Anda di halaman 1dari 16

Karakteristik Manusia Menurut Teori

Psikologi Perkembangan

Oleh:

Alya- 04040320070
Cindy Safira Wijaya-04040320078
Firdaus Azami- 04040320081

Dosen Pengampu:
Dra. Faizah Noer Laela, M.Si

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
[Type here]

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah berjudul “Karakteristik Manusia Menurut Teori Psikologi Perkembangan “.
Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Dakwah.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf sebesar-besarnya semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Mojokerto,22 Maret 2021

Penulis

1
[Type here]

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I :PENDAHULUAN

A. Latar Belakang….…………….………………………...............………..….…..…….1
B. Rumusan Masalah..……………………………………..............…….…....……….....1
C. Tujuan ……………........……….………………………..............…....….……..…….1

BAB II :PEMBAHASAN
A. Teori-teori Psikologi Perkembangan
1. Teori Perkembangan Kerohanian Imam Al-Ghazali
2. Teori Perkembangan Maturitas Arnold L Gessel
3. Teori Perkembangan Ekologi Urie Brofenbrenner
4. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
5. Teori Perkembangan Kepribadian Erik H Erikson
6. Teori Perkembangan Psikoanalisa Sigmun Frued
7. Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg
B. Manusia dan Segala macam permasalahannya
1. Masalah yang umumnya dihadapi anak-anak
2. Masalah yang umumnya dihadapi remaja
3. Masalah yang umumnya dihadapi orang dewasa
4. Masalah yang umumnya dihadapi manula
C. Solusi Dalam Menghadapi Masalah
1. Solusi dalam menghadapi masalah anak-anak dan remaja
2. Solusi dalam menghadapi masalah orang dewasa
3. Solusi dalam menghadapi masalah manula

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………..............……………...………………….….……6
B. Saran ………………………………...............……………………………….……….6
Daftar Pustaka……………………………...............………………………....……………..7

2
[Type here]

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan dengan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik ini biasanya
diperoleh dari faktor genetik milik orang tua. Tempramen termasuk salah satu
karakteristik yang diperoleh dari faktor genetik milik orang tua. Selain dari karakteristik
bawaan, sikap dan kepribadian seseorang dapat juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
seperti: keluarga, pendidikan, agama, budaya, adat, dan lain sebagainya. Hal inilah yang
mempengaruhi sikap dan kepribadian masing-masing orang menjadi berbeda-beda.
Karakteristik dari perkembangan ialah meliputi perubahan fungsi-fungsi organ fisik,
fungsi psikologis atau kepribadian, menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar,
perkembangan bahasa, perkembangan pemikiran dan perkembangan sosioemosi.
Perkembangan dalam diri seseorang sendiri berlangsung sejak anak mulai lahir
kedunia, karena ia belajar mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuhnya, meskipun
dengan bantuan orang di sekitarnya atau orangtua sampai si anak meninggal dunia.
Dengan kata lain, perkembangan seseorang berlangsung sepanjang hayat.
Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas, penulis ingin membahas tentang
karakteristik manusia menurut teori psikologi erkembangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori dari Psikolgi Perkembangan?

3
[Type here]

BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori-teori Psikologi Perkembangan
1. Teori Perkembangan Kerohanian Imam Al-Ghazali
Menurut Imam Al-Ghazali perkembangan rohani ialah perkara yang terdiri dari
akal, nafsu, jiwa dan roh. Maka pendidikan sejak lahir harus diberikan orang
tuanya untuk menjaga akhlaknya, jangan diberi kepada orang lain untuk dijaga
kecuali orang yang berakhlak mulia, baik dan kuat pegangan agamanya.
Menurut Islam perkembangan rohani insan dari kanak-kanak hingga remaja terbagi
dalam empat tingkatan yaitu:
a. Kanak-Kanak (Usia 2–6 Tahun)
b. Kanak-Kanak Akhir (Usia 7-12 Tahun)
c. Remaja Awal (Usia 12-15 Tahun)
d. Remaja (15-20 Tahun)

2. Teori Perkembangan Maturitas Arnold L Gessel


Pertumbuhan dan perkembangan menurut Gesell dipengaruhi oleh dua faktor
utama. Pertama, anak adalah produk dari lingkungannya. Kedua adalah
perkembangan anak berasal dari dalam, yaitu dari aksi gen-gen tubuhnya.
Menurut Gesell ada lima prinsip dasar perkembangan yang memiliki dampak
‘psikomorfologis’ –artinya proses-proses perkembangan yang terjadi baik di
tingkatan psikologis maupun tingkat struktural–, yaitu:
a. Prinsip arah perkembangan (principle of developmental direction)
– Perkembangan tidak berlangsung acak, melainkan dalam pola yang
teratur. 
b. Prinsip jalinan timbal balik (principle of reciprocal interweaving)
– Prinsip ini didasarkan pada prinsip fisiologis Sherrington yaitu
pengencangan dan peregangan otot-otot yang berbeda-beda sama-sama
saling melengkapi untuk menghasilkan gerakan tubuh yang efisien.
c. Prinsip asimetri fungsional (principle of functional asymmetry)
– Perilaku berlangsung melalui periode-periode perkembangan yang
bersifat asimetris (tidak seimbang) agar organisme bisa mencapai kadar
kematangan pada tahap selanjutnya.
d. Prinsip maturasi individu (principle of individual maturation)
– Pematangan (maturasi) merupakan proses yang dikendalikan oleh faktor-
faktor endrogen atau internal.
e. Prinsip fluktuasi teratur (principle of self-regulatory) – mengandung arti
bahwa perkembangan bergerak naik turun seperti papan jungkit, antara
periode stabil dan periode tidak stabil, dan antara periode pertumbuhan
aktif dan periode konsolidasi.
Menurut Gesell bahwa “Perkembangan anak dikendalikan sepenuhnya oleh
prinsip-prinsip perkembangan yang ditentukan secara biologis dan
menghasilkan urutan proses pematangan yang bersifat pasti.”
4
3. Teori Perkembangan Ekologi Urie Brofenbrenner
Teori ekologi dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (1917) yang fokus
utamanya adalah pada konteks sosial di mana anak tinggal dan orang-orang yang
memengaruhi perkembangan anak. Sistem lingkungan teori ekologi
[Type here]

Bronfenbrenner terdiri dari lima sistem lingkungan yang merentang dari interaksi
interpersonal sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas:
a. Mikrosistem adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu.
Beberapa konteks dalam sistem ini antara lain adalah keluarga, teman
sebaya, sekolah, dan tetangga. Dalam mikrosistem ini, individu berinteraksi
langsung dengan orang tua, guru, teman seusia, dan orang lain.
b. Mesosistem  adalah kaitan antar-mikrosistem. Contoh adalah hubungan
antara pengalaman dalam keluarga dengan pengalaman di sekolah, dan
antara keluarga dan teman sebaya. Misalnya, salah satu mesosistem penting
adalah hubungan antara sekolah dan keluarga.
c. Eksosistem (exosystem) terjadi ketika pengalaman di setting lain (dimana
murid tidak berperan aktif) memengaruhi pengalaman murid dan guru
dalam konteks mereka sendiri. Misalnya, ambil contoh dewan sekolah dan
dewan pengawas taman di dalam suatu komunitas.
d. Makrosistem adalah kultur yang lebih luas. Kultur adalah istilah luas yang
mencakup peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak.
Misalnya, beberapa kultur (seperti si negara Islam semacam Mesir atau
Iran), menekankan pada peran gender tradisional. Kultur lain (seperti di
AS) menerima peran gender yang lebih bervariasi.
e. Kronosistem adalah kondisi sosiihistoris dari perkembangan anak.
Misalnya, murid-murid sekarang ini tumbuh sebagai generasi yang
tergolong pertama (Louv, 1990). Anak-anak sekarang adalah generasi
pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang
tumbuh di lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk
media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual, dan
generasi pertama yang tumbuh di dalam kota yang semrawut dan tak
terpusat, yang tidak lagi jelas batas antara kota, pedesaan atau subkota.

4. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget


Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan
bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-
kejadian disekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-
objek, seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek social seperti diri,
orang tua dan teman.
Menurut Jean Piaget, perkembangan manusia melalui empat tahap perkembangan
kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya
kemampuan intelektual baru di mana manusia mulai mengerti dunia yang
bertambah kompleks.
a. Periode sensorimotorik, muncul antara usia 0-2 tahun. tahapan ini menandai
perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-
tahapan:
 Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu
dan berhubungan terutama dengan refleks.
 Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-
kebiasaan.5
 Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi
antara penglihatan dan pemaknaan.
[Type here]

 Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia


sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan
untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya
berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
 Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan
penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
 Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan
tahapan awal kreativitas.
b. Tahapan praoperasional, muncul antara usia 2-7 tahun. Pemikiran
(Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara
mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang
jarang dan secara logika tidak memadai
c. Tahapan operasional konkrit, muncul antara usia 7-11 tahun. Mempunyai
ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama
tahapan ini adalah:
 Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran,
bentuk, atau ciri lainnya.
 Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik
lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
 Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari
suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.
 Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.
 Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-
benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari
objek atau benda-benda tersebut.
 Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir
dengan cara yang salah).
d. Tahapan operasional formal, muncul antara usia 11-dewasa. Karakteristik tahap
ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.

5. Teori Perkembangan Kepribadian Erik H Erikson


Konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut
tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap
sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial
individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada
setiap tahapnya.
Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu :
a. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami
6
keserasian dari tahaptahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada
tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk
saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas.
[Type here]

b. Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk


memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna
berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat
berdasarkan dari perpindahan didalam tahaptahap yang ada.
Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap
manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut:
a. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan). Tahap ini berlangsung pada
masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus
dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan
kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu
ketidakpercayaan.
b. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu. Pada tahap kedua adalah tahap
anus-otot (analmascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang
berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus
diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat
memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
c. Inisiatif vs Kesalahan. Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya
kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa
kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan
beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas
adakalanya dia mengalami kegagalan. Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai
tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut
tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia
3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada
masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu
melakukan kesalahan.
d. Kerajinan vs Inferioritas. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya
kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan
tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang
ada di lingkungannya. Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten
yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu
tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan
kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
e. Identitas vs Kekacauan Identitas. Tahap kelima merupakan tahap adolesen
(remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20
tahun. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity –
Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh
kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk
membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
f. Keintiman vs Isolasi. Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka
setiap individu akan memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa
awal yang berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal (Young adulthood)
ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Jenjang ini menurut
Erikson adalah ingin
7 mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha
menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan 47 dengan adanya
hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah
pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan
orang lain.
[Type here]

g. Generativitas vs Stagnasi. Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke


tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun.
Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-
stagnation. Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat
tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk
dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat
melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian
terhadap generasi yang akan datang.
h. Integritas vs Keputusasaan. Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut
tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau
65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego
integrity – despair. Dalam teori Erikson, orang yang sampai pada tahap ini
berarti sudah cukup berhasil melewati tahaptahap sebelumnya dan yang
menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya
menghilangkan putus asa dan kekecewaan. Tahap ini merupakan tahap yang
sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah
merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja
dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna.

6. Teori Perkembangan Psikoanalisa Sigmun Frued


Psikonalisa merupakan suatu pandangan baru tentang manusia pada abad 20-an,
dimana ketidaksadaran memainkan peranan sentral. Pandangan ini mempunyai
relevansi praktis, karena dapat digunakan dalam mengobati pasien-pasien yang
mengalami gangguan-gangguan psikis.
Struktur kepribadian menurut Freud, terdiri dari:
a. Id, berisi energi psikis, termasuk instink, yang merupakan bawaan sejak lahir
dan menjadi sumber utama energi psikis dan instink. Id tidak memiliki
organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya
serta dikendalikan oleh prinsip kenikmatan (pleasure principle). Menurut
Freud, fase anak merupakan fase yang sangat dihujani oleh id, tanpa filter.
Contoh id: lapar, haus, sex, dihargai, dipuji.
b. Ego merupakan struktur kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realitas.
Ego berkembang karena manusia memerlukan pemenuhan kebutuhan secara
obyektif. Prinsip kerja ego: menunda keinginan sampai ditemukan obyek yang
sesuai (reality principle). Proses sekunder dari ego: berpikir realistik dan
membuat rencana pemenuhan kebutuhan. Ego juga berfungsi sebagai eksekutif
kepribadian: mengintegrasikan tuntutan id, superego dan dunia luar. Ego ini
berkembang seiring bertambahnya usia anak, sejak bayi hingga anak akhir,
puncaknya adalah pada fase remaja.
Contoh ego: toilet training   keinginan buang air kecil ditahan hingga
mendapat tempat yang pantas yaitu di kamar mandi.
c. Superego merupakan aspek nilai dan moral dari kepribadian. Superego
berkembang dari pengalaman memperoleh hukuman (menjadi suara hati) dan
hadiah (menjadi ego-ideal).
8 Fungsi-fungsi pokok superego:
 merintangi impuls-impuls id
 mendorong ego untuk mengganti tujuan realistis dengan moralistis
 mengajarkan kesempurnaan
Superego berkembang pada usia 4-6 Tahun.
[Type here]

Contoh superego: memahami aturan sekolah dan norma agama.


Freued membagi perkembangan anak menjadi 6 (enam) fase perkembangan yakni:
a. Fase Oral, yaitu pada usia 0 sampai dengan 18 bulan. Pada fase ini, mulut
merupakan central pokok keaktifan yang dinamis.
b. Fase Anal, yaitu pada usia 18 bulan sampai dengan 3 tahun. Pada fase ini,
dorongan dan tahanan berpusat pada alat pembuangan kotoran rektum.
c. Fase Falis (phalik) Yaitu pada usia 3 tahun sampai dengan 6 tahun. Pada fase
ini, alat-alat kelamin merupakan daerah organ paling perasa, seperti jatuh cinta
pada orang tua dengan jenis kelamin berbeda
d. Fase Latensi (Latent), yaitu pada usia 6 tahun sampai dengan 12 tahun. Pada
fase ini, impuls-impuls cenderung berdada pada kondisi tertekan, lebih pada
perkembangan moral dan intelektual.
e. Fase Pubertas Yaitu pada usia11 tahun sampai dengan 20 tahun. Pada fase ini,
impuls-impuls kembali menonjol. Kegiatan ini jika dapat disublimasikan maka
seorang anak akan sampai pada fase kematangan.
f. Fase Genital Yaitu pada usia lebih dari 20 tahun. Pada fase ini, seseorang telah
sampai pada fase dewasa. Seperti membangun hubungan dengan lawan jenis.

7. Teori Perkembangan Moral Lawrence Kohlberg


Pendidikan moral harus mengacu pada perkembangan penalaran moral peserta
didik, karena seiring dengan perkembangan anak mereka menjadi kurang
bergantung pada hadiah (reward) dan hukuman (punishment) dalam pemberian
penguatan (reinforcement), dan lebih bergantung pada satu rasa pribadi tentang
benar dan salah. Hal ini dianggap mencerminkan internalisasi mereka atas kode
moral masyarakat, perubahan dari kode moral eksternal ke internal ini merupakan
fokus utama dalam kajian pendidikan moral . adapun tahap-tahap perkembangan
moral tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
a. Tingkat I
1) Tahap 1 (Moralitas Heteronomus)
Perilaku moral dikaitkan dengan hukuman. Apapun yang dihargai
adalah baik, apapun yang dihukum adalah buruk, anak-anak
mematuhinya karena mereka takut dihukum.
2) Tahap 2 (Individualisme tujuan dan Pertukaran Instrumental)
Mengejar kepentingan-kepentingan individual dipandang sbg hal
yg benar untuk dilakukan. Karena itu, prilaku dikatakan baik bila
memenuhi kepentingan pribadi
b. Tingkat II
1) Tahap 3 (Ekspektasiekspektasi antar pribadi timbal balik,
keselarasan hubungan dan antar pribadi)
Rasa percaya, kasih saying, kesetiaan dihargai dan dipandang
sebagai basis penilaian moral. Anak-anak dan remaja mungkin
mengadopsi standar-standar moral orang tua mereka agar dianggap
sebagai anak yang baik.
2) Tahap 4 (Moralitas Sistemsistem Sosial)
“Baik”9 ditentukan oleh hukum-hukum masyarakat, dengan
melakukan tugas masing-masing . Hukum harus dipatuhi, bahkan
jika itu tidak adil. Aturan dan hukum dipatuhi karena diperlukan
untuk menjaga tatanan sosial.
c. Tingkat III
[Type here]

1) Tahap 5 (Kontrak Sosial dan hak-hak individual)


Nilai-nilai, hak-hak, dan prinsip-prinsip melampaui hukum. “Baik”
dipahami dalam kaitan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
telah disepakati masyarakat. Validitas hukum dievaluasi dan
diyakini bahwa itu harus diubah jika tidak mempertahankan dan
melindungi hak-hak dan nilai-nilai dasar.
2) Tahap 6 (Prinsip-prinsip etika universal)
Pada tahap ini individu telah mengembangkan satu kode moral internal
yang didasarkan pada nilai-nilai universal dan hak-hak manusia yang
mendahului aturan2 dan hukum2 sosial. Ketika dihadapkan pada konflik
antara hukum dan nurani, nurani akan diikuti meski ini dapat melibatkan
resik pribadi.

B. Manusia dan Segala Macam Permasalahan

Masalah sering juga disebut sebagai kesulitan, hambatan, gangguan, ketidakpuasan,


ataupun kesenjangan (Haryani, 2011). Secara umum dan hampir semua ahli psikologi
kognitif seperti Anderson (1980), Evans (1991), Hayes (1978), Ellis dan Hunt (1993)
(dalam Suharnan, 2005, Haryani, 2011) sependapat bahwa masalah adalah suatu
kesenjangan antara situasi sekarang dengan situasi yang akan datang atau tujuan yang
diinginkan. Sedangkan pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas yang berhubungan
dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan mengubah situasi
sekarang menuju situasi yang diharapkan. Jadi pemecahan masalah diartikan sebagai
proses untuk mencari jalan keluar dari sebuah kesenjangan untuk menemukan suatu
penyelesaian. Secara umum dapat dikatakan bahwa makin lebar kesenjangan antara
keadaan yang dihadapi dengan keadaan yang diinginkan, makin sulit ditemukan suatu
pemecahan.
Hurlock (1993) menganggap masa remaja sebagai usia yang bermasalah. Masalah
yang dihadapi remaja antara lain dalam menentukan hari depan, masalah dalam keluarga,
pergaulan, kesehatan dan pengisian waktu luang. Masa remaja memiliki fase
perkembangan yang sulit diatasi karena bukan hanya perkembangan fisik tetapi pada
psikis yang sedang membangun kepribadian lebih matang, serta perkembangan sosialnya
mengharuskan dirinya untuk belajar mengadakan hubungan dengan orang lain di
lingkungan masyarakat.

A. Masalah yang umumnya dihadapi anak-anak

Anak dapat mengembangkan kemampuan dalam mengatur emosi dan sosialnya,


sehingga diharapkan dapat anak dapat menghadapi dan diterima oleh normal sosial yang
ada di taman kanakkanak, Bergaul dengan dengan teman sebayanya. Contohnya
mengontrol emosinya. menginginkan sesuai, dengan begitu anak dapat mencari perilaku
dan mengatasi keinginan tersebut agar diterima oleh lingkungannya.
Permasalahan yang sering terjadi dilapangan, tidak semua anak dapat melewati
perkembangan dengan baik. 10 Adapun beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
permasalahan prilaku atau psikis dan sosial yang dihadapi anak yaitu kecerdasan,
perasaan, ingatan, kemauan, keluarga, sekolah, masyarakat dan media. Berkenaan
dengan pembahasan tentang karakteristik permasalahan prilaku anak usia taman kanak-
kanak hal yang harus diperhatikan dan dilakukan seorang pendidik dan orang tua adalah
[Type here]

mengawasi gejala permasalahan perkembangan yang timbul pada anak. apabila


permasalahan tidak diselesaikan dengan baik, maka akan menimbulkan permasalahan
yang lebih berat pada tahap selanjutnya.

B. Masalah yang umumnya dihadapi remaja

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahaun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah. Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju
masa dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan
baik itu fisik maupun mental. Sehingga dapat dikelompokkan remaja terbagi dalam
tahapan berikut ini :
1. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun) Pra remaja ini mempunyai masa yang
sangat pendek, kurang lebih hanya satu tahun; untuk laki-laki usia 12 atau 13
tahun - 13 atau 14 tahun. Dikatakan juga fase ini adalah fase negatif, karena
terlihat tingkah laku yang cenderung negatif. Fase yang sukar untuk hubungan
komunikasi antara anak dengan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi tubuh
juga terganggu karena mengalami perubahan-perubahan termasuk perubahan
hormonal yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang tak terduga.
Remaja menunjukkan peningkatan reflektivenes tentang diri mereka yang berubah
dan meningkat berkenaan dengan apa yang orang pikirkan tentang mereka.
Seperti pertanyaan: Apa yang mereka pikirkan tentang aku ? Mengapa mereka
menatapku? Bagaimana tampilan rambut aku? Apakah aku salah satu anak
“keren”? dan lain lain.
2. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun) Pada fase ini perubahan-perubahan
terjadi sangat pesat dan mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan
ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada usia ini. Ia mencari identitas diri
karena masa ini, statusnya tidak jelas. Pola-pola hubungan sosial mulai berubah.
Menyerupai orang dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat
keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan
identitas sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak dan idealistis dan
semakin banyak waktu diluangkan diluar keluarga.
3. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun) Dirinya ingin menjadi pusat perhatian; ia
ingin menonjolkan dirinya; caranya lain dengan remaja awal. Ia idealis,
mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energi yang besar. Ia
berusaha memantapkana identitas diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan
emosional.

C. Masalah yang umumnya dihadapi orang dewasa

Pada tahap ini perkembangan


11 intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir
puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua
hal yang berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari
pola pemikiran ini. Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara
mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam
[Type here]

menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba


beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-
usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut. Orang dewasa mampu menyadari
keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang
berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya. Orang dewasa dalam
menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia
menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada.
Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara
verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat- pendapat tertentu yang sering disebut
sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda
tadi.

D. Masalah yang umumnya dihadapi manula

menurut Hurlock, beberapa masalah psikologi lansia antara lain:

a. Kesepian (loneliness), yang dialami oleh lansia pada saat meninggalnya pasangan
hidup, terutama bila dirinya saat itu mengalami penurunan status kesehatan seperti
menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik
terutama gangguan pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup
sendiri. Banyak lansia hidup sendiri tidak mengalami kesepian karena aktivitas
sosialnya tinggi, lansia yang hidup dilingkungan yang beraggota keluarga yang
cukup banyak tetapi mengalami kesepian.

b. Duka cita (bereavement),dimana pada periode duka cita ini merupakan periode
yang sangat rawan bagi lansia. meninggalnya pasangan hidup, temen dekat, atau
bahkan hewan kesayangan bisa meruntuhkan ketahanan kejiwaan yang sudah
rapuh dari seorang lansia, yang selanjutnya memicu terjadinya gangguan fisik dan
kesehatannya. Adanya perasaan kosong kemudian diikuti dengan ingin menangis
dan kemudian suatu periode depresi. Depresi akibat duka cita biasanya bersifat
self limiting.

c. Depresi, pada lansia stress lingkungan sering menimbulkan depresi dan puan
beradaptasi sudah menurun.

d. Gangguan cemas, terbagi dalam beberapa golongan yaitu fobia, gangguan panik,
gangguan cemas umum, gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif-
kompulsif. Pada lansia gangguan cemas merupakan kelanjutan dari dewasa muda
dan bisaanya berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat atau gejala penghentian mendadak suatu obat.

e. Psikosis pada lansia, dimana terbagi dalam bentuk psikosis bisa terjadi pada
lansia, baik sebagai kelanjutan keadaan dari dewasa muda atau yang timbul pada
lansia.

f. Parafrenia, merupakan 12 suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada
lansia yang ditandai dengan waham (curiga) yang sering lansia merasa
tetangganya mencuri barang-barangnya atau tetangga berniat membunuhnya.
Parfrenia bisaanya terjadi pada lansia yang terisolasi atau diisolasiatau menarik
diri dari kegiatan sosial.
[Type here]

C. Solusi Dalam Menghadapi Permasalahan

A. Solusi dalam menghadapi permasalahan untuk anak-anak dan remaja

Selain memahami gejala-gejala yang memperlihatkan betapa banyaknya remaja dan


anak-anak yang terjerumus dalam perilaku bermasalah, seorang pendidik perlu
mengembangkan program-program yang dapat mengurangi masalahmasalah remaja.
Diantara program tersebut adalah
1. Memberikan perhatian yang intensif secara individual. Pada program
program yang berhasil, remaja muda dipasangkan dengan seorang dewasa yang
bertanggung jawab.
2. Pendekatan kolaboratif yang melibatkan banyak agensi di seluruh komunitas.
Filosofis dasar dari komunitas adalah pentingnya menyediakan program dan
layanan.
3. Identifikasi dan penanganan awal. Merangkul anak-anak dan keluarganya sebelum
anak-anak mengembangkan berbagai masalah, atau masih berada di tahap awal dari
masalahnya, adalah strategi yang berhasil.

B. Solusi dalam menghadapi permasalahan orang dewasa

Sedangkan menurut Anderson (dalam Mappiare) ada beberapa faktor penanganan


masalah orang dewasa awal adalah: (a) berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego,
minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidaak
condong pada perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi. (b) tujuan-
tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan yang efisien, seseorang yang matang melihat
tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat
didefinisikannya secara cermat dan tahu mana yang pantas dan yang tidak serta bekerja
secara terbimbing menuju arahnya. (c) mengendalikan perasaan pribadi, seseorang yang
matang dapat menyetir perasaan-perasaan sendiri yang tidak dikuasai oleh perasaan-
perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lian. Dia tidak
mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang
lain. (d) keobjektifitas, orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai
keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. (e) menerima kritik dan
saran, orang matang memimiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak
selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lian demi
peningkatan dirinya. (f) pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi, orang yang
matang mau memberi kesempatan pada orang lian membantu usaha-usahanya untuk
mencapai tujuan. (g) penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru.

B. Solusi dalam menghadapi masalah manula


13
Melihat fenomena yang dihadapi oleh lansia, maka sangat diperlukan pendidikan
dan pengajaran tentang ajaran-ajaran agama Islam secara intensif yang kemudian
dipelajari, dihayati dan diamalkan oleh lansia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
[Type here]

adanya pendidikan Agama Islam Non Formal, maka akan mengembalikan kesehatan
jiwa orang yang gelisah dan bisa menjadi benteng dalam menghadapi goncangan jiwa.
Untuk mengatasi problem lansia tersebut bimbingan penyuluhan Islam dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman diri dan lingkungannya serta mamp
mengatasi berbagai permasalahan sehingga dapat mencapai kesejahteraan tersebut.
Semakin dekat seseorang kepada Tuhan dan semakin banyak ibadahnya, maka akan
semakin tentramlah jiwanya.
Bimbingan dan penyuluhan Islam sendiri merupakan suatu upaya pemberian
bantuan kepada individu dalam hal ini adalah lansia atau sekelompok lansia dengan cara
memberikan informasi yang telah ditetapkan sebagai hukum Al-Quran dan sunnah yang
kemudian memberikan motivasi untuk terus bersemangat menjalani kehidupan hingga
kesejahteraan usia akhir tercapai.
Bimbingan merupakan salah satu bentuk pelayanan sosial yang diberikan dalam
upaya memenuhi kebutuhan Penerima Manfaat (PM). Pemberian bimbingan diberikan
sebagai pemenuhan kebutuhan lansia. Tidak hanya itu bimbingan tidak akan terlepas dari
penyuluhan yang artinya penerangan. Penerangan penulis artikan sebagai motivasi yang
berarti upaya pemberian semangat kepada lansia dalam menjalani kehidupan akhirnya.
Penekanan dalam arti penyuluhan, artinya ketika seorang pembimbing memberikan
bimbingan dia akan mampu memberikan semangat ataupun motivasi kepada PM dalam
menjalani kehidupan. Dari itu bimbingan dan pemberian penerangan atau penyuluhan
adalah salah satu cara memberikan solusi dalam membantu seseorang mencapai derajat
kesejahteraan.

BAB III

A. Kesimpulan

Perkembangan individu merupakan tahap atau proses menuju pendewasaan, didalam


proses pendewasaan pasti banyak sekali problematika maupun masalah yang sering kita
hadapi. Seperti yang telah dijelaskan didalam makalah yaitu karakteristik manusia
menurut psikologi perkembangan yang di dalamnya membahas tentang karakteristik,
teori dari beberapa tokoh, dan ciri-ciri individu ketika masa perkembangan dan masalah-
masalah yang dihadapi.
Didalam teori perkembangan individu kita dipaparkan tentang konsep dan
pembahasan tentang bagaimana individu dapat berkembang dengan segala macam
perbedaan di setiap karakteristik yang dimiliki individu. Selanjutnya adalah
permasalahan dan solusi yang dihadapi oleh individu, setiap individu yang berkembang
dari anak-anak hingga manula14 pasti memiliki permasalahan atau problem yang berbeda-
beda dari semua permasalahan tersebut pasti terdapat solusi yang sesuai dengan
permasalahannya yang digunakan untuk memecahkan masalah.

B. Saran
[Type here]

Diharapkan setiap mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang


karakteristik individu menurut psikologi perkembangan di makalah ini yang
didalamnya dijabarkan tentang teori, permasalahan yang dihadapi, dan solusi agar
mahasiswa dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Thahir, Andi. 2018. Psikologi Perkembangan. www.aura-publishing.com.

Ajhuari, Kayyis Fithri. 2019. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Penebar Media


Pustaka
Lating, Ainun Diana. 2016. Konflik Sosial Remaja Aakhir (Studi Pskilogi Perkembangan
Masyarakat Negeri Mamala dan Morella Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku
Tengah). Jurnal Fikratuna. (8)1, 5-6
Putri, Alifia Fernanda. Pentingnya Orang Dewasa Awal Menyelesaikan Tugas
Perkembangannya. https://jurnal.iicet.org/index.php/schoulid, (diakses tanggal 23 Maret
2021)
Fitriani, Mei. 2016. Poblem Psikospiritual Lansia Dan Solusinya Dengan Bimbingan
Penyuluhan Islam (Studi Kasus Balai Pelayanan Sosial Cepiring Kendal). Jurnal Ilmu
Dakwah. (36)1, 78-79
Setiawan, Aris. 2019. Keterbukaan Diri dan Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal
Psikologi. (6)1, 69-70
Kuswanto, Anggil Viyantini dan Na’imah. 2019. Analisis Pproblematika Prilaku
Perkembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. (VI)2, 112-113
Diananda, Amita. Psikologi Remaja Dan Permasalahannya. ISTIGHNA. (1)1, 117-118

15

Anda mungkin juga menyukai