Anda di halaman 1dari 2

Teologi Misi Interkultural

- Satu teologia yang relative diperkenalkan baru pd tahun 1980 awal, 1970an akhir untuk
mencoba memberikan terobosan teologia tentang misi dan saat ini sedang berkembang
pesat dikalangan teologi misi
- Kemunculan dimulai sekitar tahun 1980an yg pd saat itu terbias dengan beberapa
perdebatan teologis oleh para teolog misi. Berkembang secra perlahan tpi pasti.
Mengganti istilah missiology yg pd saat itu memberikan peranan yg sangat penting bagi
kehidupan gereja. Pd masa penjajahan istilah misi dipakai dgn memberitakan sebuah
keselamatan yg absolut. Sejalan dgn itu misi berkembang sesuai dgn masuknya ke
kristenan di Indonesia. Sehingga kita mengenal tentang hal-hal baru mengenai budaya-
budaya barat dn menghidupinya. (pemakaina jas, baju liturgis )
- Arah utamanya bagaiman kemunculan injil budaya barat bisa diterjemahkan di dalam
kointeks dan kebudayaan local
- Dalam proses globalisasi yg skrg ini, dimanapun kita pergi perjumpaan antara global dan
local. Perjumpaan ini akan terus terjadi (budaya, konteks hidup). Dibutuhkan proses
intercultural (proses interaksi yg aktif)
- Proses interkulturasi bukan merupakan suatu hal yg baru melainkan sudah muncul sejak
awal dri sejarah kemanusiaan bahgkan dri ktab suci dimana selalu ad perjumpaan dri
kebudayaan2 yg berbeda dan agama2 yg berbeda. Maka interkulturasi sering kita jumpai
di ranah kehidupan kita.
- Teolog intercultural memiliki dimensi2 antar denominasi antar agama budaya dri
perspektif iman Kristen. Dari situ kita menyadari bahwa kita skrg tdk terlepas dalam
ranah multi kultural. Ini tugas kita sebagai seorang teolog
- Latar belakangh kemunculan teologi intercultural, didalam kebudayaan purba melihat
kebudayaan yg hadir selalu berjumpa dgn kebudayaan yg lain n juga agama yg baru
selalu bertransformasi dgn agama2 yg lain atau baru. Begitu jga dng tradisi sehingga
menghasilkan tradisi yg baru. ( ada hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi)
- Lt.belakang yg kedua berasal dri pengalaman para misionaris, ketika misionaris
melakukan misisnya mereka menyadari kebudayan2 yg mreka temui memiliki unsur yg
positif di dalam kekristenan. Maka kebudayaan yg mreka bawa itu tdk mutlak menjadi
kebudayaan bagi smeua org.
- Proses interkulturalisasi itu sudah terjadi diwal kekristenana melalui terjemahan2 alkitab
(yunani, septuaginta hingga ke terjemahan Indonesia)
- Adanay pemikiran dri para misionaris untuk membungkus misi kekristenan agar tidak
melihat lagi dari sejarah masa lalu yaitu misi yg selalu berboncengan dgn kolonialisasi
melainkan dekolonialisasi mengembalikan kebudayaan yg sudah terlanjur hancur karena
gerakan kolonialisasi membawanya kedalam kehidupan mreka.

Teologi intercultural dalam abad 20


- 3 nama perintis teologi interkultural (Welker wegan, Richard Fredly, Haus jochen)
memulai pd tahun 1975 menerbitkan suatu studi tentang teologi intercultural ,
menekankan rtentang prinsip-prinsip utama dari teologi intercultural ( dsiplin ilmiah
tentang firman Allah n pengawalan keselamatannya yg beroperasi dlm 1 jangkauan
kebudayaan tertentu namun tnpa memutlakkan disiplin ilmiah tersebut. Secara teologia
tubuh kristus yg sacramental direfleksikan dlm rangka kebudayaan, kedua, prinsip uitama
dri teologia intercultural ialah tergantung dri konteks ( konteks dri eropa itu bukan
sesuatu yg mutlkak, konteks dri Indonesia itu bukan sesatu yg mutlak tetapi konteks
adlaah bagaimana perjumpaan antara org yg dtg dan org yg ditemui bisa salingf
menghadirkan suatu konteks yg baru). Ketiga, harus ad suatu alternative untuk menjawab
dri keperbedaan yg kita temui agar slaing mengakui dan saling menguatkan dalam proses
interkulturalisasi tersebut. Keempat,teologi intercultural tdk dpt melepaskan metode2
ilmu rasionalitas dan analitis yg telah berkembang dlm kebudayaan barat. Namun kita jga
harus menyaring suatu ilmu yd dtg dan diproses. Oleh karena itu, teologi intercultural
merupakan ilmu yg multidisiplin artinya tdk dpt berdiri sendiri sebagai suatu teologi yg
murni tetapi harus saling menerima disiplin ilmu teologi yg lain agar menemukan satu
alternative yang baru.

Dalam teologi intercultural tdk terlepas dri kebudayaan2. Ada proses pembelajaran dalam
interaksi yang terjadi keranah refleksi teologis. Teologi intercultural mengajak
kebudayaan barat tdk boleh menempatkan dirinya lebih tinggi dri kebudayaan yg lain
namun budaya barat posisinya sama tinggi dan sejajar dgn budaya yg lain. Budaya yg
lain jga tdk boleh merasa imperior dri budaya barat. Ada kesetaraan. Sehingga dapat
memiliki kemandirian teologia di dalam budaya mereka. Teologi intercultural pd
akhirnya mnejadi sebuah teologi misi.

Anda mungkin juga menyukai