18.3344
Dogmatika II – 7B
I. Pendahuluan
Apa itu keselamatan? Sehubungan dengan pertanyaan ini, banyak orang percaya
kepada Tuhan akan berkata, "Melalui penyaliban Tuhan Yesus, kita telah ditebus dan
diampuni dari dosa-dosa. Inilah arti keselamatan. " Namun, apakah Anda menyadari
nubuatan alkitab mengatakan, "Yang dijaga oleh kuasa Tuhan oleh iman kepada keselamatan
yang siap untuk dinyatakan pada akhir zaman" (1 Petrus 1:5).)? Kita bisa melihat dari sini
bahwa diakhir zaman, keselamatan Tuhan akan datang kepada kita umat manusia. Ini
membuktikan bahwa keselamatan tidak semata-mata berarti keselamatan Tuhan Yesus.
Untuk memahami apa itu keselamatan, pertama-tama kita harus mengetahui bahwa
keselamatan berasal dari Tuhan dan bahwa itu adalah pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan
demi menyelamatkan umat manusia yang dirusak oleh Setan, sehingga pada akhirnya kita
dapat memperoleh keselamatan dalam firman dan pekerjaan Tuhan—bertindak dan
bertingkah laku sesuai dengan persyaratan Tuhan, hidup dalam perawatan dan perlindungan-
Nya dan memenangkan pujian dan berkat-Nya. Inilah arti keselamatan dari Tuhan. Sekarang,
mari kita pahami detailnya dari pekerjaan Tuhan.
Seperti kita ketahui bersama, pada awalnya Adam dan Hawa tinggal di Taman Eden,
dan mereka tidak berdosa dan tidak ternoda. Setelah mereka mendengarkan perkataan Setan
dan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, orang-orang
mulai memiliki dosa dan menjadi semakin rusak. Ketika umat manusia jatuh ke dalam
kejahatan dan kerusakan pada tingkat tertentu, Tuhan harus menggunakan banjir besar untuk
menghancurkan umat manusia yang telah rusak parah, dan hanya delapan anggota keluarga
Nuh yang diselamatkan dan bertahan hidup. Oleh karena itu, umat manusia terus berkembang
biak di bumi. Tetapi orang-orang pada masa itu hanya tahu untuk makan, minum dan
menikmati hal-hal materi yang Tuhan berikan kepada mereka, tetapi mereka tidak tahu
bagaimana menyembah Tuhan atau bagaimana hidup di bumi. Inilah mengapa Tuhan
memulai pekerjaan pengelolaan-Nya untuk keselamatan umat manusia. Sesuai dengan
kebutuhan manusia, Tuhan menetapkan perintah, hukum, dan aturan untuk membimbing
kehidupan mereka di bumi. Misalnya, menaati hari Sabat, menghormati orang tua, tidak
menyembah berhala, dan tidak mencuri atau berzina. Ada juga aturan tentang persembahan
korban, makan makanan, kompensasi mencuri, serta membunuh sapi dan domba, dll. Mereka
yang mematuhi hukum dan perintah Tuhan akan menerima berkat Tuhan, dan mereka yang
melanggar hukum dan perintah Tuhan akan dihukum. Melalui hukum, Tuhan Allah
memimpin, mengendalikan dan mengajar manusia, membiarkan mereka hidup normal di
bumi dan tahu bagaimana menyembah Tuhan—inilah keselamatan yang dibawa Tuhan
kepada umat manusia di Zaman Hukum Taurat. Pada saat itu, dengan mengindahkan firman
Tuhan Allah, dan menjunjung tinggi hukum dan perintah-Nya, orang bisa dilindungi dan
diberkati oleh Tuhan, dan mereka bisa mendapatkan keselamatan Tuhan di Zaman Hukum
Taurat.
Di akhir Zaman Hukum Taurat, orang-orang semakin dirusak oleh Setan. Tidak ada
yang dapat menaati hukum atau perintah, sedemikian rupa sehingga tidak ada persembahan
yang dapat menebus dosa-dosa mereka. Mereka semua menghadapi risiko dikutuk dan
dihukum mati oleh hukum. Untuk menyelamatkan umat manusia untuk menebus mereka dari
kutukan hokum Tuhan secara pribadi berinkarnasi dan memulai Zaman Kasih Karunia. Dia
mengungkapkan kebenaran dan memberi orang jalan pertobatan, menunjukkan kepada
mereka cara penerapan di zaman baru. Dia mengajar orang untuk menjadi toleran dan sabar,
mengasihi orang lain seperti diri mereka sendiri, menjadi garam dan terang bumi,
mengampuni orang lain tujuh puluh kali tujuh kali, berdoa bagi mereka yang menganiaya
mereka, dan memikul salib serta mengikuti Tuhan. Akhirnya, Dia disalibkan sebagai
persembahan dosa kekal bagi umat manusia, menanggung dosa umat manusia. Ini adalah
keselamatan yang dibawa oleh Tuhan kepada umat manusia di Zaman Kasih Karunia.
Siapapun yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya tidak akan lagi dikutuk oleh
hukum dan akan selamat. Kapanpun seseorang berdosa, mereka hanya perlu mengaku dan
bertobat dari dosa-dosa mereka kepada Tuhan Yesus, dan Tuhan akan mengampuni dosa-
dosa mereka dan memberikan anugerah dan berkat yang melimpah kepada mereka. Ini
adalah keselamatan yang diperoleh orang-orang di Zaman Kasih Karunia.
Keselamatan adalah sebuah pengharapan manusia untuk menikmati suasana aman,
sejahtera dari berbagai ancaman musuh. Bebas dari segala bentuk penindasan. Keselamatan
itu datang dari luar diri manusia.
Di biara Erfurt, Luther mendapat kepercayaan dari pimpinan biara di Jerman untuk
membahas peraturan-peraturan serikatnya di Roma pada tahun 1510. Luther sangat gembira
karena dengan demikian ia akan berhadapan muka dengan Bapa Suci di Roma, serta
berziarah ke tempat-tempat kudus dan berdoa di tangga Pilatus untuk pembebasan jiwa
kakeknya dari api penyucian.
Luther ditemani oleh seorang biarawan serta seorang bruder berjalan kaki dari
Erfurt ke Roma. Di Roma, Luther tinggal selama empat minggu lamanya. Luther
mengunjungi tempat-tempat kudus dan dengan lutut yang telanjang merangkak naik Scala
Santa sambil mendoakan jiwa kakeknya di api penyucian. Scala Santa ini adalah sebuah
tangga naik yang terdiri dari 28 anak tangga yang dipercayai sebagai tangga Pilatus yang
dipindahkan dari Yerusalem ke Roma. Di Roma, Luther melihat keburukan-keburukan
yang luar biasa. Para klerus hidup seenaknya saja. Nilai-nilai kekristenan sangat merosot di
kota suci ini. Dalam kekecewaannya Luther berkata, "Jika seandainya ada neraka, berarti
Roma telah dibangun di dalam neraka". Luther telah mempunyai kesan bahwa dahulu
Roma adalah kota yang tersuci di dunia, tetapi kini menjadi yang terburuk. Roma
dibandingkannya dengan Yerusalem pada zaman nabi-nabi. Sekalipun demikian,
kepercayaan Luther terhadap Gereja Katolik Roma tidak tergugat. Setelah kembali dari
Roma, Luther pindah ke biara di Wittenberg pada tahun 1511. Ia tinggal di sini sampai ia
meninggal. Atas dorongan Johann von Staupitz, Luther belajar lagi sampai memperoleh
gelar doktornya pada tahun 1512. Johann von Staupitz melihat bahwa Luther adalah
seorang yang sangat pandai sehingga dianggap cocok untuk menjadi mahaguru. Di
Wittenberg telah dibuka sebuah universitas baru oleh Frederick III yang Bijaksana pada
tahun 1502. Frederick bersimpatik dengan Luther tatkala Frederick mendengar khotbah
Luther sehingga ia mengangkat Luther menjadi mahaguru pada universitasnya itu. Selain
itu, Luther diangkat menjadi pengawas dan pengurus dari sebelas biara serikatnya di
Jerman.
Gerakan Reformasi Luther berjalan terus. Banyak kota dan wilayah Jerman
memihak kepada Luther dan nama Luther mulai terkenal di luar Jerman. Kaum humanis,
para petani Jerman bersimpatik kepadanya. Perdebatan teologis tentang Surat Indulgensia
sebagaimana dimaksudkan dengan dalil-dalilnya tidak terjadi. Perdebatan itu baru terjadi
pada bulan Juni 1519, di Leipzig. Dalam perdebatan ini Luther berhadapan dengan Johann
Eck disertai oleh Carlstadt, rekan mahagurunya di Wittenberg. Dalam perdebatan ini
Luther mengatakan bahwa paus-paus tidak bebas dari kesalahan-kesalahan. Konsili pun
tidak luput dari kekeliruan-kekeliruan. Luther menunjuk kepada Konsili Constanz yang
memutuskan hukuman mati atas Johanes Hus. Johann Eck menuduh Luther sebagai
pengikut Johanes Hus. Dalam perdebatan ini pokok perdebatan telah bergeser dari Surat
Indulgensia ke kekuasaan Paus. Menurut Luther yang berkuasa di kalangan orang-orang
Kristen bukanlah Paus atau konsili, tetapi firman Allah saja. Kini Luther sudah siap untuk
menerima kutuk dari Paus. Sementara menunggu kutuk Paus, Luther menulis banyak
karangan yang menjelaskan pandangan-pandangan teologianya. Tiga karangannya yang
terpenting adalah An den christlichen Adel deutscherNation: von des christlichen Standes
Bessening (Kepada kaum Bangsawan Kristen Jennan tentang perbaikan Masyarakat
Kristen), 1520; De Captivitate Babylonica Ecclesiae (Pembuangan Babel untuk Gereja),
Oktober 1520; Von der Freiheit eines Christenmenschen (Kebebasan seorang Kristen),
1520.
Tanggal 15 Juni 1520, bulla (surat resmi) ekskomunikasi dari Paus keluar. Bulla itu
bernama "Exurge Domine". Paus menyatakan bahwa dalam pandangan-pandangan Luther
terdapat 41 pokok yang sesat. Ia meminta kepada Luther menarik kembali dalam tempo 60
hari dan jika tidak ia akan dijatuhi hukuman gereja. Namun, Luther membalas bulla itu
dengan suatu karangan yang berjudul Widder die Bullen des Endchrists (Melawan bulla
yang terkutuk dari si Anti-Krist). Pada 10 Desember 1520, Luther membakar bulla Paus
tersebut bersama-sama dengan Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik Roma di depan
gerbang kota Wittenberg dengan disaksikan oleh sejumlah besar mahasiswa dan mahaguru
Universitas Wittenberg. Tindakan ini merupakan tanda pemutusan hubungannya dengan
Gereja Katolik Roma. Kemudian keluarlah bulla kutuk Paus pada tanggal 3 Januari 1521.
Luther kini berada di bawah kutuk gereja. April 1521, Kaisar Karel V mengadakan rapat
kekaisaran di Worms. Luther diundang untuk mempertanggungjawabkan perbuatan-
perbuatannya dan karangan-karangannya. Kaisar Karel V menjanjikan perlindungan atas
keselamatan jiwa Luther. Pada 18 April 1521, Luther mengadakan pembelaannya. Wakil
Paus meminta agar Luther menarik kembali ajaran- ajarannya, tetapi Luther tidak mau.
Kaisar Karel V ingin menepati janjinya kepada Luther sehingga sebelum rapat
menjatuhkan keputusan atas dirinya, Luther diperintahkan untuk meninggalkan rapat. Pada
26 Mei 1521, dikeluarkanlah Edik Worms yang berisi antara lain: Luther dan para
pengikutnya dikucilkan dari masyarakat; segala karangan Luther harus dibakar; dan Luther
dapat ditangkap dan dibunuh oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun juga.
Ketika Luther melintasi hutan, tiba-tiba ia disergap oleh pasukan kuda yang bersenjata.
Luther dibawa untuk disembunyikan di istana Wartburg atas perintah Frederick yang
Budiman. Di sini Luther tinggal selama sepuluh bulan dengan memakai nama samaran
Junker Georg. Di sini pulalah Luther mengerjakan terjemahan Perjanjian Baru dari bahasa
Yunani (naskah asli PB) ke dalam bahasa Jerman. Sementara Luther bersembunyi di
Wartburg, terjadilah huru-hara di Wittenberg. Carlstadt muncul ke depan. Ia menilai bahwa
Luther tidak berusaha untuk menghapus segala sesuatu yang berbau Katolik Roma. Ia
menyerang hidup membiara dan menganjurkan agar para biarawan menikah. ia sendiri
melayani misa dengan pakaian biasa dan roti serta anggur diberi kepada umat. Perubahan-
perubahan ini memang didukung Luther. Akan tetapi, kemudian Carlstadt dipengaruhi oleh
nabi-nabi dari Zwickau yang bersifat radikal. Mereka menyerbu gedung-gedung gereja,
menghancurkan altar-altar gereja, salib-salib, patung-patung, dan sebagainya. Huru-hara ini
tidak dapat dikendalikan oleh Frederick yang Budiman. Luther mendengar huru-hara ini
dan segera menuju Wittenberg. Luther berkhotbah selama seminggu di Wittenberg untuk
meneduhkan suasana kota. Ia mengecam tindakan kekerasan serta radikal itu. Menurut
Luther pembaharuan gereja tidak dapat dilakukan dengan kekerasan atau dengan jalan
revolusi. Luther menghardik Carlstadt sehingga ia pergi ke Swiss.
2.c Sola Fide, Sola Gratia, dan Sola Scriptura Martin Luther
Ada 3 hal yang secara substansial menjadi doktrin teologis Martin Luther dalam usahanya
memperbarui Gereja, antara lain:
- Ajaran tentang yustifikasi (pembenaran) yang radikal atas manusia melalui sola fide.
- Ajaran tentang infalibilitas (ketidaksesatan) Alkitab, yang dipandang sebagai satu-
satunya sumber kebenaran.
- Ajaran tentang imamat umum dalam hubungannya dengan kuasa untuk menafsirkan
Alkitab.
Doktrin tradisional Gereja mengatakan bahwa manusia diselamatkan oleh iman dan
karya-karyanya. Hal itu berarti imam menjadi nyata sungguh-sungguh ketika diwujudkan dan
diungkapkan secara konkret dalam karya-karya. Dengan tegas, Luther menanggapi doktrin
tradisional tersebut dengan cara menentang nilai karya manusia dan hanya membenarkan
nilai iman. Perlawanan Luther juga dilatarbelakangi oleh rasa frustasi secara psikologis yang
mendalam yang ia rasakan karena berpikir bahwa ia tidak mampu memperoleh keselamatan
kekal dengan usaha dan karya manusiawinya sendiri. Ia mengalami sendiri suasana batin
bahwa ia tetap berdosa meskipun telah melakukan banyak usaha untuk hidup baik dan saleh.
Meskipun telah berpuasa, menjalani hidup mati raga, berziarah dan menerima sakramen,
Luther tetap merasa jatuh dan jatuh lagi ke dalam dosa yang sama. Kemudian, ia
berkeyakinan bahwa kegagalan terus menerus untuk hidup baik tersebut menunjukkan
rusaknya kodrat manusia pada akarnya. Manusia itu sedemikian rusak kodratnya, sehingga
usaha apapun yang dilakukan untuk hidup baik tidak akan berhasil. Selanjutnya, rasa frustrasi
tersebut membawanya pada sebuah solusi, yakni hanya dengan beriman pada Allah saja,
keselamatan dapat diperoleh. Baginya, imanlah yang membebaskan dan secara radikal
mencabut kekhawatiran hidup insan beriman. Motivasi konseptual doktrin Luther adalah
Allah menciptakan manusia “dari ketiadaan”. Dengan demikian, manusia tidak akan mampu
melakukan hal baik yang dinilai di hadirat Allah. Luther juga berpendapat bahwa Iustitia
Dei (keadilan Allah) semata-mata dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Keadilan ini
tanpa menuntut jasa dan hak manusia. Manusia mendapatkan keadilan Allah bukan karena
karya-karyanya, melainkan karena kepastian akan keselamatan yang dilakukan oleh Allah.
Jadi, semakin ditegaskan bahwa karya insani manusia tidak dapat menyelamatkan manusia.
Alkitab merupakan asas tunggal hidup menggereja karena berisi semua kebenaran
yang diwahyukan Allah. Dengan kata lain, selain Alkitab, tidak ada sumber-sumber
keselamatan, termasuk tradisi kristiani sekalipun. Baginya, tradisi kristiani hanyalah ciptaan
manusia yang tidak dapat dijadikan sumber keselamatan. Semua yang dapat diketahui
tentang Allah dan hubungan antara manusia dengan Allah sudah difirmankan dalam Alkitab
secara terbuka. Dengan demikian, segala macam ajaran Gereja, Filsafat-Teologi dan Hukum
Kanonik Gereja ditolak dan dipandang lebih mengaburkan daripada menguatkan cahaya Injil
yang dipancarkan Allah kepada orang beriman melalui Alkitab. Oleh sebab itu, Luther
mengganti struktur hierarki Gereja dengan menonjolkan peranan jemaat awam dan fungsi
imamat semua orang beriman dalam kehidupan Gereja. Dengan demikian, hanya Alkitab saja
yang memiliki otoritas infalibel (tidak dapat sesat). Bagi Luther, peran para hierarki Gereja
Katolik justru dapat menghalangi manusia menghalangi Alkitab secara benar, Maka dari itu,
Luther menghendaki supaya Alkitab dapat dipahami oleh semua orang. Untuk mencapai
tujuan tersebut, ia menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Jerman, karena Alkitab
berbahasa Latin (Vulgata) tidak dapat dipahami oleh semua orang, kecuali para klerus,
biarawan dan biarawati. Melalui Alkitab yang dianggap sebagai satu-satunya sumber
kebenaran itu, Luther berusaha mencari alasan yang tepat mengenai yustifikasi iman dengan
tujuan untuk memberi dasar yang kokoh pada ajaran dan doktrinnya.
Dalam imannya, manusia sudah dapat merasa dibenarkan oleh Allah karena rahmat-
Nya semata-mata. Berkenaan dengan cara berpikir ajaran tersebut, selanjutnya tidak
dibutuhkan lagi perantara manusia dengan Allah, misalnya: peran dan fungsi imam yang
menuntut ajaran Gereja Katolik supaya dapat menyalurkan rahmat pengampunan dosa dari
Allah kepada manusia. Luther yakin bahwa setiap individu beriman berhadapan langsung
dengan Allah sendiri dan secara pribadi bertanggungjawab kepada-Nya. Pada akhir abad
pertengahan sampai awal zaman renaissance, peran dan kredibilitas para klerus semakin
menurun. Kesucian Gereja Katolik ternoda oleh kebobrokan yang dilakukan oleh para klerus
pada waktu itu, terutama praktek komersialisasi indulgensi. Itulah yang mendorong Luther
menolak Gereja yang hierarkis seperti yang diperlihatkan oleh Gereja Katolik Roma.
Perlawanan Luther ditunjukkan melalui pemasangan surat pernyataan sikapnya yang berisi
95 dalil di pintu masuk Gereja biara di kota Wittenberg, Jerman pada tanggal 31 Oktober
1517. Dalam surat itu, Luther mengecam praktek Gereja Katolik yang memperdagangkan
surat pengampunan dosa dengan tujuan untuk mendapatkan uang bagi pembangunan
berbagai proyek gerejawi, misalnya: pembangunan gereja-gereja megah, termasuk Gereja
Basilika St. Petrus di Vatikan. Situasi yang terjadi pada waktu itu ialah banyak orang
sederhana percaya bahwa dengan membeli surat itu, mereka akan memperoleh keselamatan
karena dosa-dosa mereka telah terampuni. Hal itu berarti keselamatan manusia merupakan
hasil prestasi manusia itu sendiri dan bukan lantaran rahmat Allah.
III. Aktualisasi Reformasi Martin Luther dalam dokumen teologi gereja saat ini
Berikut ada tujuh pokok keselamatan sebagai inti sari tentang keadaan manusia dan
anugerah keselamatan dari Allah. Kita mungkin harus mengingat ketujuh pokok keselamatan
ini sehingga kita dapat membaginya kepada orang lain yang belum percaya kepada Yesus
sebagai Juruselamat atau sebagai metode/bahan ajar kepada kategorial Parguru malua
(Remaja) dan Sekolah Minggu :
1
Pearaja Tarutung, Pengakuan Iman HKBP/Konfesi HKBP, (Pematangsiantar: Percetakan HKBP, 2009), hlm. 132-
134.
1. Allah mengasihi kamu, ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-
Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3 : 16)
2. Kamu adalah orang berdosa, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah.” ( Roma 3 : 23)
3. Allah menghukum dosa, “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup
yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” ( Roma 6 :23 )
4. Yesus menanggung hukuman kita, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” ( Roma 5 : 8 )
5. Yesus bangkit dari kematian, “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu,
yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa
kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah
dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.” ( 1 Korintus 15 : 3-4 )
6. Yesus menawarkan pengampunan dari dosa dan kehidupan kekal bagi setiap orang yang
percaya kepada-Nya, “ Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah
yang harus diri sendiri perbuat, supaya diri sendiri selamat? Jawab mereka (Paulus dan
Silas): "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan
seisi rumahmu." ( Kisah Para Rasul 16 : 30-31 )
7. Keselamatan adalah Cuma-Cuma sebagai pemberian dari Allah, “Sebab karena kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.” ( Efesus 2 : 8 -9 )
IV. KESIMPULAN