Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PERKEMBANGAN INTELEKTUAL ANAK USIA DINI

DISUSUN OLEH:
NURFADILAH SYAM
(220902501037)
KELAS: B
PEROGRAM STUDI:
PENDIDIKAN AKUNTANSI
DOSEN PENGAMPU:
Drs. M. Yusuf A. Ngampo,M.M
Dra. Sitti Hajerah Hasyim, M.Si
Fajriani Azis, S.Pd, M.Pd

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,


dan karunia-Nya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam perkembangan peserta didik mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi
perkembangan intelektual anak usia dini Dalam penyusunan makalah ini materi yang akan
saya bahas saya ambil dari tiga bahan referensi . Saya mengucapkanterima kasih kepada
Bapak/Ibu dosen dalam memberikan tugas makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang harus
saya perbaiki jadi jika dosen ingin memberikan kritik saya akan menerimanya dengan senang
hati untuk bahan evaluasi pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga dengan makalah ini dapat member manfaat kepada para pembacanya.
Terima kasih.

GOWA, 29 SEPTEMBER 2022

(NURFADILAH SYAM)

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN 2
A. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan anak 2
B. Periodisasi psikologi perkembangan individu 3
C. Tugas-tugas perkembangan anak dan remaja 4
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial 5
E. Sumber perbedaan individu 6
F. Pengoptimalan pembelajaran pada anak usia dini 8
G. Sikap dan perilaku anak 9

BAB III PENUTUP 10


A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
C. Daftar Pustaka 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Faktor -faktor pendukung yang mempengaruhi perkembangan intelektual anak usia
dini merupakan hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak
pada usia pra-sekolah atau sekarang lebih dikenal dengan anak usia dini yang berada pada
rentang usia 0-6 tahun oleh para ahli dianggap sebagai usia emas dalam tahap perkembangan
manusia. Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat, karena itu dimasa usia ini disebut sebagai golden age (masa emas)
yaitu masa yang berharga dibanding usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase
kehidupan yang unik dan menyenangkan dengan karateristik khas, baik secara fisik, psikis,
sosial, dan moral. Masa ini yang seharusnya m asa menyenangkan dilakukan dengan
memperlihatkan gambar-gambar melalui media buku cerita bergambar, karena media buku
cerita bergambar hampir semua dapat melatih aspek perkembangan anak terutama pada
perkembangan kognitif anak serta.
Kognitif merupakan suatu tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh
pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga
dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan
mental yang terlibat di dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan
pengetahuan. Proses utama yang digolongkan di bawah istilah kognisi mencakup mendeteksi,
menafsirkan, mengelompokkan dan mengingat informasi; mengevaluasi gagasan,
menyimpulkan prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan.
Salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan kognitif anak
diantaranya adalah media buku cerita bergambar. Dengan media buku cerita bergambar dapat
membantu anak untuk mengembangkan gagasan-gagasannya ke dalam bentuk bahasa, karena
gambar akan memberikan inspirasi dan motivasi yang sangat tinggi kepada anak untuk
melakukan proses pembelajaran. Lingkungan keluarga (orang tua)merupakan pusat
pendidikan pertama danutama bagi seorang anak. Keluargamerupakan proses penentu dalam
keberhasilan belajar.
Anak usia prasekolah memiliki perkembangan sangat pesat terutama intelektualnya,
sehingga banyak ahli yang menyebutnya sebagai usia emas (golden age) yang hanya terjadi
satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sangatlah penting untuk merangsang
pertumbuhan otak anak malalui perhatian kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup.

B. Rumusan masalah
a. Jelaskan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak?
b. Jelaskan Periodisasi Psikologi Perkembangan Individu?
c. Kemukakan Tugas-Tugas Perkembangan Anak Dan Remaja?
d. Jelaskan Bagaimana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial?
e. Jelaskan Sumber Perbedaan Individu?
f. Bagaimana Pengoptimalan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini?
g. Jelaskan Sikap Dan Perilaku Anak?

1
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar memberikan informasi pengetahuan kepada
pembaca dan memberi manfaat kepada mereka untuk terlibat dalam pembahasan makalah ini
dan ikut menganalisa mengenai materi yang akan dibahas.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

1. Faktor Pembawaan (Heredity)

Setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki suatu gen yang
berfungsi untuk mendapatkan warisan sifat dari orang tuanya. Gen tersebut terdapat dalam
kromosom. Kromosom terbagi dalam dua jenis, yaitu autosom dan gonosom. Autosom adalah
kromosom penentu sifat- sifat tubuh. Sedangkan gonosom atau kromosom kelamin adalah
kromosom penentu jenis kelamin. Pada manusia ada dua macam kromosom kelamin
(gonosom) yaitu gonosom X dan gonosom Y. Semua ovum (sel telur) berisi kromosom X,
sedangkan sperma ada yang berisi kromosom X dan ada pula yang berisi kromosom Y.
Dalam satu sel telur yang telah dibuahi terdapat 10.000—15.000 gen. Gen ini merupakan
faktor dasar dalam pembawaan individu. Adapun yang diturunkan oleh orang tua kepada
anaknya adalah sifat-sifat struktural bukan sesuatu yang diperoleh dari pengalaman-
pengalamannya. Penurunan sifat ini mengikuti prinsip reproduksi, konformitas, variasi, dan
regresi filial.
 
 2. Faktor Lingkungan (Environment)

Lingkungan adalah segala sesuatu yang merangsang individu sehingga ia terlibat di


dalamnya. Lingkungan ini pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi lingkungan dalam
(inner environment) dan lingkungan luar (outer environment). Lingkungan dalam pada
dasarnya berasal dari lingkungan luar individu yang kemudian masuk ke dalam tubuh dan
menyatu dengan sel tubuh, seperti makanan, minuman, udara dan sebagainya. Termasuk pada
lingkungan dalam adalah juga hormon- hormon dan cairan tubuh yang dihasilkan kelenjar-
kelenjar. Lingkungan dalam ini memberikan rangsangan kepada individu dan mempengaruhi
perkembangannya.
Adapun yang dimaksud dengan lingkungan luar adalah segala hal yang merangsang
dan melibatkan individu yang berasal dari luar. Lingkungan luar ini dapat berupa alam fisik,
sosial, budaya, dan spiritual. Lingkungan alam (physical environment) adalah segala sesuatu
di sekitar individu yang berupa benda-benda fisik. Sedangkan lingkungan sosial (social
environment) berupa interaksi antar individu, interaksi ini merupakan lingkungan sosial bagi
satu individu. Individu selalu membutuhkan orang lain. la tidak bisa hidup dengan sempurna
tanpa berinteraksi dengan orang lain. Adapun lingkungan budaya (cultural environment)

2
adalah hasil cipta dan karsa manusia baik berupa ilmu pengetahuan, teknologi, peraturan,
bahasa, dan kesenian. Individu selalu hidup dalam suasana kebudayaan tertentu. Lingkungan
spiritual (spiritual environment) adalah berupa Suasana keagamaan dan kepercayaan yang
dianut oleh dirinya, keluarganya dan masyarakatnya.
 
 
3. Faktor Kematangan (Maturation)

Pembawaan dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting bagi


perkembangan individu. Interaksi keduanya tidak terjadi begitu saja namun dipengaruhi oleh
faktor kematangan yang membutuhkan waktu. Kematangan ialah siapnya suatu fungsi
kehidupan untuk berkembang, baik fisik maupun psikis. Bagaimana pun baiknya pembawaan
seseorang serta lingkungannya baik pula, namun bila belum matang untuk berfungsi maka
fungsinya itu tidak dapat berkembang seperti seharusnya. Dalam hal ini dapat dicontohkan
dengan fungsi kaki untuk berjalan. Bagaimana pun baiknya pembawaan maupun lingkungan
seorang anak yang baru berumur lima bulan, maka anak tersebut belum dapat berjalan dengan
baik. Jadi, faktor kematangan pun turut mempengaruhi perkembangan individu, terutama di
masa-masa kecilnya. Di samping pembawaan dan lingkungan ada satu faktor penting lainnya
yang turut berpengaruh terhadap perkembangan individu, yaitu faktor kematangan. Yang
dimaksud dengan kematangan ini adalah siapnya suatu fungsi kehidupan, baik fisik maupun
psikis untuk berkembang dan melakukan tugasnya (Yusuf dan Nurihsan, 2005: 195).
Keragaman perilaku individu dilatar belakangi oleh faktor bawaan yang diterima dari
keturunan, faktor pengalaman karena pengaruh lingkungannya, serta interaksi antara
keduanya yang diperkuat oleh kematangan.
 
Tahapan atau fase-fase perkembangan juga diartikan sebagai proses perkembangan.
Secara umum, proses dapat diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam
perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses dalam perkembangan peserta didik ialah
tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa, baik secara jasmaniah maupun yang
bersifat rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa,
baik yang terbuka maupun yang tertutup.
 
Erikson mengemukakan tahap-tahap perkembangan kepribadian anak yang lebih
bersifat menyeluruh. la membagi seluruh masa perkembangan atas : tahap bayi usia 0—1
tahun yang ditandai oleh adanya otonomi di satu pihak dan rasa malu dilain pihak (autonomy-
shame): tahap pra sekolah usia 3-6 tahun ditandai oleh inisiatif dan rasa bersalah (initiative-
quilt): tahap anak sekolah usia 6-12 tahun ditandai oleh kemampuan untuk menciptakan
sesuatu dan asa rendah diri (industry-inferiority), tahap remaja usia 12-18 tahun ditandai oleh
integritas diri dan kebingungan (identity-identity confusion) (Sukmadinata, 2004:118).
 
 Donald B. Helmes dan Jeffrey S. Turnen (1981) memberikan urutan lengkap dari
perkembangan individu yaitu masa pranatal atau sebelum lahir dari masa konsepsi sampai
lahir, bayi 0—2 tahun, kanak-kanak 2— 3/4 tahun, anak kecil 3/4—5/6 tahun, anak 6—12

3
tahun, remaja 12—19 tahun, dewasa muda 19—30 tahun, dewasa 30—65 tahun dan usia
lanjut 65 tahun ke atas (Sukmadinata, 2004:119).

B. Periodisasi Psikologi Perkembangan Individu

Menurut beberapa para ahli, ada beberapa periodisasi psikologi perkembangan individu,
yaitu:

1. Periodisasi yang berdasar biologis. Periodisasi atau pembagian masa- masa


perkembangan ini didasarkan kepada keadaan atau proses biologis tertentu. Pembagian
Aristoteles didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua
dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai
bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin. Fase-fase tersebut yaitu :
a) Fase anak kecil : O— 7 th,
b) Fase anak sekolah: 7 — 14 th yaitu masa mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin,
dan;
c) Fase remaja : 14 —21 th.
 
2. Periodisasi yang berdasar psikologis. Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini
kepada keadaan psikologis adalah Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa
kegoncangan sebagai dasar pembagian masa-masa psikologi perkembangan, karena beliau
yakin bahwa masa kegoncangan inilah yang merupakan keadaan psikologis yang khas dan
dialami oleh setiap anak dalam masa perkembangannya.
Fase-fase tersebut yaitu:
a) Dari lahir sampai masa "trot?' (kegoncangan) pertama: kanak-kanak awal,
b) Trotz pertama sampai trotz kedua masa keserasian bersekolah,
c) Trotz kedua sampai akhir remaja: masa kematangan
 
3. Periodisasi yang berdasar didaktis. Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini
seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, PhD dalam "Developmental Psycology
today” (1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam "Developmental Psycology” (1980) tampak
sudah lengkap mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan
manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya.
Berikut periodisasi berdasarkan didaktis menurut Elizabeth B. Hurlock: Masa sebelum lahir
(prenatal/ 9 bulan), Masa bayi baru lahir (new born/ 0-2 minggu), Masa bayi (babyhood/ 2
minggu-2 tahun), Masa kanak-kanak awal (early childhood/ 2-6 tahun), Masa kanak-kanak
akhir (later childhood/ 6-12 tahun), Masa puber (puberty) 11/12 — 15/16 th, Masa remaja
(adolesence) : 15/16 — 21 th, Masa dewasa awal (early adulthood) : 21- 40 th, Masa
dewasa madya (middle adulthood): 40-60 th dan Masa usia lanjut (later adulthood) : 60-
lansia
 
Secara global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi person (dirinya sendiri)
berlangsung dalam tiga tahapan.
a. Tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah);

4
b. Tahapan proses kelahiran (saat keluarga bayi dari rahim ibu ke alam dunia bebas);
c. Tahapan proses perkembangan individu bayi menjadi pribadi khas (developmentor self
hood).
 
C. Tugas-Tugas Perkembangan Anak Dan Remaja

Masa anak-anak berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri utama sebagai
berikut :
1) Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memiliki kelompok sebaya,
2) Keadaan fisik yang memungkinkan/mendorong anak-anak memasuki dunia permainan dan
pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani,
3) Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbol dan komunikasi
yang luas. Beberapa tugas perkembangan yang dituntut pada masa ini adalah, di antaranya
belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan; pengembangan sikap yang
menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang; belajar
berkawan dengan ternan sebaya; belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau
wanita; belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar; yaitu membaca,
menulis dan berhitung; pengembangan konsep- konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari, pengembangan moral, nilai, dan hati nurani; dan pengembangan sikap terhadap
lembaga dan kelompok sosial.
 
 Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi pencapaian dan
persiapan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan masa dewasa.
a. Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis
kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat.
b. Mencapai peranan sosial sebagai seorang pria dan peranan sosial wanita selaras dengan
tuntutan sosial dan kultural masyarakatnya.
c. Menerima kesatuan organ-organ tubuh sebagai pria atau wanita dan menggunakannya
secara efektif sesuai dengan kodratnya masing- masing.
d. Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab
ditengah-tengah masyarakatnya.
e. Mencapai kemerdekaan/kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya dan mulai menjadi seorang (menjadi dirinya sendiri).
f. Mempersiapkan diri untuk mencapai karier (jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang
kehidupan ekonomi.
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan (rumah tangga) dan kehidupan
berkeluarga yakni sebagai suami (ayah) dan istri (ibu).
h. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku dan
mengembangkan ideologi untuk keperluan kehidupan kewarganegaraannya.
i. Memiliki perilaku yang secara sosial dapat dipertanggung jawabkan. Dapat berpartisipasi
dengan tanggung jawab bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
j.Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakannya dan pandangan
hidupnya. Norma-norma tersebut secara dasar dikembangkan dan direalisasikan dalam
menetapkan kedudukan manusia dalam hubungannya dengan alam semesta dan dalam

5
hubungannya dengan manusia lain: membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara
harmoni antara nilai-nilai pribadi dengan yang lain.
 
 
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial

Perilaku sosial siswa banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari faktor
keturunan, pembawaan, dan faktor lingkungan (Ngalim Purwanto, 2004: 68). Adapun faktor-
faktor yang dimaksud akan diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor Keturunan dan Pembawaan

Keturunan adalah sifat-sifat yang ada pada seseorang yang diwariskan (jadi ada
persamaannya dengan orang yang mewariskannya) melalui sel- sel kelamin dan generasi
yang satu kepada generasi berikutnya. Pembawaan adalah seluruh kemungkinan yang
terkandung dalam benih yang akan berkembang mencapai perwujudannya. Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa semua yang dibawa oleh si anak sejak dilahirkan adalah diterima
karena kelahirannya, jadi memang adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah
semua diperoleh karena keturunan. Sebaliknya, semua yang diperoleh karena keturunan
dapat dikatakan pembawaan, atau lebih tepat lagi pembawaan-keturunan.
 
2. Faktor Lingkungan (Environment)

Sartain dikutip Purwanto (2004:72) membagi lingkungan menjadi tiga. Pertama, lingkungan
alam dan luar (external or physical environment). Lingkungan alam dan luar ialah segala
sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, yaitu seperti rumah, tumbuh-
tumbuhan, air, iklim, dan hewan. Kedua, lingkungan dalam (internal environment).
Lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk ke dalam diri kita, yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan fisik kita. Ketiga, lingkungan sosial (social environment).
Lingkungan sosial ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh
lingkungan sosial itu ada yang langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara
langsung, misalnya: dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga, teman-
teman dan lain sebagainya. Yang tidak langsung, melalui radio, televisi, majalah- majalah
dan dengan berbagai cara yang lain.
 
Menurut Sumadinata (2004:44), bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
individu, baik bersumber dari dalam dirinya (faktor internal) ataupun berasal dari luar dirinya
(faktor eksternal). Faktor internal diperoleh dari hasil keturunan dan faktor eksternal
merupakan segala hal yang diterima individu dari lingkungannya. Banyak faktor yang
mempengaruhi perilaku siswa khususnya yang berpengaruh terhadap belajar siswa di sekolah
baik itu dari segi kognitif, afektif, psikomotorik yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dan
diharapkan dapat menciptakan efektivitas belajar siswa.

6
Faktor
Faktor Eksternal
internal Lingkungan non fisik:
Kondisi fisik: Faktor non fisik meliputi berbagai
macam komponen yaitu keluarga,
Faktor biologis
individu yang pendidikan, dan masyarakat,
merujuk pada faktor lingkungan
genetik yang Non Fisik merupakan faktor
diturunkan oleh psikososial yang mempengaruhi
kedua orang tuanya
Kondisi Psikis: dengan cara stimulasi, motivasi, pola
Kondisi fisik dan psikis individu sangat asuh dan kasih sayang orang tua.
berkaitan. Ranah perkembangan individu
menyangkut aspek fisik, intelektual yaitu Lingkungan Fisik:
kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral.
Kondisi fisik yang tidak sempurna atau cacat Lingkungan ini mencakup konsisi
juga berkaitan dengan persepsi individu keamanan, cuaca, keadaan geografis,
terhadap kemampuan dirinya. Begitupun sanitasi atau kebersihan lingkungan,
dengan ketidakmampuan intelektual yang serta keadaan rumah yang meliputi
diulas sebelumnya dapat disebabkan karena ventilasi cahaya, dan kepadatan
kerusakan sistem syaraf, kerusakan otak, atau hunian
  mengalami retardasi mental.
 
Gambar 1.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan
 

E. Sumber Perbedaan Individu

 1. Faktor Bawaan

Faktor bawaan adalah faktor-faktor biologis yang diturunkan oleh Orangtua melalui
pewarisan genetik Saat terjadinya pembuahan. Menurut Zimbardo dan Gerig ( 1999)
penyatuan antara sebuah sperma dan sel telur hanya menghasilkan satu di antara miliaran
kemungkinan kombinasi gen. Salah satu kromosom yaitu kromosom seks merupakan
pembawa kode gen untuk perkembangan karakteristik fisik laki-laki atau perempuan. Kode
gen ini didapatkan dari kromosom X ibu dan salah satu dari kromosom X atau Y dari ayah.
Kombinasi XX merupakan kode untuk perkembangan fisik perempuan, sedangkan
kombinasi XY merupakan kode untuk perkembangan fisik laki-laki. Meskipun rata-rata
individu memiliki 50% gen yang sama dengan saudaranya, kumpulan gen individu tetap
khas, kecuali untuk individu yang kembar identik. Perbedaan gen ini merupakan satu alasan
tiap individu berbeda, baik secara fisik, psikologis, maupun perilaku. Selebihnya,
perbedaan individu dipengaruhi oleh lingkungan, karena pernah berada di lingkungan yang
samapersis (Zimbardo & Gerig, 1999).
 

7
 2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor luar yang dapat menyebabkan perbedaan individu. Faktor
lingkungan meliputi status sosial ekonomi orangtua, pola asuh orangtua, budaya, dan urutan
kelahiran.
 
 a. Status Sosial Ekonomi Orangtua
Status sosial ekonomi orangtua dalam hal ini termasuk tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan orangtua. Tiap orangtua memiliki tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan yang berbeda. Tingkat pendidikan orangtua akan memengaruhi sikap dan
tingkat aspirasinya terhadap pendidikan anak. Demikian juga, pekerjaan dan penghasilan
orangtua yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan aspirasi orangtua terhadap
pendidikan anak, fasilitas yang diberikan pada anak, dan waktu yang disediakan untuk
mendidik anaknya. Di samping itu, perbedaan status ekonomi juga dapat menyebabkan
perbedaan pola gizi yang di terapkan dalam keluarga.
 
b. Pola Asuh Orangtua
Pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-
anak. Dalam hal ini, pola asuh di tiap keluarga berbeda-beda. Terdapat tiga pola asuh
orangtua yang diterapkan pada anak-anaknya, yaitu otoriter, permisif, dan autoritatif. Pola
asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orangtua
kepada anak agar anak patuh dan taat. Orangtua akan bersikap tegas, suka menghukum,
dan cenderung mengekang anak. Adapun pola asuh permisifyaitu pola asuh yang ditandai
dengan orangtua memberi kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur
dirinya, serta tidak ada kontrol dari orangtua dan anak tidak dituntut untuk bertanggung
jawab. Pola asuh autoritatif adalah pola pola asuh yang ditandai dengan orangtua melatih
anak untuk bertanggung jawab dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat disiplin.
 
c. Budaya
Budaya adalah pikiran, akal budi, dan hasil karya manusia. Budaya dapat juga diartikan
sebagai adat istiadat. Nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dapat menjadi pedoman
anggotanya mengenai sesuatu yang baik dan/atau penting dalam masyarakatnya. Nilai-nilai
tersebut dijabarkan dalam norma-norma. Norma-norma dalam tiap masyarakat berbeda-
beda, sehingga perilaku yang muncul dari anggota tiap masyarakat berbeda satu dengan
lainnya.
 
 d. Urutan Kelahiran
Karakteristik kepribadian anak dipengaruhi Oleh urutan kelahiran. Anak pertama (sulung)
cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi dan dan agresif dibandingkan dengan adik-
adiknya. Anak tengah cenderung menjadi mediator dan pecinta damai. Anak terakhir
(bungsu) biasanya paling kreatif dan menarik. Adapun anak tunggal biasanya merasa
terbebani dengan harapan yang tinggi dari orangtuanya terhadap mereka. Karakteristik yang
berbeda-beda tersebut dipengaruhi oleh perilaku orangtua berdasarkan urutan kelahiran.
 

8
F. Pengoptimalan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Untuk mengoptimalkan pembelajaran pada anak usia dini, kami harus menyesuaikan
dengan karakteristik usianya. Berikut beberapa poin yang dapat Anda jadikan panduan dalam
memantau perkembangan anak usia dini.

1. Usia 0-1 tahun

Fase ini merupakan masa tumbuh kembang yang paling cepat dibanding kelompok umur
lainnya. Di masa ini, anak yang masih bayi akan mempelajari berbagai kemampuan dan
keterampilan dasar. Karakteristik anak usia bayi adalah memiliki keterampilan motorik,
seperti berguling, merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan. Selain itu, anak belajar
menggunakan panca inderanya, yaitu melihat, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap
dengan memasukkan setiap benda ke mulut.Dari segi komunikasi sosial, anak berusaha
berkomunikasi dengan orang dewasa menggunakan bahasa verbal yang belum sempurna
maupun nonverbal. Pada usia 1 tahun, anak sudah dapat mengucapkan kata
pertamanya dengan jelas dan dimengerti orang dewasa, bukan hanya sekedar 'ba-ba-ba' saja,
namun sudah bisa mengucapkan kata 'ma-ma', 'pa-pa', atau 'ma-u'.

2. Usia 2-3 tahun

Perkembangan anak usia dini di fase ini ditandai dengan anak yang sangat aktif
mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Anak juga mulai belajar
mengembangkan kemampuan berbahasa, yaitu dengan berceloteh. Pada usia 2 tahun, anak
sudah menguasai 120-200 kata dan dapat menggabungkan 2-3 kata menjadi kalimat.
Misalnya, sudah bisa mengucapkan kesukaannya, seperti ‘mau makan nasi’ atau ‘tidak boleh
tidur’Pada usia 3 tahun, umumnya si Kecil sudah bisa menguasai lebih banyak kata lagi,
yaitu 900-1000 kata dan sudah bisa menanyakan pertanyaan singkat. Secara sosio
emosional, anak juga akan belajar memahami pembicaraan orang lain dan mengungkapkan
isi hati dan pikiran. Selain itu, anak juga akan belajar mengembangkan emosi yang
didasarkan pada faktor lingkungan karena emosi lebih banyak ditemui di luar lingkup
keluarga.

3. Usia 4-6 tahun

Di usia ini, beberapa anak mungkin sudah mulai memasuki institusi bermain,
seperti playgroup atau taman kanak-kanak. Pada masa ini, anak sebisa mungkin harus
dilibatkan dalam banyak kegiatan agar membantu mengembangkan otot-otot
anak.Interaksinya dengan lingkungan juga akan semakin luas sehingga perkembangan
bahasanya semakin baik. Anak mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu
mengungkapkan pikirannya. Dari sisi kognitif, perkembangan usia dini di fase ini sangat
pesat. Salah satunya ditunjukkan dengan rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan
sekitarnya dan sering bertanya tentang semua hal yang dilihatnya. Meski demikian, anak

9
masih bersifat individu walaupun sering bermain bersama teman-temannya. Ini adalah sifat
alamiah anak dan akan berkembang seiring pertambahan usianya.

4. Usia 7-8 tahun

Di fase terakhir perkembangan usia dini ini, anak akan mengalami perkembangan kognitif
yang signifikan. Hal ini ditandai dengan kemampuannya berpikir secara analisis dan sintesis,
serta deduktif dan induktif (mampu berpikir bagian per bagian). Dari segi perkembangan
sosial, anak mulai ingin melepaskan diri dari orangtuanya. Anak sering bermain di luar
rumah untuk bergaul dengan teman sebayanya. Kita juga mulai menyukai permainan yang
melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi. Sedangkan dari segi emosi, kita akan
melihat kepribadiannya mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari karakter anak yang
dibawanya hingga dewasa.

G. Sikap Dan Perilaku Anak

Banyak hal yang dapat dilakukan orang tua untuk menghadapi sikap dan perilaku anak yang
keliru, di antaranya:
a. Berikan perintah yang jelas, jangan sekadar mengatakan tidak boleh atau jangan, tanpa
memberikan si anak alasan mengapa Anda menyuruhnya demikian. Misalnya, ketika
melarang anak makan di depan pintu, katakan, jangan makan di depan pintu, nanti orang
tidak dapat lewat atau ketika anak melompat-lompat di atas tempat tidur, berikan penjelasan
jika ia sering melompat- lompat di atas tempat tidur nanti tempat tidurnya akan ambruk, atau
rusak. Dengan begitu, anak akan mengerti mengapa Anda melarangnya.
 
b. Buat batasan. Seorang anak bisa bersikap keras kepala jika di- larang atau diperintah.
Hadapilah sikapnya dengan sikap tegas Anda, tetapi jangan mengomel atau merayunya.
Katakan apa yang Anda inginkan, tegaskan bahwa si anak harus melakukan apa yang Anda
katakan.
 
 c. Peringatkan lebih awal. Ketika seorang anak sudah terlalu lama bermain dan sudah
waktunya untuk tidur, cobalah untuk mengingatkannya lima atau sepuluh menit lebih awal.
Dengan begitu,
anak Anda tahu bahwa sebentar lagi ia harus berhenti bermain.
 
Demikian juga Hurlock (1999: 11), mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat
meningkatkan kreativitas, yaitu:
1. Waktu. Untuk menjadi kreatif, kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian
rupa sehingga hanya sedikit waktu bebas bagi mereka untuk bermain dengan gagasan,
konsep, dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.
2. Kesempatan menyendiri. Hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok
sosial, anak dapat menjadi kreatif.

10
3. Dorongan terlepas dari seberapa jauh prestasi anak memenuhi standar orang
dewasa. Untuk menjadi kreatif mereka harus terbebas dari ejekan dan kritik yang sering
kali dilontarkan pada
anak yang tidak kreatif.
4. Sarana. Sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus disediakan untuk
merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari
semua kreativitas.
5. Lingkungan yang merangsang. Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang
kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan hingga
nama sekolah dengan menjadikan kreativitas, suatu pengalaman yang menyenangkan dan
dihargai secara sosial.
6. Hubungan anak dan orang tua yang tidak posesif. Orang tua yang tidak terlalu
melindungi atau terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri.
  7.Cara mendidik anak. Mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan
sekolah meningkatkan kreativitas, sedangkan cara mendidik otoriter memadamkannya.
8. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Kreativitas tidak muncul dalam
kehampaan. Makin banyak pengetahuan yang diperoleh anak semakin baik dasar-dasar
untuk mencapai hasil yang kreatif.
 
 
BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan

Jadi, sebagai kesimpulan tingkat kecerdasan anak, seperti jenis kelamin, usia, pola
asuh ornag tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara beberapa
faktor terhadap kecerdasan intelektual anak.Penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional ini dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor - faktor yang mempengaruhi kecerdaan
intelektual anak itu antara lain usia, jenis kelamin, suku, status gizi dan pola asuh orang
tua. Dengan hasil penelitian ini diharapkan setiap faktor tersebut dapat menjadi perhatian
oarng tua untuk melihat tingkat dan memantau kecerdasan intelektual anak dan Ada
dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor bawaan dan
faktor lingkungan. Peran lingkungan sangat penting untuk membantu perkembangan
anak. Karena dengan lingkungan maka anak dapat menjalani aktifitas kesehariannya.
Stimulus yang didapat anak melalui lingkungan akan berpengaruh perkembangannya
untuk tumbuh menjadi seorang yang dewasa.

B. Saran

11
Saya berharap para pembaca bisa memberi kritikan untuk evaluasi pada makalah
selanjutnya. Karena makalah yang saya buat masih banyak yang harus diperbaiki. Dan
mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan kalimat ataupun kata. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat memberi informasi dan saran untuk pembuatan makalah selanjutnya.

C. Daftar Pustaka

Referensi I:
Imanuddin Hasbi, Dian cita Sari & Lailatul Isnaini, Dewa Putu Yudhi
Ardiana Dharma Gyta Sari Harahap & Salman Alparis Sormin, Atika
Wirdasari, Irwan Soulisa Yusuf Falaq, Ambar Sri lestari, Anggi Khairina
Hanum Hasibuan, Dianingtyas Murtanti Putri & Dyah Ajeng Listriani,
Supiah Ningsih Didin Nuruddin Hidayat, Hery Yanto the Ratna Yulis
Tyaningsih, Irwanto, Rikardus Herak.
2021. Perkembangan PESERTA DIDIK (Tinjauan Teori dan Praktis).
Bandung Provinsi Jawa Barat
Badan Penerbit: WIDINA BAKTI PERSADA BANDUNG

Referensi II:
Dr. Pupu Saeful Rahmat, M.Pd. 2018. Perkembangan PESERTA DIDIK.
JAKARTA TIMUR – 13220, Indonesia
Badan Penerbit: PT Bumi Aksara

Referensi III:
Drs. Ahmad Susanto, M.Pd. 2011,2012,2014. Perkembangan Anak Usia
Dini. Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta 13220
Badan Penerbit: KENCANA PRENAMEDIA GROUP

 
 
 
 
 
 

12
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 

13

Anda mungkin juga menyukai