu dapat diperlakukan dengan cara yang selalu sama. Masing-masing
individu memiliki kekhasan sendiri, sehingga pendekatan yang sifatnya personal
maupun institusional tentu berbeda. Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan individu adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Kondisi Fisik
Faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada
faktor genetik yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Faktor ini
dimulai dari masa pembuahan sel telur oleh sel jantan. Unsur-unsur di
dalam struktur genetik inilah yang memprogramkan tumbuhnya sel tubuh
pada manusia. Gen inilah yang menentukan warna rambut, kulit, ukuran
tubuh, jenis kelamin, kemampuan intelektual, serta emosi (Atkinson,
1991). Potensi genetik inilah yang akan berinteraksi dengan lingkungan
sehingga membentuk individu tersebut tumbuh dan berkembang.
Pada masa pembentukan sel-sel tubuh, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi janin disamping keunikan yang telah ada pada
kedua orangtuanya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor
penyimpangan yaitu dari segi fisik, seperti keadaan gizi yang buruk pada
ibu hamil, dipengaruhi berbagai jenis obat-obatan yang berbahaya, rokok,
alkohol, serta zat-zat kimia dapat merugikan janin. Dari segi psikologis,
pembentukan sel-sel tubuh juga dipengaruhi oleh keadaan psikologis
selama kehamilan. Emosi Ibu yang tidak stabil atau stres yang berat dapat
menumbuhkan kelainan pada janin, seperti penyakit dan cacat fisik
maupun psikologis. Untuk lebih rinci dapat dicermati penjelasan berikut
ini;
1) Faktor Gizi atau Asupan Makanan
Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi
yang baik dan berimbang. Hal ini merupakan faktor yang sangat
penting dalam merangsang tumbuh kembang individu dan merangsang
perkembangan otak dan sistem syarafnya yang merupakan bagian

5
paling penting dalam menentukan tumbuh dan kembang individu.
Walaupun perkembangan otak tidak sepesat masa bayi, namun otak
terus tumbuh pada masa awal individu-individu. Pada usia 3-4 tahun,
ukuran otaknya adalah ¾ dari otak orang dewasa. Pada usia 5 tahun,
ukuran otaknya mencapai 9/10 otak orang dewasa atau sekitar 90 %
berat otak orang dewasa. Beberapa pertambahan ukuran otak
disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat syaraf di daerah
otak. Ujung-ujung urat syaraf akan terus tumbuh hingga masa remaja.
Bertambah matangnya otak, dikombinasikan dengan pemberian
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, akan
menyumbang besar bagi perkembangan kognitif individu (Santrock,
1995).
Oleh karena itu, pemberian gizi yang baik tidak hanya
ditentukan pada saat setelah kelahiran saja, namun seperti yang sudah
dijelaskan di atas, dimulai sejak janin tumbuh di dalam kandungan.
Pasca kelahiran dimulai dari pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang
sangat baik bagi individu karena sesuai dengan keadaan tubuh bayi
pada saat itu. Adapun kebutuhan gizi yang diperlukan adalah masukan
kalori dan protein, ditambah dengan perlunya masukan vitamin, zat
besi, yodium dan kalsium.
Kalori didapatkan dari karbohidrat sebagai sumber energi untuk
pembakaran sel-sel tubuh yang menunjang gerakan motorik dan
aktivitas berfikir. Sumber karbohidrat ini didapatkan dari nasi, roti, mi,
jagung ataupun berbagai macam makanan yang mengandung tepung.
Protein diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel tubuh serta
menggantikan zat-zat tubuh yang sudah aus dan membuat hormon-
hormon pertumbuhan. Protein ini bisa berasal dari hewan seperti:
daging sapi, ayam, telur maupun ikan, sementara protein nabati atau
yang berasal dari tumbuhan seperti tempe, tahu, kacang hijau. Berbagai
macam protein ini haruslah disajikan secara bervariasi pada individu
sehingga dapat saling melengkapi.
Vitamin dan mineral pun sangat diperlukan untuk
meningkatkan metabolisme tubuh, yaitu proses perubahan bahan
makanan menjadi energi, menjaga daya tahan tubuh dari infeksi dan
penyakit. Sumber vitamin dan mineral ini bisa didapat dari berbagai
macam sayuran dan buah-buahan
Zat yang paling berperan langsung pada daya pikir adalah zat
besi dan yodium. Kekurangan zat besi berakibat jumlah oksigen yang
dibawa oleh sel-sel ke seluruh tubuh termasuk ke dalam otak
berkurang, sehingga terlihat individu lesu, tidak bergairah dan
menurunnya daya konsentrasi. Zat besi banyak terdapat dalam daging
berwarna merah, hati dan sayuran berwarna tua.
Yodium berfungsi untuk kerja kelenjar tiroid yang
menghasilkan hormon tiroksin yang mengontrol laju metabolisme.
Kekurangan yodium ini dapat mengakibatkan merosotnya IQ dan
keterbelakangan mental. Yodium ini banyak terdapat pada makanan

6
yang berasal dari laut dan garam. Zat lain yang sangat berguna bagi
tubuh adalah kalsium yang digunakan untuk pertumbuhan tulang, gigi,
kelancaran impuls syaraf di otak dan kerja jantung. Kalsium ini bisa
didapat dari susu, keju, ikan laut, ayam dan brokoli (Boediarti dalam
Izzaty, 2004)
2) Cacat dan penyakit
Kondisi individu yang cacat banyak disebabkan oleh beberapa hal
yaitu :
a) Pengaruh genetik karena adanya kelainan berupa
penyimpangan kromosom. Salah satu penyimpangan
kromosom disebut dengan downsyndrome. Penyimpangan ini
disebabkan adanya kelainan pada kromosom ke-21 berjumlah
tiga dari yang seharusnya berjumlah dua. Individu yang
menderita downsyndrome ini memiliki ekspresi muka yang
khas, yang biasanya diikuti oleh keterbelakangan dalam
perkembangan (Monks, 1998)
b) Ibu yang kurang gizi pada saat mengandung. Seperti yang
diungkapkan oleh Mussen (1994) mengatakan bahwa bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi dapat menyebabkan
berat lahir rendah, menderita kecacatan atau keabnormalan
pada otak sehingga mengakibatkan retardasi mental, kurangnya
kekebalan tubuh sehingga cepat terserang penyakit radang
paru-paru dan bronkitis, serta cacat tubuh.
c) Obat-obatan dan alkohol. Kandungan zat kimia pada obat dan
alkhohol pada orangtua akan menghasilkan sprerma dan sel
telur yang tidak sehat. Begitupun pada kondisi janin yang
dikandung oleh ibu yang sering meminum alkohol, obat-
obatan, serta obat terlarang seperti mariyuana serta obat-obat
psikotropika kecendrungan untuk melahirkan bayi yang cact
cenderung besar. Selain itu kelainan jantung, retardasi mental,
serta fungsi tubuh yang tidak optimal dapat menjadi akibat dari
obat dan alkohol.
d) Radiasi
Mussen (1994) mengatakan bahwa sumber potensial kecacatan
pada bayi adalah radiasi sinar X yang dialami ibu selama
kehamilan, baik itu untuk pengobatan penyakit ibu seperti
kanker, tumor, atau diagnosis penyakit lain.Radiasi antara
pembuahan dan saat ovum tertanam di uterus dianggap
mengahncurkan ovum yang telah dibuahi. Bahaya terbesar
adalah cacat bentuk tubuh antara minggu kedua dan keenam
setelah pembuahan.
e) Penyakit yang diderita Ibu selama kehamilan
Beberapa penyakit yang dianggap berbahaya dapat
mempengaruhi kondisi janin adalah penyakit citomegalovirus,
rubela (campak jerman), hepatitis, cacar air, sipilis, serta

7
toksoplasma. Beberapa penyakit yang dapat timbul adalah cacat
tubuh, cacat jantung, ketulian, kebutaan, serta retardasi mental.
f) Keadaan Emosi pada Ibu
Keadaan emosi itu sangat memperngaruhi perkembangan janin.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa ktika ibu merasakan marah,
tertekan, takut, dan cemas yang tinggi akan mengaktifkan
sistem autonomik ibu yang selanjutnya melepaskan zat kimia
seperti asetilkolin dan epnefin ke dalam aliran darah.
Selanjutnya, dalam keadaan seperti itu, kelenjar-kelnejar
endokrin seperti kelenjar adrenalin mengeluarkan berbagai
jenis hormon dan terjadi modifikasi metabolisme sel. Dengan
berubahnya komposisi darah, zat baru diteruskan melewati
plasenta, sehingga mengahsilkan perubahan dan sistem
peredaran janin. Perubahan inilah yang dapat menganggu janin.
Sebuah penelitian mencatat bahwa gerakan tubuh janin
meningkat beberapa ratus persen sewaktu mengalami stres atau
tekanan emosi (Sontag dalam Mussen, 1994). Lebih lanjut
dikatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang tidak bahagia
atau gundah, maka dapat mengakibatkan bayi lahir prematur
atau memiliki berat lahir rendah, hiperaktif, rewel, kesulitan
makan, mengalami gangguan tidur, buang air besar berlebihan,
serta kebutuhan luar biasa untuk perlu diperhatikan.
b. Kondisi Psikis
Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Seperti yang diuraikan
sebelumnya, bahwa ranah perkembangan individu menyangkut aspek fisik,
intelektual yaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral. Kondisi
fisik yang tidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan persepsi
individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun dengan
ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan
karena kerusakan sistem syaraf , kerusakan otak atau mengalami retardasi
mental.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan Fisik;
Lingkungan ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan
geografis, sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang
meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian (Soetjiningsih, 1998).
Semua kondisi di atas sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat
menjalankan proses kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang
tidak aman karena adanya pertikaian dapat menyebabkan tekanan
tersendiri bagi individu dan proses imitasi atau peniruan perilaku
kekerasan yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku individu.
Sementara itu kondisi yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya sanitasi
atau kebersihan lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup
sehat, serta keadaan geografis yang sulit, misalnya karena di daerah
terpencil yang jauh dari informasi, sulit dijangkau, serta rawan akan
bencana alam, selain dapat mempengaruhi tekanan psikis juga

8
mempengaruhi faktor kesehatan karena pengobatan yang sulit didapatkan.
Menurut teori stres lingkungan (Sarwono, 1992), ada dua elemen dasar
yang menyebabkan manusia bertingkah laku terhadap lingkungannya.
Elemen pertama adalah stresor dan elemen kedua adalah stres itu sendiri.
Stresor adalah elemen lingkungan yang merangsang individu seperti
kebisingan, suhu udara, dan kepadatan, ataupun lingkungan rumah yang
tidak sehat. Sementara stres diartikan sebagai ketegangan atau tekanan
jiwa yang merupakan akibat dari hubungan antara stresor dengan reaksi
yang ditimbulkan dalam diri individu.
b. Lingkungan Non fisik
Faktor Non fisik meliputi berbagai macam komponen, yaitu keluarga,
pendidikan, dan masyarakat. Adapun beberapa faktor yang berkenaan
dengan Faktor non fisik ini adalah ;
1) Faktor Psikososial
Ada beberapa hal yang termasuk faktor psikososial yaitu stimulasi,
motivasi dalam mempelajari sesuatu, pola asuh, serta kasih sayang dari
orang tua: Stimulasi. Hal ini merupakan faktor yang penting dalam
menunjang perkembangan individu. Individu yang mendapat stimulasi
atau rangsangan yang terarah dan teratur akan lebih cepat mempelajari
sesuatu karena lebih cepat berkembang dibandingkan individu yang
tidak mendapatkan banyak stimulasi. Individu akan berkembang pola-
pola berfikir, merasakan sesuatu, dan bertingkah laku, bila banyak
diberi rangsangan yang berupa dorongan dan kesempatan dari
lingkungan disekitarnya. Walaupun mungkin ada individu yang
berbakat, namun bila lingkungannya tidak mendukung, potensinya
untuk berkembangpun dapat terhambat. Sebaliknya, bila ada individu
yang belum terlihat potensi pada dirinya, namun rangsangan dan
kesempatan bereksplorasi diberikan secara maksimal dan sesuai
dengan kebutuhan usianya, maka individu tersebut dapat berkembang
jauh lebih baik. Sebagai contoh, individu yang sejak dini diajarkan
bagaimana memecahkan permasalahannya akan lebih mudah
menyelesaikan masalah lain karena adanya pengalaman belajar.
a) Motivasi dalam mempelajari sesuatu. Motivasi yang ditimbulkan
dari sejak usia awal akan memberikan hasil yang berbeda pada
individu dalam menguasai sesuatu. Dorongan yang bersifat
membangun daya fikir dan daya cipta individu, akan membuat
individu termotivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi.
Pemberian kesempatan pada individupun dalam mengeksplorasi
sesuatu merupakan salah satu cara dalam memotivasi individu
belajar. Hal ini dapat dilakukan oleh pihak institusi pendidikan
maupun dari pihak keluarga. Individu dimotivasi utnuk menjelajah,
meneliti, berkarya atau memegang sesuatu utnuk memuaskan rasa
ingin tahunya merupakan hal yang dibutuhkan individu.
b) Pola asuh dan kasih sayang dari orang tua. Orangtua merupakan
area terdekat pada individu. Individu sangat memerlukan kasih
sayang, perlindungan, rasa aman, sikap dan perlakuan yang adil

9
dari orangtua. Bagaimana gaya pengasuhan orangtua yang
diberikan pada individu; apakah permisif atau serba boleh, otoriter
yang tidak membolehkan individu berbuat apapun, ataukah bersifat
otoritatif yang merupakan perpaduan dari keduanya, semuanya
akan memberikan dampak yang berbeda pada individu. Pola asuh
ini sangat dipengaruhi oleh kualitas interaksi antara individu dan
orangtua. Bagaimana individu terbentuk tentunya didapat dari
pembiasaan-pembiasaan yang terjadi pada situasi rumah. Hal inilah
yang terkadang mendasari individu untuk mengembangkan dirinya.
Sebagai contoh, individu yang mendapat gaya pengasuhan otoriter
yang bercirikan semua diatur oleh orangtua individu tersebut akan
menjadi individu yang selalu bergantung serta memiliki daya
kreativitas yang rendah karena adanya pembatasan-pembatasan
dalam berfikir dan berperilaku. Sebaliknya individu yang selalu
mendapatkan kebebasan berperilaku semaunya akan
mengembangkan sikap dan perilaku yang sulit memahami dan
menerima keadaan yang berbeda dengan dirinya.

B. Prinsip Perkembangan Peserta Didik


Perkembangan menunjukkan gejala-gejala yang secara relatif teratur.
Sehingga terjadi pola-pola perkembangan yang sistematis. Atas dasar itu, maka
para ahli merumuskan prinsip-prinsip perkembangan. Prinsip-prinsip
perkembangan itu kadang-kadang juga dipandang sebagai hukum-hukum
perkembangan. Beberapa prinsip itu adalah:
1. Perkembangan fungsi-fungsi jasmaniah dan fungsi-fungsi rohaniah
berlangsung dalam proses satu kesatuan yang menyeluruh (integral).
Prinsip ini sering disebut sebagai hukum kesatuan organis (fungsional).
Prinsip ini berarti bahwa organ-organ atau fungsi-fungsi itu proses
perkembangannya bukan secara sendiri-sendiri, terpisah satu sama lain.
Melainkan satu dengan yang lain saling berhubungan dan bahkan saling
ketergantungan. Perkembangan fungsi pikir misalnya, adalah tidak
terpisahkan dengan perkembangan fungsi ingatan, fungsi fantasi, fungsi
motivasi dan sebagainya, bahkan tidak terpisah dengan organ-organ
jasmaniah.
2. Setiap individu mempunyai kecepatan sendiri-sendiri dalam
perkembangannya. Prinsip ini mengandung maksud bahwa
perkembangan antara sejumlah anak tidaklah sama,belum tentu sama
pula tingkat perkembangan yang dicapainya pada suatu saat tertentu,
baik pola perkembangan seluruhnya, maupun dalam aspek tertentu dari
perkembangan itu. Dengan kata lain senantiasa terdapat perbedaan-
perbedaan individual dalam proses perkembangan anak-anak. Prinsip ini
disebut juga dengan hukum tempo perkembangan.
3. Perkembangan seorang individu, baik keseluruhan maupun setiap
aspeknya, kelangsungannya tidak konstan melaikan berirama. Ini berarti
bahwa proses perkemangan itu kadang-kadang cepat, kadang-kadang
lambat, atau mungkin berhenti untuk beberapa waktu. Perkembangan
10
kemampuan berbicara sebagai suatu bentuk pekembangan misalnya,
padasuatu saat cepat memperooleh kata-kata baru beserta pengertiannya
dalam waktu jangka singkat, pada saat yang lain sebaliknya, dalam
waktu yang lebih lama hanya mendapat penambahan sedikit ataupun
tidak mendapatkan kosa kata yang lain lagi. Prinsip ini disebut juga
dengan hukum irama (rithme) perkembangan.
4. Proses perkembangan itu megikuti pola tertentu. Prinsip ini menyatakan
bahwa setiap aspek perkembangan kelangsungan mengikuti aturan yang
relatif tetap, sesuai dengan perkembangan itu sendiri. Misalnya,
perkembangan kecakapan berjalan, dimulai dengan berdiri sambil
berpegangan selanjutnya erdiri tanpa berpegangan, melangkah sambil
jatuh sampai melangkah dan berjalan seperti biasa.
5. Proses perkembangan berlangsung secara berkesinambungan. Dengan
prinsip ini berarti apa yang sudah dicapai pada saat-saat yang lalu
merupakan bagian tak terpisahkan dengan bagian-bagian sebelumya. Oleh
kareba itu, adanya periode-periode perkembangan yang diadakan adalah
sekedar untuk memahami perkembangan, karena sebenarnya tidak ada
perubahan yang mendadak. Prinsip ini disebut juga dengan hukum
kontinuitas perkembangan.
6. Antara aspek perkembangan dengan aspek perkembangan yang lain
saling berkaitan atau saling berkolerasi secara bermakna. Dengan prinsip
ini dapat dicontohkan, bahwa perkembangan kesanggupan berjalan akan
berkolerasi dengan perkembangan dan pertumbuhan otot-otot, syaraf-
syaraf, tulang-tulang kaki dan sebagainya. Prinsip ini dipandang sebagai
hukum kolerasi perkembangan.
7. Perkembangan berlangsung dari pola-pola yang bersifat umum menuju
pola-pola yang bersifat khusus. Prinsi ini pada dasarnya menyatakan,
bahwa perkembangan bermula dari “globalitas” yang dengan melalui
proses berangsur-angsur semakin muncul “perincian-perincian” yang
smakin beraneka ragam. Dengan kata lain perkembangan ini disebut
menuju diferensiasi. Oleh karena itu disebut juga dengan hukum
diferensiasi (Ahmad, 1993: 30-33).
Prinsip-prinsip (hukum) perkembangan di atas, sejalan dengan pendapat
Kasiram (1993:26-27) yang menyatakan bahwa pada garis besarnya peristiwa
perkembangan itu mengikuti prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut:
1. Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara
teratur.
2. Perkembangan itu selalu menuju ke diferensiasi dan integrasi. Dari
gerakan-gerakan yang bersifat massal, berkembang menjadi gerakan-
gerakan khusus dan terjadi koordinasi dan integrasi antara organ yang
satu dengan yang lain.
3. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi
berlangsung secara berangsur-angsur secara teraur dan terus menerus.
4. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan
sebelumnya. Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akann
menghambat pula perkembangan pada tingkat berikutnya. Sebaliknya

11
sukses dalam suatu tingkat perkembangan akan sukses juga pada
perkembangan berikutnya.
5. Perkembangan adalah hasil dari peristiwa maturation, readness, dan
learning.
6. Perkembangan itu antara satu anak berbeda dengan anak yang
lain,baik dalam perkembangan masing-masing organ/aspek kejiwaannya
maupun cepat lambatnya perkembangan tersebut.
Selain dari beberapa prinsip-prinsip (hukum) perkembangan di atas,
Syamsuddin (2004:85-86) mengemukakan ada beberapa hukum (Principles)
perkembangan, yaitu sebagai berikut:
1. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor pembawaan, lingkungan
dan kematangan.
2. Proses perkembangan itu berlangsung secara bertahap (progresif dan
sistematik).
3. Bagian-bagian dari fungsi-fungsi organisme mempunyai garis
perkembangan dan tingkat kematangan masing-masing. Meskipun
demikian, sebagai kesatuan organis dalam prosesnya terdapat kolerasi
dan bahkan kompensatoris antara yang satu dengan yang lainnya.
4. Terdapat variasi dalam tempo dan irama perkembangan antar-
individual dan kelompok tertentu (menurut latar belakang jenis, geografis,
dan kultural).
5. Proses perkembangan itu pada taraf awalnya lebih bersifat diferensiasi dan
pada akirnya lebih bersifat integrasi antar bagian dan fungsi organisme.
6. Dalam batas-batas masa peka, perkembangan atau pertumbuhan dapat
dipercepat atau diperlambat oleh kondisi lingkungan.
7. Laju perkembangan anak berlangsung lebih cepat pada periode kanak-
kanak daripada periode-operiode berikutnya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan itu memiliki
prinsip-prinsip (hukum) yang menggambarkan secara umum bahwa perkemangan
itu pastinya senantiasa mengalami seluruh poin-poin yang ada didalam prinsip-
prinsip tersebut. Prinsip-prinsip itu secara umum menggambarkan bahwa proses
perkembangan itu terjadi secara teratur, sitematik, bertahap dan tidak terjadi
secara tiba-tiba serta dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Kemudian dijelaskan
juga dalam prinip perkembangan peserta didik bahwa setiap individu mengalami
perkembangan yang erbeda dengan individu lainnya dan terjadi secara diferensiasi
dan integrasi.

C. Implikasi Perkembangan Peserta Didik Dalam Pembelajaran


Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya.
Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir hayat.
Ketika individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua
belas tahun, individu dimaksud sudah dapat disebut sebagai peserta didik yang
akan berhubungan dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan.
Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan
perkembangan anak, yakni memilki karakteristik sebagai berikut:

12
1. Programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta
memperhatikan perbedaan individual anak.
2. Tidak dilakukan secara monoton, tetapi disajikan secara variatif melalui
banyak aaktivitas.
3. Melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga
memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai
proses perkembangannya (Hasbullah, 2009:57).
Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap
proses pendidikan akan diuraikan seperti dibawah ini :
1. Implikasi Perkembangan Biologis dan Perseptual
Secara fisik, anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya. Karakteristik
perkembangan fisik ini perlu dipelajari dan dipahami karena akan memiliki
implikasi tertentu bagi penyelenggaraan pendidikan. Proses perkembangan
biologis atau perkembangan fisik mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh
individu seperti pertumbuhan otak, otot, sistem syaraf, struktur tulang,
hormon, organ-organ dll, termasuk juga didalamnya perubahan dalam
kemampuan fisik seperti perubahan dalam penglihatan, kekuatan otot, dan
lain sebagainya. Dan diperlukan suatu cara pembelajaran yang “hidup” dalam
arti memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk memfungsikan
unsur-unsur fisiknya, dengan kata lain, diperlukan suatu cara pembelajaran
seperti ini tidak saja akan memunculkan kegemaran belajar, tetapi juga
akan memberikan banyak dampak positif.
2. Implikasi Perkembangan Intelektual
Perkembangan intelektual erat kaitannya dengan potensi otak manusia, potensi
otak manusia hanya tampak delapan persen sebagai pikiran sadar, sedangkan
sisanya 92 persen disebut alam bawah sadar. Dari penjelasan tersebut dapat kita
ketahui bahwa potensi otak manusia yang berkaitan dengan perkembangan
intelektual hanya memuat delapan persen saja. Untuk itu, perkembangan
intelektual pada peserta didik perlu dikembangkan. Proses perkembangan
intelektual melibatkan perubahan dalam kemampuan dan pola berpikir,
kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari
lingkungannya. Aktivitas-altivitas seperti mengamati dan mengklasifikasikan
benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, menghappal
doa, memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan pengalaman
kepada orang lain merupakan proses intelektual dalam perkembangan anak.
3. Implikasi Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya
bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, melainkan
juga dapat diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh
lainnya yang memilki aturan sendiri. Bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya,
yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik
kesimpulan. Implikasi perkembangan bahasa pada peserta didik :
1) Apabila kegiatan pembelajaran yang diciptakan bersifat efektif,
maka perkembangan bahasa peserta didika dapat berjalan secara

13
optimal. Sebaliknya apabila kegiatan pembelajaran kurang efektif,
maka dapat diprediksi bahwa perkembangan bahasa peserta didik akan
mengalami hambatan.
2) Bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif dalam pergaulan
sosial. Jika ingin menghasilkan pembelajaran yang efektif untuk
mendapatkan hasil pendidikan yang optimal, maka sangat diperlukan
bahasa yang komunikatif dan memungkinkan peserta didik yang terlibat
dalam interaksi pembelajaran dapat berperan secara aktif dan produktif.
3) Meskipun umumnya anak SD memilki kemampuan potensial yang
berbeda-beda, namun pemberian lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan bahasa sejak dini sangat diperlukan (Hasbullah, 2009,
hal. 63)
4. Implikasi Perkembangan Kreatifitas
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berfikir dan
bersikap tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa guna
menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap persoalan. Kreatifitas
merupakan suatu aktivitas otak yang terorganisasikan, komprehensif,
imajinatif tinggi untuk menghasilkan sesuatu yang orisinil. Oleh karena itu,
kreatifitas lebih dikatakan sebagai suatu yang lebih inovatif dari pada
reproduktif
5. Implikasi Perkembangan Sosial Manusia
Menurut pembawaannya adalah makhluk sosial, sejak dilahirkan, bayi sudah
termasuk ke dalam masyarakat kecil yang disebut keluarga. Ketika kecil,
mulanya anak-anak hanya mempunyai hak saja, didalam rumah tangga ia
mempunyai hak untuk dipelihara dan dilindungi oleh orang tuanya, namun
lama-kelamaan keadaanitu berubah. Anak-anak yang pada mulnya hanya
mempunyai hak saja, berangsur-angsur mempunyai kewajiban. Lingkungan
sosial merupakan pengaruh luar yang datang dari orang lain. Selain itu,
yang termasuk lingkungan sosial ialah pendidikan. Yang dimaksud dengan
pendidikan adalah pengaruh-pengaruh yang disengaja dari anggota berbagai
golongan tertentu, seperti pengaruh ayah, nenek, paman, dan guru-guru.
Perkembangan sosial merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral, tradisi atau meleburkan diri menjadi
satu kesatuan yang saling berkomunikasi dan bekerja sama. 6. Implikasi
Perkembangan Emosional Emosi merupakan keadaan pada diri seseorang yang
disertai warna efektif, baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang
luas. Contoh tentang perngaruh pengaruh emosi terhadap perilaku individu
dalam pembelajaran, diantaranya adalah:
1) Memperkuat dan melemahkan semangat apabila timbul rasa senang
atau kecewa atas hasil belajar yang dicapai.
2) Menghambat konsentrasi belajar apabila sedang mengalami ketegangan
emosi.
3) Menggangu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
4) Suasana emosional yang dialami individu semasa kecilnya akan
mempengaruhi sikapnya dikemudian hari Emosi mempengaruhi cara
belajar anak, yaitu :

14
Menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan,
Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang
menjadi kebiasaan,
Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi,
Suasana emosional yang dialami individu semasa kecilnya
akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari
6. Implikasi Perkembangan Moral Moral
Bukan hanya memilki arti bertingkah laku sopan santun, bertindak dengan
lemah lembut, dan berbakti kepada orang tua saja, melainkan lebih luas lagi
dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen, bertanggung jawab, cinta
bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyatdan negara,
berkemauan keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula
kedalam moral yang perlu dikembangkan dan ditanamkan dalam hati
sanubari anak-anak. Perkembangan moral anak dapat berlangsung yaitu melalui
penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar-salah atau baik-buruk
oleh orang tua dan gurunya.
7. Implikasi Perkembangan Spritual
Anak-anak sebenarnya telah memilki dasar-dasar kemampuan spritual
yang dibawanya sejak lahir. Untuk mengembangkan kemampuan ini,
pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk
melahirkan manusia yang ber-SQ tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidak
hanya berorientasi pada perkembangan aspek IQ dan SQ saja. Kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai, yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya (Hasbullah, 2009:71-72). Berikut
ini juga merupakan beberapa implikasi prinsip-prinsip (hukum)
perkembangan terhadap pendidikan, yaitu:
1) Pengembangan (penyusunan, pemilihan, penggunaan) materi, strategi,
metodologi, sumber, evaluasi belajar mengajar hendaknya
memperhatikan periode perkembangan peserta didik.
2) Program (kurikulum) belajar mengajar disusun secara bertahap dan
berjenjang sesuai dengan tahapan prkembangan peserta didik,
ketentuannya seperti:
a. Dari sederhana menuju yang kompleks.
b. Dari mudah menuju sukar.
c. Sistem belajar mengajar diorganisasikan agar terlaksana
prinsip masterylearning (belajar tuntas) dan continousprogress
(maju berkelanjutan).
Sampai batas tertentu, program dan strategi belajar mengajar seyogianya
dikembangkan dan diorganisasikan perlakuan (intervensi) yang dapat merangsang
dan mempercepat laju perkembangan peserta didik (Syamsuddin, 2004:85). Dalam
merancang pendidikan, seorang manager pendidikan haruslah mengerti tentang
proses perkembangan peserta didik dan menyesuaikannya dengan proses
tersebut, hal ini sangat urgen karena untuk mengefektifkan, mengefisienkan
dan memaksimalkan pencapaian tujuan dari pendidikan tersebut.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangandan pertumbuhan menunjukkan bahwa dipengaruhi oleh
faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
lain, seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor
psikososial. Baik faktor bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan dan
faktor lingkungan. Kedua faktor ini berbeda-beda antara individu yang satu
dengan yang lain, Masing-masing individu memiliki kekhasan sendiri,
sehingga pendekatan yang sifatnya personal maupun institusional tentu
berbeda. Sebab itu faktor-faktor yang di pengaruhi yaitu faktor internal
meliputi kondisi fisik dan kondisi psikis. Ada juga faktor eksternal meliputi
lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.
Perkembangan memiliki prinsip-prinsip (hukum) yang
menggambarkan secara umum bahwa perkemangan itu pastinya senantiasa
mengalami seluruh poin-poin yang ada didalam prinsip-prinsip tersebut.
Prinsip-prinsip itu secara umum menggambarkan bahwa proses
perkembangan itu terjadi secara teratur, sitematik, bertahap dan tidak terjadi
secara tiba-tiba serta dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Kemudian
dijelaskan juga dalam prinip perkembangan peserta didik bahwa setiap
individu mengalami perkembangan yang erbeda dengan individu lainnya dan
terjadi secara diferensiasi dan integrasi.
Implikasi perkembangan peserta didik harus harus mengerti tentang
proses perkembangan peserta didik dan menyesuaikannya dengan proses
tersebut, hal ini sangat urgen karena untuk mengefektifkan,
mengefisienkan dan memaksimalkan pencapaian tujuan dari pendidikan
tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Elida Prayitno, 1991/1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Depdikbud

Departemen Kesehatan RI .1998). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut


Bagi Petugas Kesehatan II Materi Pembinaan.

Dreyer, Philip .H.. Postretirement Satisfaction, dalam Spacapan, S. & Stuart


Oskamp. 1998. The Social Psychology of Aging. Sage Publication :
Newbury Park.

Hurlock, E. 1993. Perkembangan Anak, jilid 1. a.b Meitasari Tjandrasa dan


Muslichah. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E.B 1991. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti. Jakarta; Penerbit
Erlangga

Hurlock, Elizabeth B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai