Anda di halaman 1dari 20

FILSAFAT ILMU DALAM KAJIAN 

PAUD
Jan 30
 
1. Dilihat dari segi Ontologi
Seperti yang dijelaskan sebelumnya Ontologi merupakan Ilmu yang mempelajari dan mengkaji lingkup apa yang
dikaji oleh suatu ilmu, misalnya apa saja lingkup ilmu yang ada dalam pendidikan anak usia dini. Ontologi ilmu
adalah suatu proses pengkajian sesuatu secara mendalam dalam lingkup dunia empiris.

Ontologi membahas tentang apa yang dikaji oleh suatu ilmu dan wilayah kerjanya. Contoh: PAUD mempelajari
anak usia dini dari usia 0 sampai dengan 8 tahun dengan wilayah kajian di lingkungan keluarga, masyarakat dan
sekolah (TK, RA, PG/KB, TPA, BKB, Posyandu PAUD, Pos PAUD, dan sebagainya).

Ketika mempelajari ontologi ilmu kependidikan, maka kita  akan mempelajari segala yang ada dalam bidang
pendidikan (subjek dalam dunia pendidikan adalah siswa/anak didik yang harus dipelajari dari anak didik adalah
perkembangan jasmani, intelektual dan psikologisnya). Jadi, ontologi pada PAUD benar-benar pencarian hakikat
sesuatu yang dilandasi keingintahuan akan suatu hal yang mungkin ada dan sudah ada segala hal mengenai PAUD.

1. Pengertian dan Karakteristik Anak Usia Dini


Pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.[1] Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan
usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Usia dini merupakan usia di mana
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age).
Karakteristik PAUD khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough sebagai
berikut.

1)        Anak bersifat unik.

2)        Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.

3)        Anak bersifat aktif dan enerjik.

4)        Anak itu egosentris.

5)        Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.

6)        Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.

7)        Anak umumnya kaya dengan fantasi.


8)        Anak masih mudah frustrasi.

9)        Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.

10)     Anak memiliki daya perhatian yang pendek.

11)     Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.

12)     Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

b. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Adapun prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini menurut Bredekamp dan Coople adalah sebagai berikut.

1)      Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kgnitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
sama lain.

2)      Perkembangan fisik/motorik, emosi, social, bahasa, dan kgnitif anak terjadi dalam suatu urutan tertentu yang
relatif dapat diramalkan.

3)      Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan antar bidang pengembangan dari
masing-masing fungsi.

4)      Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak.

5)      Perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus, terorganisasi dan terinternalisasi.

6)      Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks social budaya yang majemuk.

7)      Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya tentang tentang lingkungan sekitar
dari pengalaman fisik, social, dan pengetahuan yang diperolehnya.

8)      Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial.

9)      Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan social, emosional, dan kognitif anak serta
menggambarkan perkembangan anak.

10)   Perkembangan akan mengalami percepatan bila anak berkesempatan untuk mempraktikkan berbagai
keterampilan yang diperoleh dan mengalami tantangan setingkat lebih tinggi dari hal-hal yang telah dikuasainya.

11)   Anak memiliki modalitas beragam (ada tipe visual, auditif, kinestetik, atau gabungan dari tipe-tipe itu) untuk
mengetahui sesuatu sehingga dapat belajar hal yang berbeda pula dalam memperlihatkan hal-hal yang diketahuinya.
12)   Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan belajar adalam dalam komunitas yang menghargainya, memenuhi
kebutuhan fisiknya, dan aman secara fisik dan fisiologis.

c. Model Pendidikan Anak Usia Dini

Model pembelajaran berdasarkan minat adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik
untuk memilih atau melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran berdasarkan minat dirancang
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak.

Prinsipnya, dalam model pembelajaran berdasarkan minat mengutamakan:

1)    Pengalaman belajar bagi setiap anak secara individual

2)    Membantu anak untuk membuat pilihan-pilihan melalui kegiatan dan pusat-pusat kegiatan melibatkan peran
serta keluarga.

3)    Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan minat dapat menggunakan beberapa area antara  lain: area agama, balok,
bahasa, drama berhitung/matematika, sains, seni/motorik, musik, membaca dan menulis.

1. Jalur Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini


Menurut pasal 28 ayat 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini
pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudathul Athfal, atau bentuk lain yang
sederajat.

Macam-macam jalur penyelenggaraan PAUD :

1)  Satuan Pendidikan Anak Usia Dini

Satuan pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang memberikan layanan
pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun. Di Indonesia ada beberapa lembaga pendidikan anak usia
dini yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, yaitu:

a)    Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA)

TK merupakan bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun, yang terbagi menjadi 2 kelompok : Kelompok A untuk anak usia 4 – 5
tahun dan Kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun.

b)    Kelompok Bermain (Play Group)

Kelompok bermain berupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun.

c)    Taman Penitipan Anak (TPA)


Taman penitipan anak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal
yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun.

e. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Secara khusus tujuan pendidikan anaka usia dini adalah[2]:


1)      Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta mencintai sesamanya.

2)      Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta
mampu menerima rangsangan sensorik.

3)      Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif
sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir dan belajar.

4)      Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan
sebab akibat.

5)      Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan social, peranan masyarakat dan menghargai keragaman
social dan budaya serta mampu mngembangkan konsep diri yang positif dan control diri.

6)      Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta menghargai karya kreatif.

1. Dilihat dari segi Epistemologi


Epistemologi merupakan bagaimana cara-cara memperoleh pengetahuan yang benar (ilmu), dari penjelasan
sebelumnya diketahui bahwa tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang sangat penting dan
kritis dalam hal tumbuh kembang anak baik fisik, mental, maupun psikososial, lembaga pendidikan berguna untuk
membantu anak berkembang secara optimal sesuai dengan tugas perkembangannya maka dibutuhkan serangkaian
program yang bertujuan memberikan pengalaman belajar untuk anak. Serangkaian program yang dirancang oleh
para pendidik dengan menggunakan berbagai acuan perkembangan anak disebut dengan kurikulum. Pengertian lain
menyebutkan kurikulum merupakan rencana kegiatan atau dokumen tertulis yang mencakup strategi untuk mencapai
tujuan. Sementara menurut NAEYC, pengertian kurikulum dapat dijabarkan dengan melihat arti dalam proses
pelaksanaannya terlebih dahulu, antara lain:

1. Rencana kegiatan yang berisi pengembangan seluruh area perkembangan anak: fisik, emosional, bahasa, seni,
dan kognitif
2. Mencakup bahasan yang luas meliputi seluruh disiplin ilmu : sosial, intelektual, dan konsep diri anak
3. Dibangun atas pengetahuan yang sudah siap dipelajari dan dilaksanakan anak (aktivitas pengetahuan utama)
untuk menghubungkan pengetahuan mereka dan menerima konsep serta keterampilan baru.
4.  Menggunakan bahan dari berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran untuk membantu anak memecahkan
masalah yang dihadapi, membuat hubungan yang bermakna dan memberi kesempatan untuk menggali
perkembangan konseptual
5. Mengembangkan pengetahuan & pemahaman; proses; dan keterampilan untuk digunakan dan diterapkan serta
untuk mempelajari pengetahuan
6. Berisi pengembangan intelektual, penemuan inti pembelajaran, dan alat penerimaan ilmu yang berbeda sesuai
dengan gaya belajar anak
7. Memberi kesempatan anak untuk mengembangkan budaya dan bahasa keluarganya sambil mengembangkan
kemampuan dalam bersosialisasi dengan budaya dan bahasa di sekitarnya
8. Berisi tujuan yang realistik dan dapat dicapai oleh sebagian besar anak pada usianya
9. Menggunakan teknologi dan bersifat filosofis dalam proses pembelajaran
Jadi kurikulum adalah seperangkat rencana untuk dilaksanakan dalam aktivitas pembelajaran yang mencakup
pengembangan berbagai potensi anak menggunakan strategi bahkan media yang disesuaikan dengan kebutuhan anak
dan lingkungan, dalam penyusunan kurikum ada beberapa hal yang harus diperhatikan. National  Assosiation for the
Education of Young Children (NAEYC) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun
kurikulum untuk anak usia dini yang berdasarkan pada pendekatan DAP. Prinsip tersebut antara lain:

1. Kurikulum hendaknya necakup seluruh aspek perkembangan anak baik fisik, sosial emosional, bahasa,
estetika maupun kognitif.
2. Kurikulum meliputi rentangan yang luas dalam konten atau bahan pembelajaran antar disiplin ilmu yang
relevan secara sosial dan konteks budaya setempat, melibatkan intelektual dan penuh makna bagi anak secara
individual.
3. Kurikulum dibangun pada apa yang telah diketahui dan dapat dilakukan oleh anak (aktifitas mendahului
pengetahuan). Hal ini dimaksudkan untuk mengkonsodilasikan pembelajaran dan untuk mendorong
penguasaan konsep dan keterampilan baru.
4. Perencanaan kurikulum yang efektif selalu memadukan antar berbagai topik materi. Hal ini bermaksud untuk
membantu anak membuat suatu hubungan yang bermakna dan menyediakan kesempatan pengembangan
konsep yang kaya. Berfokus pada suatu objek juga merupakan strategi yang tepat untuk anak-anak.
5. Kurikulum mengarahkan pada pengembangan pengetahuan dan pemahaman, proses dan keterampilan
sebanding dengan penggunaan dan penerapan keterampilan dan kelanjutan pembelajaran.
6. Konten/ isi kurikulum memiliki integritas intelenktual, merefleksikan kunsi konsep dan keterampilan inkuiri,
dari disiplin ilmu yang dipelajari dalam cara-cara yang dapat diterima dan dapat dilakukan oleh anak
berdasarkan jenjang usianya.
7. Kurikulum memberikan kesempatan untuk mendukung berakembangnya pemahaman anak terhadap budaya
dan bahasa lokal, sehingga anak bisa berpartisipasi dalam program kebudayaan setempat.
8. Tujuan kurikulum hendaknya realistik dan dapat dicapai oleh anak yang disesuaikan dengan tingkatan
usianya.
9. Sebaiknya teknologi terintegrasi yang digunakan di dalam kelas terintegrasi secara fisik dan filosofi dalam
kurikulm dan pengajaran.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka diharapkan seorang guru dapat membuat kurikulum yang patut dan sesuai
dengan anak. Kurikulum pada pendidikan anak usia dini merupakan perwujudan dari serangkaian rencana guna
memberikan pengalaman belajar untuk anak didik yang disesuaikan dengan tugas perkembangan meeka disetiap
tahapan usia. Kurikulum anak usia dini adalah sebuah alur  mulai dari perencanaan sampai pada refleksi keefektifan
program, kurikulum memiliki banyak model dan ciri khas masing-masing yang dapat dikembangkan di dunia
pendidikan mana pun dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, sehingga kurikulum sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan lingkungan. Model-model tersebut antara lain[5]:
a.  Model Montessori

Pembelajaran model Montessori menggabungkan anak dari berbagai usia dan kemampuan menjadi satu kelas.
Lingkungan pembelajaran diatur sesuai ukuran tubuh anak, materi bermain yang berurut dari sederhana menuju
komplek, menyiapkan pengalaman langsung dalam setiap aktivitas anak dengan melibatkan anak secara aktif, dan
guru bertindak membimbing dan mengamati proses perkembangan anak daripada memberikan instruksi.
Pembelajaran menurut model Montessori lebih diorganisasi secara individualis daripada kelompok. Sekolah
Montessori melaksanakan pembelajaran yang lebih bersifat individu pada anak dan tidak direncanakan untuk
kegiatan kelompok. Anak berpindah dan berganti materi permainan dengan bebas di seluruh ruangan. Model
Montessori menjabarkan tiga konsep sebagai kunci pembelajarannya, yaitu:

1)     Anak belajar jika melakukan aktivitas secara langsung.

2)     Anak bebas  memilih apa yang dibutuhkannya untuk mengembangkan kompetensinya.

3)     Guru tidak boleh mendiktekan tujuan belajar kepada anak agar anak dapat memilih kegiatan dengan bebas
sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan.

b. Model Behaviorist

Model behavioris  dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran Edward Thorndike dan B. F. Skinner. Ada tiga
komponen dalam model behavioris yang dikenal sebagai   instruksi langsung, yaitu agenda penguatan, perubahan
prilaku, dan menghilangkan prilaku.

1) Agenda penguatan.

Penguatan merupakan hadiah yang diberikan atas prilaku yang telah dicapai anak. Hadiah dapat berupa benda
ataupun pujian verbal dan non verbal. Agenda penguatan artinya penguatan diberikan secara terjadwal ketika
perubahan prilaku telah tercapai, tidak semua respon diberi penguatan. Penguatan dimulai terhadap dua respon
terlebih dahulu, kemudian meningkat menjadi empat dan seterusnya.  Penguatan tidak diberikan pada prilaku yang
telah lama berubah, untuk beberapa prilaku yang telah dicapai anak, distimulasi yang akan tidak membutuhkan
penguatan lagi tetapi langsung menuju prilaku selanjutnya yang akan ditanamkan.

2)    Perubahan prilaku.

Prilaku akan berubah tergantung pada penguatan dan hukuman yang diterima anak.  Jika anak menjadi pengganggu
di dalam kelompok, makan guru harus mengacuhkan anak ketika berprilaku mengganggu dan memberi pujian atau
hadiah ketika anak berprilaku yang bermanfaat. Anak berprilaku mengganggu bertujuan untuk mencari perhatian
guru, karenanya hal itu tidak perlu ditanggapi, tetapi keberhasilan anak yang positif harus diberi hadiah sebagai
penguatan agar prilaku yang diharapkan tetap dilakukan anak dikemudian hari.

3)     Menghilangkan prilaku.


Prilaku buruk akan hilang jika hal ini didukung oleh lingkungan sekitar. Model behavioris ini fokus pada pencapaian
tujuan pembelajaran yang bersifat akademik seperti membaca, matematika, dan bahasa. Pembelajaran dilakukan
dalam kelompok kecil

c.  Model Konstruktif

Model konstruktif merupakan pengembangan  dari teori pembelajaran Jean Piaget dan Lev Vigotsky. Model
konstruktif  menyatakan bahwapengetahuan dibangun atas hasil pemerolehan ilmu melalui pengalaman langsung. 
Anak aktif mencari pengalaman secaralangsung sehingga konsep yang  ditanamkan dalam pembelajaran dapat
dimengerti anak dan bertahan lama dalam pikiran anak.

Tujuan utama pembelajaran model konstruktif adalah merangsang seluruh area perkembangan anak, yaitu
perkembangan fisik, social-emosional,bahasa, dan kognitif. Kurikulum model konstruktif dikembangkan
berdasarkan pada minat anak dan terintegrasi tidak berdasarkan pada bidang studi yangterpisah.

Pelaksanaan model konstruktif meliputi:

a. Pembelajaran dilakukan secara konkret sesuai dengan usia anak  yang berada pada tahap operasional dari
perkembangan kognitif Piaget.

b. Anak belajar dan mengoptimalkan perkembangannya secara aktif melalui pengalaman langsung.

c. Menggunakan materi, peralatan, dan aktivitas belajar yang dapat mendorong anak mengembangkan potensinya
secara aktif, seperti aktivitas seni, area pembangunan, bermain peran, menyanyi, bermain air dan pasir.

d.  Model Bereiter-Engelmann

Model ini dikembangkan oleh Carl Bereiter dan Siegfried Engelmann pada tahun 1960an. Program pembelajaran
model Bereiter-Engelmann mempersiapkan anak untuk berkembang lebih cepat dari kemampuan di usianya.
Menurut Brewer, keunggulan model Bereiter-Engelmann dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1)    Langkah cepat. Setiap anak memerlukan 500 respon dalam waktu 20 menit dan dalam waktu 20 menit tersebut
diberikan lima atau lebih tugas yang berbeda.

2)    Mengurangi latihan prilaku yang tidak penting. Guru mengendalikan pembelajaran hanya mengandalkan
perubahan kondisi yang spontan untuk memberikan pembelajaran prilaku.

3)    Sangat menekankan pada respon verbal. Keterampilan akademik dihasilkan secara bersamaan dalam
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal melalui tanggapan guru terhadap
berbagai pertanyaan anak secara verbal.
4)    Teliti dalam membuat perencanaan hingga pada tujuan terkecil sekalipun dan memberikan umpan balik secara
terus menerus agar anak dan guru segera menyadari kesalahan yang dibuatnya dan segera memperbaiki.

5)    Menuntut kerja keras. Anak membutuhkan perhatian dan kerja keras dari orang tua atau guru untuk
memberikan penguatan atau hukuman atas prilaku yang diperbuat anak.

1. Dilihat dari segi Aksiologi


Aksiologi adalah pembahasan tentang untuk apa pengetahuan yang telah kita ketahui dipergunakan dalam kajian
ilmu terapan khususnya ilmu PAUD. Jika bicara tentang “untuk apa?” maka kita akan membahas fungsi dan
kegunaannya ilmu-ilmu yang terkait dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dari aksiologi lahirlah dua cabang
filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia etika dan estetika.

Etika membahas tentang perilaku menuju kehidupan yang baik, di dalamnya membahas aspek kebenaran, tanggung
jawab, peran. Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah
berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.

Di dalam aksiologi, peran agama, seni dan budaya sangatlah berpengaruh. Ketiga hal tersebut, tidak mungkin
dipisahkan dari sebuah kajian filsafat, khususnya dalam aksiologi. Peran agama, seni dan budaya dalam aksiologi
adalah sebagai berikut:

1. Peran agama sangatlah penting, karena agama adalah pedoman hidup manusia yang bersifat nisbi dan
pragmatis. Agama merupakan penghayatan yang bersifat mistik dan trasedental dalam usaha manusia untuk
mengerti dan memberi arti dalam kehidupannya, maka sejak usia dini anak perlu dibekali pemahaman tentang
agama.
2. Peran seni/estetika yaitu berhubungan dengan keindahan dan segi artistik yang menyangkut antara lain,
bentuk, harmoni, dan wujud kesenian lainnya yang memberikan kenikmatan kepada manusia. Untuk
menanamkan jiwa seni pada anak maka mengembangkan kreativitas dan imajenasi sejak dini sangat
diperlukan, melalui kegiatan bereksperimen.
3. Peran budaya dalam aksiologi sangat bergantung dan mempengaruhi, karena perkembangan ilmu dalam
masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya. Budaya adalah hasil karya, cipta manusia yang
menghasilkan kreatifitas. Pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan karena ilmu terpadu
secara intim dengan keseluruhan sistem sosial dan tradisi kebudayaan.
 

Beberapa peran ilmu di atas adalah peran ilmu dalam aksiologi secara umum kita akan membahas peran ilmu-ilmu
yang terkait dalam PAUD. Untuk itu, kita perlu tahu apa saja ilmu yang terkait dengan PAUD. Berikut adalah
beberapa ilmu yang kami anggap penting untuk dipahami oleh para pendidik PAUD untuk konseptual dan praktik
serta perannya dalam kajian PAUD itu sendiri.

1. Konsep Dasar PAUD


Seorang pendidik maupun orang tua PAUD harus memahami Konsep Dasar PAUD, karena didalamnya dikaji
tentang hakikat anak usia dini dan teori-teori dasar pengajaran dan pembelajaran untuk anak usia dini. Jika seorang
pendidik dapat menguasai konsep dasar PAUD, maka pendidik tersebut dipastikan dapat:

1)     Memahami persoalan-persoalan yang timbul pada anak usia dini.

2)     Menerapkan teori pengajaran dan pembelajaran ke dalam praktik.

3)     Memenuhi kebutuhan perkembangan psikis dan akademis anak,

1. Perkembangan Anak
Seorang pendidik maupun orang tua PAUD harus memahami dan mengaplikasikan perkembangan anak karena
didalamnya dikaji tentang tahapan-tahapan tumbuh kembang yang biasanya dialami anak usia dini pada umumnya.
Dengan mempelajari perkembangan anak, maka seorang pendidik akan memahami tentang:

1)     Prinsip-prinsip perkembangan anak

2)     Dasar-dasar pola perkembangan

3)     Perkembangan: fisik, motorik, bahasa, emosi, sosial, kognitif, spiritual.

1. Kurikulum PAUD
Seorang pendidik PAUD harus memahami kurikulum untuk dapat melaksanakan serta merancang kegiatan
pengajaran dan pembelajaran, karena kurikulum membahas tentang program-program yang harus diberikan pada
anak usia dini. Maka yang harus diperhatikan dalam hal ini yaitu apa dan bagaimana perencanaan pembelajarannya,
bagaimana strategi pembelajaran untuk anak usia dini yang sesuai dengan kebutuhannya, dan bagaimana evaluasi
pembelajarannya sesuai teori yang akan digunakan dan disesuaikan dengan lembaga.

HUBUNGAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI


TERHADAP KAJIAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I
1.1  Latar Belakang

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena
kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan
filsafat. Ilmu tumbuh dari filsafat dan filsafat mempunyai akar-akar dalam suatu tradisi yang mencakup
permulaan-permulaan dari ilmu.
Ilmu-ilmu manusia, mempelajari manusia sebagai subyek dan isi alam semesta lainnya dalam kaitan
dengan manusia sebagai subyek. Yang dimaksud dengan “manusia sebagai subyek” adalah manusia
sebagai makhluk berhati nurani yang memiliki nilai, berkemauan, berperasaan, dan berakal budi, yang
karena itu mampu menentukan sikap dan memberikan reaksi sendiri terhadap segala sesuatu, baik
terhadap benda-benda dan makhluk-makhluk lain (termasuk sesama manusia) maupun peristiwa dan
aksi terhadap dirinya. Manusia dapat menentukan perilakunya lewat pertimbangan, perundingan,
perhitungan, melihat ke depan (perencanaan). Manusia mampu memperhitungkan perilakunya sendiri
dan perilaku orang lain.

Berhubungan dengan hal diatas, yaitu menentukan kemauan, sikap, perilaku, dan sebagainya, maka
perlu adanya pembelajaran atau pembentukan bagi manusia sejak usia dini. Agar bisa menghasilkan
manusia yang berkepribadian seperti yang diharapkan. Karena pada usia dini tersebut bentuk
pendidikan dan perlakuan yang diberikan sangat mempengaruhi karakter setelah dewasa.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual),
sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Dalam hal ini, perlu adanya pemahaman tentang hubungan pendidikan anak usia dini dengan
bagian-bagian filsafat, yang berupa ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian filsafat ilmu?

2.      Apakah pengertian PAUD itu?

3.      Apakah pengertian ontologi, epestimologi, dan aksiologi?

4.      Apa hubungan antara ontologi, epistemologi, dan aksiologi terhadap kajian PAUD?

1.3  Tujuan

1.      Mengetahui pengertian dari filsafat ilmu

2.      Mengetahui pengertian PAUD

3.      Mengetahui pengertian ontologi, epistemologi, dan aksiologi

4.      Mengetahui hubungan antara ontologi, epistemologi, dan aksiologi terhadap kajian


PAUD                                                                                                           

BAB II
2.1 Pengertian Filsafat Ilmu

      1. Pengertian filsafat


Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani:
Philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan
sophos (‘hikmah’, kebijaksaan, penetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi, secara
etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof
yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.

Immanuel Kant (dalam Amsal Bachtiar, 2009:8) mengatakan bahwa filsafat itu ilmu dasar segala
pengetahuan, yang mencakup didalamnya empat persoalan, yaitu:

1.      Apakah yang kita ketahui? (Dijawab oleh metafisika)

2.      Apakah yang boleh kita kerjakan? (Dijawab oleh etika/norma)

3.      Sampai dimanakah pengharapan kita? (Dijawab oleh agama)

4.      Apakah yang dinamakan manusia? (dijawab oleh antropologi)

Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan radikal memiliki dua objek, yakni objek material
dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang
tampak dan ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak
tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu
yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek
formal filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.

      2. Pengertian Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, yang berarti: mengerti, memahami,
benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science; dari bahasa Latin scientia (pengetahuan)-
scire(mengetahui). Jadi pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.

Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek formal.
Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek
material ilmu kedokteran. Adapun objek formalnya adalah meode untuk memahami objek materil
tersebut.

            Adapun perbedaan antara ilmu dan pengetahuan, ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang
terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Pengetahuan
adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Ilmu
bagaikan sapu lidi, yakni lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat
sehinggan menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan yang belum
tersusun dengan baik.

            Setelah dipahami pengertian filsafat, ilmu, dan pengetahun, maka dapat disimpulkan bahwa
filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu pelu
menjawab beberapa persoalan berikut:

1.      Pertanyaan landasan ontologis


Objek apa yang ditelaah? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana korelasi antara
objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, meras, dan mengindera) yang menghasilkan
ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-
bidang ilmu.

2.      Pertanyaan landasan epistemologis

Bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menajdi ilmu? Bagaimana
prosedur dan mekanismenya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan
yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/ teknik/ sarana apa yang
membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?

3.      Pertanyaan landasan aksiologis

Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan metode yang ditelaah
berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaiman korelasi antara teknik procedural yang meupakan
operasionalisasi metode ilmiah engan norma-norma moral?

2.2 Pengertian PAUD

            Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar
yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual),
sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Usia 0-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Para ahli menyebut sebagai masa golden age,
dimana perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan sampai 80%. Pada masa ini
terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, social emosional, disiplin diri, nilai-nilai agama, konsep diri dan
kemandirian.

            Direktorat PAUD Depdiknas menyatakan bahwa PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh
kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan nonfisik,
dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik,
akal-fikir, emosional, dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.

            Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu  :


Tujuan utama : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
Tujuan penyerta : untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar di sekolah.

            Anak usia dini merupakan aset sangat vital bagi negara, karena anak adalah penerus generasi.
Sekarang, anak-anak hidup di abad modern dimana disegala bidang diperlukan orang yang tidak hanya
memiliki kepintaran tetapi juga kecerdasan. Kecerdasan bukan hanya didapat dibangku sekolah, tetapi
lebih pada pengalaman. Untuk mendapatkan keecerdasan tentu tidak hanya belajar tetapi juga dari
bermain. Dalam bermain, anak memperoleh banyak pengalaman yang sangat berguna. Bila segala
potensi yang dimiliki anak dapat dikembangkan sesuai konsep tumbuh kembang anak maka anak akan
kaya pengalaman, dan pengalaman adalah guru yang paling baik. Anak yang kaya pengalaman, kelak
dewasa akan jadi orang yang berkepribadian tangguh dan andal, mampu menghadapi segala tantangan
zaman. Setiap anak berpeluang sama untuk menjadi jenius, sepanjang pemberian stimulus pada otak
dilakukan sejak dini. Disamping itu, anak usia dini merupakan masa kritis, terutama dari segi gizi,
kesehatan, dan psikologi. Oleh karena itu, kebutuhan tumbuh kembang anak mencakup kebutuhan gizi
seimbang, kesehatan, pendidikan dan psikososial. Kebutuhan itu merupakan satu kesatuan yang utuh
untuk dikembangkan pada masa usia balita tersebut.

2.3 Pengertian Epistemologi, Aksiologi, dan Ontologi

      A. Ontologi

            Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentu jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.

            Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk
menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian
Wollf membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum
dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah
cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang
ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi.

            Kosmologi adalah cabang filsafat yang secara khhusus membicarakan tentang alam semesta.
Psikologi adalah cabang filsafat yang secara khusus membicarakan tentang iwa manusia. Teologi adalah
cabang filsafat yang secra khusus membicarakan tuhan.

      B. Epistemologi

Epistemologi secara etimologis berasal dari dua suku kata, yakni:“epistem”


(Yunani) yang berarti pengetahuan atau ilmu (pengetahuan) dan ‘logos’ yang berarti
‘disiplin’ atau teori. Dalam KamusWebst erdisebutkan bahwa epistemologi
merupakan  “Teori ilmu pengetahuan (science) yang melakukan investigasi mengenai asal-
usul, dasar, metode, dan batas-batas ilmu pengetahuan.”

Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya


pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan
kesalihan pengetahuan. Persoalan dalam epistemologi adalah bagaimanakah manusia dapat
mengetahui sesuatu? Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh? Dan bagaimanakah
validitas pengetahuan itu dapat dinilai?

Mengapa sesuatu disebut ilmu? Apa saja lintas batas ilmu pengetahuan?
Dan, bagaimana prosedur untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat
ilmiah? Pertanyaan-pertanyaan itu agaknya yang dapat dijawab dari pengertian
epistemologi yang sudah disebutkan. Kumpulan data tidak memiliki arti apa-apa tanpa
adanya proses dan prosedur yang memiliki standar ilmiah.

      C. Aksiologi

            Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan
dan kebutuhan manusia bias terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan merupakan kenyataan
yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Singkatnya ilmu
merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Kemudian timbul
pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia?

Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, akan diuraikan beberapa definisi tentang
aksiologi, diantaranya:

1.      Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi
aksiologi adalah “teori tentang nilai”.

2.      Sedangkan arti aksiologi yang terdapat didalalam bukunya Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sbuah
Pengantr Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh.

3.      Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tidakan moral,
bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan.
Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life ,yaitu kehidupan social politik, yang akan
melahirkan sosio-politik.

4.      Dalam Enyclopedia of philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga
bentuk Value and Valuation.

a.       Nilai, digunakan sebagai katabenda abstrak.

b.      Nilai sebagai katabenda konkret.

c.       Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai, dan dinilai.

      Dari definisi-definisi mengenai aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika.

2.3 Hubungan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Terhadap Kajian PAUD

Ontologi
Ontologi adalah pembahasan tentang hakekat pengetahuan. Ontologi membahas pertanyaan-
pertanyaan semacam ini: Objek apa yang ditelaah pengetahuan? Adakah objek tersebut? Bagaimana
wujud hakikinya? Dapatkah objek tersebut diketahui oleh manusia, dan bagaimana caranya?

Hubungan ontologi terhadap kajian PAUD antara lain adalah bagaimana wujud hakikat PAUD? Objek apa
yang ditelaah PAUD?

1.      Hakikat PAUD

PAUD adalah ilmu multi dan interdisipliner, artinya tersusun oleh banyak disiplin ilmu yang
saling terkait. Ilmu Psikologi perkembangan, ilmu Pendidikan, ilmu Bahasa, ilmu Seni, ilmu Gizi, ilmu
Biologi perkembangan anak, dan ilmu-ilmu terkait lainnya saling erintegrasi untuk membahas setiap
persoalan PAUD. Untuk mengembangkan kemampan intelektual anak, diperlukan berbagai kegiatan
yang dilandasi dengan ilmu psikologi, ilmu pendidikan, ilmu matematika untuk anak, sains untuk anak,
dan seterusnya. Beberapa komponen yang terkait dengan PAUD adalah sebagai berikut:

a.       Kurikulum PAUD

Kurikulum PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi
sebagai manusia yang utuh sesuai kultur, budaya, dan falsafah suatu bangsa. Anak dapat dipandang
sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tatakrama, sopan-santun,
aturan, norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi dengan
orang lain dan belajar memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal
tentang dunia dan isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan dapat
melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup di masyarakat. Interaksi anak
dengan benda dan dengan orang lain diperlukan untuk belajar agar anak mampu mengembangkan
kepribadian, watak, dan akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang amat berharga untuk
menenamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk
kehidupannya dan strategis bagi pengembangan suatu bangsa.

b.      PembelajaranPAUD
Pembelajaran bersifat holistik dan terpadu. Pembelajaran mengembangkan semua aspek
perkembangan, meliputi

(1) moral dan nilai-nilai agama,

(2) sosial- emosional,

(3) kognitif (intelektual),

(4) bahasa,

(5) Fisik-motorik,

(6) Seni.

Pembelajaran bersifat terpadu yaitu tidak mengajarkan bidang studi secara terpisah. Satu kegiatan
dapat menjadi wahana belajar berbagai hal bagi anak. Bermain sambil belajar, dimana esensi bermain
menjiwai setiap kegiatan pembelajaran amat penting bagi PAUD. Esensi bermain meliputi perasaan
senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa, dan merdeka menjadi jiwa setiap kegiatan. Pembelajaran
hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta,
dan tidak terpaksa. Guru memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan bermain tersebut, sehingga
anak secara tidak sadar telah belajar berbagai hal.

2.      Objek telaah PAUD

Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas
(golden age). Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses
belajar anak. Rasa ingin tahu pada usia ini berada pada posisi puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang
menyimpan rasa ingin tahu anak melebihi usia dini, khususnya usia 3-4 tahun dan 4-6 tahun.

Objek belajar anak usia dini bukan terfokus pada mengejar prestasi, seperti kemampuan
membaca, menulis, berhitung dan penguasaan pengetahuan yang bersifat akademis. Namun objek
belajarnya lebih diarahkan pada mengembangkan pribadi, seperti sikap dan minat belajar serta berbagai
potensi dan kemampuan dasar anak.

Orientasi anak lebih baik mengarah pada pengembangan sikap mental yang positif. Anak yang
mampu mengembangkan sikap mental positif akan mengembangkan rasa ingin tahu yang tinggi,
semangat belajar yang menyala, gemar membaca, mampu mengembangkan kreativitas diri dan memiliki
dorongan yang kuat untuk terus mengembangka diri. Hal itu merupakan prestasi yang luar biasa bagi
anak disbanding prestasi akademik yang saat ini dicapai.

Epistemologi

Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan.
Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana proses yang memungkinkan
diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja?

Hubungan epistemologi terhadap kajian PAUD diantaranya yaitu bagaimana proses atau prosedur PAUD
tersebut? Apa saja kriteria PAUD itu?

Bagaimana anak belajar?

1.      Belajar visual

Anak belajar melalui pengamatan, artinya anak belajar menggunakan media gambar seperti foto,
lukisan, dan bemda-benda lain. Dari gambar-gambar atau foto-foto tersebut anak mengamati, sehingga
anak menyerap informasi dan memperoleh sesuatu yang bernilai pembelajaran. Anak- anak yang belajar
dengan tipe ini disebut belajar visual. Mereka menyerap informasi melalui mengamati objek-objek
gambar, foto, dengan cara melihat.

2.      Belajar auditori

Diantara anak-anak usia dini ada yang belajar dengan cara auditori, artinya mereka belajar melalui
mendengarkan informasi yang diterima berupa suara, seperti komunikasi lisan, bercakap-cakap, cerita,
dongeng, dan tanya jawab. Dan biasanya anak suka mendengarkan apa yang disampaikan.
3.      Belajar kinestetik

Anak yang belajar bertipe kinestetik biasanya mereka menyerap informasi sebagai proses belajar adalah
melelui sentuhan. Anak senang menyentuh dan meraba seperti membalik-balik, membongkar dan
memasang benda-benda yang menjadi objek belajar mereka. Sentuhan itu sebagai bentuk eksplorasinya
(rasa memenuhi ingin tahunya) terhadap benda yang menjadi objek belajarnya.

Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

1.      Berorientasi pada kebutuhan anak

2.      Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain

3.      Merangsang munculnya kreativitas dan inovatif

4.      Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar

5.      Mengembangkan kecakapan hidup anak

6.      Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada dilingkungan sekitar

7.      Dilaksanakan secara bertahap dengan mengacu pada prinsip perkembangan anak

8.      Rangsangan pendidikan mencakup semua aspek perkembangan

Karakteristik anak usia dini

1.      Usia 0-1 tahun

Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat dibanding usia
selanjutnya. Berbagai karakteristik anak bayi antara lain:

a.       Mempelajari keterampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan

b.      Mempelajari keterampilan menggunakan panca indera seperti melihat atau mengamati, meraba,
mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulut

c.       Mempelajari komunikasi social

2.      Usia 2-3 tahun

Beberapa karakteristik yang dilalui anak usia 2-3 tahun antara lain:

a.       Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya

b.      Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa

c.       Anak mulai belajar mengembangkan emosi

3.      Usia 4-6 tahun


Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik antara lain:

a.       Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan

b.      Perkembangan bahasa juga semakin baik

c.       Perkembangan kognitif (daya pikir) sanagt pesat, ditunjukkan dengan rassa ingin tahu anak yang luar
biasa terhadap lingkungan sekitar

d.      Bentuk permainan anak masih bersifat individu

Aksiologi

Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral pengetahuan. Aksiologi menjawab pertanyaan-
pertanyaan model begini: untuk apa pengetahuan itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan pengetahuan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara metode pengetahuan dengan
norma-norma moral/profesional?

      Masa kanak-kanak merupakan masa emas bagi pembentukan moral. Pada masa ini, jika suatu
landasan moral yang baik telah berhasil ditanamkan, landasan moral tersebut selanjutnya akan menjadi
penuntun individu dalam bertingkah laku seumur hidupnya. Pengembangan nilai moral dan budi pekerti
pada anak menjadi sangat penting khususnya implikasinya bagi pendidikan guna menciptakan generasi
penerus bangsa yang tidak hanya maju secara intelektual namun juga kokoh dalam nilai moral dan
kepribadian yang berbudi pekerti.

      Usia dibawah lima tahun adalah usia yang paling kritis/paling menentukan dalam pembentukan
karakter dan juga kepribadian seseorang. Kalau seseorang sudah terlanjur menjadi pencuri atau
penjahat, maka pendidikan universitas bagi orang tersebut bisa dikatakan tidak berarti apa-apa.
Sebagaimana halnya sebatang pohon bambu, setelah tua susah dibengkokkan. Mendidik anak usia dini
ibarat membentuk ukiran dibatu yang tidak akan mudah hilang bahkan akan membekas selamanya.
Artinya pendidikan anak usia dini akan membekas hingga anak dewasa. Pendidikan anak usia dini ini
adalah peletak dasar bagi pendidikan anak selanjutnya. Keberhasilan pendidikan usia dini adalah peletak
dasar bagi pendidikan anak selanjutnya.

      Perkembangan nilai moral merupakan interaksi antara perkembangan psikis dan intelektual dengan
pengalaman-pengalaman pada realitas keluarga, lingkungan dan masyarakat. Kemampuan berfikir dan
bersikap akan menstimulus anak pada kemampuan menilai baik dan buruk serta salah dan benar
terhadap suatu tatanan sosial. Perkembangan moral pada anak memiliki perbedaan tersendiri pada tiap
individu berkait dengan kemampuan fisik, psikis dan kognitifnya serta keberadaan lingkungan di mana
remaja tumbuh. Seorang anak yang berkembang pada lingkungan kondusif (lingkungan santri, terdidik,
daerah aman, strata sosial baik) serta kemampuan fisik, psikis, dan kognitif yang baik akan memiliki
standar nilai moral yang cukup tinggi, sebaliknya anak yang tumbuh pada lingkungan yang kurang
kondusif (daerah kriminal, lokalisasi, daerah perjudian, lingkungan kumuh, dan lain-lain) serta aspek
fisik, psikis dan intelektual rendah juga akan memiliki standar nilai moral yang rendah pula.

            Hal yang perlu dipahami bahwa perkembangan nilai moral akan selalu terkait erat dengan budi
pekerti. Karena nilai-nilai yang terkandung dalam pesan moral adalah pembentuk budi pekerti secara
keseluruhan.           
Tolok ukur keberhasilan penanaman moral. Keberhasilan dalam mendidik moral anak adalah ketika
anak melakukan tindakan moral atas inisiatifnya sendiri dan tanpa pengawasan.

BAB III
3.1  Kesimpulan

            Pendidikan anak usia dini merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang secara khusus
memperhatikan, menelaah dan mengembangkan berbagai interaksi edukatif antara anak usia dini
dengan pendidik untuk mencapai tumbuh kembang potensi anak secara optimal.

            Sebagai rumpun keilmuan, pendidikan anak usia dini memiliki kerangka ontologis, epistimologis,
dan aksiologis yang merupakan dasar suatu ilmu. Kerangka ontologis pendidikan anak usia dini
mencakup berbagai interaksi edukatif pada wilayah situasi pendidikan (keluarga, masyarakat, sekolah).
Kajian ontologis ini memberikan keluasan wilayah terapan dan pengembangan ilmu pendidikan anak
usia dini sehingga akan memiliki nilai guna (aksiologis) yang luas untuk berbagai kepentingan dan tujuan.

            Pendidikan anak usia dini secara akademik dan praktis dapat dipelajari, ditelaah, dan diterapkan
serta dikembangkan dalam seting keluarga. Interaksi edukatif antara anak usia dini dengan orang
dewasa dalam keluarga merupakan salah satu bentuk kajian khusus yang memberikan gambaran
tentang isi dan proses pendidikan yang dapat diterapkan dan dikembangkan dalam seting keluarga. Nilai
aksiologis dari gambaran isi dan proses pendidikan anak usia dini dalam keluarga dapat dijadikan
panduan dan perbandingan bagi orang tua maupun calon orang tua untuk membimbing dan membina
tumbuh kembang anak secara optimal dalam lingkungan keluarga.

Dari sudut epistimologi, kajian tentang metodologi pembelajaran anak usia dini telah
dikembangkan dengan acuan filosofis, pendekatan dan model yang beraneka ragam, termasuk
didalamnya adalah kajian tentang model kurikulum untuk anak usia dini. Sesuai dengan kerangka
landasar filsafat, kurikulum anak usia dini secara garis besar dikelompokan dalam tiga model.
Pendekatan pertama dilakukan dengan model proses pematangan (maturitional models). Pendekatan
kedua dikenal dengan model tingkah laku-lingkungan. Pendekatan ketiga dilakukan dengan
menggunakan model interaksi.

      3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini semoga dapat memberikan manfaat, informasi, dan ilmu serta semua pihak
bisa memahami hubungan antara ontologi, epistemologi, dan aksiologi terhadap kajian Pendidikan Anak
Usia Dini.

Daftar Pustaka
Amsal Bachtiar. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta : Rajawali Pers
Surajiyo. 2009. Filsafat Ilmu dan Pengembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara

Rita Kurnia. 2010. Program Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Pekanbaru : Cendikia

      Insani

Arief Sidharta. 2008. Apakah Filsafat dan Filsafat Ilmu itu? Bandung : Pustaka Sutra

Wilson. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai