Anda di halaman 1dari 2

Nama : Valentino Markus Situmorang

Nim/Kelas : 17.3220/3A

Mata Kuliah : Missiologia

Dosen Pengampu : Pdt. Pulo Aruan, S.Si, M.Div, M.Th

Teologi Interkultural 1

Teologi interkultural sendiri adalah satu teologia yang diperkenalkan pada sekitar awal
tahun 1980 untuk membuat sebuah terobosan dalam misi. Teologi interkultural secara perlahan
tapi pasti mulai menggantikan istilah dari misiologi yang dimana sangat mempunyai peranan
yang sangat penting dalm kehidupan bergereja. Arah utama dari teoligi interkultural ini adalah
bagaimana cara injil atau kebudayaan dari barat dapat diterjemahkan kedalam budaya lokal.
Teologi intercultural sendiri mempunyai kemiripan dengan teologi kontekstual yang dimana
sama-sama mempunyai tugas untuk dapat menyesuaikan sesuai dengan kebudayaan dan
kebiasaan yang ada pada suatu negara. Di era sekarang ini, dengan banyaknya pertemuan antara
budaya lokal dan budaya asing membuat diperlukan adanya sesuatu yang diperlukan untuk
menjembatani perbedaan-perbedaan itu, dalam hal ini kita membutuhkan suatu proses yang
disebut proses interkultural. Proses interkultural sendri bagi kita bukanlah sesuatu yang baru,
karena sejak dahulu pada dasarnya kita sebagai umat manusia sudah diperhadapkan dengan
adanya berbagai perbedaan budaya dan kebiasan, dari ini hal kita bis melihat bahwqqa proses
intercultural itu sendiri sudah terjadi. Seorang teolog intercultural Volker Kuster mengatakan
bahwa teologi intercultural itu meneliti dimensi-dimensi antar denominasi, agama, kebudayaan
dari persperktif iman Kristen. Dari sini kita dapat menyadari bahwa sebenarnya tak ada lagi
negara ataupun tempat didunia ini yang masih asli, karena semuanya sudah mengalami proses
interkultular. Teologi interkultutal dalam abad ke 20 tentunya tidak terlepas dari pengaruh
beberapa tokoh yang dimana merekalah yag memulai bagaimana awal dari perkembangan
teologi intercultural itu sendiri. Prinsip-prinsip utama dari teologi intercultural adalah disiplin
ilmiah tentang firman Allah dan penawaran keselamatannya yang beroperasi dalam suatu
jangkauan kebudaayan tertentu namun tanpa memutlakkan disiplin ilmu tersebut. Secara
teologia adalah tubuh kristus yang sacramental direfleksikan dalam bentuk kebudayaan. Prinsip
kedua dari teoloogi intercultural adalah tergantung dari konteks, yang dimana terjadi nya
perteman dari berbagai perbedaan sehingga menghasilkan suatu konteks yang baru. Merode
penelitian nya selalu darahkan kepada metode alternative, sehingga kita bisa tetap saling
menghargai, saling mengakui, dan saling menguatkan dalam proses perjumpaan itu. Teologi
interkultural tidak bisa melepaskan diri dari rasionalitas yang berkembang dalam kebudayaan
barat, namun kitalah yang harus menyaring semua pengetahuan dari kebudayaan barat. Teologi
interkurtural selalu bersifat multidisiplin, yang artinya dia tidak dapat berdiri sendiri sebagai
suatu teologi ilmu yang murni karena harus selalu bersinggungann dengan berbagai ilmu untuk
mencari suatu alternative baru sehingga dapat dikembangkan menjadi suatu teologi yang sama.

Anda mungkin juga menyukai