Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH AGAMA KRISTEN

ETIKET KRISTEN DAN KEJATUHAN MANUSIA KE DALAM DOSA

OLEH:
1. DARLI MURIB
2. FEBBIYANTI YOFANGKA D
3. HOTRIA MAYESI PAKPAHAN
4. INNEKE DWI CLAUDYA GALINGGING
5. JOSUA NAIKTUA SIMANJUNTAK
6. JULIO WILLIAM SIREGAR
7. RIMA MELATI KARO-KARO
8. ROMENSIUS ANGGI A. W SIALLAGAN
9. SHECY GABRILEA L.TOBING
10. TAMARA FRANCESCA
11. YAE LIA SOHNI SODIPTA LASE
12. YEREMIAS SIHOTANG

BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus, atas berkat limpahan karunia nikmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Etiket Kristen dan Kejatuhan Manusia
ke Dalam Dosa’ dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Kristen yang diampu oleh Pendeta Ardikal Bali, MA, M.Th.
dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas partisipasinya dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis juga berharap makalah ini dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca
kelak. Penulis juga ingin memintaa maaf apabila terdapat kesalahan baik dalam kebahasaan
maupun sistematika penulisannya.

Pekanbaru, 28 September 2018


Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................... 1

BAB II ISI ..................................................................................................................... 2

2.1 ETIKA KRISTEN ........................................................................................... 2

2.1.1 Etika Perjanjian Lama .................................................................................. 2

2.1.2 Etika Perjanjian Baru ................................................................................... 5

2.1.3 Etika Gereja Mula-Mula ............................................................................. 7

2.1.4 Etika Protestan ............................................................................................. 10

2.2 KEJATUHAN MANUSIA KE DALAM DOSA ........................................... 10

2.2.1 Penciptaan Adam dan Hawa ........................................................................ 10

2.2.2 Kejatuhan Manusia ke Dalam Dosa ............................................................. 11

2.2.3 Bagaimana Setelah Kejatuhan Itu? .............................................................. 13

2.2.4 Kutukan, Permusuhan, dan Keturunan Yang Dimaksud ............................. 14

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 23

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penulisan makalah ini agar mahasiswa Pendidikan Agama Kristen dapat memahami

dan menghayati pengertian Etika Kristen dan Awal Mula Kejatuhan Manusia ke Dalam

Dosa, melalui pemahaman dan penghayatan tersebut diharapkan mahasiswa dapat

berperilaku sesuai dengan norma-norma yang sesuai dengan ajaran Kristen.

Etika kristen sebagai ilmu mempunyai fungsi dan misi yang khusus dalam hidup manusia

yakni petunjuk dan penuntun tentang bagaimana manusia pribadi dan kelompok harus

mengambil keputusan tentang apa yang seharusnya berdasarkan kehendak dan Firman

Tuhan. Etika kristen adalah ilmu yang meneliti, menilai dan mengatur tabiat dan tingkah

laku manusia dengan memakai norma kehendak dan perintah Allah sebagaimana

dinyatakan dalam Yesus Kristus.

Pada saat ini, kejatuhan manusia begitu banyak diberitakan. Kejatuhan manusia ini

dapat terlihat dari menurunnya moralitas yang dimilikinya, kita dapat terlihat dari

menurunnya moralitas yang dimilikinya, kita dapat melihat berita pembunuhan,

pemerkosaan penculikan, perzinahan, dan lain sebagainya. Kejatuhan manusia pada saat

ini dapat disebabkan oleh acara televisi, media cetak, internet, dan lingkungan sosial

yang buruk.

1
BAB II
ISI

2.1 ETIKA KRISTEN

Etika Kristen (Yunani: ethos, berarti kebiasaan, adat) adalah suatu cabang

ilmu teologi yang membahas masalah tentang apa yang baik dari sudut

pandang Kekristenan. Apabila dilihat dari sudut pandang Hukum Taurat dan Injil,

maka etika Kristen adalah segala sesuatu yang dikehendaki oleh Allah dan itulah

yang baik. Dengan demikian, maka etika Kristen merupakan satu tindakan yang bila

diukur secara moral baik. Saat ini, permasalahan yang dihadapi etika Kristen ialah

kehendak Allah dari manusia yang diciptakan menurut gambarNya, serta sikap

manusia terhadap kehendak Allah itu.

2.1.1 Etika Perjanjian Lama

Titik tolok etika Perjanjian Lama adalah anugerah Allah terhadap umatnya dan

tuntutan perintahnya yang terikat pada tindakannya demi keselamatan umat

manusia. Oleh karena itu, bentuk etika Perjanjian Lama berkisar pada tindakan Allah

dalam sejarah umatnya dan juga yang menuntut respon yang serasi. Hal ini juga

menyebabkan konsep etika Perjanjian Lama selaras dengan sebuah etika yang

dinamakan etika teonom yang berlandaskan hubungan antara Allah dan

umatnya. Sesuai dengan konsep ini, maka dasar etika Perjanjian Lama dapat disoroti

dari empat sisi. Pertama, menanggapi perbuatan Allah dimana bangsa Israel harus

memiliki dorongan untuk mengarah pada kelakuan etis dalam wujud tanggapan akan

tindakan-tindakan Allah dalam sejarah kehidupan mereka. Kedua, mengikuti teladan

Allah, dimana bangsa Israel wajib untuk memperlihatkan sifat Allah melalui

kelakuan mereka. Ketiga, hidup dibawah pemerintahan Allah, maksudnya adalah

2
kedaulatan dan kewibawaan Allah sebagai Raja ilahi yang karenanya manusia harus

tunduk sebagai makhluk ciptaan dan hamba. Keempat adalah menaati perintah Allah.

a. Anugerah Allah Dalam Penciptaan

Etika Perjanjian Lama pada dasarnya tidak dapat terlepas dari moralitas manusia

pertama. Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang istimewa, yaitu sebagai

gambar Allah, dalam bahasa Ibrani disebut tselem dan dalam bahasa

Latin disebut Imago Dei. Tidak hanya itu saja, manusia yang diciptakan Allah juga

memiliki kesamaan moral dengan Allah yang maha suci, hal itu terjadi pada

waktu Adam dan Hawa belum jatuh ke dalam dosa. Manusia yang telah diciptakan

Allah selanjutnya merupakan makhluk moral yang diberi kemampuan memilih apa

yang akan dilakukannya, apakah akan mematuhi perintah-perintah Allah atau malah

menentangnya. Hal ini terjadi karena manusia adalah pribadi bebas yang juga

memiliki kehendak bebas. Namun, kehendak bebas haruslah disertai dengan

tanggung jawab. Pada waktu Adam dan Hawa telah diciptakan, Allah memberikan

sebuah perintah kepada Adam yaitu berupa larangan untuk memetik dan memakan

buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat yang berada dalam taman

Eden. Namun, perintah dari Allah tidak dihiraukan oleh Adam dan Hawa dan mereka

mengambil sebuah keputusan etis yaitu dengan memetik dan memakan buah

tersebut. Ketika Allah mengetahui perbuatan tersebut ada sebuah tindakan yang

dilakukan oleh Allah dan hal ini merupakan ethos Allah (ethos:sikap dasar dalam

berbuat sesuatu). Tindakan Allah ini merupakan inisiatif dari Allah sendiri yang

mencerminkan sikap kasihNya pada manusia, terdapat dua hal yang dilakukan Allah:

1. Ketika manusia pertama jatuh ke dalam dosa yang kemudian telanjang dan merasa

malu dan bersembunyi di antara pohon-pohon dalam taman, Allah mencarinya dan

lebih dahulu menyapanya, dimanakah engkau?(Kej 3:9).

3
2. Untuk menutupi ketelanjangan manusia, Allah membuatkan pakaian dari kulit

binatang, lalu mengenakannya pada kedua manusia berdosa,Adam dan istrinya

Hawa (Kej 3:21).

Ethos yang ditunjukkan Allah telah menunjukkan bahwa Allah mau merendahkan

diriNya dan memperlihatkan sikap kasihnya kepada manusia berdosa. Namun, sikap

dan respon manusia terhadap kebaikan Allah justru semakin meningkatkan

perbuatan dosanya. Hal ini dapat terlihat pada anak Adam yaitu Kain yang begitu

tega dan kejam membunuh adiknya Habel, hanya karena iri terhadap

soal persembahan. Tidak hanya itu saja, ketika manusia bertambah banyak,

perbuatannya semakin dipenuhi kejahatan, sampai Tuhan menyesal telah

menciptakan manusia (Kej 6:5-6).

b. Hukum Taurat

Istilah Taurat berasal dari bahasa Ibrani yaitu torah yang artinya ajaran. Asal kata

torah ada hubungannya dengan kata kerja hora yang memiliki arti memimpin,

mengajar, mendidik, dan juga sering diterjemahkan dengan istilah pengajaran. Istilah

torah diartikan pengajaran tetapi bisa juga diartikan hukum yang berasal dari

kata yarah yang artinya mengarahkan atau mengajar. Kata tora kemudian juga

dipakai untuk menyebutkan Pentateuch (yakni kelima kitab pertama yang ada dalam

Alkitab).

Hukum Taurat Musa yang tertulis dalam kelima kitabnya, dapat dibagi dalam tiga

kelompok, yaitu:

1. Hukum Moral yang membicarakan peraturan-peraturan Allah bagi umat Israel untuk

hidup kudus, mengasihi Allah dan mengasihi sesama yang prinsip dasarnya tertulis

dalam sepuluh perintah Tuhan (Kel 20:1-17).

4
2. Hukum Perdata atau Hukum Sosial yang membicarakan serta membahas kehidupan

hukum dan sosial kemasyarakatan bangsa Israel (Kel 21:1-23:33).

3. Hukum Peribadatan yang membicarakan bentuk dan upacara penyembahan umat

Israel kepada Tuhan, juga mengenai sistem pesembahan korban dan kehidupan

keagamaan (Kel 24:12-31:18).

2.1.2 Etika Perjanjian Baru

Etika Perjanjian Baru adalah sebuah petunjuk-petunjuk sikap dan kelakuan orang-

orang Kristen. Oleh karena itu, etika Perjanjian Baru saling terkait dengan kelakuan

orang-orang Kristen yang pertama dan dengan kehidupan mereka sehari-hari.

a. Ajaran Etik Yesus

Ajaran etik Yesus Kristus di antaranya terdapat dalam Injil-injil sinoptis (Matius,

Markus, Lukas), salah satu ajaran tersebut adalah khotbah di bukit (Mat 5-7; Luk

6:20-49). Dalam khotbah di bukit, Yesus mempermasalahkan etik orang farisi yang

sangat berpegang teguh pada pelaksanaan hukum taurat tetapi tidak mengarah

kepada kegenapan hukum taurat dan kitab para nabi. Dalam hal ini Yesus

mengatakan bahwa "jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup

keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan

masuk ke dalam kerajaan surga" (Mat 5:20) karena Kerajaan Allah sudah dekat

kepadamu (Luk 10:9.

Selain itu, ajaran etik Yesus juga meminta kepada manusia untuk menjadi seorang

manusia yang bersifat ilahi. Kata ilahi ini memiliki arti menjadi seseorang yang lebih

baik dari yang lain. Sebagai contoh, Yesus mengajarkan "Janganlah kamu melawan

orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun menampar pipi kananmu,

berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan

engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa yang

5
menyuruh engkau berjalan berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh

dua mil. (Matius 5;39-41).

b. Yesus dan Hukum Taurat

Pada zaman Yesus, terdapat orang Farisi yang menganggap isi taurat sebagai

sejumlah tuntutan dan larangan yang harus dipatuhi. Semua peraturan itu

berjumlah 613. Masing-masing peraturan ditambah dengan sejumlah petunjuk-

petunjuk dan nasihat-nasihat yang menentukan situasi dan waktu di mana peraturan

tersebut harus dilaksanakan. Petunjuk dan nasihat yang ditambahkan berfungsi

sebagai pagar keliling taurat dan dikenal dengan sebutan halakha (=jalan). Halakha

merupakan penjelasan taurat tetapi sekaligus juga hukum adat yang berdasarkan

taurat. Oleh karena tindakan yang dilakukan orang Farisi, maka ada sebuah sikap etis

yang dilakukan oleh Yesus yang terdapat dalam keempat Injil. Sikap Yesus terhadap

hukum Taurat juga berhubungan dengan pengajaran-pengajaran yang Ia

lakukan. Salah satu sikap yang ditunjukkan Yesus tedapat dalam Matius 5:17,

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat

atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk

menggenapinya". Maksud dari kata menggenapi adalah memenuhi atau

menyempurnakan. Namun muncul pertanyaan bagaimana cara Yesus untuk

menggenapi hukum Taurat itu?

1. Yesus mensyaratkan sesuatu yang lebih mendasar daripada hukum Taurat. Yesus

dengan segenap hatiNya tunduk kepada tuntutan-tuntutan Hukum Taurat, kerena

menurutNya tiada kehendak yang berlaku kecuali kehendak Bapa yang dinyatakan

dalam Hukum Taurat. Dengan kata lain Yesus tidak mengartikan kehendak Allah

atas dasar hukum taurat melainkan hukum taurat atas dasar kehendak Allah. Sebagai

contoh Markus 2:23-28, "Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang

6
gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka

kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang

tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum

pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang

mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah

Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu yang

tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam dan memberinya juga kepada

pengikut-pengikut. Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk

manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan

atas hari Sabat."

2. Yesus bertindak dengan wibawa terhadap hukum taurat. Sebagai contoh, dalam

hukum Taurat (Imamat 11-15) dikatakan mengenai peraturan tentang hal

yang tahir dan hal yang najis, tentang makanan yang halal dan yang haram, tetapi

Yesus mmengatakan bahwa apa yang masuk ke dalam tubuh seseorang tidak dapat

menajiskannya tetapi apa yang keluar dari tubuh tersebut itulah yang

menajiskannya. Dengan demikian Yesus ingin mengatakan bahwa semua makanan

halal (Mark 7:15,19).

2.1.3 Etika Gereja Mula-Mula

Pada masa patristik (zaman para Bapa Gereja), perkembangan etika dipengaruhi oleh

keadaan ekonomi dimana hak milik pribadi dan hak milik bersama selalu

diperdebatkan dan menjadi masalah yang cukup besar. Oleh karena permasalahan

ini, muncul pendapat dari beberapa Bapa Gereja, yaitu St Klemens dari Roma,

St Ignatius dari Antiokhia, dan St Agustinus.

a. Klemens dari Roma

7
Santo Klemens dari Roma (Paus Klemens I) adalah orang yang disebut

oleh Paulus sebagai sahabat yang setia dalam perjuangan pemberitaan Injil (Flp

4:3). Klemens dikenal karena ia memiliki hubungan dengan surat Paulus kepada

jemaat di Korintus. Pada saat di Korintus, terjadi kericuhan yaitu presbiter yang tua

dipecat oleh presbiter yang muda. Klemens menasihatkan kepada jemaat agar

mereka hidup dalam persekutuan yang rukun, dalam kasih, rendah hati, dan hidup

suci meniru teladan Kristus, terutama teladan Paulus dan Petrus. Ia meminta supaya

presbiter yang telah dipecat dipulihkan kedudukannya serta jemaat menghormati

pemimpin-pemimpinnya. Klemens menyatakan bahwa Tuhan Allah membenci

kekacauan, Allah menghendaki ketertiban. Dalam pandangan teologinya, Klemens

mengikuti teologi Paulus terutama mengenai pembenaran oleh iman. Ia mengatakan

bahwa semua orang besar dan mulia bukan karena diri mereka sendiri atau pun oleh

pekerjaan mereka, tetapi karena kehendak Allah.

Dalam pemikiran Klemens tentang etika, ia menyatakan bahwa sikap hidup jemaat

mula-mula seharusnya tidak terfokus pada materi. Hal ini ia katakan untuk

menentang pengajaran kaum gnostik yang menganggap tingkat kekayaan dapat

dijadikan tolak ukur atau menentukan tingkat kehidupan sesorang. Permasalahan

moral mengenai kekayaan, Klemens tuliskan dalam sebuah tulisannya yang

berjudul Who Is The Rich Man That Shall Be Saved? Tulisan Klemens ini mencoba

untuk menyelidiki maksud dari cerita mengenai orang kaya sukar masuk kerajaan

Allah (Markus 10:17-27). Menurut Klemens, tidak ada masalah mengenai kekayaan,

yang menjadi masalah sebenarnya adalah sikap kita terhadap kekayaan.

b. Ignatius dari Antiokhia

Santo Ignatius dari Antiokhia adalah seorang yang berasal dari Siria. Ia dilahirkan

sekitar tahun 35. Sebelum menjadi kristen, ia adalah seorang kafir yang diduga turut

8
menganiaya orang Kristen. Menurut tradisi, Ignatius adalah uskup

dari Antiokhia yang merupakan murid dari rasul Yohanes. Ia hidup pada masa

pemerintahan kaisar Trajanus. Pada masa itu, kaisar sempat mengunjungi Antiokhia

dan mengancam orang-orang disana untuk mau mempersembahkan kurban kepada

dewa-dewa, namun apabila ada yang tidak melakukan hal ini, maka ia akan dihukum

mati. Perintah kaisar ini tidak didengarkan oleh Ignatius, ia tetap mempertahankan

imannya dan menolak mempersembahkan korban kepada dewa-dewa karena ia tidak

mau menyangkal Yesus. Oleh karena tindakannya ini, Ignatius dijatuhi hukuman

mati dengan dibuang ke dalam Koloseum di Roma untuk menjadi mangsa singa-

singa.

Menurut pendapat Ignatius, permasalahan etika yang muncul pada masa gereja mula-

mula adalah banyaknya orang yang tidak memperhatikan tentang kasih. Menurutnya,

orang kaya tidak memperhatikan janda-janda, orang-orang yang ada dipenjara,

orang-orang yang lapar maupun orang-orang yang haus.

c. Agustinus dari Hippo

St. Agustinus dari Hippo dikenal sebagai pelawan penyesat-penyesat yang

gigih. Dalam perlawanannya dengan Donatisme menyebabkan ia menguraikan

pandangannya tentang gereja dan sakramen. Pemikiran etis Agustinus terkhusus

mengenai seksualitas dan materi. Pemikiran etis Agustinus mengenai seksualitas

diawali dengan pemahaman etika individu dan sosialnya mengenai pertikaian

kebaikan (virtue). Menurut Agustinus, kebaikan akan memimpin orang ke dalam

hidup yang bahagia dan kehidupan bahagia ini didapatkan oleh tiap orang melalui

cinta kasih yang sempurna dari Allah. Agustinus juga menyatakan bahwa baik atau

buruknya moral seseorang ditentukan dari cintanya terhadap orang

lain. Permasalahan mengenai materi, bagi Agustinus kekayaan bukanlah hal yang

9
salah. Jika kekayaan itu dipergunakan untuk memuliakan Allah, maka hal itu adalah

hal yang baik. Namun, apabila motivasi kita menyembah Allah hanya untuk

kekayaan, maka itulah yang salah.

2.1.4 Etika Protestan

Dalam abad pertengahan, hal-hal yang berhubungan dengan etika diterangkan dalam

kumpulan-kumpulan tulisan yang disebut kitab-kitab pengakuan dosa. Tokoh-tokoh

yang berperan pada saat itu antara lain Luther, Calvin, Zwingli, dan Beza. Tokoh-

tokoh ini seringkali menuliskan tulisan tentang permasalahan etika yang saat itu

muncul seperti masalah kesusilaan, masalah perang, etika politik, etika jabatan, serta

tentang pengajaran iman yang terdapat dalam hukum taurat.

Salah satu tokoh dalam perkembangan etika abad 20 adalah Reinhold

Niebuhr. Niebuhr memberikan sebuah ajaran etis mengenai dosa asal atau dosa

warisan. Ia berpendapat bahwa dosa warisan itu adalah sifat universal manusia yang

cenderung memilih untuk berdosa. Hal itu dikarenakan manusia kekurangan

kebebasan dalam mengambil keputusan yang bermoral. Selain itu, Karl Barth juga

memberikan pandangannya mengenai etika, ia menyatakan etika bersumber dari

kasih karunia Tuhan yang ditunjukkan melalui Yesus Kristus. Oleh karena itu

manusia tidak dapat menghindar dari keputusan bebas dari kasih Allah yang

meletakkan Yesus Kristus ke dalam hubungan dengan manusia.

2.2 KEJATUHAN MANUSIA KE DALAM DOSA

2.2.1 Penciptaan Adam dan Hawa

Adam dan Hawa sebenarnya tidak diciptakan pada waktu yang sama. Di mana

Adam diciptakan pada Hari Ke-6 tetapi lebih dulu (sebab tidak dijelaskan pula

kapan pastinya/hari ke berapa Hawa diciptakan), namun penciptaan Adam

(Manusia) didahului dulu dengan penciptaan hewan darat (mamalia). Kenapa

10
hewan darat tidak diciptakan juga pada hari ke-5 sebagaimana binatang laut dan

udara? Para penafsir yang lebih tua menjelaskan atas dasar persamaan kedua

kelompok tersebut, sirip tampak seperti sayap. Namun, mungkin disebabkan karena

kenyataan bahwa Penciptaan berlangsung dari yang lebih rendah kepada yang lebih

tinggi; ikan dan burung menempati tempat yang lebih rendah pada skala kehidupan

dibanding binatang-binatang darat, khususnya mamalia. Mengapa penciptaan

binatang-binatang darat dan manusia terjadi pada hari yang sama? Sebagian

penafsir menjelaskan bahwa wujud manusia, rupa jasmanianya, berasal dari bumi

sama dengan binatang (sama-sama dari tanah).

Adam diciptakan dari debu tanah. Sedangkan Hawa diciptakan dan merupakan

bagian dari tulang rusuk Adam, yaitu ketika Elohim menidurkan Adam, Ia

mengambil salah satu dari tulang rusuk Adam dan menutupinya dengan daging lalu

menciptakan Hawa (Kej. 2). Kenapa harus dari tulang rusuk? Karena Tuhan

menghendaki laki-laki dan perempuan berada dalam posisi yang setaraf. Tidak pada

bagian kaki, karena Tuhan tidak menghendaki wanita untuk menjadi injakan laki-

laki, tidak pula dari bagian kepala karena Tuhan betul-betul ingin membuat posisi

yang sepadan antara kedua insan tersebut. Dikatakan lagi, bahwa keduanya

telanjang (tidak berpakaian) tetapi mereka tidak malu/sebelum jatuh ke dalam dosa.

(Kej. 2:25)

2.2.2 Kejatuhan Manusia ke Dalam Dosa

Kejatuhan manusia ke dalam dosa disebabkan atas ketidak-taatan mereka kepada

Tuhan. Manusia merupakan wakil Tuhan di bumi, sebab mereka diciptakan

menurut gambar dan rupa Elohim, yang berarti bahwa manusia itu mewarisi

"kemuliaan" dari Tuhan sehingga manusia memiliki kekuasaan terhadap makhluk

11
lain di bumi, dan juga memiliki "inisiatif sendiri" untuk bertindak taat atau tidak

taat. Sebab kehidupan ini tidaklah di dramalisir oleh Tuhan.

Salah satu yang dilakukan oleh Tuhan adalah menguji ketaatan mereka, yaitu

dengan cara melarang memakan "Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang

Jahat". Di mana di sini-lah Tuhan menguji untuk mengetahui apakah mahluk yang

diciptakan istimewa ini mampu untuk hidup setia atau tidak. Namun ada pula yang

menafsirkan bahwa tujuan Tuhan melarang mereka memakan buah itu adalah

sebagai bagian dari rencana Tuhan, di mana melalui kejatuhan manusia ke dalam

dosa, Tuhan ingin menjalankan misi-Nya untuk membinasakan Iblis, sebab melalui

kematian Kristus di kayu salib adalah cara Elohim untuk membinasakan "ciptaan-

Nya yang lama" atau yang ada dalam dimensi roh/kekekalan. Sebab sebagian dari

para Malaikat juga turut melakukan pemberontakan dan Mantan Malaikat (yang

kemudian disebut Iblis) ini ingin membentuk suatu komuni dengan ciptaan Tuhan

yang lain, yaitu manusia.

Sedangkan menurut penafsir lainnya lagi berpendapat bahwa Manusia Adam

memang diciptakan dalam kondisi fisik langsung dewasa, akan tetapi

pemahamannya masih dalam "akil baligh" sehingga sebenarnya Manusia masih

harus lebih disempurnakan lagi dan kesempurnaan itu hanya dapat diterima melalui

"pengurapan" (Yesus Kristus), yang mana kalau saja Adam dan Hawa tidak

melanggar titah Tuhan maka dapat dipastikan bahwa Tuhan akan menyempurnakan

mereka lebih lagi dan ada pun "buah pengetahuan" itu hanya dilarang untuk

sementara waktu sampai tiba pengurapan itu (menuju kedewasaan rohani), dasar

ayat pendukung tafsir ini adalah: 1 Petrus 1:20, “Ia telah dipilih sebelum dunia

dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir”.

12
Camkan, "TETAPI KARENA KAMU IA BARU MENYATAKAN DIRI PADA

AKHIR ZAMAN".

Penafsir berpendapat, bahwa "Kamu" yang dimaksud adalah Adam. Dan mungkin

saja pasca diizinkan-Nya mereka memakan "buah pengetahuan" itu, Tuhan akan

menjelaskan tentang apa yang baik dan apa yang jahat. Sebab untuk semacam

Adam yang merupakan "Brand New" dan masih lugu, polos dan lain sebagainya,

nampaknya kalau Tuhan menjelaskan soal kematian, soal iblis, soal

pemberontakan, dan lain sebagainya kepada mereka maka bisa jadi Adam dan

Hawa akan terbengong-bengong, tidak memahami apa yang dimaksud Tuhan,

sehingga Tuhan harus mengurapi mereka dengan pengertian lebih dulu. Tidak

dijelaskan pula kapan pastinya Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. (alias pada

hari ke berapa setelah penciptaan manusia)

Lepas dari semua aliran penafsir, intinya kejatuhan manusia telah membuat Tuhan

murka dan pada akhirnya Adam dan Hawa harus minggat dan diusir dari Taman

Eden tersebut.

2.2.3 Bagaimana Setelah Kejatuhan Itu?

"Konsekuensi Dosa" adalah "Kematian" (tepatnya di sini adalah: Kematian

Rohani), hidup dalam ketelanjangan (dosa). Setelah manusia itu jatuh ke dalam

dosa, mereka memandang diri mereka telanjang, merasa malu, kemudian berusaha

(mencari cara) untuk menutupi ketelanjangan itu dengan mengambil pohon cawat

lalu menjadikannya pakaian. Hal itulah yang telah dialami oleh Adam dan Hawa,

di mana mereka memilih lebih percaya kepada ular (yang disebut Iblis) untuk

berontak melawan aturan TUHAN. Bahwa "Kapan saja manusia memakan "buah

pengetahuan" itu, maka PASTI-lah mereka akan MATI."

13
Kematian ini menyebabkan mereka kehilangan keselamatan (hubungan rohani) itu.

Sebab sekali TUHAN berjanji Ia tidak pernah dan tidak akan pernah melalaikannya.

Tetapi satu hal, Tuhan berani berkorban atas manusia, di mana Tuhan kemudian

membuatkan mereka pakaian yang layak guna menutupi akibat dosa itu. Nampak

sejak awal anugerah keselamatan telah diterima dari Tuhan.

2.2.4 Kutukan, Permusuhan dan Keturunan Yang Dimaksud

a. Kutukan

Ketika TUHAN melihat Manusia telah jatuh ke dalam dosa, Tuhan mencari tau

siapa akar dari semua ini dan didapatilah Ular sebagai pelaku yang memperdaya

sehingga manusia itu melakukan dosa. Sehingga Kutukan pertama dimenangkan

oleh Ular, di mana ular pada akhirnya menerima kutukan berikut:

 Kejadian 3:14, IBLIS; Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu:

"Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak

dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar

dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.

Tidak dijelaskan wujud ular sebelumnya, namun beberapa penafsir berpendapat

bahwa ular (yang sebenarnya) pun telah terperdaya, di mana Iblis memakai

kemolekan, kecantikan, dan warna nan indah (emas) yang dimiliki oleh

"binatang ini" sehingga mampu untuk memikat dan menjerumuskan Hawa jatuh

ke dalam dosa.

 Kejadian 3:16, PEREMPUAN; Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah

payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan

engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu

dan ia akan berkuasa atasmu."

 Kejadian 3:, MANUSIA;

14
17. Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan

perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan

kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau;

dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur

hidupmu:

18. semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-

tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;

19. dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali

lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan

engkau akan kembali menjadi debu."

b. Permusuhan dan Keturunan Yang dimaksud

Oleh karena "konsekuensi dosa" adalah MATI. Maka TUHAN harus membuat

"suatu cara" agar keselamatan "tetap" digapai. TUHAN telah berfirman,

 Kejadian 3:15, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan

perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan

meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Camkan, kekudusan TUHAN tidak dapat menerima dosa dari manusia.

Sehingga Tuhan harus mengadakan "permusuhan" -- di mana ada "batas

pemisah", bandingkan dengan bagian dalam Tabernakel, di mana ada

sebuah "batas pemisah" (kelambu, tirai, tabir) yang memisahkan antara

Tempat Kudus dan Tempat Yang Mahakudus.

Permusuhan itu antara keturunan (bangsa) ular dan keturunan Manusia,

sampai pada akhirnya "Keturunan manusia" (yang akan datang, akhirnya

Yesus Kristus) MEREMUKKAN KEPALA ULAR (mengalahkan total)

15
dan ULAR AKAN MEREMUKKAN JUGA TUMITNYA (INGAT SALIB

KRISTUS).

Nampak sejak semula manusia hidup dalam anugerah dari TUHAN.

Buktinya, ketika manusia jatuh ke dalam DOSA, TUHAN tidak

memusnahkan mereka lalu MEMBUAT LAGI MANUSIA YANG BARU.

TUHAN memang berkuasa atas itu (DAN SANGAT MUDAH UNTUK-

NYA) tetapi KEKUASAAN TUHAN tidaklah lakukan dengan SEMENA-

MENA. Jadi sangat jelas, sudah sejak awal kita hidup dalam ANUGERAH

(Karena MANUSIA (yaitu Adam) masih diberi KESEMPATAN untuk

TIDAK DIBINASAKAN). Tetapi KONSEKUENSI LAIN yang telah

manusia terima adalah mereka telah terlanjur MENYERAHKAN DIRI

kepada IBLIS, karena memilih LEBIH MENDENGARKAN perkataan Iblis

tersebut. Oleh karena itu ANUGERAH YANG KITA TERIMA belum

sepenuhnya (belum sempurna). Melainkan ANUGERAH dari

PENGORBANAN (KETURUNAN YANG DI MAKSUD, yaitu YESUS

KRISTUS) itulah yang MENYEMPURNAKAN anugerah dari TUHAN, di

mana kita TELAH DITEBUS dari CARA HIDUP KITA YANG LAMA

(PENYERAHAN DIRI KEPADA IBLIS) menjadi MILIK TUHAN

SEUTUHNYA.

YESUS adalah ADAM KE-2 (DAN JUGA YANG TERAKHIR), sehingga

SAMA SEPERTI oleh karena SATU ORANG manusia jatuh ke dalam

DOSA demikian pula oleh SATU ORANG INI manusia TELAH

DISELAMATKAN.

 Roma 5:15, “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam.

Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam

16
kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang

dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus”.

MELALUI KEMATIAN Yesus Kristus, TABIR PEMISAH ITU telah

DIROBOHKAN, sebagai TANDA bahwa TIDAK ADA LAGI PEMISAH

antara MANUSIA dengan TUHAN. Sebab KRISTUS adalah

KEGENAPAN ANUGERAH itu di mana melalui keselamatan-Nya

manusia telah DIDAMAIKAN dengan TUHAN,

 Matius 27:51, “Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke

bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah”,

 Ibrani 10,

19. Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian

dapat masuk ke dalam tempat kudus,

20. karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita

melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,

Jadi untuk semacam KEKUDUSAN bagi TUHAN, harus ada GANTI atas

KESALAHAN itu. Di mana nyawa GANTI nyawa, demikian pula yang di

lakukan oleh ORANG ISRAEL (PERJANJIAN LAMA/HUKUM

TAURAT), menyerahkan KORBAN PENEBUSAN DOSA mereka dengan

hewan ternak (yang tidak setimpal, hanya sementara waktu), oleh karena itu

KESELAMATAN semacam itu (dengan persembahan HEWAN) yang terus

menerus dilakukan merupakan KESELAMATAN YANG TIDAK

SEMPURNA,

 Ibrani 10:1, “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari

keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu

sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-

17
menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan

mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya”.

Dan kemudian dapat Anda baca ayat-ayat selanjutnya di mana

KESELAMATAN DARI KRISTUS merupakan KEGENAPAN (WUJUD,

HAKEKAT) KESELAMATAN itu.

c. Pengorbanan Tuhan Yang Pertama!

Ketika Manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan memang marah, bahkan

mengutuk mereka. Tetapi satu hal yang Tuhan tidak lakukan yaitu:

Membinasakan Adam dan Hawa. Padahal kalau dipikir-pikir, sangatlah

mudah bagi Elohim untuk bertindak demikian. Memusnahkan Adam lalu

menciptakan lagi yang baru.

Tuhan memang mengetahui jauh di depan (pra-knowledge), tetapi pra-

knowledge-Nya itu tidak Tuhan lakukan untuk mencegah Adam dan Hawa

melakukan dosa, sebab semuanya kembali kepada pilihan dari masing-

masing manusia, karena hidup ini senantiasa tidak dikarang-karang oleh

Tuhan. Pasca kejatuhan Manusia ke dalam dosa, Tuhan tidak mengusir

manusia begitu saja, melainkan Tuhan mau "merepotkan diri" untuk

membuatkan mereka baju dari kulit binatang untuk mengganti baju cawat

yang mereka "buat sendiri". Pertanyaannya, kenapa Elohim harus bersusah-

payah membuatkan mereka pakaian (ada metode dan proses), bukankah

kekuatan Elohim itu bak sihir yang simsalabim maka jadilah baju tanpa harus

bersusah-payah??? Nah, disinilah kita melihat Kasih Elohim yang begitu

besar, walaupun manusia itu telah jatuh ke dalam dosa namun Elohim tetaplah

mengasihi mereka, tetapi kekudusan Elohim tetap tidak bisa menerima dosa

secuit apa pun sehingga akhirnya mereka harus terusir dari Taman Eden

18
tersebut. Makna yang kita dapat, bahwa untuk menutupi (menanggung)

kesalahan dan dosa, manusia tidak dapat mengandalkan dirinya. Nampak

sejak awal Tuhan mengatakan bahwa keselamatan itu hanya berasal dari

tangan-Nya sendiri. Sebab "dosa" tidaklah dapat digantikan dengan sesuatu

materi (pahala). Sama seperti kasus kejahatan, pelaku kejahatan akan tetap

menerima hukumannya walau pun ia telah mendermakan ratusan rumah

ibadah. Dalam Hukum ada dua macam delik. Ada delik aduan dan ada juga

delik biasa. Delik aduan, misalkan pencemaran nama baik, perbuatan tidak

menyenangkan, penggelapan dalam lingkup keluarga. Sedangkan delik biasa,

misalkan pencurian, pembunuhan, penggelapan. Delik aduan ini laporannya

bisa ditarik. Delik biasa juga dapat "ditarik" tetapi untuk delik biasa ini

kepolisian masih punya "hak" untuk memproses perkara itu, jadi sama saja

sekali pun pihak keluarga korban sudah cabut laporan (misalkan,

pembunuhan), kasus itu tetap berlaku/dapat diproses. Vonis atas pidana

tersebut tidak dapat diganti dengan sejumlah uang (tidak ada unsur

materi/uang, pahala), pelaku kejahatan harus tetap menjalankan proses

hukum sebagaimana mestinya. Sedangkan dalam Konsep Pengampunan

agama Islam mengajarkan bahwa dosa itu dapat diampuni dengan

"membayar" sejumlah pahala. (Adanya keterlibatan materi) Kira-kira seperti

itulah yang juga berlaku dalam Hukum Kristen, di mana sekalipun saya telah

mengampuni orang yang bersalah kepada saya, tetapi bagaimana dengan

Tuhan? Sama seperti raja Daud telah melakukan perzinahan dengan

Betsyeba, sekali pun raja Daud telah meminta ampun, tetapi konsekuensi dosa

(akibat dosa) tetap ia terima, di mana anak yang dilahirkannya itu akan mati.

Jadi bukan sekedar kata-kata (minta ampun) dan bukan pula melalui

19
banyaknya kekayaan. Melainkan hukuman itu harus diterima, tetapi oleh

karena kasih, Tuhan mau untuk setiap orang pada zaman sebelum

Keselamatan Kristus untuk mempersembahkan anak domba mereka ke

hadapan Tuhan sebagai "nyawa ganti nyawa".

d. Perkawinan Anak-anak Adam!

Tuhan memang menciptakan Adam dan Hawa saja sebagai manusia pertama.

Sedangkan mengenai keturunan selanjutnya yaitu mengenai anak-anak Adam

dan Hawa memang hanya disebutkan Kain dan Habel akan tetapi tidak berarti

Adam dan Hawa tidak memiliki anak-anak perempuan, karena Alkitab

cenderung tidak menyertakan nama anak perempuan untuk dituliskan,

misalkan Yakub yang sebenarnya juga punya anak perempuan, yang bernama

Dina. Sedangkan pertanyaan, bagaimana Kain dan Habel bisa punya

keturunan? Yaitu bisa melalui perkawinan sedarah. Elohim mengizinkan hal

ini sampai ketika sudah cukup banyak manusia sehingga pernikahan antar

anggota keluarga tidak diperlukan lagi (Imamat 18:6-18). Kenapa? Karena

pernikahan antar saudara sering mengakibatkan cacat genetika dibandingkan

dengan pernikahan antar non-saudara. Tetapi karena Adam dan Hawa

merupakan manusia pertama maka dapat dipastikan bahwa kecacatan

genetika mereka masih minim atau bahkan belum ada sama sekali. Berbeda

dengan sekarang ini, di mana kode genetika manusia semakin terpolusi,

akibat berlipat-lipatnya kecacatan genetika dari generasi ke generasi sehingga

sangat tidak dianjurkan untuk melakukan perkawinan sedarah.

e. Peristiwa Kain dan Habel, serta Typologi Keselamatan!

Ketika anak-anak Adam dan Hawa telah besar, keduanya memberikan korban

persembahan kepada TUHAN. Kain memberikan kepada Elohim sebidang

20
tanahnya sedangkan Habel memberikan persembahan berupa lemak-lemak

anak domba yang terbaik yang dimilikinya dan ternyata Elohim lebih

berkenan terhadap apa yang dipersembahkan oleh Habel,

 Ibrani 11:4, “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah

korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia

memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah

berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara,

sesudah ia mati”. Iman yang dimaksud adalah karena Habel telah belajar

dari pengalaman orang tua mereka, ketika Adam dan Hawa mengambil

daun pohon ara untuk menutupi ketelanjangannya Elohim tidak berkenan

terhadap korban keselamatan seperti yang pemikirannya sama terhadap

apa yang dipersembahkan oleh Kain. Apa yang dipersembahkan oleh

Kain dan orang tuanya adalah berupa sebuah materi (kekayaan, uang,

bayaran) sedangkan apa yang dipersembahkan oleh Habel adalah sebuah

typologi alias bayang-bayang atau prediksi nubuat terhadap keselamatan

yang akan Elohim datangkan, di mana ketika itu Elohim "menumpahkan

darah binatang" untuk membuat dan mengenakan pakaian kepada Adam

dan Hawa yang menyimbolkan keselamatan itu akan berakhir dengan

"penumpahan darah". Demikianlah, oleh iman dan keseriusan Habel

inilah kemudian ia mempersembahkan korban yang berkenan di hadapan

Elohim, sembari Elohim sedang menyiapkan "Anak Domba"-Nya yakni

Yesus Kristus. Tetapi untuk sebuah persembahan, Elohim senantiasa

menerima baik persembahan Kain mau pun Habel, tetapi Elohim lebih

memandang kepada persembahan yang Habel berikan itu sebagai

persembahan keselamatan. Cerita seperti itulah yang terus beredar di

21
Israel: "yang pertama menjadi yang terakhir dan yang terakhir menjadi

yang pertama". Dimana Elohim-nya Israel sering memutar balikkan

setiap peranan: Bukan Ismael yang walaupun lahir lebih dulu, tetapi

Ishak .Bukan Esau yang walaupun lahir lebih dulu, tetapi Yakub. Bukan

Manasye yang walaupun lahir lebih dulu, tetapi Efraim. Bukan si sulung

dari ke-7 anaknya Isai melainkan anak ke-8, yaitu Daud yang mulanya

tidak diperhitukan. Bukan orang kaya itu, tetapi Lazarus si miskin. Bukan

anak sulung yang dipestakan, tetapi anak bungsu yang kembali pulang.

Singkatnya, terhadap mereka yang seharusnya tidak layak mendapat

kedudukan lebih, justru dipilih. Persembahan Habel ini kemudian

dibakukan secara terus menerus oleh generasi selanjutnya, di mana

generasi para nabi berada pada silsilah Set (anak bungsu, dan bukan

Kain, si sulung), anak yang kemudian lahir setelah Habel dibunuh.

 Ibrani 9:22, “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum

Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada

pengampunan”. Hal keselamatan inilah yang terus dijalankan oleh umat

Israel turun-temurun. Namun keselamatan macam ini hanyalah suatu

kesementaraan,

 Ibrani 10:1, “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari

keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu

sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-

menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin

menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya”.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Etika Kristen (Yunani: ethos, berarti kebiasaan, adat) adalah suatu cabang

ilmu teologi yang membahas masalah tentang apa yang baik dari sudut

pandang Kekristenan. Apabila dilihat dari sudut pandang Hukum

Taurat dan Injil, maka etika Kristen adalah segala sesuatu yang dikehendaki

oleh Allah dan itulah yang baik. Dengan demikian, maka etika Kristen

merupakan satu tindakan yang bila diukur secara moral baik. Saat ini,

permasalahan yang dihadapi etika Kristen ialah kehendak Allah

dari manusia yang diciptakan menurut gambarNya, serta sikap manusia terhadap

kehendak Allah itu.

Etika Kristen dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Etika perjanjian lama

2. Etika perjanjian baru

3. Etika gereja mula-mula

4. Etika protestan

Adam diciptakan dari debu tanah. Sedangkan Hawa diciptakan dan

merupakan bagian dari tulang rusuk Adam, yaitu ketika Elohim menidurkan

Adam, Ia mengambil salah satu dari tulang rusuk Adam dan menutupinya dengan

daging lalu menciptakan Hawa (Kej. 2). Kenapa harus dari tulang rusuk? Karena

Tuhan menghendaki laki-laki dan perempuan berada dalam posisi yang setaraf.

Tidak pada bagian kaki, karena Tuhan tidak menghendaki wanita untuk menjadi

injakan laki-laki, tidak pula dari bagian kepala karena Tuhan betul-betul ingin

membuat posisi yang sepadan antara kedua insan tersebut. Dikatakan lagi, bahwa

23
keduanya telanjang (tidak berpakaian) tetapi mereka tidak malu/sebelum jatuh ke

dalam dosa. (Kej. 2:25)

Kejatuhan manusia ke dalam dosa disebabkan atas ketidak-taatan mereka

kepada Tuhan. Manusia merupakan wakil Tuhan di bumi, sebab mereka

diciptakan menurut gambar dan rupa Elohim, yang berarti bahwa manusia itu

mewarisi "kemuliaan" dari Tuhan sehingga manusia memiliki kekuasaan terhadap

makhluk lain di bumi, dan juga memiliki "inisiatif sendiri" untuk bertindak taat

atau tidak taat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Tersedia:[online]
http://kuartwarpth.blogspot.com/2017/10/makalah-etika-kristen-dr-j-
verkuly.html

Tersedia:[online]
https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_Kristen

Tersedia:[online]
https://www.kristenalkitabiah.com/penciptaan-dan-kejatuhan-manusia-dalam-
dosa/

Anda mungkin juga menyukai