Anda di halaman 1dari 5

Masayu Mutiara Puspasari

PPDS Ilmu Kesehatan Anak

Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini.
Usia 0-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Para ahli menyebut sebagai masa
golden age, dimana perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan sampai
80%. Pada masa ini terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon
stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar
pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, social emosional,
disiplin diri, nilai-nilai agama, konsep diri dan kemandirian.
Direktorat PAUD Depdiknas menyatakan bahwa PAUD adalah suatu proses
pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang
mencakup aspek fisik dan nonfisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan
jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal-fikir, emosional, dan sosial yang tepat
dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu, tujuan utamanya
adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang
optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
Sedangkan, tujuan penyertanya adalah untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan
belajar di sekolah.
Ontologi
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan
Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi ialah
ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang
berbentu jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Ontologi adalah pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi membahas
pertanyaan-pertanyaan seperti Objek apa yang ditelaah pengetahuan? Adakah objek tersebut?

Bagaimana wujud hakikinya? Dapatkah objek tersebut diketahui oleh manusia, dan
bagaimana caranya?
Hubungan ontologi terhadap kajian PAUD antara lain adalah bagaimana wujud hakikat
PAUD? Objek apa yang ditelaah PAUD?
1. Hakikat PAUD
PAUD adalah ilmu multi dan interdisipliner, artinya tersusun oleh banyak disiplin
ilmu yang saling terkait. Ilmu Psikologi perkembangan, ilmu Pendidikan, ilmu Bahasa,
ilmu Seni, ilmu Gizi, ilmu Biologi perkembangan anak, dan ilmu-ilmu terkait lainnya
saling erintegrasi untuk membahas setiap persoalan PAUD. Untuk mengembangkan
kemampan intelektual anak, diperlukan berbagai kegiatan yang dilandasi dengan ilmu
psikologi, ilmu pendidikan, ilmu matematika untuk anak, sains untuk anak, dan
seterusnya. Beberapa komponen yang terkait dengan PAUD adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum PAUD
Kurikulum PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak
dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai kultur, budaya, dan falsafah suatu
bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia
belum mengetahui tatakrama, sopan-santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal
tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan orang lain dan belajar
memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal
tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai
fenomena alam dan dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan
untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan dengan orang lain
diperlukan untuk belajar agar anak mampu mengembangkan kepribadian, watak, dan
akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang amat berharga untuk
menenamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan sosial
yang berguna untuk kehidupannya dan strategis bagi pengembangan suatu bangsa.
b. PembelajaranPAUD
Pembelajaran bersifat holistik dan terpadu. Pembelajaran mengembangkan semua
aspek perkembangan, meliputi: (1) moral dan nilai-nilai agama, (2) sosialemosional, (3) kognitif (intelektual), (4) bahasa, (5) Fisik-motorik, (6) Seni.
Pembelajaran bersifat terpadu yaitu tidak mengajarkan bidang studi secara terpisah.
Satu kegiatan dapat menjadi wahana belajar berbagai hal bagi anak. Bermain sambil
belajar, dimana esensi bermain menjiwai setiap kegiatan pembelajaran amat penting
bagi PAUD. Esensi bermain meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak
terpaksa, dan merdeka menjadi jiwa setiap kegiatan. Pembelajaran hendaknya
disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut
serta, dan tidak terpaksa. Guru memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan
bermain tersebut, sehingga anak secara tidak sadar telah belajar berbagai hal.
2. Objek telaah PAUD
Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia
emas (golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaikbaiknya untuk proses belajar anak. Rasa ingin tahu pada usia ini berada pada posisi

puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang menyimpan rasa ingin tahu anak melebihi usia
dini, khususnya usia 3-4 tahun dan 4-6 tahun.
Objek belajar anak usia dini bukan terfokus pada mengejar prestasi, seperti
kemampuan membaca, menulis, berhitung dan penguasaan pengetahuan yang bersifat
akademis. Namun objek belajarnya lebih diarahkan pada mengembangkan pribadi,
seperti sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasar anak.
Orientasi anak lebih baik mengarah pada pengembangan sikap mental yang positif.
Anak yang mampu mengembangkan sikap mental positif akan mengembangkan rasa
ingin tahu yang tinggi, semangat belajar yang menyala, gemar membaca, mampu
mengembangkan kreativitas diri dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus
mengembangka diri. Hal itu merupakan prestasi yang luar biasa bagi anak disbanding
prestasi akademik yang saat ini dicapai.
Epistemologi
Epistemologi secara etimologis berasal dari dua suku kata, yakni: epistem (Yunani)
yang berarti pengetahuan atau ilmu (pengetahuan) dan logos yang berarti disiplin atau
teori. Dalam KamusWebst er disebutkan bahwa epistemologi merupakan Teori ilmu
pengetahuan (science) yang melakukan investigasi mengenai asal-usul, dasar, metode, dan
batas-batas ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan
kesalihan pengetahuan.
Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti:
bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana
prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja?
Hubungan epistemologi terhadap kajian PAUD diantaranya yaitu bagaimana proses atau
prosedur PAUD tersebut? Apa saja kriteria PAUD itu?
Bagaimana anak belajar?
1.
Belajar visual
Anak belajar melalui pengamatan, artinya anak belajar menggunakan media gambar
seperti foto, lukisan, dan bemda-benda lain. Dari gambar-gambar atau foto-foto
tersebut anak mengamati, sehingga anak menyerap informasi dan memperoleh sesuatu
yang bernilai pembelajaran. Anak- anak yang belajar dengan tipe ini disebut belajar
visual. Mereka menyerap informasi melalui mengamati objek-objek gambar, foto,
dengan cara melihat.
2.
Belajar auditori
Diantara anak-anak usia dini ada yang belajar dengan cara auditori, artinya mereka
belajar melalui mendengarkan informasi yang diterima berupa suara, seperti
komunikasi lisan, bercakap-cakap, cerita, dongeng, dan tanya jawab. Dan biasanya
anak suka mendengarkan apa yang disampaikan.
3.
Belajar kinestetik

Anak yang belajar bertipe kinestetik biasanya mereka menyerap informasi sebagai
proses belajar adalah melelui sentuhan. Anak senang menyentuh dan meraba seperti
membalik-balik, membongkar dan memasang benda-benda yang menjadi objek
belajar mereka. Sentuhan itu sebagai bentuk eksplorasinya (rasa memenuhi ingin
tahunya) terhadap benda yang menjadi objek belajarnya.
Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini, antara lain:
1. Berorientasi pada kebutuhan anak
2. Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain
3. Merangsang munculnya kreativitas dan inovatif
4. Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar
5. Mengembangkan kecakapan hidup anak
6. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada dilingkungan sekitar
7. Dilaksanakan secara bertahap dengan mengacu pada prinsip perkembangan anak
8. Rangsangan pendidikan mencakup semua aspek perkembangan
Karakteristik anak usia dini, antara lain:
1. Usia 0-1 tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat
dibanding usia selanjutnya. Berbagai karakteristik anak bayi antara lain:
a. Mempelajari keterampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk,
berdiri dan berjalan
b. Mempelajari keterampilan menggunakan panca indera seperti melihat atau
mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan
setiap benda ke mulut
c. Mempelajari komunikasi sosal
2. Usia 2-3 tahun
Beberapa karakteristik yang dilalui anak usia 2-3 tahun antara lain:
a. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya
b. Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa
c. Anak mulai belajar mengembangkan emosi
3. Usia 4-6 tahun
Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik antara lain:
a. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai
kegiatan
b. Perkembangan bahasa juga semakin baik
c. Perkembangan kognitif (daya pikir) sanagt pesat, ditunjukkan dengan rassa ingin
tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar
d. Bentuk permainan anak masih bersifat individu
Aksiologi
Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang
berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedangkan arti aksiologi yang
terdapat didalalam bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sbuah Pengantr Populer
bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral
pengetahuan. Aksiologi menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: untuk apa pengetahuan itu
digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan tersebut dengan kaidah-

kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Bagaimana kaitan antara metode pengetahuan dengan norma-norma moral/profesional?
Masa kanak-kanak merupakan masa emas bagi pembentukan moral. Pada masa ini,
jika suatu landasan moral yang baik telah berhasil ditanamkan, landasan moral tersebut
selanjutnya akan menjadi penuntun individu dalam bertingkah laku seumur hidupnya.
Pengembangan nilai moral dan budi pekerti pada anak menjadi sangat penting khususnya
implikasinya bagi pendidikan guna menciptakan generasi penerus bangsa yang tidak hanya
maju secara intelektual namun juga kokoh dalam nilai moral dan kepribadian yang berbudi
pekerti.
Usia dibawah lima tahun adalah usia yang paling kritis/paling menentukan dalam
pembentukan karakter dan juga kepribadian seseorang. Kalau seseorang sudah terlanjur
menjadi pencuri atau penjahat, maka pendidikan universitas bagi orang tersebut bisa
dikatakan tidak berarti apa-apa. Sebagaimana halnya sebatang pohon bambu, setelah tua
susah dibengkokkan. Mendidik anak usia dini ibarat membentuk ukiran dibatu yang tidak
akan mudah hilang bahkan akan membekas selamanya. Artinya pendidikan anak usia dini
akan membekas hingga anak dewasa. Pendidikan anak usia dini ini adalah peletak dasar bagi
pendidikan anak selanjutnya. Keberhasilan pendidikan usia dini adalah peletak dasar bagi
pendidikan anak selanjutnya.
Perkembangan nilai moral merupakan interaksi antara perkembangan psikis dan
intelektual dengan pengalaman-pengalaman pada realitas keluarga, lingkungan dan
masyarakat. Kemampuan berfikir dan bersikap akan menstimulus anak pada kemampuan
menilai baik dan buruk serta salah dan benar terhadap suatu tatanan sosial. Perkembangan
moral pada anak memiliki perbedaan tersendiri pada tiap individu berkait dengan
kemampuan fisik, psikis dan kognitifnya serta keberadaan lingkungan di mana remaja
tumbuh. Seorang anak yang berkembang pada lingkungan kondusif (lingkungan santri,
terdidik, daerah aman, strata sosial baik) serta kemampuan fisik, psikis, dan kognitif yang
baik akan memiliki standar nilai moral yang cukup tinggi, sebaliknya anak yang tumbuh pada
lingkungan yang kurang kondusif (daerah kriminal, lokalisasi, daerah perjudian, lingkungan
kumuh, dan lain-lain) serta aspek fisik, psikis dan intelektual rendah juga akan memiliki
standar nilai moral yang rendah pula.
Hal yang perlu dipahami bahwa perkembangan nilai moral akan selalu terkait erat
dengan budi pekerti. Karena nilai-nilai yang terkandung dalam pesan moral adalah
pembentuk budi pekerti secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai