Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN


Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu :
Dosen Budi Rahardjo, M. S

Disusun oleh :
Kelompok 12
Eka Ambar Setya Putri 2105126041
Shofiyyah Nur Fadhillah 2105126048
Andi Dea Aprilliyani 2105126044
Halimatusyadiah 2105126047
Oktavia Dwi Nugraheni 2105126072

Kelas B
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu dan Pendidikan
Universitas Mulawarman
SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh


Puji syukur kami panjatkan ke hadiran Allah SWT. Karena atas rahmat, karunia serta kasih
sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Perkembangan dan Pertumbuhan
ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir
kita, Nabi Muhammad SAW.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walau demikian, inilah usaha kami selaku para penulis usahakan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khusunya kepada Dosen Budi
Rahardjo, M. S mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kami tugas
untuk menulis makalah ini.
Demikian kami berharap semoga maklah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.

Samarinda, November 2021

Kelompok 12

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
C. Tujuan Makalah................................................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan....................................................................6
B. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan............................................................................6
C. Fase Perkembangan Menurut Para Ahli...........................................................................7
D. Aliran-aliran Pendidikan...................................................................................................9
E. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Manusia..........................................................10
F. Definisi Belajar...............................................................................................................11
G. Aliran-aliran Teori Belajar..............................................................................................11
BAB III
PENUTUP...............................................................................................................................20
A. Kesimpulan.....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam kehidupan anank ada dua proses yang beroprasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secarainterdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini
tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri;
akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.

Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak


faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses
perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang
diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi
tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut. Perkembangan seseorang
berlangsung sejak dilahirkan sampai dengan mati. Memiliki arti kuantitatif atau segi
jasmani bertambah besar bagian-bagian tubuh. Kualitatif atau psikologis bertambah
perkembangan intelektual dan bahasa.

Perkembangan dicakup dalam kematangan. Manusia disebut matang fisik dan


psikisnya telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai pada tingkat
tertentu (Langeveld). Konsep pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara
interpedensi saling bergantung satu sama lain. Tidak bisa dipisahkan tetapi bisa
dibedakan untuk memperjelas penggunaannya. Perkembangan individu sangat
dipengaruhi oleh adanya pertumbuhan jika seorang individu mengalami pertumbuhan
yang baik maka perkembangan akan baik pula.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan dan pertumbuan peserta didik?
2. Apa saja fase-fase pertumbuhan dan perkembangan pada peserta didik?
3. Bagaimana pandangan para ahli tentang perkembangan?
4. Macam-macam aliran pendidikan?
5. Faktor yang mempengaruhi pendidikan atau belajarnya peserta didik?
6. Apa itu Belajar?
7. Macam-macam aliran teori belajar?

4
C. Tujuan Makalah
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
2. Untuk mengetahui pengertian perkembangan dan pertumbuhan peserta didik
3. Menguraikan apa saja fase-fase pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
4. Mencantumkan padangan para ahli tentang perkembangan
5. Menjelaskan macam-macam aliran pendidikan
6. Menguraikan faktor yang mempengaruhi pendidikan atau cara belajar peserta
didik
7. Menjelaskan definisi belajar
8. Menjelaskan berbagai macam aliran teori belajar

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan
dan Pertumbuhan

Pertumbuhan yang terjadi sebagai perubahan individu lebih mengacu dan


menekankan pada aspek pertumbuhan fisik ke arah lebih maju. Dengan kata lain
istilah pertumbuhan dapat di definisikan sebagai proses perubahan fisiologis yang
bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung dalam priode tertentu. Oleh karena itu
sebagai hasil dari pertumbuhan adalahertambahnya berat, panjang, atau tinggi badan,
tulang dan otot-otot menjadi lebih kuat,lingkar tubuh menjadi lebih besar, dan organ
tubuh lebih sempurna. Pada akhirnya pertumbuhan ini akan mencapai titik akhir, yang
berarti bahwa pertumbuhan telah selesai. Bahkan pada usia lanjut, justru terjadi
penurunan dan pengurangan pada bagian fisik-fisik tertentu.

Sedangkan perkembangan lebih mengacu pada (Aspek Non-fisik) perubahan


karakteristik yang khas dari gejala-gejala psikologis ke arah yang lebih maju. Para
ahli psikologi umumnya menunjuk bahwa pengertian adalah suatu proses perubahan
yang bersifat psogresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan karakteristik
psikis yang baru. Perubahan seperti ini tidak terlepas dari perubahan kemampuan dan
sifat psikis dipengaruhi oleh jumlah struktur psikologis. Perubahan kemampuan dan
karakteristik psikis sebagai hasil dari perubahan dan kesiapan struktur biologis yang
sering dikenal dengan “kematangan”.

B. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan

Fase embrionik

Fase embrionik adalah pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus di dalam
uterus saat masa kehamilan (gestasi) hingga melahirkan. Dalam fase embrionik ini
dibagi ke dalam beberapa tahap yaitu :

1) Fertilisasi yaitu proses peleburan sel sperma dan sel telur (ovum) membentuk
zigot (diploid). Pada tahap ovulasi, oosit sekunder terlepas dari ovarium dan
ditangkap fimbrae dan berjalan ke oviduk atau saluran telur, ditempat inilah
fertilisasi terjadi.
2) Pembelahan sel, setelah tahap fertilisasi sehingga menghasilkan sel-sel
berukuran kecil membentuk morula.

3) Blastulasi, pada fase ini zigot yang telah membelah dan membentuk morula
akan memiliki rongga berisi cairan yang disebut blastosol. Tahapan ini disebut
dengan tahap blastula.

4) Gastrulasi, merupakan proses pembentukan 3 lapisan embrionik yaitu


endoderm, mesoderm, dan eksoderm. Pada tahap ini juga terbentuk lekuk-
lekuk pada embrio.

6
5) Neurulasi, merupakan proses pembentukan bumbung neural. Neurulasi pada
manusia terjadi dimulai dengan lempeng neural yang terbentuk dari hasil
penebalan lapisan ektoderm.

6) Organogenesis, yaitu proses pembentukan organ di dalam tubuh. Setelah


mengalami tahap embrionik, janin akan dilahirkan sehingga akan mengalami
tahap pasca embrionik.

Fase pasca embrionik

Fase pascaembrionik merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi


setelah lahir. Dalam tahap ini bayi sudah bisa bernafas dengan sendirinya dan semua
tubuhnya sudah bisa bekerja secara normal. Pertumbuhan dan perkembangan pada
manusia secara berurutan akan terjadi dimulai dari bayi, masa anak-anak, masa
remaja, masa dewasa, hingga yang terakhir adalah manula.

C. Fase Perkembangan Menurut Para Ahli

1. Masa Perkembangan Anak (J.J. ROUSSEAU)


 Masa Bayi (0-2 tahun)
Usia 0-2 adalah masa perkembangan fisik. Kecepatan perumbuhan fisik lebih
dominan dibadingkan aspek lain, sehingga anak pada masa ini disebut
sebagai bintang yang sehat.

 Masa Anak (2-12 tahun)


Masa anak 2-12 tahun disebut masa perkembangan sebagai manusia primitif.
Masih terjadi perkembangan fisik yang pesat, aspek lain sebagai manusia
juga mulai berkembang, misalnya kemampuan berbicara, berpikir,
intelektual, moral, dll.

 Masa Pubertas (12-15 tahun)


Masa remaja usia 12-15 tahun, disebut masa remaja awal ditandai dengan
perkembangan pesat intelektual dan kemampuan bernalar juga disebut masa
bertualang.

 Masa Adolesen (15-25 tahun)


Usia 15-25 tahun disebut masa remaja/adolescence. Pada masa ini terjadi
perkembangan pesat aspek seksual, sosial, moral, dan nurani, juga disebut
masa hidup sebagai manusia beradap.

2. Fase Perkembangan (HAVINGHURTS)


 Tugas perkembangan masa kanak-kanak
 Tugas perkembangan masa anak
 Tugas perkembangan masa remaja
 Tugas perkembangan masa dewasa awal
 Tugas perkembangan masa setengah baya
 Tugas perkembangan masa orang tua

3. Perkembangan Kognitif (J. PIAGET)


 0-2 tahun, tahap sensori motor

7
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget
mengenai perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi
mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman
sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai,
menyentuh). 

Perkembangan utama selama tahap sensorimotor adalah pemahaman bahwa


ada objek dan peristiwa terjadi di dunia secara alami dari tindakannya
sendiri. Misalnya, jika ibu meletakkan mainan di bawah selimut, anak tahu
bahwa main yang biasanya ada (dia lihat) kini tidak terlihat (hilang), dan
anak secara aktif mencarinya. Pada awal tahapan ini, anak berperilaku seolah
mainan itu hilang begitu saja.

 3-7 tahun, tahap praoperasional


Tahap ini dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun.
Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum
menggunakan operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika
atau mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran.
Perkembangan anak terdiri dari membangun pengalaman tentang dunia
melalui adaptasi dan bekerja menuju tahap (konkret) ketika ia bisa
menggunakan pemikiran logis. Selama akhir tahap ini, anak secara mental
bisa merepresentasikan peristiwa dan objek (fungsi semiotik atau tanda), dan
terlibat dalam permainan simbolik.

 7-11 tahun, tahap operasi konkret


Perkembangan kognitif anak di tahap ini berlangsung sekitar usia 7 hingga
11 tahun, dan ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir
dan rasional. Piaget menganggap tahap konkret sebagai titik balik utama
dalam perkembangan kognitif anak, karena menandai awal pemikiran logis. 
Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk menggunakan pemikiran atau
pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada objek fisik. Anak
mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume,
orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara logis,
mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.

 11-15 tahun, tahap operasional formal


Perkembangan kognitif anak menurut tahap terakhir menurut Piaget dimulai
sekitar usia 12 tahun dan berlangsung hingga dewasa. Saat remaja memasuki
tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak
dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada
manipulasi konkret.  Seorang remaja bisa melakukan perhitungan matematis,
berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak, dan membayangkan hasil
dari tindakan tertentu. 

4. Perkembangan Kemampuan Belajar (R. GAGNE)


 Multi Diskriminasi
 Belajar Konsep
 Belajar Prinsip
 Pemrcahan Masalah

8
D. Aliran –aliran Pendidikan

1. Nativisme

Nativisme berasal dari kata dasar “natus” artinya lahir dan “nativius” artinya
kelahiran, pembawaan.Nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu
semata-mata ditentukan oleh faktor pembawaan yang dibawa sejak lahir. Aliran
ini memandang hereditas (heredity) sebagai penentu kepribadian.

Jadi, menurut aliran ini pembawaan yang dibawa sejak manusia dilahirkan
itulah yang menentukan perkembangan berikutnya. Asumsi yang mendasari aliran
ini adalah bahwa pada diri anak dan orang tua terdapat banyak kesamaan baik
fisik maupun psikis.Dalam ilmu pendidikan nativisme disebut juga 
dengan pesimisme pedagogik. Jika benar segala sesuatu ditentukan dan tergantung
pada dasar atau pembawaan, maka pengaruh lingkungan dan pendidikan dianggap
tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap perkembangan manusia.

Aliran ini dipelopori oleh Arhur Scopenhauer (1788-1860) seorang psikolog


berkebangsaan Jerman. Aliran ini juga didukung oleh Frans Josseph Gall (1785-
1825). Tokoh lainnya, Plato, Descartes dan Lambroso Itulah tokoh-tokoh dalam
aliran Nativisme.

2. Empirisme

Empirisme berasal dari kata Yunani “empiria” yang berarti pengalaman


inderawi. Aliran empirisme juga bisa disebut dengan aliran environmentalisme 
(environment: lingkungan).Empirisme secara langsung bertentangan dengan
nativisme. Kalau nativisme berpendapat bahwa perkembangan manusia itu
semata-mata tergantung pada faktor dasar, maka empirisme berpendapat bahwa
perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor lingkungan sedangkan
dasar tidak memainkan peranan sama sekali.

Asumsi psikologis yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia lahir
dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan apapun. Ia bagaikan kertas putih
(tabula rasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki. Teori ini terkenal
dengan teori tabula rasa dengan tokohnya John Locke.Dalam Ilmu Pendidikan,
empirisme disebut juga dengan Optimisme Pedagogik yang mengatakan bahwa
perkembangan anak menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau
oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.

Tokoh utama aliran ini adalah John Locke (1632-1704), George Berkeky
(1685-1753) dengan bukunyaNew Theory of Vision, David Hume (1711-1776),
David Hartley (1705-1757) dan James Mill (1773-1836). Itulah tokoh-tokoh yang
berpengaruh dalam aliran empirisme.

9
3. Konvergensi

Konvergensi berasal dari kata converge yang berarti “bertemu, berpadu”.


Terhadap pertentangan dua aliran diatas, maka William Stern berusaha mengambil
langkah yang lebih moderat. Menurutnya perkembangan manusia itu bergerak
secara konvergen antara nativisme atau keturunan dan empirisme atau
lingkungannya, termasuk pendidikan.

Jadi, konvergensi adalah suatu aliran yang berpendapat bahwa perkembangan


manusia dipengaruhi oleh interaksi dan perpaduan antara faktor hereditas dan
lingkungan. Menurut aliran ini hereditas tidak akan berkembang secara wajar
apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya, rangsangan
lingkungan tidak akan membina kepribadian yang ideal tanpa didasari oleh faktor
hereditas. Penentuan kepribadian seseoang ditentukan oleh kerja yang integral
antara faktor internal (potensi bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan
pendidikan).Keduanya berproses secara konvergen tanpa bisa dipisahkan.

Tokoh aliran ini adalah William Stern (1871-1938) dan Alfred Adler.Itulah
tokoh-tokoh yang cukup berpengaruh dalam aliran konvergensi.

E. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Manusia

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar


dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu faktor internal yang bersumber
pada diri siswa dan faktor eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor
intern terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi,
kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

1) Faktor Internal

Mudzakir dan Sutrisno (1997) mengemukakan  faktor-faktor yang


mempengaruhi prestasi belajar secara lebih rinci yaitu, Faktor internal (faktor dari
dalam diri manusia) Faktor ini meliputi:
1)     Faktor fisiologi (yang bersifat fisik) yang meliputi:
a)     Karena sakit
b)     Karena kurang sehat
c)      Karena cacat tubuh
2)     Faktor psikologi (faktor yang bersifat rohani)logi meliputi:
a)     Intelegensi

Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang


memiliki IQ 110 - 140 dapat digolongkan cerdas, dan yang memiliki IQ 140 ke
atas tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat
menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Seseorang yang memiliki IQ
kurang dari 90 tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami
kesulitan belajar.

2) Faktor Eksternal

10
Adapun Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang,
faktor ini meliputi :
1)     Lingkungan keluarga
2)     Lingkungan sekolah
3) Lingkungan Masyarakat

Kedua faktor tersebut sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa,


karena faktor internal dan eksternal datang dari diri sendiri ataupun dari luar.
Seperti dalam diri sendiri kurangnya motivasi siswa itu dalam belajar, dan faktor
luar bisa dari teman sepergaulan ataupun lingkungan setempat.

F. Definisi Belajar

Belajar merupakan key term (istilah kunci) yang paling penting dalam
pendidikan. Dapat dikatakan bahwa tanpa belajar, sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan. Karena demikian pentingnya belajar maka tidak heran bila masalah-
masalah belajar terus menjadi kajian menarik bagi banyak ahli pendidikan.Belajar
merupakan suatu kegaiatan mental yang tidak dapat diamati dari luar. Apa yang
terjadi dalam diri seseorang tidak dapat diketahui secara langsung hanya mengamati
orang tersebut. Hasil belajar hanya bisa diamati, jika seseorang menampakkan
kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Karenanya, berdasarkan perilaku
yang ditampilkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar.

Winkel mendefinisikan belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang


berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.

Robert M. Gagne dalam bukunya The Conditioning of Learningmengemukakan


bahwa Learning is a change in human disposition or capacity, which persist over a
period time, and which is not simply ascribable to process of growth. Pendapat itu
diartikan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia
setelah belajar terus-menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipenagaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor
dalam diri dan keduanya saling berinteraksi.

Belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah


lakunya secara permanen, sedemikian hingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi
lagi pada situasi baru. Pengamat akan mengetahui tentang terjadinya proses belajar
pada orang yang diamati bila pengamat itu memperhatikan terjadinya perubahan
tingkah laku. Kematangan menurut Gagne, bukanlah belajar, sebab perubahan tingkah
laku yang terjadi, dihasilkan dari pertumbuhan struktur dan diri manusia itu. Dengan
demikian belajar terjadi bila individu merespons terhadap stimulus yang datangnya
dari luar, sedangkan kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu.
Perubahan tingakah laku yang tetap sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang
tersebut berinterkasi dengan lingkungan.

Berdasarkan kepada beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat


disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu
secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku.

11
G. Aliran-aliran Teori Belajar

Dalam  proses  mengajar  belajar,  penguasaan  seorang    guru  dan  cara


menyampaikannya  merupakan  syarat    yang  sangat  essensial.  Penguasaan guru 
terhadap  materi  pelajaran  dan  pengelolaan  kelas  sangatlah  penting, namun
demikian   belum  cukup untuk  menghasilkan pembelajaran  yang  optimal. Selain
menguasai  materi  matematika  guru  sebaiknya  menguasai   tentang   teori-teori
belajar,  agar  dapat  mengarahkan  peserta  didik  berpartisipasi secara intelektual
dalam  belajar,  sehingga  belajar menjadi    bermakna  bagi  siswa.  Hal ini  sesuai
dengan  isi  lampiran  Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional (Permendiknas)
Nomor 16  Tahun  2007  tentang  Standar    Kualifikasi  Akademik dan  Kompetensi
Guru  yang  menyebutkan  bahwa  penguasaan  teori  belajar  dan  prinsip-prinsip
pembelajaran  yang  mendidik menjadi salah satu  unsur kompetensi  pedagogik  yang
harus dimiliki guru.

Jika    seorang   guru  akan    menerapkan    suatu teori      belajar      dalam proses
belajar mengajar, maka guru tersebut harus memahami seluk beluk teori  belajar
tersebut  sehingga  selanjutnya  dapat    merancang  dengan    baik  bentuk   proses 
belajar  mengajar  yang  akan  dilaksanakan.  Psikologi  belajar atau disebut
dengan  Teori Belajar adalah teori  yang  mempelajari perkembangan  intelektual
(mental)  siswa. 
Penjelasan berikut merangkum berbagai jenis Teori belajar, antara lain:

a) Teori Belajar Behavioristik


Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan).
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya.

Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang berupa
stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Menurut toeri ini, apa yang
tejadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus
dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang
dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
lebih mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadinya perubahan tungkah laku tersebut. Faktor lain yang
juga dianggap penting adalah faktor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang
dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan diitambahkan maka respon
akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi maka responpun akan
dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting
diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan
terjadinya respon.

Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya:


1. Thorndike 
Menurut thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan
respon. Dan perubahan tingkah laku merupakan akibat dari kegiatan belajar

12
yang berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau berwujud tidak konkrit yaitu
tidak dapat diamati. Teori ini juga disebut sebagai aliran koneksionisme
(connectinism).

2.  Watson
Menurut Watson, belajar merpakan proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah
laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Dengan kata lain, meskipun ia
mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak
perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental
dalam bentuk benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat
menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat
diamati.

3. Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variable hubangan antara stimulus dan
respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Baginya, seperti teori evolusi,
semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan
hidup manusia. Oleh sebab itu, teori ini mengatakan bahwa kebutuhan biologis
dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh bagian manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,walaupun respon yang akan
muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.

4. Edwin Guthrie
Demikian juga Edwin, ia juga menggunakan variabel stimulus dan respon.
Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan
kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana Clark Hull. Ia juga
mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan
menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan
dengan respon tersebut.

5. Skinner 
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu
mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun
dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komprehensif.
Menurutnya, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan
tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh
sebelumnya.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.

13
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini,
diantaranya :
1) Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya,
semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula
hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.Law of Readiness; artinya
bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus
dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan
semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2) Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut.
Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya
berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan
meningkat.Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang
dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan
menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.Law of
operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan menurun bahkan musnah. Reber (Muhibin Syah, 2003)
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku
yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant
conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus
yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun
tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.
4) Social Learning menurut Albert Bandura

14
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura
memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus
(S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi
antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar
belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar
sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori
belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan
dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory
yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan
(The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible
Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
Dari beberapa tokoh teori behavioristik Skinner merupaka tokoh yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori behavioristik.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran
behavioristik. Karena aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara
tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan faktor-faktor penguat (reinforcement),
dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori ini hingga sekarang masih merajai praktik pembelajaran di Indonesia.
Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat
paling dini, seperti Kelompok Belajar, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku
dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman
masih sering dilakukan. Teori ini memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di
dunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur, sehingga siswa atau orang yang
belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu
secara ketat. Pembiasaan dan disiplin dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan
disiplin.
Berdasarkan uraian di atas, Inti dari teori belajar behavioristik, adalah
Belajar adalah perubahan tingkah laku.Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.Pentingnya
masukan atau input  yang berupa stimulus dan keluaran yang berupa respon
.sesuatu yang terjadi  diantara stimulus dan respon tidak dianggap penting  sebab
tidak bisa diukur dan diamati.Yang bisa di amati dan diukur hanya stimulus dan
respon.Penguatan adalah faktor penting dalam belajar.Bila penguatan ditambah

15
maka respon akan semakin kuat , demikian juga jika respon dikurangi maka
respon juga menguat.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan
sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan
dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban yang benar. Jawaban yang benar
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
b) Teori Belajar Kognitif
Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa
bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi
tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal
yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
Lebih mementingkan proses belajar daripada hasilDIsebut model
perseptualTingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnyaBelajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampakMemisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi
pelajaran  menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya
secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.Belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-
aspek kejiwaan lainnya.Belajar merupakan  aktivitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks.Dalam praktek pembelajaran  teori ini tampak pada
tahap-tahap perkembangan(J. Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman
konsep (Bruner), Hierarki belajar (Gagne), Webteaching (Norman)Dalam kegiatan
pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkanMateri pelajaran disusun
dengan  pola dari sederhana  ke kompleksPerbedaan individu siswa perlu
diperhatikan, karena sangat mempengaruhi keberhasilan siswa belajar.
Beberapa pandangan tentang teori kognitif, diantaranya:
1. Teori perkembangan Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor
aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak
digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu
teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya
umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin

16
meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif
sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan
bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula
secara kualitatif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-
tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan
akomodasi).
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:
Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)Ciri pokok perkembangan berdasarkan
tindakan, dan dilakukan selangkah demi selangkah. Tahap preoperasional (umur 2-
7/8 tahun)Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan symbol
atau tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.Tahap
operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)Ciri pokok perkembangan pada tahap
ini adalah sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan
ditandai adanya reversible dan kekekalan.Tahap operasional formal (umur 11/12-
18 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.
Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, adalah sebagai berikut:
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses gentik. Yaitu suatu
perkembangan yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syarafSemakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks susunan
syarafnya dan akan meningkat pula kemampuannya. Daya pikir anak  yangb
berbeda usia akan berbeda secara kualitatifProses adaptasi mmepunyai dua bentuk
dan terjadi secara simultan yaitu akomidasi dan asimilasiAsimilasi adalah proses
perubahan apa yang di pahami seseuai denganstruktur kognitif. (apabila individu
menerima infomasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan
dimodifikasi sehingga cocok dengan  struktur kognitif yang dipunyai)Akomodasi
adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami (apabila
struktur kognitif yang sudah dimiliki harus disesuaikan dengan informasi yang
diterima).Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi,
akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan)Asimilasi (proses penyatuan informasi
baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki individu), Akomodasi (proses
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian
berkesinambungan  antara asimilasi dan akomodasi)Seorang anak sudah
mempunyai prinsip pengurangan, ketika mempelajri pembagianmaka terjadi prses
intrgtasi antara pengurangan  (telah dikuasai)dan pembagian (info baru) inilah
asimilasi.Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi.
Artinya anak sudah dapat mengaplikasikan  atau memakai prinsip pembagian
dalam situasi baruProses penyesuaian antara ling luar dan struktur kognitif yang
ada dlm dirinya disebut ekuilibrasiProses belajar akan mengikuti tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnyaTahap sensorimotor (0-2 thn),
preoperasional (2-8 thn), operasional konkret(8-11 thn), operasional formal (12-18
thn)Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal
asimilasi dan akomodasi pengatahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir

17
anak.Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing.Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk
saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
2. Teori belajar menurut Bruner
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya, “free discovery
learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai
dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Model pemahaman dari konsep Bruner (dalam Degeng,1989) menjelaskan
bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan
mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula.
Menurutnya, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah banyak
menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan
kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting untuk
mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep,
prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara
yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi
rangsangPeningkatan pengatahun bergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realistisPerkembangan intelektual meliputi
perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang
lainInteraksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak untuk
perkembangan  kognitifnyaBahasa adalah kunci perkembangan
kognitifPerkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan
bebrapa alternatisf secara simultan, memilih tindakan yang tepat.Perkembangan
kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.Enaktif yaitu
tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk emmahami
lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)Ikonik, yaitu tahap seseorang
memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi
verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandinganSimbolik yaitu
tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui
simbol bahasa, logika, matematika)Model pemahaman dan penemuan konsepCara
yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan memlalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning)Siswa
diberi kekebasan untuk belajar  sendiri  melalui aktivitas menemukan (discovery).
3. Teori belajar bermakna Ausubel

18
Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna
bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengtahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini
banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi
pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki
siswa.
Hakikat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal.
Atau dengan kata lain, belajar merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak
selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Dengan asumsi
bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata
dalam bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses belajar akan berjalan
dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur
kognitif tang telah dimiliki seseorang.
Beberapa Prinsip Teori Ausubel adalah :
Proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu
mengasimilasikan  pengetahuan yang tlah dimilikinya dengan pengetahuan
baruProses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap  memperhatikan stimulus,
memamahi makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah
dipahamiSiswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif  (konsep advance
organizer).
Adapun aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran :
Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkanUntuk meningkatkan minat
dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.Materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.Perbedaan
individu pada siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar.

19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan individu lebih mengacu dan menekankan pada
aspek pertumbuhan fisik ke arah lebih maju, sedangkan perkembangan lebih mengacu pada
aspek non-fisik yaitu perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala psikologis ke arah
yang lebih maju. Dalam pertumbuhan dan perkembangan terjadi fase-fase yang merupakan
tahap-tahap untuk berkembang lebih maju.

20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/nuryati/faktor-internal-dan-eksternal-yang-mempengaruhi-
prestasi-belajar-siswa_54f76dcda33311aa368b47bb
https://www.slideshare.net/erickkuswanto54/makalah-pertumbuhan-dan-perkembangan
https://www.gramedia.com/best-seller/teori-belajar/
https://id.scribd.com/document/288808758/Makalah-Aliran-Aliran-Pendidikan
https://fatonikeren.blogspot.com/2014/10/aliran-nativisme-empirisme-dan_42.html?m=1
https://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/mengenal-berbagai-jenis-teori-belajar.html?m=1
https://www.websitependidikan.com/2017/12/4-tahap-perkembangan-anak-menurut-jean-
jacques-rousseau.html

21

Anda mungkin juga menyukai