Anda di halaman 1dari 28

TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

Untuk Kalangan Sendiri [1] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI ISTILAH

1. ANTROPOLOGI (Doktrin Manusia)


a. Arti Etimologis: Istilah ini berasal dari dua kata Yunani: ’antrophos’(manusia) dan
’logos’ (ilmu/pengetahuan/penjelasan).

b. Definisi: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia. Namun


dalam perkembangan selanjutnya Antropologi dipisahkan menjadi arti ilmiah
(umum) dan arti teologis.
1) Secara ilmiah: Antropologi Sekuler diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
segala sesuatu tentang hakekat manusia secara sosio- psikofisik dan sejarahnya
yang dilihat dari perkembangan peradaban manusia secara umum.

2) Secara teologis: Antropologi Kristen dimengerti sebagai ilmu yang mempelajari


tentang hubungan antara manusia dan Allahnya sebagaimana yang Alkitab
ajarkan. Kedua macam Antropologi ini tidak seharusnya saling bertentangan,
bahkan seharusnya saling melengkapi. Perbedaan dari keduanya terletak dari
metode yang dipakai dan referensi yang digunakan.

2. HAMARTOLOGI (Doktrin Dosa)


a. Arti Etimologis: Istilah ini berasal dari dua kata Yunani: ’ hamartia’ (tidak
mencapai sasaran) dan ’ logos’.

b. Definisi: Ilmu yang mempelajari tentang dosa (manusia). Adalah suatu hal yang
wajar jika Doktrin Dosa ini tidak dapat lepas dari Doktrin Manusia, karena pada
hakekatnya dosa merupakan bagian dari keadaan natur manusia sesudah jatuh
dalam dosa.

B. TEMPAT DOKTRIN MANUSIA DALAM TEOLOGIA SISTEMATIKA


Tempat Doktrin Manusia dalam Teologia Sistematika sangatlah penting karena manusia
adalah objek utama dari rencana keselamatan oleh Allah. Oleh karena itu manusia
menempati kedudukan yang penting dalam Alkitab, selain Allah sendiri. Dengan
demikian tidak heran jika di dalam Teologia Sitematika Doktrin Manusia akan menjadi
bahasan langsung setelah Doktrin Allah.

C. HUBUNGAN DOKTRIN MANUSIA DAN TEOLOGIA BIBLIKA


Doktrin Manusia adalah hasil penyusunan sistematis dari apa yang Allah nyatakan
tentang manusia di dalam Alkitab. Sedangkan tugas Teologia Biblika adalah mempelajari
dan

Untuk Kalangan Sendiri [2] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

menganalisa konteks historis dan gramatika dari tulisan naskah-naskah Alkitab


(khususnya dalam bahasa asli Alkitab), untuk mengetahui secara tepat apa yang Allah
maksudkan melalui para penulis Alkitab. Dengan demikian Teologia Biblika adalah
jembatan yang dipakai oleh Doktrin Manusia (dan doktrin-doktrin lain) untuk dapat
menyusun prinsip- prinsip penting yang Alkitab katakan tentang manusia secara
sistematis. Tanpa hasil eksegesis yang tepat dari Teologia Biblika maka Doktrin Manusia
tidak mungkin dibangun di atas fondasi Firman Tuhan yang kuat.

D. PENGGUNAAN KATA ’ ADAM’ (MANUSIA)


Kata ’manusia’, baik dalam bahasa Inggris ’man’ maupun dalam bahasa Yunani ’adam’,
menunjukkan gender maskulin. Dalam bahasa Yunani, ’adam’ selain sebagai nama
pribadi Adam (manusia pertama), juga berarti manusia laki-laki. Tapi selain itu juga
berarti umat manusia secara keseluruhan (human race), seperti yang ditunjukkan
dalam Kejadian 5:1-2. ’Ia (Allah) memberkati mereka dan memberikan nama ’ Manusia’
kepada mereka … .’

E. SUMBER MEMPELAJARI TENTANG MANUSIA


Pada dasarnya manusia bisa mempelajari tentang dirinya sendiri dari beberapa sumber:
1. Dari Alam Semesta (Physico-Psychology)
Manusia dapat mengetahui hal dirinya sendiri dari mempelajari tentang alam semesta
di mana ia tinggal, karena pada hakekatnya alam diciptakan untuk manusia dan
manusia diciptakan untuk Allah. Alam dan manusia dapat terus melangsungkan
hidupnya karena anugerah pemeliharaan Allah, namun dipihak lain setelah kejatuhan
manusia ke dalam dosa kedua-duanya ada dalam kutukan Allah.

2. Dari Diri Sendiri (Psychology Proper)


Manusia adalah ciptaan Allah yang memiliki derajat sifat-sifat dan kepribadian dari
Allah yang tertinggi dibandingkan ciptaan-ciptaan yang lain. Oleh karena itu dalam
diri manusia ada kesadaran diri yang cukup jelas akan kepribadiannya, bahkan
sekalipun ia telah jatuh ke dalam dosa.

3. Dari Allah (Theologico-Psychology)


Allah telah menyatakan Diri-Nya kepada Adam (sebagai wakil manusia) ketika ia
masih ada di Taman Eden. Namun hal ini berhenti ketika manusia jatuh ke dalam
dosa, karena manusia menjadi musuh Allah. Pengetahuan dari penyataan khusus Allah
tentang manusia hanya dapat diperolehnya di dalam hubungan yang baru dengan
Allah.

Untuk Kalangan Sendiri [3] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

BAB II
MANUSIA DAN ASAL USULNYA

A. PENCIPTAN MANUSIA

1. BERBAGAI PANDANGAN TENTANG PENCIPTAAN MANUSIA

a. Pandangan Atheistik
Kaum atheis yang tidak percaya akan adanya Tuhan melihat bahwa dunia,
termasuk manusia, terjadi karena ‘kebetulan’, dan bukan karena diciptakan oleh
Tuhan. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kehidupan di bumi dimulai
dari kehidupan di air yang dalam kurun waktu yang sangat lama terjadi rentetan
reaksi dan kombinasi yang sangat kompleks sehingga menghasilkan
protoplasma yang menjadi awal dari suatu ‘kehidupan’. Dan dengan berjalannya
waktu yang sangat lama ‘kehidupan’ itu terus menerus mengalami modifikasi
dan akhirnya menjadi bermacam- macam mahluk hidup yang ada.

b. Pandangan Theistik
Orang-orang non-atheis percaya akan keterlibatan Allah dalam penciptaan,
termasuk penciptaan manusia, namun demikian tidak ada kesepakatan
pendapat bahwa Allah menciptakan manusia secara langsung dan bukan setelah
melalui proses-proses alamiah yang panjang. Atau dengan kata lain, ada
kelompok orang-orang theis yang percaya bahwa Allah mungkin tidak
menciptakan manusia dari yang tidak ada menjadi ada, tapi dari mahluk ciptaan
lain yang sudah ada dan Allah menciptakan jiwa untuk ditambahkan sehingga
menjadi manusia sekarang.

c. Pandangan Alkitab
Alkitab mencatat peristiwa penciptaan manusia dalam Kejadian 1:16-27 dan
Kejadian 2:7,21-23. Dari kedua bagian Alkitab ini dapat disimpulkan bahwa:
1) Tidak seperti ciptaan yang lain, Allah menciptakan manusia dengan
rencana, pertimbangan dan ketetapan, karena dikatakan ‘Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.’. {Kejadian 1:26}

2) Manusia diciptakan langsung oleh Allah. Kalimat, ‘maka Allah


menciptakan manusia’, {Kejadian 1:26} dipakai kata kerja ‘bara’ artinya
mencipta, membuat sesuatu dari yang tidak ada sebelumnya (creatio ex
nihilo).

3) Manusia diciptakan berbeda dengan mahluk lain. Alkitab LAI tidak


menyebutkan tapi dalam bahasa asli dan bahasa Inggrisnya dikatakan
bahwa Allah menciptakan semua binatang ‘according to their kinds’,
‘according to its kind’ =‘ menurut jenisnya’. {Kejadian 1:21} Sedangkan

Untuk Kalangan Sendiri [4] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

ketika menciptakan manusia Allah berkata, ‘Baiklah Kita menjadikan


manusia menurut gambar dan rupa Kita.’. {Kejadian 1:26}

4) Manusia diciptakan dari dua elemen yang dibedakan, yaitu tubuh dan
jiwa. Tubuh dibentuk dari debu dan tanah liat, yaitu materi yang sudah
ada. Tapi dikatakan bahwa tubuh itu belum hidup sampai Allah
‘menghembuskan nafas hidup’, {Kejadian 2:7} di sini jelas bahwa jiwa
manusia diciptakan oleh Allah sendiri terpisah dari tubuh.

5) Pada waktu diciptakan manusia adalah sempurna, tidak berdosa.


{Kejadian 1:31} Namun demikian manusia diciptakan dengan kemampuan
untuk dapat berbuat dosa.

6) Manusia adalah puncak dari segala ciptaan Allah. Manusia diciptakan


terakhir dan diberi mandat (tanggung jawab) untuk menguasai dan
memelihara semua ciptaan yang lain. ‘taklukkanlah, … berkuasalah … ’,
’ … mengusahakan dan memelihara..’. {Kejadian 1:28,2:15}

7) ‘Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut


gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan, diciptakan-
Nya mereka.’. {Kejadian 1:28} Kedua-duanya diciptakan menurut gambar
dan rupa Allah, hal ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan
memiliki nilai yang sederajat di hadapan Allah.

8) Terdapat kesatuan umat manusia, bahwa semua manusia berasal dari satu
pasang manusia. Setelah menciptakan Adam dan Hawa, Allah berkata:
‘Beranak-cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi … .’. {Kejadian
1:28} Kisah Rasul 17:26, ‘Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua
bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi … ’

2. TUJUAN MANUSIA DICIPTAKAN


Tidak ada keharusan bagi Allah untuk menciptakan manusia ataupun alam
semesta. Allah menciptakan manusia bukan karena Ia merasa kesepian karena
Allah memiliki persekutuan yang sempurna dengan Allah Tritunggal. Lalu untuk
apa Allah menciptakan manusia? Hanya ada satu tujuan mengapa Allah
menciptakan manusia, yaitu untuk memuliakan-Nya ( Yesaya 43:7 dst., Efe 1:11-
12, 1 Korintus 10:31). Jika demikian maka jelas bahwa tujuan manusia hidup di
dunia adalah untuk memuliakan-Nya. Kenyataan ini membuktikan bahwa hidup
manusia itu penting, karena manusia ada adalah untuk Allah sendiri. Oleh karena
itu hanya di dalam persekutuan dengan Allahlah maka manusia akan menemukan
sukacita dan kebahagiaan yang sejati.

’Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita


berlimpah-limpah, di tangan kakan-Mu ada nikmat senantiasa.’ {Maz 16:11}

Untuk Kalangan Sendiri [5] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

’Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang
kuingini di bumi.’{Maz 73:25}

Hal ini juga ditandaskan oleh Calvin yang berkata bahwa, ‘Manusia tidak akan
pernah mencapai pengetahuan jelas akan dirinya kecuali jika ia sebelumnya
melihat wajah Tuhan, kemudian beranjak dari memandang Dia dan mulai meneliti
dirinya sendiri.’ Dengan kata lain, manusia tidak akan menemukan jati dirinya jika
ia terpisah dari Penciptanya. Hanya di dalam persekutuan dengan Penciptanya lah
manusia menemukan arti dan tujuan hidupnya.

3. PANDANGAN PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT TEORI EVOLUSI


Pengertian Evolusi
Teori Evolusi asal usul manusia menjadi populer setelah terbitnya karya tulis yang
menggemparkan The Origin of Species oleh Charles Darwin.

Istilah ’ evolusi’dahulu biasa digunakan dalam ilmu biologi untuk menjelaskan


tentang perkembangan dari suatu embrio. Konteks penggunaan istilah ini bukan
ditujukan untuk perkembangan sesuatu yang baru dari sesuatu yang lama, tapi
proses kelanjutan dari yang sudah ada. Namun dalam dunia modern, ’ evolusi’telah
diartikan secara lebih luas, yaitu mencakup kemungkinan akan munculnya sesuatu
yang baru sama sekali karena suatu kondisi tertentu, bahkan dalam proses tertentu
dapat terjadi pergerakan dari yang inorganik menjadi organik. Oleh karena itu
Evolusi didefinisikan sebagai ‘asal usul spesies dari spesies yang sudah ada
sebelumnya melalui proses penurunan dengan modifikasi".

a. Macam-macam Teori Evolusi


Ada beberapa cara membagi macam-macam teori Evolusi:

1) Teori Atheis vs. Theis

Teori Evolusi Naturalistik (Atheistik)


Berpendapat bahwa manusia berasal dari binatang yang lebih rendah. Namun
karena proses alamiah yang sempurna dan kompleks dan terus menerus,
maka akhirnya menjadi manusia seperti yang ada sekarang ini. Teori ini
percaya akan prinsip kesinambungan (kontinuitas) langsung antara dunia
hewan dan dunia manusia.

Teori Evolusi Theistik


Teori ini lebih banyak diterima (khususnya oleh kaum Roma Katolik) karena
keterlibatan Allah masih dapat dilihat, yaitu bahwa Allah menciptakan
mahluk yang lebih rendah namun kemudian Allah memakai tubuh mahluk ini
untuk diberikan jiwa yang rasional, sehingga menjadi ciptaan baru, yaitu
manusia.

Untuk Kalangan Sendiri [6] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

2) Teori Evolusionisme vs. Kreationisme

Evolusionisme
Pandangan yang mengganggap bahwa segala sesuatu terjadi secara kebetulan
dan tidak ada campur tangan Allah Pencipta.

Evolusi Teistik
Allah memang Pencipta dunia dan segala mahluk hidup, namun demikian
pembentukan manusia merupakan tingkatan penciptaan lebih tinggi dari
yang dilakukan Allah dari mahluk yang sudah ada.

Kreationisme langsung
Percaya bahwa Allahlah yang menciptakan segala sesuatu sebagaimana
pernyataan Kejadian 2:7-8.

Kreationisme progresif
Karya penciptaan Allah diterima sebagaimana Kejadian 1:27, namun
demikian manusia yang diciptakan pertama mengalami proses evolusi
sehingga manusia yang diciptakan pertama tsb. tidak lagi sama dengan
manusia sekarang.

b. Keberatan Terhadap Teori Evolusi


1) Alkitab dengan jelas berkata bahwa manusia diciptakan secara langsung
oleh Allah dengan hikmat dan ketetapan-Nya, {Kejadian 1:26,27 2:7} tidak
secara kebetulan.

2) Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa tubuh manusia tidak berasal dari
binatang, {Kejadian 3:19 1 Korintus 15:39} karena daging binatang tidak
sama dengan manusia, demikian pula darah manusia dan darah binatang.

3) Alkitab mengatakan bahwa roh manusia berasal langsung dari Allah,


{Kejadian 2:7 Ayu 33:4} bukan berasal dari perkembangan alamiah dari
substansi yang sudah ada.

4) Alkitab berkata bahwa manusia tidak dapat dibandingkan dengan


binatang, baik secara intelektual, moral atau mental. {Kejadian 1:26,27
2:15,19,20; Maz 8:5-8}

5) Dalam hal kedudukan Teori Evolusi adalah kebalikan dari Alkitab. Alkitab
berkata bahwa manusia pada awalnya adalah manusia yang paling mulia,
namun karena dosa manusia menjadi rendah. Teori Evolusi berkata bahwa
manusia berasal dari mahluk lebih rendah namun kemudian perlahan-
lahan menjadi lebih tinggi dari segala mahluk yang ada.

Untuk Kalangan Sendiri [7] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

6) Teori Evolusi tidak memiliki bukti ilmiah yang memastikan bahwa mahluk
hidup dapat keluar dari spesiesnya, yang dapat terjadi adalah lahirnya
varietas baru, bukan spesies baru. Asal mula spesies masih menjadi misteri
dalam dunia ilmu pengetahuan.

7) Kesamaan hubungan antara manusia dan hewan dalam pembuktian Teori


Evolusi merupakan kesamaan dalam struktur tubuh tapi tidak ada
hubungan secara genetis.

B. NATUR MANUSIA

1. PEMBAGIAN NATUR MANUSIA


Pada umumnya dikenal tiga teori pembagian natur manusia dalam teologia, yaitu
Trikotomi, Dikotomi dan Monisme.

a. Trikotomi
Trikotomi adalah pandangan yang percaya bahwa natur manusia terdiri dari
tiga bagian, yaitu tubuh, jiwa dan roh. Menurut teori ini ketika Allah
menciptakan manusia, Allah memberikan tiga unsur utama di dalam diri
manusia yaitu tubuh, jiwa dan roh.

Tubuh adalah unsur lahiriah manusia yang dapat dilihat yang melaluinya
manusia dapat melihat, mendengar, menyentuh dan sebagainya. Jiwa adalah
unsur batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia terdiri dari tiga
unsur utama yaitu pikiran, emosi (perasaaan) dan kehendak. Dengan
pikirannya, manusia dapat berpikir, dengan perasaannya manusia dapat
mengasihi dan dengan kehendaknya, manusia dapat bertindak. Roh adalah
unsur yang paling dalam dari manusia yang memungkinkannya untuk
bersekutu dengan Tuhan.

Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada 1Te


5:23 dan Ibrani 4:12, yang secara jelas menyebutkan tiga unsur tersebut:

"Semoga Allah dami sejahtera menguduskan kamu seluruhnya, dan semoga roh,
jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan
Yesus Kristus, Tuhan kita.". {1Te 5:23}

"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata
dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-
sendi dan sumsum,; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati
kita.." {Ibrani 4:12}

b. Dikotomi

Untuk Kalangan Sendiri [8] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

Dikotomi adalah pandangan yang percaya bahwa natur manusia hanya terdiri
dari tubuh dan roh (jiwa termasuk di dalamnya); dua unsur yang berbeda
(dualitas) namun bukan dua bagian yang dipisahkan (dualisme). Kebanyakan
para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada argumentasi berikut
ini:

1) Ketika Allah menciptakan manusia, Allah menghembuskan nafas-Nya ke


dalam tubuh manusia, sehingga hanya ada dua bagian saja, yaitu tubuh dan
jiwa/ napas yang hidup. {Kejadian 2:7}

2) Para penganut dikotomi memandang istilah jiwa dan roh di dalam Alkitab
bukan sebagai dua substansi yang berbeda, tetapi merupakan istilah yang
sering dipakai secara bergantian/bisa dipertukarkan oleh penulis Alkitab,
misalnya dalam Matius 6:25; 10:28 (Manusia disebut dengan istilah tubuh
dan jiwa) dan Pengk 12:7; 1 Korintus 5:3,5 (manusia disebut dengan istilah
tubuh dan roh). Contoh lainnya adalah Kejadian 41:8; Maz 42:6; Matius
20:28; 27:50; Yohanes 12:27; Ibrani 12:23; Wah 6:9.

3) Penyebutan jiwa dan roh secara bersamaan seperti dalam 1Te 5:23 dan
Ibrani 4:12, tidak harus ditafsirkan sebagai adanya dua substansi yang
berbeda. Sebab jika ditafsirkan demikian, maka manusia tidak hanya dibagi
dalam tiga substansi saja, melainkan lebih, misalnya dalam Matius 22:37
menyebutkan secara bersamaan hati, jiwa dan akal budi (pikiran).

4) Pada umumnya kesadaran manusia hanya menunjukkan adanya dua bagian


dalam diri manusia, yaitu unsur yang badaniah yang dapat dilihat dan unsur
rohaniah yang tidak dapat dilihat. Pada waktu manusia mati, maka
badan/tubuhnya kembali ke tanah sedangkan jiwa/rohnya kembali kepada
Allah.

c. Monoisme
Monokotomi adalah pandangan yang percaya bahwa manusia merupakan
pribadi yang utuh yang tidak dipisah-pisahkan. Manusia tidak akan bisa
ada/hidup tanpa tubuh atau jiwa/rohnya. Tubuh tidak akan bisa hidup tanpa
jiwa/roh, demikian juga sebaliknya. Menurut teori ini, istilah Alkitab "jiwa,"
"roh," ‘tubuh’, ‘hati’, ‘akal budi’ dan sebagainya merupakan cara yang berbeda-
beda untuk melihat pribadi seseorang. Keberadaan manusia dalam satu
kesatuan yang utuh adalah keadaan manusia yang ideal. Itu sebabnya sesudah
kematian Alkitab mengatakan bahwa untuk sementara manusia akan berpisah
dengan tubuh, namun pada kedatangan Tuhan Yesus yang kedua, manusia yang
diselamatkan akan menerima kebangkitan tubuh; tubuh yang mulia. {Fil 3:21}

d. Istilah
Ada beberapa kata yang perlu diperhatikan dalam bahasa Ibrani dan Yunani:
1) roh (Ibr.: ruakh, Yun.: pneuma)

Untuk Kalangan Sendiri [9] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

2) jiwa (Ibr.: nefesy, Yun.: psukhe)


3) tubuh (Yun.: soma)
4) daging (Ibr. Basar, Yun.: sarx)
5) hati (Ibr.: lev, Yun.: kardia)

2. ASAL JIWA
Perdebatan tentang asal usul jiwa telah berlangsung hampir sepanjang sejarah
gereja. Masalah yang diperdebatkan adalah seputar, kapan ‘jiwa’ mulai ada?
Beberapa hal penting yang muncul dari perdebatan tsb. adalah:

a. Origen berpendapat bahwa ‘jiwa’ telah ada sebelumnya, bahkan sebelum


penciptaan. Jiwa-jiwa tsb. ada di suatu tempat yang bernama ‘gudang jiwa’ dan
mereka menunggu untuk ditempatkan dalam tubuh-tubuh manusia. Pendapat
Origen ini dikutuk oleh gereja-gereja yang ada saat itu dan karenanya Origen
dituduh sebagai seorang bidat. Tapi pendapat Origen ini justru sekarang
diterima oleh gereja modern Mormon.

b. Pandangan tentang asal usul jiwa yang dipengaruhi oleh filsafat Yunani (yang
akhirnya mempengaruhi sebagian orang Kristen) adalah pendapat bahwa ‘jiwa’
adalah bagian dari Allah. Pendapat ini dengan tegas ditentang sejak jaman
Agustinus, karena jika ‘jiwa’ adalah bagian dari Allah yang ditambahkan kepada
orang percaya maka ada Allah dalam masing-masing manusia (sama dengan
pandangan pantheisme).

c. Pandangan lain yang muncul adalah pandangan ‘creationisme’, bahwa setiap


‘jiwa’ diciptakan secara unik oleh Allah pada waktu terjadi konsepsi atau ketika
tubuh manusia mulai terbentuk dalam kandungan.

d. Pandangan lain yang terkenal adalah ‘Tradusianisme’, yang percaya bahwa


‘jiwa’ datang karena diturunkan oleh orang tua bersama-sama dengan
terbentuknya tubuh manusia. Satu kelebihan dari pandangan ini adalah
menjelaskan tentang adanya sifat dosa yang universal atau dosa keturunan
(dosa asal) yang dibawa dari Adam dan diturunkan kepada keturunan-
keturunannya.

3. PANDANGAN ALKITAB
Secara ringkas pandangan Alkitab tentang natur manusia dapat disimpulan sbb.:
a. Kejadian 2:7 menjelaskan bahwa ketika diciptakan manusia dibentuk dari ‘debu
tanah’ yang dihembusi nafas hidup oleh Allah sehingga menjadikannya mahluk
hidup.
b. Dari Kejadian 2:7 juga disimpulkan bahwa hidup manusia memiliki awal. Namun
tubuh manusia memiliki sifat mortal (tidak kekal) karena akan kembali ke tanah
Untuk Kalangan Sendiri [ 10 ] www.TheologiaOnline.com
TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

(berhenti memiliki keadaan) ketika mati. {Kejadian 3:19} Namun ada bagian dari
manusia (jiwa/roh) yang diberikan sifat kekekalan (immortal) sehingga tidak akan
pernah berhenti keberadaannya. {Pengk 12:7; Ibrani 12:23; Wah 6:9}
c. Alkitab sering menyebutkan bahwa manusia memiliki ‘tubuh dan jiwa’, {Matius
6:25; 10:28} tapi dibagian lain sering dipakai kata ‘tubuh dan roh’ atau ‘daging dan
roh’. {1 Korintus 5:3-5; 2 Korintus 7:1; Efe 2:3} [Dalam bahasa Indonesia lebih
membingungkan karena ada banyak kata lain yang dipakai untuk ‘jiwa’, mis: hidup,
nyawa, nafas].
d. Roh sering ditunjuk sebagai elemen spiritual dalam diri manusia yang mengatur
hidup dan tindakan manusia, sedangkan jiwa merupakan subjek dari tindakan
manusia terutama yang memberikan ekspresi perasaan yang dalam, sehingga
dapat dikatakan bahwa jiwa merupakan refleksi dari roh manusia.
e. Istilah jiwa dan roh dalam Alkitab sering dipertukartempatkan seperti ditunjukkan
dalam beberapa ayat ini: Kejadian 41:8; Maz 42:6; Matius 20:28; 27:50; Yohanes
12:27.
f. Pada dasarnya manusia tidak memiliki kesadaran untuk membedakan antara jiwa
dan roh, yang disadari perbedaannya adalah antara keberadaan yang kelihatan dan
yang tidak kelihatan.
g. Secara umum Alkitab memberikan pengertian yang jelas tentang adanya kesatuan
antara tubuh dan jiwa/roh, keduanya tidak dapat dipisahkan dalam diri manusia.

h. Aspek pikiran, perasaan dan kehendak terdapat baik dalam jiwa atau roh ( Ayu
32:8; Yesaya 11:2; Matius 26:41; Mar 14:38).

4. PANDANGAN SEJARAH
Perbedaan pandangan tentang natur manusia sudah terjadi sejak abad dua dan tiga.
Walaupun sampai abad Pertengahan (bahkan sampai jaman Reformasi) pada
umumnya gereja-gereja barat menerima pandangan Dikotomi, namun ada juga
beberapa Bapak-bapak Kejreja Timur yang lebih cenderung menerima pandangan
Trikotomi. Ketika memasuki abad 19 pandangan Trikotomi mulai diterima kembali
oleh beberapa para teolog Inggris dan Jerman, namun itupun tidak menghasilkan
pendapat yang sama. Di kalangan aliran gereja- gereja Protestan secara umum sampai
sekarang pandangan Dikotomi lebih diterima, sedangkan di aliran gereja-gereja
Pantekosta, pandangan Trikotomi lebih populer.

Untuk Kalangan Sendiri [ 11 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

C. MANUSIA SEBAGAI RUPA GAMBAR ALLAH

1. ARTI KATA RUPA DAN GAMBAR ALLAH


"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, … ’ {Kejadian
1:26a} ’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar
Allah diciptakanNya dia";. {Kejadian 1:27}

a. Arti Etimologis

1) Tselem Kata ‘gambar’ dalam bahasa Inggris adalah ‘image’ sedangkan dalam
bahasa Ibrani adalah tselem, artinya gambar yang ada bentuk patronnya
(dihias) yang sering dihubungkan dengan bentuk fisik atau materi.

2) Demuth Kata ‘rupa’ dalam bahasa Inggris adalah ‘likeness’ sedangkan dalam
bahasa Ibrani adalah demuth, artinya suatu kesamaan dalam model atau
bentuk yang pertama, tapi lebih bersifat abstrak atau ideal (standard).

Kata penghubung ‘dan’ antara gambar dan rupa dalam bahasa Ibrani
sebenarnya tidak ada. Terjemahan yang betul seharusnya, ’ Mari Kita
menciptakan manusia menurut gambar, yaitu menurut rupa Kita.’ Jadi kedua
kata gambar atau rupa sebenarnya tidak perlu dibedakan tapi sebaliknya
harus diharmoniskan. {Band. Kejadian 5:1,3; 9:6; 1 Korintus 11:7; Kolose 3:10;
Yakobus 3:9}

b. Arti Teologis
Manusia pertama diciptakan menurut gambar dan rupa Allah berarti adanya
aspek-aspek tertentu yang Allah ciptakan di dalam diri manusia yang
menyebabkan manusia itu seperti Allah untuk tujuan agar manusia dapat
menjadi wakil Allah. Karenanya manusia menjadi makhuk yang paling mulia
melebihi ciptaan Allah yang lain. Namun demikian, perlu diingat bahwa
terdapat perbedaan kualitas antara ciptaan dan Penciptanya. Manusia adalah
seperti Allah, tapi manusia bukan Allah.

2. ASPEK-ASPEK MANUSIA YANG MEMILIKI RUPA DAN GAMBAR ALLAH

Aspek-aspek berikut ini adalah aspek-aspek yang menunjukkan bahwa manusia


memiliki keserupaan dan kesegambaran dengan Allah, dan yang membedakannya
dengan mahluk ciptaan lain:

a. Aspek Moral
Secara moral manusia bertanggung jawab kepada Allah, karena Allah telah
memberikan hati nurani di dalam hati manusia untuk mengetahui apa yang
benar dan salah. Ketika manusia menjalankan hidup sesuai dengan standard
moral Allah maka manusia mencerminkan keserupaannya dengan Allah.
b. Aspek Rohani

Untuk Kalangan Sendiri [ 12 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

Selain tubuh jasmani, manusia juga diberikan tubuh rohani oleh Allah yang
bersifat kekal. Dengan tubuh rohani inilah manusia dimungkinkan untuk
berhubungan dengan Allah. Ketika manusia jatuh dalam dosa dan tidak taat
kepada Allah maka hubungan rohaninya terpisah dan putus dari Allah.

c. Aspek Mental
Manusia memiliki kemampuan mental untuk berpikir, berlogika, berkreasi
dan berbahasa yang terus berkembang sejauh manusia memiliki kehidupan.
Melalui kemampuan mental ini manusia sanggup memikirkan masa depan
dan kehidupan setelah kematian. Kemampuan manusia untuk menelusuri
emosinya yang sangat kompleks merupakan cermin akan kesegambarannya
dengan Allah.

d. Aspek Relasi/Hubungan
Manusia yang diciptakan dengan keinginan untuk melakukan hubungan antar
pribadi yang sedemikian unik (dan juga dengan mahluk lain) merupakan
cermin akan natur Allah Tritunggal, dimana ada hubungan yang saling
mengasihi dan mempedulikan.

e. Aspek Fisik
Walaupun Allah adalah Roh, karenanya aspek keserupaan Allah dengan
manusia tidak dapat dilihat secara jasmani, namun demikian kemampuan
yang dimiliki oleh tubuh manusia untuk melihat, mendengar, merasakan,
mencium dan bertindak merupakan cermin akan kemampuan kualitas yang
dilakukan oleh Allah. Allah memberikan tubuh kepada manusia agar manusia
dapat melakukan apa yang juga Allah lakukan sekalipun Allah melakukannya
tanpa memerlukan tubuh jasmani.

Untuk Kalangan Sendiri [ 13 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

BAB III
MANUSIA DAN KEJATUHANNYA

A. ASAL MULA DOSA

1. PANDANGAN ALKITAB TENTANG ASAL DOSA


Pertanyaan yang sering mengganggu iman orang percaya adalah, ‘dari manakah
dosa berasal?’ Walaupun Alkitab tidak memberikan keterangan yang jelas, namun
kita bisa melihat fakta yang jelas bahwa Allah adalah suci dan segala sesuatu yang
Tuhan ciptakan adalah baik dan sempurna adanya, {Kejadian 1:31} oleh karena itu
tidak mungkin dosa berasal dari Allah dan Allah tidak menciptakan dosa.

Jadi, darimanakah dosa berasal? Dosa berasal dari hati Lucifer, seorang malaikat
Tuhan yang diciptakan oleh Tuhan, tetapi karena berbagai kelebihan yang
dimilikinya ia menjadi sombong dan mulai melawan Tuhan. {Yehezkiel 28:15-17
Yesaya 14:13-14} Nama Lucifer kemudian diganti menjadi Setan dan melaluinyalah
segala jenis dosa dan kejahatan ada di dunia ini.

Untuk melihat lebih lanjut bagaimana Alkitab menjelaskan tentang dosa, marilah
kita menyelidiki lebih dahulu istilah ‘dosa’ yang dipakai oleh Alkitab PL dan PB.

Dalam bahasa Ibrani ada dua kata yang dikenal:


-hatta artinya ‘tidak memenuhi standard/sasaran Allah’.
-avon artinya ‘pelanggaran dari batas yang sudah ditentukan’.
-pesha artinya ‘penolakan untuk tunduk di bawah otoritas yang benar’.

Dalam bahasa Yunani, dikenal 2 kata yang berbeda:


-adikia artinya ‘perbuatan yang tidak benar’.
-hamartia artinya ‘meleset dari target atau sasaran yang ditetapkan’.

Dari arti istilah-istilah di atas dapat disimpulkan bahwa ciptaan Tuhan (termasuk
malaikat dan manusia) pada dasarnya diciptakan Tuhan tidak dengan tanpa batas,
atau kebebasan yang tanpa arah, tetapi manusia diciptakan dengan
standard/target/sasaran yang sudah ditetapkah oleh Allah. Target yang
dimaksudkan di sini adalah ‘hukum Allah’ yang merupakan kebenaran-Nya dan
menjadi standard tertinggi bagi motivasi, sikap dan tindakan. Jadi ‘dosa’ adalah
tidak tercapainya standard kemuliaan yang telah ditentukan Allah. {Rom 3:23}

Sesuai dengan konteks ini, dijelaskan dalam Rom 5:6,8,10, bahwa keberadaan
‘dosa’ dalam diri manusia menunjukkan 3 fakta utama tentang manusia:

a. Ketidakmampuan manusia untuk tunduk dan mentaati hukum Allah (lemah-


ay. 6).

Untuk Kalangan Sendiri [ 14 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

b. Kesengajaan manusia untuk melanggar batas larangan yang ditentukan Allah


(berdosa-ay. 8).
c. Keputusan moral manusia berdasarkan akal budinya untuk melakukan apa
yang manusia tahu seharusnya tidak dipilih (seteru-ay. 10).

Alkitab melihat dosa sebagai sesuatu yang serius dan berat, dosa bukan hanya
sekedar kelemahan, dosa sekecil dan sesedikit apapun merupakan pelanggaran
yang membuat manusia menjadi seteru Allah. Pelanggaran terhadap satu hukum
Allah merupakan pelanggaran terhadap semua hukum. Alkitab juga menyebutkan
tentang adanya perbedaan kualitas dosa dan kuantitas dosa.

B. KEJATUHAN MANUSIA DALAM DOSA

1. DOSA MASUK PADA MANUSIA


Sesuai dengan Kejadian 3:1-24, Alkitab berkata bahwa dosa datang kepada
manusia lewat pelanggaran yang dilakukan oleh Adam dan Hawa. Perintah yang
Allah berikan kepada Adam untuk jangan makan ‘buah pengetahuan baik dan jahat’
telah dilanggar oleh Adam dan Hawa. Tidak ada pendapat yang seragam tentang
mengapa pohon itu disebut sebagai ‘pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat’,
tapi secara umum dapat dikatakan pohon tsb. ada untuk menguji bahwa ketaatan
manusia (Adam) adalah karena kemauan dan kerelaannya dan bukan karena
paksaan.

Dosa pertama yang dilakukan manusia menunjukkan sifat dosa pada umumnya,
yaitu:

a. meragukan kebenaran yang ditunjukkan Allah (what is true?).


b. kesombongan yang menyebabkan pelanggaran standard moral (what is right?).
c. mempertanyakan status manusia (who am I?)

Kejatuhan manusia dalam dosa merupakan keberhasilan usaha Setan dalam


menaburkan benih ketidaktaatan dalam hati manusia melalui perantara ular dan
Hawa. {Yohanes 8:44; Rom 16:20; 2 Korintus 11:3; Wah 12:9} Ada alasan kuat
mengapa Setan memakai Hawa: pertama, karena Hawa bukan kepala perjanjian.
Kedua, karena Hawa tidak menerima perintah langsung dari Tuhan. Ketiga, Hawa
menjadi alat efektif untuk mencapai hati Adam.

Kisah kejatuhan manusia dalam dosa yang diceritakan dalam Kejadian 3 tidak
selalu diterima sebagai kebenaran historis dan harafiah. Beberapa pendapat lain
tentang Kisah Kejadian 3:

a. Dianggap sebagai kisah legenda/mitos yang tidak ada kebenaran historisnya.


b. Dikatakan sebagai kisah figuratif/alegoris tentang bagaimana manusia
mengalami kerusakan dan perubahan secara perlahan-lahan.

Untuk Kalangan Sendiri [ 15 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

Namun seluruh kebenaran Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa kisah Kejadian
bukanlah cerita figuratif. {Yesaya 43:27; Rom 5:12,18,19; 1 Korintus 15:21 1
Timotius 2:14, dll.}

2. BEDA ANTARA DOSA PERTAMA YANG DIPERBUAT ADAM DAN DOSA


YANG KITA PERBUAT SEKARANG

Dosa yang dilakukan Adam bukanlah dosa pribadi karena Adam adalah wakil dari
umat manusia dimana Allah memberikan perjanjiannya. Istilah yang dipakai adalah
Adam ‘impute’ dosa kepada semua keturunannya. Sedangkan dosa yang diperbuat
keturunan Adam sekarang adalah dosa pribadi sebagai sifat manusia berdosa,
dimana untuk itupun Allah juga akan memperhitungkannya pada hari
penghakiman. {Rom 2:6}

Sebelum Adam berbuat dosa Adam adalah tidak berdosa dan memiliki kehendak
bebas yang sebebas-bebasnya untuk taat (tidak berdosa) atau tidak taat kepada
Tuhan (berdosa). Namun keturunan Adam tidak lagi memiliki kebebasan untuk
memilih seperti Adam karena statusnya adalah sudah berdosa. Dengan demikian
maka dosa pertama Adam adalah dosa yang membawa pengaruh bagi seluruh umat
manusia (dosa warisan), yaitu kematian kekal, karena Adam adalah wakil seluruh
umat manusia.

Namun untuk manusia menerima pengampunan karena karya keselamatan Kristus


(orang Kristen) maka dosa yang diperbuatnya tidak lagi mempengaruhi status kita
di hadapan Allah, yaitu sebagai yang dibenarkan karena iman kepada Yesus Kristus.
Tapi jika seorang Kristen berdosa maka ia merusak hubungannya dengan Tuhan
dan merusak hidup kekristenannya.

3. ‘GAMBAR DAN RUPA’ ALLAH SESUDAH MANUSIA JATUH DALAM DOSA


Masihkah manusia memiliki gambar dan rupa Allah setelah ia jatuh dalam dosa?
Pertanyaan ini telah dijawab dengan jelas oleh Alkitab ketika Tuhan berbicara
kepada Nuh, ‘Siapa menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh
manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.’
(Kejadian 9:6 band. Yakobus 3:9). Jadi tidak dapat disangkal bahwa manusia masih
memiliki gambar dan rupa Allah, namun demikian Alkitab berkata bahwa
kejatuhan manusia telah membawa kerusakan yang menyeluruh dalam diri
manusia sehingga manusia perlu diperbaharui dan hanya di dalam Kristus saja
gambar Allah itu akan dikembalikan maskin lama makin jelas (Efe 4:24).

Dr. Soedarmo menjelaskan bahwa ketika diciptakan manusia memiliki:


-Gambar Allah yang khusus yaitu pengetahuan, kebenaran dan kesucian asali.
-Gambar Allah yang umum yaitu segala sifat manusia yang membedakan manusia
dari mahluk lainnya (pikiran, kemauan, jiwa atau roh).

Namun sesudah manusia jatuh dalam dosa,

Untuk Kalangan Sendiri [ 16 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

-Gambar Allah yang khusus hilang.


-Yang umum masih dimiliki meskipun rusak. Manusia tidak menjadi binatang sebab
manusia tetap menjadi manusia dan mempunyai tanggungjawab kepada Allah.

4. KONSEKUENSI DOSA YANG DIPERBUAT ADAM

Dengan sederhana dapat dikatakan bahwa setelah makan buah terlarang itu,
manusia mengalami kekecewaan yang besar. Apa yang dikatakan setan sama sekali
bertolak belakang, karena mereka bukannya menjadi seperti Allah tapi justru
sekarang mereka memiliki rasa malu yang sangat mendalam. {Kejadian 3:7} Setelah
kejatuhan memang manusia tidak berubah menjadi binatang (mahluk yang lebih
rendah dari manusia), namun ada akibat dosa pertama ini arah hidup manusia
berubah total:

a. Kesadaran akan kebersalahannya, terlihat dari rasa malu karena telanjang dan
rasa takut untuk bertemu Allah. Hal ini merupakan tanggapan langsung dari
hati nurani yang bersalah. Namun bersamaan dengan ini, muncul keinginan
untuk mengelakkan diri dari tanggung jawab {Kejadian 3:10-12} yang
merupakan tabiat dari dosa.
b. Manusia mengalami kerusakan total (total depravity), sehingga setiap bagian
dalam diri manusia tidak ada yang tidak tercemar oleh dosa, baik tubuh
ataupun jiwa/rohnya. {Rom 7:18}
c. Hilangnya persekutuan dengan Allah, sebagai sumber hidup dan berkat. Oleh
karena itu manusia mengalami kematian rohani. {Efe 2:1,5, 12; 4:18}
d. Manusia akan mengalami kematian jasmani; manusia akan kembali kepada
debu.
e. Manusia diusir dari taman Eden, tempat dimana Allah bersekutu dengan
manusia.
f. Setan mendapat kutukan, demikian juga seluruh alam dimana manusia hidup.
g. Laki-laki akan bersusah payah bekerja dan perempuan akan susah payah
mengandung, birahi terhadap suaminya dan suami akan berkuasa atasnya..
Tapi dosa Adam tidaklah hanya ditanggung oleh Adam, karena sejak kejatuhan
seluruh umat manusia menanggung hukuman dosa. Alkitab berkata: ‘Sebab itu,
sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu
juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua
orang telah berbuat dosa.’ {Rom 5:12}

Namun puji Tuhan karena kejatuhan oleh satu orang (Adam) yang menyebabkan
kebinasaan semua orang telah diganti dengan keselamatan oleh satu orang, yaitu
Yesus Kristus, yang oleh karena kematian-Nya maka semua orang percaya boleh
diselamatkan. {Rom 5:19}

Untuk Kalangan Sendiri [ 17 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

BAB IV
MANUSIA DAN
SIFAT-SIFAT DOSANYA

A. NATUR DOSA
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dosa yang diperbuat Adam telah
mengakibatkan adanya perubahan status/kedudukan manusia dari ‘tidak berdosa’
menjadi ‘berdosa’. Sejak kejatuhan dalam dosa status manusia sudah bergeser dari yang
ditetapkan oleh Allah, pergeseran inilah yang menjadi sumber dari segala macam dosa
dan sejak itu pula manusia tidak dapat lari dari kenyataan adanya dosa.

1. PANDANGAN UMUM TENTANG DOSA


a. Teori Dualistik. Ini adalah teori Gnostisisme, yang menganggap kebaikan dan
dosa adalah dua eksistensi yang berjalan paralel yang bersifat kekal. Jadi pada
dasarnya dipercaya bahwa dunia ini diperintah oleh dua kekuatan yaitu roh
dan materi; baik dan buruk; terang dan gelap, yang terus menerus berperang.

b. Teori bahwa dosa adalah kurangnya hal-hal penting dalam hidup.


Dosa adalah eksistensi yang tidak dapat dihindari karena manusia pasti punya
keterbatasan, kelemahan, ketidaksempurnaan. Jadi dosa adalah akibat dari
keterbatasan manusia.

c. Teori bahwa dosa adalah ilusi. Dosa adalah ketidakcukupan pengetahuan


manusia, khususnya yang didapat manusia melalui pancaindra. Oleh karena itu
pancaindra menjadi alat dosa.

d. Teori bahwa dosa adalah kebutuhan kesadaran akan Allah. Bahwa di


dalam diri manusia ada suatu tempat yang kosong yang hanya Allah yang bisa
mengisinya. Jika manusia tidak menyadari akan kebutuhannya tsb. maka ia
akan merasa bersalah dan berdosa.

e. Teori bahwa dosa hanyalah mencakup tindakan saja. Pada umumnya


manusia melihat perbuatan salah sebagai apa yang dilakukan/tidak dilakukan
saja, dan tidak sebagai apa yang dipikirkan seseorang.

f. Teori bahwa dosa adalah ketamakan. Bahwa pada dasarnya semua dosa
dipicu oleh nafsu ketamakan/keserakahan manusia untuk memiliki lebih dari
yang ia miliki.

g. Teori bahwa dosa adalah kecenderungan natur manusia yang lebih rendah
menuju pada kesadaran moral yang lebih tinggi (pengarus Teori Evolusi).

2. PANDANGAN ALKITAB TENTANG SIFAT-SIFAT DOSA


Untuk Kalangan Sendiri [ 18 ] www.TheologiaOnline.com
TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

a. Dosa tidak memiliki eksistensi yang independen. Dosa bukanlah suatu esensi
atau substansi diri manusia (tidak tercipta bersama penciptaan manusia), tapi
suatu ‘aksiden’ yang menyebabkan kecacatan dalam diri manusia yang mulanya
baik. Agustinus menyebutnya sebagai privatio boni, hilangnya kebaikan. Dosa
tidak mengubah esensi tapi mengubah arah hidup manusia. Stuktur gambar
Allah (esensi yang Allah karuniakan kepada manusia) masih ada, tetapi tidak
lagi memberikan fungsi yang seharusnya, bahkan menyimpang dari fungsi yang
telah ditentukan Allah, sehingga berbalik dipakai untuk menentang Allah.

b. Dosa adalah jenis kejahatan yang sangat spesifik Dosa adalah kejahatan moral
yang aktif karena manusia adalah mahluk berakal sehingga dosa yang
dilakukannya merupakan pilihan manusia sendiri (sengaja). Oleh karena itu
dosa menghasilkan permusuhan aktif dengan Allah.

c. Dosa memiliki sifat mutlak Tidak ada keadaan yang netral antara baik dan
jahat. Jika seseorang tidak dalam status yang benar maka ia pasti ada di posisi
yang salah, karena tidak ada pilihan lain di antaranya. Oleh karena itu Alkitab
selalu mengajak orang berdosa berbalik dari statusnya yang berdosa, artinya
posisinya harus diubah mutlak.

d. Dosa selalu memiliki hubungan dengan pelanggaran akan kehendak Allah. Dosa
tidak dapat dilihat tanpa menghubungkan diri dengan Allah dan kehendak-Nya
karena dosa merupakan pelanggaran akan hukum Allah. Bahkan untuk orang
yang belum mengenal Allah, dosa merupakan pelanggaran akan norma-norma
yang telah Allah tulis dalam hati manusia. {Rom 2:14-16} Oleh karena itu akibat
dari dosa adalah pemisahan dari Allah.

e. Dosa mencakup kesalahan dan pencemaran Kesalahan Adam telah mencemari


manusia dan hal itu tidak dapat disingkirkan lagi, karena tindakan tsb. terkait
dengan kedudukan/status Adam sebagai orang yang berdosa. Oleh karenanya
semua umat manusia yang dilahirkan dari Adam sudah membawa natur yang
telah tercemar/rusak. Tapi, selain itu pencemaran dosa juga melekat pada dosa
perbuatan. Perbuatan dosa sering menghasilkan kebiasaan dosa, kebiasaan
dosa pada gilirannya bisa menyebabkan bentuk kehidupan yang penuh dosa.

f. Dosa menempati kedudukan dalam hati Dosa mengendap di hati, yang adalah
organ utama jiwa, karena hati adalah sumber/pusat keluarnya segala sesuatu
tentang hidup. Oleh karena itu dari hati dosa menyebar ke seluruh intelektual,
kehendak, perasaan dan ke seluruh tubuh manusia. Beberapa ayat Alkitab yang
menunjukkan hati sebagai pusat/sumber:
1. Amsal 4:23
2. Yeremia 17:9
3. Matius 15:19
4. Lukas 6:45b

Untuk Kalangan Sendiri [ 19 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

g. Dosa tidak hanya mencakup tindakan tetapi juga pikiran. Hukum Allah
mengatakan bahwa dosa bisa mencakup pikiran sebagaimana juga ucapan atau
perbuatan, sebagaimana tercantum dalam Hukum Kesepuluh. {Keluaran 20:17}
Hal itu diulangi Yesus dalam Perjanjian Baru. {Matius 5:28} Juga Paulus di
Galatia 5:16,17 dan Galatia 5:24, yang disebut sebagai ‘keinginan daging’.

h. Dosa pada akarnya merupakan satu bentuk kesombongan. Berakar dari


kejatuhan malaikat, maka setan pun menggoda Hawa untuk memiliki
kesombongan yang sama, ‘kamu akan menjadi seperti Allah." {Kejadian 3:5}
Kesombongan merupakan dosa yang mendasari semua dosa lain, karena pada
dasarnya dosa berarti keinginan untuk mandiri dan menolak untuk mengakui
kebergantungan total kita kepada Allah.

i. Dosa biasanya berkedok. Manusia adalah mahluk ‘rasional’, sehingga selalu


merasionalisasikan tindakan yang mereka tahu tidak seharusnya mereka
lakukan.
1. Dosa selalu dilakukan untuk suatu alasan yang ‘baik’.
2. Kesulitan untuk mengenali dosa sendiri. Manusia lebih mudah melihat dosa
orang lain daripada dirinya sendiri. {Matius 7:3}
3. Cenderung ditutup-tutupi.

3. SIFAT UNIVERSALITAS DOSA

Baik orang Kristen maupun bukan Kristen menyadari bahwa dosa memiliki sifat
yang universal, karena setiap orang sadar atau tidak sadar mengakui kenyataan
bahwa manusia selalu bergumul dengan kejahatan moral di dalam dirinya. Bagi
orang Kristen sifat universalitas dosa ini sangat jelas karena Alkitab menyatakan
hal itu berkali-kali. Ada 4 relasi universalitas dosa yang dapat dijelaskan, yaitu
relasi dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan setan dan dengan Allah:

a. Dosa sebagai kuasa yang membelenggu. Sejak kejatuhan dalam dosa, di dalam
diri manusia ada kuasa yang mengikat (’ bondage of the will)’ yang mendorong
manusia untuk melawan Allah. Disebut sebagai ‘kuasa’ karena seringkali
manusia tidak memiliki kekuatan untuk melawannya sehingga kebebasan
manusia menjadi terganggu.

b. Dosa sebagai kelakuan yang merugikan. Dosa yang dilakukan didalam tindakan
menjadi perbuatan yang merugikan orang lain, baik sadar atau tidak sadar.

c. Dosa sebagai alat pemersatu dengan setan. Selain dimengerti sebagai suatu
kuasa dan kelakuan, dosa juga sebagai alat yang dipakai untuk mempersatukan
manusia dengan setan.

d. Dosa sebagai sikap melawan Allah. Karena dosa relasi manusia dengan Allah
menjadi rusak. Bahkan lebih dari pada hanya rusak karena manusia menjadi

Untuk Kalangan Sendiri [ 20 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

berani melawan Allah, sebaliknya terhadap setan manusia menjadi begitu


lemah.

4. MACAM-MACAM DOSA

a. Klasifikasi kuno membagi jenis-jenis dosa sebagai ‘Tujuh dosa maut’, yaitu:
1) Kesombongan
2) Ketamakan
3) Nafsu yang terlarang dan tak terkendali
4) Iri hati
5) Kerakusan
6) Kemarahan
7) Kemalasan

b. Secara khusus Alkitab PB (Injil) menyebutkan macam-macam dosa sbb.:


1) Menajiskan tempat Kudus {Mar 11:15-18}
2) Kemunafikan {Matius 23:1-36}
3) Ketamakan {Lukas 12:15}
4) Menghujat {Matius 12:22-37}
5) Melanggar Hukum {Matius 15:3-6}
6) Kesombongan {Matius 20:20-28; Lukas 7:14}
7) Menjadi batu sandungan {Matius 18:6}
8) Ketidaksetaan {Matius 8:19-22}
9) Ketidaksopanan/Pelanggaran susila {Matius 5:27-32}
10) Tidak berbuah {Yohanes 15:16}
11) Amarah {Matius 5:22}
12) Ucapan yang berdosa {Matius 5:33; 12:36}
13) Pamer diri {Matius 6:1-18}
14) Kurang beriman {Matius 6:25; Rom 13}
15) Sikap tidak bertanggungjawab dalam pelayanan {Matius 25:14-30; Lukas
19:11-27}
16) Kurang berdoa {Lukas 18:1-8}
17) Bebal {Amsal 24:9}
18) Kecongkakan {Amsal 21:4}
18) Tidak benar dan tidak adil ({1Yo 5:17}
19) Tahu yang baik tetapi tidak menjalankan {Yakobus 4:17}
20) Melanggar atau melampaui tuntutan Taurat {1Yo 3:4}

c. Jenis-jenis tingkatan dosa:


1) Pembedaan antara dosa-dosa roh dan dosa-dosa daging.
2) Pembedaan dosa berdasarkan derajat pengetahuan yang berbeda.
3) Pembedaan dosa yang disengaja dan tidak disengaja.
4) Pembedaan dosa berdasarkan sejauh mana seseorang menyerah kepada dosa.
5) Pembedaan antara dosa yang dapat diampuni dan yang tidak dapat diampuni.

Untuk Kalangan Sendiri [ 21 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

6) Pembedaan antara dosa yang membawa maut dan yang tidak membawa
maut.

B. TRANSMISI DAN HUKUMAN DOSA

1. PENYEBARAN DOSA
Dengan cara bagaimanakah keberdosaan dan kesalahan Adam diturunkan kepada
kita? Dosa Adam tidak diturunkan kepada keturunannya karena proses peniruan.
Adam adalah kepala umat manusia sekaligus menjadi wakil manusia. Ketika ia
berdosa, maka semua manusia tercakup di dalam kesalahan akibat dosa dan di
dalam penghukuman akibat dosa (imputasi). Oleh karena itu semua orang yang
lahir kemudian adalah dalam keadaan rusak. Kerusakan itu diturunkan kepada
manusia melalui orangtuanya. Namun demikian Alkitab tidak memberikan
penjelasan yang gamblang tentang bagaimana hal itu terjadi, tapi satu hal kita tahu
bahwa dosa Adam adalah dosa kita.

Dosa yang berasal dari Adam ini membuka kesempatan bagi iblis untuk bekerja
secara leluasa karena keadaan natur manusia yang sudah rusak/tercemar.
Kecemaran dalam diri manusia bagaikan pancaran mata air yang kotor bagi
seluruh dosa perbuatan yang dilakukan manusia. Dosa perbuatan ini adalah dosa-
dosa pribadi, yang bersifat jamak, yang dilakukan manusia baik yang berupa
tindakan maupun yang ada dalam pemikiran manusia, sedangkan dosa asal adalah
bersifat tunggal. Dosa asal memberi kekuatan yang fatal yang menyebabkan
manusia secara terus menerus melakukan tindakan/ perbuatan yang
memberontak kepada Allah, yang membawa pada penghukuman.

2. HUKUMAN DOSA
Allah adalah Allah yang adil, dan dosa adalah hal sangat serius bagi Allah. Oleh
karena itu dosa yang dilakukan manusia akan mendapat hukuman. Allah tidak
dapat membiarkan dosa, karena dosa merupakan tindakan agresif manusia untuk
melawan dan membenci Allah. {Keluaran 20:5}

a. Hukuman dosa asal


1. Kematian.
Alkitab menyebutkan dengan jelas bahwa hukuman atas dosa adalah ‘maut’
(kematian). Ada tiga arti kata ‘mati’ dalam Kejadian 2:17:
a. Kematian jasmani
b. Kematian rohani (keterpisahan dengan Allah)
c. Kematian kekal
2. Arah hidup manusia menjadi rusak dan manusia cenderung memilih salah.
3. Manusia mengalami penderitaan yang tidak henti-hentinya sepanjang hidup.

b. Hukuman dosa perbuatan bagi orang Kristen


1. Hati nurani menjadi gelisah.

Untuk Kalangan Sendiri [ 22 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

2. Penderitaan badani sebagai konsekuensi langsung dari tindakannya.


3. Penderitaan sebagai konsekuensi penghakiman hukum manusia.
4. Perpecahan hubungan dengan sesama.
5. Hubungan dengan Allah menjadi terhalang.
6. Berkat-berkat Tuhan menjadi tertunda.
c. Tujuan Allah memberikan hukuman atas dosa perbuatan manusia Secara umum
kita melihat ada tiga maksud penghukuman yang diberikan oleh Allah kepada
manusia:
1. Untuk membuktikan keadilan dan kebenaran Allah
2. Untuk membuat manusia jera sehingga berhenti berbuat dosa.
3. Untuk mengajar manusia agar kembali kepada Allah.

Untuk Kalangan Sendiri [ 23 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

BAB V
MANUSIA DAN
PENGHARAPANNYA

A. KONSEP ANUGERAH

1. ARTI DAN DEFINISI ‘ANUGERAH’


Konsep ‘anugerah’ di dalam Alkitab berakar erat pada konsep Perjanjian
Anuegerah. Namun sebelum membicarakan tentang perjanjian anugerah, mari
terlebih dahulu kita mempelajari arti dan definisi serta macam-macam anugerah:

a. Arti dan definisi ’ anugerah’dalam Perjanjian Lama Sebenarnya tidak ada kata
Ibrani yang tepat yang dipakai sebagai terjemahan kata ‘grace’ (anugerah)
seperti yang diartikan dalam bahasa Inggris. Yang paling mendekati adalah kata
hanan, artinya ‘perkenanan’ atau ‘kebaikan’ (to be merciful/gracious). Berasal
dari kara hen, artinya ‘merendahkan diri, membungkuk.’

Konsep ini dipakai untuk menjelaskan tindakan kebaikan yang diberikan


seseorang yang lebih tinggi kepada orang yang sangat membutuhkan
pertolongan karena ketidakmampuannya. Alkitab sering menunjukkan Allah
sebagai orang yang memiliki sifat kasih dan belas kasihan, yang selalu
memberikan kebaikan kepada manusia yang ada dalam keadaan terdesak yang
berteriak minta tolong. {Contoh: Maz 119:132} Pertolongan yang Allah berikan
bukan berdasarkan karena kebaikan manusia, tetapi karena Dia tahu
keputusasaan manusia yang memohon pertolongan yang hanya bisa diberikan
oleh Allah. Oleh karena itu respons yang umum diharapkan dari penerima
anugerah adalah ucapan syukur, namun bukan karena ia layak menerima
anugerah itu, tapi justru karena perasaan ketidaklayakannya menerima
anugerah (karena seharusnya tidak pantas menerimanya).

Kata Ibrani lain yang sering dipakai adalah ‘hesed’ artinya ‘lovingkindness’ atau
‘mercy’, yang mengandung arti kasih setia Allah yang dilimpahkan kepada
manusia berdasarkan perjanjian yang telah dibuat untuk umat-Nya. {Keluaran
15:13}

b. Arti dan Definisi ’ anugerah’dalam Perjanjian Baru Konsep ‘anugerah’ dalam PB


lebih berkembang dibandingkan PL. Kata Yunani yang sering dipakai adalah
charis, artinya ‘menunjukkan kebaikan dan kasih’. Paulus mengembangkan
konsep charis berdasarkan pengajaran yang ia terima dari Yesus bahwa Allah
merendahkan diri memberi belas kasihan kepada manusia, yang putusasa
karena dosa yang ditanggungnya. {Contoh Matius 11:28; Lukas 7:36}
Konsep yang dijabarkan oleh Paulus dalam tulisan-tulisannya diadopsi oleh
gereja sebagai konsep penting sehubungan dengan pekerjaan penyelamatan

Untuk Kalangan Sendiri [ 24 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

yang dilakukan Kristus untuk menebus dosa manusia, yang sebenarnya tidak
layak menerimanya. {contoh Rom 11:6,2Ko 4:15,6:1}

2. DUA MACAM ANUGERAH


Ada dua istilah yang dipakai untuk membedakan macam-macam anugerah, yaitu
Anugerah Umum (common grace) dan Anugerah Khusus (special grace).

1. Anugerah Umum Anugerah umum adalah kebaikan yang dinyatakan oleh Tuhan
melalui pemeliharaan-Nya akan semua ciptaan-Nya (manusia dan alam
seisinya), sekalipun manusia dan dunia telah mendapat kutukan akibat dosa.
Dengan demikian dunia dan isinya masih dapat terus berkembang baik, bahkan
segala sesuatu yang memungkinkan manusia hidup dengan nyaman, tertib dan
penuh kebaikan, adalah karena anugerah umum yang Tuhan sediakan.

Berkat-berkat dalam anugerah umum meliputi: berkat jasmani dan juga hal-hal
yang lebih bersifat abstrak, misalnya rasa keindahan, kebaikan, keadilan,
kebajikan pengetahuan dan kesopanan. Anugerah umum ini diberikan secara
cuma-cuma kepada semua orang tanpa pandang bulu. {Matius 5:45}

Tujuan diberikan anugerah umum ini adalah untuk menopang hidup manusia,
khususnya yang akan menerima anugerah keselamatan (anugerah khusus),
sedangkan untuk mereka yang tidak diselamatkan anugerah umum merupakan
penundaan akan pelaksanaan hukuman kekal.

2. Anugerah Khusus
Anugerah khusus adalah kebaikan yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia
untuk melepaskannya dari hukuman dosa kekal, melalui karya keselamatan
Yesus Kristus. Disebutkan khusus karena anugerah ini diberikan dengan cuma-
cuma tetapi tidak kepada semua orang, hanya kepada orang-orang khusus yang
dipilih-Nya.

Sifat dari anugerah khusus adalah untuk penyelamatan, oleh karena itu hasil
akhirnya adalah keselamatan umat Allah. Bagaimana anugerah khusus ini
diefektifkan dalam hidup manusia? Melalui kesadarannya akan kebutuhan
keselamatan sehingga ia menjawab panggilan Injil yang diwartakan yang
membawanya pada pengenalan akan Kristus yang menjadi sumber dari
anugerah khusus.

Untuk Kalangan Sendiri [ 25 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

3. KEBUTUHAN MANUSIA AKAN ANUGERAH


Melalui penjelasan di atas maka jelaslah bahwa Allah memberikan anugerah- Nya
kepada manusia karena Ia tahu bahwa manusia tidak mungkin hidup tanpa
anugerah-Nya, baik anugerah umum maupun anugerah khusus.

Anugerah umum memungkinkan manusia menjalankan kehidupannya


sebagaimana layaknya manusia hidup. Namun anugerah umum tidak akan
mendatangkan keselamatan kekal. Sebaliknya hanya anugerah khusus yang
memungkinkan manusia dapat hidup dalam persekutuan dengan Allah, karena di
dalam anugerah khusus Allah menyediakan keselamatan kekal kepada manusia.

Kesimpulan: Hubungan anugerah umum dan khusus sangat jelas, karena anugerah
umum pada ujungnya akan melayani anugerah khusus. Anugerah umum
memungkinkan semua manusia menyadari akan ketergantungannya kepada Allah.
Namun bagi mereka yang ditentukan untuk binasa akan menolak mengakui
kebutuhannya akan Allah. Penolakan akan anugerah umum sekaligus
membuktikan bahwa mereka tidak layak untuk menerima anugerah khusus.

B. PERJANJIAN ANUGERAH

1. PEMBUAT PERJANJIAN ANUGERAH


Perjanjian Anugerah dibedakan dengan Perjanjian Penebusan. Perjanjian
Penebusan adalah perjanjian yang dibuat oleh tiga Pribadi Allah Tritunggal yang
mempunyai misi untuk menyelamatkan manusia dari kutukan dosa kekal.

Bahwa Allah Bapa menetapkan untuk mengirim Allah Anak untuk menjadi tebusan
bagi dosa-dosa manusia, dan Allah Anak setuju untuk melaksanakan ketetapan itu.
Allah Roh Kudus setuju untuk melaksanakan kehendak Bapa dengan memberi
kuasa atas karya penebusan Kristus untuk bekerja dalam hati manusia setelah
Kristus naik ke surga.

Perjanjian Anugerah adalah perjanjian yang dibuat Allah dengan manusia. Bahwa
Allah sebagai pihak yang lebih tinggi membuat perjanjian dengan manusia ciptaan-
Nya bahwa Ia akan menyelamatkan umat pilihan-Nya dari kebinasaan kekal.
Perjanjian ini tidak dapat diubah dan sudah dinyatakan sejak jaman Perjanjian
Lama melalui kehidupan orang-orang pilihan Allah, seperti Nuh, Abraham dan
keturunannya. Namun sebelum janji itu dinyatakan secara kongkrit melalui
kedatangan Kristus ke dunia, perjanjian itu hanya dinyatakan dalam bentuk
simbol-simbol saja. Kristus, dalam Perjanjian Anugerah adalah ‘Mediator’ antara
Allah Bapa dan manusia. Di dalam perannya sebagai Mediator ini Kristus
memenuhi semua tuntutan perjanjian pihak manusia sehingga sanggup
mendamaikan manusia dengan Allah.

2. ISI PERJANJIAN ANUGERAH

Untuk Kalangan Sendiri [ 26 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

Janji Allah dinyatakan berulang-ulang dengan ungkapan: ‘supaya Aku menjadi


Allahmu dan Allah keturunanmu’. {Kejadian 17:7 Yeremia 31:33 32:38-40 Yehezkiel
34:23-25, 2 Korintus 6:16-18 Ibrani 8:10} Kepenuhan janji Allah ini akan digenapi
sebagaimana dikatakan dalam Wah 21:3, bahwa ‘Yehova adalah Allahku.’ Janji Allah
yang tercakup adalah: a. berkat-berkat selama di dunia b. pembenaran sehingga
menjadi anak-anak Allah c. pelaksanaan penuh akan berkat keselamatan d.
pemuliaan akhir

3. MENGAPA ALLAH MEMBUAT PERJANJIAN ANUGERAH DENGAN MANUSIA?


Kata ‘janji’ atau ‘perjanjian’ dalam bahasa Ibrani adalah ’berith’, sedangkan dalam
bahasa Yunani adalah ‘syntheke’ (perjanjian atau persetujuan antara dua pihak)
dan ’diatheke’(suatu aturan atau penetapan yang dibuat oleh satu pihak, sedang
pihak yang lain hanya bisa menerima atau menolak). Dalam konteks ini,
’diatheke’lebih tepat dipakai. Kata yang sepadan dipakai dalam bahasa Latin adalah
’testamentum’, artinya surat wasiat, surat yang ditinggalkan orang sebelum mati.

Allah membuat janji kepada manusia bukan karena manusia baik, sehingga layak
untuk menerima anugerah itu. Allah membuat janji karena kasih dan rahmat-Nya
kepada manusia, sebagaimana tertulis dalam Efe 1:5-7; ‘Dalam kasih Ia telah
menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya,
sesuai kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia,
yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Sebab di
dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa,
menurut kekayaan karunia-Nya.’

4. SIFAT PERJANJIAN ANUGERAH


Perjanjian Anugerah dibuat antara Allah dan manusia. Perjanjian anugerah ini
memang pemberian Allah semata, namun demikian perjanjian ini memiliki sifat
yang bersyarat, yaitu dari pihak Allah, Ia memberikan jaminan atas janji-janji-Nya,
sedangkan dari pihak manusia, manusia harus menerima dengan ‘iman’ untuk
memungkinkan mereka mewarisi janji-janji itu. Namun, apakah manusia, dengan
keberadaannya yang berdosa, dapat melakukannya? Dalam hal ini anugerah
Allahlah yang memungkinkan manusia untuk menerima janji itu (’ percaya’), yaitu
melalui kelahiran baru dan hidup baru.

Untuk Kalangan Sendiri [ 27 ] www.TheologiaOnline.com


TEOLOGIA SISTIMATIKA | Antropology & Hamartology

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Buku-buku yang dipakai sebagai sumber:

1. Abineno, JL. Ch., Pokok-pokok Penting dari Iman Kristen

2. Becker, Dieter, Pedoman Dogmatika, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993

3. Berkhof, Louis, Teologi Sistematika, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1993

4. Bruce, F.F., Canon Scripture, Illinois: InterVarsity Press, 1988

5. Ensiklopedia Masa Kini-Jilid A-Z, Jakarta; Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1993

6. Jongeneel, J.A.B., Pembimbing Ke Dalam Dogmatika Kristen, Jakarta

7. Grudem, Wyne, Systematic Theology, Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House,
1994

8. Lohse, Benhard, Pengantar Sejarah Dogma Kristen

9. Lukito, Daniel Lukas, Pengantar Teologi Kristen I, Bandung; Yayasan kalam Hidup

10. Milne, Bruce, Mengenali Kebenaran, Jakarta; BPK Gunung Mulia

11. Nieftrik, G.C. van dan Boland, B.J., Dogmatika Masa Kini, Jakarta

12. Ryrie, Charles C. Teologi Dasar, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1986

13. Scheunemann, V., Apa Kata Alkitab tentang Dogma Kristen,

14. Soedarmo, R., Ikhtisar Dogmatik, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993

15. Sproul, RC., Essential Truths of The Christian Faith, Illinois: Tyndale House Publishers, Inc.,
1992

16. Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika, Malang: Penerbit Gandum Mas, 1977

17. Tong, Stephen, Peta dan Teladan Allah, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1990

Untuk Kalangan Sendiri [ 28 ] www.TheologiaOnline.com

Anda mungkin juga menyukai