Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP DAN HUKUM PERKEMBANGAN

MAKALAH
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik
yang dibina oleh bapak Ediyanto, S.Pd, M.Pd, Ph.D.

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Offering D-16
1. Ahmad Muarijul Firdaus (220412610979)
2. Diana Cahyaningtyas (220121609699)
3. Ridho Rama Hidayat (220431600017)
4. Septia Asmawati (220412604734)
5. Sofi Fitriani (220431610573)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Ediyanto sebagai dosen pengampu
mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 20 Februari 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................2
A. Pengertian Perkembangan......................................................................................................2
B. Pengertian Hukum Perkembangan.........................................................................................3
C. Hukum-hukum Perkembangan...............................................................................................4
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................................10
BAB IV DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada setiap makhluk hidup, sejak kelahiran dan dalam menjalani kehidupan seterusnya,
terdapat dasar dan pola kehidupan yang berlaku umum sesuai dengan jenis dan spesiesnya.
Selain itu, terdapat pula pola yang berlaku khusus sesuai dengan sifat-sifat individualnya.
Pola kehidupan yang dimaksudkan dapat dijadikan acuan untuk mengenal karakteristik
perkembangan anak-anak. Latar belakang social budaya akan mempengaruhi pola
pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak. Dengan demikian, akan terbentuk
karakteristik-karakteristik yang menjadi pola khusus. Diantara pola-pola khusus itu, bahkan
antara pribadi dengan pribadi, juga terdapat perbedaan tertentu. Perbedaan tersebut akan
lebih jelas bila dibandingkan secara keseluruhan pada pribadi setiap bangsa.
Berdasarkan persamaan dan perbedaan itulah diperoleh kecenderungan umum dalam
pertumbuhan dan perkembangan, yang selanjutnya dinamakan hukum-hukum pertumbuhan
dan hukum-hukum perkembangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkembangan?
2. Apakah yang dimaksud dengan hukum perkembangan itu?
3. Apa saja dan bagaimana hukum-hukum dalam perkembangan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian perkembangan.
2. Untuk memberi informasi kepada pembaca tentang pengertian hukum-hukum
perkembangan.
3. Untuk memberi informasi kepada pembaca tentang apa dan bagaimana hukum-
hukum dalam perkembangan.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan
Istilah perkembangan (develpment) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang
cukup rumit dan kompleks. Di dalamnya terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk
dapat memahami konsep perkembangan, perlu terlebih dahulu memahami beberapa konsep
lain yang terkandung di dalamnya, di antaranya yaitu pertumbuhan (growth), kematangan
(maturation), dan perubahan (changed).
Menurut Reni Akbar Hawadi perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan
proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas
kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru. Dalam istilah perkembangan juga tercakup
konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir kematian. Menurut F.J.
Monks, dkk., pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih
sempurna dan tidak dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai
proses yang kekal dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi
yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.[1]
Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari beberapa definisi di atas adalah bahwa
perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin memebesar,
melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara
terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki
individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang
berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan
itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke
bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan
dan berakhir kematian.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
dipengaruhi oleh faktor kecerdasan, gen, jenis kelamin, ras, kultur, dan sebagainya yang

v
kesemuanya ini dapat terlihat saat manusia itu mengalami proses perkembangan mulai dari
bayi hingga dewasa dan berakhir ketika ia mati.

B. Pengertian Hukum Perkembangan


Apabila diamati perbedaan pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia baik pada
faktor jasmaniah maupun faktor rohaniah dalam waktu yang sama maka akan melahirkan
prinsip-prinsip perkembangan, kemudian prinsip ini mengikuti hukum-hukum
perkembangan. Hukum perkembangan merupakan suatu konsepsi yang biasanya bersifat
deduktif, dan menunjukkan adanya hubungan yang tetap (continue) serta dapat diramalkan
sebagai hukum perkembangan. Menurut definisi yang lain, hukum perkembangan adalah
prinsip-prinsip yang mendasari perkembangan fisik maupun psikis individu. Sebagian ahli
psikologi ada yang lebih senang menggunakan prinsip-prinsip perkemabngan dan tidak
menggunakan istilah hukum perkembangan. Namun, yang lebih di kenal di Indonesia
adalah hukum perkembangan daripada prinsip perkembangan.[2]
Proses perkembangan secara umum dapat diartikan sebagai rentetan perubahan yang
terjadi dalam perkembangan sesuatu. Proses perkembangan merupakan suatu evolusi yang
secara tidak sama pada setiap anak. Namun demikian, perbedaan-perbedaan individu
dimungkinkan terjadi karena faktor-faktor pembawaan, pengalaman-pengalaman dalam
lingkungan dan faktor-faktor lainnya, seperti iklim, sosiologis, ekonomis, dan sebagainya.
Selama hayatnya, manusia sebagai individu mengalami perkembangan yang berlangsung
secara berangsur-angsur perlahan tapi pasti, menjalani berbagai fase dan ada kalanya
diselingi oleh krisis yang datangnya pada waktu-waktu tertentu. Proses perkembangan yang
berkesinambungan, beraturan, bergelombang naik dan turun, yang berjalan dengan kelajuan
cepat maupun lambat, semua itu menunjukkan betapa perkembangan mengikuti patokan-
patokan atau tunduk pada hukum-hukum tertentu yang disebut dengan “hukum
perkembangan”.
Setiap perkembangan manusia selalu beraturan, berkesinambungan dan ada kalanya
cepat ataupun lambat. Dalam proses perkembangan ini, disetiap tahapannya memiliki
kaidahnya masing-masing yang telah ditentukan oleh para ahli psikologi melalui

vi
eksperimen terdahulu. Sehingga bisa dijadikan patokan dalam melihat perkembangan
manusia.

C. Hukum-hukum Perkembangan
Perkembangan fisik dan mental di samping dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di
atas, juga perkembangan itu berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Hukum-hukum
perkembangan tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1) Hukum Konvergensi
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat bahwa hasil pendidikan
yang dicapai anak selalu dihubung-hubungkan dengan status pendidikan orang tuanya.
Menurut kenyataan yang ada sekarang ternyata pendapat lama itu tidak sesuai dengan
keadaan. Pandangan lama itu dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori oleh Skopen
Hauer yang berpendapat bahwa manusia adalah haisl bentukan dari pembawaannya. Sejak
anak lahir ia membawa bakat kesanggupan (potensi) untuk dikembangkan, dan sifat
bawaan terbentuk. Pembawaan itu akan dikembangkan sendiri, dalam hal ini pendidikan
yang menganut paham nativisme ini disebut aliran yang pesimis.[3]
Hukum konvergensi ini menekankan kepada pengaruh gabungan antara pembawaan
dan lingkungan. Tokoh yang berpendapat demikian adalah William Stern yang menyatakan
bahwa pertumbuhan dan perkembangan itu adalah hasil pengaruh bersama kedua unsur
pembawaan dan lingkungan.[4]

2) Hukum Mempertahankan dan Mengembangkan Diri


Dalam kehidupan timbul dorongan dan hasrat untuk mempertahankan diri. Dorongan
yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan
mengembangkan diri. Dorongan memepertahankan diri terwujud pada dorongan makan,
dan menjaga keselamatan diri sendiri. Anak menyatakan perasaan lapar, haus, dan sakit
dalam bentuk menangis. Ia mempertahankan dirinya dengan cara menangis. Jika ibu-ibu
mendengar anaknya menangis, tangisannya itu dianggap sebagai dorongan untuk
mempertahankan diri.

vii
Dalam perkembangan jasmani dan rohani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan
pembawaan. Untuk anak-anak dorongan mengembangkan diri ini berbentuk hasrat
mengenai lingkungan, usaha belajar berjalan, kegiatan bermain, dan lain-lain. Di kalangan
remaja timbul rasa persaingan dan perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai.
Hal ini dapat dianggap sebagai dorongan untuk mengembangkan diri. Tidak seorang pun
manusia normal yang menghendaki kemundura perkembangan dirinya, ataupun
menghendaki kebodohan. Tapi sebaliknya setiap anak pasti mengehendaki perkembangan
diri ke arah suatu kemajuan dalam suatu tingkat yang lebih tinggi dari tingkat sebelumnya.
[5]

3) Hukum Masa Peka


Masa peka adalah suatu masa yang paling tepat untuk berkembang suatu fungsi
kejiwaan atau fisik seorang anak. Istilah masa peka ini pertama kali diperkenalkan oleh ahli
biologi Belanda yaitu Prof. Hugo de Vries dengan meneliti seekor lebah betina (lebah ratu)
yang sedang mengalami masa peka. Masa peka ialah suatu masa ketika fungsi-fungsi jiwa
menonjolkan diri keluar, dan peka akan pengaruh rangsangan yang datang. Ketika sang
lebah ratu peka, kemudian ia mendapatkan zat-zat makanan tertentu ia akan berkembang
biak dnegan cepat.
Masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan oleh Dr. Maria Montessori. Menurut
M. Montessori masa peka merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah
sekali dipengaruhi dan dikembangkan. Usia 3 sampai 5 tahun adalah masa yang baik sekali
utnuk mempelajari bahasa ibu dan bahasa di daerahnya.[6]

4) Hukum Kesatuan Organis


Yang dimaksud dengan hukum kesatuan organis adalah bahwa berkembangnya fungsi
fisik maupun mental psikologis pada dri manusia itu tidak berkembang lepas satu sama
lainnya tetapi merupakan suatu kesatuan. Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ atau
anggota tubuh, yang merupakan satu kesatuan, diantara organ-organ tersebut fungsi dan
bentuknya tidak dapat dipisahkan berdiri integral. Contoh perkembangan kaki yang

viii
semakin besar dan panjang pasti diiringi perkembangan otak, kepala, tangan, dan lain-lain.
[7]

5) Hukum Rekapitulasi
Pengertian rekapitulasi merupakan pengulangan ringkasan dari kehidupan suatu bangsa
yang berlangsung secara lambat selama berabad-abad. Jika dihubungkan dengan psikologi
dapat diartikan bahwa rekapitulasi ini berarti perkembangan anak mengalami ulangan
ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia. Hukum rekpaitulasi dapat dibagi dalam
beberapa masa.
a) Masa memburu dan menyamun
Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 8 tahun. Tanda-tandanya anak senang
bermain kejar-kejaran, perang-peragan, memanah, dan menangkap binatang.
b) Masa menggembala
Masa ini dialami ketika anak berusia sekitar 10 tahun. Tanda-tandanya anak senang
memelihara binatang seperti ayam, kambing, kelinci, burung, dan sebagainya.
c) Masa becocok tanam
Masa ini diawali ketika anak berusia sekitar 12 tahun. Tanda-tandanya anak senang
berkebun, menyirami bunga, dan lain-lain.
d) Masa berdagang
Dialami ketika anak berusia sekitar 14 tahun. Tanda-tandanya anak senang bertukar
menukar perangko dengan temannya, berkirim foto dengan sahabat pena, beramin jual-
jualan, dan sebagainya.[8]

6) Hukum Tempo dan Ritme Perkembangan


Tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan, terus-menerus, dan dalam
tempo perkembangan yang relatif tetap serta berlaku umum. Perbedaan waktu, mengenai
cepat lambatnya suatu penahapan perkembangan atau suatu masa perkembangan dijalani,
menampilkan adanya perbedaan individual. Semakin lambat masa-masa perkembangan
disbanding dengan norma-norma umum yang berlaku semakin menunjukkan adanya tanda-
tanda gangguan atau hambatan-hambatan dalam proses perkembangan. Hubungan antara

ix
satu aspek dengan aspek lainnya saling mempengaruhi. Jika tidak, ada faktor khusus yang
mempengaruhi perkembangan itu. Oleh karena itu, setiap gejala yang baru dapat dijelaskan
berdasarkan perkembangan sebelumnya.
Secara umum, ada dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada keseluruhan
perkembangan mental, yaitu :
a) Apabila perkembangan kemampuan fisik untuk berjalan sangat tertinggal dari patokan
umum, tanpa ada sebab khusus, fungsionalitas fisiknya terganggu.
b) Apabila perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan dengan
anak lain pada masa perkembangan yang sama. Seorang anak yang pada umur empat
tahun, misalnya masih mengalami kesulitan berbicara, mengemukakan sesuatu dan
terbatas perbendaharaan katanya, ia akan mengalami kelambatan pada seluruh aspek
perkembangan mentalnya.

Cepat atu lambatnya suatu masa perkembangan dilalui dan seluruh perkembangan yang
dicapai, selain berbeda antara perkembangan filogenetik dengan onto-genetik, juga
menunjukkan perbedaan secara perseorangan, meskipun tingkat perbedaannya tersebut
tidak terlalu besar. Cepat atau lambatnya suatu masa perkembangan dilalui akan menjadi
ciri yang menetap sepanjang hidupnya jika tidak ada hal-hal yang bisa mempengaruhi
proses perkembangan secara hebat, misalnya pengalaman traumatic akibat kecelakaan atau
trauma fisik, sehingga proses perkembangan menjadi lambat atau terhambat.
Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat kematangan
fungsi-fungsi fisiknya. Pada saat ini terlihat adanya selingan diantara cepat dan lambatnya
perkembangan, yang kurang lebih konstan sifatnya. Inilah yang dinamakan irama
perkembangan.
Setiap tahap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat, tetapi
menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan irama tertentu pula, yang ditentukan
oleh kekuatan-kekuatan dari dalam diri anak. Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh
seorang guru atau orang tua untuk mengubah, mempercepat atau memperlambat tempo dan
irama perkembangan tersebut.[9]

x
7) Hukum Predistinasi
Predestinasi, dalam teologi, adalah doktrin yang menyatakan bahwa semua peristiwa di
alam semesta ini telah dikehendaki (atau ditentukan) oleh Allah, biasanya dikaitkan dengan
nasib akhir (takdir) dari jiwa seseorang. Predestinasi merupakan sebuah konsep religius,
yang melibatkan hubungan antara Tuhan dan ciptaan-Nya. Karakter religius predestinasi
membedakannya dari gagasan lain seperti determinisme dan kehendak bebas.
Tak dapat diingkari, bahwa perkembangan itu berpangkal pada kehidupan. Sementara
kehidupan itu penuh dengan ketentuan atau kodrat dari Allah, Dzat yang maha pencipta dan
pengatur . Hukum kodrat illahi yang Pertama mengenai hidup itu sendiri. Manusia, dalam
kaitan ini, terikat oleh kodrat Allah “ untuk hidup”. Maka, hiduplah ia. Tetapi, ia juga
terikat oleh banyak ketentuan yang lain. Ia terikat oleh ketentuan tentang: orang tua yang
melahirkan, hari kelahiran, tempat dilahirkan, wujud dirinya ketika lahir, dsb. Yang
dimaksud dengan hukum kodrat illahi adalah hukum yang sudah di gariskan dan selalu
menyertai anak manusia berupa potensi yang dibawa sejak lahir. Hal ini dapat dicontohkan,
ketika anak dilahirkan telah bersama dengan kodratnya, maka bakat, pembawaan dan
potensi yang akan berkembang. Dengan demikian, arah perkembangan manusia telah di
tentukan oleh illahi melalui kodratnya, namun lingkungan juga memiliki peran dalam
perkembangan yang maksimal.
Kedua, terlihat pula adanya ketentuan ini, berkaitan dengan waktu-waktu tertentu
dimana seorang anak ” matang” untuk melakukan sesuatu. Misalnya: umur 7 bulan, seorang
anak bisa duduk dan merangkak. Ketiga, sebagaimana sering terjadi, seorang anak sejak
lahir telah memiliki bakat atau keistimewaan tertentu, lebih dari kebanyakan anak yang
lain. Tetapi juga tidak mustahil, sementara ada pula yang ditakdirkan lahir dalam keadaan
cacat, lemah ingatan, kurang normal,dsb. Baik yang istimewa maupun yang menyandang
kekurangan, jelas sama-sama berpengaruh bagi jalan perkembangannya.
Hukum Kodrat menurut Thomas Aquinas, Gagasan dasarnya berbunyi: Hiduplah
sesuai dengan kodratmu! . Manusia hidup dengan baik apabila ia hidup sesuai dengan
kodratnya, buruk apabila tidak sesuai. Karena manusia hanya dapat mengembangkan diri,
hanya dapat mencapai tujuannya apabila ia hidup seusai dengan kodratnya. Orang yang
hidup berlawanan dengan kodratnya tidak akan mencapai tujuannya, tidak akan

xi
mengembangkan dan mengaktualisasikan seluruh potensinya. Karena itu, moralitas terdiri
dalam tindakan yang mengembangkan dan menyempurnakan kodratnya. Maka jelaslah,
hidup ini penuh dengan ketentuan illahi. Terutama tampak nyata, pada awal kelahiran
seseorang. Sebagian beruntung, karena memiliki kecerdasan yang istimewa. Sementara
yang lain, hidup dalam keadaan serba kurang. Keduanya sama saja, punya akibat bagi jalan
perkembangannya. Tetapi apa hendak dikata, semua itu telah menjadi kodrat illahi.
Walhasil, perkembangan itu pada asalnya berpangkal pada kodrat illahi atas setiap manusia.
Karenanya, diatas kodrat itulah sesungguhnya perkembangan berlangsung.[10]

xii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali. Perkembangan juga dapat diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang
menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan
pertumbuhan, pematangan, dan belajar.
 Hukum perkembangan merupakan suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif, dan
menunjukkan adanya hubungan yang tetap (continue) serta dapat diramalkan sebagai
hukum perkembangan.
 Hukum-hukum perkembangan meliputi:
a) Hukum konvergensi
b) Hukum mempertahanan dan mengembangkan diri
c) Hukum masa peka
d) Hukum kesatuan organis
e) Hukum rekapitulasi
f) Hukum tempo dan ritme perkembangan
g) Hukum predistinasi (hukum kodrat Illahi)

B. Saran
Diharapkan kepada peserta didik, pengajar maupun orang tua agar dapat ikut
berpartisipasi dalam memahami tentang prinsip dan hukum perkembangan. Dan peran
orang tua maupun pengajar sangat penting untuk mengawasi perkembangan dari
perkembangan setiap anak dan peserta didik sesuai dengan hukum maupun prisip
perkembangan itu sendiri.

xiii
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

[1] Desmita, Psikologi Perkembangan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm 4.

[2] Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik, Sinar Grafindo Offset, 2005, hlm 12.

[3] Asmar Yetty Zein dan Eko Suryani, Psikologi Ibu Dan Anak, Fitramarya, Yogyakarta,
2005, hlm 67.

[4] Makmun Khairani, Psikologi Perkembangan, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2013, hlm
7.

[5] Ibid, Asmar Yetty Zein dan Eko Suryani, hlm 69.

[6] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm 15.

[7] Ibid, Asmar Yetty Zein dan Eko Suryani, hlm 68.

[8] Muzdalifah M Rahman, Psikologi Perkembangan, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011,
hlm 19-20.

[9] Nung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), CV Pustaka


Setia, Bandung, 2006, hlm 165, 166.

[10]http://alfallahu.blogspot.co.id/2013/04/psikologi-hukum-perkembangan.html, diunduh
pada hari Kamis, 05 November 2015, pukul 13.39 WIB.

Anda mungkin juga menyukai