Anda di halaman 1dari 3

Nama : May Efi Arianti Manalu

Nim : 16.3127

Matakuliah : Hermeneutik Pb 2

Dosen Pengampu : Pdt. Dr.Dewi Sri Sinaga

Yohanes 5:1-18 “Penyembuhan Pada Hari Sabat “

Pendahuluan

Pada bagian ini tentang kisah kesembuhan seorang yang buta sejak lahir. Seorang
buta yang beriman dan akhirnya mengikut Yesus. Namun dalam injil yohanes ini juga
demikian orang lumpuh dari kisah ini, Dia tidak percaya bahkan tidak peduli kepada Yesus
walaupun dia menerima kesembuhan dari Yesus. Dia adalah seorang lumpuh yang berada di
pinggir kolam Betesda.1 Menurut tradisi pada waktu itu, kolam ini adalah kolam
kesembuhan. Akan ada goncangan di dalam air, dan siapa pun yang pertama masuk ke dalam
air itu ketika terjadi goncangan, dia akan sembuh dari penyakitnya. Oleh Injil Yohanes,
kepercayaan tradisional inilah yang berusaha dibenturkan dengan Yesus. Bukan kolam atau
tradisi apa pun yang dapat menyembuhkan. Hanya Yesus menyembuhkan. Orang itu terus
duduk di pinggir kolam sambil menunggu kesempatan bisa disembuhkan. Orang ini sudah
begitu lama lumpuh. Ayat 5 mengatakan dia telah 38 tahun sakit. Ketika Yesus melihat dia,
Yesus pun bertanya, “maukah engkau sembuh?” Jawaban orang itu menunjukkan bahwa dia
tidak mengenal Yesus. Dia tidak menjawab, “ya, aku mau sembuh” tetapi menjawab bahwa
kolam yang dapat menyembuhkan itu tidak dapat dicapai oleh dia. Dia tetap mengandalkan
kolam padahal di depan dia ada Yesus yang sedang bercakap-cakap dengan dia. Inilah pikiran
orang yang telah dikurung oleh kebiasaan dan cara berpikir yang sempit. Kitapun sering
berpikiran seperti ini hanya ketika anugerah Tuhan tiba, lalu membukakan pikiran kita dan
membentuknya berdasarkan firman Tuhan, barulah kita dapat diselamatkan dari cara berpikir
seperti ini. Kesempitan berpikir yang membuat orang tidak bisa mengenal Tuhan dengan
benar. Kemudian Tuhan menyembuhkan dia dengan sebuah perintah, “Angkat tilammu dan
berjalanlah”. Orang itu sembuh dan melakukan apa yang Yesus perintahkan. Tetapi ada satu
permasalahan. Karena hari itu ternyata hari Sabat. Dalam tradisi orang-orang Yahudi dilarang
melakukan pekerjaan di hari Sabat. Memikul tilam adalah salah satu dari banyak hal lain
yang dilarang pada tradisi waktu hari Sabat.

1. Barclay, William, Pemahaman Alktab Sehari-hari: Injil Yohanes ps.1-7, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011
Itu sebabnya orang-orang Yahudi sangat marah melihat orang itu memikul tilamnya.
Ini pelanggaran terhadap Sabat, Melihat dirinya diserang seperti itu, orang yang telah
disembuhkan itu segera menyalahkan Yesus.“Orang yang menyembuhkan aku yang
memerintahkan, maka aku lakukan ini.” Pemikiran mereka masih sangat sempit karena
mereka masih mengikuti tradisi padahal mereka telah melihat bahwa ia telah disembuhkan
oleh Yesus namun yang dia mau lakukan adalah malah menjerumuskan Yesus oleh karena
memerintahkan dia melakukan ini. Namun,Mengapa Yesus memerintahkan dia memikul
tilamnya? Tidak tahukah Yesus kalau ini dapat menjadi masalah? Yesus tahu,ia
menyembuhkan pada hari sabat bahwa Dia ingin mendidik umat-Nya untuk memahami
Taurat dengan benar.2 Mereka melakukan segala peraturan dengan mekanistik dan kering.
Mereka tidak paham makna di balik setiap peraturan. Peraturan ditaati hanya sebagai usaha
untuk membuktikan kesalehan dan kelebihan diri dibandingkan orang lain. Israel sudah
tersesat, Mereka mungkin tidak tersesat di dalam menyembah berhala, tetapi mereka tersesat
di dalam hal yang sama buruknya, yaitu tersesat di dalam mengasihi baik terhadap bangsa
dan komunitas, mereka lebih kepada kebanggaan diri mereka sendiri dari pada mengasihi
Tuhan dan sesama. Mereka tidak mengasihi Tuhan dan tidak memahami isi hati Tuhan di
dalam firman-Nya. Mereka hanya tahu mana boleh dan mana tidak dan melakukan semua itu
secara mekanik, tanpa hati, tanpa kasih, tanpa kecintaan kepada Allah. Itulah sebabnya
pengharapan akan pertobatan sejati hanya mungkin jika Sang Mesias datang dan memberikan
hukum di dalam hati setiap orang (Yer.31:33-34). Makna sabat yang sesungguhnya,Sabat
adalah hari ke-7 yang dinikmati Tuhan setelah Dia menyelesaikan pekerajaan-Nya. Dia
beristirahat di hari ke-7. Dia juga mengundang umat-Nya untuk menikmati istirahat ini
bersama-sama dengan Dia. Inilah makna Sabat. Tuhan berdiam bersama-sama dengan
manusia di dalam kemuliaan dan kesucian yang sempurna. Damai sejahtera, sukacita,
kegembiraan, kasih, kekudusan, kemuliaan, semua akan memenuhi bumi ketika hari ini tiba.
Tetapi apakah syarat manusia dapat memasuki Sabat? Sama dengan Allah, yaitu jika manusia
telah selesai melakukan pekerjaannya. Tetapi ternyata manusia jatuh ke dalam dosa. Itulah
sebabnya Allah memulai pekerjaan-Nya menebus manusia. Pekerjaan penciptaan telah
selesai, sekarang Dia mempersiapkan umat yang akan Dia tebus. Itu sebabnya di dalam ayat
17 Yesus berkata bahwa Dia dan Bapa di surga bekerja hingga sekarang.

2. Bultmann, Rudolf, The Gospel Of John: A Commentary, Oxford: Westminster John Knox Press, 1971
Karena Sang Bapa di surga masih bekerja, demikian juga Dia bekerja. Hingga tiba
saatnya Dia menyelesaikan pekerjaan-Nya, yaitu menaklukkan bumi dan menaklukkan
kejahatan serta maut, barulah tiba Sabat yang sejati. Inilah makna Sabat. Setiap hari ke-7
orang Israel beribadah kepada Allah dan menjalankan Sabat sambil mengingat pengharapan
Sabat yang sejati ketika Sang Mesias berhasil menjalankan pekerjaan-Nya. Apakah orang
Yahudi memahami ini? Jika mereka memahami ini, mereka tidak akan membenci Yesus
karena apa yang Dia kerjakan ini.di dalam ayat 14 Yesus bertemu kembali dengan orang
yang disembuhkan ini. Yesus berpesan agar dia jangan berbuat dosa lagi. Sangat mungkin
kalau dia adalah orang yang berdosa dan mengalami penyakitnya itu sebagai hukuman dari
Tuhan. Penyakit tidak bisa langsung dikaitkan dengan keberdosaan seseorang, tetapi untuk
kali ini Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan bahwa keadaan orang itu akan makin buruk
jika dia tidak bertobat dari dosa-dosanya. Tetapi pembahasan lebih utama bukan pada orang
lumpuh itu, melainkan pada perdebatan Yesus dengan orang-orang Yahudi.3 Perdebatan yang
nanti akan dilanjutkan dengan ajaran Yesus mengenai pekerjaan-Nya. Bagi Yesus sekarang
belum Sabat. Dia masih harus menyelesaikan pekerjaan-Nya, dan karena itulah Dia tidak
ingin memelihara hari Sabat dengan cara yang salah. Dia tetap bekerja hingga tiba saatnya
Sabat, yaitu ketika pekerjaan-Nya genap, tugas sebagai Imam Besar selesai, dan Dia datang
kembali sebagai Raja di atas segala raja. Inilah Sabat. Betapa menggelikan jika orang Yahudi
mengajarkan makna hari Sabat kepada Yesus, yang justru akan menggenapi Sabat. Yesuslah
yang telah dijanjikan oleh Allah untuk menggenapi pekerjaan-Nya dan mendatangkan Sabat.
Tetapi kebodohan mereka membuat mereka merasa diri mereka pandai. Mereka berusaha
menangkap Yesus dan menganiaya Dia karena mengabaikan Sabat.Yesus menyembuhkan,
mengajar, berkhotbah, hingga akhirnya menderita dan mati di kayu salib. Inilah pekerjaan
yang diterima-Nya dari Bapa-Nya di surga. Inilah yang akan Dia lakukan untuk membuat
segalanya menjadi baru. Dialah yang akan membawa ke bumi Kerajaan Allah yang sempurna
dan genap. Hal berikutnya yang membuat orang Yahudi marah kepada-Nya adalah karena
Dia menganggap Allah sebagai Bapa-Nya di surga. Tetapi ini adalah fakta. Bukan hanya
fakta karena Dia memang Anak Allah, tetapi juga fakta karena Dia melakukan pekerjaan
yang sama dengan Bapa.

3. Samuel B.Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi.

Hlm.137-155

Anda mungkin juga menyukai