Anda di halaman 1dari 22

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Dosen pengasuh : Pdt. Em. Agustina Manik, M.Th

Nama : Eka Inrawati Taek

Nim : 22110014

Kelas :A

Semester :I

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA


KUPANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN AGAMA

2022/2023
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
BAB III KESIMPULAN......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah Gereja di Abad Pertama

SEJARAH – Pada tahap awal, agama Yahudi yang paling besar


mempengaruhi kehidupan gereja. Sebagaimana diketahui pada abad pertama
Masehi bangsa hidup terserak di wilayah kekaisaran Romawi dan di luar wilayah
tersebut. Yang tinggal di Palestina hanya sekitar 1 juta orang. Hubungan orang
Yahudi dengan bangsa-bangsa lain waktu itu kurang harmonis. Ketaatan orang-
orang Yahudi kepada Taurat menyebabkan mereka harus hidup terasing dari
orang-orang di sekitarnya. Orang-orang Yahudi menganggap di luar agama
mereka sebagai agama politheis. Walau demikian, banyak juga orang yang bukan
Yahudi justru tertarik kepada agama Yahudi yang monotheistis. Mereka yang
memeluk agama Yahudi tersebut disebut orang-orang proselit.

Gereja Berada Dalam Pemerintahan Romawi

Wilayah kekaisaran Romawi mulai selat Gibraltar sampai sungai Frat, dan
dari tanah Mesir sampai Inggris. Bahasa yang digunakan sebagai bahasa
pergaulan, yaitu bahasa Yunani yang pada zaman itu disebut bahasa Koine. Dalam
wilayah agama Romawi yang luas itu terdapat sejumlah besar agama suku.
Namun banyak orang tidak puas lagi dengan agama-agama yang lama dan mereka
mencari jalan keselamatan dalam berbagai macam kepercayaan. Banyak juga
yang memeluk agama Yahudi. Di Mesopotamia terdapat agama Babilonia dengan
kepercayaannya kepada pengaruh takdir atas kehidupan manusia. Di daerah Iran
terdapat agama Zoroaster yang oleh raja-raja Persia sesudah tahun 225 dijadikan
agama Negara. Dari sudut kebudayaan yang paling menonjol adalah kebudayaan
Hellenisme. Kebudayaan ini meneruskan kebudayaan Yunani dari zaman
kejayaan kota Atena (abad 5 dan 3 sM). Selain itu ada upaya untuk mengawinkan
agama Yahudi dengan Hellenisme, misalnya Philo dari Alexandria tahun 40.

1
Filsafat zaman Yunani-Romawi berusaha memberi pegangan baru kepada
manusia. Salah satu filsafat Yunani yang berpengaruh adalah filsafat Platonisme.
Aliran ini berasal dari Plato (375 SM). Pada abad III aliran ini mendapat bentuk
yang baru dalam filsafat Platonis, yang diberi nama “Neo-Platonisme”. Ciri-ciri
utama filsafat Platonisme adalah bahwa Allah berada jauh tak terhingga di atas
dunia dan manusia. Tentang Dia tidak dapat diungkapkan dengan apapun: Ia tidak
bergerak, tidak bertindak, tidak memperkenalkan diri, tidak mempunyai nama.
Tetapi dari padaNya mengalir Nous (= roh, pemikiran). Selain itu juga mengalir
Logos (= firman) yang menyatakan Nous Allah di dalam roh manusia dan dalam
tata-tertib dunia ini. Nous dan Logos merupakan pengantara antara Allah dengan
manusia serta dunia. Mereka bersifat ilahi, tetapi kadar “keilahiannya” tidak
sampai kepada kesempurnaan mutlak. Jadi dalam filsafat ini hakikat Allah
dipahami secara bertingkat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui situasi gereja pada abad pertama
2. Untuk mengetahui persoalan gereja
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan situasi gereja pada abad pertama
2. Mendeskripsikan persoalan gereja pada abad pertama
1.4 Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui situasi gereja pada abad pertama dan persoalan gereja yang
dihadapi pada abad pertama

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Abad Pertama Sejarah Gereja

Dalam perkembangan ajarannya, gereja akhirnya menyadari bahwa


ketaatan kepada hukum Taurat tidak boleh lagi dianggap sebagai syarat mutlak
untuk memperoleh keselamatan. Pemahaman itu menyebabkan gereja tidak lagi
membatasi dirinya kepada orang-orang Yahudi. Gereja meluas dan masuk di
tengah-tengah dunia orang bukan Yahudi. Jadi sebelum itu orang Kristen pertama
terdiri orang-orang Yahudi, yang mana mereka tetap mengunjungi Bait Allah
serta sinogoge, dan mereka mentaati hukum Taurat. Ketika gereja dapat berhasil
berkembang ke dalam dunia orang kafir, gereja menghadapi persoalan teologis.
Bagaimana dengan orang-orang Kristen bukan Yahudi itu? Orang-orang Kristen
mentaati hukum Taurat. Apakah orang-orang Kristen bukan Yahudi juga harus
mentaati hukum Taurat? Dalam hal ini sikap Paulus sangat tegas, bahwa tidak
perlu bagi orang-orang Kristen untuk mentaati hukum Taurat sebagai syarat untuk
memperoleh keselamatan. Tetapi banyak orang Kristen-Yahudi yang tetap
mempertahankan Taurat sebagai syarat keselamatan (Gal 2-3) sebagai syarat
keselamatan. Kelompok ini disebut sebagai orang-orang Yudais.

Pada awal perkembangan gereja, salah satu pusat PI yang utama adalah
Antiokhia. Di sini pertama kali muncul jemaat yang terdiri dari orang-orang kafir
(Kis. 11:20). Jemaat ini dipakai Tuhan sebagai alat untuk membawa Injil ke
daerah-daerah yang lebih jauh. Utusan jemaat Antiokhia yang terkenal adalah
Paulus. Ia mengabarkan Injil di wilayah Asia Kecil (sekarang Turki) dan di
Yunani (45-57). Pengaruh agama Kristen yang paling besar adalah Asia Kecil.
Bila PI tidak mudah bergerak ke Timur. Sebab orang menghadapi rintangan
berupa tapal batas antara kekaisaran Romawi dan kerajaan Persia. Kedua Negara
ini saling berperang. Selain itu bahasa Yunani jarang dipakai di Timur, dan
kebudayaan Hellenisme kurang berpengaruh di Timur.

3
Cara pengungkapan iman Kristen pada abad II menggunakan Didache (=
pengajaran). Salah satu tulisan yang terkenal sesudah zaman para rasul adalah
Didache yang ditulis di Siria (tahun 100). Kitab ini singkat seperti surat Yakobus.
Isi kitab Didache adalah pembaca dihadapkan pilihan jalan kehidupan dan jalan
maut. Juga berisi kebiasaan-kebiasaan berpuasa, berdoa, ibadah khususnya
perayaan sakramen-sakramen, dan tata-gereja). Dalam kitab Didache, agama
Yahudi dan kebiasaan-kebiasaan orang Yahudi ditolak dengan keras, sedangkan
corak pemikiran dan inti agama Yahudi tetap dipertahankan. Selain Didache
terdapat pula surat-surat yang ditulis oleh Bapa-bapa gereja, seperti Ignatius
(tahun 110). Ia menulis 7 surat kepada beberapa jemaat di Asia Kecil bagian Barat
dan kepada jemaat di Roma. Juga terdapat surat dari Yustinus Martir (tahun 165).
Dari ajarannya, Yustinus Martir sangat dipengaruhi oleh filsafat Stoa tentang
konsep Logos, sehingga Yesus dipandang sebagai mediator Ilahi yaitu menjadi
pengantara antara Allah dan dunia. Karena itu Kristus berada di bawah Allah.
Selain itu terdapat tokoh bernama Bardaisan (tahun 154-222) yang dahulu seorang
bangsawan dari Edessa. Ia sangat terpengaruh oleh astrologi (ilmu nujum) dari
Babilonia kuno yang percaya bahwa bintang-bintang mempengaruhi kehidupan
manusia. Setelah menjadi Kristen, Bardaisan merumuskan jawabannya dalam
bukunya yang berjudul “Takdir”. Walau ia percaya pada pengaruh bintang, tetapi
ia juga menekankan sikap manusia yang menentukan.

Pada zaman PB telah tersusun konsep Tata-Gereja. Di setiap jemaat


terdapat penatua (presbuteroi). Dari antara mereka dipilih para penilik (episkopoi)
yang dibantu oleh Diaken-Diaken (diakonoi). Di samping itu terdapat pula
pengajar dan nabi. Mereka tidak dipilih tetapi dihormati karena memiliki karunia-
karunia Roh yang dianugerahkan. Tampaknya golongan ini sangat berpengaruh.
Semula dalam gereja awal tidak terdapat perbedaan tingkat, tetapi sekitar tahun
100 para “penilik” mulai menganggap para pelayan yang lain sebagai
bawahannya. Karena itu kemudian ditetapkan suatu hirarkhi (urutan pangkat):
penilik-penatua-diaken. Kemudian agar lebih praktis, pimpinan dilaksanakan oleh
satu orang, maka mulailah lazim ada satu Penilik untuk seluruh jemaat. Kelak

4
jabatan Penilik ini berubah menjadi Uskup. Sehingga Uskuplah yang berkuasa
dalam jemaat bagai seorang raja dalam wilayah kerajaannya. Bila timbul masalah
berat, para Uskup dari tiap-tiap jemaat tersebut berkumpul dalam rapat sinode.

Sinode pertama dari para Uskup diadakan tahun 180. Dalam sistem ini di
mana Uskup-Uskup bersama-sama berkuasa dalam gereja disebut dengan
“Episkopalisme”. Sistem pemerintahan gereja ini masih terdapat dalam gereja
Orthodoks-Timur (di Rusia dan Eropa Tenggara) dan dalam Gereja Anglikan.
Mula-mula gereja di Eropa Barat memakai sistem Episkopal, tetapi Uskup Roma
yang disebut Paus mengklaim memiliki seluruh kekuasaan, sehingga ia
memerintah atas Gereja Katolik Roma.

Tantangan Gnostik dan Sikap Gereja

Kata “gnostik” berasal dari kata Yunani “gnosis” = pengetahuan. Mereka


merasa memiliki pengetahuan baru dan jauh lebih tinggi dari iman Kristen.
Mereka beranggapan bahwa dunia yang penuh penderitaan ini tidak mungkin
berasal ciptaan Allah yang baik. Tubuh dipandang sebagai yang hina dan kotor.
Karena itu Kristus datang ke dunia bukan untuk menebus tubuh manusia, tetapi
jiwa manusia yang dahulu adalah suci. Karena itu pula Yesus dianggap hanya
memiliki tubuh maya, bukan tubuh yang sesungguhnya. Yesus tidak mati
sungguh-sungguh di kayu salib. Ia menebus manusia bukan dengan kematianNya,
tetapi dengan pengajaranNya. Untuk selamat manusia harus melakukan askese
dan mistik, yaitu usaha untuk membuka hubungan yang langsung dengan Allah
dan jiwa yang bersifat ilahi itu. Orang-orang Gnostik ini menyusun beberapa
“Injil” antara lain “Injil Thomas”. Di dalamnya terdapat kata-kata Yesus yang asli,
tetapi kemudian kata-kata Yesus diolah sedemikian rupa untuk membenarkan
ajaran/pandangan Gnostik. Tentunya bagi gereja, Gnostik merupakan tantangan
yang sangat berat. Itu sebabnya dalam surat-surat rasul Paulus, bahkan Injil
Yohanes kita dapat melihat pergulatan tersebut.

Untuk melawan ajaran Gnostik itu para bapa gereja mendirikan 3 strategi,
yaitu membuat kanon Alkitab, Pengakuan Iman, dan Uskup. Dalam penyunanan

5
Kanon (= ukuran, patokan) gereja sudah memiliki PL. Karena itu gereja tidak
membuang PL untuk menyatakan kebenaran Allah. Injil dan surat-surat para rasul
dinyatakan sebagai firman Allah. Untuk itu gereja harus membuat pilihan, kitab
atau surat yang manakah benar-benar berasal dari murid Tuhan. Pada tahun 200
telah tersusun daftar PB sebagai kanon. Selain itu gereja juga membuat ringkasan
pokok-pokok kepercayaan yang menjadi pegangan jemaat. Pengakuan iman yang
tertua: “Yesus adalah Tuhan” (I Kor. 12:3). Kemudian pengakuan itu berkembang
menjadi Pengakuan Iman Rasuli.

Soal Uskup menjadi penting peranannya karena ia dianggap berwenang


mengartikan ajaran Alkitab. Sebab mereka dipandang sebagai pengganti para
rasul. Uskup-uskup inilah yang kemudian meneruskan ajaran iman Kristen kepada
jemaat. Hanya kemudian timbul persoalan: siapa yang berkuasa: Kanon Alkitab
ataukah Uskup? Gereja Roma menganggap Uskup Roma yaitu Paus sebagai
pengganti rasul Petrus sehingga Paus memiliki wewenang untuk menafsirkan
Alkitab. Reformasi abad XVI memprotes anggapan tersebut. Reformasi
menegaskan bahwa penahbisan para pejabat gereja tidak terlepas dari firman
Allah. Pandangan gereja-gereja Reformatoris tersebut tidak diterima oleh gereja
Katolik Roma, gereja Orthodoks Timur dan Anglikan yang berpegang pada
pewarisan jabatan rasul-rasul selaku dasar kekuasaan jabatan.

Dengan ketiga “benteng” tersebut (kanon, pengakuan iman, uskup) dalam


perkembangannya gereja merasa sudah “establish”, sehingga banyak orang
Kristen tidak memiliki kerinduan akan kedatangan Tuhan Yesus seperti zaman
para rasul. Karena itu muncullah gerakan Montanisme. Dalam ajaran Montanisme
menekankan: harapan lama akan kedatangan Tuhan kembali, karunia-karunia
Roh, disiplin gerejawi yang keras. Dalam hal ini Montanus (tahun 160)
menyatakan bahwa di dalam dirinya sudah datang Roh Penolong yang dijanjikan
oleh Yesus (Yoh. 14:6, 26). Dua wanita yang mendampinginya. Isi pernyataan
mereka disampaikan dalam bahasa lidah, yang isinya bahwa akhir dunia sudah
sampai. Karena itu jangan lagi kawin, tetapi berpuasalah dan tinggalkanlah dunia
untuk berkumpul di Pepuza (sebuah desa di Asia Kecil) karena di sana Tuhan

6
akan segera mendirikan Yerusalem yang baru. Orang berbondong-bondong
datang sesudah menjual segala harta-bendanya. Mereka rajin mencatat
pernyataan-pernyataan dari mulut pemimpin mereka dan menganggap setara
dengan Alkitab. Tetapi ternyata pada hari yang ditentukan hari Tuhan tidak
datang. Walau demikian, gerakan Montanisme tetap hidup dan tersebar ke
berbagai propinsi. Gerakan ini bertahan sampai abab IV, lalu hilang. Tetapi di
kemudian hari timbul kembali.

Penganiayaan dan Penghormatan

Semula gereja dianiaya, dihambat dan secara sistematis berusaha


dihancurkan sampai tahun 250. Saat itu Negara mengambil inisiatif untuk secara
sistematis memusnahkan agama Kristen. Dalam hal ini kaisar Decius (250) dan
kaisar Diocletianus (300) adalah para tokoh yang sangat membenci agama
Kristen. Tetapi keadaan berubah sejak kaisar Konstantinus Agung (312-337)
dengan mengeluarkan edit Milano (313). Sikap Konstantinus berubah ketika
sebelum melakukan pertempuran untuk merebut takhta di Roma (312) ia melihat
sinar terang dalam bentuk salib di langit, disertai perkataan: “dengan tanda ini
engkau akan menang”. Sesudah berhasil merebut takhta, maka pada tahun 313 ia
mengumumkan gereja memperoleh kebebasan penuh. Malahan semua milik
gereja yang telah dirampas selama penghambatan harus dikembalikan. Pada
waktu pengumuman edik Milano tersebut, Konstantinus belum menjadi Kristen.
Dalam perkembangannya gereja mulai dianakemaskan. Negara memberi banyak
uang untuk mendirikan gedung-gedung gereja yang baru. Selain itu Negara juga
memaksa semua anggota sekte Kristen untuk masuk menjadi anggota gereja. Pada
tahun 380 kaisar Theodosius mengeluarkan peraturan bahwa segenap rakyat harus
menganut agama Kristen, yaitu agama Kristen Orthodoks. Walau di sisi lain para
kaisar mendukung gereja, tetapi pada sisi lain mereka juga ingin memperoleh
pengaruh dari gereja. Mereka berusaha agar para Uskup yang dipilih adalah
mereka yang memihak kepada pemerintah. Gereja harus mengutuk musuh-musuh
kaisar. Apabila terjadi persoalan dalam gereja, kaisar ikut campur dan dapat
membuang tokoh-tokoh yang tidak disukai. Dengan keadaan itu gereja menjadi

7
kaya raya dan jumlah orang Kristen menjadi melonjak drastis. Keadaan itu tidak
membuat banyak orang Kristen puas, karena itu mereka memilih pergi hidup
menyendiri untuk beraskese. Mereka prihatin karena banyak orang Kristen
mengabaikan hidup penyangkalan diri sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan
Yesus. Karena itu lahirlah biara dalam kehidupan gereja.

Sejarah Gereja: Pembelajaran dari Gereja Mula-mula

Sejarah dapat mengajarkan begitu banyak hal kepada manusia, baik


melalui hal-hal baik dan indah maupun tidak baik dan bencana sekalipun. Ada
satu macam sejarah yang sangat penting yang harus dipelajari oleh seluruh umat
Tuhan, yaitu sejarah Gereja. Melalui sejarah Gereja, Allah menyatakan diri
sebagai Allah yang memegang kuasa atas seluruh sejarah. Di dalam artikel ini,
kita akan melihat apa yang diajarkan oleh sejarah Gereja pada abad pertama.

Gereja Didirikan oleh Yesus Kristus

Banyak hal yang terjadi dalam sejarah Gereja pada abad pertama. Namun
sebelum membahas hal itu, kita harus mengingat kembali awal mulanya Gereja
berdiri. Ketika membaca Alkitab, kita menemukan bahwa Tuhan Yesus
mengatakan, “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas
batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan
menguasainya” (Mat. 16:18). Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya di dunia ini
dan mengatakan bahwa alam maut tidak akan menguasainya. Apakah arti
perkataan Tuhan Yesus ini? Hal ini adalah jaminan yang diberikan kepada Gereja-
Nya dan memang jaminan ini sudah dibuktikan kebenarannya di sepanjang
sejarah Gereja pada satu abad pertama. Begitu banyak hal yang terjadi dan kalau
dilihat dari kacamata dunia, seharusnya Gereja tidak dapat bertahan sama sekali.

Dikatakan bahwa Gereja pada abad pertama berdiri menghadapi begitu


banyak tantangan, yaitu serangan dari ajaran-ajaran sesat yang menyusup ke
dalam Gereja, penolakan-penolakan dari agama-agama lain, perpecahan di dalam
Gereja sendiri, dan tekanan serta penganiayaan dari politik atau negara. Namun
sejarah mencatat bahwa ketika Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus

8
mengalami tantangan-tantangan ini, Gereja terus dipelihara oleh Tuhan sendiri
sehingga bukan saja bisa bertahan tetapi malah berkembang dengan pesat. Apakah
yang menyebabkan hal ini bisa terjadi? Orang dunia banyak menanyakan apa
rahasia di balik hal ini? Mari kita mempelajarinya dengan saksama sehingga kita,
sebagai Gereja di abad ke-21, juga dapat meneruskan perjuangan Gereja yang
sudah dimulai dengan sangat baik di dalam pemeliharaan Tuhan. Hal ini
diperlukan demi melanjutkan sejarah Gereja sampai pada generasi yang akan
datang sehingga kita dipakai Tuhan menjadi mata rantai yang meneruskan
pekerjaan Tuhan melalui Gereja-Nya dan bukan menjadi pemutus rantai sejarah
Gereja Tuhan.

Gereja pada Abad Pertama

Gereja pada abad pertama biasa disebut sebagai Gereja pada zaman rasul-
rasul (apostolic age). Hal ini dimulai dari hari Pentakosta (setelah kenaikan Tuhan
Yesus) sampai pada kematian rasul terakhir yaitu Rasul Yohanes. Periode
Apostolik ini berlangsung kurang lebih 70 tahun, dari kira-kira tahun 30-100 M.
Tempat berlangsungnya adalah di tanah Palestina dan secara bertahap meluas ke
daerah Siria, Asia Minor, Yunani, dan Italia dengan gereja yang pusat terdapat di
kota Yerusalem, Antiokhia, dan Roma. Perkembangan Gereja ini merupakan hasil
perjuangan para rasul yang diwakili oleh Rasul Petrus yang banyak
mempertobatkan orang Yahudi dan Rasul Paulus yang banyak mempertobatkan
orang-orang non-Yahudi. Rasul-rasul lain pun tentu saja turut berbagian dalam
memberitakan Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia.

Namun di tengah-tengah kisah perkembangan Gereja Mula-mula ini, ada


beberapa hal yang disayangkan terjadi seperti perpecahan di dalam gereja di
Korintus. Hal ini terjadi karena adanya beberapa orang yang mengagung-
agungkan orang-orang yang memberitakan Injil dan melayani jemaat di sana
sehingga muncul golongan-golongan di antara jemaat. Selain itu, Gereja juga
mengalami serangan dari ajaran-ajaran sesat yang menyusup ke dalam Gereja.
Paulus dan Yohanes adalah rasul yang dengan sangat jelas berjuang melawan

9
ajaran sesat ini. Paulus mencatat hal ini di dalam suratnya kepada jemaat Galatia
yang mencampuradukkan Injil Yesus Kristus dengan tradisi Yahudi. Sedangkan
Rasul Yohanes berperang melawan ajaran Gnostik yang mulai muncul di akhir
abad pertama. Selain itu Gereja juga mengalami penolakan dari agama-agama lain
yang sudah ada pada zaman itu. Namun, satu tantangan yang sangat berpengaruh
terhadap Gereja adalah tekanan dan penganiayaan dari politik.

Di dalam Kisah Para Rasul, kita melihat bahwa para rasul sering kali
diadili secara tidak adil, dihukum penjara, cambuk, dan sebagainya. Dicatat mulai
dari pasal 5 bahwa para pemimpin agama Yahudi merasa iri dengan
perkembangan kekristenan saat itu dan akhirnya memasukkan rasul-rasul ke
penjara. Ini diperkirakan terjadi pada tahun 30-40 M. Dimulai dari periode inilah
penganiayaan kepada Gereja Mula-mula banyak sekali terjadi. Para rasul adalah
sekelompok orang Kristen yang mengalami penganiayaan terlebih dahulu. Kira-
kira sepuluh tahun kemudian baru dimulailah penganiayaan terhadap jemaat
Kristen. Mari kita melihat hal ini dengan lebih mendetail.

Penganiayaan terhadap para pengikut Yesus diawali dengan pembunuhan


Stefanus yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 7. Ia memberitakan Injil kepada
orang Yahudi dan dituduh mengajarkan ajaran sesat sehingga ia dibawa ke
hadapan imam besar dan dihakimi. Setelah memberikan pembelaan diri berupa
pesan Injil Yesus Kristus, para pemimpin agama Yahudi merasa tertusuk hatinya
dan akhirnya menjatuhkan kepadanya hukuman mati dengan cara dirajam dengan
batu. Menurut cerita yang diturunkan melalui tradisi oral, pada saat itu Stefanus
dibawa ke luar kota, dimasukkan ke dalam lubang yang sudah digali di tanah dan
kepalanya dibiarkan di atas lubang tersebut dan ia dirajam dengan batu sampai
mati. Hal ini terjadi delapan tahun setelah Kristus disalibkan (±35 M). Ia adalah
martir pertama yang dengan berani terus bersaksi mengenai Injil. Setelah
kematian Stefanus inilah orang-orang Yahudi menganiaya jemaat Kristen yang
ada di Yerusalem dan menyebabkan banyak dari jemaat tersebut tersebar ke
Yudea dan Samaria (Kis. 8:1).

10
Setelah Stefanus, Rasul Yakobus anak Zebedeus dicatat menjadi martir
pada zaman pemerintahan Raja Herodes Agrippa I di sekitar tahun 44 M. Ia
adalah rasul pertama yang menjadi martir dan ia mati dipenggal kepalanya
bersama dengan seorang yang menangkapnya. Orang ini melihat keberanian Rasul
Yakobus berjalan ke tempat eksekusi dan mendengarkan Injil yang diberitakan
oleh Rasul Yakobus sehingga ia bertobat dan akhirnya mati dipenggal bersama
dengan Rasul Yakobus. Pada saat yang sama, dua dari tujuh diaken, yaitu Timon
dan Parmenas dari Filipi dan Makedonia juga mati dibunuh oleh karena iman
mereka kepada Tuhan Yesus. Sepuluh tahun kemudian (54 M) Filipus pun mati
martir setelah dipenjara dan dicambuk. Akhirnya ia disalibkan di Hierapolis,
Frigia.

Rasul Tomas dicatat kemungkinan pergi ke India dan mendirikan jemaat


di sana. Dari pencatatan sejarah, ia dihukum mati oleh penduduk lokal sekitar
pertengahan abad pertama. Orang kafir menjadi marah dan menusuk Rasul Tomas
dengan tombak dan melemparkannya ke dalam nyala api oven. Bersamaan dengan
itu, Rasul Matius yang pergi ke Etiopia pun juga mati martir. Rasul Matius
dihukum mati setelah melayani kurang lebih lima tahun dengan badannya
direbahkan ke tanah dan akhirnya dipancung kepalanya di kota Nadabah atau
Naddayar (60 M). Lalu Yakobus, adik Tuhan Yesus (yang menulis surat
Yakobus), dicatat mati martir pada tahun 66 M. Setelah imam besar Ananus
menghakimi Yakobus, ia menjatuhkan hukuman mati, namun pencatatan sejarah
menyatakan cara kematiannya kurang jelas. Ada yang mencatat bahwa ia dirajam
batu hingga mati, ada juga yang mengatakan bahwa ia dilempar dari menara Bait
Allah namun masih belum juga mati sehingga akhirnya dipukul kepalanya dengan
pentung besi.

Rasul Andreas, saudara Petrus, yang pergi mengabarkan Injil ke daerah


Asia Minor, mati martir di Edessa dengan cara disalibkan pada kayu salib yang
berbentuk X yang kemudian dikenal dengan Salib Santo Andreas. Markus dicatat
mati martir ketika ia berbicara menentang perayaan Serapis orang Alexandria, dan
menurut tradisi ia mati dengan cara diseret sampai tubuhnya terkoyak-koyak.

11
Rasul Petrus dicatat mati martir di Roma pada zaman Nero dengan cara disalib
terbalik karena ia merasa tidak layak disalibkan dengan cara yang sama dengan
Tuhannya. Kisah ini dapat dilihat juga dalam film Quo Vadis. Rasul Paulus yang
sudah dipenjara berkali-kali akhirnya dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan
melawan kaisar. Ia dibawa ke tiang eksekusi dan dipancung kepalanya pada tahun
66 M, tepat empat tahun sebelum Yerusalem jatuh dan Bait Allah dihancurkan.
Yudas, saudara Tuhan Yesus, juga mati martir dengan cara disalibkan di Edessa,
Mesopotamia, sekitar tahun 72 M.

Bartolomeus dicatat pergi berkhotbah di beberapa negara di Asia,


kemudian ia dikatakan menerjemahkan Injil Matius ke dalam bahasa India Timur
dan mengajarkannya di sana. Musuh-musuhnya dengan kejam memukuli dia dan
akhirnya ia mati disalibkan. Lukas yang setia mengikuti Rasul Paulus dalam
perjalanan misinya, pergi memberitakan Injil setelah Paulus dijatuhi hukuman
mati. Dicatat bahwa ia melayani Tuhan tanpa gangguan karena ia tidak memiliki
istri atau anak, dan pada saat berusia 84 tahun ia jatuh tertidur di Boeatia, penuh
dengan Roh Kudus. Tetapi ada catatan lain yang mengatakan bahwa ia pergi ke
Yunani dan memberitakan Injil di sana. Ia mati martir dengan digantung pada
pohon zaitun di Atena pada tahun 93 M. Penganiayaan terhadap Gereja bukan
hanya terjadi kepada para rasul, tetapi juga kepada jemaat awam. Mulai dari
jemaat di Yerusalem seperti yang dicatat di Kisah Para Rasul 8:1, sampai pada
penganiayaan yang terjadi di bawah pemerintahan Nero. Jemaat di Yerusalem
mendapatkan penyesahan yang tidak habis-habis oleh para pemimpin agama
Yahudi. Bahkan sebelum bertobat, Rasul Paulus pun banyak menganiaya bahkan
membunuh orang Kristen. Memang tidak banyak catatan yang menjelaskan
mengenai hal ini dengan jelas. Namun penganiayaan terhadap jemaat Kristen
sangat jelas dicatat dalam zaman pemerintahan Nero.

Ia menganiaya orang Kristen dengan sangat kejam. Bahkan dikatakan


bahwa Nero adalah orang gila yang diilhami imajinasi Iblis yang menganiaya

12
orang Kristen. Ketika kota Roma dilalap api yang dinyalakan oleh Nero sendiri,
orang-orang di kota itu mempersalahkan Nero sebagai pelaku pembakaran
tersebut. Tetapi Nero malah mempersalahkan sekelompok orang Kristen di kota
Roma, sehingga kemarahan orang Roma ditimpakan kepada orang Kristen yang
pada waktu itu sudah diketahui oleh Nero bahwa mereka pasti tidak bisa apa-apa.
Orang-orang Kristen disalibkan untuk mengajukan penghinaan kepada Kristus
yang juga mati disalib. Bahkan banyak yang disiksa dengan cara dijahit kepada
kulit binatang buas dan dirobek-robek oleh anjing ganas. Lalu orang Kristen
diberikan pakaian yang sudah dibalut lilin dan kemudian diikat pada tiang di
kebun Nero serta dibakar untuk menjadi obor penerang dalam pesta yang Nero
adakan. Kadang mereka diikat dan dibakar untuk menjadi lampu penerang pada
jalan-jalan di kota Roma.

Masih banyak hal yang begitu mengerikan terjadi kepada orang Kristen
pada abad pertama. Namun artikel ini tidak akan dapat memuat seluruhnya. Fokus
dari pembahasan mengenai sejarah Gereja abad pertama ini adalah menganalisis
mengapa di tengah tantangan yang ada dan begitu menekan, kekristenan bukan
hanya dapat bertahan tetapi justru berkembang dan bertumbuh dengan demikian
cepat sehingga tidak ada suatu apa pun yang dapat menahannya. Mari kita
mengingat bahwa Gereja didirikan oleh Tuhan.

Gereja diberikan suatu jaminan oleh Tuhan Yesus bahwa bahkan alam
maut tidak akan menguasainya. Kita melihat memang demikian yang terjadi pada
Gereja di abad pertama, bahkan ketika begitu banyak orang mati menjadi martir,
kekristenan justru semakin kuat dan membangkitkan semangat orang-orang
Kristen untuk semakin taat kepada Tuhan. Dari sini kita bisa melihat bahwa Allah
Tritunggal memberikan anugerah yang memelihara keberadaan Gereja-Nya di
sepanjang sejarah bahkan sampai pada zaman kita di abad ke-21. Satu hal yang
harus kita syukuri dan responi dengan baik.

Selain dari jaminan yang diberikan oleh Kristus, ada hal lain yang bisa
dipelajari yaitu kerohanian dari Gereja Mula-mula yang membuat mereka dapat

13
bertahan dalam penganiayaan. Tuhan Yesus mengatakan bahwa di atas batu
karang ini Ia akan mendirikan Gereja-Nya. Batu karang itu adalah pengakuan
Rasul Petrus yang menjawab pertanyaan dari Tuhan Yesus, “Menurut kamu,
siapakah Aku ini?” Jawaban Rasul Petrus adalah, “Engkau adalah Mesias, Anak
Allah yang hidup.” Maka kita bisa melihat bahwa pengenalan akan Kristus yang
benar menjadi dasar bagi berdirinya Gereja. Tanpa dasar ini, maka Gereja tidak
akan dapat berdiri dengan teguh. Pengenalan akan Kristus sebagai Tuhan dan
Allah menjadikan suatu fondasi bagi Gereja untuk berdiri di atasnya.

Selain itu, dalam Kisah Para Rasul pasal 2 dinyatakan bahwa setelah
Petrus memberitakan Injil, tiga ribu orang bertobat dan mereka masuk menjadi
Gereja Kristus, mereka dicatat sebagai orang-orang yang “bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul
untuk memecahkan roti dan berdoa. … Dengan bertekun dan dengan sehati
mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di
rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira
dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah” (Kis. 2:42, 46-47).

Ibadah yang mereka lakukan sungguh-sunguh, kemudian mereka juga


bertekun di dalam pengajaran para rasul, serta mengadakan perjamuan kudus dan
berdoa kepada Tuhan. Dengan cara inilah mereka terus menambah pengetahuan
akan Allah dan mendapatkan kekuatan untuk dapat bertahan di dalam
penganiayaan sekalipun. Alkitab mencatat bahwa dalam masa penganiayaan itu,
orang Kristen malah bergembira karena boleh menderita bagi Tuhan dan terus-
menerus memberitakan Injil kepada orang lain sehingga mereka bertambah
banyak.

Kita harus mengakui bahwa kita, Gereja di abad ke-21, sangat dipengaruhi
oleh pemikiran zaman ini sehingga banyak dari kita melupakan hal mendasar di
dalam kehidupan bergereja. Kerohanian tidak kita perhatikan dengan baik. Hal ini
menyebabkan kemunduran iman dan mengakibatkan kita tidak bisa setia kepada
Tuhan. Kita begitu mudah digeser dari fokus hidup yang benar. Pdt. Dr. Stephen

14
Tong selalu mengajarkan bahwa kita tidak boleh melupakan segala pekerjaan
Tuhan yang sudah dilakukan-Nya dalam zaman lampau. Maka beliau sering sekali
mengajarkan kepada kita supaya kita tidak menjadi orang seperti yang Hegel
katakan, “We learn from history that man does not learn anything from history.”

Mari kita merefleksikan hidup kita dan kembali belajar dari Gereja di abad
pertama yang mendapatkan kekuatan untuk bertahan serta berkembang dalam
pengenalan akan Tuhan Yesus yang benar. Mari kembali kepada panggilan kita
sebagai Gereja milik Kristus yang sudah didirikan di atas dasar batu karang yang
teguh, sehingga kita bisa meneruskan mata rantai Gereja Tuhan kepada generasi
berikutnya.

Teladan yang diberikan oleh Gereja Mula-mula harus kita ikuti dan
kembangkan supaya Gereja bisa menyatakan terang Injil Kristus kepada seluruh
dunia. Maka kita harus bertekun di dalam pembelajaran firman Tuhan dan
bertekun dalam ibadah serta doa kepada Tuhan untuk memberikan kita kekuatan
untuk tetap setia kepada-Nya. Kiranya Tuhan memberikan anugerah-Nya kepada
kita supaya dapat hidup sebagai Gereja yang mampu meneruskan apa yang sudah
dimulai dengan baik oleh Gereja di abad pertama.

Pembagian waktu Sejarah Gereja pada Abad Pertama

 30 M Sejarah Gereja pada abad pertama dimulai dalam tahun ini, tahun di
mana Tuhan Yesus disalibkan dan mati, bangkit dari kematian dan naik ke
sorga.

 30 M Tepat setelah kenaikan Tuhan Yesus, kekristenan dimulai dengan


kurang lebih tiga ribu orang percaya dan berpusat di Yerusalem. Dalam
waktu satu tahun, kekristenan meningkat menjadi kurang lebih sepuluh
ribu orang percaya.

15
 30-40 M Dalam kurun waktu ini, Rasul Petrus memimpin gerakan Kristen
mula-mula.

 30 M Pelemparan batu terhadap Stefanus menyebabkan orang-orang


Kristen tersebar (tanggal tepatnya tidak diketahui).

 32 M Rasul Paulus bertobat (tanggal tepatnya tidak diketahui).

 40 M Istilah “Kristen” pertama kali digunakan di Antiokhia (Kis. 11:26).

 41 M Kaisar Kaligula mengumumkan bahwa ia akan mendirikan sebuah


patung dirinya di dalam Bait Allah di Yerusalem. Ia dibunuh sebelum
dapat melakukannya.

 48-49 M Perjalanan misi pertama Rasul Paulus. Paulus mulai mengajar


bahwa orang-orang non-Yahudi tidak perlu disunat untuk menjadi Kristen.

 49 M Suetonius, seorang sejarawan Roma, melaporkan bahwa “sejak


orang-orang Yahudi terus-menerus menyebabkan gangguan dalam hasutan
dari Kristus, dia (Kaisar Klaudius) mengusir mereka keluar dari Roma.”
Priskila dan Akwila merupakan bagian dari orang-orang yang diusir ini
(Kis. 18:2).

 50 M Council of Jerusalem dipangggil untuk menentukan apakah


kepercayaan Paulus mengenai orang non-Yahudi tidak harus disunat benar
atau tidak; keputusan dibuat dan menyatakan bahwa Paulus benar (Kis.
15).

 50 M Dalam tahun ini, orang-orang Kristen mulai menyembah Tuhan pada


hari Minggu dan berbeda dengan Sabat Yahudi yang dilakukan pada hari
Sabtu.

 50-58 M Perjalanan misi kedua dan ketiga Rasul Paulus. Kekristenan


melangkah maju hingga mencapai Turki dan Yunani. Paulus menuliskan
surat-suratnya pada periode waktu ini.

16
 60-62 M Paulus ditangkap dan dibawa ke Roma. Kitab Kisah Para Rasul
diakhiri dengan Paulus di dalam penjara rumah di Roma.

 64 M Api di Roma. Dimulai pada tanggal 18 Juli, api membakar seluruh


Roma dan menghanguskan 70% kota dalam periode waktu satu minggu.
Beberapa warga kota menuduh Kaisar Nero yang menyalakan api. Tetapi
Nero malah melimpahkan kesalahan itu dan menunjuk kepada grup kecil
orang Kristen yang melakukannya (padahal mereka tidak bersalah).

 66 M Orang Yahudi memberontak terhadap penjajahan Romawi dan


memenangkan kembali kerajaan mereka. Beberapa bukti menunjukkan
bahwa orang-orang Kristen melarikan diri ke Pella.

 67 M Diperkirakan pada tahun ini Rasul Petrus dan Paulus menjadi martir
di Roma di bawah pemerintahan Nero.

 68 M Dipercaya bahwa Injil Markus dituliskan pada akhir tahun 60-an.


Injil Matius dan Lukas diperkirakan datang dalam waktu yang sama atau
mungkin juga dari 10-15 tahun setelahnya.

 70 M Orang Romawi mengambil alih kembali Yerusalem dan


menghancurkan Bait Allah di bawah serangan Jenderal Titus.

 70-95 M Pengetahuan akan penyebaran dan pengembangan kekristenan


ditinggalkan pada periode ini.

 81-96 M Domitianus menjadi kaisar Romawi. Dia memulai penganiayaan


pertama terhadap orang Kristen oleh karena iman mereka.

 95 M Rasul Yohanes berada di pulau Patmos oleh karena penganiayaan


oleh Domitianus.

 95 M Council of Jamnia. Konsili ini merupakan kumpulan dari para


pemimpin Yahudi dan membuat beberapa keputusan yang disebut 18

17
benedictions. Dan dalam poin keduabelas dinyatakan, “Semoga kaum
Nasrani (orang-orang Kristen) dan para penyesat menghilang secepatnya.”
Mereka menarik garis pembatas yang tegas antara kekristenan dan
Yudaisme, dan orang Yahudi mana pun yang menjadi Kristen tidak
diterima di sinagoge.

 96 M Domitianus meninggal dan Rasul Yohanes pindah ke Efesus di mana


kemungkinan ia meninggal di sana pada tahun 100.

 96-98 M Nerva menjadi kaisar Romawi dan tidak ada bukti yang
menyatakan penganiayaan terhadap orang Kristen.

 98-117 M Trajan menjadi kaisar Romawi dan terdapat beberapa


penganiayaan terhadap orang Kristen tetapi tidak sampai menyebar.

18
BAB III
KESIMPULAN

Kita harus mengakui bahwa kita, Gereja di abad ke-21, sangat dipengaruhi
oleh pemikiran zaman ini sehingga banyak dari kita melupakan hal mendasar di
dalam kehidupan bergereja. Kerohanian tidak kita perhatikan dengan baik. Hal ini
menyebabkan kemunduran iman dan mengakibatkan kita tidak bisa setia kepada
Tuhan. Kita begitu mudah digeser dari fokus hidup yang benar. Pdt. Dr. Stephen
Tong selalu mengajarkan bahwa kita tidak boleh melupakan segala pekerjaan
Tuhan yang sudah dilakukan-Nya dalam zaman lampau. Maka beliau sering sekali
mengajarkan kepada kita supaya kita tidak menjadi orang seperti yang Hegel
katakan, “We learn from history that man does not learn anything from history.”

Mari kita merefleksikan hidup kita dan kembali belajar dari Gereja di abad
pertama yang mendapatkan kekuatan untuk bertahan serta berkembang dalam
pengenalan akan Tuhan Yesus yang benar. Mari kembali kepada panggilan kita
sebagai Gereja milik Kristus yang sudah didirikan di atas dasar batu karang yang
teguh, sehingga kita bisa meneruskan mata rantai Gereja Tuhan kepada generasi
berikutnya.

Teladan yang diberikan oleh Gereja Mula-mula harus kita ikuti dan
kembangkan supaya Gereja bisa menyatakan terang Injil Kristus kepada seluruh
dunia. Maka kita harus bertekun di dalam pembelajaran firman Tuhan dan
bertekun dalam ibadah serta doa kepada Tuhan untuk memberikan kita kekuatan
untuk tetap setia kepada-Nya. Kiranya Tuhan memberikan anugerah-Nya kepada
kita supaya dapat hidup sebagai Gereja yang mampu meneruskan apa yang sudah
dimulai dengan baik oleh Gereja di abad pertama.

19
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.“Domitianus”.(2013).Web.19 Apr 2013.

Wikipedia.“Nerva”.(2013).Web.19 Apr 2013.

Sabda. Biokristi. ”Polikarpus”. (2013). Web. 19 Apr

2013.Lynn,Mac.“TheChurch to120CE”.NU,2012.Print.

20

Anda mungkin juga menyukai