Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEORI PERKEMBANGAN KELUARGA

DISUSUN OLEH :
SUSI KARMILA NIM. SR152090020
HADIYANFATUSMAYATI NIM. SR152090032
AMALIA NIM. SR152090042

PRODI S1-KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Sistem Reproduksi I berjudul Teori Perkembangan Keluarga.
Di dalam makalah ini kami memapar teori-teori perkembangan yang berdasarkan
atas teori biologis, lingkungan dan suasana serta interaksi.
Dalam penyelesaian makalah ini, tidak terlepas dari kerja sama tim
kelompok kami yang menuangkan pikiran serta dari beberapa buku refrensi.
Dari makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dari segi
tulisan maupun paparan dari isi. Tegur sapa dari para arif bijaksana, sangat kami
harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya, dan bermanfaat bagi kita semua.
Amien.
Wassalamualaikum wr.wb.

Pontianak, 22 Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan Penulisan................................................................................................2

D. Manfaat Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Pengertian Teori Perkembangan.........................................................................3

B. Teori Perkembangan Menurut Para Ahli............................................................5

C. Teori Perkembangan dari Segi Biologi.............................................................14

D. Lingkungan dan Suasana yang Mempengaruhi Perkembangan.......................14

E. Interaksi Dalam Teori Perkembangan..............................................................15

BAB III PENUTUP.....................................................................................................17

A. Kesimpulan.......................................................................................................17

B. Saran.................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada perubahan-
perubahan dan perkembangan stuktur jasmani ( biologis), perilaku dan fungsi
mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga
menjelang kematiannya. Mempelajari teori-teori perkembangan tidak hanya
berguna bagi orang tua dan guru dalam memberikan pelayanan dan pendidikan
kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, melainkan juga berguna
dalam memahami diri kita sendiri dengan cara pendekatan biologis, lingkungan
dan suasana serta interaksi. Teori perkembangan akan memberikan wawasan dan
pemahaman tentang sejarah perjalanan hidup kita sendiri ( sebagai bayi, kanak-
kanak, remaja, dewasa atau usia lanjut ). Lebih dari itu teori perkembangan juga
sangat berguna bagi pengambilan kebijaksanaan dalam merumuskan program dan
bantuan bagi anak-anak dan remaja. Seiring dengan perkembangan masyarakat
temporer yang ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam
berbagai dimensi kehidupan individu, teori perkembangan semakin dirasakan
kegunaannya oleh masyarakat. Masyarakat makin menyadari betapa individu
( anak-anak, remaja, dan bahkan orang dewasa ) yang hidup pada era modern
sekarang ini berada pada masa-masa yang sulit. Menghadapi individu yang
berada dalam masa-masa sulit demilkian, jelas membutuhkan pemahaman tentang
teori perkembangan. Oleh sebab itu kami ingin membahas tentang teori
perkembangan keluarga di lihat dari segi biologis,lingkungan dan suasana serta
interaksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud teori perkembangan ?
2. Bagaimanakah teori – teori perkembangan menurut para ahli ?
3. Bagaimana teori perkembangan dilihat dari segi biologi ?
4. Apakah lingkungan dan suasana mempengaruhi teori perkembangan ?
5. Bagaimana bentuk interaksi dalam teori perkembangan baik secara
individu maupun sosial ?
C. Tujuan Penulisan

i
1. Dapat menjelaskan maksud dari teori perkembangan.
2. Mengetahui berbagai macam teori-teori perkembangan dari para ahli.
3. Dapat memaparkan teori perkembangan dilihat dari segi biologi.
4. Dapat mejelaskan pengaruh lingkungan dan suasana dalam teori
perkembangan.
5. Dapat memberikan bentuk interaksi dalam teori perkembangan baik
secara individu maupun sosial.
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian teori perkembangan
keluarga.
2. Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam teori perkembangan
keluarga dari para ahli
3. Memberikan penjelasan kepada Mahasiswa dan orang lain tentang
seberapa besar pengaruh lingkungan dan suasana dalam teori
perkembangan
4. Mahasiswa dapat memberikan interaksi dalam teori perkembangan
keluarga baik secara individu maupun sosial.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Perkembangan


Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada perubahan
-perubahan dan perkembangan stuktur jasmani ( biologis), perilaku dan fungsi
mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga

i
menjelang kematiannya. Teori perkembangan sangat mempengaruhi
perkembangan diri seseorang individu, kalau baik perkembangan baiklah juga
individu tersebut. Teori perkembangan keluarga menguraikan perkembangan
keluarga dari waktu ke waktu dengan membaginya ke dalam satu seri tahap
perkembangan dianggap sebagai masa-masa stabilitas relatif yang secara
kuantitatif dan kualitatif berbeda dari tahap-tahap berdekatan (Mederer and Hill,
1983).
Perkembangan masa hidup memiliki 2 macam perspektif atau pandangan.
Pertama, pendekatan tradisional (traditional approach) adalah pendekatan yang
menekankan perkembangan pada perubahan ekstrim dari lahir hingga masa
remaja saja. Sedangkan yang kedua, pendekatan masa hidup (the life-span
approach) adalah pendekatan yang menekankan pada perubahan perkembangan
terjadi selama masa hidup manusia. Menurut pakar perkembangan masa hidup,
Paul Baltes, perspektrif perkembangan masa hidup (life-span perspective)
mencakup tujuh kandungan dasar yaitu: Perkembangan bersifat seumur hidup,
multidimensional, multidireksional, plastis, melekat secara kesejarahan,
multidisiplin, dan kontekstual. Berikut adalah penjelasan dari setiap kandungan
tersebut (Santrock, 2007).
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau
kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Perkembangan (Development) merupakan suatu proses yang pasti di
alami oleh setiap individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif
dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari
perubahan yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia. Akhmad
Sudrajat : 2008, memberikan definisi bahwa “Perkembangan dapat diartikan
sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri
individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai
perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau

i
kematangannya.” Sesorang individu mengalami perkembangan sejak masa
konsepsi, serta akan berlangsung selama hidupnya. “Perkembangan adalah proses
yang berlangsung sejak konsepsi, lahir dan sesudahnya, dimana badan, otak,
kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini, anak2, dan dewasa menjadi
lebih kompleks dan berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup. hal ini
didefinisikan oleh”( Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS (K). : 2008 ). Maka dengan
kata lain dapat kita artikan bahwa sepanjang hidup kita merupakan suatu
rangkaian proses yang terus berlanjut, proses tersebut meliputi perkembangan
(development), pertumbuhan (growth) serta kamatangan (maturation) baik fisik
maupun psikis. Tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan hidup.
Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara
yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses bertambahnya
usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan. Proses ini
terjadi dalam diri manusia secara bertahap dan memiliki fase – fase tertentu yang
menjadi acuan proses perkembangan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh
Sigmund Freud, fase perkembangan dibagi menjadi 6 fase yaitu ; Fase Oral atau
mulut yang merupakan sentral pokok keaktifan yang dinamis, Fase Anal, Fase
Falis atu alat kelamin, Fase Latent, Fase Pubertas dan Fase Genital atau proses
menginjak kedewasaan.
Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada
konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi ( Santrok
Yussen. 1992). Dengan demikian perkembangan berlangsung dari proses
terbentuknya individu dari proses bertemunya sperma dengan sel telur dan
berlangsung sampai ahir hayat yang bersifaf timbulnya adanya perubahan dalam
diri individu. Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang
terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas
serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif ( E.B. Harlock ).
Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang
terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan
pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar

i
yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif ( dapat diukur) yang
menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.
B. Teori Perkembangan Menurut Para Ahli
Perkembangan manusia merupakan proses yang dinamis dan kompleks
yang tidak dapat hanya di jelaskan hanya pada satu teori.
1. Teori Perkembangan Menurut Potter Perry
Menurut Potter Perry ada empat kelompok teori perkembangan, yaitu :
biofisik, psikoanalitik psikososial, kognitif, dan moral. Berikut ini kami akan
membahas lebih detail satu-persatu tentang perkembangan teori tersebut.
a. Teori Perkembangan Biofisik
Perkembangan biofisik adalah bagaimana tubuh kita secara fisik
berkembang dan berubah. Penyelenggara pelayanan kesehatan dapat mengukur
dan membanding kan perubahan yang terjadi sejak neonatus sampai dewasa
dengan pertumbuhan normal. Teori perkembangan biofisik menggambarkan
proses maturasi secara biologis.
b. Teori Perkembangan Psikoanalitik/Psikososial Dikemukakan Oleh
Sigmund Freud
Teori Perkembangan psikoanalitik/psikososial menggambarkan perkemba
ngan manusia dari sudut pandang kepribadian, pemikiran, dan tingkah laku. Teori
psikoanalitik/psikososial menjelaskan tentangan dorongan dan motivasi internal
yang berada dalam alam bawah sadar dan memengaruhi setiap aspek cara berpikir
dan
bertingkah laku individu(Berger, 2005). Dorongan dan motivasi tersebut juga
terjadi pada tahap perkembangan.
Sigmund Freud merupakan orang pertama yang mengemukakan teori
perkembangan kepribadian secara formal dan terstruktur (1856-1939). Freud
membangun teori perkembangan yang saat bekerja dengan klien yang menderita
gangguan mental. Model psikoanalitik Freud tentang tahapan perkembangan
kepribadian individu melalui lima tahap perkembangan psikoseksual dan tiap
tingkatan ditandai dengan kesenangan seksual pada bagian tubuh : mulut, anus,
dan genital. Freud mempercayai bahwa kepribadian dewasa merupakan hasil dari

i
bagaimana seorang individu menyelesaikan konflik antara sumber kesenangan
dan kenyataan (Berger, 2005; Santrock, 2007).
Tahap 1: Oral (Lahir sampai usia 12-18 bulan)
Awalnya, menghisap jari dan kepuasan oral merupakan hal yang sangat
penting, tetapi juga merupakan kesenangan yang aneh. Akhir dari tahapan ini,
bayi mulai menyadari bahwa orangtuanya adalah sesuatu yang terpisah dari
dirinya. Gangguan dalam kemampuan fisik dan emosional orangtua (misalnya
ikatan yang tidak adekuat atau penyakit kronik) akan mempengaruhi
perkembangan bayi.
Tahap 2: Anal (Usia 12-18 bulan samapai tahun)
Fokus kesenangan berubah ke area anal. Anak-anak semakin tertarik pada
sensasi kesenangan pada area anal. Melalui proses toilet-training, anak menunda
kepuasan sesuai keinginan orangtua dan masyarakat.
Tahap 3: Phallic atau Oedipal (3-6 tahun)
Pada tahap ini organ genital menjadi focus kesenangan. Menurut Freud, anak
lelaki menjadi tertarik dengan penis, anak wanita menyadari tidak memiliki penis,
dikenal dengan istilah penis envy. Tahap ini merupakan periode dimana anak
befantasi mencintai orang tua yang berbeda gender, dikenal dengan Oedipus atau
Electra complex. Akhir dari tahap ini adalah anak berusaha mengurangi konflik
ini dengan cara lebih mengenali dan menerima orang tua yang sama gender.
Tahap 4: Laten (6-12 tahun)
Freud percaya bahwa pada fase ini keinginan seksual dari tahap oedipal
dini ditekan dan disalurkan kepada aktivitas social yang produktif. Dalam dunia
pendidikan dan social anak, banyak yang harus dipelajari dan dikerjakan, dimana
anak membutuhka energy dam usaha.
Tahap 5: Genital (Masa puberitas-dewasa)
Ini merupakan tahap akhir Freud. Pada periode ini anak mengalami
ketertarikan seksual denagn individu diluar dukungan keluarga. Konflik
sebelumnya yang tidak terselesaikan timbul saat remaja. Saat individu
menyelesakan konflik, individu tersebut akan mendapatkan kematangan hubungan
seksual dewasa. Komponen kepribadian mausia terbentuk melalui tahapan

i
perkembangan Freud. Freud percaya bahwa fungsi komponen tersebut adalah
Untuk mengatur tingkah laku.
Komponen – komponen tersebut id, ego, dan superego. Id adalah
dorongan dari dasar naluri dalam memperoleh kesenangan, selain itu juga
merupakan bagian dari kepribadian yang paling primitif dan timbul sejak usia
bayi. Ego menggambarka komponen nyata penengah konflik antara lingkungan
dan dorongan identitas. Ego membantu kita menilai kenyataan secara akurat,
mengatur keinginan, dan membuat keputusan yag baik. Komponen yang ketiga
yaitu Superego yang berfungsi melakukan pengaturan, pengendalian dan
pencegahan tindakan. Lebih dikenal sebagai Suara Hati, superego dipengaruhi
oleh standar dorongan sosial dari luar seperti orangtua atau guru.
Tujuan teori Freud adalah perkembangan keseimbangan antara keinginan
mencari kesenanangan dan tekanan sosial. Orang dewasa memilik suara hati kuat
yang akan membatasi perolehan kesenangan sesuai nilai – nilai sosial. Meskipun
teori Freud banyak dikritik karena adanya bias gender dan budaya, tetapi Freud
telah memberika dasar untuk observasi emosi dan tingkah laku bagi teoritikus
lain.
Beberapa kritik terhadap Freud berpendapat bahwa analisis
perkembanagan kepribadian Freud berdasarkan factor biologis dan mengabaikan
pengaruh budaya dan penagalaman. Kritik lain berpendapat bahwa dasar asumsi
Freud seperti Oedipus complex tidak dapat digunakan diantara budaya yang
berbeda. Saat ini ahli psikoanalisis percaya bahwa pikiran lebih berperan
dibanding imajinasi Freud (Santrock, 2007).

i
2. Teori Perkembangan Menurut Gesell
Gesell melalui pengamatannya sejak tahun 1940-an, Gesell membuat teori
tentang tingkah normal yang dijadikan sebagai sumber informasi unuk
perkembangan anak. Versi terbaru adari uji Gesell terdiri atas empat kategori
tingkah laku: motorik, bahasa, adaptasi, dan pribadi sosial. Penyelenggara
kesehatan menilai setiap subgroup dalam mencapai developmental quotient (QD)
yag membedakan antara infant normal dan abnormal(Santrock, 2007).
Dasar teori perkembangan Gesell adalah bahwa pola pertumbuhan
(perkembangan) setiap anak mempunyai ciri khas yang diatur oleh aktivitas
genetik. Faktor lingkungan dapat mendukung, mengubah, dan memodifikasi pola
tersebut, tetapi tidak menyebabkan kemajuan perkembangan (Gesell, 1948).
Gesell menemukan pola maturasi sebagai suatu rangkaian perkembangan mausia.
Rangkaian perkembanagan terjadi dalam janin, dimana ada urutan khusus
perkembangan system organ (Crain, 1992).
Setelah lahir, anak-anak tumbuh sesuai cetakan genetiknya dan
memperoleh keterampilan sesuai tahapannya, namun dengan kecepatannya
masing-masing. Sebagai contoh, sebagian besar anak-anak belajar memegang
suatu benda, seperti cangkir dengan jarinya pada usia 15, dan mampu memegang
cangkir dengan baik, mengangkat, minum, dan meletakannya kembali pada usia
21 bulan. Gesell menjelaskan bahwa tidak semua anak memiliki perkembangan
sesuai waktunya. Lingkungan berperan dalam perkembangan anak, tetapi tidak
pada perkembangan berikutnya.
3. Teori Perkembangan Menurut Erik Erikson
Freudmemberikan pengaruh yang kuat terhadap pengikaut ajaran
psikoanalisisnya, termasuk Erik Erikson yang melanjutkan, mengembangkan, dan
memperbaharui teori Freud. Erik Erikson membuat suatu teori perkemabangan
dalam dua pandangan utama yang membedakannya dengan teori Freud yaitu
perkembangan terjadi semasa hidup dan lebih berfokus pada tahap psikososial
dibanding tahap psikoseksual (Santrock,2007).
Menurut delapan tahap perkembangan erikson, individu harus
menyelesaikan tugasnya sebelum berhasil menyelesaikan satu tahap dan

8
melanjutkan ketahap berikutnya. Setiap tugas memiliki konflik yang berbeda,
seperti kebutuhan pencarian identitas pada remaja yang memiliki berbagai pilihan
yang membingungkan. Konflik seperti ini selalu ada di sepanjang kehidupan.
Berikut ini adalah gambaran 8 tahap kehidupan Erikson:
a. Kepercayaan Versus Ketidakpercayaan (lahir – usia 1 tahun)
Pembangunan dasar rasa percaya penting untuk perkembang pribadi yang
sehat. Untuk mencapai keberhasilan tahap ini, diperlukan pemberi layanan yang
konsisten dalam memenuhi kebutuhannya pada saat bayi. Atas dasar kepercayaan
terhadap orangtuanya bayi dapat mempercayai dirinya sendiri kepada orang lain,
dan dalam dunia (Hockenbery dan Wilson,2008).
Pembentukan kepercayaan mengahasilakn rasa percaya dan optimis.
Perawat yang mengantisipasi tingkah laku anak akan dapat membantu orang tua
mengatasi sikap dan tingkah laku anak setelah di pulangkan. Rasa percaya anak
dapat terganggu selama perawatan selama di rumah sakit dan memerlukan
dukunagan orang tua saat pulang kerumah.
b. Otonmi Versus Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)
Pada tahap ini, pertumbuhan anak lebih disempurnakan dengan aktifitas
dasar perawatan diri termasuk berjalan, pemberia makanan dan aktifitas dikamar
mandi. Ketidak tergatungan ini merupakan hasil maturasi dan imitasi. Batita
membangun otonominya denagn membuat pilihan. Tipe pilihan pada kelompok
batita termasuk aktifitas yang berkaitan denagn hubungan, keinginan, dan alat
bermain.
Ini merupakan kesempatan untuk mempelajari apa yang diinginkan orang
tua dan masyarakat dari pilihan tersebut. Keterbatasan pilihan dan hukuman yag
berat menimbulkan perasaan malu dan ragu. Batita yang mampu menyelesaikan
tahap ini akan memperoleh Kontrol diri dan ketekuanan. Perawat dapat menjadi
model petunjuk yag menawarkan dukungan dan pemahaman dalam menghadapi
tahap ini.
c. Inisiatif Versus Rasa Bersalah (3-6 tahun)

9
Anak-anak lebih suka berpura-pura dan mencoba peran baru. Fantasi dan
khayalan membuat anak-anak mengeksplorasi lingkungannya lebih jauh. Pada
saat bersamaan, anak-anak membangun superego atau suara hati.
Konflik sering terjadi anatara eksplorasi keinginan anak dan keterbatasan
menempatkan tingkah laku mereka. Konflik ini kadang menimbulakn rasa frustasi
dan bersalah. Rasa bersalah terjadi jika respon pemberian layanan terlalu keras.
Masa pra-sekolah adalah mempelajari mengatasi rasa inisiatif tanpa
menghalangi kebebasan orang lain. Keberhasilan ini menghasilakan petunjuk dan
tujuan. Pengajaran yang bertujuan mengontrol dan bekerjasama dengan tingkah
laku anak akan membantu keluarga menghindari resiko terjadinya perubahan
pertumbuhan dan perkembangan.
d. Industri Versus inferioritas (6-11 tahun)
Anak – anak usia sekolah ingin mempelajari keterampilan dan alat – alat
produktif. Mereka belajar dan bermain dengan kelompok seusianya. Anak-anak
usia sekolah mencapai keberhasilan berdasarka prestasi dan pujian. Tanpa
dukunagn yag tepat dalam mempelajari keterampilan baru atau jika keterampilan
terlalu sulit, anak-anak akan membangun suatu rasa yang tidak adekuat dan
rendah diri. Anak-anak pada usia ini perlu mengalami pencapaian yag nyata untuk
membangun kompetensi. Mnurut Erikson sikap orang dewasa terhadap pekerjaan
bergantung pada penyelesaian tugas tersebut dengan baik.
e. Identitas Versus Kebingungan Peran (Puberitas)
Perubahan fisiologis yang berhubungan denagan naturasi seksual menandai
tahap ini. Ditandai juga dengan kesenangan memperhatikan penampilan dan
bentuk tubuh. Tahap yag merupakan perkembangan identitas ini dimulai dengan
menjawab pertanyaan “ Siapa Saya?”. Kebutuha aka identitas penting nantinya
dalam membuat keputusan seperti memilih pekerjaan atau pasangan hidup.
Setiap Remaja Mengubah cara hidupnya dalam masyarakat sebagai
anggota bebas. Akan timbul tuntuta, kesempatan dan konflik yang berhubungan
denagn perkembangan identitas dan pemisahan dari keluarga. Erikson
berpendapat bahwa keberhasilan menyelesaikan akan menghasilakan kepatuhan
dan kesetiaan terhadap orang lain dan terhadap cita-citanya sendiri (Hockenberry

10
dan Wilson, 2008). Perawat menyediakan pendidikan dan petunjauk lebih dulu
kepada orangtua tentang perubahan dan tantangan pada anak remaja.
Perawat juga membantu remaja yang dalam perawatan dirumah sakit
denagn memberikan informasi yang cukup tentang penyakitnya sehingga mereka
dapat membuat keputusan tentang rencana pengobatanya.
f. Keintiman Versus Isolasi (Dewasa Muda)
Dewasa muda telah membangun identitas dirinya, memperdalam rasa kasih
sayang dan perduli terhadap oranglain. Mereka mencari arti hubungan pertemanan
dan mempererat hubunga dengan orang lain. Erikson menggambarkan keakraban
sebagai penemuan diri dan selanjutnya kehilangan diri dalam orang lain
(Santrock, 2007). Jika seorang dewasa muda tidak dapat membangun hubungan
pertemanan dan keakraban akan terjadi pemisahan karena mereka takut ditolak
dan kecewa (Berger, 2005). Kita harus mengerti bahwa selama perawatan dirumah
sakit seorang dewasa mudah akan memerlukan dukungan dari pasangannya atau
orang tertentu karena hal ini akan mempererat keakraban diantara mereka.
g. Generatifitas Versus Pemikiran Terhadap Pemikiran Diri Sendiri dan
Stagnasi (Usia Pertengahan)
Kelanjutan dari tahap ke-6 perkembangan Erikson yaitu setelah
membangun suatu hubungan yang akrab, seorang dewasa berfokus pada
memberikan dukungan kepada generasi mendatang.
Kemampuan mengembangakan diri dan keterlibatanya dalam masyarakat
merupakan hal yang penting pada tahap perkembangan. Orang dewasa yang
berada pada usia pertengahan mencapai keberhasilan pada tahap ini melalui
kontribusinya kepada generasi mendatang, yaitu dengan menjadi orangtua,
pengajar, dan keterlibatan dalam komonitasnya. Penerimaan generatifitas
menghasilkan pelayanan dasar yag kuat. Ketidakmampuan berperan serta dalam
pengembangan generasi berikutnya akan menimbulkan stagnasi (Santrock, 2007).
Perawat membantu orang dewasa yang sedang sakit dalam memilih cara
untuk membantu perkembangan sosial. Individu usia pertehangan menemukan

11
cara penyelesaiannya dengan menyumbagkan waktunya denga suka rela pada
sekolah, rumah sakit, atau gereja setempat.
h. Integritas Versus Keputusasaan (Usia Tua)
Proses penuaan menghasilkan penurunan fisik dan sosial, beberapa orang
dewasa juga mengalami penurunan status da fungsi, seperti pengsiun dan
penyakit. Terdapat konflik internal dan eksternal, seperti pencarian makna
kehidupan. Hal ini kan menciptakan pencarian potensi pertumbuha dan kekuatan.
Banyak orang yang berusia lanjut meninjau ulang kehidupanya denga rasa puas,
meskipun mereka melakukan kesalahan, sedangkan beberapa lainya melihat diri
mereka sebagai kegagalan hidup yang ditandai dengan keputusasaan dan
penyesalan. Orang lanjut usia sering terikat dalam penilain retrospektif kehidupan
mereka, dan melihatnya sebagai sesuatu yang sangat berarti atau penyesalan jika
tujuannya tidak tercapai ( Berger, 2005).
Posisi perawat berpengaruh dalam komunitas mereka dan menilai individu
pada semua usia dan tahapanya. Individu pada semua usia dan tahapan
membutuhkan rasa dihargai, dimengerti, dan dibutuhkan.
Erikson menyatakan, “Anak-anak yang sehat tidak akan takut hidup, jika
orang tuanya memiliki integritas yang cukup untuk tidak takut dalam menghadapi
kematian”.(Erikson, 1963). Meskipun, seperti juga Freud, menurut Erikson
masalah dalam kehidupan dewasa dihasilkan dari penyelesaian yang gagal pada
tahap awal, dia menekankan pada hubungan keluarga dan budaya yang luas, serta
perkembangan sepanjang kehidupan.
4. Teori Perkembangan Moral Jean Piaget.
Piaget melakukan pengamatan dan wawancara anak-anak, dia mempelajari
bagaimana cara mereka berpikir tentang aturan-aturan dan masalah- masalah
moral. Teori perkembangan Piaget memasukkan dua tahap yang terjadi antara usia
empat dan sepuluh tahun. Tahap pertama, moralitas heteronomous, terjadi antara
usia empat sampai tujuh tahun dan ditandai dengan suatu keyakinan bahwa
peraturan tidak bisa diubah dan jika melanggarnya akan segera diadili. Anak kecil
sulit menerima kalau peratuaran dalam permainan dapat diubah atau hukuman
tidak akan segera berlaku setelah ada pelanggaran (Santrock, 2007).

12
Pada tahap kedua, moralitas otonom, Anak mengerti bahwa individu
yang membuat peraturan dan dapat merubahnya. Pada tahap ini anak-anak
mengetahui bahwa tujuan memengaruhi tingkah laku. Menurut Piaget, melalui
hubungan dengan teman sebayanya anak-anak dapat membangun pertimbangan
moralnya. Dalam kelompoknya anak anak dapat mengemukakan ketidak
setujuannya dan kemudian mencapai penyelesaian. Hubungan orang tua anak
yang tidak seimbang akan memengaruhi perkembangan moralitas anak (Santrock,
2007).
5. Teori Perkembangan Menurut Werner Sombart
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)
bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan
berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di
mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses
diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan
totalitas itu lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan
tambah jelas dalam rangka keseluruhan.
6. Teori Nativisme Menurut Arthur Schopenhauer
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia di pengaruhi oleh
factor-faktor bawaan manusia sejak lahir. Teori ini menegaskan bahwamanusia
memiliki sifat-sifat tertentu sejak lahir yang menentukan keadaan individu
tersebut. Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat manusia tidak dapat di
ubah karena telah ditentukan oleh sifat-sifat keturunannya.
7. Teori Empirisme Menurut Jhon Locke
Teori ini memandang bahwa perkembangan individu dipengaruhi dan
ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh sejak lahir hingga
dewasa. Teori ini memandang bahwa pengalaman adalah termasuk pendidikan dan
pergaulan.
8. Teori Konvergensi Menurut William Stern
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang menyatakan
bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki peran penting dalam mempengaruhi
dan menentukan perkembangan individu.

13
C. Teori Perkembangan dari Segi Biologi
Biologis berkaitan dengan keturunan. Keturunan memiliki peran penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir di dunia ini membawa
berbagai macam ragam warisan yang berasal dari kedua orang tuanya atau nenek
dan kakeknya. Warisan(turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara
lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit,intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak,
dan penyakit.
Bentuk tubuh dan warna kulit salah satu warisan yang dibawa oleh anak
sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak
yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti ayahnya rambut
keriting dan bewarna kuli putih seperti ibunya. Bila anak yang pembawaan gemuk
seperti ini, bagaimana susah hidupnya nanti, dia sukar menjadi kurus, tetapi
sebaliknya sedikit ia makan akan mudah menjadi gemuk. demikian juga dengan
rambut keriting, bagaimanapun berusaha meluruskannya akhirnya akan kembali
menjadi keriting. Cukup besar pengaruh turunan ( pembawaan) terhadap
pertumbuhan jasmani anak. Bagaimanapun tingginya teknologi untuk mengubah
warna kulit seseorang, namun faktor turunan tidak dapat diabaikan begitu saja.
D. Lingkungan dan Suasana yang Mempengaruhi Perkembangan
Teori lingkungan ( Ekologis ) memberikan tekanan pada sistem
lingkungan. Tokoh utama teori ekologi adalah Urie Brofenbrenner. Dalam teori
Ekologisnya, Brofenbrenner mengambarkan empat kondisi lingkungan dimana
perkembangan terjadi, yaitu Mikrosistem, Mesosistem, Ekosistem, dan
Makrosistem. Keempat lingkungan yang menjadi landasan perkembangan
manusia menurut teori Ekologi Brofenbrenner tersebut akan di uraikan dalam
pembahasan berikut :
1. Mikrosistem (Microsystem) menunjukan situasi dimana individu hidup dan
saling berhubungan dengan orang lain. Konteks ini meliputi keluarga, taman
sebaya, sekolah dan lingkungan social lainnya. Dalam Mikrosistem inilah
terjadinya interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial.
2. Mesosistem (Mesosystem) Menunjukan hubungan antara dua atau lebih
hubungan Mikrosistem atau beberapa konteks. Sebagai contoh adalah

14
hubungan antara rumah dan sekolah, rumah dan masjid, sekolah dan
lingkungan, serta rumah dan tempat kerja.
3. Ekosistem (Exosystem) terdiri dari setting sosial dimana individu tidak
berpartisifasi aktif, tetapi keputusan penting yang diambil mempunyyai
dampak terhadap orang yang berhungan langsung dengannya. Misalnya,
tempat kerja orang tua, dewan sekolah, pemerintah lokal dan orang tua
kelompok teman sebaya.
4. Makrosistem (Macrosystem)meliputi cetak biru (Blueprints) membentuk sosial
dan kebudayaan untuk menjelaskan dan mengorganisir institusi kehidupan.
Makrosistem direfleksikan dalam pola lingkaran dalam mikrosistem,
mesosistem, dan ekosistem yang dicirikan dari sebuah subkultur,kultur atau
konteks social lainnya yang lebih luas. Contoh makrosistem meliputi asumsi
ideologi, dan sistem kepercayaan bersama tentang umat manusia, hubungan
sosial dan kualitas kehidupan.
Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah
tempat mendidik, masyarakat tempat anak yang bergaul juga bermain sehari-hari
dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya
pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung
pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
E. Interaksi Dalam Teori Perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan.
Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa
kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami
dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik
yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam
pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses
perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi
lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi,
menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang
anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung.

15
Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung kenari, anak
kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning,
dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan
perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk
memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema
yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung
kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu
pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan
atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan
skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema
yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah
skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh
mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak. Melalui kedua proses
penyesuaian tersebut sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga
bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut
dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu
berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di
lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut
selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan (Development) adalah rangkaian perubahan sepanjang
rentang kehidupan manusia, yang bersifat progresif, teratur, berkesinambungan
dan akumulatif, yang menyangkut segi kuantitatif dan kualitatif, sebagai hasil
interaksi antara maturasi dan proses belajar. Robert Havighurst menyatakan
bahwa perkembangan seseorang faktor lingkungan. Ini merupakan satu elemen
penting yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.
Beliau memfokuskan kepada keadaaan sekeliling atau lingkungan di mana tempat
seseorang anak-anak itu membesar yang akan memberi dan meninggalkan sama
ada positif atau negatif bergantung kepada ibu bapak yang memberikan ciri
mereka Havighurst menyatakan bahwa tugas-tugas dalam perkembangan anak-
anak hanya perlu dipelajari sekali saja seperti berjalan, berlari, perbedaan nama
benda dan sebagainya.
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau
kurun waktu tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,


sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada perubahan-


perubahan dan perkembangan stuktur jasmani ( biologis), perilaku dan fungsi
mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga
menjelang kematiannya. Teori perkembangan sangat mempengaruhi
perkembangan diri seseorang individu, kalau baik perkembangan baiklah juga
individu tersebut. Teori perkembangan meliputi biologi, lingkungan dan suasana

15
serta interaksi. Secara Teori biologi merupakan studi tentang perkembangan
perilaku evolusi spesies dalam lingkungan alamiahnya, Teori lingkungan
( Ekologis ) memberikan tekanan pada sistem lingkungan, dan berinteraksi
dengan lingkungan. Dengan adanya berinteraksi tersebut, seseorang akan
memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam
menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan
baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui
sesuatu.
Menurut Gesell melalui pengamatannya sejak tahun 1940-an, Gesell
membuat teori tentang tingkah normal yang dijadikan sebagai sumber informasi
unuk perkembangan anak. Versi terbaru adari uji Gesell terdiri atas empat kategori
tingkah laku: motorik, bahasa, adaptasi, dan pribadi sosial. Penyelenggara
kesehatan menilai setiap subgroup dalam mencapai developmental quotient (QD)
yag membedakan antara infant normal dan abnormal.
Keturunan memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak. Ia lahir di dunia ini membawa berbagai macam ragam warisan yang berasal
dari kedua orang tuanya atau nenek dan kakeknya. Warisan(turunan atau
pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna
kulit,intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak, dan penyakit.
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan.
Dengan berinteraksi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa
kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami
dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik
yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami menyarankan kepada pembaca agar
dapat mengetahui arti penting dari teori perkembangan keluarga, sehingga dapat
mengarahkan perkembangan yang didasarkan pada perkembangan biologis,
lingkungan dan suasana serta interaksi. Dan kami menyadari bahwa makalah kami
ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari refrensi untuk itu kami
memerlukan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.

18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Konsep Keluarga diakses melalui
http://www.scribd.com/doc/4857129/KONSEPKELUARGA#fullscreen:
on pada tanggal 9 Maret 2017.
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik edisi 3.
Jakarta : EGC
Masitha. 2013. Keperawatan Keluarga. Diakses melalui
http://masithatabode.blogspot.co.id/2013/10/makalah-keperawatan-
keluarga.html pada tanggal 9 Maret 2017.
Miller.P.H. (1993) Theories of Developmental Psychology 3rd ed. New York:
W. H. Freeman and Company
Papalia.D.E., Old.S.W., Feldman.R.D. (2008). Human Development 9th ed.
Jakarta: Kencana
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development. Dallas. University of Texas

Anda mungkin juga menyukai