Disusun oleh :
Kelompok 12
Eka Ambar Setya Putri 2105126041
Shofiyyah Nur Fadhillah 2105126048
Andi Dea Aprilliyani 2105126044
Halimatusyadiah 2105126047
Oktavia Dwi Nugraheni 2105126072
Kelas B
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu dan Pendidikan
Universitas Mulawarman
SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR
Kelompok 12
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
C. Tujuan Makalah................................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
A. Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan....................................................................6
B. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan............................................................................6
C. Fase Perkembangan Menurut Para Ahli...........................................................................7
D. Aliran-aliran Pendidikan...................................................................................................9
E. Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Manusia..........................................................10
F. Definisi Belajar...............................................................................................................11
G. Aliran-aliran Teori Belajar..............................................................................................11
BAB III
PENUTUP...............................................................................................................................20
A. Kesimpulan.....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan anank ada dua proses yang beroprasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secarainterdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini
tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri;
akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan dan pertumbuan peserta didik?
2. Apa saja fase-fase pertumbuhan dan perkembangan pada peserta didik?
3. Bagaimana pandangan para ahli tentang perkembangan?
4. Macam-macam aliran pendidikan?
5. Faktor yang mempengaruhi pendidikan atau belajarnya peserta didik?
6. Apa itu Belajar?
7. Macam-macam aliran teori belajar?
4
C. Tujuan Makalah
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan
2. Untuk mengetahui pengertian perkembangan dan pertumbuhan peserta didik
3. Menguraikan apa saja fase-fase pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
4. Mencantumkan padangan para ahli tentang perkembangan
5. Menjelaskan macam-macam aliran pendidikan
6. Menguraikan faktor yang mempengaruhi pendidikan atau cara belajar peserta
didik
7. Menjelaskan definisi belajar
8. Menjelaskan berbagai macam aliran teori belajar
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan
dan Pertumbuhan
Fase embrionik
Fase embrionik adalah pertumbuhan dan perkembangan embrio dan fetus di dalam
uterus saat masa kehamilan (gestasi) hingga melahirkan. Dalam fase embrionik ini
dibagi ke dalam beberapa tahap yaitu :
1) Fertilisasi yaitu proses peleburan sel sperma dan sel telur (ovum) membentuk
zigot (diploid). Pada tahap ovulasi, oosit sekunder terlepas dari ovarium dan
ditangkap fimbrae dan berjalan ke oviduk atau saluran telur, ditempat inilah
fertilisasi terjadi.
2) Pembelahan sel, setelah tahap fertilisasi sehingga menghasilkan sel-sel
berukuran kecil membentuk morula.
3) Blastulasi, pada fase ini zigot yang telah membelah dan membentuk morula
akan memiliki rongga berisi cairan yang disebut blastosol. Tahapan ini disebut
dengan tahap blastula.
6
5) Neurulasi, merupakan proses pembentukan bumbung neural. Neurulasi pada
manusia terjadi dimulai dengan lempeng neural yang terbentuk dari hasil
penebalan lapisan ektoderm.
7
Tahap sensorimotor adalah yang pertama dari empat tahap dalam teori Piaget
mengenai perkembangan kognitif anak Piaget. Selama periode ini, bayi
mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman
sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai,
menyentuh).
8
D. Aliran –aliran Pendidikan
1. Nativisme
Nativisme berasal dari kata dasar “natus” artinya lahir dan “nativius” artinya
kelahiran, pembawaan.Nativisme berpendapat bahwa perkembangan individu
semata-mata ditentukan oleh faktor pembawaan yang dibawa sejak lahir. Aliran
ini memandang hereditas (heredity) sebagai penentu kepribadian.
Jadi, menurut aliran ini pembawaan yang dibawa sejak manusia dilahirkan
itulah yang menentukan perkembangan berikutnya. Asumsi yang mendasari aliran
ini adalah bahwa pada diri anak dan orang tua terdapat banyak kesamaan baik
fisik maupun psikis.Dalam ilmu pendidikan nativisme disebut juga
dengan pesimisme pedagogik. Jika benar segala sesuatu ditentukan dan tergantung
pada dasar atau pembawaan, maka pengaruh lingkungan dan pendidikan dianggap
tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap perkembangan manusia.
2. Empirisme
Asumsi psikologis yang mendasari aliran ini adalah bahwa manusia lahir
dalam keadaan netral, tidak memiliki pembawaan apapun. Ia bagaikan kertas putih
(tabula rasa) yang dapat ditulisi apa saja yang dikehendaki. Teori ini terkenal
dengan teori tabula rasa dengan tokohnya John Locke.Dalam Ilmu Pendidikan,
empirisme disebut juga dengan Optimisme Pedagogik yang mengatakan bahwa
perkembangan anak menjadi manusia dewasa ditentukan oleh lingkungannya atau
oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil.
Tokoh utama aliran ini adalah John Locke (1632-1704), George Berkeky
(1685-1753) dengan bukunyaNew Theory of Vision, David Hume (1711-1776),
David Hartley (1705-1757) dan James Mill (1773-1836). Itulah tokoh-tokoh yang
berpengaruh dalam aliran empirisme.
9
3. Konvergensi
Tokoh aliran ini adalah William Stern (1871-1938) dan Alfred Adler.Itulah
tokoh-tokoh yang cukup berpengaruh dalam aliran konvergensi.
1) Faktor Internal
2) Faktor Eksternal
10
Adapun Faktor Eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang,
faktor ini meliputi :
1) Lingkungan keluarga
2) Lingkungan sekolah
3) Lingkungan Masyarakat
F. Definisi Belajar
Belajar merupakan key term (istilah kunci) yang paling penting dalam
pendidikan. Dapat dikatakan bahwa tanpa belajar, sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan. Karena demikian pentingnya belajar maka tidak heran bila masalah-
masalah belajar terus menjadi kajian menarik bagi banyak ahli pendidikan.Belajar
merupakan suatu kegaiatan mental yang tidak dapat diamati dari luar. Apa yang
terjadi dalam diri seseorang tidak dapat diketahui secara langsung hanya mengamati
orang tersebut. Hasil belajar hanya bisa diamati, jika seseorang menampakkan
kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Karenanya, berdasarkan perilaku
yang ditampilkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar.
11
G. Aliran-aliran Teori Belajar
Jika seorang guru akan menerapkan suatu teori belajar dalam proses
belajar mengajar, maka guru tersebut harus memahami seluk beluk teori belajar
tersebut sehingga selanjutnya dapat merancang dengan baik bentuk proses
belajar mengajar yang akan dilaksanakan. Psikologi belajar atau disebut
dengan Teori Belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual
(mental) siswa.
Penjelasan berikut merangkum berbagai jenis Teori belajar, antara lain:
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang berupa
stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Menurut toeri ini, apa yang
tejadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus
dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan apa yang
dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
lebih mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadinya perubahan tungkah laku tersebut. Faktor lain yang
juga dianggap penting adalah faktor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang
dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan diitambahkan maka respon
akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi maka responpun akan
dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting
diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan
terjadinya respon.
12
yang berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau berwujud tidak konkrit yaitu
tidak dapat diamati. Teori ini juga disebut sebagai aliran koneksionisme
(connectinism).
2. Watson
Menurut Watson, belajar merpakan proses interaksi antara stimulus dan
respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah
laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Dengan kata lain, meskipun ia
mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak
perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental
dalam bentuk benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat
menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat
diamati.
3. Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variable hubangan antara stimulus dan
respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat
terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Baginya, seperti teori evolusi,
semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan
hidup manusia. Oleh sebab itu, teori ini mengatakan bahwa kebutuhan biologis
dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh bagian manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,walaupun respon yang akan
muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
4. Edwin Guthrie
Demikian juga Edwin, ia juga menggunakan variabel stimulus dan respon.
Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan
kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana Clark Hull. Ia juga
mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan
menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan
dengan respon tersebut.
5. Skinner
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu
mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun
dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih komprehensif.
Menurutnya, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan
tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh
sebelumnya.
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental.
Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat
dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih
refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu.
13
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini,
diantaranya :
1) Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan
hukum-hukum belajar, diantaranya:
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang
memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya,
semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula
hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.Law of Readiness; artinya
bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus
dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan
semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2) Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing
menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut.
Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya
berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan
meningkat.Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang
dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan
menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya
terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.Law of
operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan menurun bahkan musnah. Reber (Muhibin Syah, 2003)
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku
yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant
conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus
yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun
tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.
4) Social Learning menurut Albert Bandura
14
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura
memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus
(S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi
antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar
belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar
sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning.
Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan
memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori
belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan
dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory
yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan
(The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible
Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
Dari beberapa tokoh teori behavioristik Skinner merupaka tokoh yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori behavioristik.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran
behavioristik. Karena aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara
tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan faktor-faktor penguat (reinforcement),
dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori ini hingga sekarang masih merajai praktik pembelajaran di Indonesia.
Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat
paling dini, seperti Kelompok Belajar, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku
dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman
masih sering dilakukan. Teori ini memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di
dunia nyata telah terstruktur rapi dan teratur, sehingga siswa atau orang yang
belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu
secara ketat. Pembiasaan dan disiplin dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan
disiplin.
Berdasarkan uraian di atas, Inti dari teori belajar behavioristik, adalah
Belajar adalah perubahan tingkah laku.Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.Pentingnya
masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran yang berupa respon
.sesuatu yang terjadi diantara stimulus dan respon tidak dianggap penting sebab
tidak bisa diukur dan diamati.Yang bisa di amati dan diukur hanya stimulus dan
respon.Penguatan adalah faktor penting dalam belajar.Bila penguatan ditambah
15
maka respon akan semakin kuat , demikian juga jika respon dikurangi maka
respon juga menguat.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan
sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan
dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban yang benar. Jawaban yang benar
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
b) Teori Belajar Kognitif
Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa
bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi
tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal
yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan
lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:
Lebih mementingkan proses belajar daripada hasilDIsebut model
perseptualTingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnyaBelajar merupakan
perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampakMemisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi
pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya
secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.Belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-
aspek kejiwaan lainnya.Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses
berpikir yang sangat kompleks.Dalam praktek pembelajaran teori ini tampak pada
tahap-tahap perkembangan(J. Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman
konsep (Bruner), Hierarki belajar (Gagne), Webteaching (Norman)Dalam kegiatan
pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkanMateri pelajaran disusun
dengan pola dari sederhana ke kompleksPerbedaan individu siswa perlu
diperhatikan, karena sangat mempengaruhi keberhasilan siswa belajar.
Beberapa pandangan tentang teori kognitif, diantaranya:
1. Teori perkembangan Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor
aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak
digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu
teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya
umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin
16
meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif
sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan
bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula
secara kualitatif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-
tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan
akomodasi).
Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:
Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun)Ciri pokok perkembangan berdasarkan
tindakan, dan dilakukan selangkah demi selangkah. Tahap preoperasional (umur 2-
7/8 tahun)Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan symbol
atau tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.Tahap
operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun)Ciri pokok perkembangan pada tahap
ini adalah sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan
ditandai adanya reversible dan kekekalan.Tahap operasional formal (umur 11/12-
18 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.
Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, adalah sebagai berikut:
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses gentik. Yaitu suatu
perkembangan yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syarafSemakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks susunan
syarafnya dan akan meningkat pula kemampuannya. Daya pikir anak yangb
berbeda usia akan berbeda secara kualitatifProses adaptasi mmepunyai dua bentuk
dan terjadi secara simultan yaitu akomidasi dan asimilasiAsimilasi adalah proses
perubahan apa yang di pahami seseuai denganstruktur kognitif. (apabila individu
menerima infomasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan
dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang dipunyai)Akomodasi
adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami (apabila
struktur kognitif yang sudah dimiliki harus disesuaikan dengan informasi yang
diterima).Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi,
akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan)Asimilasi (proses penyatuan informasi
baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki individu), Akomodasi (proses
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi)Seorang anak sudah
mempunyai prinsip pengurangan, ketika mempelajri pembagianmaka terjadi prses
intrgtasi antara pengurangan (telah dikuasai)dan pembagian (info baru) inilah
asimilasi.Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi.
Artinya anak sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip pembagian
dalam situasi baruProses penyesuaian antara ling luar dan struktur kognitif yang
ada dlm dirinya disebut ekuilibrasiProses belajar akan mengikuti tahap-tahap
perkembangan sesuai dengan umurnyaTahap sensorimotor (0-2 thn),
preoperasional (2-8 thn), operasional konkret(8-11 thn), operasional formal (12-18
thn)Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara optimal
asimilasi dan akomodasi pengatahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu
guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
17
anak.Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan
baru tetapi tidak asing.Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk
saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
2. Teori belajar menurut Bruner
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya, “free discovery
learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang dapat
ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai
dengan tahap perkembangan orang tersebut.
Model pemahaman dari konsep Bruner (dalam Degeng,1989) menjelaskan
bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan
mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula.
Menurutnya, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah banyak
menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan
kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting untuk
mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep,
prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara
yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi
rangsangPeningkatan pengatahun bergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realistisPerkembangan intelektual meliputi
perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang
lainInteraksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak untuk
perkembangan kognitifnyaBahasa adalah kunci perkembangan
kognitifPerkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan
bebrapa alternatisf secara simultan, memilih tindakan yang tepat.Perkembangan
kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.Enaktif yaitu
tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk emmahami
lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)Ikonik, yaitu tahap seseorang
memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi
verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandinganSimbolik yaitu
tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui
simbol bahasa, logika, matematika)Model pemahaman dan penemuan konsepCara
yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan memlalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning)Siswa
diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan (discovery).
3. Teori belajar bermakna Ausubel
18
Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna
bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengtahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini
banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi
pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki
siswa.
Hakikat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar yang
berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perceptual, dan proses internal.
Atau dengan kata lain, belajar merupakan persepsi dan pemahaman, yang tidak
selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati atau diukur. Dengan asumsi
bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata
dalam bentuk struktur kognitif yang dimilkinya. Proses belajar akan berjalan
dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur
kognitif tang telah dimiliki seseorang.
Beberapa Prinsip Teori Ausubel adalah :
Proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang tlah dimilikinya dengan pengetahuan
baruProses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus,
memamahi makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah
dipahamiSiswa lebih ditekankan unuk berpikir secara deduktif (konsep advance
organizer).
Adapun aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran :
Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkanUntuk meningkatkan minat
dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.Materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks.Perbedaan
individu pada siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar.
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pertumbuhan merupakan suatu perubahan individu lebih mengacu dan menekankan pada
aspek pertumbuhan fisik ke arah lebih maju, sedangkan perkembangan lebih mengacu pada
aspek non-fisik yaitu perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala psikologis ke arah
yang lebih maju. Dalam pertumbuhan dan perkembangan terjadi fase-fase yang merupakan
tahap-tahap untuk berkembang lebih maju.
20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/nuryati/faktor-internal-dan-eksternal-yang-mempengaruhi-
prestasi-belajar-siswa_54f76dcda33311aa368b47bb
https://www.slideshare.net/erickkuswanto54/makalah-pertumbuhan-dan-perkembangan
https://www.gramedia.com/best-seller/teori-belajar/
https://id.scribd.com/document/288808758/Makalah-Aliran-Aliran-Pendidikan
https://fatonikeren.blogspot.com/2014/10/aliran-nativisme-empirisme-dan_42.html?m=1
https://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/mengenal-berbagai-jenis-teori-belajar.html?m=1
https://www.websitependidikan.com/2017/12/4-tahap-perkembangan-anak-menurut-jean-
jacques-rousseau.html
21