Psikologi Perkembangan
Oleh:
Alya- 04040320070
Cindy Safira Wijaya-04040320078
Firdaus Azami- 04040320081
Dosen Pengampu:
Dra. Faizah Noer Laela, M.Si
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah berjudul “Karakteristik Manusia Menurut Teori Psikologi Perkembangan “.
Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Dakwah.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf sebesar-besarnya semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
1
[Type here]
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I :PENDAHULUAN
A. Latar Belakang….…………….………………………...............………..….…..…….1
B. Rumusan Masalah..……………………………………..............…….…....……….....1
C. Tujuan ……………........……….………………………..............…....….……..…….1
BAB II :PEMBAHASAN
A. Teori-teori Psikologi Perkembangan
1. Teori Perkembangan Kerohanian Imam Al-Ghazali
2. Teori Perkembangan Maturitas Arnold L Gessel
3. Teori Perkembangan Ekologi Urie Brofenbrenner
4. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
5. Teori Perkembangan Kepribadian Erik H Erikson
6. Teori Perkembangan Psikoanalisa Sigmun Frued
7. Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg
B. Manusia dan Segala macam permasalahannya
1. Masalah yang umumnya dihadapi anak-anak
2. Masalah yang umumnya dihadapi remaja
3. Masalah yang umumnya dihadapi orang dewasa
4. Masalah yang umumnya dihadapi manula
C. Solusi Dalam Menghadapi Masalah
1. Solusi dalam menghadapi masalah anak-anak dan remaja
2. Solusi dalam menghadapi masalah orang dewasa
3. Solusi dalam menghadapi masalah manula
2
[Type here]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan dengan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik ini biasanya
diperoleh dari faktor genetik milik orang tua. Tempramen termasuk salah satu
karakteristik yang diperoleh dari faktor genetik milik orang tua. Selain dari karakteristik
bawaan, sikap dan kepribadian seseorang dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
seperti: keluarga, pendidikan, agama, budaya, adat, dan lain sebagainya. Hal inilah yang
mempengaruhi sikap dan kepribadian masing-masing orang menjadi berbeda-beda.
Karakteristik dari perkembangan ialah meliputi perubahan fungsi-fungsi organ fisik,
fungsi psikologis atau kepribadian, menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar,
perkembangan bahasa, perkembangan pemikiran dan perkembangan sosioemosi.
Perkembangan dalam diri seseorang sendiri berlangsung sejak anak mulai lahir
kedunia, karena ia belajar mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuhnya, meskipun
dengan bantuan orang di sekitarnya atau orangtua sampai si anak meninggal dunia.
Dengan kata lain, perkembangan seseorang berlangsung sepanjang hayat.
Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas, penulis ingin membahas tentang
karakteristik manusia menurut teori psikologi erkembangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori dari Psikolgi Perkembangan?
3
[Type here]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori-teori Psikologi Perkembangan
1. Teori Perkembangan Kerohanian Imam Al-Ghazali
Menurut Imam Al-Ghazali perkembangan rohani ialah perkara yang terdiri dari
akal, nafsu, jiwa dan roh. Maka pendidikan sejak lahir harus diberikan orang
tuanya untuk menjaga akhlaknya, jangan diberi kepada orang lain untuk dijaga
kecuali orang yang berakhlak mulia, baik dan kuat pegangan agamanya.
Menurut Islam perkembangan rohani insan dari kanak-kanak hingga remaja terbagi
dalam empat tingkatan yaitu:
a. Kanak-Kanak (Usia 2–6 Tahun)
b. Kanak-Kanak Akhir (Usia 7-12 Tahun)
c. Remaja Awal (Usia 12-15 Tahun)
d. Remaja (15-20 Tahun)
Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi
interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas:
a. Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu.
Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman
sebaya, sekolah, dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu berinteraksi
langsung dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang lain.
b. Mesosistem adalah kaitan antar-mikrosistem. Contoh adalah hubungan
antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah, dan
antara keluarga dan teman sebaya. Misalnya, salah satu mesosistem penting
adalah hubungan antara sekolah dan keluarga.
c. Eksosistem (exosystem) terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana
murid tidak berperan aktif) memengaruhi pengalaman murid dan guru
dalam konteks mereka sendiri. Misalnya, ambil contoh dewan sekolah dan
dewan pengawas taman di dalam suatu komunitas.
d. Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang
mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak.
Misalnya, beberapa kultur (seperti si negara Islam semacam Mesir atau
Iran), menekankan pada peran gender tradisional. Kultur lain (seperti di
AS) menerima peran gender yang lebih bervariasi.
e. Kronosistem adalah kondisi sosiihistoris dari perkembangan anak.
Misalnya, murid-murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang
tergolong pertama (Louv, 1990). Anak-anak sekarang adalah generasi
pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang
tumbuh di lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk
media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual, dan
generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tak
terpusat, yang tidak lagi jelas batas antara kota, pedesaan atau subkota.
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah. Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju
masa dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan
baik itu fisik maupun mental. Sehingga dapat dikelompokkan remaja terbagi dalam
tahapan berikut ini :
1. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun) Pra remaja ini mempunyai masa yang
sangat pendek, kurang lebih hanya satu tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13
tahun - 13 atau 14 tahun. Dikatakan juga fase ini adalah fase negatif, karena
terlihat tingkah laku yang cenderung negatif. Fase yang sukar untuk hubungan
komunikasi antara anak dengan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh
juga terganggu karena mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga.
Remaja menunjukkan peningkatan reflektivenes tentang diri mereka yang berubah
dan meningkat berkenaan dengan apa yang orang pikirkan tentang mereka.
Seperti pertanyaan: Apa yang mereka pikirkan tentang aku ? Mengapa mereka
menatapku? Bagaimana tampilan rambut aku? Apakah aku salah satu anak
“keren”? dan lain lain.
2. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun) Pada fase ini perubahan-perubahan
terjadi sangat pesat dan mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan
ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada usia ini. Ia mencari identitas diri
karena masa ini, statusnya tidak jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah.
Menyerupai orang dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat
keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan
semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga.
3. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun) Dirinya ingin menjadi pusat perhatian; ia
ingin menonjolkan dirinya; caranya lain dengan remaja awal. Ia idealis,
mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Ia
berusaha memantapkana identitas diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan
emosional.
a. Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya pasangan
hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik
terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup
sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas
sosialnya tinggi, lansia yang hidup dilingkungan yang beraggota keluarga yang
cukup banyak tetapi mengalami kesepian.
b. Duka cita (bereavement),dimana pada periode duka cita ini merupakan periode
yang sangat rawan bagi lansia. meninggalnya pasangan hidup, temen dekat, atau
bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah
rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis
dan kemudian suatu periode depresi. Depresi akibat duka cita biasanya bersifat
self limiting.
c. Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi dan puan
beradaptasi sudah menurun.
d. Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, gangguan panik,
gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif-
kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda
dan bisaanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat.
e. Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada
lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada
lansia.
f. Parafrenia, merupakan 12 suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada
lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa
tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat membunuhnya.
Parfrenia bisaanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau diisolasiatau menarik
diri dari kegiatan sosial.
[Type here]
adanya pendidikan Agama Islam Non Formal, maka akan mengembalikan kesehatan
jiwa orang yang gelisah dan bisa menjadi benteng dalam menghadapi goncangan jiwa.
Untuk mengatasi problem lansia tersebut bimbingan penyuluhan Islam dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri dan lingkungannya serta mamp
mengatasi berbagai permasalahan sehingga dapat mencapai kesejahteraan tersebut.
Semakin dekat seseorang kepada Tuhan dan semakin banyak ibadahnya, maka akan
semakin tentramlah jiwanya.
Bimbingan dan penyuluhan Islam sendiri merupakan suatu upaya pemberian
bantuan kepada individu dalam hal ini adalah lansia atau sekelompok lansia dengan cara
memberikan informasi yang telah ditetapkan sebagai hukum Al-Quran dan sunnah yang
kemudian memberikan motivasi untuk terus bersemangat menjalani kehidupan hingga
kesejahteraan usia akhir tercapai.
Bimbingan merupakan salah satu bentuk pelayanan sosial yang diberikan dalam
upaya memenuhi kebutuhan Penerima Manfaat (PM). Pemberian bimbingan diberikan
sebagai pemenuhan kebutuhan lansia. Tidak hanya itu bimbingan tidak akan terlepas dari
penyuluhan yang artinya penerangan. Penerangan penulis artikan sebagai motivasi yang
berarti upaya pemberian semangat kepada lansia dalam menjalani kehidupan akhirnya.
Penekanan dalam arti penyuluhan, artinya ketika seorang pembimbing memberikan
bimbingan dia akan mampu memberikan semangat ataupun motivasi kepada PM dalam
menjalani kehidupan. Dari itu bimbingan dan pemberian penerangan atau penyuluhan
adalah salah satu cara memberikan solusi dalam membantu seseorang mencapai derajat
kesejahteraan.
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran
[Type here]
DAFTAR PUSTAKA
15