YAYASAN PELAYANAN LITERATUR ANUGERAH

PESAN
Pemimpin Umum :
Mangaranap Pandjaitan, B.Sc.
Pemimpin Redaksi :
DAFTAR ISI
Ir. T. Aritonang, M.Sc.
Ev. Alexander Wauran, STh. (Wakil) Hal.
Dewan Redaksi : 1. WAWASAN
Drs. Johan Sumampouw
Pdt. Jerry H. M. Sumanti S.Th. Tuhan Membuat Kita Sanggup Menolong Orang Lain ...1
Ev. Szhonie R. Pontolawokang S.Th.
Pdt. Dr. Audy R. Ngantung, M.Th. 2. JEJAK PERISTIWA
Ir. Alexander J. T. Gerung, M.Sc.
Jesy Ward Ajaiblah Tuhan, Allah Mahabesar........6
Ev. Cathie Ward, S.Th.
Koresponden :
3. Mari Belajar
Dr. Shirley Sumolang-Palit (Manado) Kehidupan Kristen............................ 14
Ny. Jeane Putong-Ngantung (Tondano)
Medy Tamorron Pasau (Makassar) 4. SANA-SINI
Feity Pandjaitan (Jakarta) Dispensasi Hukum Torat....................20
Nina Sumampouw (Jerman)
Sekretariat/Tata Usaha : 5. PESONA FIRMAN
Ny. Shierley Pandjaitan Bukti Alkitab Adalah Firman Tuhan...23
Debora Caroline
Ny. Laura Gerung 6. SANA-SINI
Kristianto
Alamat Sekretariat : Bersorak Mendapat Pengampunan Allah..27
Jl. Rawasari Barat III E-47 Jakarta 10510 7. SANA-SINI
Alamat Surat : Membangun Kualitas Hamba Tuhan Dalam Pelayanan ..31
PO. Box 1134 Jakarta 13011
Alamat Email : pelitaministry@yahoo.co.id 8. Kontak Pelayanan ..............................39
Website : www.gleamonline.org
Desain/Percetakan:
Anto/kaDia

Yayasan PELITA mengakui “Pengakuan Iman Rasuli” dan meyakini ajaran Alkitab
yang ikhtisarnya sebagai berikut:
1. Alkitab adalah Firman Allah yang diilhamkan-Nya secara verbal.
2. Tuhan Allah adalah Esa dan dalam penyataan-Nya beroknum tiga; Allah Bapa, Allah
Anak yaitu Yesus Kristus dan Roh Kudus (II Korintus 13:13)
3. Kejatuhan total manusia (Roma 3:10,23)
4. Penghukuman bagi setiap orang yang menolak Yesus Kristus (Yohanes 3:36; 8:24)
5. Penebusan hanya melalui darah Yesus dan keselamatan adalah anugerah Allah yang
harus diterima dengan beriman kepada Tuhan Yesus dan sama sekali bukan oleh usaha
manusia (Roma 3:24-25, Efesus 2:8-9)
6. Hidup yang kekal dan jaminan keselamatan kekal bagi setiap orang yang percaya Tuhan
Yesus (Yohanes 10:28-29)
7. Kebangkitan tubuh dan pengangkatan Tubuh Kristus, disusul oleh masa kesengsaraan
besar dan pemerintahan Yesus Kristus selama 1000 tahun di bumi (I Tesalonika 4:16-
17; I Korintus 15:35-49; Matius 25; Wahyu 20)
Yayasan PELITA bertujuan: Mengemban amanat Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus,
memberitakan Injil, dan menumbuhkan persekutuan orang-orang percaya.
Yayasan PELITA dalam mencapai tujuan mengadakan:
1. Penerbitan dan Penyebaran literatur Kristiani.
2. Seminar, diskusi, latihan, konsultasi, dan bimbingan/konseling Kristen.
3. Kegiatan gerejawi, sosial dan pendidikan dalam rangka mengemban kemanusiaan
melalui penelitian dan penulisan Kristen.

Tuhan Membuat Kita
Sanggup
Menolong Orang Lain
Oleh: Dr. Frans P. Tamarol
T
ersebutlah suatu kisah
seorang Ibu yang bernama
Michelle E. De Geneffe,
di salah satu bulan Desember
yang cuacanya sudah sangat
dingin pergi berbelanja untuk
ke­p erluan hari raya, terutama
tentunya hadiah-hadiah bagi
ang­g ota-anggota keluarganya.
Sebegitu banyaknya hal-hal yang
berkecamuk di dalam pikirannya
sehingga ketika ia keluar dari toko
dan sedang mendekati mobilnya
di tempat parkir baru dia sadar
bahwa ternyata mobilnya tidak
dikunci. Lalu dia pun memuat
hasil belanjaannya ke dalam
ba­g asi dan setelah selesai, dia
bergegas masuk di mobil dan
duduk di belakang setirnya.
Te n t u l a n g k a h b e r i k u t
ialah mengeluarkan kunci mobil
dari tas jinjingnya, langkah ini
harusnya dia lakukan sebelum
membuka pintu mobil atau tempat
bagasi, tetapi karena mobilnya
tidak terkunci, makanya dia
PESAN
WAWASAN
baru melakukannya sekarang.
Tetapi anehnya, tangannya yang
dimasukkan dalam saku yang
sama di tasnya (yang selalu
menjadi tempat menaruh kunci)
tidak menemukan untaian kunci
yang bukan saja berisi kunci
mobil tetapi juga kunci pintu-pintu
rumahnya.
Dalam hatinya, ini baru aneh
tetapi nyata; setahu dia, setiap
kali turun dari mobil, pasti kunci-
kunci itu akan dimasukkan di saku
itu, jadi rasanya tidak mungkin
tertinggal di toko atau tercecer di
jalan. Lalu dia tuangkan isi tasnya
di kursi di sebelahnya, tetapi
kunci-kunci itu tidak ada. Dalam
keadaan panik, matanya sempat
menangkap di tempat parkir orang
yang mempunyai kendala fisik
(handicapped parking space), ada
seorang Ibu yang sudah lanjut
usia duduk di kursi rodanya tanpa
mengenakan jaket atau baju tebal
untuk melindunginya dari sengatan
cuaca dingin. Seperti lupa pada
3
kepanikannya sendiri, Ibu Michelle
meperhatikan lagi bahwa Ibu
yang di kursi roda itu tidak dapat
memasuki mobil van-nya karena
lift yang mengangkat dia dan kursi
rodanya tak dapat diturunkan, ada
mobil lain di sampingnya yang
diparkir terlalu mepet ke van Ibu
yang lanjut usia itu.
Ibu Michelle pun turun dari
mobilnya dan mendekati Ibu yang
di kursi roda itu, ternyata dia su­
dah mulai menggigil kedinginan.
Dalam hatinya, Ibu Michelle ber­
kata, “Rupanya ada orang yang
butuh pertolongan.” Lalu dia
sa­p a Ibu yang di kursi roda itu
sambil bertanya, “Bolehkah saya
menolong Ibu?” Ibu di kursi roda
itu menjawab, “Ya, tolong saya,
lift di van saya tidak dapat keluar
karena terhalang dengan mobil
yang itu, sambil menunjuk ke mobil
SUV yang mepet di mobilnya. Lalu
Ibu Michelle meminta kunci mobil
van itu, kemudian ia masuk dan
memundurkannya sampai pintu
untuk mengeluarkan lift sudah
terbebas dari halangan mobil di
sampingnya.
Kemudian kunci dikem­b a­
likan kepada Ibu yang lanjut usia
itu, supaya dia menggunakan
remote-nya membuka pintu
lift sehingga liftnya turun dan
dia boleh naik bersama kursi
rodanya ke van. Baru setelah
pintu tertutup kembali dan Ibu
lanjut usia yang kedinginan itu
berpindah dari kursi roda dan
duduk di belakang setirnya, Ibu
Michelle beranjak pergi, tetapi
dia masih pastikan dulu bahwa
4 PESAN
Ibu yang mengemudikan mobil
van itu pergi.
Sampai di mobilnya, Ibu
Michelle sepertinya tidak ingat
bahwa tadi dia sempat panik
men­­cari kunci mobil di dalam
tas­n ya. Setelah dia masuk (ka­
rena pintunya tidak dikunci), dia
langsung membuka tasnya untuk
mengambil kunci, dan tentu saja
tangannya masuk di saku yang
bia­s a dia menaruh kuncinya.
Ajaib sekali, jarinya langsung
sa­­ja menyentuh kuncinya dan
menariknya keluar. Bagaimana
itu terjadi? Sebelumnya tidak ada
kunci, lalu dia pergi menolong Ibu
yang di kursi roda, kembali ternyata
kunci sudah ada di tasnya.
Tentu Ibu Michelle yang
sudah ingat lagi bagaimana dia
telah menjadi panik sebelum
pergi menolong Ibu yang satu itu,
sekarang dia menaikkan ucapan
syukur dan pujian ke hadapan
Tuhan yang entah bagaimana
telah memberi pengalaman yang
ajaib kepadanya. Seandainya Ibu
Michelle mendapat kesempatan
bersaksi dalam Ibadah gerejawi,
bagaimana kira-kira bunyi ke­
saksiannya? Apakah dia akan
bersaksi bahwa Tuhan sudah
mengembalikan kunci-kuncinya
yang tadinya raib dari tasnya?
Di sinilah pentingnya kisah
di atas dimuat dalam kolom Wa­
wasan dalam Edisi kali ini. Penulis
sendiri sudah mengambil waktu
melebarkan wawasan rohani se­
belum menyajikan kisah di atas
itu ke hadapan para pembaca.
Sekarang giliran anda-anda untuk
membuka mata dan hati guna
melebarkan wawasan rohani an­
da masing-masing. Jangan dulu
melihat apa yang penulis sajikan
berikut ini. Ambillah pinsil atau
ballpoint dan tulislah di catatan
(secarik kertas atau catatan pem­
bacaan Alkitab), kalimat-kalimat
yang kira-kira akan disampaikan
oleh Ibu Michelle kalau dia ber­
saksi dalam suatu Ibadah gerejawi
atau Persekutuan Doa, atau Bible
Study.
Penulis tidak bermaksud
mempermalukan para pembaca,
kan tidak ada yang melihat,
h a ­n y a a n d a s e n d i r i a n a t a u
b e r ­s a m a d e n g a n i s t e r i a t a u
suami (bagi yang berkeluarga).
Lagipula, apa yang anda tulis
itu tidak diberi nilai “salah” atau
“kurang.” Maksud penulis ialah
membuka wawasan rohani kita
semua, karena seandainya Ibu
Michelle benar-benar bersaksi
dan kesaksiannya sama dengan
yang anda tulis, ya, tidak apa-
apa, dia yang mengalami, dia
yang bersaksi, hanya Tuhan yang
berhak menilainya.
Sekarang, silakan tutup
ca­t atan anda, dan baca terus
Wawasan ini. Perhatikan bahwa
apa yang penulis sajikan berikut
bukan untuk menggantikan apa
yang anda sudah tulis, juga bukan
lebih baik, karena mungkin saja
berbeda, mungkin juga sama atau
hampir sama dengan yang anda
tulis.
Misalkan saja Ibu Michelle
bersaksi seperti ini (kalimat-kalimat
PESAN
pengantar tidak diikutkan lagi,
hanya diganti dengan titik-titik):
“…. Sementara saya sedang panik
mencari kunci, sampai seluruh isi
tas sudah dikeluarkan dan ditaruh
di kursi sebelah tetapi kunci mobil
saya tetap saja tidak tampak,
sementara itu, dari jendela mobil
ekor mata saya menangkap
adanya seorang Ibu yang sudah
lanjut usia sedang duduk di kursi
roda di samping mobil van. Lalu
saya benar-benar mengarahkan
perhatian saya kepada Ibu itu,
ternyata dia tidak memakai
perlengkapan baju musim dingin,
dan tampaknya dia sedang resah.
Saya berbicara di dalam hati,
‘Rupanya ada orang yang butuh
pertolongan.’ Dengan serta-merta,
kepanikan saya sepertinya hilang,
dan tanpa ragu-ragu saya turun
dari mobil dan pergi mendekati
Ibu di kursi roda itu. Dia sedang
menggigil kedinginan, lalu saya
tanya, ‘Bolehkah saya menolong
anda?’ Dia menjawab. ‘Ya, tolong
saya karena tidak dapat membuka
pintu lift untuk mengangkat saya
di kursi roda. Mobil itu (sambil
menunjuk ke arah mobil SUV
yang terparkir di samping mobil
vannya) terlalu mepet sehingga
menghalangi pintu lift saya.’
Kemudian saya pun
meminta kunci mobil vannya,
lalu masuk dan memundurkannya
sedemikian sehingga pintu lift-
nya terbebas dari halangan mobil
SUV di sampingnya. Kemudian
saya matikan mesin mobil lalu
mengembalikan kunci kepadanya
supaya dia boleh pakai untuk
5
membuka pintu dan menurunkan
lift untuk mengangkatnya di atas
kursi roda ke dalam mobil van-nya.
Semuanya berjalan lancar sampai
Ibu itu duduk di belakang setir
dan menghidupkan lagi mobil van-
nya dan pergi. Saya pun kembali
ke mobil tanpa ada kesadaran
bahwa tadi kunci saya hilang.
Setelah duduk di belakang setir,
saya langsung saja menggapai
tas dan memasukkan tangan ke
saku yang biasanya dipakai untuk
menaruh kunci mobil. Baru saya
merasa kaget dan teringat bahwa
tadi kunci saya hilang, tetapi kok
sekarang jari-jari saya menyentuh
kunci di tempat yang tadi sudah
berkali-kali saya telusuri dengan
jari. Ajaib sekali, untaian kunci
yang berisi kunci mobil dan kunci-
kunci lainnya ternyata ada di
dalam tas saya. Langsung saja
saya berdoa mengucapkan syukur
dan pujian kepada Tuhan yang
telah membebaskan saya dari
kepanikan dan terutama tentunya
Tuhan sudah membuat hati saya
gembira dengan mengembalikan
kunci-kunci yang tadinya tidak
saya temukan (entah apa yang
terjadi). Saya minta semua
sau­d ara yang mendengarkan
kesaksian ini bersama-sama de­
ngan saya mengangkat pujian dan
ucapan syukur kepada Tuhan,
Haleluyah.”
Apakah kesaksian yang
anda tulis di catatan itu sama
atau serupa dengan kesaksian
di atas? Ataukah agak berbeda
sedikit atau banyak? Perhatikan
bahwa tidak ada yang salah dalam
6 PESAN
kesaksian di atas, jadi seandainya
kesaksian yang anda tulis itu sama
atau serupa, tidak usah merasa
bersalah atau kurang. Kan, hanya
Tuhan yang boleh menilainya.
Berikut, coba ikuti se­a n­
dainya kesaksian di atas diubah
sedikit (hanya kalimat terakhir
sebelum dia berdoa sehingga
kata-kata doanya pun ikut be­
rubah): “… Ternyata Tuhan se­
lalu mempunyai cara membuat
kita sanggup menolong orang
lain, hanya apakah kita siap
mengesampingkan kepentingan
kita bahkan melupakan kepanikan
sendiri supaya dapat menolong
orang yang membutuhkan itu?
Langsung saja saya berdoa, Ya
Tuhan, Terimakasih sudah me­
nahan saya dengan cara tidak
menemukan kunci mobil di tas
saya, sehingga walaupun saya
menjadi panik, ternyata Tuhan
mempunyai maksud yang lebih
indah karena ada seorang Ibu yang
su­dah lanjut usia sedang menggigil
kedinginan di atas kursi rodanya,
dan Tuhan telah menguatkan
saya untuk melupakan kepanikan
dan permasalahan diri sendiri,
dan Tuhan sudah me­­ri­n gankan
langkah kaki saya menolong Ibu
yang di kursi roda itu, tentu Tuhan
tahu seandainya tidak ada yang
menolong orang yang lemah itu,
maka dia akan menjadi kaku dan
beku karena cuaca yang sangat
dingin. Sekarang dia sedang
menuju rumahnya, tibakanlah dia
dalam keadaan nyaman, sehat
dan selamat. Juga terimakasih
ya Tuhan karena sudah membuat
saya menemukan kembali kunci-
kunci saya di dalam tas, terpujilah
nama-Mu Tuhan Yesus.
Apakah kesaksian yang
an­­da tulis sama atau ada kesa­
maannya dengan kalimat-kalimat
pada alinea terakhir di atas?
Apakah wawasan anda terasa
lebih luas ketika membaca modi­
fikasi alinea penutupnya? Kalau
kesaksian yang sama dengan
penutup di atas (sebelum dimo­
difikasi), walaupun tidak salah
tentunya, tetapi wawasan roha­
ninya cuma sampai kepada man­
faat bagi dirinya sendiri, hasil
akhirnya ialah terbebasnya dia
(yang memberi kesaksian) dari
kepanikan dan hatinya menjadi
gembira dengan kembalinya
kun­­ci-kunci yang tadinya tidak
dite­mukan. Sedangkan pada ke­
sak­sian kedua yang alinea pe­nu­
tupnya dimodifikasi, ucapan teri­
makasih juga dinaikkan kepa­d a
Tuhan, hanya wawasan rohani­nya
lebih luas bukan hanya melihat
hasilnya bagi diri sendiri, tetapi
terutama melihat hasilnya bagi
orang lain yang membutuhkan
pertolongan.
Bahwa setiap orang percaya
itu mempunyai kebutuhan dan
permasalahan masing-masing,
tentu saja ya, tetapi dalam situasi
adanya orang lain yang butuh
pertolongan biasanya kita harus
menimbang, apakah saya harus
membereskan dulu permasalahan
saya, apakah saya harus meme­
nuhi dulu kebutuhan saya, dan
ketika berdoa lalu Tuhan menga­
bulkannya maka saya akan ber­
PESAN
gembira sekali sehingga dengan
mudah dapat menaikkan syukur
pujian ke hadirat-Nya yang Maha­
suci. Ataukah kita akan menjadi
gembira kalau Tuhan membuat
kita melupakan kebutuhan dan
permasalahan pribadi kita lalu
Tuhan meringankan langkah ki­
ta untuk menolong orang lain,
sehingga ucapan syukur kita bu­
kan “hanya” karena Tuhan su­
dah memenuhi kebutuhan kita,
tetapi terutama karena Tuhan
sudah berkenan memakai kita
untuk menolong orang lain, dan
karena orang yang ditolong itu
dapat terluput dari kesusahan
yang menimpanya, atau paling
kurang dapat terhibur oleh kasih
Tuhan yang mencapainya lewat
pertolongan kita?
Kalimat penutup pada ke­
saksian pertama, ucapan syukur
dan pujian itu kepada Tuhan (dan
itu sudah benar), tetapi hasil
yang kita ucapkan syukur itu
arahnya adalah pada kepentingan
diri sendiri (dan itu juga benar
hanya wawasan rohaninya agak
sempit). Alinea penutup pada
kesaksian yang kedua, ucapan
syukur dan pujian kepada Tuhan
(dan itu sudah benar), tetapi hasil
yang kita ucapankan syukur itu
arahnya adalah pada kepentingan
orang lain (dan itu juga benar,
bahkan wawasan rohaninya lebih
luas), walaupun ada juga buat
diri sendiri (silakan membaca
kembali Kehidupan Kristen Bagian
IV (dalam PESAN Edisi lalu dan
Bagian V pada Edisi ini).
mmm
7

Ajaiblah Tuhan,
Allah Mahabesar
D
i kala para tokoh dunia
sedang berusaha keras
menahan lajunya serangan
ISIS yang mera­jalela di Irak dan
Suria yang sudah mulai merambah
ke negara-negara se­kitar di Timur
Tengah bahkan ke Perancis,
Jerman, Rusia dan Amerika
Serikat; akhir-akhir ini Indonesia
pun diperingatkan bah­wa sudah
ada informasi-informasi tentang
kemungkinan adanya serangan
ISIS di daerah-daerah tertentu.
Tetapi para pemimpin bang­
sa serta rakyat Indonesia masih
saja bergelut dengan tatacara
berpolitik dalam era reformasi
yang memberi peluang besar ke­
pada setiap warga negara untuk
ber­suara menyampaikan pendapat
ma­s ing-masing secara bebas.
Situasi ini dimanfaatkan sebesar-
besarnya oleh para elit politik,
baik mereka yang mendukung
pemerintah maupun mereka yang
getol mengeritik pemerintah dari
segala segi baik menyangkut
lang­kah-langkah prinsipial (yang
8 PESAN
JEJAK PERISTIWA
menentukan kejayaan Republik
Indonesia sebagai bangsa dan
negara, dan juga langkah-langkah
pemerintah yang berpengaruh
pada hajat hidup orang banyak
seperti perpanjangan/perizinan
operasional Freeport) maupun
hal-hal yang sifatnya tehnis seperti
cara menyambut dan menjamu
para tamu negarawan yang da­
tang menghadiri Konferensi
Asia-Afrika, bahkan lebih kecil
lagi karena sifatnya yang sangat
sepele dan seharusnya tidak perlu
dipersoalkan yaitu salah satu dari
dua kancing jas Presiden Jokowi
yang tidak dikunci namun sempat
menjadi bahan pergunjingan yang
cukup hangat.
Namun karena kita, seper­
tinya baru saja melek demokrasi,
maka tidak tanggung-tanggung,
rasanya mau mengeritik atau me­
ngo­mentari apa saja langkah dan
kata para pemimpin eksekutif di
tingkat nasional sampai ke pro­
vinsi dan kabupaten/kota, langkah
dan kata para pemimpin yudikatif
di tingkat pusat sampai ke daerah-
daerah, dan tentu saja langkah
para wakil rakyat di DPR dan
DPRD, yang adakalanya baik ten­
tunya, tetapi tidak jarang membuat
puyeng kepala bagi orang-orang
yang melihatnya.
Rakyat Indonesia yang se­
ring mengikuti peristiwa-peristiwa
hangat di sosial media ataupun
m e ­­d i a c e t a k d a n e l e k t r o n i k
lain­n ya, se­p erti yang disebut
dalam tiga alinea di atas, tentu
terkesimah (maksudnya heran
atau kagum seperti ketika sedang
menonton pertandingan sepak
bola atau konser artis terkenal,
dan ada juga yang ketakutan
seperti ke­­­tika sedang menonton
filem horor). Kalau begitu, apakah
Jejak Peristiwa dalam PESAN edi­
si ini akan menelusuri peristiwa-
peristiwa hangat di dunia atau
lebih khusus lagi di Tanah Air
yang kita cintai ini?
Kali ini, kerena sesuatu
hal, PESAN, tidak berhasil meng­
hadirkan sentilan-sentilan tajam
namun segar buah pena Bpk.
Tumpal Aritonang yang menyoroti
jejak peristiwa-peristiwa sejenis
dengan yang disebut di atas. Para
pembaca diminta untuk membantu
berdoa kiranya dalam edisi-edisi
berikut Tuhan menolong Pak
Aritonang supaya dapat menulis
terus sehingga kita semua boleh
kembali menikmati tulisan-tulisan
beliau. Jadi, dalam PESAN Edisi
ini, para pembaca akan diajak
untuk mengikuti peristiwa yang
bukan terjadi di atas tanah bahkan
PESAN
tidak di langit pertama tempat
serangga dan burung serta pe­
sawat dan helikopter terbang,
tetapi di langit kedua yang biasa
kita sebut dengan istilah “angkasa
luar” yaitu tempat matahari, bu­
lan dan bintang-bintang ber­
ada. Tentu para pembaca cu­
k u p fa m i l i a r d e n g a n s e b u a h
nya­nyian terkenal yaitu O Store
Gud (dari puisi gubahan Carl G.
Boberg, 1885, dinyanyikan dalam
Swedish Melody yang mengalami
rearangement oleh Stuart K.
Hine, 1920) dan dalam bahasa
Indonesia berbunyi “Bila kulihat
bintang gemerlapan …” dstnya.
Nyanyian ini mengajak kita semua
untuk memperhatikan langit dan
bumi ciptaan Allah Mahabesar
(Roma 1:20) supaya kita dapat
memberi apresiasi / memuliakan
kebesaran dan keajaiban-Nya
(Mazmur 8:1-10).
Itulah sebabnya Jejak Peris­
tiwa kali ini diberi judul “Ajaiblah
Tuhan, Allah Mahabesar.” Per­
so­alannya karena manusia yang
berotak kecil ini ternyata sudah
mampu memikirkan hal-hal besar
melampaui permasalahan politik,
ekonomi, sosial, dan budaya
yang berkecamuk di dunia ini,
dan dengan kemajuan teknologi
tinggi sudah dapat memproses
data dalam jumlah besar dengan
kecepatan luar biasa serta kete­
patan perhitungan yang sangat
akurat. Tetapi sementara di satu
pihak otak manusia sudah diberi
kemampuan yang hebat oleh
Tuhan, pada pihak lain, orang-
9
orang yang tidak mempercayai
keberadaan Allah semakin giat
m e m ­p r o p a g a n d a k a n a g e n d a
a­teisme mereka.
Mari kita mengikuti se­
buah contoh jejak peristiwa dilun­
curkannya pesawat angkasa luar
tak berawak New Horizons pada
tanggal 19 Januari 2006 dengan
target menuju planet Pluto, lebih
daripada sembilan tahun yang lalu
dari Cape Canaveral Air Force
Station, Florida, USA.  Selama
perjalanannya melintasi planet-
planet lainnya dengan kecepatan
ketika diluncurkan sekitar 58.000
km/jam itu (kecepatan relatif
dipandang dari bumi yang juga se­
dang beredar namun dipa­n dang
dari matahari yang dianggap
re­­la­­tif diam, maka kecepatan
New Horizons dapat mencapai
160.000 km/jam), sangatlah cepat
dibandingkan dengan kecepatan
orbit pesawat-pesawat angkasa
luar pada umumnya yang ha­nya
28.000 km/jam, apalagi di­b an­­
dingkan dengan kecepatan pe­sa­
wat komersial seperti Boeing 747
yang hanya 0,87 km/jam pada
ketinggian 11.000 meter.
Selang sembilan tahun lebih
itu New Horizons telah melewati
planet-planet di dalam sistem
Ta­t a Surya sampai akhirnya
men­c apai planet terujung yakni
Pluto pada tanggal 14 Juli 2015.
Sebenarnya kuranglah tepat
apa­b ila dikatakan “mencapai”
benda angkasa itu karena jarak
terbang terdekat (fly by) ketika
lewat masih sekitar 11.650 km,
10
kemudian semakin menjauh dari
Pluto, terbang dengan kecepatan
sekitar 50.000 km/jam sehingga
pada saat sekarang (5 bulan sejak
fly by itu) sangat jauh dan makin
menjauh memasuki angkasa luar
yang lebih luas lagi. Dihitung dari
kalender, lamanya perjalanan
New Horizons dari Bumi ke Pluto
memakan waktu tepatnya 9 tahun,
5 bulan dan 25 hari.
Diberitakan a.l. oleh NBC
News bahwa peristiwa fly by oleh
New Horizons pada jarak dekat
dengan Pluto disaksikan oleh
le­b ih daripada 1000 wartawan
dan tamu-tamu orang penting da­
lam acara A Pluto watch party di
Johns Hopkins University Applied
Physics Laboratory. Pluto yang
pada tahun 2006 telah diturunkan
statusnya oleh The International
Astronomical Union dari planet
biasa ke dwarf planet itu ditemukan
oleh astronom Amerika yang
bernama Clyde Tombaugh Reggio
pada tahun 1930, karena itu se­
buah pelataran besar berbentuk
jantung (heart shaped) di Pluto
diberi nama Tombaugh Reggio
guna menghormati sang penemu.
Jarak rata-rata dari bumi ke Pluto
adalah lima miliard kilometer dan
waktu tempuh New Horizons
sembilan setengah tahun (tentu
bukan terbang lurus karena bumi
beredar sesuai lintasannya dan
demikian juga Pluto beredar
sesuai lintasannya yang masing-
masing berbentuk elips).
Apakah para ilmuwan
yang memantau dan memproses
PESAN
temuan-temuan yang dihasilkan
oleh misi New Horizons yang
berlabel biaya US $ 723 juta itu
tidak memiliki perasaan takjub
atas kebesaran Sang Pencipta?
Padahal Tuhan Allah bukan sa­ja
telah menciptakan dan memben­
tangkan langit dan bumi yang
menempati cakrawala yang
luar biasa besarnya, tetapi juga
dengan kuasa yang sedemikian
dahsyatnya telah meletakkan se­
mua benda angkasa teratur rapi
dan berjalan dengan mengikuti hu­
kum-hukum yang tetap sehingga
para ahli ini dapat menghitungnya
dengan rumus-tumus yang baku;
komputer-komputer mereka da­pat
diprogramkan sedemikian rupa
sehingga perhitungan-per­hitungan
mereka tidak me­leset walaupun
rentang waktu perhitungan itu
mencakup selang waktu selama
sembilan setengah tahun.
Ternyata mereka pun takjub,
se­telah mendapatkan data yang
dikirim lewat foto-foto yang sangat
jelas yang diambil oleh kamera
di New Horizons memperlihatkan
pegunungan setinggi Rocky
Mountain, sekitar 11,000 kaki
(3.500 meter) di atas permukaan
planet yang beku, demikian juga
lembah / ngarai di Charon (yaitu
bulan terbesarnya) berukuran
enam kali lebih dalam daripada
Grand Canyon, dan memang se­
ha­rusnyalah para ahli terkagum-
kagum. Di kota Laurel, Maryland,
markas mission operations NASA
untuk New Horizons, Alan Stern
(principal scientist) menyampaikan
PESAN
Ketakjuban para ahli
itu se­pertinya merujuk
kepada kata-kata
Tuhan Yesus dalam
Yohanes 18:37
dalam konferensi persnya, “I don’t
think any one of us could have
imagined that it was this good of a
toy store,” dan dengan kekaguman
lu­ar biasa ia berkata lebih lanjut, “I
think the whole system is amazing.
... The Pluto system is something
wonderful.” Demikian juga Will
Grundy di Lowell Observatory
menambahkan, “This is what we
came for.” Lalu ahli lain, yang
bertugas sebagai deputy project,
Cathy Olkin, mempertegas, “This
exceeds what we came for.”
Ketakjuban para ahli itu se­
pertinya merujuk kepada kata-
kata Tuhan Yesus dalam Yohanes
18:37 yang kurang lebih dapat
ditulis dalam bentuk paraphrase
sbb: For this I was born, and
for this cause I came for. Jika
memang benar demikian, maka
para ahli yang dikutip di atas itu
setidaknya mengetahui misi Tuhan
Yesus datang ke bumi, seperti
juga mereka mengetahui misi
New Horizons datang ke Pluto.
Bukankah kita juga sering tak­
jub walaupun hanya mengamati
11
bunga yang berkembang di pagi
hari dan gugur pada petang hari?
Itu peristiwanya terjadi di atas
tanah. Coba pikirkan bagaimana
bunga mawar setiap kali meng­
hasilkan kembangnya yang indah
dan baunya harum padahal ma­
kanannya diambil langsung dari
tanah yang menjadi lumpur ketika
kita siram. Bagaimana pula pohon
mawar merah menghasilkan kem­
bang yang warnanya berbeda
daripada pohon mawar putih?
Bagaimana pula pohon-pohon
bunga lainnya yang berwarna-
warni dan pohon buah-buahan
yang bekerja ibarat dapur alami
memasak segala jenis buah de­
ngan kandungan nutrisi dan rasa
yang beraneka-ragam?
Kembali ke jejak peristiwa
pesawat angkasa luar New
Horizons, secara sepintas kita
semua tahu bahwa meng­o pe­r a­
sikan sebuah mesin dari jarak jauh
seperti itu tentunya markas besar
yang di NASA akan mengalami
kendala selisih waktu dan jarak
transmisi. Tetapi dengan teknologi
digital dan melalui gelombang
elektromagnetis, kendala-kendala
itu sudah dapat diatasi dengan
mudah, dan itupun adalah berkat
keteraturan dalam susunan
ele­m en-elemen secara fisika
dan kimiawi buah karya Sang
Pencipta langit dan bumi. Karena
semuanya teratur, maka para ahli
matematika, fisika, kimia, dan
astronomi serta space science
dapat menghitung dengan benar,
lalu menyusun rumus-rumus
12
dan menuangkannya dalam pro­
gram-program komputer serta
rancangan-rancangan (designs)
alat-alat canggih yang bukan saja
beroperasi dengan kecepatan
ting­g i tetapi juga menghasilkan
perhitungan-perhitungan yang
sangat akurat.
Seandainya jejak peristiwa
ini hanya membicarakan tentang
kom­puter, maka untuk pertama ka­
li­­nya komputer itu dirancang oleh
para ahli menjelang pertengahan
abad ke-20 dengan menggunakan
aplikasi logika Boolean Algebra
yang ditemukan oleh seorang
ahli matematika Inggeris, George
Boole (1815-1864). Dalam perkem­
bang­an lebih lanjut, pada tahun
1937 Professor John Vincent Ata­
nasoff dan mahasiswanya Cliff
Berry memulai proyek Atanasoff-
Berry Computer atau disingkat
ABC yang pengembangannya
me­m a­k an waktu sekitar lima
tahun yakni sampai dengan tahun
1942 di Iowa State University
yang waktu itu masih bernama
Iowa State College. Komputer
ABC merupakan komputer elek­
trik yang menggunakan vacuum
tubes untuk digital computation
dan belum memiliki CPU, de­
ngan memakai binary math (logi­
ka Boolean Algebra). Berikut
ENIAC ditemukan oleh J. Presper
Eckert dan John Mauchly di
Uni­v ersity of Pennsylvania dan
pembangunannya dimulai pada
tahun 1943 sampai dengan
1946. Komputer eniac ini mengisi
ruangan sebesar 200 meter per­
PESAN

Namun profesor yang
me­nga­jar penulis
waktu itu sudah
meramalkan (bukan
bernubuat tentunya),
bahwa dalam waktu
20 sampai 30 tahun
ke depan, kom­puter
akan mencapai bentuk
kecilnya sehingga
dapat diletakkan di
telapak tangan,
segi dan menggunakan 18.000
vacuum tubes dengan berat selu­
ruhnya hampir 50 ton. Setelah
melewati masa pengembangan 70
tahun, coba bandingkan dengan
berat pesawat angkasa luar New
Horizons (hanya setengah ton),
dan di dalamnya sudah ada kom­
puter-komputer canggih yang di­
gu­n akan untuk berkomunikasi
de­­ngan tim yang mengemudikan
dan memantaunya dari bumi, la­
lu mengumpul, mengolah, dan
mengirim data ke markas New
Horizons.
Demikianlah ukuran sebuah
komputer pada waktu itu sebesar
rumah. Setelah berselang 40 ta­
hun, ketika penulis belajar tentang
il­mu komputer di Texas, Amerika
Serikat (pada awal tahun 80-
an), penulis tidak sempat melihat
bagaimana besarnya main frame-
nya, tetapi printernya sangat besar
dan ditempatkan dalam sebuah
PESAN
ruangan tersendiri sehingga para
mahasiswa dan staff universitas
setelah mengerjakan proyeknya
pa­da terminal di meja kerja ma­
sing-ma­sing di gedung berbeda-
beda, harus pergi ke ruang printer
itu guna mengambil hasil printout
di atas kertas bergaris putih hijau
dengan jenis huruf dot matrix
yang mutunya masih sangat jauh
di bawah apa yang kita miliki
saat ini.
Namun profesor yang me­
nga­jar penulis waktu itu sudah
meramalkan (bukan bernubuat
tentunya), bahwa dalam waktu 20
sampai 30 tahun ke depan, kom­
puter akan mencapai bentuk ke­
cilnya sehingga dapat diletakkan
di telapak tangan, dan sekarang
kita sudah dapat menikmatinya
dalam apa yang dinamakan HP,
atau kalau agak besar I-Pad
yang dimiliki oleh orang-orang
modern baik yang tinggal di kota-
kota besar sampai di desa-desa.
Kemampuan komputer-komputer
pun saat ini sungguh sangat cang­
gih seperti yang digunakan di
New Horizons baik di markasnya
maupun di dalam pesawatnya.
Nah, sekalipun para pem­
baca sudah memiliki komputer-
komputer dalam bentuk kecil di
telapak tangan masing-masing,
tetapi bukankah anda-anda masih
saja takjub apabila menengadah
ke langit pada malam hari dan
m e n ­­d a p a t k a n b a h w a b u l a n
(yang paling dekat dengan kita),
lalu planet-planet yang sempat
ditangkap dengan mata kita se­
13
per­t i Mars yang berwarna me­
rah, ataupun Venus yang te­
rang benderang di ufuk timur
beberapa saat sebelum matahari
terbit, serta bintang-bintang yang
masing-masing beredar dalam
konstalasinya, semuanya berputar
tanpa hentinya, tanpa capeknya,
dan tanpa kacau-balaunya, sehing­
ga orang-orang awam pun dapat
menghitung kapan bulan akan
ter­bit, bagaimana bentuk dan uku­
rannya pada malam tertentu, dan
kita tahu bahwa setiap kita bangun
di subuh hari dan melihat ke la­
ngit sebelah Timur pasti Venus
sudah bercahaya gemilang di atas
horison, dan pada malam hari kita
tahu bahwa bintang Pari selalu
menunjuk ke arah Selatan dan
bintang Biduk selalu menunjuk ke
arah Utara. Oh alangkah ajaibnya
Tuhan, Allah Mahabesar.
Dapatkah anda pembaca
membayangkan bahwa setiap
benda langit itu beredar mengitari
titik pusatnya masing-masing dan
untuk Tata Surya kita pusatnya
adalah matahari, planet Merkurius
adalah yang paling dekat, planet
Bumi adalah yang ketiga, dan Pluto
adalah yang terjauh. Berikut, bagi
setiap planet yang mempunyai
bulannya, maka bulan (atau
bulan-bulan itu) beredar mengitari
planetnya masing-masing sebagai
pusat. Planet Bumi, misalnya,
mempunyai satu bulannya yang
beredar sekitar 30 hari dalam
satu putaran, sementara planet
Mars memiliki dua bulannya, Pluto
memiliki lima bulannya, dan planet
14
Satur­nus mempunyai 12 bulannya.
Tentu bulan di planet-planet
lain itu namanya bukan Bulan
seperti yang dimiliki oleh planet
Bumi. Bulan di Pluto misalnya
diberi nama Chiron (yaitu yang
berukuran paling besar) dan yang
empat lainnya yang berukuran
lebih kecil diberi nama: Styx, Nix,
Kerberos, dan Hydra.
Kemajuan teknologi masa
kini sudah memungkinkan para
astronom menemukan planet-
planet di luar Tata Surya, dan se­­
ka­li lagi itu semua adalah hasil da­
ri kecanggihan pengetahuan dan
tek­nologi manusia, namun sebe­
narnya itu harusnya berpulang
kepada keteraturan letak, lin­tas­
an dan kecepatan setiap ben­
da angkasa itu, dan siapakah
yang mengatur semuanya itu?
Sangatlah malang bagi para ateis
karena mereka harus mengatakan
bahwa itu semua terjadi secara
kebetulan. Satu peristiwa di anta­
ra seratus, boleh saja disebut
kebetulan (one percent chance),
tetapi kalau semua elemen dalam
alam semesta ternyata ditemukan
mengikuti pola yang sama dan
teratur mulai dari struktur yang pa­
ling kecil yaitu atom ada elektron
yang berputar mengelilingi inti
atom (proton atau proton dan
neutron), lalu pada struktur yang
le­­bih besar, bahkan raksasa dalam
ben­t angannya pun, ada planet-
planet yang berputar mengelilingi
sebuah pusat (seperti matahari
dalam sistem Tata Surya dan
bin­­tang pada sistem lainnya di
PESAN
angkasa luar), apakah itu suatu
kebetulan?
Bagaimana dengan kera­
pian, keteraturan, dan ketepatan
semua letak, lintasan, dan kece­
patan benda-benda angkasa
itu, dapatkah itu terjadi secara
kebetulan? Dapatkah manusia
me­li­hat secara kasat mata adanya
sesuatu kebetulan yang terjadi
menyeluruh di dalam rumahnya
sendiri? Misalnya di ruang tamu,
meja-meja dan sofa teratur secara
kebetulan, di dapur dan di kamar
tidur semua perabotnya teratur
secara kebetulan? Bukankah se­
muanya harus diatur dan dirapikan
hampir setiap harinya? Siapakah
yang mengaturnya? Pasti ada
manusia yang mengaturnya.
Bagaimana dengan lalu lintas
di jalan-jalan? Seandainya tidak
ada yang membuat peraturan dan
mengawasi ketertiban berlalu-
lintas, apakah yang terjadi? Lalu
bagaimana dengan alam semesta?
Siapakah yang mengaturnya?
Tentu bukan manusia, melainkan
Tuhan, Sang Pencipta langit
dan bumi dan segala isinya; oh
alangkah ajaibnya Tuhan, Allah
yang Mahabesar. Hanya “orang
bebal berkata dalam hatinya,
‘Tidak ada Allah.’ Busuk dan jijik
perbuatan mereka, tidak ada yang
berbuat baik” (Mazmur 14:1).
Seandainya di antara pa­­­­­
ra pembaca sempat takjub de­
ngan peristiwa-peristiwa di alam,
khususnya yang terjadi di langit,
seperti yang sudah diulas dalam
pener­b angan New Horizons se­
PESAN
lama sembilan setengah tahun
menuju Pluto, dan juga takjub
merenungkan hasil olahan otak
manusia melalui mesin-mesin
dan komputer canggih yang dapat
mengemudikan dan memonitor
New Horizons dari jarak miliaran
kilometer jauhnya, maka takjublah
kepada Sang Pencipta yang se­
nan­t iasa memegang/menopang
hasil ciptaan-Nya —“In Him all
things hold together” (Kolose
1:17) supaya beredar secara
te­r ­a ­t ur dan rapi di cakrawala
yang luas ini sehingga para ahli
dapat menyusun rumus-rumus
yang tepat dan senantiasa dapat
mengaplikasikannya tanpa ada
kekuatiran bahwa satu atau be­
be­r apa benda angkasa akan
menyimpang dari lintasannya.
Tolong berdoa bagi para
ateis yang diharapkan mempunyai
perasaan takjub juga mengamati
alam semesta, kiranya mereka
bersedia mengakui keberadaan
Allah, dan mau bertekuk lutut
di hadapan Tuhan Allah Sang
Pencipta dan biarlah lidah mereka
semua mengaku bahwa Yesus
Kristus, Sang Anak Allah, adalah
Tuhan dan Juruselamat mereka
juga. Para pembaca pun tentunya
ada­­­­lah orang-orang yang menga­
kui dan tunduk serta takjub de­ngan
rasa hormat penuh penyembahan
kepada Sang Pencipta, dan para
pembaca juga (maksudnya setiap
kita, termasuk penulis) sudah
me­n e­r ima Yesus Kristus selaku
Tuhan dan Juruselamat pribadi
kita masing-masing, benarkah
demikian? mmm
15
 MARI BELAJAR

Kehidupan Kristen
Bagian V
Teladan Kristus
dalam Hal Merendahkan Hati
Oleh: Pdt. Dr. Frans P. Tamarol

M
enyambung pelajaran
k i ­­t a p a d a B a g i a n I V
yang berakhir dengan
pembahasan Filipi 2:3-4, maka
pada Bagian V ini kita akan belajar
dari Filipi 2:5-11 yakni mengenai
keteladanan Kristus dalam hal
merendahkan hati, bahkan lebih
lagi, Ia telah merendahkan diri-
Nya sampai mati di kayu salib.
Ada banyak di antara para
ahli yang memandang bagian
Al­kitab yang sedang kita pelajari
ini (khususnya ayat 6 sampai
dengan ayat 11) sebagai himne
yang sudah dikenal di antara
orang-orang percaya pada za­
man Paulus. Artinya, para ahli
dimak­s ud tentu menganggap
bahwa bagian Surat Paulus dalam
ayat-ayat tersebut bukan asli dari
tangan Paulus (berupa ilham
yang diperolehnya langsung dari
Tuhan). Atau, apabila para ahli itu
adalah orang-orang dari kalangan
Kristen injili, tentu mereka percaya
bahwa semua yang tertulis di
dalam Alkitab itu diilhamkan oleh
Allah, dan itu berarti mereka juga
harus mengatakan bahwa isi ilham
yang diterima Paulus menyangkut
bagian suratnya ini adalah supaya
dia mengambil himne yang sudah
ada dan dikenal pada masa itu.
Karena itu, dianggap perlu sebelum
memasuki pembahasan tentang isi
bagian Alkitab ini, baiklah kita
membicarakan sedikit tentang
kutipan berupa ungkapan dan
himne di dalam Alkitab Perjanjian
Baru.
Ungkapan dan himne di dalam
Alkitab Perjanjian Baru
Tentu hal yang disebut pada
alinea di atas dapat saja terjadi
karena Tuhan Allah itu Mahatahu
dan Mahakuasa sehingga Ia dapat
melakukan apa saja menurut
kehendak-Nya melalui hamba-
hamba-Nya, termasuk melalui
Rasul Paulus. Seperti pada bagian

16 PESAN
lain surat-suratnya pun, Paulus
mengutip ungkapan-ungkapan
(terutama ungkapan dari para
filsuf) yang sudah dikenal pada
waktu itu baik terbatas di kalangan
orang-orang terpelajar maupun di
masyarakat luas.
Berikut adalah beberapa
contoh dari ungkapan-ungkapan
dimaksud: (1) Pergaulan yang
buruk merusakkan kebiasaan yang
baik (1 Korintus 15:33), sebuah
ku­tipan dari Thais, karya seorang
penulis abad ke-3 SM yang ber­
nama Menander, yang dalam riwa­
yatnya pun dia mengutipnya dari
penulis lain bernama Euripides;
(2) Dasar orang Kreta pembo­hong,
binatang buas (Titus 1:12), sebuah
ungkapan dari Epimenides, yakni
“Seorang dari kalangan mereka
[orang Kreta], nabi mereka sen­
diri,” seperti yang dikatakan oleh
Paulus; (3) Sebab sama seperti
pada satu tubuh kita mempunyai
banyak anggota, tetapi tidak semua
anggota itu mempunyai tugas
yang sama (Roma 12:4), sebuah
ungkapan yang idenya berasal
dari Socrates yang mengatakan
bahwa sifat-sifat kita itu bukanlah
sama semua, melainkan berbeda-
beda; secara alami yang seorang
cocok untuk tugas tertentu, orang
lain lagi cocok untuk tugas yang
lain.
Berikut menyangkut himne,
ya, memang Alkitab Perjanjian
Baru pada bagian-bagian tertentu
mencatat himne-himne. Hal ini
dapat saja menyuguhkan kebe­­
naran anggapan sebagian ahli
PESAN
yang memandang bagian Surat
Filipi yang kita sedang bahas ini se­
bagai himne yang sudah dikenal di
antara orang-orang percaya pada
waktu itu. Memang masih menjadi
pertanyaan di antara orang-orang
yang menekuni pembelajaran
Alkitab Perjanjian Baru, apakah
him­n e-himne di dalam Alkitab
itu adalah himne-himne yang
su­d ah ada sebelumnya dengan
mengalami beberapa modifikasi
se­perlunya guna menyampaikan
ke­hendak Tuhan, ataukah me­mang
Tuhan memakai para hamba-Nya
untuk menggubah himne guna
mengungkapkan maksud-Nya di
dalam tulisan-tulisan Kitab Suci
seperti lagu-lagu penyembahan
dan nyanyian pujian yang dapat
kita baca di Kitab Mazmur misal­
nya.
Dalam Alkitab Perjanjian
Baru, selain Filipi 2:6-11 beberapa
himne masih dapat disebut la­
gi a.l.: (1) Dalam Kitab Injil
Lukas kita dapat membaca: (a)
“Jiwaku memuliakan Tuhan” (di­
kenal sebagai The Magnificat)
diucapkan oleh Maria, Ibunda
Yesus—His mother to be (Lukas
1:46-55); (b) “Terpujilah Tuhan,
Allah Israel” (dikenal sebagai The
Nunc Dimittis) yang diucapkan
oleh Zakaria (Lukas 1:68-79); (c)
“Kemuliaan bagi Allah di tempat
yang Mahatinggi” (The Gloria in
Excelsis Deo) dinyanyikan oleh
para malaikat (Lukas 2:14); dan
(d) “Sekarang, Tuhan, biarkanlah
hamba-Mu ini pergi dalam damai
sejahtera” diucapkan oleh Simeon
17
(Lukas 2:29-32). (2) Dalam Su­
rat-surat Paulus: (a) “Sebab se­
gala sesuatu adalah dari Dia, dan
oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi
Dialah kemuliaan sampai sela­
ma-lamanya” (Roma 11:36); (b)
“Bagi Dialah kemuliaan di dalam
jemaat dan di dalam Kristus Yesus
turun-temurun sampai selama-
lamanya. Amin” (Efesus 3:21); (c)
“Bangunlah, hai kamu yang tidur
….” (Efesus 5:14); (d) “Hormat dan
kemuliaan sampai selama-lama­
nya bagi Raja segala zaman, Allah
yang kekal, yang tak nampak,
yang esa! Amin” (1 Timotius 1:17);
(e) “Dia yang telah menyatakan
diri-Nya dalam rupa manusia,
dibenarkan dalam Roh; yang
me­n ampakkan diri-Nya kepada
malaikat-malaikat, diberitakan di
antara bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah; yang dipercayai
di dalam dunia, diangkat dalam
kemuliaan” (1 Timotius 3:16); (f)
“Yaitu saat yang akan ditentukan
oleh Penguasa yang satu-satunya
dan yang penuh bahagia, Raja di
atas segala raja dan Tuan di atas
segala tuan ….” (1 Timotius 6:15,
16); (g) “Jika kita mati dengan Dia,
kita pun akan hidup dengan Dia
….” (2 Timotius 2:11-13).
Masih di dalam surat-
surat Paulus, ada sebagian ahli
Perjanjian Baru yang menyatakan
bahwa keseluruhan 1 Korintus
Pasal 13 adalah himne juga.
Entah yang dimaksud ialah
Paulus mengutip himne yang
sudah dikenal, ataukah me­mang
dia menulis pasal itu dalam
ben­­tuk himne yang kemudian
18
di­n yanyikan oleh orang-orang
per­c aya waktu itu, tetapi di ka­
langan kristiani memang sudah
banyak lagu yang digubah oleh
para komponis berdasarkan pasal
ini seperti juga 2 Timotius 1:12
misalnya. Kemudian, di dalam
Kitab Wahyu juga terdapat banyak
contoh himne yang dapat dikutip,
di antara yang paling terkenal
ialah “Kudus, kudus, kuduslah
Tuhan Allah, yang Mahakuasa
….” (Wahyu 4:8), yang merujuk
ke Yesaya 6:3.
Kembali ke bagian Alkitab
Filipi 2:6-11, Zondervan Study
Bible (Ed. Kenneth Barker, 1999,
p 1732) menyatakan, “The poetic,
even lyric, character of these
verses is apparent. Many view
them as an early Christian hymn …
taken over and perhaps modified
by Paul. If so, they nontheles
express his convictions.” Frank
Thielman juga menyuguhkan
bahwa nyanyian-nyanyian orang
Kristen mula-mula bukan hanya
bersumber dari Kitab Mazmur,
tetapi juga dari himne-himne dan
lagu-lagu rohani yang ada pada
waktu itu seperti disebutkan oleh
Rasul Paulus dalam surat-suratnya
(Baca: Efesus 5:19; Kolose 3:16).
Dalam hubungan dengan itu,
menurut Thielman, sejak akhir
abad ke-19 sebagian ahli mulai
me­nge­mukakan pandangan bah­wa
Filipi 2:6-11 adalah sebuah himne
tentang Kristus yang direndahkan
dan kemudian ditinggikan. Tetapi
ia juga menyatakan bahwa para
ahli yang lain berpendapat berbeda
yaitu mereka tetap percaya bahwa
PESAN
bagian Alkitab ini berasal dari
pena Paulus sendiri. Dalam kata-
katanya, Thielman menulis, “Other
scholars, however, continue to
maintain that these verses reflect
a moment of impressive rhetoric
created by Paul himself precisely
to drive home the point that the
Philippians should strive for unity
by imitating the unselfishness of
Christ” (“Philippians” in Zondervan
Illustrated Bible Background
Commentary, Vol. 3, Zondervan,
2003, p. 355).
Tentu bagi kita orang-orang
percaya, sama sekali tidak ada
masalah apakah ayat-ayat Alkitab
yang menjadi pokok bahasan kita
dalam seri pelajaran Bagian V
ini adalah himne yang sudah
ada lalu dikutip oleh Paulus,
ataukah memang berupa buah
pena Paulus sendiri melalui ilham
Roh Kudus, karena tentunya
Tuhan ta­h u bahwa hamba-Nya
itu mam­p u menuliskan dalam
gaya bahasa yang sesuai untuk
menyampaikan kebenaran firman-
Nya. Lagipula, pa­da pelajaran kita
yang lalu telah di­­tunjukkan bahwa
isi perikop Filipi 1:27-2:18 terdiri
dari nasehat-nasehat Paulus serta
keteladanan Kristus dalam hal
merendahkan hati sedemikian
sehingga ayat-ayat 5-11 yang
sedang kita pelajari ini sangat pas
(konsisten) di dalam perikop dan
tentunya di dalam keseluruhan
Surat Filipi.
Penulis juga sudah memba­
has tentang Filipi 2:5-11 ini dalam
sebuah artikel yang diberi judul
Christ-like Servanthood (www.
PESAN
gleamonline.org under Resources).
Artikel tersebut mencakup pem­
bahasan perikop Filipi 2:1-11
yang dibagi atas dua bagian yakni
bagian pertama menguraikan
ayat-ayat 1-4, dan bagian kedua
tentang ayat-ayat 5-11. Uraian
berikut dalam bagian pelajaran
kita kali ini tidak mengikuti alur
pembahasan itu, namun beberapa
hal tertentu akan diberi rujukan
ke artikel termaksud.
Te l a d a n K r i s t u s d a l a m h a l
me­­­­­ren­­­­dahkan hati-Kristus di­
rendahkan
Seperti sudah disebutkan
dalam pelajaran lalu bahwa de­
ngan mengikuti garis besar yang
diberikan di dalam Companion
Bible (Kragel Publications, Grand
Rapids, MI, 1990, p. 1773), Filipi
2:5-11 itu juga terbagi atas dua
bagian yaitu bagian pertama
mencakup Kristus direndahkan
(2:5-8) dan bagian kedua, Kristus
ditinggikan (2:9-11). Tentu saja
istilah “direndahkan” yang dipakai
di sini untuk menjamin kesejajaran
dengan istilah “ditinggikan,” wa­
laupun apabila kita mempelajari
ayat-ayat 5-8 dengan saksama
kita akan sependapat bahwa
Kristus sendirilah yang dengan
rendah hati telah merendahkan
diri-Nya demi mematuhi kehendak
Sang Bapa guna menyelamatkan
kita orang-orang berdosa.
Nah, di dalam inkarnasi-
Nya Tuhan Yesus bersedia me­
ning­g alkan sorga yang mulia
lalu datang ke dunia dalam rupa
seorang hamba untuk melak­
19
sanakan misi penyelamatan ma­
nusia, dan dalam misinya itulah
Ia direndahkan oleh musuh-mu­
suh-Nya, musuh-musuh Bapa
sor­­gawi yang telah mengutus-Nya.
Di sinilah ungkapan “Dia telah
mengosongkan diri-Nya sendiri”
mendapatkan maknanya di dalam
pembelajaran kita yang akan lebih
diuraikan lagi pada alinea-alinea
berikut ini.
Menyusul nasehat-nase­
hatnya tentang hal merendahkan
hati dalam ayat-ayat 3 dan 4, pada
ayat 5 Paulus menunjuk kepada
Yesus Kristus yang merupakan
teladan yang sempurna dalam
hal merendahkan hati. Paulus
menulis, “Hendaklah kamu dalam
hidupmu bersama, menaruh pi­
kiran dan perasaan yang terdapat
juga dalam Kristus Yesus” (2:5).
Kemudian Paulus menyusulkan
apa pikiran dan perasaan yang
Tuhan Yesus sudah tunjukkan
dalam hidup-Nya, bahkan dalam
hal mati-Nya pun. Pertama-tama
Paulus sebutkan ialah Kristus te­lah
merendahkan diri-Nya walaupun
sebenarnya Dia itu adalah Allah.
Ungkapan “dalam rupa Allah” (2:6)
itu tidak berarti bahwa Kristus
“hanya merupakan” Allah, namun
dari bahasa aslinya μορφῇ Θεοῦ
itu artinya “wujud Allah,” atau
kalau kita membacanya di dalam
Kolose 2:9, “Sebab dalam Dialah
berdiam secara jasmaniah seluruh
kepenuhan ke-Allahan”, dan me­
nurut Yohanes 1:2, “Firman itu
adalah Allah.”
Berikut, dalam ayat 7
Paulus menulis, “[Kristus] telah
mengosongkan diri-Nya sendiri.”
20
Memerhatikan kalimat ini, seba­
gian penafsir mengajarkan bahwa
Kristus telah mengosongkan diri
dari ke-Allahan-Nya (He emptied
himself from His diety), namun
struktur kalimat yang kita baca
mulai ayat 5 sampai ayat 8 sa­
ma sekali tidak membenarkan
tafsiran seperti itu. Para penafsir
yang dimaksud di sini dikenal
sebagai penganjur dan penganut
faham kenoticism, yang di dalam
lingkungan Kristen injili, dianggap
sesat karena mereka tidak perca­
ya bahwa Yesus, oknum kedua
dari Tritunggal (the second person
of the Trinity) mempunyai dua
sifat pada waktu bersamaan yakni
Allah sesungguhnya dan manusia
sesungguhnya sesuai ajaran
Alkitab (Perhatikan! Penulis tidak
mengatakan bahwa penggunaan
kata “kenosis” itu sesat, tetapi
ajaran kenoticism yang sesat).
Millard J. Erickson (Christian
Theology, Baker Academic,
Grand Rapids, MI. 1998, p. 749)
menjelaskan pandangan dari para
penganut faham kenoticism itu
seperti yang dikemukakan oleh
Huge Ross Mackintosh, yakni
salah seorang penganjurnya, sbb.:
“… what Jesus emptied himself
of was the form of God (μορφῇ
Θεοῦ—morphē Theou, v. 6). The
Second Person of the Trinity laid
aside his distinctly divine attributes
(omnipotence, omnipresence,
etc.) and took on human qualities
instead. In effect, the incarnation
consisted of an exchange of part
of the divine nature for human
characteristics.”
PESAN
 Lebih lanjut menyangkut
ajaran-ajaran kenoticism termak­
sud, Erickson menambahkan,
“What we have here is parallel
in the realm of Christology to
the solution offered by modalistic
monarchianism to the problem
of the Trinity. Jesus is not God
and man simultaneously, but
successively. With respect to
certain attributes, he is God, then
he is human, then God again.
The solution to the Chalcedonian
formula is to maintain that Jesus
is God and a man in the same
respect, but not in the same time.”
Erickson menegaskan bahwa
ajaran seperti ini (kenoticism)
tidak sesuai dengan kebenaran
Alkitab (Baca: 1 Korintus 2:8;
Kolose 1:13-14; Yohanes 3:13;
Yohanes 6:62; dsb.). Dari ayat-ayat
tersebut kita tidak memperoleh pe­
tun­juk yang berlawanan dengan
kepercayaan ortodoksi bahwa satu
pribadi (oknum) Yesus Kristus
memiliki dua sifat (one person
in two natures) yaitu Allah yang
sesungguhnya dan manusia yang
sesungguhnya pada waktu yang
sama (simultaneously), bukan
bergantian (successively). Jadi,
tidaklah benar kalau mengajarkan
bah­wa Yesus adalah Allah, kemu­
dian dalam inkarnasinya Dia ada­
lah manusia, lalu setelah Dia bang­
kit dari kematian, Yesus kembali
menjadi Allah. Ketika Tuhan Yesus
menjadi manusia (mengambil rupa
manusia) dalam inkarnasi-Nya,
Dia tidak berhenti dari hakikat-Nya
sebagai Allah (Jesus did not stop
from His being God).
PESAN
Kalau demikian, apakah
yang dimaksud dengan Yesus
mengo­songkan diri-Nya? Per­ha­
tikan ayat 6, Yesus dari mulanya
adalah Allah (dalam wujud Allah—
μορφῇ Θεοῦ); He is God from
the beginning, at the present,
and in the future (Yohanes 1:1,
2; 15:58). Hal ini tidak berubah
termasuk dalam inkarnasinya.
Kita membaca terus, masih da­
lam ayat 6, “[Yesus] tidak meng­
anggap kesetaraan dengan Allah
itu sebagai milik yang harus di­
pertahankan” (a thing to be
gras­p ed). Sebagai Allah, Yesus
memiliki kesetaraan dengan Allah,
tetapi dalam inkarnasinya, Dia
tidak menahannya (rela menge­
sampingkannya—He volun­t arily
laid it aside) demikian sehingga
manusia yang melihat Dia, mereka
melihat-Nya sebagai manusia bia­
sa demi menaati kehendak Sang
Bapa yang mengutus-Nya. Tuhan
Yesus tidak menanggalkan ke-
Allahan-Nya, Ia mempunyai semua
atribut ke-Allahan (all attributes of
His deity), tetapi Dia rela untuk
tidak menggunakan-Nya, kecuali
dalam kasus-kasus tertentu ketika
Ia mengerjakan mujizat misalnya
(karena dianggap-Nya perlu untuk
mencapai maksud Sang Bapa).
Penjelasan dalam Scofield Study
Bible menyangkut kenyataan ini
mengatakan sbb., “[Christ] made
himself of no reputation. Emptied
Himself, that is, divested Himself
of His visible glory” (Ed. C. I.
Scofield, Oxford University Press,
NY. 2002, p. 1629). (Bersambung
ke edisi berikut).
21

KETENTUAN-KETENTUAN KEHIDUPAN BERBANGSA DAN
BERMASYARAKAT DALAM DISPENSASI-DISPENSASI
(Bagian Pertama)
S
ampai saat ini tulisan ber­­­
sambung di sekitar Dis­
pensasi Hukum Torat masih
berlanjut. Melalui beberapa edisi
bersambung yang lalu sudah ditulis
mengenai kehidupan mo­ral, dan
bagian terakhir adalah mengenai
penyembahan ber­hala.
Dalam edisi terakhir me­
ngenai penyembahan berhala,
penulis telah menjelaskan apa
itu berhala? Berhala bukan saja
hanya menggantikan Allah dengan
ilah lain, melainkan berhala itu
adalah segala sesuatu yang su­­
dah diutamakan di dalam kehi­
dupan manusia melebihi Allah
yang layak diutamakan di dalam
kehidupannya. Jadi berhala itu
adalah tidak mengutamakan Tuhan
yang seharusnya diutamakan di
dalam kehidupan manusia.
Selanjutnya melalui edisi
ini penulis mengangkat mengenai
Ketentuan-ketentuan menyangkut
“Ketentuan-ketentuan Kehidupan
22
SANA-SINI
DISPENSASI
HUKUM TORAT
(LANJUTAN)
Oleh : Jerry HM Sumanti, STh
Berbangsa dan Bermasyarakat”
dalam Dispensasi-dispensasi
(da­lam kaitan dengan Hukum
Torat dalam Dispensasi Hukum
Torat dan menoleh ke belakang
ke dispensasi-dispensasi sebelum
Dispensasi Hukum Torat dan im­
plikasinya bagi kehidupan kita
masa kini dalam Dispensasi Kasih
Karunia).
Pertanyaan-pertanyaan
yang akan timbul dalam hubungan
de­­ngan pokok yang akan ditulis
dalam edisi ini dan lanjutannya
kemudian adalah mungkin me­
nge­n ai: Apa dan bagaimana
ke­­­­­­hi­­dupan berbangsa dan ber­
masyarakat dalam ketentuan-
ketentuan dispensasional, baik
dalam dispensasi sebelum Hukum
Torat, pada Dispensasi Hukum
Torat sendiri dan implikasinya
dalam dispensasi sekarang
ini, Dispensasi Kasih Karunia?
Bangsa Israel sebagai bangsa
pilihan Tuhan, apakah perlu ada
PESAN
kepemerintahan manusiawi bagi
mereka seperti bangsa-bangsa
lain? Bagaimana ketentuan-ke­
tentuan kehidupan berbangsa
dan bermasyarakat sesuai de­
ngan aturan Hukum Torat dan
hubungannya secara horizontal
bagi seluruh umat manusia da­lam
dispensasi-dispensasi? Bagai­
m a ­n a k e p e m i m p i n a n d i l u a r
bang­­sa Israel, apakah berkenan
di hadapan Allah? Bagaimana
dengan pelaksanaan perbudakan
baik dalam lingkungan bangsa
lain maupun dalam lingkungan
bangsa Israel? Juga bagaimana
peraturan tentang jaminan ke­
se­­lamatan dalam berbangsa
dan bermasyarakat baik dalam
lingkungan bangsa lain maupun
dalam lingkungan bangsa Israel?
Dan juga bagaimana tentang
penga­­turan harta benda sebagai
milik pusaka maupun warisan?
Dan hal lainnya yang berhubungan
dengan ketentuan berbangsa dan
bermasyarakat yang nantinya akan
berkembang dalam tulisan ini.
Apa dan bagaimana ke­­­­hi­­­­
dupan berbangsa dan ber­masya­
rakat dalam ketentuan-ketentuan
dispensasional, baik dalam dis­
pensasi sebelum Hukum Torat,
maupun pada Dispensasi Hukum
Torat sendiri dan impli­k asinya
dalam dispensasi seka­r ang ini,
Dispensasi Kasih Karunia?
Untuk memahami ketentuan
kehi­d upan berbangsa dan ber­
masyarakat ini mau tidak mau kita
harus kembali ke awal kehidupan
ini yakni di taman Eden (diajurkan
PESAN
pembaca membaca kembali kitab
Kejadian pasal 1-3).
Kehidupan berbangsa dan
bermasyarakat sebenarnya sudah
dimulai di taman Eden ketika
Tuhan Allah menciptakan alam ini
dan sepasang manusia Adam dan
Hawa, dan makhluk hidup yang
lainnya (segala jenis binatang),
dan menempatkan mereka di ta­
man Eden dan kepada mereka
diberikan ketentuan-ketentuan
untuk dijalankan dan dipatuhi.
Apabila tidak mematuhinya, maka
bencana besar akan terjadi.
Kehidupan Adam dan Hawa
bersama dengan makhluk hidup
yang lainnya, pada awal mulanya
hi­d up dalam kebersamaan, ber­­­­­
dam­p ingan, sebagai satu ma­
sya­r akat yang hidup dalam ke­
tentraman dan kedamaian di satu
wilayah yang asri, indah mem­
pesona karena ditumbuhi berbagai
jenis tumbuhan sebagai penghias
alam lingkungan yang bersih
tanpa polusi. Dari segala je­n is
tumbuhan tersebut manusia dan
makhluk hidup yang lainnya men­­
da­p atkan suplai makanan yang
melimpah. Dialiri empat sungai
yang airnya bening bagaikan ka­
ca dan mengalir sampai jauh, air
sebagai pelepas dahaga dan ke­se­
jukan tubuh ketika mem­benamkan
diri ke dalamnya. Di siang hari
diterangi mentari yang memberi
kehangatan, dan di waktu malam
disinari rembulan dan pesona
bintang-bintang ber­t ebaran di
ang­­kasa raya. Itulah wilayah
yang namanya “Eden.” Dari sa­
23
na­lah dimulai kehidupan ber­
bang­sa dan bermasyarakat, dua
orang manusia bersama dengan
makhluk hidup yang lainnya.
Ketika itu manusia dan makhluk
hidup yang lainnya itu masih hidup
berdampingan, rukun dan damai,
bah­k an saling berkomunikasi.
Manusia Adam memberikan nama
kepada segala jenis binatang, dan
segala jenis tumbuhan/pepohonan,
dan sesuai dengan nama yang
diberikan demikian makluk hidup
itu dipanggil/disebut. Dari sanalah
bangsa dan masyarakat dimulai,
bangsa dan masyarakat “Eden,”
wilayah “Eden,” dan bahasa
“Eden.”
Kehidupan di taman Eden
ini menjadi dambaan setiap insani
yang merindukan kehidupan yang
asri, aman dan damai. Hidup rukun
dalam kebersamaan. Bahkan ada
begitu banyak usaha manusia
untuk “kembali ke alam,” kembali
ke Eden.” Berbagai usaha manusia
di­b uat untuk mencapainya, an­
tara lain: Gerakan Penghijauan
“Green Peace;” kampanye anti
peperangan; anti terorisme; anti
Rasialisme; dan lain sebagainya.
Itupun menjadi dambaan bangsa
Israel ketika mereka mengalami
kesengsaraan karena perbudakan
di negeri Mesir. Mereka mengeluh
dan memohon kepada Tuhan
untuk memenuhi janji-Nya yang
telah diikrarkan Tuhan kepada
Abraham untuk hidup di negeri
yang berlimpah susu dan madu,
“Tanah Kanaan.”
24
Namun apa yang terjadi?
Sampai saat ini kerinduan itu
se­p er­t inya baru sampai pada
angan-angan saja, karena dalam
kenyataannya dunia semakin
porak poranda, berbagai bencana
terjadi di seantero jagat! Siapakah
yang salah? Jangan pernah sa­
lahkan Tuhan, karena Tuhan tidak
pernah salah. Tuhan Allah telah
menciptakan alam raya ini sungguh
sempurna, indah mempesona
adanya (Kejadian 1:31).
Keindahan dan keasrian
ta­m an Eden serta kehidupan
yang aman dan damai sejahtera
itu sayangnya tidak berlangsung
lama. Keindahan, keasrian dan
kedamaian Eden menjadi rusak
karena ulah sang pengusik yang
datang merasuki si cerdik ular
memperdaya Hawa melanggar
ketentuan Sang Khalik yang telah
diikrarkan kepada Adam. Adam tak
dapat berbuat apa-apa dan tak
sanggup menolak apa yang telah
dilakukan Hawa. Adam menikmati
pelanggaran yang telah dilakukan
Hawa. Akibatnya bencana demi
bencana terjadi dalam alam raya
ini terus menerus sampai saat ini.
Pelanggaran demi pelanggaran
untuk merusak alam raya ini dibuat
oleh manusia sendiri, kendati
manusia mengharapkan untuk
hidup seperti di Eden. Adakah
harapan manusia pada umumnya
itu akan terjadi, atau­k ah hanya
sekedar impian bela­ka?
(Bersambung ke edisi
berikut).
PESAN
 PESONA FIRMAN
Bukti Alkitab
Adalah
Firman Tuhan
Oleh: Szhonie Roland

S
audara pernah ke toko bu­ Protes dan Usulan Manusia
ku, bukan? Di sana pas­t i Modern
saudara menemukan bebe­
Dalam masa yang disebut
rapa buku yang telah diterbitkan
modern ini serangan terhadap
kembali dengan beberapa bagian
Alkitab memang sedang menjadi-
yang telah direvisi agar sesuai
jadi. Alkitab adalah kitab yang
dengan perubahan zaman. Buku-
sedang hangat diprotes saat ini
buku ini harus mengikuti keinginan
ka­rena tidak menerima pernikahan
manusia yang hidup pada zaman
sejenis yang di beberapa negara
tertentu, bukan buku yang harus
telah diterima sebagai sesuatu
diikuti dan menjadi penuntun ma­
yang harus dilakukan. Alkitab
nusia. Buku-buku ini seharusnya
dianggap menjadi penghambat
tidak dapat dibandingkan dengan
kehidupan mereka yang ingin
Alkitab, tetapi di beberapa negara
hi­d up merdeka semerdeka-mer­
barat, buku-buku seperti ini telah
dekanya.
dianggap lebih baik dari Alkitab.
Beberapa orang menghakimi
Bahkan di sebuah negara
Al­kitab sebagai kitab yang telah
yang dikenal sebagai negara
ketinggalan zaman karena isinya
dengan pemeluk Kristen terbesar
dianggap tidak mencerminkan
yang biasanya Alkitab diletakkan
keadaan zaman ini. Alkitab di­
di dalam kamar hotel telah mengu­
anggap hanya sebuah buku
bah kebijakan mereka dengan
tua yang memuat kisah-kisah
mengganti Alkitab dengan sebuah
masyarakat kuno yang tidak lagi
buku yang sedang laris di negara
cocok untuk masa kini. Maka
tersebut. Alasan penggantian
tanpa segan me­reka mengusulkan
tersebut adalah bahwa mereka
agar Alkitab dimodifikasi dan
mengganggap buku tersebut
akan lebih menarik untuk dibaca hanya dapat digunakan sebagai
daripada Alkitab.  suatu referensi yang berhubungan

PESAN 25
dengan contoh kehidupan masya­
rakat pada masa lalu.
Alkitab disebut tidak cocok
lagi sebagai Firman Tuhan karena
tidak cocok dengan selera me­
reka yang menolak Alkitab. Ini
sebenarnya sesuatu yang meng­
gelikan. Mereka memprotes Al­
kitab sebagai Firman Tuhan pada­
hal mereka sendiri tidak pernah
mengakui Alkitab adalah Firman
Tuhan. Bahkan dengan tanpa
malu mengusulkan agar Alkitab
diubah. Bukankah lebih baik jika
mereka hidup saja seperti yang
mereka kehendaki daripada sibuk
mengurusi Alkitab?
Pada beberapa edisi sebe­
lum­nya dalam tulisan tentang Buk­
ti Alkitab adalah Firman Tuhan,
penulis pernah menyatakan bah­
wa Alkitab tidak menjadi Firman
Tuhan karena orang menerimanya
sebagai Firman Tuhan. Demikian
juga sebaliknya Alkitab tidak akan
menjadi bukan Firman Tuhan ka­
rena ada orang yang menolaknya
sebagai Firman Tuhan. Alkitab
adalah Firman Tuhan dengan
begitu banyak bukti.
Jadi, jika Alkitab diragukan
karena dianggap telah ketinggalan
zaman, maka rasanya klaim
ter­­sebut telah lama terlambat.
Bukankah zaman selalu berubah
dan orang yang hidup pada za­
mannya selalu menganggap za­
mannya lebih modern daripada
zaman sebelumnya? Sekarang
mari kita buktikan bahwa Alkitab
tidak ketinggalan zaman.
26
A l k i t a b Ti d a k K e t i n g g a l a n
Zaman
Tanpa bermaksud membela
membabi-buta, rasanya para ha­
kim yang menghakimi Alkitab
p e r ­­l u m e l i h a t d e n g a n j e r n i h
asal usul Alkitab dan isinya
yang jujur. Alkitab ditulis oleh
sekitar 40 orang penulis dengan
berbagai latar belakang selama
kurang lebih 1500 tahun. Dapat
dipastikan bahwa semua manusia
tahu bahwa selang waktu 1500
tahun itu bukanlah waktu yang
pendek dan pasti telah terjadi
banyak sekali perubahan dalam
kehidupan manusia, entah itu
budaya maupun pengetahuan.
Dalam waktu yang ber­
jarak seratus tahun saja pasti
telah terjadi kemajuan dalam
kebudayaan manusia demikian
juga dalam hal yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan. Lalu
bagaimana dengan jarak waktu
yang 1500 tahun tersebut?
Anehnya pada waktu penulisan
dan penyebarannya, Alkitab tidak
pernah diberi julukan sebagai
kitab yang isinya telah ketinggalan
zaman.
Mengenai isinya, Alkitab
dapat disebut sebagai buku
yang memiliki nilai sastra yang
tinggi. Alkitab mencatat asal mula
manusia di dunia dan kisah-kisah
per­juangan menghadapi kehidupan
dari para leluhur, terdapat kata-
kata bijak dan syair-syair yang
bernilai etis penuh keindahan,
ajaran-ajaran mengenai etika
dan sikap hidup yang menuntun
kepada kehidupan yang lebih
PESAN
baik dan nubuatan tentang hal-
hal yang akan terjadi pada masa
yang akan datang.
Ketika para hakim ini men­
jatuhkan vonis mereka, pada saat
itu sepertinya mereka tidak cukup
mengenal isi Alkitab. Mengapa?
Jika Alkitab telah ketinggalan
za­m an mengapa manusia pada
zaman ini mengikuti hal-hal negatif
yang ada pada zaman itu? Salah
satunya adalah hidup dalam dosa
perzinahan.
Manusia tidak mengatakan
bahwa apa yang dilakukan oleh
Daud apalagi Salomo dengan ke­
hi­dup­an rumah-tangganya sebagai
se­­suatu yang menjijikkan. Manusia
pada zaman ini sama dengan pada
zaman Daud dan Salomo dimana
dosa tersebut dianggap sebagai
sesuatu yang biasa-biasa saja
apalagi dilakukan oleh mereka
yang memiliki kekuasaan.
Manusia tidak dapat mem­
buat dosa perzinahan lebih mo­
dern daripada apa yang telah
dilakukan oleh Daud dan Salomo
atau orang-orang lain yang hidup
pada zaman Alkitab ditulis. Dosa
tersebut sudah disebutkan dalam
Alkitab dan juga akibat dari dosa
tersebut. Tidak ada yang baru
atau yang lebih modern dalam
hal ini.
Kisah hidup Adam dan Hawa
be­g itu memengaruhi manusia
sampai saat ini, demikian juga
dengan kisah pertempuran Daud
dan Goliat dan kisah kebijaksana­
an raja Salomo. Syair-syair dan
kata-kata bijak dalam Alkitab harus
diusahakan sekuat-kuatnya agar
PESAN
tersingkir dari hidup manusia pada
zaman ini sehingga pendapat
bah­w a Alkitab telah ketinggalan
zaman benar-benar sah. Demikian
juga ajaran tentang kasih dan
etika.
Memang manusia pernah
berusaha membuktikan bahwa
manusia yang pertama bukanlah
Adam dan Hawa karena manusia
adalah hasil evolusi. Tetapi se­
makin modern pengetahuan manu­
sia akhirnya usaha membuktikan
tersebut dianggap tidak benar
karena begitu banyak kelemahan
yang ditemukan dalam teori ter­
sebut. Manusia kembali lagi
pa­d a apa yang Alkitab katakan
bahwa manusia diciptakan Tuhan
dan  bukan hasil suatu evolusi.
Orang-orang modern
yang sedang mengembangkan
kehidupan yang lebih baik da­
lam cara berpikir dengan ka­
ta-kata motivasi tidak dapat
meng­­abaikan Alkitab. Mereka
meng­­gunakan kata-kata bijak
dari apa yang Alkitab nyatakan.
Jikapun mereka menggunakan
kata-kata yang sepertinya baru,
seharusnya mereka tidak perlu
malu menyatakan bahwa itu ha­
nyalah perubahan kata yang
sebenarnya berasal dari Alkitab.
Ajaran tentang kasih tidak
pernah pudar. Novel atau cerita-
cerita yang dikarang dengan cara
yang modern  tidak ada yang
dapat mengabaikan ajaran Alkitab
tentang kasih. Bahkan definisi
tentang kasih yang paling mulia
ada dalam Alkitab (1 Korintus 13).
Adakah manusia yang memiliki
27
definisi kasih lebih tinggi dari apa
yang dinyatakan Alkitab? Jika ada
maka benarlah bahwa Alkitab
telah ketinggalan zaman.
Mengenai etika, ajaran ten­
tang etika tidak pernah berubah
sampai sekarang ini. Anak dan
orang tua mempunyai peran ma­
sing-masing dalam menghormati
dan menghargai. Demikian juga
peng­­hormatan terhadap hak setiap
manusia. Zaman yang dianggap
modern tidak lantas memberikan
kebebasan kepada manusia untuk
dengan leluasa mencabut nyawa
manusia lainnya. Dalam kehidupan
seperti ini moralitas yang dituntut
dan ditonjolkan Alkitab tetap
relevan.   ilmu pengetahuan. Alkitab men­
Dalam hubungan ajaran
ten­­tang hal-hal yang berhubungan
ilmu pengetahuan. Bukti bahwa
bumi bulat tidak pernah berubah
menjadi segitiga atau lonjong
(Yesaya 40:22). Ketika Alkitab
menyatakan bahwa Nuh membuat
bahtera untuk dapat terhindar
dari air bah, sekarang inipun ma­
nusia membuat hal yang sama
untuk menghadapi bahaya air
bah. Atau apakah karena Alkitab
tidak menulis tentang pesawat
a ta u p e r j a l a n a n m a n u s i a k e
luar angkasa maka Alkitab telah
ketinggalan zaman? Bagaimana
dengan kisah Henokh dan Elia
yang terangkat ke luar angkasa
bahkan ke surga?
Soal protes dari kaum
ya n g s e d a n g b e r j u a n g a g a r
Alki­t ab diubah karena menjadi
penghalang pernikahan sesama
jenis, bukankah tidak hanya Al­
28
kitab yang menolak hal itu? Jadi
mengapa Alkitab harus diubah
untuk melegalkannya? Dengan
usaha seperti ini sebenarnya ma­
nusia yang menyatakan dirinya
modern sedang mengakui bahwa
Alkitab yang dikatakan telah
ketinggalan zaman tersebut ter­
nyata sangat berpengaruh bagi
kehidupan mereka.
Orang percaya tidak perlu
risau karena Alkitab dihakimi se­
bagai buku yang telah ketinggalan
zaman. Alkitab telah dan akan
membuktikan bahwa dia tidak
pernah ketinggalan zaman dan
tidak bertentangan dengan pe­
nemuan-penemuan ilmiah atau
catat bahwa pada hari-hari tera­
khir pengetahuan akan bertambah,
telah terbukti dan masih akan
terbukti lagi (Daniel 12:4).
Bahkan kehidupan manusia
yang semakin jahat telah dikatakan
Al­kitab dengan gamblang (2 Timo­
tius 3). Jadi semakin manusia
berusaha mengubah apa yang
Alkitab nyatakan semakin mem­
buktikan bahwa Alkitab benar
dan tidak pernah ketinggalan
zaman bahkan telah mendahului
zaman. Manusia selalu haus akan
pengetahuan dan terus memburu
kebahagiaan penuh materi yang
tanpa sadar sedang menggenapi
apa yang Tuhan telah nyatakan
jauh sebelumnya.
Hanya karena ketegaran
hati saja manusia selalu berusaha
menolak Alkitab sebagai Firman
Tuhan. Dan yang pasti Alkitab
tidak pernah akan berubah.
(Bersambung ke edisi berikut).
PESAN
 SANA-SINI

Bersorak
Mendapat
Pengampunan Allah
Oleh: Jammer Prayerson Andalangi, M.Th.

P
ertandingan Rafael Nadal
melawan Ivo Karlovic di
Shanghai Rolex Masters
2015 mungkin bu­kanlah yang ter­
hebat tetapi adalah pertandingan
yang seru dan menegangkan.
Daily Mail mengungkapkan bahwa
per­t an­d ingan itu seperti sebuah
mimpi buruk pembuka bagi Nadal,
karena ia bertanding melawan
servis-servis keras dari Karlovic.
Setelah tiga set pertandingan
yang berlangsung selama dua
jam dan 43 menit Nadal berhasil
keluar sebagai pemenang, 7-5,
6-7(4), 7-6(4). Ia bersorak dan
me­­­­lom­­pat karena kemenangannya
itu yang membawanya masuk ke
perdelapan final.
Raja Daud juga meng­g u­
nakan kata “bersorak” sebagai
hasil dari seorang yang diampuni
dosanya. Kisah kejatuhannya
ber­­sama Batsyeba dan teguran
Tuhan kepadanya memang dica­
tat di dalam Kitab 2 Samuel 11-
12. Hal ini tentu saja menjadi
pelajaran berharga bagi orang
percaya untuk menghormati kesu­
cian pernikahan dan kebaikan
Allah dan bukan bertindak se­
olah-olah seorang percaya di­be­
rikan sebuah hak istimewa un­
tuk berdosa. Pengakuan dosa
Raja Daud yang remuk hatinya
dicatat di dalam Mazmur 51.
Namun lebih banyak lagi catatan
Alkitab tentang pengampunan
yang Allah anugerahkan kepada
Daud. Pengampunan yang Daud
nikmati itu dicatat bukan saja
di dalam 2 Samuel 12, tetapi
ju­g a di dalam Kitab Mazmur
32:1-11 dan Surat Roma 4:6-8.
Pengampunan yang dinikmati ka­
rena iman kepada anugerah Allah
adalah kebenaran yang berlaku
transdispensasional.

PESAN 29
 Sampai saat ini masih ba­
nyak sekali artikel yang dimuat
di media sosial yang didahului
dengan penjelasan bagaimana
keselamatan itu adalah anugerah
Allah yang dapat diterima dengan
iman semata namun kemudian
b e r ­­a k h i r d e n g a n p e n j e l a s a n
bah­­wa perbuatan manusialah
yang menjadi penentu akhir da­ri
keselamatan hidupnya. Apa­k ah
mung­kin para penulis itu memiliki
ketakutan bahwa peng­a jaran
pengampunan dosa yang sepe­
nuhnya didasarkan pada iman
terhadap kehidupan dan karya
salib Kristus semata dapat men­
jadi suatu peluang untuk hidup
yang tidak bertanggung jawab?
Tentu saja hidup suci yang
memuliakan Tuhan adalah suatu
hal yang harus terjadi dalam hi­
dup orang percaya. Hal ini dapat
terwujud karena pertobatan yang
spesifik dan penyerahan hidup
yang sungguh-sungguh kepada
ke-Tuhanan Yesus Kristus. Dan
titik mula kehidupan rohani yang
penuh kemenangan adalah me­
miliki pengampunan, hidup kekal
dan hidup yang baru melalui iman
kepada anugerah Allah di dalam
Yesus Kristus.
Penulis begitu menikmati
suatu suasana ibadah anak
muda yang begitu bersemangat
dan perenungan firman Tuhan
yang begitu menguatkan dan
memberi damai. Di dalam se­
buah kelompok kecil sesudah
30
ibadah tersebut, penulis bersama
anggota kelompok lainnya saling
berbagi apa yang masing-masing
anggota kelompok dapatkan
dari perenungan firman Tuhan
di ibadah raya tersebut. Proses
sharing itu begitu menyenangkan
dan dilanjutkan dengan beberapa
games keakraban. Selanjutnya
pemimpin kelompok itu memberi
kejutan kepada anggota kelompok
yang berulang tahun pada minggu
itu. Begitu menyenangkan!
Sesudah merayakan ulang
tahun, kami masih sedikit lanjut
dengan sharing dan pada momen
itulah Tuhan menggerakkan pe­
nulis untuk berbagi tentang kepas­
tian pengampunan dosa dan hidup
yang kekal. Ketika hal itu dijadikan
suatu pertanyaan yang ditujukan
secara personal, seorang anggota
ke­lompok kemudian menunduk­kan
ke­pa­lanya dan menangis terharu.
Kami agak terkejut! Tetapi puji
Tuhan, pada hari itu dia kemudian
tahu tentang pengampunan, hi­
dup yang kekal dan hidup yang
baru yang dapat dengan pasti
dimiliki di dalam Tuhan Yesus.
D i a m e n e r i m a Tu h a n Ye s u s
se­­­ba­g ai Juruselamatnya. Dia
bersaksi kemudian bahwa dia
senang sudah bergabung dengan
kelompok tersebut dan begitu
menikmati suasana keceriaan
dan kekeluargaan kelompok itu,
bahkan sudah mengikuti ritual
baptisan air, tetapi baru pada
hari itu dia mengerti kasih Tuhan
PESAN

... dosa
tidak pernah
membawa
kebahagiaan
yang sejati.
Seba­liknya
membawa
dukacita, keke­
laman dan
kerusakan.
yang begitu besar yang telah
menyediakan kepastian bagi
pengampunan dosanya.
Tentu saja kami bersukacita
dan sangat senang dengan hal ini,
namun pada hari itu tidak terjadi
kemeriahan karena pertobatan
teman kami itu. Hanya seminggu
kemudian penulis diingatkan bah­
wa ketika seseorang bertobat
mungkin saja tidak akan ada
pera­yaan begitu meriah di bumi
ini tetapi sesungguhnya di sorga
ada para malaikat sorgawi yang
bersorak-sorai karena pertobatan
satu orang berdosa (Lukas
15:10).
PESAN
Di dalam Mazmur 32:1-11 Ra­­
ja Daud menggambarkan be­t a­pa
menge­rikan dan mendukakannya
dosa itu, tetapi ia juga me­nun­juk­
kan betapa berbahagianya orang
yang diampuni pelanggarannya
dan yang kesalahannya ti­
dak diperhitungkan. Suatu ca­
ta­­­tan di dalam New English
Translation mengemukakan bah­
wa sang pemazmur agung ini
mengungkapkan betapa men­
dukakannya dosa itu sebelum ia
me­ngakui dosanya dan bagaima­
na dari sudut pandangnya ia
melihat seolah-olah Tuhan sedang
men­c oba untuk membunuhnya
karena dosanya itu (ay. 1 & 4,
NET Notes Bibleworks 9). Teriknya
m u s i m p a n a s d a e r a h Ti m u r
Tengah yang disebutkan mungkin
saja dialami oleh sang raja dan
ia menganggapnya sebagai hu­
kuman Ilahi. Kemungkinan lain­
nya adalah sang pemazmur
sedang membandingkan waktu
penderitaannya dengan betapa
tidak nyaman dan menekannya
terik musim panas pada waktu itu.
Daud juga merasakan konsekuensi
yang begitu mengerikan dari dosa
perzinahannya dengan Batsyeba
(2 Samuel 12:10-12). Hal ini
meng­ingatkan kepada kita, bahwa
dosa tidak pernah membawa ke­
bahagiaan yang sejati. Seba­liknya
membawa dukacita, keke­laman
dan kerusakan.
Menurut Allen P. Ross,
ayat 4 juga dapat mengajarkan
31
kepada orang percaya akan
nik­m atnya pengampunan Allah
sesudah sebuah didikan Ilahi.
Jalan pemulihannya adalah
pengakuan kepada Tuhan dan ia
kemudian melihat pengampunan
Tuhan (The Bible Knowledge
Commentary, Old Testament,
Ed. Walvoord & Zuck, 1983, hal.
818). Di dalam pengampunan-
Nya Allah bahkan memberikan
jaminan kekuatan kepada orang
yang sungguh-sungguh bertobat
untuk menanggung konsekuensi
dari dosa yang sudah terjadi dan
bahwa kadar kasih-Nya kepada
setiap anak-Nya tidak akan pernah
berkurang, selalu megah dan luar
biasa. Sungguh be­sar anugerah-
Nya! Setiap a­nak-Nya selalu dite­
rima dan dikasihi-Nya serta tidak
akan pernah ditinggalkan-Nya.
Tentu saja pengampunan yang tak
tertandingi ini mengajarkan suatu
hidup yang bersukacita di dalam
pengampunan dan menikmati
hidup yang penuh kemenangan
dan kemerdekaan dan bukan
menghambakan diri lagi kepada
dosa.
Pemazmur juga meng­ingat­
kan bahwa pada satu waktu nanti
kesempatan untuk menerima
pengampunan itu akan berakhir
(ayat 6). Allah menghendaki setiap
orang untuk berlari tanpa rasa
malu kepada-Nya karena Ia penuh
kemurahan dan belas kasihan.
32
Dialah sumber keselamatan yang
sejati (ayat 7). Allah tidak ingin
manusia tersakiti dan menderita
karena dosa (ayat 8-9) tetapi
menikmati Allah yang penuh kasih
setia dan bersukacita di dalam Dia
sehingga kita bisa bersorak-sorai
(ayat 10-11).
Kita bersorak-sorai bukan
hanya karena mendapatkan pe­
ngam­p unan tetapi juga karena
mendapatkan Allah. Jikalau
k i ­t a m e n d a p a t k a n A l l a h i t u
berarti kita sudah mendapatkan
segala sesuatu. Kuasa, kasih
d a n k e ­b e n a r a n A l l a h s u d a h
disediakan untuk setiap orang
yang menerima Anak-Nya. Kalau
seorang petenis ber­s orak dan
melompat kegirangan ka­r ena
mendapatkan kemenangan dan
kalau para malaikat sorgawi
ber­­sukacita karena satu orang
berdosa bertobat, marilah ha­
ri ini kita seorang berdosa me­
lom­p at dan bersorak karena ki­­­­­
ta telah mendapatkan Allah dan
pengampunan-Nya yang mem­­­
berikan kepada kita hidup yang
penuh kemenangan dan kemer­
dekaan!
Catatan Redaksi:
Penulis adalah Dosen di Sekolah
Tinggi Teologi Anderson Manado
(STTAM) di Lembean, Minahasa
Utara.
PESAN

MEMBANGUN
KUALITAS HAMBA TUHAN
DALAM PELAYANAN
Oleh: Royke L. Kumowal
D
ari sejarah sejak keja­
tuh­a n manusia ke da­lam
d o s a , m a n u s i a m e ­m i ­
li­k i kecenderungan untuk ber­
sembunyi, “… ketika Tuhan Allah
berjalan-jalan dalam taman itu…
bersembunyilah manusia dan is­
terinya itu terhadap Tuhan Allah.”
(Kejadian 3:8). Sejak Adam dan
Hawa kecenderungan manusia
untuk “menyembunyikan dirinya
ini” sudah menjadi bagian dari
kehidupan umat manusia secara
universal.
Dalam setiap bidang pe­
kerjaan dan jabatan orang ber­
tanya: “Di manakah masih dite­
mukan kepatutan, kelayakan, ke­
ju­juran dan keterbukaan?” Kita
seringkali berusaha melindungi
diri dengan memakai kedok, apa­
kah karena hati nurani merasa
bersalah atau disebabkan karena
keangkuhan dan kebutuhan untuk
diakui, sehingga kita menampilkan
diri kita yang bukan diri kita yang
sesungguhnya.
PESAN
SANA-SINI
Kita dalam bidang peker­
jaan apapun baik dalam bidang
ekonomi, politik maupun da­lam
gereja, atau seseorang men­
du­d uki suatu jabatan tertentu
dalam profesi maupun institusi,
kita seringkali mendengarkan
se­r uan: ”Bersikaplah jujur dan
tunjukkanlah dirimu sebagaimana
kamu yang sesungguhnya!” Untuk
ini dibutuhkan keberanian dan
kita perlu bertanya bukan saja
tentang kecenderungan, tetapi
juga karakter yang merupakan
bagian dari hidup kita.
Apakah karakter itu?
Karakter, menurut KBBI, artinya
adalah: Tabiat; sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan
orang lain; watak.
Penulis sendiri mengartikan
karakter itu sebagai berikut:
”Karakter adalah motivasi batiniah
untuk melakukan yang benar,
be­r a­p a pun harga yang harus
dibayar.”
33
 Setiap orang di muka
bu­m i ini me­­­mi­liki kesempatan
yang setara untuk membangun
karakternya dengan mengem­
bangkan kualitas-kualitas keju­
juran, kesabaran, dan kesetiaan.
Artinya, bila kita mengambil ke­
putusan sehari-hari berdasarkan
kualitas-kualitas ini kita akan
mem­peroleh manfaat yang praktis
dan sekaligus kekal.”
SIAPAKAH ANDA PADA SAAT
SEORANG PUN TIDAK MELIHAT
ANDA ?
“Pembuktian karakter sejati
seseorang adalah apa yang akan
dia lakukan seandainya dia tahu
bahwa dirinya tidak akan pernah
ketahuan.” (Baron Thomas Ba­
bington Macaulay).
Penulis setuju dengan apa
yang dikatakan oleh Baron. Dan
apabila Penulis sederhanakan
untuk lebih mudah dibaca dari
pe­nyataan Baron tersebut adalah:
”Ujian karakter yang sebenarnya
bukanlah terletak pada apa yang
kita lakukan di depan umum; teta­pi
pa­da apa yang kita pikirkan ketika
kita dalam keadaan sendiri.”
Pertanyaannya: ”Siapakah Anda
pada saat Anda sendirian?”
Pertanyaan ini harus me­
nantang kita secara kritis, apakah
kita sebagai pekerja gereja penuh
waktu, atau paroh waktu, maupun
anggota jemaat biasa, terlalu mu­
dah untuk hidup suci pada saat-
saat kita berbakti, berada di antara
34
orang banyak dan di hadapan
umum. Dan bukanlah sesuatu
yang mudah bersikap ramah
dan menahan diri pada saat kita
berada di tengah-tengah keluarga
dan bersikap jujur terhadap diri
sendiri, yaitu ketika seorang
pun tidak melihat kita. Keaslian
hidup kita menampakkan dirinya
terutama bukan di atas panggung,
melainkan di dalam kehidupan
pri­badi kita. Keaslian kita nampak
dalam ketersembunyian hidup
kita. “Pengaruh yang membentuk
kehidupan kita adalah seperti
gu­nung es: 10% kelihatan, 90%
tidak kelihatan.”
Mata kita lebih sering tertuju
kepada orang banyak daripada
diri sendiri. Kita harus bertanya
kepada diri sendiri: ”Bagaimana
hidup kita bersama dengan
Yesus Kristus, pada saat tidak
seorang pun menjadi penonton?
Apakah yang masih nampak atau
tertinggal? Apakah kita hanya
berbicara tentang Alkitab dengan
orang lain, sementara kita sendiri
tidak lagi membacanya untuk diri
kita sendiri? Apakah kita hanya
berdoa dalam persekutuan dan
ibadah bersama dan “hanya
karena pelayanan?” Apakah kita
sendiri berbicara secara pribadi
dengan Tuhan Yesus, Tuhan
segala tuhan, pada saat tidak
seorang pun melihat kita?
Pertanyaan-pertanyaan di
atas ini tidaklah harus membuat kita
ta­kut atau merasa hati nurani kita
bersalah. Pertanyaan-pertanyaan
itu justru ingin memberikan pen­
PESAN
jelasan dan ketegasan, apa yang
merupakan sumber dari hidup
kita ini. Karena kita mudah ter­
goda untuk menampilkan diri yang
bukan diri kita yang sesungguhnya,
bahkan cenderung mengelabui
sesama kita dan diri kita sendiri.
Oleh sebab itu kita membutuhkan
klarifikasi untuk semua pertanyaan
itu.
Jika keberadaan kita ha­
nya hidup dari pengakuan dan
penerimaan orang lain, maka kita
tidak mungkin menunjukkan hidup
yang otentik dan integral baik itu
bagi diri kita sendiri atau untuk
orang lain. “Yang menentukan
dalam hidup pelayanan kita adalah
bagaimana kita mengisi waktu-
waktu teduh kita, ya justru pada
saat seorang pun tidak melihat
kita.” Matius 6:6 menjelaskan,
” Te t a p i j i k a e n g k a u b e r d o a ,
masuklah ke dalam kamarmu,
tutuplah pintu dan berdoalah
kepada Bapamu yg ada di tempat
tersembunyi.”
PESAN
Dalam pelayanan, kita tidak
pernah dapat memberikan kepada
orang lain apa yang tidak ada pada
kita. Kita tidak boleh mengabaikan
karakter. Kalau kita mengabaikan,
berarti kita meninggalkan dasar
pelayanan. Itulah sebabnya Allah
menghabiskan banyak waktu
untuk mempersiapkan pelayan-
Nya. Misalnya: Yusuf (13 tahun),
Musa (80 tahun), Paulus (3 ta­
hun). Tanpa karakter, pelayanan
h a ­n y a l a h s e b a g a i a k t i v i t a s
keagamaan belaka, atau lebih
buruk lagi, sebagai bisnis rohani.
Tuhan Yesus menyebut orang
Farisi sebagai kemunafikan. Dia
tahu bahwa orang Farisi lebih
memperhatikan reputasi mereka
daripada karakter mereka, dan
bahwa pujian manusia lebih me­
na­rik perhatian mereka daripada
perkenanan Allah. Tidak akan ada
seorang pun yang dapat melayani
Tuhan sekaligus bersandiwara.
Harus ingat peristiwa Ananias
dan Safira.
35
INTEGRITAS
Di atas kita memahami
ten­­­­­­­­tang pentingnya sebuah ka­
rakter, dan sekarang Penulis
akan mengajak Pembaca untuk
memahami pentingnya sebuah
integritas. Karakter dan Integritas
bagaikan 2 sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan. Karena
baik dan jeleknya karakter se­
seorang akan mempengaruhi nilai
integritas Anda di mata orang
lain.
Secara etimologi integritas
berasal dari bahasa latin, yakni
dari kata “integer” atau dalam
bahasa Inggris yakni “integrity”
yang berarti “tidak tersentuh,
utuh, menyeluruh, lengkap atau
segalanya.”
John C. Maxwell, seorang
penulis buku tentang kepe­m im­
pinan, mengatakan dalam bu­ku­
nya bahwa integritas   itu se­per­ti
ini: “Seorang yang tidak mem­
bagi loyalitas (itu sikap mendua)
ataupun dia hanya pura-pura (itu
munafik). Orang yang memiliki
integritas adalah orang yang “utuh.”
Mereka bisa diidentifikasi dengan
kesatuan pikirannya. Orang yang
memiliki integritas tidak punya
apapun untuk disembunyikan dan
tidak punya apapun untuk ditakuti.
Kehidupan mereka seperti buku
yang terbuka.
Penulis juga memiliki pe­­­nger­
tian tersendiri tentang integritas,
yaitu: “1) Integritas berarti mela­
kukan apa yang anda katakan
secara konsisten, dan 2) Integritas
36
berarti menepati janji, melakukan
apa yang telah dijanjikan, memilih
untuk bertanggung jawab dan
menjadikan motto untuk berjanji
selalu setia.”
Integritas mempunyai pe­­
ngaruh yang besar dalam pe­
layanan. Seorang yang memiliki
integritas pasti mementingkan
kepentingan orang lain. Integritas
adalah perekat yang menyatukan
cara hidup. Memimpin dengan
integritas harus menjadi bagian
yang permanen dalam kehidupan
ini, karena akan membawa orang
ke arah yang benar, yang lebih
merupakan tujuan bersama dari­­
pada tujuan pribadi sang pe­mim­
pin.
Ada 3 alasan seseorang
mau mengerjakan suatu pekerjaan:
Per­t ama, Kewajiban/keharusan
- Budak; Kedua, Keuntungan/
Imbalan - Karyawan; Ketiga, Kasih
- Pelayan Tuhan.
Pelayanan terlalu suci untuk
dimotivasi dengan keuntungan
duniawi dan terlalu sukar jika
dimotivasi dengan kewajiban,
ha­n ya kasih kepada Allah dan
manusia yang dapat membuat kita
bertahan dalam pelayanan. Hanya
ka­sih yang dapat membuat seorang
ham­ba Tuhan bisa mengutamakan
orang lain dan membuat tidak
memanfaatkan orang lain untuk
tujuan-tujuannya sendiri. Kasih
juga dapat mencegah seorang
hamba Tuhan menjadi diktator.
Kewajiban atau tugas dapat dipe­
nuhi dengan sukacita jika ada
kasih dalam diri pelaksana. Kasih
PESAN
itu bukan sekedar perasaan yang
dangkal atau sekedar ucapan,
tapi merupakan hasil pemahaman
yang dalam. Pelayanan Paulus
dipenuhi dengan kasih Kristus (2
Korintus 5:14) dan dorongan kasih
inilah yang membuatnya bertahan
dalam pelayanan ketika segala
sesuatunya menjadi sukar. Tanpa
kasih, akan ada banyak halangan
dalam pelayanan. Kita mungkin
tidak tahu tentang teori komunikasi
yang baik, namun dengan kasih
kita dapat membangun jembatan
dan meruntuhkan tembok pemi­
sah, sehingga berita Injil dapat
disampaikan.
Kasih juga memberikan moti­
va­si. Motivasi yang benar memberi
ke­k u­a tan yang besar pada saat
yang paling melelahkan, dan
mem­beri keteguhan pada waktu
penganiayaan menimpa, memberi
sukacita pada waktu sengsara
menekan; pada saat lingkungan
menunjukkan kegelapan yang
paling dahsyat, cahaya di dalam
hati kita makin menjadi terang.
Maka motivasi yang murni dan
hati nurani yang suci adalah salah
satu penyebab paling penting
bagi suksesnya pelayanan kita.
Tetapi, semakin berkembangnya
zaman, Integritas adalah komoditi
yang mulai menghilang saat ini.
Standar-standar pribadi ambruk
di dunia yang mengutamakan
kesenangan pribadi serta jalan
pintas menuju sukses.
Tidak sedikit para pemimpin
jemaat gagal dalam pelayanan oleh
karena tidak memiliki integritas
PESAN
sebagai pemimpin. Kejatuhan se­
orang pemimpin bukan merupakan
se­­suatu yang baru, semua ka­
rena masalah integritas. Jika
kita memiliki integritas, maka,
kita tidak akan menyembunyikan
kegagalan kita, kita tidak akan
bertindak seolah-olah kita tidak
mengalami kegagalan.
Tidak sampai di situ, de­
mikian juga kita menyaksikan
ada­nya hamba Tuhan yang tidak
melayani dengan tulus, lebih mem­
perhatikan keuntungan pri­b adi,
apakah materi, nama dan ke­du­
dukan, daripada mem­perhatikan
jemaat Tuhan yang dipercayakan
kepadanya. Seperti halnya kita
sangat membutuhkan pemimpin
bangsa yang mengasihi rakyat
dan betul-betul berjuang bagi ke­
sejahteraan seluruh rak­yat. Kita
juga membutuhkan rohaniawan-
rohaniawan yaitu hamba-hamba
Tuhan yang betul-betul melayani.
Seorang hamba Tuhan yang ba­
ik, ketika umat/rakyatnya da­lam
kesulitan, tersesat, dia a­k an
berusaha se­k uat tenaga me­n o­
long mereka, membantu mereka
mencari jalan keluar dari kesulitan
mereka. Hamba Tuhan seperti ini
sangat langka.
Pernyataan ini mungkin
keras, tetapi ini harus dikatakan:
“Lebih baik jangan jadi pelayan
Tuhan, jika Anda tidak mau be­
kerj­a dan melayani orang lain.
Tetapi hanya ingin menikmati
perhatian dari banyak orang
dan ingin terkenal.” Ingat, Tuhan
Yesus mengosongkan diri-Nya
37
dan menjadi seorang hamba bagi
manusia yang hina, Dia datang
untuk melayani. Apakah kita lebih
besar dari Dia?
Seorang pelayan harus me­
nyiap­k an diri untuk membayar
harga sebuah pelayanan. Pe­
la­­yanan sejati senantiasa me­
miliki resiko dan ini harus be­
rani ditanggung bagi seluruh
orang yang melayani. Semakin
tinggi kedudukan pelayan, akan
semakin tinggi harga yang harus
dibayarnya.
Pelayanan tanpa pengor­
banan sama sekali bukan pe­la­
yanan yang sebenarnya. Dalam
Markus 10:45, Yesus mem­p a­
ralelkan dua hal yakni 1) untuk
melayani dan 2) untuk memberi.
Hubungannya jelas, yaitu dalam
pelayanan ada harga yang ha­rus
dibayar. Pelayanan tanpa pe­
ngor­banan tidak akan mencapai
hasil apa-apa. Salib adalah bukti
pengorbanan yang sejati. Dan
seorang pelayan Tuhan harus
mengerti dengan benar tentang
melayani dan pengorbanan agar
kedua hal itu dapat diaplikasikan
dalam kehidupan pelayanannya.
Melayani dan memberi ha­
rus menjadi gaya hidup seorang
pelayan yang berintegritas. Penuh
ka­s ih, peka, lemah lembut, dan
ramah, rendah hati pun juga harus
menjadi gaya hidup pelayan-
pelayan Tuhan agar dapat melihat
jiwa-jiwa yang belum mengenal
kebenaran dan kasih Kristus
Yesus. Yesus telah memberikan
Kasih-Nya yang begitu besar di
38
kayu salib untuk semua umat ma­
nusia. Tetapi waspadalah, di sini
penulis mengingatkan bahwa ada
“salib” baru yang telah memasuki
kekristenan. Salib itu tidak punya
kaitan dengan penderitaan, pe­
ngor­­banan, dan kematian. Salib itu
ti­dak membunuh orang berdosa,
te­tapi hanya mengalihkan hidup­nya
ke­pa­da hidup yang lebih bergeng­
si, lebih kaya, dan menonjolkan
harga dirinya. Sehingga tujuan
mereka melayani adalah untuk
melihat apa yang dapat mereka
peroleh, bukan apa yang dapat
mereka berikan. Biasanya orang-
orang ini cepat mengeluh dan
cepat puas atas apa yang telah
mereka berikan.
Maka tidak heran jika banyak
pelayan Tuhan cepat bosan, lelah,
jenuh, dan frustasi, karena mereka
me­layani dengan cara kedagingan
dan bukan dengan cara Kristus.
Semua itu bisa timbul karena
pikiran kita selalu berkata: “Saya
melayani gereja/organisasi dan
bukan hanya Tuhan Yesus sendiri
saja.”  Jelas seperti ini akan mu­
dah lelah, letih, dan bosan. Kom­
pensasinya adalah menjadi cepat
marah.
Ada hal yang lain lagi,
ada pelayan yang sok sibuk me­
ngurus ini dan itu, sehingga tidak
bisa mengatur waktu dengan
baik, konsentrasi terpecah dan
banyak pelayanan terabaikan. Ini
karena  single fighter  dan belum
bisa mendelegasikan tugas.
Ingat, yang kita layani bukan ba­
rang, bukan sesuatu, melainkan
PESAN
 ... tidak bisa
mengatur waktu
dengan baik,
konsentrasi
terpecah dan
banyak pelayanan
terabaikan. Ini
karena single
fighter dan
belum bisa
mendelegasikan
tugas
seseorang, satu pribadi yang utuh
dan dikasihi Tuhan.
Seringkali ada kesalah­
pa­h aman menilai maksud dan
pikiran kita, sehingga mereka
protes, mengkritik dan senantiasa
menyoroti sisi negatif pekerjaan
kita. Bahkan semakin tinggi posisi
kita semakin tinggi resiko kritik
yang datang, tapi inilah harga
penyerahan diri kita kepada
Allah, seperti Kristus yang da­
lam melayani manusia disalah-
mengerti oleh banyak orang, bah­
kan difitnah.
Tidak semua orang senang
dengan pelayanan kita, mereka
bisa menolak kehadiran kita oleh
sebab-sebab tertentu. Dalam hal
ini kita harus berhati-hati dan
kalau kita bersalah, segeralah
memperbaikinya, dan kalau kita
PESAN
ditolak karena Injil, bersyukurlah
(1 Petrus 2:18-21).
Banyak orang memulai pe­
la­yanan yang kecil dan sederhana
dengan begitu tulus, sukarela,
murni, dan bersemangat. Tetapi
di kala kita dipercayakan Allah
untuk melakukan tugas pelayanan
yang lebih besar dan serius,
kita mulai kehilangan kasih dan
kemurnian kita menjadi luntur.
Pelayanan kita jadikan sebagai
sirkuit untuk berlomba mencapai
pun­c ak prestasi, nama yang
ha­­­rum, jabatan yang tinggi, di­
har­g ai, dan dihormati. Untuk
men­­capai ambisi tersebut tidak
jarang kita mengorbankan orang
lain, sehingga pelayanan bukan
lagi sebuah pelayanan seorang
hamba, melainkan sebuah standar
prestasi dunia. Banyak sudah
pelayan Tuhan yang jatuh dalam
hal ini. Itulah tantangan dan
cobaan dalam dunia pelayanan.
Sekarang bergantung pada
pilihan kita sendiri. Apakah kita
tetap menjaga standar hidup ro­
hani kita sebagai pelayan yang
sesuai dengan firman Allah
atau kita berkompromi dengan
menurunkan “sedikit demi sedikit”
standar hidup rohani kita demi
ambisi, rasa kecewa, marah,
atau apa pun juga yang pastinya
membawa kita kepada situasi dan
kondisi yang seharusnya tidak
perlu kita berada di situ. Dalam
pengalaman pelayanan penulis di
Sesua, seringkali terjadi kondisi
yang sulit, tidak ada jalan keluar
yang mustahil untuk dihadapi.
39
Seperti bangsa Israel waktu
ke­­­luar dari Mesir dikejar-kejar
tentara Firaun, diperhadapkan
pada dilema, maju terhalang
laut, mundur berhadapan dengan
tentara Mesir yang kuat. Maju dan
mundur sama-sama resikonya
mati. Israel putusasa, namun
Tuhan memberikan mujizat-Nya
melalui Musa yang penuh iman.
Sebagai pelayan Tuhan kita harus
memiliki iman seperti Musa, bu­
kan dengan kegagahan kuda dan
tentara yang kuat, melainkan de­
ngan hikmat dan keperkasaan
Tuhan kita harus terus maju.
Di dalam pelayanan jangan
biarkan iri hati hadir menyapa
pelayanan kita. Keadaan seperti
ini seringkali tanpa disadari mun­
cul be­gitu saja dalam hati seorang
pelayan Tuhan. Khususnya kalau
melihat keberhasilan orang atau
organisasi lain, sedang diri sendiri
tidak mendapatkan apa yang diha­
rapkannya. Iri hati merupakan
dosa yang bukan saja berdampak
bagi pribadi kita sendiri, tapi juga
bagi orang lain. Waspadalah ter­
hadap dosa ini. Sebagai contoh,
oleh karena iri hati kepada Daud,
maka Saul menjadi semakin jauh
dari Tuhan, dan oleh karena iri
hati saudara-saudaranya, Yusuf
menderita.
Selain iri hati, kesombongan
ada­lah musuh yang harus dising­
kirkan. Integritas kita tidak akan
menjadi lebih tinggi apabila kita
menonjolkan kesombongan.
40
Seorang pelayan Tuhan
yang sudah berada di atas, kalau
tidak berhati-hati akan mulai
ter­­­kikis rasa kasih dan melihat
semua rekan sebagai musuh
yang harus disingkirkan. Dia
mu­lai sombong dengan jabatan
dan penghasilannya, mulai tidak
menghargai orang yang ada di
bawahnya, merasa kesal dan
ter­g anggu kalau ada orang ka­
langan bawah membutuhkan pela­
yanannya. Kalaupun diker­jakan,
bukan dengan sungguh-sungguh
tapi setengah hati. Semua pela­ya­
nan dinilai dari ukuran pengaruh,
materi dan relasi. Ingatlah contoh
ini, penghulu malaikat jatuh men­
jadi iblis karena kesombongan,
Adam dan Hawa jatuh dalam dosa
karena kesombongan.
Goresan akhir dari tulisan
ini, marilah kita tetap bersemangat
dalam pelayanan kita yang Tu­
han percayakan kepada kita.
Tunjukkanlah bahwa kita memiliki
karakter dan integritas Kristus
di dalam kehidupan kita agar
orang lain yang kita layani dapat
melihat kemuliaan Allah di dalam
kehidupan kita dan menjadi berkat
bagi orang lain. Terpujilah Tuhan
Yesus sampai selama-lamanya.
Tuhan Yesus memberkati.
Catatan Redaksi:
Penulis adalah hamba Tuhan yang
melayani di GAA Malinau, Sesua,
Kalimantan Utara.
PESAN
 KONTAK PELAYANAN
Syukur dan pujian dipanjatkan kepada Tuhan Allah Bapa
Sorgawi yang telah mengantarkan majalah PESAN Edisi 89 ke
tangan saudara-saudara pembaca. Seperti saudara lihat, kami juga
menyisipkan dua lembar traktat penginjilan yakni Kesukaan Besar
(dalam bentuk Kartu Ucapan) yang saudara dapat berikan langsung
(atau kirim via pos) kepada kerabat atau teman. Disarankan kalau mau
mengirimnya lewat pos, sebaiknya dimasukkan ke dalam sampul kartu
yang banyak dijual di Toko-Toko Buku atau Toko Alat Tulis. Namun
seandainya pun, saudara tidak memasukkannya ke dalam sampul,
boleh juga dikirim tanpa sampul; nama dan alamat penerima dapat
saudara tulis pada baris yang tersedia di halaman belakang, lalu
tempelkan perangko secukupnya di salah satu pojok pada halaman
belakang juga. Kemudian, kartunya ditutup (dengan jalan melipat
dua) dan hanya diperlukan selotip kecil (atau lem seperlunya) di
kedua sudutnya untuk merapatkan sisi yang terbuka. Jangan gunakan
selotip atau lem sepanjang sisinya, mungkin saja Kantor Pos akan
tolak (tidak mengirimnya) karena kebanyakan celotip atau lem.
Kita sama-sama berdoa agar supaya isi traktat Kesukaan Besar
itu dapat dipakai Tuhan sebagai alat-Nya yang kecil di penghujung
tahun 2015 ini, dan kiranya boleh membawa berkat keselamatan
kepada kerabat / handai taulan. Untuk itu kami juga berharap agar
ada di antara pembaca yang tergerak memesan sejumlah traktat
termaksud, guna dibagi-bagikan kepada keluarga dan sahabat-sahabat.
Silakan saudara memesannya langsung ke Yayasan PELITA pada
alamat yang tertera di halaman dalam kulit belakang majalah PESAN
ini, atau dengan SMS ke nomor HP (contact person yang juga dapat
dilihat di halaman dalam kulit belakang atau di situs PELITA yakni:
www.gleamonline.org di bawah Contact Us).
Tidak ada ketentuan harga bagi saudara yang mau memesan
traktat-traktat penginjilan (termasuk traktat Kesukaan Besar). Kami
di Yayasan PELITA hanya mengimbau agar pihak pemesan memberi
donasi guna membantu ongkos cetak / kirim yang jumlahnya terserah
pada kerelaan hati masing-masing (II Korintus 9:7). Transferlah donasi
saudara ke salah satu rekening Bank yang ditulis di bawah ini. Donasi
saudara akan dibukukan di Pos Dana Buku/Traktat.
Apabila ada dari para pembaca yang tergerak hati memberi
donasi agar saling menopang bersama saudara-sauadara yang sudah
dan sedang memberi (walaupun saudara misalnya tidak memesan
traktat Kesukaan Besar), silakan mengirim/mentransfer donasi saudara
ke Nomor Rekening 2551051287, BCA Cabang Menara Mulya,

PESAN 41
Jakarta a.n. Jultje Kawengian (Wakil Bendahara), atau ke Nomor
Rekening 0310030030038, Bank Mandiri, Cabang Banjarmasin a.n.
Hertok Lantemona (Bendahara). Semua donasi saudara-saudara akan
dipakai sepenuhnya untuk pelayanan Injil Anugerah Allah. Silakan
saudara arahkan donasi saudara untuk dimasukkan pada pos-pos
mana yang saudara merasa ikut berbeban (untuk Pos Dana Umum/
PESAN, atau Pos Dana Penginjilan, atau Pos Dana Buku/Traktat);
apabila tidak diarahkan, maka kami akan memasukkannya di Pos
Dana Umum/PESAN.
Berikut adalah laporan penerimaan dana yang masuk pada
kedua nomor rekening tersebut di atas selang periode Agustus s/d
November 2015:
Agustus 2015
Kel. Putong-Kambey, Balikpapan
Kel. Kindangen-Dondok, Balikpapan
Kel. Putong-Ratnawati, Balikpapan
Kel. Posumah-Tumbelaka, Balikpapan
Kel. Rompas-Ward, Balikpapan
September 2015
Kel. Posumah-Tumbelaka, Balikpapan
Kel. Putong-Kambey, Balikpapan
Kel. Putong-Ratnawati, Balikpapan
Kel. Mawuntu-Tumbelaka, Balikpapan
Kel. Rori-Koyongian, Balikpapan  
Kel. Manengkey-Kemur, Balikpapan
Kel. Rompas-Ward, Balikpapan 
Ibu Yuvita Mariati, Banjarmasin           
Kel. Roeroe Eman, Manado           
Oktober 2015
Kel. Putong-Ratnawati, Balikpapan
Kel. Putong-Kambey, Balikpapan
Kel. Posumah-Tumbelaka, Balikpapan
Kel. Rompas-Ward, Balikpapan
Jemaat GAA Bogor        
November 2015
Persekutuan Bhineka, USA
GBC-Indonesian Ministry, USA
Kami di Yayasan PELITA berdoa kiranya berkat Tuhan semakin
melimpah bagi saudara-saudara, dan juga kami menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya atas pemberian saudara dengan
kerelaan hati dan penuh sukacita; “… sebab Allah mengasihi orang
yang memberi dengan sukacita” (II Kor. 9:7)

42 PESAN
 YAYASAN PELAYANAN LITERATUR ANUGERAH
(Yayasan “PELITA”)
Berdiri di Jakata Tanggal, 19 Oktober 1984
Akte Notaris N. R. Makahanap No.41 tgl. 29 Januari 1988
Terdaftar pada Kementrian Agama RI No. F/KEP/138/1943/1989
Jl. Rawasari Barat III E-47 Jakarta 10510, PO Box 1134 Jakarta 13011
Untuk sumbangan sukarela (donasi) dapat dikirim Lewat Bank:
BCA Cabang Menara Mulia,
No. Rek.: 2551051287, a.n.: Jultje Kawengian
Bank Mandiri, Cabang Banjarmasin
No.Rek.: 0310030030038 a.n. Hertok Lantemona
(Sesuai rapat pengurus Yayasan PELITA, 12 Mei 2012 di Bekasi)
(Mohon copy nota/bukti transfer dikirim ke P.O. Box 1134 Jakarta 13011,
atau diberitahukan via e-mail ke pelitaministry@yahoo.co.id
atau SMS ke No. HP: 08161429490 atau No. HP: 081319209508)

KOORDINATOR PELITA MINISTRY

Sumatera Utara : Bpk. Tumpal Nainggolan
Ev. Rianto Marbun, SE (Wakil)
Kepulauan Riau : Ir. Joice JL Ligow-Ngantung
Jawa Barat : dr. Henry Turangan
Jogyakarta : Pdt. Patty Fangidae
Bali : Yessy Ward
Kalimantan Timur : John Mamangkey, STh
Kalimantan Barat : Pdt. Stevanus S Viklous
Sulawesi Selatan : Pnt. Meddy Pasau
Sulawesi Tengah : Pdt. Amiruddin Wasugai, STh, SPAK
Sulawesi Utara : Pnt. Prof. Dr. Jimmy Posangi
Bpk. Alexander Wonte (Wakil)
Papua Timur : Ev. Hentje Mandolang

Pengurus Yayasan PELITA

Direktur : Dr. Frans P Tamarol
Wakil Direktur : Mangaranap Panjaitan, B.Sc.
Sekretaris : Ir. Tumpal Aritonang, M.Sc.
Wakil Sekretaris : dr. Henri J. Turangan
Bendahara : Hertok Hendrik Lantemona
Wakil Bendahara : Jultje Kawengian
Anggota : Jerry H M Sumanti, S.Th.
Drs. Johan A Sumampouw