Anda di halaman 1dari 15

Abram Manahan Sitorus

18.3344

Dogmatika II – 7B

“ REFORMASI MARTIN LUTHER ”

I. Pendahuluan

Apa itu keselamatan? Sehubungan dengan pertanyaan ini, banyak orang percaya
kepada Tuhan akan berkata, "Melalui penyaliban Tuhan Yesus, kita telah ditebus dan
diampuni dari dosa-dosa. Inilah arti keselamatan. " Namun, apakah Anda menyadari
nubuatan alkitab mengatakan, "Yang dijaga oleh kuasa Tuhan oleh iman kepada keselamatan
yang siap untuk dinyatakan pada akhir zaman" (1 Petrus 1:5).)? Kita bisa melihat dari sini
bahwa diakhir zaman, keselamatan Tuhan akan datang kepada kita umat manusia. Ini
membuktikan bahwa keselamatan tidak semata-mata berarti keselamatan Tuhan Yesus.
Untuk memahami apa itu keselamatan, pertama-tama kita harus mengetahui bahwa
keselamatan berasal dari Tuhan dan bahwa itu adalah pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan
demi menyelamatkan umat manusia yang dirusak oleh Setan, sehingga pada akhirnya kita
dapat memperoleh keselamatan dalam firman dan pekerjaan Tuhan—bertindak dan
bertingkah laku sesuai dengan persyaratan Tuhan, hidup dalam perawatan dan perlindungan-
Nya dan memenangkan pujian dan berkat-Nya. Inilah arti keselamatan dari Tuhan. Sekarang,
mari kita pahami detailnya dari pekerjaan Tuhan.

Seperti kita ketahui bersama, pada awalnya Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden,
dan mereka tidak berdosa dan tidak ternoda. Setelah mereka mendengarkan perkataan Setan
dan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, orang-orang
mulai memiliki dosa dan menjadi semakin rusak. Ketika umat manusia jatuh ke dalam
kejahatan dan kerusakan pada tingkat tertentu, Tuhan harus menggunakan banjir besar untuk
menghancurkan umat manusia yang telah rusak parah, dan hanya delapan anggota keluarga
Nuh yang diselamatkan dan bertahan hidup. Oleh karena itu, umat manusia terus berkembang
biak di bumi. Tetapi orang-orang pada masa itu hanya tahu untuk makan, minum dan
menikmati hal-hal materi yang Tuhan berikan kepada mereka, tetapi mereka tidak tahu
bagaimana menyembah Tuhan atau bagaimana hidup di bumi. Inilah mengapa Tuhan
memulai pekerjaan pengelolaan-Nya untuk keselamatan umat manusia. Sesuai dengan
kebutuhan manusia, Tuhan menetapkan perintah, hukum, dan aturan untuk membimbing
kehidupan mereka di bumi. Misalnya, menaati hari Sabat, menghormati orang tua, tidak
menyembah berhala, dan tidak mencuri atau berzina. Ada juga aturan tentang persembahan
korban, makan makanan, kompensasi mencuri, serta membunuh sapi dan domba, dll. Mereka
yang mematuhi hukum dan perintah Tuhan akan menerima berkat Tuhan, dan mereka yang
melanggar hukum dan perintah Tuhan akan dihukum. Melalui hukum, Tuhan Allah
memimpin, mengendalikan dan mengajar manusia, membiarkan mereka hidup normal di
bumi dan tahu bagaimana menyembah Tuhan—inilah keselamatan yang dibawa Tuhan
kepada umat manusia di Zaman Hukum Taurat. Pada saat itu, dengan mengindahkan firman
Tuhan Allah, dan menjunjung tinggi hukum dan perintah-Nya, orang bisa dilindungi dan
diberkati oleh Tuhan, dan mereka bisa mendapatkan keselamatan Tuhan di Zaman Hukum
Taurat.

Di akhir Zaman Hukum Taurat, orang-orang semakin dirusak oleh Setan. Tidak ada
yang dapat menaati hukum atau perintah, sedemikian rupa sehingga tidak ada persembahan
yang dapat menebus dosa-dosa mereka. Mereka semua menghadapi risiko dikutuk dan
dihukum mati oleh hukum. Untuk menyelamatkan umat manusia untuk menebus mereka dari
kutukan hokum Tuhan secara pribadi berinkarnasi dan memulai Zaman Kasih Karunia. Dia
mengungkapkan kebenaran dan memberi orang jalan pertobatan, menunjukkan kepada
mereka cara penerapan di zaman baru. Dia mengajar orang untuk menjadi toleran dan sabar,
mengasihi orang lain seperti diri mereka sendiri, menjadi garam dan terang bumi,
mengampuni orang lain tujuh puluh kali tujuh kali, berdoa bagi mereka yang menganiaya
mereka, dan memikul salib serta mengikuti Tuhan. Akhirnya, Dia disalibkan sebagai
persembahan dosa kekal bagi umat manusia, menanggung dosa umat manusia. Ini adalah
keselamatan yang dibawa oleh Tuhan kepada umat manusia di Zaman Kasih Karunia.
Siapapun yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya tidak akan lagi dikutuk oleh
hukum dan akan selamat. Kapanpun seseorang berdosa, mereka hanya perlu mengaku dan
bertobat dari dosa-dosa mereka kepada Tuhan Yesus, dan Tuhan akan mengampuni dosa-
dosa mereka dan memberikan anugerah dan berkat yang melimpah kepada mereka. Ini
adalah keselamatan yang diperoleh orang-orang di Zaman Kasih Karunia.
Keselamatan adalah sebuah pengharapan manusia untuk menikmati suasana aman,
sejahtera dari berbagai ancaman musuh. Bebas dari segala bentuk penindasan. Keselamatan
itu datang dari luar diri manusia.

Luther mengajarkan bahwa keselamatan dan konsekuensinya, kehidupan kekal tidak


diperoleh dengan perbuatan-perbuatan baik, namun diterima oleh orang percaya semata-mata
sebagai anugerah bebeas dari rahmat Allah melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai
penebus dari dosa. Teologinya menentang otoritas dan jabatan kepausan dengan mengajarkan
bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang diwahyukan secara ilahiah dari
Allah serta menentang sakerdotalisme dengan memandang semua orang Kristen sebagai
imam yang kudus.

II. Reformasi Martin Luther

2. a Siapakah Martin Luther

Dilahirkan pada 10 November 1483 dalam sebuah keluarga petani di Eisleben,


Thuringen, Jerman, Luther beroleh nama Martinus pada 11 November 1483 ketika
dibaptiskan. Ayahnya bernama Hans Luther dan ibunya bernama Margaretta. Keluarga
Luther adalah keluarga yang saleh seperti biasanya golongan petani di Jerman.
Luther mendapatkan pendidikan dasarnya di Mansfeld, sebuah kota di mana ayahnya
terpilih sebagai anggota Dewan Kota Mansfeld, setelah pindah ke sana pada 1484.
Pendidikan menengah dikecapnya di Magdeburg di sebuah sekolah yang diasuh oleh
"saudara-saudara yang hidup rukun" (Broederschap des gemenen levens). Pada tahun 1501,
Luther memasuki Universitas Erfurt, suatu universitas terbaik di Jerman pada masa itu. Di
sini ia belajar filsafat terutama Filsafat Nominalis Occam dan teologia skolastika, serta
untuk pertama kalinya Luther membaca Alkitab Perjanjian Lama yang ditemukannya
dalam perpustakaan universitas tersebut. Orang tuanya menyekolahkan Luther di sekolah
ini untuk persiapan memasuki fakultas hukum. Mereka menginginkan agar anak mereka
menjadi seorang ahli hukum. Pada tahun 1505, Luther menyelesaikan studi persiapannya
dan sekarang ia boleh memasuki pendidikan ilmu hukumnya. Namun, pada 2 Juni 1505
terjadi suatu peristiwa yang membelokkkan seluruh kehidupannya. Dalam perjalanan
pulang dari Mansfeld ke Erfurt, tiba-tiba turun hujan lebat yang disertai dengan guntur dan
kilat yang hebat. Luther sangat ketakutan. Ia merebahkan dirinya ke tanah sambil memohon
keselamatan dari bahaya kilat. Luther berdoa kepada Santa Anna, yaitu orang kudus yang
dipercayai sebagai pelindung dari bahaya kilat sebagai berikut. "Santa Anna yang baik,
tolonglah aku! Aku mau menjadi biarawan." Pada 16 Juli 1505 ia memasuki biara Serikat
Eremit Augustinus di Erfurt dengan diiringi oleh sahabat-sahabatnya. Orang tuanya tidak
turut mengantarkannya karena mereka tidak menyetujui keputusan Luther tersebut.

Luther berusaha untuk memenuhi peraturan-peraturan biara melebihi para biarawan


lainnya. Ia banyak berpuasa, berdoa, dan menyiksa diri sehingga terlihat paling saleh dan
rajin di antara semua para biarawan. Ia mengaku dosanya di hadapan imam setidaknya
sekali seminggu. Dalam setiap ibadah doa, Luther mengucapkan 27 kali doa Bapa Kami
dan Ave Maria. Luther membaca Alkitab dengan rajin dan teliti. Semua itu diperbuatnya
untuk mencapai kepastian tentang keselamatannya. Sebenarnya, Luther mempunyai
pergumulan yang berat, yaitu bagaimana memperoleh seorang Allah yang berbelas kasih.
Gereja mengajarkan bahwa Allah adalah seorang hakim yang akan menghukum orang yang
tidak benar dan melepaskan orang yang benar. Luther merasa ia tidak mungkin menjadi
orang yang benar. Ia pasti mendapat hukuman dari Allah yang akan bertindak sebagai
hakim itu. Meski telah menjadi biarawan pergumulan rohani itu tidak kunjung selesai.
Pergumulannya ini diceritakannya kepada pimpinan biara di Erfurt, yaitu Johann von
Staupitz. Johann von Staupitz menasihatkannya agar tidak memikirkan apakah ia
diselamatkan atau tidak. Yang penting adalah percaya kepada rahmat Kristus dan
memandang pada luka-luka Kristus. Sementara Luther bergumul mencari Allah yang
rahmani itu, Luther ditahbiskan menjadi imam pada 2 Mei 1507. Orang tua serta beberapa
sahabatnya hadir pada upacara penahbisan tersebut, serta menerima ekaristi pertama yang
dilayani oleh Martin Luther. Kemudian Johann von Staupitz mengirim Luther untuk belajar
teologia di Wittenberg sambil mengajar filsafat moral di sana. Itulah sebabnya, Luther
dipindahkan ke biara Augustinus di Wittenberg pada tahun 1508. Namun, setahun
kemudian, ia kembali lagi ke Erfurt untuk mengajar dogmatika.

Di biara Erfurt, Luther mendapat kepercayaan dari pimpinan biara di Jerman untuk
membahas peraturan-peraturan serikatnya di Roma pada tahun 1510. Luther sangat gembira
karena dengan demikian ia akan berhadapan muka dengan Bapa Suci di Roma, serta
berziarah ke tempat-tempat kudus dan berdoa di tangga Pilatus untuk pembebasan jiwa
kakeknya dari api penyucian.

Luther ditemani oleh seorang biarawan serta seorang bruder berjalan kaki dari
Erfurt ke Roma. Di Roma, Luther tinggal selama empat minggu lamanya. Luther
mengunjungi tempat-tempat kudus dan dengan lutut yang telanjang merangkak naik Scala
Santa sambil mendoakan jiwa kakeknya di api penyucian. Scala Santa ini adalah sebuah
tangga naik yang terdiri dari 28 anak tangga yang dipercayai sebagai tangga Pilatus yang
dipindahkan dari Yerusalem ke Roma. Di Roma, Luther melihat keburukan-keburukan
yang luar biasa. Para klerus hidup seenaknya saja. Nilai-nilai kekristenan sangat merosot di
kota suci ini. Dalam kekecewaannya Luther berkata, "Jika seandainya ada neraka, berarti
Roma telah dibangun di dalam neraka". Luther telah mempunyai kesan bahwa dahulu
Roma adalah kota yang tersuci di dunia, tetapi kini menjadi yang terburuk. Roma
dibandingkannya dengan Yerusalem pada zaman nabi-nabi. Sekalipun demikian,
kepercayaan Luther terhadap Gereja Katolik Roma tidak tergugat. Setelah kembali dari
Roma, Luther pindah ke biara di Wittenberg pada tahun 1511. Ia tinggal di sini sampai ia
meninggal. Atas dorongan Johann von Staupitz, Luther belajar lagi sampai memperoleh
gelar doktornya pada tahun 1512. Johann von Staupitz melihat bahwa Luther adalah
seorang yang sangat pandai sehingga dianggap cocok untuk menjadi mahaguru. Di
Wittenberg telah dibuka sebuah universitas baru oleh Frederick III yang Bijaksana pada
tahun 1502. Frederick bersimpatik dengan Luther tatkala Frederick mendengar khotbah
Luther sehingga ia mengangkat Luther menjadi mahaguru pada universitasnya itu. Selain
itu, Luther diangkat menjadi pengawas dan pengurus dari sebelas biara serikatnya di
Jerman.

Wittenberg, Luther mulai mengajarkan tafsiran kitab Mazmur, kemudian


surat Roma, Galatia, dan surat Ibrani. Sementara itu, pergumulan rohaninya mencari Allah
yang rahmani terus berjalan. Barangkali, pada tahun 1514 Luther menemukan jalan ke luar
dari pergumulannya itu. Ia menemukan pengertian yang baru tentang perkataan-perkataan
Paulus dalam Roma 1:16-17. Luther mengartikan kebenaran Allah sebagai anugerah Allah
yang menerima orang-orang yang berdosa serta berputus asa terhadap dirinya, tetapi yang
menolak orang-orang yang menganggap dirinya baik. Kebenaran Allah adalah sikap Allah
terhadap orang-orang berdosa yang membenarkan manusia berdosa karena kebenaran-Nya.
Tuhan Allah mengenakan kebenaran Kristus kepada manusia berdosa sehingga Tuhan
Allah memandang manusia berdosa sebagai orang-orang benar. Tentang penemuannya itu
Luther menulis, "Aku mulai sadar bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada pemberian
yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk memberi hidup kekal kepadanya; dan
pemberian kebenaran itu harus disambut dengan iman. Injillah yang menyatakan kebenaran
Allah itu, yakni kebenaran yang diterima oleh manusia, bukan kebenaran yang harus
dikerjakannya sendiri. Dengan demikian, Tuhan yang penuh belas kasih itu membenarkan
kita oleh anugerah dan iman saja. Aku seakan-akan diperanakkan kembali dan pintu firdaus
terbuka bagiku. Pandanganku terhadap seluruh Alkitab berubah sama sekali karena mataku
sudah celik sekarang." Luther menyampaikan penemuannya itu di dalam kuliah-kuliahnya.
Penemuan Luther ini tidak menjadi titik meletusnya gerakan reformasi Luther. Titik
meletusnya gerakan reformasi Luther adalah masalah penjualan Surat Indulgensia
(penghapusan siksa) pada masa pemerintahan Paus Leo X untuk pembangunan gedung
Gereja Rasul Petrus di Roma dan pelunasan hutang Uskup Agung Albrecht dari Mainz.
Dengan memiliki Surat Indulgensia, dengan cara membelinya, seseorang yang telah
mengaku dosanya di hadapan imam tidak dituntut lagi untuk membuktikan penyesalannya
dengan sungguh-sungguh. Bahkan para penjual Surat Indulgensia (penghapusan siksa)
melampaui batas-batas pemahaman teologis yang benar dengan mengatakan bahwa pada
saat mata uang berdering di peti, jiwa akan melompat dari api penyucian ke surga, bahkan
dikatakan juga bahwa surat itu dapat menghapuskan dosa. Luther tidak dapat menerima
praktik seperti itu dengan berdiam diri saja. Hatinya memberontak. Itulah sebabnya ia
mengundang para intelektual Jerman untuk mengadakan perdebatan teologis mengenai
Surat Indulgensia. Untuk maksud itu, Luther merumuskan 95 dalil yang ditempelnya di
pintu gerbang gereja istana Wittenberg, 31 Oktober 1517. Tanggal ini kemudian diperingati
sebagai Hari Reformasi.

Dalil-dalil Luther sudah tersebar di seluruh Jerman hanya dalam sebulan.


Akibatnya, Surat Indulgensia tidak laku lagi dan Luther dianggap sebagai penyebabnya.
Paus Leo X menuntut agar Luther menarik kembali ajarannya yang sesat itu. Luther
membalas permintaan Paus dengan memberi menjelaskan maksud setiap dalilnya dengan
penuh penghormatan. Namun, Paus memerintahkan kepada Luther untuk menghadap
hakim-hakim Paus di Roma dalam waktu enam puluh hari. Ini berarti bahwa Luther akan
dibunuh. Beruntunglah Frederick yang Bijaksana melindungi mahagurunya. Ia meminta
kepada Paus agar Luther diperiksa di Jerman dan permintaan ini dikabulkan. Paus
mengutus Kardinal Cajetanus untuk memeriksa Luther pada tahun 1518. Cajetanus
meminta Luther menarik kembali dalil-dalilnya, tetapi Luther tidak mau. Cajetanus pun
gagal dalam misinya.

Gerakan Reformasi Luther berjalan terus. Banyak kota dan wilayah Jerman
memihak kepada Luther dan nama Luther mulai terkenal di luar Jerman. Kaum humanis,
para petani Jerman bersimpatik kepadanya. Perdebatan teologis tentang Surat Indulgensia
sebagaimana dimaksudkan dengan dalil-dalilnya tidak terjadi. Perdebatan itu baru terjadi
pada bulan Juni 1519, di Leipzig. Dalam perdebatan ini Luther berhadapan dengan Johann
Eck disertai oleh Carlstadt, rekan mahagurunya di Wittenberg. Dalam perdebatan ini
Luther mengatakan bahwa paus-paus tidak bebas dari kesalahan-kesalahan. Konsili pun
tidak luput dari kekeliruan-kekeliruan. Luther menunjuk kepada Konsili Constanz yang
memutuskan hukuman mati atas Johanes Hus. Johann Eck menuduh Luther sebagai
pengikut Johanes Hus. Dalam perdebatan ini pokok perdebatan telah bergeser dari Surat
Indulgensia ke kekuasaan Paus. Menurut Luther yang berkuasa di kalangan orang-orang
Kristen bukanlah Paus atau konsili, tetapi firman Allah saja. Kini Luther sudah siap untuk
menerima kutuk dari Paus. Sementara menunggu kutuk Paus, Luther menulis banyak
karangan yang menjelaskan pandangan-pandangan teologianya. Tiga karangannya yang
terpenting adalah An den christlichen Adel deutscherNation: von des christlichen Standes
Bessening (Kepada kaum Bangsawan Kristen Jennan tentang perbaikan Masyarakat
Kristen), 1520; De Captivitate Babylonica Ecclesiae (Pembuangan Babel untuk Gereja),
Oktober 1520; Von der Freiheit eines Christenmenschen (Kebebasan seorang Kristen),
1520.

Tanggal 15 Juni 1520, bulla (surat resmi) ekskomunikasi dari Paus keluar. Bulla itu
bernama "Exurge Domine". Paus menyatakan bahwa dalam pandangan-pandangan Luther
terdapat 41 pokok yang sesat. Ia meminta kepada Luther menarik kembali dalam tempo 60
hari dan jika tidak ia akan dijatuhi hukuman gereja. Namun, Luther membalas bulla itu
dengan suatu karangan yang berjudul Widder die Bullen des Endchrists (Melawan bulla
yang terkutuk dari si Anti-Krist). Pada 10 Desember 1520, Luther membakar bulla Paus
tersebut bersama-sama dengan Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik Roma di depan
gerbang kota Wittenberg dengan disaksikan oleh sejumlah besar mahasiswa dan mahaguru
Universitas Wittenberg. Tindakan ini merupakan tanda pemutusan hubungannya dengan
Gereja Katolik Roma. Kemudian keluarlah bulla kutuk Paus pada tanggal 3 Januari 1521.
Luther kini berada di bawah kutuk gereja. April 1521, Kaisar Karel V mengadakan rapat
kekaisaran di Worms. Luther diundang untuk mempertanggungjawabkan perbuatan-
perbuatannya dan karangan-karangannya. Kaisar Karel V menjanjikan perlindungan atas
keselamatan jiwa Luther. Pada 18 April 1521, Luther mengadakan pembelaannya. Wakil
Paus meminta agar Luther menarik kembali ajaran- ajarannya, tetapi Luther tidak mau.
Kaisar Karel V ingin menepati janjinya kepada Luther sehingga sebelum rapat
menjatuhkan keputusan atas dirinya, Luther diperintahkan untuk meninggalkan rapat. Pada
26 Mei 1521, dikeluarkanlah Edik Worms yang berisi antara lain: Luther dan para
pengikutnya dikucilkan dari masyarakat; segala karangan Luther harus dibakar; dan Luther
dapat ditangkap dan dibunuh oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun juga.
Ketika Luther melintasi hutan, tiba-tiba ia disergap oleh pasukan kuda yang bersenjata.
Luther dibawa untuk disembunyikan di istana Wartburg atas perintah Frederick yang
Budiman. Di sini Luther tinggal selama sepuluh bulan dengan memakai nama samaran
Junker Georg. Di sini pulalah Luther mengerjakan terjemahan Perjanjian Baru dari bahasa
Yunani (naskah asli PB) ke dalam bahasa Jerman. Sementara Luther bersembunyi di
Wartburg, terjadilah huru-hara di Wittenberg. Carlstadt muncul ke depan. Ia menilai bahwa
Luther tidak berusaha untuk menghapus segala sesuatu yang berbau Katolik Roma. Ia
menyerang hidup membiara dan menganjurkan agar para biarawan menikah. ia sendiri
melayani misa dengan pakaian biasa dan roti serta anggur diberi kepada umat. Perubahan-
perubahan ini memang didukung Luther. Akan tetapi, kemudian Carlstadt dipengaruhi oleh
nabi-nabi dari Zwickau yang bersifat radikal. Mereka menyerbu gedung-gedung gereja,
menghancurkan altar-altar gereja, salib-salib, patung-patung, dan sebagainya. Huru-hara ini
tidak dapat dikendalikan oleh Frederick yang Budiman. Luther mendengar huru-hara ini
dan segera menuju Wittenberg. Luther berkhotbah selama seminggu di Wittenberg untuk
meneduhkan suasana kota. Ia mengecam tindakan kekerasan serta radikal itu. Menurut
Luther pembaharuan gereja tidak dapat dilakukan dengan kekerasan atau dengan jalan
revolusi. Luther menghardik Carlstadt sehingga ia pergi ke Swiss.

Pada tahun 1525, terjadilah pemberontakan petani di bawah pimpinan Muntzer.


Luther mengecam dengan keras pemberontakan ini. Ia mengajak agar para bangsawan
memadamkan pemberontakan ini. Dengan demikian, Luther memisahkan dirinya dengan
golongan-golongan radikal. Setelah pemberontakan itu, Luther menikah dengan Katharina
von Bora, seorang bekas biarawati, pada tahun yang sama. Perkembangan reformasi Luther
berkembang dengan pesat. Namanya bukan saja terkenal di Jerman tetapi juga di luar
negeri. Pada tahun 1537, Luther menulis suatu karangan yang berjudul Pasal-Pasal
Smalkalden yang menguraikan pokok-pokok iman gereja reformatoris. Untuk keperluan
jemaat dan pemimpin gereja (pendeta), Luther menyusun Katekismus Kecil dan
Katekismus Besar. Ia kemudian meninggal pada 18 Februari 1546 dalam usia 62 tahun di
Eisleben.

2.b Reformasi Martin Luther menentang Indulgensi Roma Katolik

Selain tugas-tugasnya sebagai seorang profesor, Martin Luther melayani sebagai


pengkhotbah dan penerima pengakuan dosa di Gereja Kastil, "fondasi" dari Frederick yang
Bijak, Pemilih dari Saxony. Gereja ini dinamai "Semua orang Suci" karena di sinilah
disimpan koleksi relikui sucinya. Gereja ini berfungsi sebagai biara Augustinian dan
universitas. Dalam memainkan tugas-tugas inilah pastor muda itu diperhadapkan dengan
berbagai dampak yang timbul ketika orang biasa mesti mendapatkan indulgensia.
Indulgensia adalah penghapusan (sepenuhnya atau sebagian) dari penghukuman sementara
yang masih hadir untuk dosa-dosa setelah kesalahan seseorang dibubarkan melalui absolusi
(pernyataan oleh imam bahwa dosa seseorang telah dihapuskan). Waktu itu terjadi
penyalahgunaan indulgensia oleh oknum-oknum Gereja, yaitu sebuah indulgensia dapat
dibeli seorang umat untuk dirinya sendiri ataupun untuk malu seorang sanak keluarga yang
sedang berada di api penyucian. Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, ditugasi
berkeliling di seluruh wilayah keuskupan Uskup Akbar Albert dari Mainz untuk memasarkan
dan menjual indulgensia untuk merenovasi Basilika St. Petrus di Roma. Tetzel sangat sukses
dalam hal ini. Dia menganjurkan: "Begitu mata uang bergemerincing di dalam kotak, jiwa
yang sedang menanti di api penyucian pun akan terlepas". Luther menganggap penjualan
indulgensia ini sebagai penyelewengan yang dapat menyesatkan umat sehingga mereka
hanya mengandalkan indulgensia itu saja dan mengabaikan pengakuan dosa dan pertobatan
sejati. Luther menyampaikan tiga khotbah menentang indulgensia ini pada 1516 dan 1517.
Pada 31 Oktober 1517, menurut laporan tradisional, 95 dalil Luther dipakukan pada pintu
Gereja Kastil sebagai undangan membuka untuk memperdebatkannya. Luther sebetulnya
tidak menaruh ke-95 dalil itu di pintu Gereja Wittenberg yang sebagaimana dituturkan
legenda, tetapi menerbitkan salinannya.

Dalil-dalilnya ini mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja dan


dianggap sebagai kelainan. Luther mengeluarkan bantahan teologis tentang apa yang dapat
dihasilkan oleh indulgensia itu. Luther tidak menantang wewenang paus untuk mengeluarkan
indulgensia dalam dalil-dalilnya itu. Ke-95 dalil Luther segera diterjemahkan ke dalam
bahasa Jerman, disalin dan dicetak secara luas. Dalam waktu dua minggu, dalil-dalilnya telah
menyebar ke seluruh Jerman, dan dalam waktu dua bulan ke seluruh Eropa. Ini adalah malu
satu peristiwa pertama dalam sejarah yang dipengaruhi secara mendalam oleh mesin cetak,
yang membuat distribusi dokumen semakin gampang dan bertambah luas.

2.c Sola Fide, Sola Gratia, dan Sola Scriptura Martin Luther

Ada 3 hal yang secara substansial menjadi doktrin teologis Martin Luther dalam usahanya
memperbarui Gereja, antara lain: 

- Ajaran tentang yustifikasi (pembenaran) yang radikal atas manusia melalui sola fide.  
- Ajaran tentang infalibilitas (ketidaksesatan) Alkitab, yang dipandang sebagai satu-
satunya sumber kebenaran.
- Ajaran tentang imamat umum dalam hubungannya dengan kuasa untuk menafsirkan
Alkitab. 

1. Sola Fide (Hanya Iman)

Doktrin tradisional Gereja mengatakan bahwa manusia diselamatkan oleh iman dan
karya-karyanya. Hal itu berarti imam menjadi nyata sungguh-sungguh ketika diwujudkan dan
diungkapkan secara konkret dalam karya-karya. Dengan tegas, Luther menanggapi doktrin
tradisional tersebut dengan cara menentang nilai karya manusia dan hanya membenarkan
nilai iman. Perlawanan Luther juga dilatarbelakangi oleh rasa frustasi secara psikologis yang
mendalam yang ia rasakan karena berpikir bahwa ia tidak mampu memperoleh keselamatan
kekal dengan usaha dan karya manusiawinya sendiri. Ia mengalami sendiri suasana batin
bahwa ia tetap berdosa meskipun telah melakukan banyak usaha untuk hidup baik dan saleh.
Meskipun telah berpuasa, menjalani hidup mati raga, berziarah dan menerima sakramen,
Luther tetap merasa jatuh dan jatuh lagi ke dalam dosa yang sama. Kemudian, ia
berkeyakinan bahwa kegagalan terus menerus untuk hidup baik tersebut menunjukkan
rusaknya kodrat manusia pada akarnya. Manusia itu sedemikian rusak kodratnya, sehingga
usaha apapun yang dilakukan untuk hidup baik tidak akan berhasil. Selanjutnya, rasa frustrasi
tersebut membawanya pada sebuah solusi, yakni hanya dengan beriman pada Allah saja,
keselamatan dapat diperoleh. Baginya, imanlah yang membebaskan dan secara radikal
mencabut kekhawatiran hidup insan beriman. Motivasi konseptual doktrin Luther adalah
Allah menciptakan manusia “dari ketiadaan”. Dengan demikian, manusia tidak akan mampu
melakukan hal baik yang dinilai di hadirat Allah. Luther juga berpendapat bahwa Iustitia
Dei (keadilan Allah) semata-mata dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Keadilan ini
tanpa menuntut jasa dan hak manusia. Manusia mendapatkan keadilan Allah bukan karena
karya-karyanya, melainkan karena kepastian akan keselamatan yang dilakukan oleh Allah.
Jadi, semakin ditegaskan bahwa karya insani manusia tidak dapat menyelamatkan manusia.

2.      Sola Scriptura (Hanya Alkitab)

Alkitab merupakan asas tunggal hidup menggereja karena berisi semua kebenaran
yang diwahyukan Allah. Dengan kata lain, selain Alkitab, tidak ada sumber-sumber
keselamatan, termasuk tradisi kristiani sekalipun. Baginya, tradisi kristiani hanyalah ciptaan
manusia yang tidak dapat dijadikan sumber keselamatan. Semua yang dapat diketahui
tentang Allah dan hubungan antara manusia dengan Allah sudah difirmankan dalam Alkitab
secara terbuka. Dengan demikian, segala macam ajaran Gereja, Filsafat-Teologi dan Hukum
Kanonik Gereja ditolak dan dipandang lebih mengaburkan daripada menguatkan cahaya Injil
yang dipancarkan Allah kepada orang beriman melalui Alkitab. Oleh sebab itu, Luther
mengganti struktur hierarki Gereja dengan menonjolkan peranan jemaat awam dan fungsi
imamat semua orang beriman dalam kehidupan Gereja. Dengan demikian, hanya Alkitab saja
yang memiliki otoritas infalibel (tidak dapat sesat). Bagi Luther, peran para hierarki Gereja
Katolik justru dapat menghalangi manusia menghalangi Alkitab secara benar, Maka dari itu,
Luther menghendaki supaya Alkitab dapat dipahami oleh semua orang. Untuk mencapai
tujuan tersebut, ia menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Jerman, karena Alkitab
berbahasa Latin (Vulgata) tidak dapat dipahami oleh semua orang, kecuali para klerus,
biarawan dan biarawati. Melalui Alkitab yang dianggap sebagai satu-satunya sumber
kebenaran itu, Luther berusaha mencari alasan yang tepat mengenai yustifikasi iman dengan
tujuan untuk memberi dasar yang kokoh pada ajaran dan doktrinnya.

3.      Sola Gratia  (Hanya Anugrah)

Dalam imannya, manusia sudah dapat merasa dibenarkan oleh Allah karena rahmat-
Nya semata-mata. Berkenaan dengan cara berpikir ajaran tersebut, selanjutnya tidak
dibutuhkan lagi perantara manusia dengan Allah, misalnya: peran dan fungsi imam yang
menuntut ajaran Gereja Katolik supaya dapat menyalurkan rahmat pengampunan dosa dari
Allah kepada manusia. Luther yakin bahwa setiap individu beriman berhadapan langsung
dengan Allah sendiri dan secara pribadi bertanggungjawab kepada-Nya. Pada akhir abad
pertengahan sampai awal zaman renaissance, peran dan kredibilitas para klerus semakin
menurun. Kesucian Gereja Katolik ternoda oleh kebobrokan yang dilakukan oleh para klerus
pada waktu itu, terutama praktek komersialisasi indulgensi. Itulah yang mendorong Luther
menolak Gereja yang hierarkis seperti yang diperlihatkan oleh Gereja Katolik Roma.
 Perlawanan Luther ditunjukkan melalui pemasangan surat pernyataan sikapnya yang berisi
95 dalil di pintu masuk Gereja biara di kota Wittenberg, Jerman pada tanggal 31 Oktober
1517. Dalam surat itu, Luther mengecam praktek Gereja Katolik yang memperdagangkan
surat pengampunan dosa dengan tujuan untuk mendapatkan uang bagi pembangunan
berbagai proyek gerejawi, misalnya: pembangunan gereja-gereja megah, termasuk Gereja
Basilika St. Petrus di Vatikan. Situasi yang terjadi pada waktu itu ialah banyak orang
sederhana percaya bahwa dengan membeli surat itu, mereka akan memperoleh keselamatan
karena dosa-dosa mereka telah terampuni. Hal itu berarti keselamatan manusia merupakan
hasil prestasi manusia itu sendiri dan bukan lantaran rahmat Allah.
III. Aktualisasi Reformasi Martin Luther dalam dokumen teologi gereja saat ini

3.a Keselamatan dalam dokumen-dokumen teologi gereja saya

Keselamatan Menurut Konfesi HKBP (1951 & 1996)


Pasal 6:
Keselamatan adalah karya Allah, yaitu kelepasan dari dosa, dari kuasa iblis dan maut,
dan dari aneka ragam kuasa yang bertentangan dengan Firman Allah. Karena dengan karunia
dan kasih Allah keselamatan dilaksanakan, yaitu dengan penebusan Anak-Nya yang Tunggal,
Tuhan Yesus Kristus, yang mati di kayu salib yang turun ke dalam maut setelah dikuburkan
dan yang bangkit dari kematian pada hari ketiga. Keselamatan itu adalah kemuliaan Allah
dan kebahagiaan manusia. Orang percaya telah dibebaskan, walaupun dia masih mengalami
pergumulan di dunia ini.
Penampakan dari keselamatan itu dalam kehidupan orang percaya di dunia ini ialah
kehidupan yang kudus, yang menghasilkan buah-buah Roh (1 Yoh. 3:16; 2 Kor. 8:9; Kis.
4:12; Gal. 5:22). Dengan ajaran ini kita menekankan tidak ada keselamatan selain dari
keselamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus dan hanya Yesus Kristuslah yang empunya
orang yang diselamatkan. Karena itu kita menolak ajaran yang mengatakan, bahwa manusia
dapat menyelamatkan dirinya dari kuasa dosa, dari iblis dan dari kematian dengan cara
meninggalkan keramaian di dunia ini. Kita juga menolak ajaran yang mengatakan bahwa
usaha manusialah yang menentukan keselamatannya1
3.b Metode mengajarkan keselamatan ini kepada kategorial Parguru malua
(Remaja) dan sekolah minggu

Berikut ada tujuh pokok keselamatan sebagai inti sari tentang keadaan manusia dan
anugerah keselamatan dari Allah. Kita mungkin harus mengingat ketujuh pokok keselamatan
ini sehingga kita dapat membaginya kepada orang lain yang belum percaya kepada Yesus
sebagai Juruselamat atau sebagai metode/bahan ajar kepada kategorial Parguru malua
(Remaja) dan Sekolah Minggu :

1
Pearaja Tarutung, Pengakuan Iman HKBP/Konfesi HKBP, (Pematangsiantar: Percetakan HKBP, 2009), hlm. 132-
134.
1. Allah mengasihi kamu, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-
Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3 : 16)
2. Kamu adalah orang berdosa, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah.” ( Roma 3 : 23)
3. Allah menghukum dosa, “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup
yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” ( Roma 6 :23 )
4. Yesus menanggung hukuman kita, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” ( Roma 5 : 8 )
5. Yesus bangkit dari kematian, “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu,
yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa
kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah
dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.” ( 1 Korintus 15 : 3-4 )
6. Yesus menawarkan pengampunan dari dosa dan kehidupan kekal bagi setiap orang yang
percaya kepada-Nya, “ Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah
yang harus diri sendiri perbuat, supaya diri sendiri selamat? Jawab mereka (Paulus dan
Silas): "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan
seisi rumahmu." ( Kisah Para Rasul 16 : 30-31 )
7. Keselamatan adalah Cuma-Cuma sebagai pemberian dari Allah, “Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” ( Efesus 2 : 8 -9 )
IV. KESIMPULAN

Melalui pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Luther menjadi penentang


beberapa ajaran dan praktik dalam Gereja Katolik Roma. Ia sangat membantah pandangan
Katolik mengenai indulgensi sebagaimana yang ia pahami, bahwa kebebasan dari hukuman
akibat dosa dapat dibeli dengan uang. Luther mengusulkan suatu diskusi akademis seputar
praktik dan keefektifan indulgensi dalam 95 Tesis karyanya tahun 1517. Penolakannya untuk
menarik kembali semua ajaran dalam tulisan-tulisannya atas permintaan Paus Leo X pada 1520
dan Kaisar Romawi Suci Karl V pada 1521 di Sidang Worms mengakibatkan ekskomunikasinya
oleh sang paus serta pemakluman dirinya sebagai seorang pelanggar hokum oleh sang kaisar.

Luther mengajarkan bahwa keselamatan dan, konsekuensinya, kehidupan kekal tidak


diperoleh dengan perbuatan-perbuatan baik, namun diterima oleh orang percaya semata-mata
sebagai anugerah bebas dari rahmat Allah melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai penebus
dari dosa. Teologinya menantang otoritas dan jabatan kepausan dengan mengajarkan
bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang diwahyukan secara ilahiah dari
Allah serta menentang sakerdotalisme dengan memandang semua orang Kristen sebagai imam
yang kudus. Mereka yang mengidentifikasi diri dengan hal-hal tersebut, dan semua ajaran Luther
yang lebih luas, disebut Lutheran, kendati Luther bersikeras
dengan Kristen ataupun Injili semata sebagai nama-nama yang dapat diterima untuk menyebut
individu yang mengakui Kristus.

Anda mungkin juga menyukai