Anda di halaman 1dari 20

AGAMA KRISTEN KATOLIK

Makalah ini disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perbandingan Agama

Dosen Pengampu :

H. Yumni Al-Hilal, M.A

Disusun Oleh :

Ismy Halizah (2021010017)

Siti Nuraida Safira (2021010051)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA
TANGERANG-BANTEN
MEI 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Agama Kristen Katolik” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada Bapak H. Yumni Al- Hilal, M.A.selaku dosen mata kuliah
Perbandingan Agama yang telah membimbing kami dalam membuat dan
menyelesaikan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, pembahasan, maupun segi lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami demi
perbaikan makalah yang telah kami buat ini, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa ada saran yang membangun.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai “Agama Kristen Katolik” Semoga makalah
sederhana ini dapat memberikan informasi dan dapat dipahami oleh siapapun
yang membacanya.
Wa’alaikumussalaam Warohmatullahi Wabarokatuh

Tangerang, 17 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1
BAB I ................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 2
A. Latar Belakang......................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 4
A. Pengertian Agama Katolik....................................................................................... 4
B. Sumber – Sumber Agama Katolik ........................................................................... 7
C. Pokok – Pokok Ajaran Agama Katolik ................................................................. 11
D. Keadaan Agama Katolik di Indonesia ................................................................... 14
BAB III .............................................................................................................................. 16
PENUTUP ......................................................................................................................... 16
Kesimpulan .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup masyarakat
di Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia,
Pancasila, yaitu sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara tegas sila
pertama menyatakan Keesaan Tuhan yang disembah oleh bangsa
Indonesia. Tujuan sila ini adalah mempersatukan keberagaman agama di
bawah payung Ketuhanan Yang Maha Esa 1
Berbagai istilah yang dipergunakan orang untuk menamakan
agama yang dibawa oleh Nabi Isa atau Yesus Kristus. Adi Jamhari dalam
bukunya menyebutkan, istilah yang pepuler di masyarakat ialah “Agama
Kristen”. Kata Kristen berasal dari bahasa Yunani “cristos” yang berarti
“yang diurapi”. Maksudnya Allah mengurapi Yesus untuk menjadi Nabi,
Imam, dan Raja yang tiada taranya. Istilah agama Kristen adalah suatu
nama untuk semua sekte-sekte agama tersebut, tanpa membeda-bedakan
apakah Kristen Katholik atau Protestan. 2
Sebutan lain yang sering juga digunakan ialah “agama Masehi”. Kata
Masehi diambil dari bahasa Ibrani “Masjiah atau Messeias” yang berarti
sama dengan cristos dalam bahasa Yunani. Kata Cristosatau Messias
adalah nama kehormatan dan jabatan yang menunjukkan tugas atau
kewajiban yang telah dan sedang dilakukan Yesus di dunia dan di surga.
Selain itu, sering juga masyarakat menyebutnya dengan “agama Nasrani”.
Kata ini berasal dari kata Nazaret, nama sebuah kota di provinsi Galila,
kira-kira 55 km dari Yerussalem. Menurut keterangan, di kota itulah Yesus
Kristus dilahirkan.
Sebutkan Nasrani dan Masehi juga ditemui dalam ayat al-Qur’an, misalnya
dalam Surat Ali Imran: 45, An-Nisa: 157, 171, dan 172, Al-Maidah: 17,

1 (http://Www.Kemenag.Go.Id).
2 Jirhanuddin, Perbandingan Agama, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), hal. 105-106

2
72, 14, 18, 51, 69, 75, dan 82, At-Taubah: 30 dan 31, Al-Baqarah: 111,
113, 135, 140, dan Al-Hajj: 17.
Selain sebutan agama Kristen, agama Masehi, agama Nasrani, ada pula
sebutan lain yang popular di kalangan umat Kristen, tetapi kurang
diketahui oleh masyarakat umum, sebutan itu adalah “Gereja Kristen”.
Kata Gereja kemungkinan berasal dari bahasa Portugis, yang berarti
Jema’at.
Teologi Katolik meyakini dokrin-dokrin Trinitas, kehidupan abadi (dari
mnusia), penyucian dosa, kebangkitan kembali jasad, pemujaan kepada
orang-orang suci, dan pengangkatan dara Maria sebagai Ibu Tuhan
(Allah). Namun aspek-aspek ajaran katolik yang paling pokok terletak
pada dokrinnya tentang gereja sebagai penguasa yg tidak mungkin berbuat
salah dan tentang system sakramennya yang merupakan sarana untuk
menyampaikan rahmat Tuhan kepada manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Agama Kristen Katolik?
2. Apa sumber-sumber pokok agama katolik?
3. Apa Pokok-pokok ajaran agama Katolik?
4. Bagaimana keadaan agama katolik di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Agama Kristen Katolik
2. Untuk mengetahui sumber-sumber pokok agama katolik
3. Untuk mengetahui Pokok-pokok ajaran agama Katolik
4. Untuk mengetahui Bagaimana keadaan agama katolik di Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama Katolik


Perkataan Khatolik berasal dari bahasa Yunani “Katholikos” yang
berarti ajaran yang tersebar keseluruh dunia atau dapat diterima di seluruh
dunia. Bisa juga berarti nama dari ajaran gereja yang berarti nama dari
ajaran gereja yang benar atau kepercayaan ortodoks sebagai lawan dari
ajaran-ajaran bidat (bid’ah). Bila dikaitkan dengan gereja bisa berarti
maksudnya: perkembangan gereja itu merupakan pertanda kebenaran
ajaran para rasul selain bahwa gereja bersifat “universal”.
Ungkapan gereja Khatolik pertama kali di gunakan oleh Ignatius dari
Antiochia dan doktrin kepercayaan Katholik dirumuskan melalui kredo
dan konsili necea (325 M) dan konsili Konstantinopel (318 M) yang
berbunyi “aku percaya kepada gereja yang suci, am dan rasuli’.
Sampai tahun 313 M, gereja mengalami suatu peperangan hebat akibat
tindakan yang kejam dari Roma dan pada tahun 380 M, Katholik secara
resmi menjadi agama kekaisaran Roma. Sampai tahun 1054 M, gereja
tetap merupakan “satu lembaga’, tetapi setelah itu pecah menjadi dua yaitu
gereja Ortodoks di Timur dan gereja Roma Katholik di Barat, dan
perpecahan besar lagi terjadi di Barat dengan munculnya Protestan
Reformisi abad ke- 16.
Dua konsep penting dalam katholik ialah: kuasa mengajar gereja, dan
gereja sebagai sakramen. Pertama kuasa meengajar gereja menurut
keyakinan Katholik Yesus Kristus dating kedunia untuk mengajar manusia
bagaimana seharusnya hidup di Dunia ini agar nantinya dapat tercapai
keselamatan yang abadi. Untuk maksud tersebut seseorang harus
berpedoman kepada Injil dan Perjanjian Baru. Tetapi yang berhak
menafsirkan Injil hanya gereja. Gerejalah yang memiliki kekuasan untuk

4
menerangkan Injil, karena apabila sembarang orang menafsirkan kitab suci
nanti akan dapat mengacaukan iman. 3
Kekuasan gereja tersebut dimulai sejak ditunjukan petrus sebagai
pengganti Yesus dan berlanjut pengganti Petrus.itulah sebabnya maka
harus ada pengganti Petrus sebagai wakil-nya, yaitu gereja, kekuasan
tersebut didasarkan pada Injil Matius 16:18-19, yang berbunyi : Dan Aku
berkata kepada Kunci Kerajaan Surga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan
terlepas dari surga.
Proses penunjukan Petrus inilah yang sampai sekarang
dilestarikan dengan jabatan "Paus” sebagai guru, iman dan pengembala
yang berpusat di Roma. Paus adalah wakil Yesus dan menjadi kepala
gereja yang kelihatan. Oleh karena itu semua umat katholik (kristiani) di
bawah pimpinanya, paus dibantu beberapa uskup dari beberapa daerah
keuskupan, dan uskup menggangkat Pastur yang menjadi kepala paroki.
Umat katholik percaya bahwa uskup di Roma (Paus) sebagai
pengganti Petrus, tidak dapa sesaat (infalibilitasi). Infalibilitasi yang
merupaka anugerah Tuhan ini tidak berarti Paus memiliki suatu jenis
intelegensia yang luar biasa, karena Paus dapat berbuat kesalahan dan
dapat jatuh ke dalam dosa. Ajaran tentang infalibilitasi Paus,menyatakan
bahwa jika Paus secara resmi berbicara mengenai masalah iman atau
masalah moral, Tuhan melindunginya terhadap kemungkinan keliru.
Karena gereja dan Negara tidak dapat dipisahkan, maka gereja Roma
Katholik merupakan lembaga keselamatan. Gereja membagi-bagi
keselamatan hanya pada gereja. Keselamatan dunia maupun akhirat. Iman
berhak menghapus dosa seorang atas nama Tuhan dan seseorang. Dengan
demikian tampaknya gereja kurang mendidik manusia intuk berani, yaitu
dengan Imanya sendiri ia dapat menghadap Tuhan Yesus mencari
perlindungan dari dirinya sevara langsung.
Paham kedua yang merupakan inti ajaran katholik adalah
tentang gereja sebagai Sakramen. Melengkapi paham yang pertama yaitu

3Mudjahid Abdul Manaf, sejarah Agama-Agama,PT Raja Granfindo Persada, Jakarta 2016. hal 95-
98

5
pihak kita perlu mengetahui apa yang seharunya kita lakukan, dan di lain
pihak kita harus melakuakannya. Itulah sebabnya mengapa diperlukanya
Sakramen, yang merupakan suatuperbuatan dan perkataanatau sebagai
lambang rahmat yang tidak kelihatan yang pada prisipnya dikerjakan oleh
Roh Kudus tetapi dengan perantara seorang iman atau pasturatau uskup.
Sakramen dipandang perlu bagi manusia untuk keselamatannya. Supaya
seseorang dapat di karuniai anugerah dalam hudupnya, maka sekurang-
kurangnya ia harus mempunyai keinginan untuk meneriama Sakramen,
karena hanya dengan iman saja masih belum cukup.
Gereja katholik Roma telah menetapkan sejumlah tuju buah
Sakramen sejak abad ke-12. Yaitu : Sakramen pemandian atau Babtisan,
penguatan atau konfirmasi, ekaristi atau perjamuan mala
Kudus, pertobatan atau pengakuan dosa, perminyakan atau sakramen bagi
orang yang ingin meninggaldunia, imanat atau pentahbisan seorang iman,
dan sakramen perkawinan. Tujuh sakramen tersebut sejajar dengan dengan
saat-saat penting serta kebutuhan-kebutuha dewasa, ia kawin, atau
mengabdikan dirinya secara menyeluruh untuk sesuatu tujuan, dann ia
meninggal.sementara itu ia harus dikembalikan ke masyarakat apabila ia
menyimpang,dan ia harus makan. Sakramen merupakan padanan rohaniah
dari peristiwa-peristiwa kordati ini.
Apabila di bandingkan dari segi ajaran atau doktrrinnya,
antara gereja Rum Katholik dengan gereja Ortodoks Timur memang ada
perbedaannya antara lain:
1. Kekuasan gereja di Timur lebih sedikit di bandingkan Barat, sebab
Timur lebih banyak menyerahkan penafsiran berbagai hal kepada
perseorangan.
2. Peranan Paus di Barat cukup besar dalam merumuskan dogma-
dogma, karena paus dilindungi Paus, maka kebenaran Ilahi
diungkapkan melalui “hati nurani gereja”.
3. Barat mengenal hirarki gereja, Timur tidak
4. Gereja timur lebih mendorong kehidupan kemanunggalan dengan
Tuhan, sebagai kehidupan rohani yang sungguh-sungguh.

6
5. Gereja Timur membolehkan kawin bagi para pasturnya, tidak hidup
berselibat seperti gereja barat.
6. Gereja Barat lebih individualistis dari pada Timur, karena Timur
beranggapan bahwa semua umat Kristen itu ibarat satu tubuh, sakit
satu semua merasakan.

B. Sumber – Sumber Agama Katolik


Sumber iman Katolik terdiri atas tiga pilar kebenaran, yaitu TRADISI SUCI,
KITAB SUCI dan MAGISTERIUM GEREJA.

1. Tradisi Suci

Selama hidup-Nya Yesus Kristus tidak pernah menuliskan


sebuah buku. Ia menyampaikan ajarannya dengan lisan dan
perbuatan-Nya yang kemudian diteruskan oleh para rasul. Agar
pesan Injil ini dapat diturunkan secara utuh dan hidup di dalam
Gereja, para rasul menunjuk uskup-uskup untuk menggantikan
mereka dan menyerahkan kedudukan mereka untuk
mengajar. Penerusan ajaran Injil ini terjadi di bawah kuasa Roh
Kudus, disebut sebagai Tradisi Suci.
Tradisi Suci adalah ajaran yang berasal dari para rasul yang
meneruskan apa yang mereka terima dari ajaran dan teladan Yesus
dan bimbingan dari Roh Kudus. Oleh Tradisi, Sabda Allah yang
mempercayakan Yesus kepada para rasul, menyalurkan seutuhnya
kepada para pengganti mereka, supaya dalam pewartaannya,
mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan
setia. Maka Tradisi Suci ini bukan tradisi manusia yang hanya
merupakan 'adat kebiasaan. Dalam hal ini, perlu kita ketahui bahwa
Yesus tidak pernah mengecam seluruh adat kebiasaan manusia, Ia
hanya mengecam adat kebiasaan yang bertentangan dengan
perintah Tuhan (Mrk 7:8). Jadi, Tradisi Suci dan Kitab Suci tidak
akan pernah bertentangan. Pengajaran para rasul seperti Allah
Tritunggal, Api penyucian, Keperawanan Maria, telah sangat jelas
diajarkan melalui Tradisi dan tidak bertentangan dengan Kitab

7
Suci, meskipun hal-hal itu tidak disebutkan secara eksplisit di
dalam Kitab Suci tetapi Kitab Suci sendiri melarang agar kita
memegang teguh Tradisi yang disampaikan kepada kita secara
tertulis ataupun lisan (2Tes 2:15, 1Kor:2).
2. Kitab Suci
Allah sengaja memikirkan keselamatanNya kepada manusia
melalui Injil. Injil ini diturunkan dengan dua cara, yaitu secara
lisan dan tertulis, untuk diteruskan kepada kita. Para rasul
mewartakan secara lisan apa yang mereka terima dari Kristus, baik
itu dari perbuatan Kristus ataupun dari percakapan denganNya,
ataupun dari dorongan Roh Kudus. Dan juga, para rasul dan tokoh-
tokoh rasuli atas ilham Roh Kudus menuliskan amanat keselamatan
tersebut untuk dijadikan buku. Hasil penulisan amanat Allah
tersebut dikenal sebagai Kitab Suci. (KGK 101-141): Allah
memberikan inspirasi kepada manusia yaitu para penulis suci yang
dipilih Allah untuk menuliskan kebenaran. Allah melalui Roh
KudusNya berkarya dalam dan melalui para penulis suci tersebut,
dengan menggunakan kemampuan dan kemampuan mereka. “Oleh
sebab itu, segala sesuatu yang dinyatakan oleh para pengarang
yang diilhami tersebut, harus dipandang sebagai pernyataan Roh
Kudus.” Jadi jelaslah bahwa Kitab Suci yang mencakup Perjanjian
Lama dan Baru adalah tulisan yang diilhami oleh Allah sendiri
(2Tim 3:16).
Kitab-kitab tersebut melarang kebenaran dengan teguh dan
setia, dan tidak mungkin keliru. Oleh karena itu, Allah
menghendaki agar kitab-kitab tersebut dicantumkan dalam Kitab
Suci demi keselamatan kita. Mungkin ada orang Kristen yang
berkata, bahwa keselamatan mereka diperoleh melalui Kitab Suci
saja. Namun, kenyataannya hal itu tidak pernah diajarkan oleh
Kitab Suci itu sendiri. Malahan yang ada adalah sebaliknya, bahwa
Kitab Suci tidak boleh mengikuti kehendak sendiri (2Pet 1:20-21)
karena ada kemungkinan dapat diartikan keliru (2Pet 3:15-

8
16). Gereja pada abad-abad awal juga tidak menerapkan teori
ini. Teori 'hanya Kitab Suci' atau 'Sola Scriptura' ini adalah salah
satu inti dari pengajaran pada zaman Reformasi pada tahun 1500-
an, yang jika kita teliti, malah tidak berdasarkan Kitab Suci.
Pada kenyataannya, Kitab Suci tidak dapat
diinterpretasikan sendiri-sendiri, karena dapat menghasilkan
pengertian yang berbeda-beda. Sejarah membuktikan hal ini, di
mana dalam setiap tahun timbul berbagai gereja baru yang sama-
sama mengklaim “Sola Scriptura” dan mendapat ilham dari Roh
Kudus. Ini adalah suatu kenyataan yang memprihatinkan, karena
menunjukkan bahwa pengertian mereka tentang kitab suci berbeda-
beda, satu dengan yang lainnya. Jika kita percaya bahwa Roh
Kudus tidak mungkin menjadi penyebab perpecahan (lih.
1Kor14:33) dan Allah tidak mungkin menyebabkan pertentangan
dalam hal iman, maka kesimpulan kita adalah: “Sola Scriptura” itu
teori yang keliru.
3. Magisterium Gereja
Para penerus rasul yang mendapat tugas mengajar dari para
rasul ini disebut sebagai Magisterium. (KGK 85-87, 888-892):
Dari uraian di atas, kita mengetahui pentingnya peran Magisterium
yang “bertugas untuk bergaya autentik Sabda Allah yang tertulis
atau diturunkan itu yang kewibawaannya dilaksanakan dalam nama
Yesus Kristus. Magisterium ini tidak berada di atas Sabda Allah,
melainkan melayaninya, supaya dapat diturunkan sesuai dengan
yang seharusnya. Karena itu, oleh kuasa Roh Kudus, Magisterium
yang terdiri dari Bapa Paus dan para uskup pembantunya [yang
berada dalam kesatuan dengan Bapa Paus] menjaga dan
melindungi Sabda Allah itu dari menemukan yang salah.
Kita perlu mengingat bahwa Gereja sudah ada terlebih
dahulu sebelum adanya kitab-kitab Perjanjian Baru. Para
pengarang/penulis suci dari kitab-kitab tersebut adalah para
anggota Gereja yang diilhami oleh Tuhan, sama seperti para

9
penulis suci yang menuliskan kitab-kitab Perjanjian
Lama. Magisterium yang dibimbing oleh Roh Kudus diberi kuasa
untuk meng-interpretasikan kedua Kitab Perjanjian tersebut.
Jelaslah bahwa Magisterium sangat diperlukan untuk
memahami seluruh isi Kitab Suci. Karunia mengajar yang
'sempurna' (tidak mungkin sesat) itu diberikan kepada Magisterium
pada saat mereka melarang secara resmi doktrin-doktrin
Gereja. Karunia ini adalah pemenuhan janji Kritus untuk
mengirimkan Roh KudusNya untuk memimpin para rasul dan para
penerus mereka menuju seluruh kebenaran (Yoh 16:12-13).
Persamaan Tradisi dan Alkitab. Alkitab adalah bagian dari
Tradisi, karena itu Tradisi adalah konteks dari Alkitab, maka untuk
memahami Alkitab diperlukan tradisi yang jelas. Memahami
Alkitab di luar tradisi berarti memahami Alkitab di luar konteks.
Atur Magisterium dengan Alkitab. Magisterium adalah
pembentuk, penyusun, dan pemelihara Alkitab. Alkitab adalah
bagian dari ajaran dari Magisterium. Misalnya, Gereja Magisterium
yang melarang bahwa surat Yakobus adalah bagian dari Alkitab
dan melarang bahwa Surat Barnabas bukanlah bagian dari
Alkitab. Sementara Alkitab sendiri tidak pernah menyusun dirinya
sendiri (mana bagian dari Alkitab dan mana bukan).
Jika tidak percaya Gereja Magisterium, berarti kita tidak
boleh percaya pada Alkitab yang disusun oleh Magisterium. karena
Alkitab yang kita gunakan adalah susunan dari
Magisterium. Sebaliknya, jika kita percaya pada Magisterium,
maka itu berarti kita pasti percaya pada Alkitab yang disusun
olehnya, dan itu artinya kita perlu memahami Alkitab dari
kacamata penyusunnya.

10
C. Pokok – Pokok Ajaran Agama Katolik
Sejak tahun 1995 di Indonesia beredar Katekismus Gereja
Katolik (KGK) yang cukup tebal (783 halaman!). Pada tahun 2005 di
Vatikan menerbitkan Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KKGK),
semacam ringkasan katekismus yang tebal tadi. Namun, jauh sebelum
terbitnya kedua buku tersebut, ajaran pokok Gereja Katolik diringkaskan
dalam rumusan-rumusan singkat yang sampai sekarang dipandang jitu dan
mudah diingat. Silakan baca dan saya renungkan nya. Tak salah juga
jika dihafal. Sebab m anfaatnya sungguh besar.
Sepuluh perintah Allah
Akulah Tuhan, Allahmu,
1. Jangan menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan
cintailah Aku lebih dari segala sesuatu.
2. Jangan menyebut Nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat.
3. Kuduskanlah hari Tuhan.
4. Hormatilah ibu bapamu.
5. Jangan membunuh.
6. Jangan berzina.
7. Jangan mencuri.
8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu.
9. Jangan mengingini istri sesamamu.
10. Jangan menginginkan milik sesamamu secara tidak adil.
Tradisi Gereja yang setia kepada Kitab Suci dan yang mengikuti
teladan Yesus, selalu mengakui keunggulan Kesepuluh Perintah Allah
serta pentingnya. Orang-orang Kristen diwajibkan untuk
mengamalkannya. (KKGK #438). Sepuluh perintah ini dapat dibaca
dalam versi asli di dalam kitab Keluaran (20:1-17) dan kitab Ulangan (5:1-
21).
Lima perintah Gereja
1. Rayakan hari raya yang disamakan dengan hari Minggu.

11
2. Ikutlah perayaan ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang
diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada
hari itu.
3. Berpuasalah dan berpantanglah pada hari yang telah ditentukan.
4. Mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun.
5. Sambutlah Tubuh Tuhan pada Masa Paskah.
Lima perintah Gereja bertujuan menjamin umat beriman minimum
semangat doa, hidup sakramental, usaha moral serta pertumbuhan dalam
kasih kepada Allah dan sesama. (KKGK #431).
Pokok-pokok iman

Inilah hal-hal pokok yang diimani orang Katolik:

1. Ada satu Allah saja.


2. Allah adalah Hakim yang Mahaadil: Dia membalas yang baik dan
menghukum yang jahat.
3. Ada tiga Pribadi Allah: Bapa, Putra dan Roh Kudus.
4. Allah Putra telah menjadi manusia, menderita sengsara, wafat
disalib dan bangkit demi keselamatan kita.
5. Jiwa manusia abadi/tidak dapat mati.
6. Rahmat Allah mutlak perlu agar manusia memperoleh
keselamatan.

Tujuh sakramen kudus


Supaya kita dapat hidup suci, Kristus datang kepada kita dalam tanda-
tanda yang kelihatannya, yaitu dalam sakramen-sakramen kudus. Ia hadir
dalam tanda-tanda itu untuk memberi kekuatan serta rahmat.
1. Baptis.
2. Krisma.
3. Ekaristi.
4. Tobat dan Rekonsiliasi.
5. Pengurapan orang sakit.
6. Tahbisan.
7. Perkawinan.
Tata tertib hidup orang Katolik
Apa saja yang Anda lakukan,

12
lakukanlah itu demi mencintai Allah dan sesama.
1. Setelah bangun dari tidur, buatlah salib dan persembahkanlah
seluruh hari kepada Allah. Bila mungkin, ikutilah perayaan ekaristi
setiap hari.
2. Laksanakanlah dengan setia dan rajin menunaikan kewajiban
Anda.
3. Ingatlah bahwa Allah itu Maha Tahu. Ia selalu melihat dan
mendengar Anda. Ia mengenal pikiran Anda yang paling
rahasia. Maka taatlah kepada-Nya.
4. Berdoalah sebelum dan sesudah makan. Jangan makan tanpa batas.
5. Anda bisa mencari hiburan untuk menjadi segar kembali. Tetapi,
hiburan itu mengarahkan Anda pada saat yang tepat, dan memicu
Anda terlibat di dalamnya secara tidak wajar. Jangan ambil bagian
dalam pesta pora dan jangan sertakan dalam himpunan orang yang
tidak benar-benar tingkah lakunya. Jauhkanlah orang-orang yang
demikian.
6. Ramah tamahlah terhadap setiap orang. Jangan menyentuh
perasaan orang lain. Jangan merugikan nama ataupun harta
sesama. Kendalikanlah lidah. Bicaralah benar. Jangan
mendengarkan ataupun melanjutkan kata-kata atau cerita yang
buruk, fitnah, makian, dan sebagainya. Hindarilah kesempatan-
kesempatan yang dapat menjerumuskan Anda ke dalam dosa.
7. Tanggunglah derita dengan sabar. Jangan mengeluh kesulitan
dalam-kesulitan yang Anda hadapi. Menderita karena kasih kepada
Allah menghasilkan pahala. Karena itu jangan menyimpan rasa
benci atau rasa ingin membalas dendam. Jika Anda disengsarakan
tanpa alasan yang serius, bertahanlah dengan rendah hati.
8. Ingatlah bahwa Anda wajib merayakan hari-hari suci. Gereja
adalah rumah Allah dan pintu menuju keselamatan. Jika pada hari
Minggu Anda tidak pergi ke gereja tanpa alasan yang serius, Anda
merugikan diri sendiri dan umat beriman lain.

13
9. Terimalah sesering mungkin sakramen ekaristi. Sekali sebulan
akukanlah dosa Anda. Takutilah hilangnya rahmat Allah, tapi
jangan takut terhadap kematian. Seandainya Anda telah berdosa
berat sesalilah secepatnya dosa itu. Berdoalah, “Tuhan Yesus,
kasihanilah aku!” Lalu sesegera mungkin pergilah kepada imam
untuk mengaku dosa.
10. Ingat akan kematian dan akhir hidup. Segala sesuatu akan berlalu
di dunia ini. Karena itu bersahabatlah dengan Tuhan dan berdoalah
senantiasa. Berdoalah pula untuk mereka yang telah meninggal
dunia dan mintalah Tuhan agar Anda pulang kelak dengan hati
yang bersih (1Tes 4:3).

D. Keadaan Agama Katolik di Indonesia


Gereja Katolik di Indonesia merupakan bagian dari kesatuan Gereja
Katolik Roma dunia, di bawah kepemimpinan Paus sebagai pemimpin
tertinggi Hierarki Gereja Katolik. "Agama Katolik" sendiri merupakan
salah satu dari enam agama yang diakui di Indonesia, selain
agama Islam, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Berdasarkan data
resmi Kementerian Agama pada tahun 2022, umat Katolik mencakup
sekitar 3,12% dari jumlah penduduk Indonesia, yaitu berjumlah sekitar 8,3
juta jiwa.4 Penyebaran agama Katolik di Indonesia dimulai dengan
kedatangan bangsa Portugis dalam upaya mereka mencari kepulauan
rempah-rempah pada abad ke-16. Saat ini, Gereja Katolik di Indonesia
tersusun dalam 10 keuskupan agung metropolit, 27 keuskupan sufragan,
dan satu ordinariat militer, yang seluruh uskupnya tergabung dalam
organisasi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang saat ini diketuai
oleh Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C5
Beberapa tarekat/kongregasi Katolik cukup aktif dalam memberikan
pelayanan kekatolikan di Indonesia, termasuk di
antaranya Yesuit, Misionaris Hati Kudus (MSC), dan Serikat Sabda Allah.

4 "Data Umat Berdasarkan Agama". data.kemenag.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal
2021-11-26. Diakses tanggal 2022-08-15
5 "Catholic Church in Republic of Indonesia (Indonesia)". www.gcatholic.org. Diakses

tanggal 2019-03-17

14
Indonesia adalah negara mayoritas Muslim, tetapi memiliki beberapa
wilayah yang memiliki penduduk beragama Katolik yang dominan. Ada 2
provinsi yang mayoritas beragama Katolik yaitu propinsi Nusa Tenggara
Timur yaitu sekitar 55% dari jumlah penduduknya dan diikuti propinsi
Papua Selatan 49,% dari Jumlah penduduk 6Selain itu, terdapat pula
jumlah umat Katolik yang cukup signifikan di Sumatra Utara, Kalimantan
Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah.
Berdasarkan data resmi Kementerian Agama per tanggal 15
Agustus 2022, jumlah pemeluk agama Katolik di Indonesia adalah sebesar
8.325.339 jiwa, yang mencakup sekitar 3,12% dari keseluruhan penduduk
Indonesia.
Mayoritas pemeluk agama Katolik berada di Provinsi Nusa Tenggara
Timur, yaitu sebanyak 2.906.404 jiwa. Jumlah ini mencakup 34,91% dari
keseluruhan pemeluk agama Katolik Indonesia, 53,56% dari jumlah
penduduk Nusa Tenggara Timur, dan 1,09% dari keseluruhan penduduk
Indonesia. Hal tersebut menjadikan Nusa Tenggara Timur merupakan
propinsi dengan mayoritas penduduknya pemeluk agama Katolik
disamping itu ada lagi propinsi yang mayoritas beragama katolik yaitu
Propinsi Papua Selatan yang 49,49 % penduduknya beragama Katolik.
terdapat pula jumlah pemeluk agama Katolik yang cukup signifikan di
provinsi-provinsi lainnya, meskipun bukan mayoritas, yaitu Kalimantan
Barat (sebesar 1.203.137 jiwa; 14,45% pemeluk agama Katolik
Indonesia), Sumatra Utara (647.325; 7,78%), DKI Jakarta (432.086;
5,19%), dan Jawa Tengah (357.113; 4,29%).7

6 "Living Bishops of Indonesia [Catholic-Hierarchy]". www.catholic-hierarchy.org. Diakses


tanggal 2022-08-15.

7 "All Cardinals of Indonesia". www.gcatholic.org. Diakses tanggal 2022-08-15.

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
1. Bisa juga berarti nama dari ajaran gereja yang berarti nama dari ajaran
gereja yang benar atau kepercayaan ortodoks sebagai lawan dari
ajaran-ajaran bidat (bid’ah). Ungkapan gereja Khatolik pertama kali di
gunakan oleh Ignatius dari Antiochia dan doktrin kepercayaan
Katholik dirumuskan melalui kredo dan konsili necea (325 M) dan
konsili Konstantinopel (318 M) yang berbunyi “aku percaya kepada
gereja yang suci, am dan rasuli’. Sampai tahun 1054 M, gereja tetap
merupakan “satu lembaga’, tetapi setelah itu pecah menjadi dua yaitu
gereja Ortodoks di Timur dan gereja Roma Katholik di Barat, dan
perpecahan besar lagi terjadi di Barat dengan munculnya Protestan
Reformisi abad ke- 16. Kekuasan gereja tersebut dimulai sejak
ditunjukan petrus sebagai pengganti Yesus dan berlanjut pengganti
Petrus.itulah sebabnya maka harus ada pengganti Petrus sebagai
wakil-nya, yaitu gereja, kekuasan tersebut didasarkan pada Injil
Matius 16:18-19, yang berbunyi : Dan Aku berkata kepada Kunci
Kerajaan Surga.
2. Gereja sebagai Tonggak Kebenaran terdiri dari tiga unsur, yaitu
Gereja Tradisi Suci, Kitab Suci dan Magisterium. Untuk memastikan
rencana keselamatanNya, Allah berbicara pada GerejaNya melalui
Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium. Ketiga hal ini adalah
karunia Allah yang tidak terpisahkan untuk menyampaikan kebenaran
melalui GerejaNya. Perlu kita ingat bahwa Rasul Paulus sendiri
berkata bahwa Gereja adalah “jemaat dari Allah yang hidup, tiang
penopang dan dasar kebenaran” (1Tim 3:15). Di dalam Gereja, wahyu
Allah dinyatakan dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci. Karena Kitab
Suci dan Tradisi Suci berasal dari Allah, kita harus menerima dan
menghormati keduanya dengan rasa hormat yang sama. Jika kita
membaca Kitab Suci, terutama di dalam hal iman dan moral, kita

16
harus menempatkan pemahaman Gereja Magisterium di atas
pemahaman pribadi, karena kepada merekalah telah dipercayakan
mandat yang berarti Wahyu Allah secara autentik. Namun hal ini
janganlah sampai mengurangi semangat kita untuk membaca Kitab
Suci,
Jadi, sebagai Tonggak Kebenaran, Gereja memiliki tiga unsur, yaitu:
Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium. Ketiganya merupakan
pemenuhan janji Allah yang selalu mendampingi GerejaNya sampai
kepada 'seluruh kebenaran' (Yoh 16:12-13), yang senantiasa bertahan
sampai akhir zaman.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adolf Heuken, 'Archdiocese of Jakarta - a Growing Local Church (1950-2000)' in Een


vakkracht in het Koninkrijk. Kerk- en zendingshistorie opstellen onder redactie van
dr. Chr.G.F. de Jong (2005:104-114) ISBN 90-5829-611-3
Karel Steenbrink, 'A Catholic Sadrach: the contested conversions of Madrais adherents in
West Java between 1960-2000' in Een vakkracht in het Koninkrijk. Kerk- en
zendingshistorie opstellen onder redactie van dr. Chr.G.F. de Jong (2005:286-
307) ISBN 90-5829-611-3
Karel Steenbrink, Catholics in Indonesia, 1808-1942: a documented history. Leiden:KITLV
Press ISBN 90-6718-141-2
Leopold Maria van Rijckevorsel S.J., Pastoor F. van Lith S.J.: de stichter van de missie in
Midden-Java, 1863-1926. Nijmegen: Stichting St.Claverbond (1952)
Robert Cribb, Historical Atlas of Indonesia. London: Curzon Press, Singapore: New Asian
Library (2000) ISBN 981-04-2771-9

18

Anda mungkin juga menyukai