YAYASAN PELAYANAN LITERATUR ANUGERAH

PESAN DAFTAR ISI

Pemimpin Umum : Hal.
Mangaranap Pandjaitan, B.Sc.
Pemimpin Redaksi : 1. WAWASAN
Ir. T. Aritonang, M.Sc.
Yayasan Pelita 29 Tahun ..................... 1
Dewan Redaksi :
Drs. Johan Sumampouw 2. JEJAK PERISTIWA
Pdt. Jerry H. M. Sumanti S.Th.
Ev. Szhonie R. Pontolawokang S.Th. Ikan Patin ............................................ 5
Pdt. Dr. Audy R. Ngantung, M.Th.
Ir. Alexander J. T. Gerung, M.Sc. 3. MARI BELAJAR BERSAMA
Jesy Ward
Ev. Cathie Ward, S.Th. Yesus Memperhatikan (28a) ............... 8
Ev. Alexander Wauran, S.Th.
Alexander Wauran, STh. 4. Ruang Tanya-Jawab .......................... 15
Koresponden :
Dr. Shirley Sumolang-Palit (Manado) 5. SANA-SINI
Ny. Jeane Putong-Ngantung (Tondano)
Medy Tamorron Pasau (Makassar) Penyembahan .................................... 20
Feity Pandjaitan (Jakarta)
Nina Sumampouw (Jerman) 6. SANA-SINI
Sekretariat/Tata Usaha :
Ny. Shierley Pandjaitan Dispensasi Hukum Torat ................... 29
Ny. Laura Gerung
Kristianto 7. PESONA FIRMAN
Alamat Sekretariat : Bukti Alkitab Adalah Firman Tuhan .. 32
Jl. Rawasari Barat III E-47 Jakarta 10510
Alamat Surat : 8. SAKSI KEMENANGAN
PO. Box 1134 Jakarta 13011
Alamat Email : pelitaministry@holypower.net Melayani Tuhan Selalu ... .................. 36
pelitaministry@yahoo.co.id
Desain/Percetakan: 9. KONTAK PELAYANAN ................... 38
Anto/kaDia

Yayasan PELITA mengakui “Pengakuan Iman Rasuli” dan meyakini ajaran Alkitab
yang ikhtisarnya sebagai berikut:
1. Alkitab adalah Firman Allah yang diilhamkan-Nya secara verbal.
2. Tuhan Allah adalah Esa dan dalam penyataan-Nya beroknum tiga; Allah Bapa, Allah
Anak yaitu Yesus Kristus dan Roh Kudus (II Korintus 13:13)
3. Kejatuhan total manusia (Roma 3:10,23)
4. Penghukuman bagi setiap orang yang menolak Yesus Kristus (Yohanes 3:36; 8:24)
5. Penebusan hanya melalui darah Yesus dan keselamatan adalah anugerah Allah yang
harus diterima dengan beriman kepada Tuhan Yesus dan sama sekali bukan oleh usaha
manusia (Roma 3:24-25, Efesus 2:8-9)
6. Hidup yang kekal dan jaminan keselamatan kekal bagi setiap orang yang percaya Tuhan
Yesus (Yohanes 10:28-29)
7. Kebangkitan tubuh dan pengangkatan Tubuh Kristus, disusul oleh masa kesengsaraan
besar dan pemerintahan Yesus Kristus selama 1000 tahun di bumi (I Tesalonika 4:16-
17; I Korintus 15:35-49; Matius 25; Wahyu 20)
Yayasan PELITA bertujuan: Mengemban amanat Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus,
memberitakan Injil, dan menumbuhkan persekutuan orang-orang percaya.
Yayasan PELITA dalam mencapai tujuan mengadakan:
1. Penerbitan dan Penyebaran literatur Kristiani.
2. Seminar, diskusi, latihan, konsultasi, dan bimbingan/konseling Kristen.
3. Kegiatan gerejawi, sosial dan pendidikan dalam rangka mengemban kemanusiaan melalui
penelitian dan penulisan Kristen.

Yayasan PELITA
29
T
erpujilah nama yang agung
dan besar, Tuhan Yesus
Kristus satu-satunya peng-
harapan manusia, yang bukan saja
telah memulai tetapi juga me-
neruskan pelayanan Injil melalui
Yayasan PELITA sejak saat
berdirinya pada 19 Oktober 1984
sampai sekarang sudah melewati
masa 29 tahun pelayanan. Bagi
para pembaca PESAN tentu
setelah membaca rubrik Kontak
Pelayanan dalam Edisi 82, sudah
melongok sedikit mengenai riwayat
berdirinya Yayasan PELITA. Dewan
Redaksi memang sengaja menem-
patkan kisah singkat itu pada
bagian pengantar Kontak Pela-
yanan guna mengantisipasi HUT
Yayasan Pelita yang ke-29, dengan
iringan doa kiranya para pembaca
dapat merasakan panggilan Tuhan
yang sama untuk menyebarkan Injil
anugerah Allah, Injil keselamatan
di dalam Yesus Kristus, melalui
PESAN
WAWASAN
Tahun
segala cara yang benar sesuai
kehendak Allah, termasuk melalui
pelayanan literatur.
Seperti selalu diingatkan
oleh Bapak Direktur Yayasan
PELITA yang mengutip dari kata-
kata J. Hudson Taylor, misonaris
Inggeris di China pada abad ke-19
yaitu, “God’s work done in God’s
way will never lack God’s supply.”
Hudson Taylor adalah hamba
Tuhan yang dimenangkan melalui
traktat pada usia yang masih
sangat muda; terpujilah Roh Kudus
yang memakai instrument sekecil
lembaran traktat untuk meme-
nangkan orang yang dikenal di
dalam sejarah penginjilan sebagai
penginjil besar di daratan China.
Ia juga telah mendirikan lembaga
penginjilan yang diberi nama China
Inland Mission. Sampai pada per-
gantian abad (memasuki abad-ke-
20) beberapa tahun sebelum ia
1
meninggal pada tahun 1905, sudah
memiliki lebih dari 1000 orang
pelayan (lebih daripada 600
misionaris plus lebih daripada 400
pelayan nasional) di China. Beliau
tidak hanya mengukirkan kata-kata
itu dalam ucapannya atau
tulisannya, tetapi dia menjalaninya
dalam hidup dan pelayanannya
yang nyata. Hudson Taylor me-
layani Tuhan di bawah tekanan
para penguasa yang membuat
aturan-aturan yang sulit bagi para
penginjil asing, dalam kondisi yang
fasilitasnya serba minim dipandang
dari pihak manusia, dan dalam
kekurangan jaminan kesehatan
sehingga ia dan keluarganya sem-
pat sakit berat. Tetapi semuanya
itu tidak mengurangi tekad, ke-
yakinan, dan perserahannya ke-
pada Tuhan yang empunya ladang
pelayanan di dunia ini. Demikianlah
sehingga kata-kata hamba Tuhan
ini menjadi begitu terkenal dan
sering kali dikutip oleh para pelayan
Injil lainnya mulai dari masa pela-
yanan beliau bahkan sampai ke
masa kini.
Apabila kita memperhatikan
dengan saksama apa yang sedang
terjadi di dalam dunia pada zaman
modern sekarang, lebih satu abad
setelah pelayanan Hudson Taylor,
khususnya menyangkut periba-
datan dan pelayanan gerejawi,
maka kita akan melihat dua kutub
ekstrim yang semuanya terpam-
pang jelas di hadapan mata kita
baik orang-orang percaya kepada
Yesus Kristus, maupun mereka
yang bukan orang percaya kepada
2 PESAN
Tetapi
semuanya itu tidak
mengurangi tekad,
keyakinan, dan
perserahannya ke-
pada Tuhan yang
empunya ladang
pelayanan di
dunia ini.
Yesus Kristus. Di satu sisi, terda-
patlah orang-orang Kristen yang
beribadah di gubuk-gubuk ataupun
rumah-rumah kontrakan yang mis-
kin, karena mereka tidak mem-
punyai fasilitas pendukung, mereka
tidak memiliki uang untuk menye-
diakan apa-apa yang mereka per-
lukan, dan pekerja gereja mereka
pun hidup di bawah garis kemis-
kinan. Bahkan ada mereka-mereka
yang beribadah di tepi jalan atau
di bawah pohon hanya karena
mereka adalah kalangan minoritas
dalam lingkungan masyarakat se-
tempat, sehingga membangun
tempat ibadah bukanlah sesuatu
yang mudah dari segi perizinan.
Mereka pun tidak dapat beribadah
di rumah-rumah karena akan diang-
gap sebagai pembangkang pera-
turan-peraturan yang sah sehingga
dapat diseret ke mahkamah-mah-
kamah resmi maupun pengadilan
langsung oleh masyarakat yang
biasanya bersifat liar dan tidak
mengenal peri kemanusiaan.
Dalam kondisi seperti ini, sisi
yang satu ini sangat ekstrim me-
nunjukkan bahwa kekristenan itu
identik dengan penderitaan dan
kemiskinan.
Pada sisi yang satu lagi, ter-
dapatlah orang-orang yang beri-
badah di tengah-tengah kelimpahan
materi dan fasilitas. Mereka bukan
saja mempunyai gedung-gedung
gereja yang megah atau memiliki
kemampuan menyewa balai-balai
pertemuan yang besar dan mahal,
tetapi kelengkapan fasilitas yang
mereka miliki pun sungguh wah,
membuat orang-orang yang me-
nyaksikan terkagum-kagum
akan kehebatan orang-
orang Kristen, baik
dalam cara ber-
pakaian dari pa-
ra peserta
ibadah dan para
penyanyi, serta
pengkhotbah yang
sangat mewah
lengkap dengan
segala asesoris
yang mahal, mau-
pun alat-alat musik yang digunakan
serta band yang memainkannya
sangat menakjubkan. Tidak ter-
bayang sama sekali penderitaan
Kristus dan hamba-hamba-Nya
yang melayani Injil di bawah aniaya
dan serba kekurangan fasilitas.
PESAN
Sisi ini pun tampaknya sangat
ekstrim memberi kesan kepada
dunia bahwa kekristenan itu identik
dengan kemakmuran dan keme-
wahan.
Di salah satu sekolah
Teologi, Pdt. Frans P. Tamarol
pernah berkisah dalam tulisannya
yang berjudul Beriman dan Men-
derita. Memperhatikan mahalnya
uang kuliah serta buku-buku wajib
yang jumlahnya banyak untuk se-
tiap mata kuliah dan harganya pun
mahal-mahal, ditambah pula de-
ngan biaya-biaya lain termasuk
pembayaran uang asrama dan
makan di cafeteria yang menya-
jikan makanan lengkap dan mewah
“all you can eat,” Pak Tamarol
berguman kepada
seorang maha-
siswa pasca
sarjana yang
duduk semeja
dengannya,
“bagaimana kita
mengharapkan
para mahasiswa di
sini akan turun ke
ladang-ladang penginjilan
yang sulit tanpa fasilitas
memadai sehingga
mereka mendapat
k e s e m p a t a n
m e r a s a k a n
kebenaran Alkitab yang berkata,
‘Sebab kepada kamu dikaruniakan
bukan saja untuk percaya kepada
Kristus, melainkan juga untuk
menderita untuk Dia’” (Filipi 1:29).
Teman bicara beliau hanya terdiam
sepertinya ada senyum di kulum,
3
tetapi pasti hatinya juga bertanya- Kebutuhan uang, mintalah kepada
tanya hal yang sama. Bapa yang memiliki semua sumber
Tentu Yayasan PELITA tidak daya, karena Bapa sorgawi adalah
terpengaruh dengan kedua posisi juga Pemilik semua, bahkan Pe-
ekstrim seperti diuraikan di atas, milik semua orang yang mempu-
Yayasan PELITA hanya prihatin nyai sumber daya, karena Dialah
karena di sisi ekstrim yang satu, Pencipta alam semesta, langit dan
akibat kekurangan fasilitas dan bumi serta segala isinya. Tuhanlah
penderitaan yang bertubi-tubi maka yang menggerakkan mereka yang
hamba-hamba Tuhan sering ter- empunya dana, materi dan fasilitas
hambat dalam pelayanan mereka, untuk bersedia menjadi saluran
demikian juga di sisi ekstrim yang dukungan Tuhan dalam menalangi
satu lagi, karena kemewahan de- biaya dan kebutuhan pelayanan
ngan fasilitas yang berlimpah, para Injil-Nya.
hamba Tuhan terlena Kebutuhan
dan lupa diri se- apa lagi? Nyata-
Yayasan PELITA
hingga tugas-tugas kanlah dalam segala
pelayanan kepada berdiri dengan hal keinginanmu ke-
Tuhan berubah arah satu tekad yang pada Allah dalam
menjadi pelayanan kuat di dalam doa dan permohon-
bagi diri sendiri atau kehendak dan an dengan ucapan
bagi mereka-mereka syukur. Akhirnya,
kekuatan dari
yang menjadi pe- kita harus yakin
nyandang dana yang Tuhan saja yakni seperti apa yang
paling besar, demi memberitakan Injil dikatakan oleh Rasul
kesenangan diri pri- kasih karunia Allah Paulus dalam ilham
badi dan kelompok Roh, “Allahku akan
yang menikmati se- memenuhi segala
mua kemewahan yang ada. keperluanmu menurut kekayaan
Yayasan PELITA berdiri dengan satu kemuliaan-Nya dalam Kristus
tekad yang kuat di dalam ke- Yesus” (Fil. 4:19). Tuhan yang
hendak dan kekuatan dari Tuhan empunya pekerjaan ini, Tuhan juga
saja yakni memberitakan Injil kasih yang menugaskan orang-orang
karunia Allah, dalam situasi apapun untuk melayani, dan Tuhan juga
(no matter what), kita akan maju yang memenuhi segala kebutuhan
dan maju dan maju no matter what, pelayanan ini. Terpujilah nama
kita akan melayani lebih dan lebih Tuhan Allah Bapa Sorgawi, dan
dan lebih, no matter what. Kebu- Putra-Nya yang tunggal Yesus
tuhan tenaga, mintalah kepada Kristus, serta Roh Kudus, Dialah
Bapa sorgawi yang empunya ladang Penghibur kita, dalam kuasa-Nya
supaya mengirimkan orang untuk kita berani maju dan melayani Injil
pergi menuai di ladang-Nya. anugerah Allah. Amin.

4 PESAN

IKAN
PATIN
Oleh: T. Aritonang
M
emasuki masa pensiun
adalah suatu pertaruhan
yang genting dalam ke-
hidupan manusia. Ada yang
mengalami stress dan ada pula
yang melewatinya dengan santai
dan sukacita
Saya termasuk kategori
yang melewati masa pensiun de-
ngan santai dan sukacita. Salah
satu hobby yang saya tekuni se-
telah pensiun adalah memelihara
ikan di aquarium. Bagi kebanyakan
yang memelihara ikan di aquarium
umumnya menujukannya sebagai
ikan hias dengan harga yang se-
dang hingga yang mahal. Namun
saya memelihara ikan di aquarium
dengan dua tujuan utama yaitu
disamping berfungsi sebagai ikan
hias juga berfungsi sebagai ikan
konsumsi.
Dalam jejak peristiwa empat
hingga lima tahun ini, saya telah
memelihara ikan di aquarium
secara bergantian dari mulai kecil
PESAN
JEJAK PERISTIWA
hingga panen, yaitu ikan mujahir,
ikan bawal, ikan lele dan yang saat
ini sedang bertumbuh semakin
besar dan dalam waktu dekat siap
di panen adalah ikan patin.
Dibandingkan dengan jenis
ikan-ikan lainnya yang telah saya
pelihara, ikan Patin merupakan ikan
yang cukup menarik perhatian,
terlebih dalam hal perilakunya
ketika diberi makanan pelet. Ikan-
ikan lainnya umumnya bersikap
manis, jinak dan lembut ketika
diberi makanan pelet, mereka
dengan rakus langsung menyantap
makanan pelet yang saya tebar.
Barangkali itu adalah sikap alamiah
mereka, yaitu manis, jinak dan
lembut.
Berbeda dengan ikan Patin,
meskipun sudah hampir delapan
bulan saya pelihara tetapi sikap
dan perilakunya tetap sama, yakni
ketika saya mendekat untuk mem-
beri makanan pelet, setiap kali pula
ikan-ikan Patin itu menunjukkan
5
sikap gelisah, meronta, sehingga
air di dalam aquarium bergelora,
terkadang hingga memercik kepala
dan muka saya, bahkan tidak
jarang sampai-sampai membasahi
baju saya.
Jejak peristiwa yang se-
nantiasa menunjukkan sikap dan
perilaku ikan Patin yang selalu
tidak bersahabat itu, mengingat-
kan saya tentang peristiwa
Golgota.
Tuhan Yesus Kristus telah
bersedia datang ke dunia ini, untuk
menolong umat manusia dari
kuasa kegelapan dosa. Meskipun
Yesus Kristus telah melakukan
berbagai hal yang mencengangkan,
antara lain seperti membuat air
menjadi anggur, memberi makan
lima ribu orang dari tiga potong roti
dan tiga ekor ikan, menyembuhkan
berbagai sakit penyakit termasuk
membuat orang buta dapat melihat
kembali, menghidupkan orang
mati, tetapi semua hal mence-
ngangkan yang diperbuat Tuhan
Yesus Kristus tidak mengubah
sikap manusia yang selalu gelisah
dan meronta. Manusia tetap saja
menolakNya dengan cara-cara yang
hina.
Bahkan akhirnya Yesus
Kristus harus digilas oleh puncak
penolakan umat manusia. Dia yang
tidak bersalah harus mengalami
penderitaan yang luar biasa, Dia
disiksa seraya dipaksa memikul
salib dan pada puncak pende-
ritaanNya, Dia disalibkan dan mati.
Tiga hari tiga malam Yesus
Kristus berdiam di dunia kegelapan
6 PESAN
orang-orang mati, pada hari ketiga
diminggu pagi para perempuan
datang kekubur Yesus Kristus,
tetapi kubur itu sudah kosong,
ternyata Yesus Kristus telah bang-
kit mengalahkan maut kematian.
Sejak Yesus Kristus masih
melayani di dunia ini, hingga Dia
mati di kayu salib, tiga hari
kemudian Dia bangkit, semua itu
merupakan karya agung untuk
menolong umat manusia. Namun
dari dahulu hingga sekarang, dari
generasi ke generasi, banyak
sekali umat manusia yang menolak
pertolongan yang telah disediakan
oleh Yesus Kristus dan mereka
senantiasa gelisah dan meronta
oleh kuasa dosa. Ya, bagai ikan
Patin yang selalu gelisah dan
meronta meskipun ketika ia lapar
ada tangan yang terulur mem-
berinya makanan.
Dari seluruh jejak peristiwa
di dalam diri manusia yang dapat
membawa perubahan radikal dan
berkemenangan, hanya ada satu
jalan, yakni menerima dan men-
jadikan Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat pribadi.
Mengapa?
Seperti kata Rasul Pulus
pada Filipi 1:5-6 “Aku mengucap
syukur kepada Allahku karena
persekutuanmu dalam Berita Injil
mulai dari hari pertama hingga
sekarang ini. Akan hal ini aku
yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang
memulai pekerjaan yang baik di
antara kamu, akan meneruskannya
sampai pada akhirnya pada hari
Kristus Yesus”.
 Setiap orang yang
sungguh menjadikan Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya, akan rindu
memulai pekerjaan yang baik
dan akan meneruskannya
sampai akhir masa hingga
hari Kristus Yesus datang ke
dua kalinya.
Pada kesempatan ini
saya teringat kepada ibu Dr.
N. Sinulingga yang telah
pergi bertemu dengan Tuhan
Yesus Kristus di Sorga. Ibu
kekasih kita ini, selama
hidupnya di dunia ini, adalah
seorang yang setia melakukan
pekerjaan yang baik dalam dan menerima Yesus Kristus
pemberitaan Injil. Ia tidak terlalu sebagai Tuhan dan Juruselamat
banyak mengumbar kata-kata, pribadinya, maka sikap seperti
tetapi jika ia berdoa, ia bahkan ikan Patin yang gelisah dan me-
sering sekali menetaskan air mata ronta akan segera berubah, men-
menyampaikan kerinduannya jadi tenang dan sukacita, sebab
kepada Tuhan Yesus Kristus. Yesus Kristus melalui Roh Kudus
Kerinduannya yang paling membungkus setiap orang yang
besar adalah agar suami yang percaya kepadaNya.
sangat dikasihinya boleh mengenal Para pembaca Pesan, sia-
dan menerima Yesus Kristus pakah anda dihadapan Tuhan
sebagai Tuhan dan Juruselamat Yesus Kristus? Apakah anda
pribadi. Kerinduannya ini ternyata seperti ikan Patin yang selalu
dijawab Tuhan Yesus, bukan ketika gelisah dan meronta menjalani
ia masih berada di dunia ini, tetapi kehidupan ini?
justeru setelah ibu Sinulingga Dosa membuat umat ma-
dipanggil pulang ke sorga. nusia selalu gelisah dan meronta.
Seperti ikan Patin yang Tuhan Yesus telah datang melawat
terus gelisah dan meronta ketika umat manusia agar bebas dari
akan ditolong dan di beri makanan, cengkeraman kuasa dosa yang
manusia pun berperilaku sama selalu membuat manusia gelisah
merespon pertolongan yang telah dan meronta. Maka selama masih
disediakan Allah di dalam diri ada kesempatan utamakanlah
Yesus Kristus. Namun ketika se- menomor satukan Tuhan Yesus di
cara pribadi manusia mempercayai dalam hidup anda, Amin.

PESAN 7
 MARI BELAJAR
Yesus Memperhatikan
(Bagian 28a)
(Catatan: Pada Pesan edisi 82, Yesus Memperhatikan Bagian
28, judul dan sebagian teks telah dimuat)

Oleh: Pdt. Dr. Frans P. Tamarol

Kebangkitan Tuhan Yesus

Ini merupakan bagian penutup dalam seri pelajaran “Yesus

Memperhatikan” atau kalau ditulis dalam bentuk panjang: Yesus,
Tuhan yang Memperhatikan: Pelajaran-Pelajaran dari Kitab Injil
Markus. Sudah disebutkan pada bagian sebelumnya bahwa berita
injil berisi fakta-fakta sejarah yang nyata dan tidak mungkin
dipungkiri. Para ahli yang menulis pembelaan terhadap kebenaran
injil, terutama menyangkut kebangkitan Tuhan Yesus, melan-
daskan argumentasi mereka terutama pada fakta kubur kosong
(the fact of the empty grave). Para musisi pun menuangkan
kebenaran ini dalam syair-syair lagu yang mereka gubah.

R
asul Paulus di dalam ilham
Roh Kudus mendasarkan
argumentasi tentang ada-
nya kebangkitan bagi orang-orang
yang sudah mati pada fakta ke-
bangkitan Yesus Kristus ini. Satu
pasal di dalam suratnya yang
pertama kepada Sidang Jemaat di
Korintus (yaitu pasal 15) dide-
dikasikan khusus untuk menga-
jarkan doktrin kebangkitan. Rasul
Paulus menegaskan, “Jadi, bila-
mana kami beritakan, bahwa
Kristus dibangkitkan dari antara
orang mati, bagaimana mungkin
ada di antara kamu yang me-
ngatakan, bahwa tidak ada ke-
bangkitan orang mati? Kalau tidak
ada kebangkitan orang mati, maka
Kristus juga tidak dibangkitkan.
Tetapi andaikata Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah
pemberitaan kami dan sia-sialah
juga kepercayaan kamu” (I Kor.
15:12-14).
Peristiwa kebangkitan Tuhan
Yesus yang disusul dengan pe-
nampakan diri-Nya kepada murid-

8 PESAN
murid-Nya dicatat dalam dua pasal
yang terakhir di Kitab Injil Yohanes
(pasal 20 dan 21). Sedangkan
dalam ketiga Kitab Injil Sinoptik,
peristiwa yang sama dicatat dalam
satu pasal yang terakhir. Jadi,
pembahasan berikut menguraikan
kisah kebangkitan Tuhan Yesus
dan peristiwa penampakan diri-Nya
seperti yang kita dapat baca dalam
Kitab Injil Markus pasal 16. Tentu
saja dukungan serta korelasi ayat-
ayat dari kitab-kitab injil yang
lainnya pun akan memperkaya
pembahasan kita.
Yesus bangkit
Peristiwa kematian, pengu-
buran, dan kebangkitan Tuhan
Yesus melibatkan peran serta
beberapa orang perempuan. Di
antara kaum perempuan itu dise-
butlah tiga orang di antaranya yang
telah dengan setia melayani ber-
sama dalam rombongan Tuhan
Yesus dan murid-murid-Nya sejak
dari Galilea yakni Maria Magdalena,
Maria Ibu Yakobus Muda dan
Yoses, serta Salome. Mereka ada-
lah di antara perempuan-perem-
puan yang berdiri agak di kejauhan
dalam peristiwa penyaliban Tuhan
Yesus. Dua orang di antara me-
reka sempat menyaksikan pe-
ristiwa penguburan Tuhan Yesus.
Selepas hari Sabat, para perem-
paun ini pergi membeli rempah-
rempah untuk dijadikan bahan
ramuan yang akan digunakan
untuk meminyaki Tuhan Yesus.
Kemudian, selagi masih pagi-pagi
PESAN
benar di hari pertama minggu itu,
setelah matahari terbit, pergilah
mereka ke kubur (Markus 16:1-2;
Band. 15:40; 47).
Alkitab memang tidak me-
ngisahkan secara rinci bagaimana
proses kebangkitan Tuhan Yesus
itu, namun apa yang disajikan
dalam keempat Kitab Injil itu sudah
cukup mengungkapkan bahwa ke-
bangkitan Tuhan Yesus adalah
sebuah fakta sejarah yang jelas.
Demikianlah apa yang sedang
dirancang oleh para perempuan
pada pagi hari itu (tanpa ada ke-
sadaran sebelumnya kalau tubuh
Yesus yang mereka akan minyaki
sebenarnya sudah tidak ada lagi
di kubur, karena Ia sudah bangkit),
merupakan awal dari kisah maha-
agung yang menjadi berita luar
biasa pada ketika itu dan sete-
rusnya sampai sekarang pun ma-
sih tetap merupakan berita yang
mahaagung. Charles C. Ryrie me-
ngomentari pernyataan ringkas ”He
has risen” dalam Markus 16:6
mengatakan, “This simply stated
fact is the foundation of the
Christian faith” (Ryrie Study Bible,
Moody Press, Chicago, Il, 1993,
p. 1612). Hal yang sama diper-
tegas oleh John MacArthur dengan
kalimat yang lebih panjang, “The
resurrection of Jesus Christ is the
single greatest event in the history
of the world. It is so foundational
to Christianity that no one who
denies it can be a true Christian.
Without resurrection there is no
Christian faith, no salvation, and
no hope.” (Mark: The Humanity of
9
Christ. Thomas Nelson, Nashville,
TN. 2007, p. 105).
Ya, peristiwa kebangkitan
Tuhan Yesus dianggap sebagai
kisah mahagung karena hal ini
menunjukkan perbedaan yang
jelas antara kekristenan dan semua
agama yang lain. Dalam kekris-
tenan, kita percaya kepada Yesus
yang sudah mati dan bangkit kem-
bali. Kita percaya bahwa Yesus
adalah Tuhan dan Dia telah me-
nang mengalahkan maut. Rasul
Paulus menulis, “Musuh yang ter-
akhir, yang dibinasakan ialah
maut” (I Kor. 15:26).
Membaca bagian awal dari
Markus pasal16, secara sepintas
para pembaca dapat saja mem-
punyai kesan yang berbeda me-
ngenai sikap para perempuan itu
yang sibuk dan mau berlelah
menyiapkan rempah-rempah untuk
meminyaki tubuh Tuhan Yesus
pada hari ketiga setelah Ia diku-
burkan. Pertama, adanya sebuah
kesan positif yakni kesungguhan
perhatian serta pengabdian yang
timbul dari kasih yang mendalam
kepada Tuhan Yesus. Seperti telah
dibahas pada palajaran lalu, ketika
Dia mati lalu dikuburkan, para
perempuan itu, bahkan kesebelas
murid-Nya pun tidak sempat mela-
kukan apa yang seharusnya me-
reka lakukan yakni meminyaki
Yesus dan melaksanakan upacara
penguburan yang layak sesuai
tuntutan adat dan agama Yahudi.
Orang lain yaitu Yusuf orang
Arimatea dan Nikodemuslah yang
yang sudah melaksanakan nya
10
bagi Tuhan Yesus.
Namun kesan seperti ini
dapat bermuara kepada kesim-
pulan-kesimpulan yang dapat be-
nar dan dapat juga salah. Ada
sementara orang yang memban-
dingkan pengabdian para perem-
puan ini dengan sikap murid-murid-
Nya yang sepertinya menghilang
dari panggung, kecuali Yudas yang
berkhianat dan Petrus yang me-
nyangkal Tuhan Yesus serta Yoha-
nes (murid yang dikasihi-Nya) yang
sempat disebut-sebut. Perban-
dingan seperti ini sudah disentuh
dalam pelajaran pada bagian sebe-
lumnya. Orang lain akan memper-
tanyakan absennya Maria, Ibu
Yesus, karena Kitab Injil Markus
(bahkan semua Kitab Injil) seper-
tinya tidak banyak menuliskan
tentang posisi Maria sejak peris-
tiwa penangkapan, pengadilan, dan
penyaliban, penguburan, sam-
paipun pada peristiwa kebangkitan-
Nya (walaupun ketika Yesus se-
dang bergulat dengan maut, ter-
nyata Maria sedang berdiri di kaki
salib-Nya). Hal inipun sudah dising-
gung dalam pelajaran lalu.
Kedua, kita melihat adanya
sebuah kesan negatif yakni se-
pertinya para perempuan ini telah
lengah dalam memperhatikan pe-
ngajaran-pengajaran Tuhan Yesus
yang sebelum kematian-Nya sudah
berkali-kali memberitahukan bahwa
Dia akan mati dibunuh dan pada
hari yang ketiga Dia akan bangkit
kembali (Baca: Mark. 8:31; 9:31;
10:33-34). Seperti halnya kesan
positif di atas, kesan negatif ini pun
PESAN
dapat bermuara pada kesimpulan-
kesimpulan yang benar maupun
salah. Di antara kesan yang lang-
sung muncul dalam pemikiran se-
bagian orang ialah para perempuan
ini tidak mengingat pesan Tuhan
Yesus bahwa Ia akan bangkit pada
hari yang ketiga. Hal ini dikatakan
a.l. oleh Grasmick, “This indicates
that they did not expect Jesus to
rise from the dead” (The Bible
Knowledge Commentary, New
Testament. Eds. Walvoord and
Zuck. Cook Communication Minis-
tries, Colorado Spring CO., 2004,
p. 192).
Dengan kata lain, orang
akan berpikir bahwa para perem-
puan tersebut tidak belajar dengan
benar, seharusnya mereka meng-
antisipasi kebangkitan Tuhan bu-
kannya menyibukkan diri dengan
menyiapkan bahan ramuan untuk
meminyaki tubuh-Nya. Jadi, di sini
kelihatan bahwa mereka lebih sibuk
dengan hal-hal jasmani (seperti
Marta misalnya), dan orang-orang
yang memandang seperti ini akan
menggeneralisasikan bahwa peri-
laku seperti ini adalah merupakan
kelemahan kaum perempuan. Pa-
dahal dengan mengambil analog
dengan sikap Marta yang adalah
perempuan, seharusnya tidak
membandingkan dengan kaum
lelaki, tetapi dengan Maria, sau-
daranya (yang juga adalah pe-
rempuan). Dengan demikian, sikap
sebagian perempuan yang lebih
sibuk dengan hal-hal jasmani tidak
dapat digeneralisasi seperti itu,
karena ada banyak perempuan
PESAN
yang juga lebih mengutamakan hal-
hal rohani; Maria, saudara Marta
itu adalah salah satu contohnya.
Apalagi kalau memperhatikan pe-
rilaku kesebelas murid-Nya (yang
nota bene adalah kaum lelaki),
siapa di antara mereka yang se-
dang mengantisipasi kebangkitan
Tuhan Yesus?
Menanjak ke ayat 3dan 4,
kita membaca bahwa para pe-
rempuan yang datang pagi-pagi
benar itu sedang risau karena
mereka tahu (dari dua orang di
antara mereka yang menyaksikan
penguburan Tuhan Yesus tentunya)
bahwa kubur Tuhan Yesus ditutup
dengan batu besar dan mereka
sadar kalau mereka tidak akan
berhasil masuk karena mereka
tidak mampu menggulingkan batu
itu. Para penafsir memperkirakan
dari temuan-temuan arkheologi
bahwa walaupun kubur-kubur orang
Yahudi yang dipahat di tebing batu
pada zaman itu terbilang berukuran
kecil, namun ukuran batu berbentuk
lingkaran yang dipakai sebagai
penutup pintu masuk itu berdia-
meter 1,5 meter (5 feet) dan
tebalnya sekitar 30 cm (1 foot)
yang apabila dihitung secara kasar,
volumenya sekitar 0,53 meter
kubik. Apabila batu itu dari jenis
bahan yang keras seperti granit,
maka berat per meter kubiknya
diperkirakan sekitar 2,5 ton (5500
lbs). Jadi, berat batu penutup
kuburan itu sekitar setengahnya
yakni kurang lebih 1,25 ton.
Kesulitan yang dihadapi oleh
para perempuan itu masih diperumit
11
lagi dengan konstruksi pintu kubur
dengan batu penutupnya. Dalam
keadaan terbuka, batu penutupnya
terletak agak ke atas, dan ketika
pintu akan ditutup (setelah kubur
sudah berisi jenazah), batu penutup
itu digulingkan ke bawah mengikuti
alur yang di pahat di bagian dasar
pintu. Hal ini dilukiskan di dalam
Zondervan NASB Study Bible sbb:
“A disc shape stone that rolled in
a slope channel” (p. 1454). Charles
C. Ryrie juga menjelaskan hal
serupa ketika ia menulis, “The
stone was like a solid wheel that
rolled in a channel or gutter” (Ryrie
Study Bible. Moody Press,
Chicago, IL. 1995, p. 1612).
Setelah batu penutup itu terguling
ke bawah dan menutup pintu kubur,
tidaklah mudah menggulingkannya
balik ke atas ke posisi sebe-
lumnya yaitu ketika pintu kubur
sedang terbuka.
Juga setelah batu penutup
itu digulingkan ke bawah sampai
tepat berada di posisi menutup
pintu masuk, batu berbentuk ling-
karan itu tidak dapat digerakkan
lagi karena sudah terselip di antara
dinding pintu masuk dan dinding
batu di depan yang sengaja di-
rancang sedemikian rupa untuk
mengganjalnya. Jadi, jalan satu-
satunya untuk membuka pintu itu
hanyalah menggulingkannya naik
ke tempatnya semula, dan hal itu
akan sangat-sangat sulit dilakukan,
kecuali dengan tenaga beberapa
orang, terutama kaum lelaki
tentunya.
12
Sudah demikian rumitnya
membuka pintu kubur Tuhan
Yesus, menurut Kitab Injil Matius,
para imam kepala juga sudah me-
minta Pilatus untuk menempatkan
penjaga. Permintaan itu dikabulkan
oleh Pilatus yang selain mengi-
rimkan para penjaga, juga sekalian
memateraikan kubur Tuhan Yesus
(Mat. 27:62-66). Tentu maksud
Pilatus memeteraikan kubur itu
supaya tidak ada orang yang berani
membukanya, karena berbuat
seperti itu mengandung arti me-
lawan penguasa. Itu semua meni-
hilkan kemungkinan bahwa pintu
kubur Tuhan Yesus dapat dibuka,
dan ini artinya tidak ada harapan
bagi kaum perempuan yang sedang
berjalan menuju pekuburan di pagi
hari buta itu. Tetapi setelah mereka
hampir tiba di tanah pekuburan
milik Yosep dari Arimatea, mereka
melihat pintu kubur Tuhan Yesus
sudah terbuka.
Bagaimana batu yang berat
itu terguling ke atas? Siapa yang
telah menggulingkannya? Bagai-
mana dengan materai pemerintah
Romawi yang dibubuhkan di pintu
kubur atas perintah Pilatus? Tentu
bagi para pembaca yang mengikuti
dengan saksama kisah kebang-
kitan di Kitab-Kitab Injil, satu-
satunya kesimpulan yang benar
ialah, Tuhan sudah membuat mu-
jizat melalui pekerjaan para ma-
laikatnya. Terbukanya pintu kubur
Tuhan Yesus adalah bagian dari
kejadian-kejadian yang secara
bersama-sama telah dikerjakan
langsung oleh Tuhan untuk me-
PESAN
wujudkan sebuah mujizat besar
dalam sejarah kemanusiaan yaitu
kebangkitan Tuhan Yesus. Kita se-
mua percaya bahwa kebangkitan
Tuhan Yesus bukan hanya sekedar
sebuah mujizat, tetapi adalah mu-
jizat terbesar dalam misi-Nya di
dunia ini. Ia telah patuh melak-
sanakan kehendak Bapa-Nya, bah-
kan Ia telah tunduk sampai mati
di salib demi memberikan kele-
pasan dari hukuman maut kepada
kita. Ia telah menang terhadap
maut, dan Ia juga sudah mem-
berikan kemenangan-Nya itu ke-
pada kita. Ia sudah menyelamatkan
semua orang berdosa yang mau
percaya kepada-Nya, Dialah Juru-
selamat, Penebus dosa-dosa kita.
Ketika para perempuan itu
melihat bahwa batu penutup kubur
sudah terguling, sekiranya mereka
memang sedang mengantisipasi
kebangkitan Tuhan Yesus, maka
mereka akan berpikir dan berkata,
“Yah, kita sudah terlambat, Yesus
ternyata sudah bangkit dan sudah
pergi mendahului kita ke Galilea
sesuai firman-Nya” (Baca Mark.
14:28). Tetapi yang terjadi ialah,
mereka masuk saja tanpa kecu-
rigaan apapun sampai akhirnya
mereka bertemu dengan seorang
muda yang duduk di situ, sedang-
kan tubuh Tuhan Yesus sudah
tidak ada di tempatnya.
Orang muda itu berkata ke-
pada mereka, “Jangan takut! Kamu
mencari Yesus orang Nazaret,
yang disalibkan itu. Ia telah bang-
kit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah
tempat membaringkan Dia” (Mark.
PESAN
16:6). Yang disebut sebagai orang
muda itu tentu adalah malaikat.
Penegasan Ryrie mengenai orang
muda (a young man) itu juga de-
mikian , “Evidently the angel who
rolled away the stone (Matt. 28:2)”
(Ryrie Study Bible. Moody Press,
Chicago, IL., 1995, p. 1612).
Dalam Kitab Injil Lukas disebutkan
bahwa sementara mereka sedang
termangu-mangu, tiba-tiba ada dua
orang yang berdiri dekat mereka
(Luk. 24:4). Ketidak-sesuaian da-
lam penyebutan ini bukan me-
nunjuk pada kesalahan tetapi pada
perbedaan penekanan. Penginjil
Lukas memberi takanan pada
keberadaan dua orang saksi yang
memberitakan kebangkitan Tuhan
Yesus yang ternyata sudah tidak
berada dalam kubur, sementara
Markus menekankan pada isi be-
rita kebangkitan yang disampaikan
oleh satu malaikat. Mungkin dia
adalah salah satu dari dua malaikat
yang ada dan dialah yang menyam-
paikan berita kebangkitan Tuhan
Yesus kepada para perempuan itu.
Di sini tampak bahwa berita kela-
hiran Tuhan Yesus disampaikan
oleh para malaikat kepada gem-
bala-gembala di padang Efrata, dan
berita kebangkitan Tuhan Yesus
disampaikan oleh satu malaikat
kepada para perempuan yang
datang mengunjungi kubur-Nya.
Bagaimana dengan murid-
murid Tuhan yang sebelas orang
itu? Catatan penginjil Markus hanya
menyebutkan perintah Tuhan yang
disampaikan oleh Malaikat kepada
perempuan-perempuan itu untuk
13
menceriterakan hal kebangkitan
Tuhan Yesus kepada murid-murid-
Nya dan kepada Petrus (Markus
16:7). Markus secara khusus men-
catat nama Petrus sendiri dalam
perintah yang disampaikan oleh
malaikat itu, padahal seharusnya
sudah tercakup pada frasa “murid-
murid-Nya.” Hal ini mengundang
tafsiran berbeda-beda dari para
ahli, salah satu di antaranya ialah
karena Petrus masih sedang
dalam masa pemulihan setelah ia
jatuh dalam dosa menyangkal
Tuhan Yesus tiga kali berturut-
turut, sehingga ia sangat mem-
butuhkan perhatian khusus.
Malaikat itu juga menam-
bahkan bahwa Tuhan Yesus sudah
pergi mendahului mereka ke
Galilea, di sana mereka akan
melihat Dia, seperti yang dipe-
sankannya kepada mereka. Para
perempuan itu kembali ke rumah
tanpa berceritera kepada siapapun.
Di bagian ujung ayat 8, yang oleh
sebagian penafsir dianggap se-
bagai ayat terakhir dari Markus 16,
dikatakan, “Mereka tidak menga-
takan apa-apa kepada siapapun
juga karena takut.” Itulah akhir dari
Kitab Injil Markus, menurut seba-
gian ahli. Dalam komposisi bahasa
Yunani, kalimat penutup itu ber-
akhir dengan Æ¿²¿æ½Ä¿ ³¬Á,
karena itu menjadi tandatanya
besar bagi sebagian penafsir apa
memang Markus menutup Kitab
Injilnya dengan sebuah conjunction
yaitu ³¬Á? Ya, secara gramatik itu
memang tidak salah, tetapi kalau
disambung dengan ayat 9
14
(sekiranya longer ending, ayat 9-
20 memang bagian dari naskah
asli), maka akan terasa sekali
ketidak-mulusannya. Memper-
hatikan struktur bagian penutup
Kitab Injil Markus dalam versi
Alkitab terjemahan LAI, penulis,
sebagai hamba Tuhan yang per-
caya pada kebenaran Firman Tuhan
yang tertulis yaitu Alkitab, me-
rasakan bahwa permasalahan teks
(textual problem) menyangkut
bagian penutup Kitab Injil Markus
ini harus dijelaskan. Sangatlah
diiharapkan agar para pengajar dan
pengkhotbah di gereja-gereja dapat
menerangkan kepada para ang-
gota jemaat sekiranya mereka
menanyakan, mengapa dalam Mar-
kus 16 sesudah ayat 8 ada baris
kosong, yang kemudian disusul
dengan alinea baru (tanpa nomor
ayat) yang sepertinya dipisahkan
tersendiri lalu disusul dengan ayat
9 dstnya? Alinea itu adalah short
ending yang disisipkan, mungkin
dengan maksud menggantikan
bagian penutup asli yang dipercayai
sudah hilang, atau untuk memu-
luskan kalimat penutup pada ayat
8 yang berakhir dengan conjunc-
tion. Karena itu, untuk melanjutkan
kata-kata di bagian akhir ayat 8
yang ditutup dengan “karena takut,”
alinea sisipan itu dimulai, “Dengan
singkat mereka menyampaikan
semua pesan itu kepada Petrus
…..” Jadi, Alkitab berbahasa Indo-
nesia (terjemahan LAI) menyisipkan
versi ringkas penutup Kitab Injil
Bersambung ke hal.19
PESAN
Ruang Tanya-Jawab Alkitab
Diasuh oleh: Pdt. Frans P. Tamarol
Tanya:
Bagaimana pendapat Bpk.
Dr. Frans P. Tamarol tentang
karya malaikat bagi orang per-
caya masa kini? Apa peranannya
masih sama dgn pada masa lalu?
Kalau kita percaya sekarang
Tuhan Yesus melalui Roh Kudus
yang berperan aktif dalam semua
kegiatan menolong orang-orang
percaya. Tolong jawabannya bisa
cepat ya Pak Tamarol. Thanks,
salam buat smua. Maaf cuma
ditulis dari HP.
Jawab:
Tidak ada petunjuk dalam
Alkitab mengenai perubahan peran
malaikat dari dispensasi yang satu
ke dispensasi lainnya. Malaikat-
malaikat itu terdiri dari beberapa
jenis dan setiap malaikat mempunyai
peran dan tugas pokok masing-
masing. Sejak permulaannya ketika
penciptaan, dalam catatan Alkitab,
PESAN
peran malaikat tidak kelihatan,
malaikat nanti muncul pada waktu
Adam dan Hawa sudah jatuh dalam
dosa, dan tugas mereka waktu itu
adalah menjadi pengawal Taman
Eden supaya manusia yang sudah
diusir keluar tidak dapat masuk lagi
lalu memetik dan makan buah pohon
kehidupan (Kej. 3:24). Dengan kata
lain, tidak ada peran malaikat yang
kita dapat baca dalam Alkitab
selama Dispensasi Kesucian. Jadi,
kalau kita menelusuri dispensasi
demi dispensasi, peran malaikat
bukan hanya jarang dirasakan dalam
masa sekarang (Dispensasi Anu-
gerah), tetapi ada kalanya dalam
dispensasi lainnya peran mereka pun
jarang, bahkan tidak disebut sama
sekali seperti dalam Dispensasi
Kesucian.
Dari asal katanya dalam
bahasa Ibrani, “malaikat” itu berarti
“utusan” karena itu, fungsi malaikat
dapat saja dilakukan oleh utusan-
15
utusan Allah yang lain termasuk
para Rasul (juga dari bahasa aslinya
yaitu Yunani, berarti utusan). Namun
tentu saja peran malaikat tidak
semuanya dapat dilakukan oleh
utusan manusiawi karena malaikat
itu adalah utusan sorgawi dan
malaikat itu sifatnya adalah “spi-
ritual being.” Tetapi Roh Kudus
yang adalah Oknum ketiga dari Allah
Tritunggal, Dia juga diutus oleh Allah
Bapa dan oleh Allah Anak (Yoh.
14:26; 15:26). Jadi, seperti yang
penanya sendiri sebutkan, sekarang
bagi kita yang percaya kepada
Tuhan Yesus, Roh Kuduslah yang
berperan aktif melakukan tugas-
tugas yang biasanya dikerjakan oleh
utusan (malaikat ataupun rasul).
Namun ini tidak berarti bahwa
peran malaikat sudah berubah, kita
saja yang tidak mempunyai ke-
mampuan mendeteksi (tidak mampu
meng-indra kegiatan malaikat),
walaupun mungkin ada waktu-waktu
tertentu kita sepertinya merasakan
kehadiran mereka dalam kehidupan
dan pelayanan kita (K.R. 27:23-24;
Band. Ibrani 13:2). Kedekatan kita
kepada Tuhan Yesus dan Roh
Kudus-Nya membuat kita mem-
proyeksikan semua yang baik yang
terjadi dalam kehidupan kita langsung
kepada Tuhan. Memang malaikat
tidak pernah menuntut penghargaan
apalagi kemuliaan, jadi apa yang
sedang kita alami di zaman ini yaitu
kita tidak (jarang sekali) meng-indra
16
kegiatan malaikat, justru itu memu-
dahkan kita memfokuskan perhatian
dan penyembahan kita hanya kepada
Tuhan (Band. Wah. 19:10).
Sekali lagi, ini sama sekali
tidak menghapus kemungkinan
bahwa malaikat-malaikat sedang
melakukan banyak hal sesuai pe-
rintah Tuhan untuk menjaga dan
menolong orang-orang percaya
dalam kehidupan dan pelayanan kita.
Karena itu tidak usah kita heran
apabila kita mendengar ada anak-
anak Tuhan yang berdoa, “Oh Tuhan
Yesus, tolong kirim malaikat malai-
kat-Mu untuk mengawal perjalanan
hamba-hamba-Mu ke tempat tujuan,
dan menyiapkan semua kebutuhan
mereka dalam program penginjilan
yang sedang direncanakan.” Doa
seperti ini biasa kita dengar disam-
paikan kepada Tuhan, namun yang
paling sering terjadi ialah kita
langsung meminta Roh Kudus,
bukan malaikat yang melakukan
semuanya itu. Saya katakan jangan
heran, kalau orang lain tetap minta
malaikat saja bukan Roh Kudus, yang
penting doanya bukan ditujukan
kepada malaikat-malaikat yang tidak
diketahui apa ada yang mendapat
tugas dari Tuhan untuk mengawal
perjalanan dari anak-anak Tuhan
tertentu, pada waktu tertentu ke
tempat tertentu atau tidak, tetapi
harus ditujukan kepada Tuhan yang
berwenang mengutus mereka meng-
awali hamba-hamba Tuhan itu.
PESAN
Dalam kedaulatan-Nya (His
sovereignty) mungkin Tuhan akan
memutuskan sendiri untuk men-
jadikan tugas-tugas itu langsung
dilakukan oleh Roh Kudus misalnya,
walaupun dalam doa termaksud
hanya malaikat Tuhan yang diminta.
***
Question:
Pastor Tamarol, I love
reading your tract, How to Get to
Heaven from Here? You presented
the way of salvation in a very
simple procedure. However, there
are people out there who do not
want a simple way, especially for
something of such high value as
life everlasting in heaven with the
Lord. Don’t you think that people
would consider the requirement of
believing in Christ only is a kind
of over simplification?
Answer:
I might say, “Yes,” to your
question because I had such an
experience when talking to a man
and his family in one Bible Study
session in their home, several years
back in my ministry. When the
discussion touched this topic of
PESAN
salvation, John 3:16 became the main
passage and this man understood
correctly the greatness of God’s love
to humankind, but he could not grasp
the idea that faith in Jesus Christ for
salvation is the only condition. He
said that it’s too easy for a sinner to
get away from God’s wrath. There
must be something else he or she
must do in order to be eligible of
God’s great love. Then he began to
recite from Biblical examples of
God’s demand to obey His
commandments in order to be a true
follower of God.
But that is exactly what the
phrase “God so love the world” is
meant to be; it conveys the whole
understanding of His grace, that it is
God who has chosen to love us
despite our transgressions. Yes, your
thought is correct, and so was the
above mentioned man’s thought.
How could a great sinner like me,
or even the greatest sinner, Saul of
Tarsus, may be saved only by
believing in Jesus Christ?
Yes, this idea must have been
puzzling to many, especially those
who want to do something in order
to be saved. In Indonesia, my home
country, there is a saying, “If we
could make it more difficult, why
not?” The “it” in this saying may
represent anything you are dealing
with: government official, schools, or
hospital service.
17
 Thank God that the Bible
doesn’t do like many people want to
do to make things more difficult. As
the matter of fact, what people could
not understand is actually not the
easy part of the way of salvation,
but they have missed the difficult part
of it, that is, what you need to see it.
In my book, Salvation, by Grace
or by Work? I explain both the easy
part and the difficult part, and the
readers would see that had God
required men to do the difficult part,
as people want it (and so are the
teaching of many out there), then
there would be no misunderstanding
of simplification here. Worst of it,
there would be no man can obtain
salvation because the difficult part
is so difficult that it is above human
ability to perform.
In the above-mentioned
passage, that difficult part is stated
in the phrase, “that He gave His only
begotten Son” which refers to the
sacrificial death of Christ on the
cross (1 Pet. 2:24; Roman 5:8).
Dying for somebody could be done
by some, but worth dying to please
the offended God, could not be done
by any. Jesus Christ is the only One
who is worthy to be the Lamb who
died not only that His shed blood
could cover the sins of the world,
but also to cleanse them away (1
John 1:7), and therefore, God’s
wrath would not do harm to those
who accept Christ and His finished
18
work, those who were called the
redeemed or the elect in Christ.
So, salvation is not an easy
thing after all, it took not only the
life of God’s Son, but also he had to
experience all punishment physically
and psychologically; the humiliation
He endured was unthinkable
considering that He is God with all
His splendor, glory, and majestic
power, but He was willing to empty
Himself to come down in the form
of man, humiliated like a servant
(appearing and treated like a slave),
and to take the death penalty, a
cursed type of death—He died on a
tree (Phil. 2:6-8; Gal. 3:13). This is
called the grace of God. Could
someone do this part for himself?
What about doing it for others just
like Jesus did?
God’s grace allows us to have
the easy part only. We, who are
sinners, can come to Jesus without
any merit whatsoever, just accept
Him as our personal Lord and Savior,
and that’s it. From that time on, we
are sealed with the Holy Spirit as
God’s people (Eph. 1:13), people
who belong to the Lord (êõñéáêxò,
the Greek word which is the origin
of the English word “church”). Yes,
we who trust in Jesus (who just
believe in Him), become the children
of God (ÔÝêíá èåïæ ãåíÝóèáé),
become His people, His redeemed.
Is that easy for you? Yes, it is; that
was what the man mentioned above
PESAN
thought. Yet, even the easy part, at
that time he has not done yet. Why
could he not believe it?
After he knew that salvation
was really a very difficult thing to
provide, how much more difficult to
get, then he humbled Himself before
God, knowing his unworthiness and
confessing his unbelief, he said to
Jesus (Will you, who are reading this,
also say the same or similar prayer?),
“O Lord Jesus, here I am, a
hopeless unworthy sinner, please
...sambungan dari hal. 14
Markus (short ending) yang di
antara baris kosong dari ayat 8.
Bunyi pengantar ringkas itu
sepertinya memberi efek in-
clusio dalam ilmu hermeneutika
yaitu pada pembukaannya
(Markus 1:1) telah dipertegas
bahwa bagian itu adalah ten-
tang permulaan Injil tentang
Yesus Kristus, Anak Allah. Dan
di bagian penutupnya disebut-
kan, “Yesus sendiri dengan
perantaraan murid-murid-Nya
memberitakan dari Timur ke
Barat berita yang kudus dan tak
terbinasakan tentang kese-
PESAN
come in to my heart now. I believe
You and I accept You as my Lord
and my Savior. Please reside in my
life. I believe with You have cleansed
all my sins Your blood shed on the
cross of Calvary. Please watch over
me, teach me, and lead me in all Your
righteousness as one of Your
redeemed so that I could worship
You, serve You, and share the gospel
of Your grace to many others who
have not heard of it. Thank you,
Lord Jesus, Amen.”
lamatan yang kekal itu.” Dengan
kata lain, Kitab Injil Markus
dibuka dengan kata “injil” dan
di tutup dengan frasa “mem-
beritakan …berita yang ku-
dus….” Menyangkut kemung-
kinan bahwa bagian penutup
asli Kitab Injil Markus yang
diperkirakan sudah hilang itu,
ada beberapa pendapat dari
para ahli. Sebagian di antaranya
percaya bahwa tidak ada bagian
yang hilang, tetapi Markus
(entah apa alasannya, tidak ada
seorang ahlipun yang tahu) me-
mang menutup Kitab Injilnya
dengan ayat 8.
Bersambung ke Pesan Edisi
berikutnya (Yesus Memper-
hatikan 28b)
19

PENYEMBAHAN
Oleh: Pdt. Ricky Tumbelaka, STh.
I. PENDAHULUAN
Penyembahan merupakan
kewajiban manusia (yang adalah
ciptaan) kepada Allah (Sang Pen-
cipta), karena selain sebagai sa-
saran Allah untuk menyatakan
kasih-Nya, penyembahan juga
adalah salah satu alasan manusia
diciptakan. Penyembahan telah
menjadi salah satu isu penting di
lingkungan gereja dewasa ini. Dan
menjadi persoalan yakni: Pertama,
penyembahan seringkali dilakukan
dengan motivasi yang keliru, pe-
nyembahan bukan lagi untuk ke-
muliaan bagi Tuhan namun sebagai
pemuasan diri sendiri dan untuk
mencari pujian dan kemuliaan bagi
diri sendiri. John Naisbitt, seperti
dikutip oleh, Herlianto menggam-
barkan terjadinya kecenderungan
kebangkitan kegiatan spiritual yang
bermotivasi menyimpang pada
dasawarsa menjelang tahun
2000, Pada satu segi kita gembira
karena kecenderungan menun-
20
SANA-SINI
jukkan adanya kebangunan kem-
bali minat manusia untuk menyem-
bah Tuhan, hal-hal yang pada
dasawarsa-dasawarsa sebelumnya
makin ditinggalkan ditinggalkan
manusia. Tetapi pada segi lain,
kita prihatin karena tidak semua
kecenderungan “menyembah
Tuhan” itu ternyata bermotivasi
tulus dan berdampak baik bagi
pertumbuhan iman dan kesejah-
teraan orang banyak dan cen-
derung merupakan “obat keresahan
jiwa” atau “kompensasi zaman
saja”1 Kedua, gaya dan tata cara
ibadah penyembahan yangberbeda
dari setiap denominasi gereja telah
melahirkan pertentangan, bahkan
berujung pada pertikaian di ka-
langan gereja-gereja. Pada seke-
lompok orang ibadah penyembahan
harus dibarengi dengan ekspresi
fisik yang berkobar-kobar, se-
mentara yang lain gaya peribadatan
yang hening. Pada sekelompok
orang peralatan musik yang kom-
plit (keyboard, gitar, band, dll)
PESAN
adalah sesuatu yang sangat pen-
ting, sementara pada kelompok lain
dengan satu musik (organ/piano)
itu sudah cukup, bahkan tidak ada
musik pun bukan persoalan.
Dengan permasalahan-permasa-
lahan tersebut, maka dalam tulisan
ini penulis ingin membahas “Mak-
na Penyembahan Kepada Allah.”
Adapun tulisan ini dibatasi pada
ibadah penyembahan (praktek
peribadatan). Dengan memahami
cara dan sikap penyembahan ke-
pada Allah yang benar, yang sesuai
dengan kehendak-Nya, maka diha-
rapkan sebagai orang percaya kita
akan dapat memuliakan Allah da-
lam kehidupan kita, sekaligus
membuat kita dapat menikmati
persekutuan yang intim dengan
Allah pencipta alam semesta ini,
Raja di atas segala raja.
II. MAKNA PENYEMBAHAN
KEPADA ALLAH
A. Latar Belakang
Penyembahan kepada Allah
oleh para malaikat telah berlang-
sung sebelum penciptaan alam
semesta. Saat ini penyembahan
tengah berlangsung oleh orang-
orang percaya. Dan ketika semua
kegiatan orang percaya berhenti,
penyembahan akan berlangsung
terus di Surga. John Piper menya-
takan, “kalau zaman ini sudah
berlalu dan orang-orang tebusan
yang tak terhitung banyaknya itu
bertekuk lutut di hadapan tahta
Allah, misi tidak akan ada lagi. Misi
adalah kebutuhan sementara, te-
tapi ibadah akan selamannya.”2 Hal
PESAN
ini menunjukan bahwa penyem-
bahan adalah kekal. Itulah se-
babnya penyembahan perlu dita-
ngani dengan maksimal berda-
sarkan kritik dan kontrol dari Al-
kitab. Penyembahan adalah se-
buah tindakan untuk hormat dan
kemuliaan bagi Allah, namun se-
ringkali dimaknai sebagai pemua-
san diri sendiri, itulah sebabnya
dalam ibadah, ketika pujian/
nyanyian yang disampaikan dan
musik yang dipakai tidak sesuai
dengan selera, maka penyembahan
dianggap gagal. Akan hal ini Rick
Warren menjelaskan:
Penyembahan tidak ada kai-
tannya dengan gaya atau volume
atau kecepatan lagu. Allah me-
nyukai semua jenis musik karena
Dia menciptakan semuanya, cepat
dan lambat, keras dan lembut,
lama dan baru. Anda mungkin tidak
menyukai semuanya, tetapi Allah
menyukainya! Jika lagu itu diper-
sembahkan kepada Allah dalam roh
dan kebenaran, itu merupakan
tindakan penyembahan. 3 Dalam
ibadah Allah menghendaki supaya
manusia menyembah Dia. Namun
Dia menghendaki penyembah-
penyembah benar, yang menyem-
bah Dia dalam roh dan kebenaran.
Itulah sebabnya penting bagi kita
memahami makna dari penyem-
bahan yang benar kepada Allah.
B. Definisi Penyembahan
Kata “sembah” dalam kamus
umum bahasa Indonesia adalah
pernyataan hormat dan hikdmat
yang dinyatakan dengan mengu-
kupkan kedua belah tangan, yang
21
dikatakan juga menyusun jari se-
puluh, lalu diangkat ke atas, ada
yang sampai ke bawah dagu. 4
James F. White menjelaskan “
Kata inggris worship juga mem-
punyai akar sekuler. Kata itu ber-
asal dari kata Inggris kuno
weorthscipe yang secara harafiah
terdiri atas weorth (whorthy) dan
scipe (-ship) dan berarti mem-
berikan penghargaan atau peng-
hormatan kepada seseorang.
Dalam Perjanjian Lama “barak”
memiliki arti berlutut, memuliakan
Allah (sebagai suatu tindakan me-
muja) kata ini ditemukan sebanyak
289 kali (contoh: Ulangan 8:10;
Mazmur 10:1). 5 Dalam Perjanjian
Baru, “latrueo” memiliki arti mela-
yani, menyembah Allah dengan
taat dalam setiap upacara yang
diadakan untuk menyembah Dia.
Dalam Perjanjian Baru kata ini
digunakan sebanyak 21 kali.6 Juga
“menyembah”= “proskuneo”
(Yunani), yang berarti “sujud men-
cium.” Dalam Alkitab, penyem-
bahan selalu dikaitkan dengan
orang yang berlutut atau bersujud,
bahkan dengan muka sampai ke
tanah. 7 Edwin Karwur, menje-
laskan, “Worship” atau “penyem-
bahan,” adalah “to attribute worth.”
Artinya penyembahan Allah adalah
menyatakan kepada Dia kebe-
radaan-Nya yang tiada duanya
(Maz.96:7-9; Why. 5:12), 8 selan-
jutnya Oxoford English Dictionary
seperti yang dikutip dalam Edwin,
“to worship adalah “untuk meng-
hormati kekuatan atau eksistensi
yang supernatural, atau sesuatu
22
yang suci, untuk menghormati
dengan sikap yang layak, atau
melalui upacara.” 9 Dari definisi-
definisi tersebut dapat disimpulkan,
bahwa “penyembahan” adalah per-
nyataan atau pengakuan atas ke-
mahakuasaan dan kesucian Allah
dengan rasa hormat dan peng-
hargaan dengan sikap yang layak
dalam sebuah acara ibadah. Dan
efek dari tindakan penyembahan
ini menjadikan seseorang melalui
tindakannya akan memuliakan
dan meninggikan Allah dalam hari-
hari hidupnya.
C. Dasar Penyembahan
Sifat dasar penyembahan
adalah memberikan penyembahan
kepada Allah secara total dari diri
kita, dalam pujian, nyanyian, doa
dan hidup yang berdasarkan
kebenaran-Nya.
Firman Tuhan dalam Yoha-
nes 4:23-24 berkata, “Tetapi saat-
nya akan datang dan sudah tiba
sekarang, bahwa penyembah-pe-
nyembah benar akan menyembah
Bapa dalam roh dan kebenaran;
sebab Bapa menghendaki penyem-
bah-penyembah demikian. Allah itu
Roh dan barangsiapa menyembah
Dia, harus menyembah-Nya dalam
roh dan kebenaran.”
1. Tempat Dan Waktu Pe-
nyembahan
a. Pada masa Perjanjian Lama
Pada masa Perjanjian Lama
Allah telah berinisiatif menyatakan
diri kepada umat-Nya (bangsa
PESAN
Israel), dengan membebaskan
mereka dari perbudakan di Me-
sir, dengan maksud supaya me-
reka dapat menjalin hubungan
dengan-Nya dan supaya mereka
dapat menyembah Dia secara eks-
klusif. Penyembahan dalam Per-
janjian Lama dimaknai sebagai rasa
syukur kepada Allah yang telah
menyatakan diri kepada umat Israel
dan telah membebaskan mereka
dari tanah perbudakan. Penyem-
bahan bersifat progresif, dimana
Allah menyesuaikan diri dengan
situasi yang berubah-ubah. Tata
cara beribadah/liturgi diatur Allah
sebagai cara umat-Nya mendekati
dan berhubungan dengan Dia.
Salah satu cara dalam peribadatan
adalah membawa persembahan
korban sebagai jalan pemulihan
hubungan antara umat Israel de-
ngan Allah oleh karena dosa-dosa
umat. Sekaligus juga sebagai
korban syukur kepada Allah
(Imamat 1-7). Di tempat-tempat
tertentu Allah telah memilih se-
bagai tempat kehadiran-Nya untuk
bertemu umat-Nya, Israel:
a.1. Pertemuan Gunung Sinai
Dalam perjalanan dari Mesir
ke tanah perjanjian, Gunung Sinai
telah dipilih Allah sebagai tempat
pertemuan dengan umat-Nya,
Israel (Keluaran 19). Di gunung ini
juga bangsa Israel melalui Musa
menerima sepuluh hukum, perintah
Allah.
a.2.Penyembahan dalam
kemah suci
Pembuatan kemah suci
adalah perintah Allah, tata cara
PESAN
pembuatannya pun diatur oleh
Allah. Kemah Suci merupakan
tempat kudus, yang di dalamnya
tabut hukum ditempatkan, adalah
tempat Allah berdiam/tinggal
ditengah-tengah umat-Nya. Juga
Kemah Suci merupakan tempat
yang ditentukan Allah sebagai
tempat pertemuan-Nya dengan
umat-Nya (Keluaran 25;26;40).
Dalam kemah suci Allah me-
nyatakan kehendak-Nya sebagai
Allah yang memimpin dan me-
merintah umat-Nya, Israel. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh
Edwin Karwur “Tabut Perjanjian dan
Kemah Suci akan berfungsi se-
bagai ekspresi dari kelanjutan
hadirat dan pemerintahan Allah
ditengah-tengah mereka.”10
a.3.Penyembahan di Yerusa-
lem
Firman Tuhan, dalam 2
Tawarikh 6:6-11 berkata: “Tetapi ke-
mudian Aku memilih Yerusalem
sebagai tempat kediaman nama-
Ku dan memilih Daud untuk ber-
kuasa atas umat-Ku Israel. Ketika
Daud, ayahku, bermaksud men-
dirikan rumah untuk nama TUHAN,
Allah Israel, berfirmanlah TUHAN
kepadanya: Engkau bermaksud
mendirikanrumah untuk nama-Ku,
dan maksudmu itu memanglah
baik; hanya, bukanlah engkau
yang akan mendirikan rumah itu,
melainkan anak kandungmu yang
akan lahir kelak, dialah yang akan
mendirikan rumah itu untuk nama-
Ku.” Jadi TUHAN telah menepati
janji yang telah diucapkan-Nya;
23
aku telah bangkit menggantikan
Daud, ayahku, dan telah duduk di
atas takhta kerajaan Israel, seperti
yang difirmankan TUHAN; aku
telah mendirikan rumah ini untuk
nama TUHAN, Allah Israel,dan
telah menempatkan di sana tabut,
yang memuat perjanjian yang telah
diikat TUHAN dengan orang Israel.”
Dari firman Tuhan di atas terlihat
bahwa Daud merencanakan pem-
bangunan bagi rumah Tuhan (bait
Allah), namun Salomo anaknya
yang melakukan pembangunan bait
Allah tersebut, dan Allah telah
memilih Yerusalem sebagai tempat
pembangunan bait Allah. Edwin
mengatakan “
Dipindahkannya tabut per-
janjian ke Yerusalem dan pem-
bangunan dari Bait Allah menya-
takan pilihan Allah terhadap gu-
nung Zion sebagai tempat di mana
kemuliaanNya dinyatakan di te-
ngah-tengah bangsa pilihan-
Nya.11 Setelah pembangunan bait
Allah di Yerusalem, Kemah Su-
ci yang tadinya tempat Allah ber-
diam dan berhubungan secara
langsung dengan umat-Nya. Peri-
badatan sekarang telah berpindah
ke bait Allah demikian juga tabut
pun telah berpindah ke bait Allah.
Mulai saat itu, Bait Allah menjadi
pusat kegiatan keagamaan bangsa
Israel, dengan kata lain, sejak saat
itu tempat di mana semua ke-
hendak Allah kepada umat-Nya
dinyatakan dan tempat penyem-
bahan umat telah berpindah ke bait
Allah.
24
a.4. Penyembahan di gunung
Gerizim
Kalau bangsa Yahudi mela-
kukan penyembahan di Yerusalem
sesuai dengan 2 Tawarikh 6:6-11,
lain lagi dengan bangsa Samaria.
Mereka menolak hal ini, mereka
beribadah sesuai dengan petunjuk
dalam kitab Ulangan 11:29.
Demikian yang jelas terlihat dalam
percakapan antara Yesus dan pe-
rempuan Samaria dalam Kitab Injil
Yohanes pasal 4. Kata perempuan
Samaria itu, “Nenek moyang kami
menyembah di atas gunung ini,
tetapi kamu katakan, bahwa Yeru-
salemlah tempat orang menyem-
bah.” (ayat 20). Ini menunjukkan
bahwa orang Samaria memang
melakukan penyembahan di gu-
nung Gerizim
b. Pada masa Perjanjian Baru
Bait Allah dimaknai sebagai
penghubung umat Allah dengan
Allah. Di dalam bait Allah segala
urusan umat Allah di dunia ini
diatur, apakah itu tentang hal-hal
yang bersifat religius, sosial mau-
pun politik. Tentang hal ini, Edwin
mengemukakan: “Bait Allah, di-
anggap sebagai jembatan di mana
Surga dan dunia bertemu, tempat
di mana Yahweh yang transenden
memanifestasikan kemuliaan-Nya
di tengah-tengah umat-Nya.” 12
Telah disampaikan di atas, pada
masa pelayanan-Nya di bumi
Yesus pernah berjumpa dan ber-
dialog dengan seorang perempuan
Samaria (Yohanes 4), perjumpaan
PESAN
ini tidak lazim bagi orang Yahudi.
Oleh karena orang Yahudi tidak
bergaul dengan orang Samaria.
Sebab orang Samaria merupakan
bangsa campuran yang memiliki
agama campuran, yang sekalipun
demikian menerima lima kitab
Musa dan mengaku menyembah
Allah Israel. Orang Samaria me-
mahami sebagai tempat periba-
datan adalah Gunung Gerizim,
mereka menolak Yerusalem se-
bagai tempat peribadatan seperti
sudah disebut di atas dalam per-
cakapan antara Tuhan Yesus dan
perempuan Samaria, “Nenek mo-
yang kami menyembah di atas
gunung ini, tetapi kamu katakan,
bahwa Yerusalemlah tempat orang
menyembah,” demikian kata pe-
rempuan itu. Namun Yesus me-
nanggapi, “Percayalah kepada-Ku,
hai perempuan, saatnya akan tiba,
bahwa kamu akan menyembah
Bapa bukan di gunung ini dan
bukan juga di Yerusalem ….”.(ayat
21) lebih lanjut Yesus berkata,
“Tetapi saatnya akan datang dan
sudah tiba sekarang, bahwa pe-
nyembah-penyembah benar akan
menyembah Bapa dalam roh dan
kebenaran; sebab Bapa meng-
hendaki penyembah-penyembah
demikian” (ayat 23). Hal ini berarti
kedua tempat ini bukan lagi men-
jadi keharusan bagi umat Allah
untuk melakukan peribatan.
Sebagaimana dikatakan Dave
Hagelberg, “Dia [Yesus] mem-
beritakan bahwa sebentar lagi ke-
dua tempat ibadah menjadi
usang.” 13 Kedatangan Yesus
PESAN
Kristus ke dalam dunia adalah
penggenapan dari janji-janji Allah
kepada umat Israel, Yesus Kristus
adalah penghubung yang dijanjikan
itu. Dalam Yesus, Allah telah me-
nyatakan diri-Nya (Yohanes 1:18).
Melalui karya penebusan-Nya,
dalam hal Dia telahi memberikan
diriNya mati di kayu salib di bukit
golgota,Yesus telah memulihkan
hubungan antara Allah dengan
manusia. Manusia berdosa yang
sedang terancam kematian kekal
di lautan api, melalui iman kepada
karya penebusan Kristus boleh
mendapatkan jaminan keselamatan
yakni hidup kekal (Roma 5:8-10).
Firman Tuhan dalam Efesus 2:15,
berkata : “sebab dengan mati-Nya
sebagai manusia Ia telah mem-
batalkan hukum Taurat dengan
segala perintah dan ketentuannya,
untuk menciptakan keduanya men-
jadi satu manusia baru di dalam
diri-Nya, dan dengan itu menga-
dakan damai sejahtera,…” Hal ini
berarti tempat dan tata cara peri-
badatan yang termasuk diatur
didalam Hukum Taurat pun tidak
berlaku lagi. Umat Allah tidak lagi
datang di suatu tempat yang
khusus untuk menyembah Allah.
Umat Allah tidak lagi datang men-
dekat kepada Allah dengan liturgi
dalam Perjanjian Lama. Melainkan
Umat Allah datang menyembah
Allah dalam roh dan kebenaran.
2. Penyembahan Yang Berkenan
Penyembahan yang berkenan
kepada Allah yakni:
25
a. Ibadah dilakukan oleh
orang-orang benar
Ibadah yang benar harus
dilakukan oleh orang benar, yaitu
orang yang telah dibenarkan oleh
Allah (Yoh 14:6; Roma 5:1). Dan
supaya seseorang dibenarkan ia
harus percaya kepada Tuhan
Yesus di dalam hatinya (Roma
10:10). Dengan demikian ia
berlayak menyembah Allah.
b. Ibadah dalam roh dan
kebenaran
Penyembahan tidak lagi di-
batasi oleh tempat, orang Yahudi
menjadikan Yerusalem tempat
penyembahan, sedangkan orang
Samaria menjadikan Gunung
Gerizim tempat penyembahan.
Namun pada masa kini itu sudah
usang/tidak berlaku. Penyembahan
dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja, orang percaya dapat
menghampiri Allah tidak harus
dengan satu liturgi yang khusus.
Jika dalam penyembahan mereka
memberi diri dipimpin oleh Roh dan
menyembah dengan sungguh-sung-
guh bukan hanya sekedar for-
malitas, maka penyembahan
mereka berkenan kepada Allah.
Setiap pujian dalam tempo/irama
apa saja dan dengan musik apa
pun akan menjadikan kesukacitaan
bagi Allah asalkan itu dipersem-
bahkan dari dalam hati yang tulus
dengan sungguh-sungguh. Rick
Warren mengatakan “Penyem-
bahan tidak ada kaitannya dengan
gaya atau volume atau kecepatan
lagu. Allah menyukai semua jenis
26
musik karena Dia yang mencip-
takan semuanya, cepat dan lam-
bat, keras dan lembut, lama dan
baru. Anda mungkin tidak me-
nyukainya, tetapi Allah menyu-
kainya! Jika lagu itu dipersem-
bahkan bagi Allah dalam roh dan
kebenaran, itu merupakan tindakan
penyembahan.
c. Ibadah dengan iman
Dalam Ibrani 11:6 dikatakan:
“Tetapi tanpa iman tidak mungkin
orang berkenan kepada Allah.
Sebab barangsiapa berpaling
kepada Allah, ia harus percaya
bahwa Allah ada, dan bahwa Allah
memberi upah kepada orang yang
sungguh-sungguh mencari Dia”. Ini
berarti segala sesuatu yang kita
lakukan harus berdasarkan iman,
termasuk ibadahpun harus dila-
kukan dengan kepercayaan bahwa
Allah ada dan apa yang dilakukan
diyakininya sebagai hal yang ber-
kenan. Ebenhaizer I. Nuban me-
nyatakan “Tanpa iman kepada Allah
Tritunggal, pemahaman ibadah dan
penyembahan Kristen hampa, tak
bermakna, dan kehilangan peng-
harapan.”14
d. Ibadah yang mempersem-
bahkan totalitas hidup
Penyembahan yang sejati
adalah mempersembahkan tubuh
seluruhnya sebagai persembahan
yang hidup dan berkenan kepada
Tuhan. Penyembahan sejati bu-
kanlah mempersembahkan bagian
dari tubuh kita, tetapi seluruh tubuh
PESAN
kita. Dan ini artinya mempersem-
bahkan totalitas hidup kita hanya
untuk Tuhan. Firman Tuhan dalam
Roma 12:1, berkata “Karena itu,
saudara-saudara, demi kemurahan
Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan
tubuhmu sebagai persembahan
yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah
ibadahmu yang sejati.”
D. Tujuan Penyembahan
1. Mewujud-nyatakan Perse-
kutuan Dengan Allah
Ibadah penyembahan meru-
pakan perwujudan persekutuan
kita dengan Allah. Firman Tuhan
dalam Matius 18:20 “Sebab di
mana dua atau tiga orang ber-
kumpul dalam nama-Ku, di situ Aku
ada di tengah-tengah mereka.” Ini
menunjukkan bahwa jikalau kita
berada dalam ibadah penyem-
bahan, kita sedang mewujud-nya-
takan dan dengan demikian kita
sedang menikmati persekutuan
dengan Tuhan. R.C.Sproul seorang
teolog Injili menjelaskan : “Ketika
kita beribadah, kita membawa
seluruh diri kita ke dalam tindakan
berbakti kepada Allah dan ber-
komunikasi dengan Allah.”15 Dan ini
artinya seseseorang yang datang
dalam ibadah penyembahan ia
datang untuk mewujud-nyatakan
persekutuannya dengan Tuhan.
2. Pengagungan Tuhan
Ibadah adalah kehidupan
yang dipersembahkan bagi Tuhan
PESAN
dalam pengabdian dan penyem-
bahan. Persekutuan ibadah yang
dilakukan oleh umat tebusan adalah
bagian dari ibadah (penyembahan),
sehingga semua yang kita lakukan
dalam peribadatan, yakni: berdoa,
menyanyi, bersaksi, member per-
sembahan dan merenungkan fir-
man-Nya, semuanya dipersem-
bahkan hanya untuk keagungan
nama Tuhan. “Menyembah adalah
mengadakan kontak dengan Allah
– berdoa kepada Allah, memuji
menyanyi kepada Allah, mengaku
di hadapan Allah dan memberi
tanggapan kepada Allah seba-
gaimana Ia telah ditinggikan dan
dinyatakan dalam Firman-Nya.
Tujuannya adalah untuk memberi
sesuatu, bukan untuk menerima
sesuatu. Berkat pasti akan datang,
karena menerima adalah hasil dari
memberi.”16
Tujuan utama Ibadah bukan
untuk kesenangan diri sendiri
tetapi terutama adalah peng-
agungan Allah. Kesenagan yang
dirasakan oleh diri sendiri adalah
karena Allah diagungkan. Seba-
gaimana dikatakan oleh John Piper,
“Allah dimuliakan kalau kita me-
rasa puas di dalam Dia, kalau kita
bersukacita di hadirat-Nya, kalau
kita senang berada di dekat-Nya,
kalau kita menghargai persekutuan
dengan-Nya.”17
3. Pengetahuan Akan Firman
Tuhan
Dalam Ibadah penyembahan
kita bersekutu dengan Tuhan dan
mengagungkan nama Tuhan, na-
27
mun juga di dalamnya kita boleh
belajar firman Tuhan supaya kita
diperlengkapi dengan pengetahuan
akan kehendak Tuhan dan ini akan
menjadi pedoman dan kompas
hidup kita.
II. KESIMPULAN
Penyembahan merupakan
persembahan seluruh hidup kita,
bukan sebagian saja, sebab Allah
menghendaki totalitas hidup kita.
Kita diciptakan untuk berada dalam
penyembahan kepada-Nya.
Penyembahan tidak dibatasi
oleh ruang dan tempat, penyem-
bahan dapat dilakukan kapan saja
dan di mana saja. Entah di gedung
gereja, balai pertemuan, rumah
keluarga, taman, pinggir pantai,
lereng atau puncak bukit, dan
sebagainya, para penyembah be-
nar akan menyembah Allah dalam
roh dan kebenaran. Penyembahan
yang berkenan bukanlah pada tinggi
dan rendah, keras dan lembutnya
nyanyian, bukan pula pada jenis
musik yang mengiringi nyanyian,
karena Allah menerima dan me-
nyukai semua nyanyian dan musik
yang digubah untuk menyembah-
Nya. Bukan pula pada bentuk liturgi
dan sikap fisik, tetapi jikalau
penyembahan dilakukan dengan
sungguh-sungguh dalam roh dan
kebenaran, maka ini berkenan dan
diterima oleh Allah. Penyembahan
itu adalah kehendak Allah dalam
hidup kita, karena melalui pe-
nyembahan kita memuliakan
Tuhan, dan untuk kemuliaan Tuhan
28
itulah kita ada di dunia ini dan
diselamatkan oleh-Nya.
KEPUSTAKAAN
Hagelberg Dave, Tafsiran Injil Yohanes,
Yogyakarta: Yayasan Andi, 1999
http://estheryuliani.blogspot.com/
2 0 11 / 0 4 / p e n y e m b a h a n -
kristen.html http://
steveneugrr.blogspot.com/2011/
02/pujian-penyembahan-isi-dan-
definisi.html
Jenson Ron dan Stevens Jim,
Dinamika Pertumbuhan Gereja,
Malang : Penerbit Gandum
Mas,1996
Karwur J.G. Edwin, Teologi Penyem-
bahan, Manado: Sekolah Tinggi
Teologia Indonesia
Mudjiono Ricky dan Prihermono W.
FX. Dicky, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Tangerang: Scientific
Press, 2008
Nuban I. Ebenhaizer, Aku Memahami
Yang Aku Imani, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2009
Pipier John, Jadikan Sekalian
Bangsa Bersukacita!, Bandung:
Lembaga Literatur Baptis, 2001
Ryrie C. Charles, Teologi Dasar 1,
Yogyakarta: Andi Offset, 1991
Sproul R.C., Menanggapi Allah dalam
Ibadah, Malang : Penerbit
Gandum Mas, 2002
Warren Rick, The Purpose Driven
Life, Malang: Penerbit Gandum
Mas, 2005
PESAN

LANJUTKAN DISPENSASI HUKUM TORAT.
(KETENTUAN DAN PERATURAN)
M
elalui pembelajaran dis
pensasi, kita didorong
untuk belajar dan diajar
agar dapat membagi, menempat-
kan dan menjalankan Firman Allah
(Alkitab) itu pada proporsi yang
benar dan tepat (2 Timotius 2:15).
Alkitab Firman Allah dari Kejadian
sampai Wahyu adalah berita dan
pengajaran dari Allah yang ber-
kesinambungan yang menjadi oto-
ritas mutlak bagi kehidupan per-
caya, tidak saling bertentangan
melainkan saling melengkapi dan
menggenapi. Allah adalah Kebe-
naran, dan melalui Alkitab kita
menemukan ada dua kebenaran
Allah yang mengatur kehidupan
manusia yakni: 1) Kebenaran se-
cara Vertikal: Kebenaran Vertikal
adalah Kebenaran Allah yang di-
nyatakan Allah dan berlangsung
dalam setiap dispensasi. Kebe-
naran-kebenaran tersebut berbeda
atau berubah dalam setiap dis-
pensasi. 2) Kebenaran secara
Horisontal: Kebenaran Allah yang
PESAN
SANA-SINI
HUKUM-HUKUM
PERSEMBAHAN
Oleh, Jerry HM Sumanti, STh
dinyatakan Allah dan berlangsung
terus menerus serta dikuatkan
dalam keseluruhan dispensasi.
Berdasarkan kebenaran ver-
tikal dan horizontal, mari kita
memerhatikan mengenai pembe-
rian korban-korban persembahan
sesuai dengan dispensasi-dis-
pensasi.
1. Kulit Binatang dalam Kejadian
Pasal 1 hanya sekali saja da-
lam dispensasi Kesucian dan
tidak diulang lagi dalam dis-
pensasi yang lain. Sebagai-
mana telah dijelaskan di atas
bahwa Allah sendirilah secara
langsung yang melakukan hal
ini bagi Adam dan Hawa untuk
menutupi ketelanjangan me-
reka. Pengorbanan binatang ini
melukiskan tentang pertolongan
Tuhan dalam ketidak-berdayaan
manusia mencari keselamatan/
perlindungan. Pengorbanan bi-
natang ini adalah symbol pe-
ngorbanan Tuhan Yesus sekali
untuk selamanya bagi kese-
29
 lamatan manusia. Sudah di-
genapi di kayu salib.
2. Persembahan Kain dan Habel
hanya dalam dispensasi Kein-
syafan. Walaupun banyak pe-
nafsir Alkitab merujuk pada jenis
persembahan yang diberikan
sebagai yang berkenan kepada
Tuhan, namun secara konteks
penekanan pada persembahan
ini bukan pada jenisnya, me-
lainkan pada motivasi dan kea-
daan hati orang yang memberi,
Kain digambarkan memiliki hati
yang jahat, sedangkan Habel
dengan hati yang beriman (Ke-
hidupan Habel benar di hadapan
Tuhan karena imannya).
3. Korban-korban persembahan
binatang. Korban persembahan
ini pertama kali disebut dila-
kukan oleh Habel (dispensasi
Keinsyafan); kemudian oleh
Nuh setelah air bah (dispensasi
Pemerintahan Manusiawi)
(Firman Tuhan disampaikan
kepada Musa dan menulis-
kannya sudah pada zaman Dis-
pensasi Hukum Torat sehingga
dipengaruhi dengan sebutan
halal dan haram; selanjutnya
pada zaman Abraham (dispen-
sasi Perjanjian) dan kemudian
diteguhkan dalam dispensasi
Torat (perhatikan kembali me-
ngenai korban-korban ini se-
bagai mana telah disebut dalam
tulisan-tulisan yang lalu).
Semua korban-korban persem-
bahan ini merupakan bayangan
mengenai satu korban sekali
30
untuk selamanya yang telah
digenapi di dalam Kristus
Yesus. Ia adalah kegenapan
semua tuntutan dan syarat pe-
raturan dalam Hukum Torat.
4. Persembahan persepuluhan.
Persembahan persepuluhan
pertama kali disebutkan pada
zaman Abraham ketika mem-
berikan persepuluhan kepada
Imam Melkisedek (dispensasi
Perjanjian), kemudian persem-
bahan ini diteguhkan dalam
Torat (dispensasi Hukum Torat)
sebagai kewajiban kesebelas
suku bangsa Israel untuk di-
berikan kepada suku Lewi. Suku
Lewi tidak mendapatkan pem-
bagian warisan tanah untuk
dikelolah karena mereka dipilih
Tuhan khusus untuk menjadi
pelayan-pelayan di Kemah Per-
temuan/Kemah Suci/Bait Allah
(menjadi Imam-imam). Karena
11 suku yang lain harus menun-
jang kehidupan mereka melalui
persembahan persepuluhan.
Masing-masing memberi per-
sepuluhan, maka terjadilah ke-
seimbangan dalam kehidupan
bangsa Israel secara jasmani
dan rohani. Sebelas Suku me-
nunjang kehidupan financial satu
Suku, sedangkan satu Suku
melayani kehidupan kerohanian
sebelas Suku. Selanjutnya pa-
da zaman Para Rasul bukan
hanya persepuluhan diberikan
tetapi lebih dari itu, orang per-
caya menjual semua harta ben-
da mereka kemudian diberikan
PESAN
 kepada para Rasul yang selan-
jutnya dibagi rata untuk semua
orang percaya pada waktu itu
dan orang-orang percaya se-
makin ditambah-tambahkan.
Tidak ada yang kelebihan dan
tidak ada yang kekurangan.
Tetapi perkembangan selan-
jutnya sebagaimana pada
bangsa Israel sebelumnya
kehidupan manusia menjadi
egoisme dan mementingkan diri
sendiri, sehingga Allah mem-
benci semua bentuk dan jenis
persembahan yang mereka be-
rikan, demikian pula dalam
perkembangan gereja sehingga
dalam Kisah Para Rasul Lukas
menulis bahwa lebih baik mem-
beri dari pada menerima (Kisah
20:35), Dalam 2 Korintus 9
Paulus menegaskan tentang
prinsip memberi, 1) memberi
menurut kerelaan, 2) tidak
dengan sedih hati, 3) bukan
karena paksaan, 4) bukan
karena hanya untuk meme-
nuhi peraturan yang berlaku,
5) memberikan harus dengan prinsip keseimbangan tetap
sukacita. Berdasarkan prinsip terus terpelihara. Itu tujuan dari
memberi Paulus meneguhkan memberi termasuk dengan
dan menekankan tentang moti- memberi persepuluhan. Jadi ti-
vasi memberi harus benar-benar daklah salah orang percaya
memberi karena mengasihi memberi persepuluhan dari hasil
Tuhan bukan karena meng- jerih lelahnya, bahkan memberi
harapkan supaya mendapatkan persembahan (dalam bentuk
lebih banyak dari apa yang apa saja) merupakan kewajiban
diberikan. Dan Rasul Paulus yang harus dipenuhi setiap
mengajarkan yang kuat wajib orang percaya yang benar-
menanggung yang lemah, yang benar mau melayani dan
berkelebihan harus membantu mengasihi Tuhan dan sesama
yang berkekurangan, supaya (bersambung).

PESAN 31

Bukti Alkitab
Adalah
Firman Tuhan
Oleh: Szhonie Roland
Pengantar
Untuk menyatakan bukti-
bukti bahwa Alkitab adalah Firman
Tuhan memang tidak dapat disam-
paikan hanya dalam sebuah buku
apalagi hanya dalam sebentuk
tulisan pendek di dalam majalah
kesayangan kita ini (PESAN).
Tetapi ini penting, karena paling
kurang orang percaya (pembaca)
mengetahui bahwa Alkitab yang
kita kasihi selalu diserang, baik
oleh orang tidak percaya maupun
oleh mereka yang mengaku per-
caya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Dengan demikan sudah seharus-
nya kita lebih mengasihinya dan
mempelajarinya dengan sungguh-
sungguh.
Pada edisi 82 lalu telah
dipaparkan bagaimana Alkitab
membuktikan bahwa dia adalah
Firman Tuhan dari ajarannya yang
superior. Tidak ada kitab suci yang
memiliki ajaran yang superior
seperti Alkitab. Bahkan penulis
32
PESONA FIRMAN
dengan bangga menyatakan bahwa
Alkitab adalah satu-satunya Firman
Tuhan yang tertulis.
Kali ini kita akan membahas
bagian lain dari bukti Alkitab adalah
Firman Tuhan.
Bukti Alkitab Adalah Firman
Tuhan Dari Kebenarannya Yang
Berlaku Secara Universal
Dari zaman dahulu sampai
saat ini banyak orang yang me-
nolak Alkitab sebagai firman
Tuhan. Mereka menyatakan pen-
dapat mereka berdasarkan pemi-
kiran mereka yang mereka sim-
pulkan dari hal-hal di luar Alkitab
maupun yang mereka anggap
sebagai sesuatu yang mereka
dapatkan dari Alkitab. Mereka tidak
dapat menerima Alkitab adalah
Firman Tuhan bukan karena Alkitab
bukan Firman Tuhan melainkan
karena mereka tidak melihatnya
secara jujur dan terbuka.
PESAN
Alkitab sudah kuno?
Salah satu alasan yang se-
ring digunakan oleh orang yang
tidak menerima Alkitab sebagai
Firman Tuhan untuk semua manu-
sia adalah karena mereka meng-
anggap Alkitab bukanlah kitab
untuk masa kini. Dengan anggapan
tersebut mereka lalu mempro-
paganda bahwa Alkitab sudah
ketinggalan zaman.
Memang mereka juga me-
ngakui bahwa Alkitab menyatakan
kebenaran tetapi menurut mereka
kebenaran-kebenarannya sudah
tidak cocok lagi diterapkan dalam
dunia yang modern ini. Alkitab
hanya cocok ketika diberlakukan
kepada orang Israel pada waktu
orang Israel belum menjadi mo-
dern. Maka dengan lantang mereka
berteriak bahwa sudah seharusnya
Alkitab ditafsirkan ulang atau dimo-
difikasi agar cocok dengan guliran
zaman.
Ketika mereka mengatakan
Alkitab telah ketinggalan zaman
sehingga harus ditafsir ulang, pasti
Alkitab yang ada di tangan mereka
adalah Alkitab yang sudah diter-
jemahkan dalam bahasa modern.
Bagaimana mungkin Alkitab ke-
tinggalan zaman jika Alkitab sudah
diterjemahkan dalam bahasa mo-
dern?
Sayang sekali para penge-
ritik melupakan bahwa Tuhan mem-
berikan Alkitab dalam bahasa
manusia agar manusia memaha-
minya dalam bahasa manusia dan
itu artinya akan selalu ada se-
PESAN
panjang manusia ada di dalam
dunia ini. Sejarah telah mem-
buktikan bahwa ketika Alkitab
diterjemahkan dalam bahasa mo-
dern ada banyak sekali orang
terutama para penguasa yang
ketakutan, sehingga mereka de-
ngan tidak beradab menghukum
para penerjemah Alkitab.
Jika Alkitab sudah sudah
kuno mengapa harus takut jika
Alkitab diterjemahkan ke dalam
bahasa modern? (Akan dibahas
berikut dalam topik Bukti Alkitab
adalah Firman Tuhan dari Kebe-
narannya Yang Tidak Tergoyahkan)
Untuk kritikan agar Alkitab
ditafsir ulang atau dimodifikasi agar
cocok dengan guliran zaman, para
pengkritik rupanya melupakan
bahwa Alkitab memang terbuka
untuk ditafsir. Orang yang belajar
Alkitab pasti menafsir tetapi tafsiran
yang benar adalah tafsiran yang
mengikuti apa yang dinyatakan
Alkitab yaitu bahwa Alkitab me-
nafsir dirinya sendiri. Artinya,
menafsir Alkitab bukanlah mengu-
bah apa yang Alkitab maksudkan.
Demikian juga jika Alkitab
harus dimodifikasi, pasti para peng-
kritik harus menyatakan terlebih
dahulu mana yang harus dimo-
difikasi. Apakah yang dimaksudkan
dengan dimodifikasi adalah se-
suatu yang berhubungan dengan
dosa sehingga Alkitab harus ber-
kompromi dengan dosa? Jika itu
yang dimaksud maka sebenarnya
manusia tidak perlu bersusah-
susah mengubah Alkitab karena
selain Alkitab yang menentang
33
dosa, budaya dan etika serta hal-
hal yang berhubungan dengan
moralitaspun menentang semua hal
yang tidak sesuai dengan budaya,
etika dan moralitas sekalipun itu
adalah budaya, etika dan moralitas
para modernis.
Banyak budaya dan moral
yang tidak setuju dengan dosa
bukan? Bagaimana mungkin
mengatakan bahwa Alkitab sudah
kuno dan kebenarannya tidak ber-
laku pada zaman ini? (Akan di-
bahas berikut dalam topik Bukti
Alkitab Adalah Firman Tuhan Dari
Isinya Yang Tidak Ketinggalan
Zaman ).
Alkitab hanya untuk orang Israel
saja?
Alkitab juga dihakimi sebagai
kitab untuk orang Israel saja.
Orang-orang yang tidak percaya
berpandangan bahwa kepada orang
Israellah segala perintah dalam
Alkitab diarahkan agar orang Israel
melaksanakannya. Bagi mereka,
orang Israel akan diberkati jika
melakukan segala kehendak Tuhan
dalam Alkitab dan sebaliknya orang
Israel akan dikutuk jika menga-
baikannya. Banyak orang tidak
percaya menyatakan bahwa Tuhan
tidak pernah berurusan dengan
orang bukan Israel apalagi mem-
beri perintah kepada mereka, maka
jelas bahwa Alkitab memang hanya
milik orang Israel.
Pandangan bahwa Alkitab
hanya milik orang Israel adalah
pandangan yang biasanya disam-
paikan dalam rangka menolak per-
34
nyataan Alkitab bahwa Yesus ada-
lah Tuhan. Demikian juga peno-
lakan terhadap kebenaran yang
disampaikan Alktab bahwa Israel
adalah bangsa pilihan Tuhan.
Pernyataan ini memang sesung-
guhnya membuat orang bukan
Israel merasa iri terhadap orang
Israel.
Benar bahwa Alkitab per-
tama kali dinyatakan dalam ke-
hidupan bangsa Israel/Yahudi.
Tetapi hal tersebut tidak dapat
dijadikan alasan bahwa Alkitab
hanya untuk orang Israel saja.
Kalaupun kebanyakan tuntutan
dalam Alkitab ditujukan kepada
bangsa Israel, itu disebabkan me-
reka harus menjadi contoh sebagai
manusia yang mentaati Tuhan
sebab Tuhan bersama dengan
mereka. Mereka menerima Alkitab
bukan hanya untuk diri mereka
sendiri tetapi mereka mendapat
tugas bahwa mereka harus me-
nyampaikan kepada bangsa lain
apa yang telah Tuhan lakukan
dalam kehidupan mereka sebagai
kesaksian bahwa mereka mem-
punyai Allah yang berkuasa atas
seluruh bumi.
Sebelum bangsa Israel ada
dalam dunia ini, kebenaran Alkitab
telah diterapkan oleh orang-orang
yang ada sebelumnya. Kebena-
rannya telah diterapkan oleh Nuh
dan keturunannya dan juga oleh
Abraham seorang Mesopotamia
bahkan oleh banyak orang lainnya.
Kebenaran Alkitab tidak hanya
berlaku bagi sekelompok orang
tetapi kepada begitu banyak orang.
PESAN
 Ketika Tuhan Yesus lahir ke
dunia, tujuan adanya Alkitab makin
jelas yaitu bahwa kedatangan-Nya
(lahir) di Israel adalah kedatangan
untuk menyatakan kasih Allah
kepada seluruh dunia tanpa ke-
cuali (Yoh. 3:16). Memang ada
aturan-aturan khusus bagi Israel
dan juga ada aturan yang berlaku
secara universal. Tetapi aturan
khusus tersebut seperti juga
aturan yang diberikan kepada
beberapa pribadi adalah aturan
yang sekaligus menjadi contoh atau
pelajaran bagi manusia lainnya.
Alkitab Perjanjian Lama di-
tulis dalam bahasa Ibrani (Yahudi)
karena merekalah yang mene-
rimanya dan harus menerapkan
kehendak Allah sebagai contoh bagi
bangsa lain. Sedangkan Alkitab
Perjanjian Baru ditulis dalam ba-
hasa Yunani, bahasa yang digu-
nakan dunia untuk komunikasi
antar bangsa. Penulisan ini mem-
buktikan bahwa kebenaran yang
ada dalam Alkitab adalah kebe-
naran yang disampaikan dan ber-
laku secara universal.
Paulus menulis surat-
suratnya untuk orang-orang yang
berada di luar Israel seperti surat
kepada orang-orang di Roma,
Korintus, Galatia, Efesus, Filipi,
dan Tesalonika. Petrus juga
menulis untuk orang-orang yang
tersebar diberbagai tempat. Bahkan
surat untuk jemaat di Roma kota
yang menjadi pusat pemerintahan
kekaisaran romawi menunjukkan
bahwa kebenaran yang dianjurkan
dan diajarkan Alkitab adalah kebe-
naran yang berlaku bagi bangsa
PESAN
yang berkuasa pada saat itu yaitu
bangsa Romawi.
Alkitab menyatakan bahwa
dunia akan berakhir. Kebenaran
bahwa dunia ini akan berakhir tidak
hanya ditujukan kepada orang
Israel atau kepada orang percaya
saja. Demikian juga ketika Alkitab
menyatakan bahwa manusia tidak
boleh membunuh karena nyawa
manusia adalah milik Allah.
Larangan tidak boleh membunuh
ditujukan kepada semua manusia.
Demikian juga ketika Alkitab me-
nyatakan bahwa manusia harus
saling mengasihi masih tetap ber-
laku sampai hari ini bagi seluruh
manusia di dunia.
Tuhan tidak pernah me-
nyembunyikan kasih-Nya kepada
seisi dunia, demikan juga ketika
Dia menyatakan akan menghukum
manusia dalam dunia yang me-
nolak-Nya. Dia tidak pernah ber-
maksud mengasihi sebagian orang
sementara membiarkan yang
lainnya tanpa menyampaikan apa
yang ada dalam rencana-Nya. Dia
memperlakukan semua manusia
sama dengan cara memberikan
Alkitab dan tidak membedakan
siapapun. Itulah sebabnya kebe-
naran Alkitab adalah kebenaran
yang berlaku secara universal.
Kebenaran universal Alkitab
bukan hanya berlaku untuk semua
manusia dan bangsa di dunia pada
suatu masa atau zaman tertentu
tetapi berlaku melintasi zaman.
(Semoga Tuhan memberi kita
kesempatan untuk melanjutkan
pembahasan ini pada edisi-edisi
berikutnya)
35

Melayani Tuhan
Selalu Menyenangkan
S
ebelum dilahirkan ke
mbali, orang-orang di
sekitar wilayah tempat
tinggal saya tahu bahwa saya
adalah seorang remaja yang
tidak pernah peduli dengan hal-
hal yang berhubungan dengan
Alkitab. Tetapi setelah saya
dilahirkan kembali, mereka
melihat perubahan dalam hidup
saya yang menjadikan mereka
ingin mendengar apa yang telah
terjadi pada saya. Saya sering
diundang oleh persekutuan
atau gereja untuk menyam-
paikan kesaksian. Dan setiap
kali saya diundang untuk ber-
saksi saya selalu mengajak
empat orang teman yang selalu
belajar Alkitab bersama saya.
Suatu hari saya diundang
untuk bersaksi di sebuah gereja
yang jaraknya sekitar 15 km
dari tempat kami. Teman-teman
36
SAKSI KEMENANGAN
yang mendengar undangan
tersebut langsung bersiap diri
untuk ikut serta. Mereka adalah
bagian dari kesaksian saya
karena selain belajar Alkitab
bersama, kami adalah anggota
kelompok nyanyi yang kami
bentuk. Kami selalu bersukacita
jika dapat melayani Tuhan.
Seperti biasa, kami tidak
pernah mempersoalkan siapa
yang akan membayar biaya
perjalanan karena kami mem-
biayai sendiri pelayanan dengan
cara mengumpulkan uang kami
seadanya. Kami pun berangkat
dengan menumpang angkutan
umum yang murah meriah.
Acara Kebaktian Keba-
ngunan Rohani tersebut dimu-
lai sekitar pukul 19.30. Selama
acara di gereja suasana ibadah
begitu indah, tertib, penuh
semangat dan berakhir sekitar
PESAN
pukul 23.30. Saat kami bersiap
menaiki angkutan umum untuk
pulang, seorang teman menarik
tangan saya dan menanyakan
apakah saya diberi uang
transport oleh pengurus gereja.
Saya mengatakan ‘tidak’ dan
mereka semua tertawa sambil
berangkulan.
Kemudian salah seorang
dari mereka mengatakan bah-
wa sebelum ibadah, tanpa se-
pengetahuan saya mereka di-
datangi seorang pengurus
gereja dan mengatakan bahwa
kami akan diberi uang untuk
biaya perjalanan. Mendapat
jaminan bahwa akan diberi
uang, mereka langsung mem-
PESAN
berikan semua uang mereka ke
dalam kantong persembahan.
Dan kini kami tidak punya uang
sama sekali.
Kami tidak dapat mem-
persalahkan siapapun. Kami
hanya tertawa karena kami
harus berjalan kaki sejauh 15
km, dan itu segera kami la-
kukan. Dalam perjalanan, se-
tiap kami merasa lelah kami
saling berpandangan di bawah
cahaya bulan dan kembali ter-
tawa. Tidak ada yang dirugikan
karena semua kami berikan
untuk Tuhan yang telah mem-
berikan pelayanan yang indah
kepada kami.
(Szhonie Roland)
37
 KONTAK PELAYANAN
Tulisan yang mengisi rubrik Wawasan di dalam PESAN kali ini,
disampaikan oleh Dewan Redaksi dengan iringan doa kiranya para pembaca
PESAN akan merasakan panggilan Tuhan yang sama seperti panggilan
yang telah didengar dan dipatuhi oleh para penginjil mulai dari murid-murid
Kristus selama pelayanan-Nya di muka bumi, sampai kepada Rasul Paulus
dan teman-teman sepelayanannya dalam perjalanan penginjilan keluar tanah
Palestina. Bahkan panggilan Tuhan yang sama telah mendorong para
penginjil yang sudah melayani Tuhan melalui banyak rintangan dan aniaya
selama ber-abad-abad yang sudah silam. Menyusul periode renaissance
(abad ke 14-17) dan zaman enlightment (mulai abad ke-17), timbullah
gerakan kebangunan rohani yang dahsyat dengan munculnya pengkhotbah-
pengkhotbah tersohor seperti John Nelson Darby, John Wesley, Dwight L.
Moody, Charles Spurgeon dan penginjil-penginjil termasyhur seperti William
Carrey di India, Hudson Taylor di Cina, David Livingstone di Africa dll.
Perkembangan-perkembangan yang terjadi dari abad-abad lalu telah
memicu revolusi industri pada bagian akhir abad ke-18 sampai awal abad
ke-19, dan pada gilirannya revolusi industri telah membuat masyarakat
manusia bergerak maju dan sekaligus memajukan peradaban serta ekonomi
dunia. Bahkan sampai pada zaman modern ini, dengan pengembangan
dan penerapan teknologi tinggi (high tech) dalam segala bidang kehidupan,
terutama transportasi, komunikasi, dan informasi secara global, maka dunia
terasa menjadi kecil dan waktu terasa menjadi pendek. Pertanyaan kepada
kita ialah, di manakah gerakan penginjilan yang dahsyat itu sekarang?
Syukurlah Tuhan masih terus memanggil para pengkhotbah dan
penginjil untuk melayani di era modernisasi dan globalisasi ini, dan Ia juga
memanggil orang-orang beriman yang bersedia mendukung pelayanan
hamba-hamba Tuhan pada batas-batas commitment dan kerelaan hati
masing-masing. Tanpa mereka, Sejarah Gereja dan Sejarah Penginjilan
tidak akan mencatat karya-karya besar dari hamba-hamba Tuhan termaksud.
Kata-kata Hudson Taylor yang dikutip dalam rubrik Wawasan kali ini
mengandung arti bahwa dukungan Tuhan bagi pekerjaan-Nya yang dilakukan
dengan cara Tuhan oleh hamba-hamba-Nya yang benar, tentu saja
disalurkan melalui anak-anak Tuhan yang mendengarkan panggilan-Nya
untuk membantu dan mendoakan pelayanan para pengkhotbah dan penginjil
di manapun dan pada zaman apapun para hamba Tuhan ini melayani.
Dalam pelayanan Injil, setiap anak Tuhan dapat melakukan tiga hal
semuanya (atau satu di antaranya atau dua diantaranya) yakni: (1) Pergi
membawa berita Injil kepada orang-orang terhilang; (2) Memberi uang dan
atau fasilitas pendukung kepada para penginjil yang pergi; dan (3) Berdoa
bagi para penginjil yang pergi dan bagi para donor dan sponsor yang
memberi uang dan fasilitas pendukung.

38 PESAN
 Tiga hal di atas pula yang pada kesempatan ini Dewan Redaksi
Majalah PESAN minta para pembaca lakukan semuanya atau satu atau
dua di antaranya untuk mendukung pelayanan Yayasan PELITA pada pos-
pos dana yang ada (Pos Dana Umum/PESAN, Pos Dana Buku/Traktat, dan
Pos Dana Penginjilan). Sdr-Sdr yang merasakan gerakan Roh Kudus untuk
membantu (memberi persembahan), dipersilakan melakukannya melalui
jasa bank. Transferlah (atau setorkan) persembahan/donasi sdr ke
Rekening BCA Cabang Menara Mulya, Jakarta, No.: 2551051287, a. n. Jultje
Kawengian (Wkl Bendahara); atau ke Rekening Bank Mandiri, Cabang
Banjarmasin, No.: 0310030030038 a.n. Hertok Lantemona (Bendahara
Yayasan PELITA).

Pencetakan buku dan Traktat

Seperti sudah dilaporkan pada PESAN Edisi 82, dengan
pertolongan Tuhan, sampai Agustus 2013 yang baru lalu, Yayasan PELITA
boleh menerbitkan kembali dua buku yang sudah sekitar 4 tahun digumuli
yaitu Ayat-Ayat Alkitab saling Bertentangan, Benarkah? dan Pelayanan
Rohani. Sekarang, buku yang sedang dalam proses editing saat ini ialah
Yesus, Tuhan yang Memperhatikan.” Buku ini merupakan rangkuman tulisan-
tulisan Dr. Frans P. Tamarol yang selama ini mengisi rubrik “Mari Belajar
Bersama.” Mohon bantuan doa, agar kiranya Tuhan menolong proses editing
yang walaupun akan menempuh proses yang panjang, kiranya boleh segera
sampai pada fase pencetakannya.
Juga Yayasan PELITA terus merencanakan pencetakan traktat-traktat
yang sangat membantu dalam pelayanan hamba-hamba Tuhan di ladang-
ladang, ataupun dalam pelatihan dan praktik pelayanan bagi para pemuda
gereja. Bagi sdr-sdr yang memerlukan traktat-traktat penginjilan, sdr dapat
menempuh salah satu dari dua cara berikut: (1) Hubungi Yayasan PELITA
pada alamat yang tertera di halaman dalam sampul belakang, atau SMS
ke salah satu nomor contact persons baik yang ditulis di majalah PESAN
maupun di situs Yayasan PELITA; dan (2) Download traktat yang sdr ingini
dari situs Yayasan PELITA (www.gleamonline.org), click Resources, click
judul traktat, dan setelah terbuka, sdr dipersilakan mem-print-nya sendiri
lalu meng-copy-nya sebanyak yang dibutuhkan. Mohon hasil download dan
printout-nya hanya dipakai untuk kepentingan pelayanan yang sdr sedang
tekuni atau rencanakan. Yayasan PELITA tidak pernah menjual traktat-traktat
yang diterbitkannya, namun apabila sdr memesan dalam jumlah banyak,
kami meminta bantuan untuk ongkos kirim.

Penerbitan Majalah PESAN

Seperti sdr-sdr pembaca lihat sendiri, pengasihan Tuhan telah
memungkinkan majalah PESAN Edisi 83 sampai di tangan sdr-sdr. Walaupun
melenceng dari rencana yaitu sekurang-kurangnya menerbitkan empat edisi
dalam setahun, namuan marilah kita bersama-sama memuji dan
membesarkan nama Tuhan yang sudah mengizinkan Dewan Redaksi untuk

PESAN 39
menerbitkan dua edisi yakni Edisi 82 dan Edisi 83. Kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah mendengarkan panggilan
Tuhan untuk membantu, baik dalam pendanaan, penyediaan naskah,
maupun tenaga yang bersama-sama telah membuat pelayanan majalah
PESAN ini menjadi kenyataan. Tuhan kita memang Mahabesar dalam kasih-
Nya dan dalam kuasa-Nya, terpujilah Dia sekarang dan selamanya.
Berdoalah agar Edisi 84 akan tidak lama mengunjungi sdr-sdr
(sekeluarga) pada alamat masing-masing). Berdoalah bagi para penulis
naskah, berdoalah bagi para pengelola di dapur PESAN (Dewan Redaksi
dan Tata Usaha), para Koordinator Pelitaministry dan para koresponden
di daerah-daerah, dan berdoalah bagi para donor yang dengan sukarela
tetap dan selalu setia memberi donasi / persembahan ke Yayasan PELITA.
Tuhan memberkati sdr-sdr sekalian.

Laporan Penerimaan Donasi

Pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan Allah Bapa sorgawi, dan
terimakasih kepada semua sdr/keluarga atas kesediaannya untuk berbeban
bersama dalam pelayanan Yayasan PELITA bagi pemberitaan Injil
keselamatan dan demi pertumbuhan iman orang-orang percaya. Selang
periode ……… 2012 sampai …….. 2013, donasi yang masuk di Yayasan
PELITA (di Pos Dana Umum / PESAN, Pos Dana Buku / Dana Traktat, dan
Pos Dana Penginjilan) adalah sbb:

1. …………. , ……….. (tempat bermukim)

2………….. , …………
dst

Laporan Keuangan lengkap dikirimkan langsung hanya kepada para

donor. Kami di Yayasan PELITA dan Dewan Redaksi PESAN menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi para pembaca untuk
mendukung pelayanan ini. Tuhan kiranya memberkati kehidupan dan
pelayanan sdr-sdr semuanya.

40 PESAN
 YAYASAN PELAYANAN LITERATUR ANUGERAH
(Yayasan “PELITA”)
Berdiri di Jakata Tanggal, 19 Oktober 1984
Akte Notaris N. R. Makahanap No.41 tgl. 29 Januari 1988
Terdaftar pada Kementrian Agama RI No. F/KEP/138/1943/1989
Jl. Rawasari Barat III E-47 Jakarta 10510, PO Box 1134 Jakarta 13011

Untuk sumbangan sukarela (donasi) dapat dikirim Lewat

Bank:
BCA Cabang Menara Mulia
No. Rek.: 2551051287, a.n.: Jultje Kawengian
(Sesuai rapat pengurus Yayasan PELITA, 12 Mei 2012 di Bekasi)
(Mohon copy nota/bukti transfer dikirim ke P.O. Box 1134 Jakarta 13011,
atau diberitahukan via e-mail ke pelitaministry@yahoo.co.id
atau SMS ke No. HP: 08161429490 atau No. HP: 081319209508)
KOORDINATOR PELITA MINISTRY
Sumatera Utara : Rianto Marbun, SE
Bpk. Tumpal Nainggolan
Kepulauan Riau : Ir. Joice JL Ligow-Ngantung
Jawa Barat : dr. Henry Turangan
Jogyakarta : Pdt. Patty Fangidae
Jawa Timur : Debora Makikama
Bali : Yessy Ward
Kalimantan Timur : John Mamangkey, STh
Kalimantan Barat : Pdt. Stevanus S Viklous
Sulawesi Selatan : Pnt. Meddy Pasau
Sulawesi Tengah : Pdt. Amiruddin Wasugai, STh, SPAK
Sulawesi Utara : Pnt. Prof. Dr. Jimmy Posangi
Papua Barat : Prana Sunaryo
Papua Timur : Ev. Hentje Mandolang

Pengurus Yayasan PELITA

Direktur : Dr. Frans P Tamarol
Wakil Direktur : Mangaranap Panjaitan, B.Sc.
Sekretaris : Ir. Tumpal Aritonang, M.Sc.
Wakil Sekretaris : dr. Henri J. Turangan
Bendahara : Hertok Hendrik Lantemona
Tata Usaha : Debora Caroline
Wakil Bendahara : Jultje Kawengian
Anggota : Jerry H M Sumanti, S.Th.
Drs. Johan A Sumampouw