Disusun Oleh
Kelompok 3 :
Dosen Pengampu:
Jonisman K. Laoli, M.Pdk
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
kasihnya yang telah Ia limpahkan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik, makalah ini berisi tentang “Sejarah
perkembangan agama Kristen”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang telah membantu
dalam memberikan ide ataupun solusi dalam membuat makalah ini.
Terlebih kami ucapkan terimakasih kepada Bapak dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Agama Kristen, yang telah mengarahkan kami demi kelancaran
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa begitu banyak kelemahan kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Baik dari segi bahasa, bentuk makalahnya, dan dari
segi lainnya yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, dari pembaca, agar pada tugas-tugas
selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.
Penulis
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar isi......................................................................................................... iii
BAB 1 : PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar belakang..................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 1
C. Rumusan masalah................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................ 2
A. sejarah munculnya agama dan perkembanganya………................. 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gereja adalah tempat yang bisa memberikan setiap orang dapat
menerima didikan rohani yang sesuai dengan apa yang tercantum dalam Alkitab.
Menurut KBBI, gereja adalah gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan
upacara agama Kristen, dan atau badan organisasi umat Kristen yang memiliki
satu kepercayaan, ajaran dan tata cara ibadah. Dari pengertian kedua, gereja
adalah organisasi, maka orang-orang yang mengatur gereja memiliki suatu
wewenang dalam mengatur kehidupan bergereja karena di dalam gereja tidak
hanya pendeta, tetapi ada majelis dan jemaat.
Gereja adalah pedoman belajar rohani bagi setiap orang yang berada di
dalamnya. Untuk itu, struktur dalam gereja adalah struktur yang melayani
anggotaanggota gereja dalam rangka keterlibatan mereka, karena kepemimpinan
gereja pada hakekatnya adalah kepemimpinan pelayanan. Dalam bahasa inggris,
kata gereja adalah Church yang berasal dari bahasa Kuriakon yang berarti “Milik
Tuhan”. Kata ini biasa digunakan untuk menunjukkan hal-hal lainnya seperti
tempat, orang-orang, atau denominasi yang menjadi milik Tuhan. Yang menjadi
dasar gereja adalah umat dan atau persekutuan serta orangorang yang berada di
dalamnya. Oleh karena itu tujuan dari gereja adalah pertumbuhan hidup rohani
orang Kristen secara pribadi. Pertumbuhan dan kedewasaan hidup rohani orang
Kristen secara pribadi adalah dasar pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja
harus dimulai dari kualitas hidup rohani.Sehingga, setiap pribadi yang menjadi
bagian dari gereja mendapat perhatian khusus agar mampu menjadi pribadi yang
bertumbuh di dalam Yesus Kristus. Gereja hadir sebagai “gereja yang mendidik”.
Berkaitan 1 Widi Artanto, Gereja dan Misi-NYA: Mewujudkan Kehadiran Gereja
dan Misi-Nya di Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Taman Pustaka Kristen
Indonesia, 2016), 17. 2 Charles C Ryrie, Teologi Dasar: Panduan Populer Untuk
Memahami Kebenaran Alkitab ( Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1986), 143. 3 Dr.
Peter Wongso, Tugas Gereja dan Misi Masa Kini (Malang: SAAT, 1999), 69. 2
dengan pembinaan rohani, maka gereja perlu melakukan pendidikan agama
1
Kristen (PAK). Sebagaimana pandangan Miller bahwa PAK di gereja merupakan
suatu pelayanan yang berdiri di atas tradisi Kristen. Gereja memiliki kurang lebih
enam fungsi yakni pertama, gereja adalah persekutuan yang beribadah. Orang
belajar beribadah dengan mengambil bagian dalam kebaktian. Kedua, gereja
adalah persekutuan yang menebus. Artinya, kebutuhan dasar para anggotanya
terpenuhi dan hubungan yang terputus dapat dipersatukan serta disembuhkan
kembali. Ketiga, gereja sebagai persekutuan belajar-mengajar.
Gereja menyediakan kesempatan belajar bagi orang dengan segala
kategori usia. Dalam gereja, orang mencari jawaban dari injil terhadap pertanyaan
yang ditimbulkan oleh pengalaman hidup. Keempat, gereja adalah persekutuan
yang peduli akan kebutuhhan orang lain terutama yang sakit, miskin, lemah, dan
kesepian. Gereja berusaha melayani siapa pun, khususnya yang paling hina dan
lemah. Kelima, gereja adalah persekutuan yang ingin membagikan iman kepada
orang yang belum menerima kabar baik. Keenam, gereja adalah persekutuan yang
bekerja sama dengan kelompok lain, baik kelompok yang berbeda agama, sosial
dll.
B. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu Untuk mengetahui Sejarah
perkembangan gereja, mengetahui definisi gereja, hakikat gereja, karakter gereja,
peranan gereja serta tugas dan tanggung jawab gereja.
Setiap individu harus memahami dan mengetahui tujuan dan makna dalam
pembuatan makalah ini, sehingga menambah wawasan setiap pembaca khususnya
dalam hal gereja.
C. LANDASAN TEORI
Willem, M. Th
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH GEREJA
Dunia barat tidak pernah mengalami persatuan yang besar itu. Hanya satu
bahasa pergaulan dipakai, yaitu bahasa Yunani, yang pada Zaman itu disebut
bahasa Koine, artinya bahasa umum (bandingkan dengan bahasa Indonesia
sekarang). Perjanjian Baru juga dikarang dalam bahasa Koine itu. Tak ada batas-
batas didalam kekaisaran Romawi itu, yang mungkin merintangi kesatuannya.
Dimana-mana terdapat jalan raya yang baik, yang bukan saja digunakan bagi
saudagar-saudagar dan pasukan-pasukan kaisar, tetapi juga bagi para rasul-rasul
dan penginjil-penginjil yang perlu berpergian kemana-mana untuk mamasyurkan
Nama Tuhan.
1
Sudah tentu kesemuanya itu belum bearti suatu kesatuan batiniah.
Sekalipun bangsa-bangsa di daerah-daerah perbatasan takluk kepada Roma secara
politik (umpamanya orang Kopt di Mesir, orang Siria atau Syam, orang Yahudi,
dan sebagainya), tetapi kebudayaan tinggi, yang menguasai hidup Rohani pusat
kekaisaran Romawi itu, kurang mempengaruhi bangsa-bangsa itu. Mereka masih
memelihara sifat dan adatnya sendiri. Sedangkan negeri-negeri sekitar pusat
kekaisaran itupun kurang bersatu secara batiniah. Semangat Romawi dibagian
barat berbeda jauh dengan suasana Yunani, dibagian Timur. Perbedaan itu juga
nyata benar dalam sejarah Gereja, hal mana akan sering kita lihat dalam kitab ini.
1
ini. Kehidupan yang penuh kesusahan dibumi ini pandang sebagai persediaan saja
untuk kehidupan yang sempurna dan baka diakhirat kelak. Tujuan yang indah dan
mulia itu harus dikejar dengan beraskese, yakni bertarak, menahan diri,
mematikan bahwa nafsu daging, dan dengan ambil bagian dalam bermacam-
macam tahbisan dan lain-lain upacara rahasia (“misteri”), yang melukiskan dan
mengusahakan kemenangan hidup atas maut. Tambahan pula agama-agama ini
member kepada manusia suatu ilmu kebajikan yang baru, suatu perasaan
keamanan dan perlindungan yang menghiburkan hati, serta pengharapan yang
sungguh akan dibebaskan kelak dari segala kesulitan dan kesengsaraan yang
diderita oleh Tubuh dan jiwa dalam hidup yang Fana ini.
Segala agama ini mengajarkan, bahwa dunia yang fana dan bersifat sementara ini
berdasarkan dan berbataskan suatu yang lain. Oleh berjenis-jenis latihan askese
dan oleh rupa-rupa penabisan rohani yang bertingkat, maka jiwa dapat
mengalahkan kefanaan sehingga akhirnya dipersatukan dengan keadaan ilahi yang
baka, yang sebetulnya menjadi dasar dan maksud hidup manusia. Tiap-tiap agama
membawa manusia kepada keselamatan itu, meskipun jalanya berbeda-beda.
Sebab itu mereka tak mau berbantah-bantah, melainkan harga- menghargai dan
bersabar satu sama lain. Tak mengherankan bahwa dewa-dewa itu disamakan saja,
karena dianggap berbagai nama saja dari suatu zat ilahi yang am saja.
Mencampur-adukkan agama-agama ini disebut sinkretisme.
Jenis agama ini dapat juga disebut Pantheisme dan Dualism. Pantheisme
ialah kepercayaan bahwa semua (= pan), yakni alam dan segala isinya, termasuk
manusia juga, bersifat ilahi. Ilah (theos) itu ada didalam segala sesuatu dan tiap-
tiap barang atau makhluk mengandung zat ilahi yang esa itu. Dengan demikian
sudah tentu bahwa ilah itu tidak berpribadi. Menurut Dualisme, dunia ini berbagi
1
atas dua bagian yang bertentangan, yakni yang nampak dan yang tidak nampak,
zat benda dan roh, tubuh dan jiwa yang lahiriah yang jahat dan yang batiniah yang
baik, dan sebagainya. Memang Dantheisme dan Dualism itu berlawanan sama
sekali dengan Alkitab dan ajaran Gereja Kristen, sungguhpun pandangan-
pandangan kafir itu sangat mempengaruhi, bahkan memerosotkan hidup dan
Theologia Gereja sepanjang segala abad.
Ibadat kepada kaisar adalah salah satu peryataan yang sangat penting dari
hidup keagamaan pada permulaan tarikh Masehi. Kebiasaan ini timbul dari
pandangan umum di timur, yakni bahwa kaisar mengandung khasiat yang
mengatasi dunia kodrati (alamiah) ini, bahkan ia berasal dari pada dunia ilahi. Ia
dianggap sebagai Anak Ilah Tuhan. Demikianlah misalnya perasaan orang
terhadap Alexander Agung (Iskandar Zulkarnain), raja Makedonia yang
membawa tentaranya sampai di India (325 s.M), sehingga namanya masyhur di
Asia Timur sampai kini. Kaisar-kaisar ilahi itu menjadi lambing keesaan
kekaisarannya yang sangat luas. Mula-mula mereka hanya disembah sesudah
mangkat, tetapi kemudian Negara menuntut korban bagi kaisar yang masih hidup,
dari semua penduduk negeri, sebagai tanda dan bukti bahwa mereka setia kepada
kepala Negara dan orang-orang yang dapat dipercaya dalam politik. Siapa yang
tak mau berbakti kepada kaisar dianggap musuh Negara. Kita dapat mengerti
bahwa tentunan Negara ini menjadi pokok perselisihan yang besar antara
pemerintah Romawi dan Gereja Kristen.
5. ILMU FILSAFAT
Pada waktu Gereja memasuki dunia zaman Hellenisme itu ada juga beberapa
golongan ahli filsafat yang kenamaan, baik di Yunani (lihat Kis 17:18), maupun di
Italia dan di lain-lain negeri. Sungguhpun ajaran mereka kerapkali berlain-lain
(umpamanya golongan Stoa berbeda filsafatnya dengan pengikut-pengikut
Epicurus), tetapi pada umumnya tujuannya sama saja, yakni mereka mau
membaharuhi hidup kesusilaan, supaya manusia boleh mencapai bahagia dan
kesenangan batiniah yang di idam-idamkan itu, dengan mengusahakan kelakuan
1
dan perbuatan yang baik. Yang mengajarkan filsafat moralistis ini, antara lain
ialah: Seneca (guru kaisar Nero), Epictetus dan kaisar Marcus Aurelius (161-180).
Semenjak abad kedua, filsafat Plato, yang hidup di Yunani 400 tahun sebelum
kelahiran Kristus, asyik juga dipelajari di barat, sehingga pandangan-
pandangannya sangat mempengaruhi hidup Rohani banyak orang yang menaruh
minat terhadap soal-soal agama. Filsafat kafir dari Plato yang indah itu pun
dipengaruhi oleh mistik timur, sehingga ia mengajarkan bahwa jiwa berasal dari
dunia ilahi yang terang dan murni, tetapi sekarang terkurung dalam zat benda
yang gelap dan jahat. Dengan beraskese dan berakstase (yaitu jiwa membubung
dan meninggalkan tubuh seketika untuk bernapas dan bersukaria dalam suasana
ilahi; bandingkan Petrus “Rohnya diliputi oleh Kuasa ilahi” Kis 10:10; 11:5; lagi
22:7 dan II Kor 12:2-4), hendaklah manusia berusaha mengembalikan Rohnya
kepada asalnya itu. Jadi filsafat Plato ini juga bersifat moralistis dan Dualistis-
Pantheistis, tak ubahnya dengan kepercayaan rendah dan sederhana dari rakyat
yang kurang terpelajar.
1. Keadaan sidang itu. Kelahiran Gereja ialah hari keturunan Roh Kudus pada
pesta Pentakosta. Murid-murid dipenuhi dengan Roh Kristus sehingga
mereka berani bersaksi tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada
dunia. Di mana orang menyambut Injil dengan percaya kepada Yesus Kristus, di
sanalah terbentuklah jemaat-jemaat kecil. Keadaannya nampaknya seperti mazhab
Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen masih mengunjungi bait Allah dan
rumah ibadat serta taat kepada taurat Musa. Walaupun demikian, nyata juga
perbedaan besar antara orang Kristen Yahudi ini dengan kawan sebabngsanya,
karena mereka percaya dan mengajarkan bahwa Yesus dari Nazaret ialah Mesias
yang dijanjikan itu. Dengan demkian taurat, bait Allah dacn sinagoge lambat-laun
kurang penting bagi kaum Kristen.
Permulaan sejarah Gereja dapat kita pelajari dari kitab Kisah Rasul-rasul yang
melukiskan hidup jemaat yang mula-mula itu, yang rukun dan dalam suasana
gembira dan berbahagia. Sudah tentu, kita boleh mengambil contoh dari cinta
1
kasih, kegiatan, kerajinan dan keberanian jemaat yang pertama itu, tetapi
janganlah kita lupa, bahwa mereka itu tak lain dari manusia yang lemah dan
berdosa juga. Ingant saja, Ananias dan Safira (Kis 5), perselisihan tentang
pembagian kepada janda-janda dalam pelayanan sehari-hari (Kis 6) dan nasehat-
nasehat Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Kita maklum, bahwa
kesucian/kekudusan jemaat Kristen tidak terdapat dalam dirinya sendiri,
melainkan dalam Tuhannya saja (1 Kor 1:30).
3. Karunia-karunia. Pada masa itu tak sedikit orang Kristen yang diberi Tuhan
rupa-rupa “karunia Roh” atau “karunia oleh Roh Allah” seperti karunia
menyembuhkan orang sakit, mengadakan mujizat, bernubuat dan “karunia untuk
berkata-kata dengan bahasa Roh” (glosolatia), yaitu mengeluarkan bunyi dan
bahasa yang tak dapat diartikan oleh orang banyak, tetapi yang perlu diterangkan
maknanya (1 Kor 12:10). Dalam sejarah Gereja dapat kita lihat, bahwa pada abad-
abad kemudian juga orang kadang-kadang dianugerahi karunia semacam itu,
tetapi rupanya bukan maksud Tuhan, supaya tiap-tiap orang yang percaya
dikaruniai demikian. Jangan kita lupa keterangan Paulus tentang hal ini (1 Kor 14
dan 19).
1
lagi oleh kedatangan Kristus. Lalu jemaat Kristen sangat dianiaya oleh
Sanhendrin, sehingga mereka lari ke mana –mana. Dengan jalan itu Injil mulai
dikabarkan di luar negeri, mula-mula kepada orang Yahudi saja, tetapi kemudian
juga kepada orang kafir (bangsa-bangsa lain) pertama-tama di kota Anthiokia. Di
sanalah pengikut Yesus mula-mula digelar “orang Kristen” (Kis 11:26) dan dari
Anthiokia pulalah Paulus dan Barnabas diutus, baik kepada orang Yahudi,
maupun ke daerah kafir, Gereja tak terkurung lagi dalam batas-batas adat agama
Yahudi, Gereja sedunia mulai berkembang.
1
Zaman sesudah para rasul
1. Perkembangan Gereja
2. Organisasi
1
harian jemaat mengenai keuangan, organisasi dsb. Mereka dibantu oleh Syamas
(diakonos artinya pelayan), tugasnya ialah melayani orang miskin, memungut
uang derma dan menjaga rumah kebaktian.
Pengembalaan jemaat beralih dari golongan rasul, pengajar dan nabi, yang
meninggal dunia, dengan demikian pangkat uskup bertambah-tambah penting
selaku gembala jemaat dan pemimpin jemaat. Pada abad ke II jemaat di Asia kecil
dan Siria dan dikepalai oleh seorang Uskup. Presbiter-presbiter merupakan satu
badan tetap, yang memilih uskup serta pembantunya dalam kebaktian dan
pemerintahan jemaat.
3. kebaktian
1
Jemaat Kristen percaya bahawa Kristus sendiri sungguh-sungguh berada di
dalam Roti dan air anggur, tetapi bagaimanakah beradanya Tuhan itu?
Kebanyakan orang Kristen tentu mengartikannya secara realistis dan magis.
Secara realistis itu berarti bahwa roti dan anggur bukanlah mengiaskan atau
melambangkan tubuh dan darah Kristus, melainkan ia benar-benar dan sungguh-
sungguh berada di dalamnya, secara magis ialah pandangan orang kafir zaman itu,
yakni bahwa benda-benda suci seperti itu mengandung suatu khasiat alam atas
atau zat ilahi yang mengatasi alam dunia ini, yang dengan sendirinya memberi
berkat rohani dan jasmani kepada seseorang yang menerimannya. Dengan itu roti
dan anggur dianggap membawa berkat dan karunia Allah, bahkan sebagai obat
dan jaminan untuk mendapat hidup kekal.
1
Injil menjadi suatu taurat baru. Benar Yesus masih tetap diakui sebagai
Anak Allah, tetapi pekerjaanNya sebagai pembebas berkurang artinya. Segenap
hidup Kristen menjadi suatu perjuangan akan menggenapi segala tuntutan agama
yang diajarkan oleh Yesus, supaya amal dan kebajikan itu kelak diganjari oleh
Tuhan. seseorang Kristen penting melakukan perkabaran Injil namun bukan dalam
arti dia tetap dibenarkan dihadapan mahkamah Tuhan, dosanya yang kecil dapat
diampuni di dunia ini sesudah ia dibaptiskan, asal ia menyatakan penyesalannya
yang sungguh-sungguh.
Suatu agama dipandang selaku suatu hal yang elok dan menyenagkan alam
pikirannya yang dicarinya alam gereja ialah khasiat sakti dan sukramen yang
dengannya akan menjadi berkat dan untung buat jiwa dan tubuhnya. Sifat orang
banyak yang ternyata pula dalam kitab-kitab apokrif yaitu kitab Injil dan hikayat-
hikayat tentang perbuatan rasul-rasul, yang ditambahkan kepada surat-surat
Perjanjian Baru yang diakui sah dan resmi didalam Gereja. Kitab-kitab apokrif itu
(seperti Injil orang Ibrani, Injil Petrus, Injil Thomas, Kisah Para Rasul, Kisah
Petrus dan sebagainnya.
1
5. Kesimpulan
Dari uraian diatas kita tahu bahwa pada masa sesudah rasul-rasul, sudah
tersedia lengkap dasar gereja Roma dikemudian hari, yakni Hierarkhia,
Moralisme, salah paham tentang sakramen, dan kepercayaan kepada muzijat.
Barulah gereja protestan yang menunjuk kepada jurang perbedaan yang dalam
antara berita Perjanjian Baru.
B. DEFINISI GEREJA
Gereja adalah Tubuh Kristus. Persekutuan orang-orang percaya yang
mengemban misi Kristus ditengah-tengah dunia ini. Dia harus berhadapan dengan
dunia yang tidak steril dari kesalahan dan dosa. Dia terpanggil dan ditempatkan di
dunia ini agar dunia berubah dan diperbaharui oleh-Nya. Supaya dia mengalahkan
dosa, kejahatan dengan kebaikan. Menjaga dan memelihara jangan sampai
"Gereja" ikut berenang dan bersenang-senang di dalam kolam dan lumpur dosa
tersebut. Semua orang dipanggil masuk ke dalamnya untuk melanjutkan misi
Kristus mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini secara konkrit.
Gereja harus solider dengan semua orang untuk membawa kebaikan dan
kebenaran sehingga kebaikan dan kebenaran menang atas kejahatan. Cinta kasih
akan Allah dan sesama manusia mendasari seluruh kegiatan dan hidup, sehingga
manusia tidak mengalami tekanan, penderitaan dan penindasan. Ini berarti bahwa
kepemimpinan di Gereja adalah kepemimpinan Kristokrasi – kepemimpinan
Yesus Kristus, Raja dan Kepala Gereja, yang seharusnya dilaksanakan
berdasarkan pola kepemimpinan Yesus Kristus, tanpa melupakan Tata Gereja
serta peraturan-peraturan pelaksanaannya yang telah disepakati bersama sebagai
alat pengontrol "lalu lintas" kehidupan dalam organisasi gerejawi
Gereja adalah kumpulan umat yang dipanggil oleh Allah dan telah mempunyai
iman kepercayaan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juru selamat manusia
satu satunya melalui kematiannya, kebangkitannya.
Tujuan gereja sendiri adalah untuk membentuk persekutuan umat Allah,
memuliakan Allah melalui ibadah, mendewasakan umat Allah melalui
pengajaran-Nya yang bersumber dari Firman Tuhan dan tugas penginjilan ke
seluruh dunia sehingga semakin banyak orang yang terpanggil sebagai umat Allah
1
C. HAKIKAT GEREJA
“Ecclesia“. Kata ecclesia dalam Bahasa Yunani ini memiliki arti ‘kumpulan’,
‘pertemuan’, ‘rapat’, namun tidak semata-mata sebagai sebuah kumpulan umat
yang biasa. kumpulan umat yang disebut Gereja ini merupakan kelompok Khusus.
Hingga pada akhirnya kata ‘Ecclesia’, ‘Igreja’, ‘Gereja’ ini dimaknai sebagai
kumpulan umat yang secara khusus mendapat panggilan dari Allah.
1
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna," (Roma 12:2). Gereja perlu
melihat dirinya sendiri sebagai agen Allah untuk mengakhiri ketidakadilan dan
membawa keadilan sosial ke dalam dunia. Tetapi Gereja tidak boleh memakai
kekerasan, fitnah, dusta, penipuan, ketidaksopanan atau yang sejenis itu di
dalam menegakkan keadilan. Ketika salah seorang muridNya menghunus
pedang, ketika Yesus ditangkap di taman Getsemani, Yesus berkata:
"Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya..." (Matius 26:52). Pernah
pula Yesus mengajar: "...siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga
kepadanya pipi kirimu," (Matius 5:39).
4. Bentuk keprihatinan sosial dalam persekutuan messianis adalah pengabdian
dalam arti yang asli dan yang sebenarnya, yakni "menjadi hamba" seperti
halnya Yesus Kristus, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba," (Filipi 2:6-7).
D. KARAKTER GEREJA
John Calvin menyebutkan dua tanda dari Gereja sejati, yaitu pemberitaan
firman Tuhan dan pelaksanaan sakramen. Beberapa kredo Reformed kemudian
menambahkan satu tanda lagi, yaitu disiplin gereja.
Perbedaan ini tidak berarti bahwa Calvin mengabaikan disiplin, sebaliknya,
Calvin sangat menekankan hal ini. Hanya, dia tidak menganggap point ini sebagai
salah satu tanda sejati dari gereja. Ada 7 Karakteristik gereja :
2. adanya hiraraki yang jelas di dalam gereja. Kitab suci mengajarkan bahwa
1
Allah adalah Kepala dari semua, yang telah memberikan kepada AnakNya
kedudukan sebagai pemimpin (headship) atas gereja (Ef 1:20-23). Saat ini Kristus
bekerja di dalam gereja melalui pelayanan Roh Kudus (Yoh 14:18,26). Ia bekerja
melalui para rasul (Ef 2:20) dan pemimpin gereja selanjutnya (Ef 4:11-12) untuk
menjalankan kepemimpinan di dalam gereja dan memperlengkapi jemaat bagi
pekerjaan pelayanan bagi pembangunan tubuhNya. Perjanjian Baru menyebutkan
bahwa gereja memiliki dua pejabat gereja yang ditahbiskan yaitu Penatua dan
Diakon (Flp 1:1).
4. Kitab Suci harus menjadi otoritas utama bagi iman dan praktik kehidupan
Jemaat. Rasul Paulus menasihati Titus demikian “Tetapi engkau, beritakanlah apa
yang sesuai dengan ajaran yang sehat” (Tit 2:1). Selanjutnya Rasul Paulus
menghubungkannya ajarah sehat dengan praktek kehidupan sehari-hari (Tit 2:1-
14). Ajaran sehat adalah doktrin atau (didaskalia). Kata ini berkaitan dengan apa
yang diajarkan. Ajaran sehat akan memelihara orang percaya agar tetap sehat dan
terhindar dari kekeliruan. Doktrin yang sehat menghasilkan pertumbuhan dan
paktek kehidupan kudus dan berkenan kepada Allah.
1
6. Melaksanakan dua ordinansi. Kedua ordinansi (atau sakramen) tersebut adalah
baptisan air dan perjamuan kudus. Walaupun kedua ordinansi ini tidak
dimaksudkan untuk mendatangkan keselamatan atau anugerah tetapi kedua
peraturan ini ditetapkan oleh Kristus agar dilaksanakan oleh gereja (Mat 28:19; 1
Kor11:23-26).
E. PERANAN GEREJA
Peran gereja dalam tugasnya sebagai pelayan allah dalam KBBI, kata
peranan memiliki arti yaitu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa. Sebagai Pelayan berarti tidak memerintah tetapi melayani, karena di
1
dalam gereja tidak ada istilah pendetakrasi, penatuakrasi atau majeliskrasi
melainkan kristokrasi. Tugas yang diberikan adalah melayani dan melayani adalah
kebalikan dari memerintah (Mat. 20:20-28; Mrk. 10:35-45). Pada waktu Yesus
memerintah dibuat oleh orang-orang Farisi, Ia menghendaki supaya murid-murid-
Nya berbuat lain daripada yang dibuat oleh orang-orang Farisi. Ia melarang
mereka untuk menyebut seorang dari mereka “guru”, karena mereka hanya
mempunyai satu Rabbi saja dan mereka semua adalah saudara (bnd. Mat. 23:8).
Dengan demikian, sebagai pelayan ditengah-tengah gereja, kita harus mampu
memberikan suatu keputusan, tetapi bukan atas prinsip dan kemauan sendiri,
melainkan dengan kehendak Yesus yang sesuai dengan Firman Tuhan (wibawa
pelayan itu).
Kata SAKSI memiliki dua arti: Orang yang melihat atau mengetahui sendiri
suatu peristiwa atau kejadian. Orang yang dimintai hadir pada suatu peristiwa
untuk mengetahuinya agar suatu ketika apabila diperlukan dapat memberi
keterangan yang membenarkan bahwa peristiwa tersebut sungguh-sungguh
terjadi.
Dari kedua arti di atas, kita dapat disimpulkan bahwa saksi selalu menunjuk
pada personal/pribadi seseorang yang mengetahui atau mengalami dan
mampu memberikan keterangan yang benar.
1
3. Diakonia (melayani); merupakan tugas gereja untuk melayani siapapun yang
ingin datang kepada Allah. Gereja harus memberikan teladan untuk melayani,
karena Yesus sebelumnya sudah melayani kita terlebih dahulu.
1. Bersikap sebagai Pelayan
3. Kerendahan Hati
Seperti Kristus, gereja pun hendaknya melihat diri sebagai hamba yang tak
berguna (Lukas 17: 10)
1
Bentuk-Bentuk Pelayanan
BAB III
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Gereja adalah kumpulan umat yang dipanggil oleh Allah dan telah
mempunyai iman kepercayaan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan juru
selamat manusia satu satunya melalui kematiannya, kebangkitannya.
1
seluruh dunia sehingga semakin banyak orang yang terpanggil sebagai umat
Allah.
E. SARAN
1
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/
bambangherut0m0b711/5cbf1c9095760e237253fd97/gereja-arti-dan-tujuan-
menurut-alkitab?page=all&page_images=1
http://a3l-misipenginjilan.blogspot.com/2012/10/tugas-dan-tanggung-jawab-
gereja-bagi.html?m=1
https://brainly.co.id/tugas/26892849
Sejarah gereja, Dr. H. Berkhof. Dr. I. H. Enklaar
1
Aku dan BNKP sebuah renungan. Pdt. Serius T. Lase, MTH