Anda di halaman 1dari 22

MEMBIARA (BIARAWATI) DALAM PANDANGAN AGAMA

KRISTEN

Dosen pengampu : Pdt.Bernard Sitorus,S.Th,M.Th.

Disusun oleh:

Amelia Revita Purba

222320021

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN : AGRIBISNIS

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

MEDAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Membiara
(Biarawati) Dalam Pandangan Agama Kristen".

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


dosen mata kuliah agama yang telah diberikan tugas terhadap saya. Ini merupakan langkah
yang baik dari studi yang sesungguhnya. Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini. Saya berharap semoga makalah yang saya susun
ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Medan 3 november 2022

Amelia Revita Purba


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................1


1.2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................2
1.3 RUMUSAN MASALAH..................................................................3
1.4 TUJUAN......................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................

2.1 Kemiskinan dalam pandangan agama


kristen...................................................................................................6

2.2 Kekayaan dalam pandangan agama


kristen...................................................................................................7

2.3 Pandangan kristus tentang kemiskinan dan


kekayaan...............................................................................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................

A. KESIMPULAN.........................................................................

B. SARAN......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................
BAB I

PENDAHLUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari pemahaman
tentang agama. Agama merupakan sarana yang digunakan oleh manusia untuk mencari
kebenaran dalam hidupnya. Maka tidak heran jika agama menjadi energi terdahsyat yang
mampu membawa manusia menuju ke tingkat tertinggi martabatnya. Hipolitus seorang
ahli filsafat, menjelaskan bahwa agama merupakan salah satu realitas sosial yang
memiliki sumbangan besar bagi manusia dalam menentukan world view atau pandangan
dunianya. Sukardji juga menjelaskan bahwa agama adalah tata aturan Tuhan yang
berfungsi dan berperan, mendorong, memberi arah, bimbingan dan isi serta warna
perilaku orang yang berakal dan mengembangkan potensi dasar yang dimiliki dan
melaksanakan tugas - tugas hidupnya yang seimbang antara lahiriah dan batiniah dalam
usahanya untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan bekal kebahagiaan hidup
di akhirat kelak (Nur, 2015, hal. 5). Emmons & Paloutzian (dalam Steger & Frazier,
2005) menyebutkan salah satu fungsi agama adalah untuk menyediakan individu dengan
cara melalui mana mereka dapat mengalami tujuan dan menemukan makna dalam hidup
mereka1.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa agama merupakan
pusat kehidupan karena memiliki peran penting yang mengatur pola perilaku manusia
dalam menciptakan keharmonisan, sehingga penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
agama merupakan dasar tata aturan yang berasal dari Tuhan danmenjadi iman,
kepercayaan atau anutan juga relasi manusia kepada Tuhannya yang dianggap benar dan
sarana untuk menemukan makna hidup. Indonesia merupakan negara yang kental dengan
kehidupan beragama dan memiliki pluralitas agama, bahkan agama menjadi identitas
yang sangat kental dan merupakan topik yang sensitif dan rawan dibicarakan bagi
masyarakat. Islam sebagai agama yang mayoritas dianut masyarakat Indonesia, selain itu
kelima agama lainnya sebagai agama minoritas di Indonesia. Katolik merupakan salah

1
 "Kajian alkitabiah tentang kemiskinan | Siska Simanjuntak."
https://www.academia.edu/6079519/Kajian_alkitabiah_tentang_kemiskinan.
satu agama minoritas di Indonesia, namun masih terdapat ciri khas dari agama tersebut
seperti gereja dan pelaku religius yang dapat ditemui2.
Menurut data statistik Gereja Katolik dalam Vatican Information Service jumlah
penduduk katolik di dunia mengalami peningkatan menjadi 17,77% yaitu 1.272.281.000
orang di tahun 2016 dengan peningkatan sebesar 18.355.000 dari tahun sebelumnya. Di
tahun 2014 Asia juga mengalami peningkatan sebesar 0,05% menjadi 37.349.000
(Katolik, 2015), sedangkan umat Katolik yang berada dalam cakupan Keuskupan Agung
Semarang tahun 2014 sebesar 395.509 orang3.
Dalam menjalankan tugas, Gereja Katolik Roma memiliki susunan hirarki yaitu Paus,
Uskup, Imam (diosesan/religius), Diakon,Kardinal dan umat Allah. Mereka adalah
pelaku religius pria, sedangkan wanita yang ingin ikut mengambil bagian karya
pelayanan dapat bergabung dalam tarekat hidup bakti, mereka sering disebut dengan
suster biarawati. Setiap tahunnya sampai tahun 2016 jumlah imam, diakon dan religius
pria di dunia mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 terdapat penurunan jumlah
biarawati di dunia sebesar 10.846 orang menjadi sebesar 682.729 orang (Katolik, 2015).
Peningkatan tercatat di beberapa benua termasuk Asia sebesar 604 orang. Di Keuskupan
Agung Semarang terdapat 1.038 orang biarawati dengan 21 tarekat karya, 23 tarekat
studi, 1 tarekat rubiah dan 6 Provinsialat (Bramantyo, 2015). Mereka adalah pelaku
religius atau para pelayan suci yang menyerahkan diri pada sebuah tarekat hidup bakti.
Dalam Buku Kitab Hukum Kanonik menjelaskan mengenai para pelayan suci hidup
bakti :
“Kan. 573 - § 1. Hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat injili
adalah bentuk hidup yang tetap dengannya orang beriman, yang atas dorongan Roh
Kudus mengikuti Kristus secara lebih dekat, dipersembahkan secara utuh kepada Allah
yang paling dicintai agar mereka demi kehormatan bagi-Nya dan juga demi
pembangunan Gereja serta keselamatan dunia, dilengkapi dengan alasan baru dan
khusus, mengejar kesempurnaan cintakasih dalam pelayanan Kerajaan Allah dan
sebagai tanda unggul dalam Gereja, mewartakan kemulian surgawi (KWI, hal. 177)”. 4
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa seorang pelayan suci harus memberikan diri
seutuhnya kepada Allah melalui tarekat hidup bakti yang dipilihnya tanpa terkecuali.
2
"Kajian alkitabiah tentang kemiskinan | Siska Simanjuntak."
https://www.academia.edu/6079519/Kajian_alkitabiah_tentang_kemiskinan.
3
"Kajian alkitabiah tentang kemiskinan | Siska Simanjuntak."
https://www.academia.edu/6079519/Kajian_alkitabiah_tentang_kemiskinan.
4
 "BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah Kemiskinan ...."
http://eprints.ums.ac.id/34032/3/BAB%20I.pdf.
Mereka juga harus menghidupi ikatan suci atau ketiga kaul yaitu ketaatan, kemiskinan
dan kemurnian. Kaul ketaatan adalah janji yang diungkapkan untuk taat kepada Allah
dengan melaksanakan tugas perutusan yang diberikan melalui pimpinan komunitas. Kaul
kemiskinan berarti mengutamakan harta kerajaan Allah yang artinya rela meninggalkan
keinginan duniawi dan apa yang dimiliki bukanlah menjadi hak melainkan sarana untuk
kemuliaan-Nya. Sedangkan kaul kemurnian adalah cinta Tuhan dengan hati yang tidak
terbagi yang menyertakan kewajiban hidup bertarak/selibat (C.599) (Prasetyo, 2001, hal.
92). Prasetya (1993) menerangkan spiritualitas hidup bakti menurut ajaran Konsili
Vatikan II berakar pada panggilan umum tiap umat beriman kepada kesucian, yaitu
kesatuan dengan Allah karena Kristus di dalam Gereja berkat Roh Kudus (LG Bab V).
Hidup bakti dibedakan dari status dan cara hidup lain dalam Gereja karena keperawanan
yang menuntut bentuk khusus dari cinta kasih yaitu penyerahan diri total kepada Allah
dengan hati yang tidak terbagi (Prasetya, 1993, hal. 187- 188). Ada beberapa tahapan
yang harus ditempuh selama kurang lebih delapan sampai sembilan tahun yaitu masa
aspiran, postulat, novisiat dan yuniorat. Setelah dapat melalui tahap-tahap tersebut
seorang biarawati akan menerima kaul kekal. Pada penelitian ini penulis akan fokus pada
suster biarawati dalam kehidupan membiara. Hidup membiara adalah
hidupmempersembahkan diri agar dilibatkan dalam karya kasih Tuhan bagi manusia
(Suparno, 2016, hal. 5). Mereka berada dalam suatu naungan tarekat atau konggregasi
dan hidup dalam komunitas dimana ditugaskan5.
Menjadi seorang biarawati berarti memilih gaya hidup yang berbeda dan siap
meninggalkan keinginan dan tawaran duniawi, mereka memiliki konsekuensi
yaitu hidup bakti menghayati ketiga kaul dengan berbagai tantangannya. Wanita
yang memutuskan untuk menjadi seorang biarawati adalah mereka yang merasa
bahwa hanya dekat Tuhanlah dirinya merasa tenang dan damai. Manusia benar-
benar merasakan cinta kasih yang diberikan oleh Tuhan. Oleh karena itu
timbullah keinginan untuk menunjukkan rasa terima kasih dengan cara
mengabdikan diri dan mencintai Allah sepenuhnya dan memfokuskan diri pada
nilai-nilai spiritualitas. Bimbingan rohani adalah metode yang dilakukan dalam
pengembangan spiritualitas seorang biarawati dan menekankan unsur rohani atau
roh yang ada pada diri manusia. Hal tersebut diperkuat dalam buku Logoterapi

5
 "BAB I PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah Kemiskinan ...."
http://eprints.ums.ac.id/34032/3/BAB%20I.pdf.
bahwa bimbingan rohani kiranya dapat dilihat sebagai ciri paling menonjol dari
logoterapi sebagai psikoterapi berwawasan spiritual (Koeswara, 1992, hal. 127) 6.
1.2 TINJAUAN PUSTAKA
Kehidupan seorang biarawati tentu saja tidak terlepas dari tantangan
zaman. Tidak dapat dipungkiri bahwa zaman semakin berkembang, masyarakat
pun hidup pada zaman modern yang serba canggih begitu juga dengan
biarawati. Dewasa ini pengaruh modernisasi yang paling berpengaruh adalah
perkembangan di bidang teknologi, seperti tersedianya akses dan media
komunikasi yang canggih. Tawaran-tawaran teknologi yang mempermudah
hidup manusia seakan-akan menggoda untuk hanyut mengikuti perkembangan
zaman tersebut. Bukan hanya masyarakat awam yang terlena namun tawaran
tersebut telah memengaruhi kehidupan membiara seorang biarawati. Tantangan
membiara di zaman modern yang paling dirasakan adalah beberapa dari
biarawati terbawa dalam kenikmatan duniawi sehingga membawa dampak
negatif bagi kualitas hidup doa. Tentu saja hal ini akan membawa pengaruh dan
perubahan tujuan bagi kehidupan seorang biarawati di zaman modern. Hal ini
didukung dengan hasil wawancara kepada Sr. Paula selaku fomator
pembimbing suster yunior yang dilakukan pada tanggal 4 November 2016.
Suster formator menjelaskan tentang kekuatiran terhadap kehidupan membiara
yaitu sebagai berikut :
“Zaman ini banyak biarawati tidak lagi memikirkan hidup rohani karena tidak
dapat selektif dalam penggunaan teknologi. Mereka juga kehilangan tujuan
hidup sebagai seorang biarawati, kami yang seharusya bisa menjadi harapan
terang bagi umat atas kegelisahan hidup tapi kehadiran seorang biarawati
tidak lagi dirasakan oleh umat. Seorang biarawati yang seharusnya sederhana
dan hidup dalam doa saat ini jauh dari kenyataan yang ada. Janji dan kaul
kekal yang mereka pegang sejak awal seakan-akan hilang tergerus oleh
tawaran kehidupan yang serba ada” 7.

6
http://www.encarta.com/Poverty
7
 "Pengertian Kemiskinan: Jenis, Penyebab dan Dampaknya -."
https://www.gramedia.com/literasi/kemiskinan/
Dari hasil wawancara tersebut nampak jelas permasalahan yang ada
pada kehidupan membiara yaitu kehadiran biarawati tidak dapat dirasakan oleh
umat sebagai terang atas kegelisahan hidup. Biarawati zaman ini terlalu sibuk
dengan kepentingan pribadi dan tidak dapat selektif dalam menggunakan
teknologi, sehingga perlahan mereka mulai tidak menghayati kaul
kemiskinannya. Dewasa ini perkembangan zaman modern menjadi tuntutan
kebutuhan dan daya tarik hidup materialistis bagi semua orang termasuk kaum
biarawati, oleh karena itu jika seorang biarawati ingin tetap menghayati hidup
baktinya dengan sungguh dan tetap menemukan makna hidup membiara
mereka harus menghayati hidup baktinya dengan cara lain meski inti dari hidup
membiara sama. Menanggapi permasalahan yang ada pada zaman ini, dalam
wawancara suster pembimbing juga menceritakan kasus yang terjadi pada
tarekat. Beberapa suster memutuskan untuk mengundurkan diri dari tarekat
karena merasa kehidupan di luar biara lebih bebas dan menyenangkan8.
Kasus lainnya adalah beberapa suster harus dikeluarkan karena tidak
bijaksana dalam menggunakan teknologi sehingga kebablasan dan membuat
dampak yang tidak baik bagi anggota terekat lainnya. Terakhir, suster yang
masih bertahan dalam biara mulai meninggalkan hidup berkaul terutama kaul
kemiskinan. Ketiga hal tersebut merupakan potret nyata yang sering dialami
oleh tarekat oleh karena itu proses pencarian makna dalam hidup membiara
sangatlah penting. Zaman telah mengubah pola hidup biarawati menjadi
ketergantungan terhadap teknologi sehingga beberapa dari mereka kehilangan
tujuan serta makna hidup sebagai seorang biarawati. Hidup yang bermakna (the
meaning of life) adalah kualitas kehidupan yang didambakan setiap manusia
(Bastaman, 2007, hal. 42). Begitu juga dengan biarawati, agar hidup membiara
mempunyai kualitas yang baik harus menemukan makna terlebih dahulu.
Penemuan makna hidup berkaitan dengan kepribadian dan religiusitas, serta
berefek positif pada well-being (Setyarini & Atamimi,2011, hal. 178). Proses
makna hidup erat dengan kebahagiaan, didukung oleh pendapat MacGregor &
Liitle (dalam Baumeister, R. F., Vohs, K. D., Aaker, J. L., & Garbinsky, E. N.,

8
Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Hukum Harta Kekayaan, (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm. 25
2012, hal 3) bahwa kebahagiaan dan makna hidup adalah figur yang sangat
penting dari kehidupan yang diinginkan dan saling terkait9.
Tokoh Budhis Dalai Lama menjelaskan bahwa ada empat faktor
pemenuhan kebahagiaan yaitu kekayaan, kepuasan duniawi, spiritualitas, dan
pencerahan (Lama & Cutler, 2014, hal. 51). Biarawati sebagai religiusitas yang
total memilih untuk memenuhi kebutuhan spiritualitas. Makna hidup bagi
seorang biarawati sangatlah penting karena dapat menjadi dasar untuk bertahan
pada pilihan hidup membiara. Menurut Victor Frankl (Bastaman, 2007), makna
hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta
memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan
dalam kehidupan (the purpose in life). Semakin berkembangnya zaman seorang
biarawati harus mengubah cara agar mereka tetap menemukan makna dalam
hidup membiara di era zaman modern dan agar kehadiran biarawati tetap
dirasakan oleh umat. Setelah mengetahui bahwa hidup membiara di zaman
modern ini banyak sekali tantangan, tidak dapat dipungkiri bahwa situasi saat
ini menimbulkan banyak sekali pertanyaan seperti : “apakah biarawati dapat
menghayati kaul yang diucapkan?”, “bagaimanakah cara untuk bertahan
menghadapi tantangan zaman?” dan “apakah makna dari hidup membiara di
era zaman modern ini?”. Pertanyaan tersebut akan terus muncul dan menjadi
keprihatinan. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh
zaman beserta tantangan hidup membiara dan makna kehidupan biarawati yang
telah berkaul kekal di era zaman modern.
Gaya hidup sehari-hari seorang biarawati atau suster adalah hidup untuk
melayani sesama manusia, menghayati ajaran-ajaran yang terdapat dalam Kitab Suci
dan menjalani kehidupan biara. Kegiatan melayani sesama, diwujudnyatakan dalam
semangat kerasulan ordo atau tarekat yang mereka ikuti, baik di bidang pendidikan,
sosial, kesehatan, ataupun pastoral. Kemudian, menghayati ajaran-ajaran yang
terdapat dalam Kitab Suci dalam hidup berdoa diwujudnyatakan para biarawati
dengan melakukan doa, baik itu dilakukan secara pribadi ataupun secara bersama.
Mengawali jalan kehidupan membiara untuk menjadi biarawati yang menjalani ketiga
kaul suci dan hidup penuh untuk melayani sesama tentu memiliki tekanan tertentu
9
Andreas Soeroso, Sosiologi 2, (Jakarta: Penerbit quadra, 2008), hlm. 12
pada diri individu misalnya keluarga yang menuntut calon biarawati untuk memiliki
pasangan atau mencari nafkah diharapkan calon biarawati yang memiliki ketangguhan
dalam menghadapi situasi tersebut akan membantunya untuk berhasil menjadi
seorang biarawati. Seseorang yang ingin menjadi biarawati diwajibkan mengikuti
pendidikan terlebih dahulu sebagai bekal untuk menjadi biarawati, pendidikan
tersebut diberikan di dalam biara. Seseorang yang ingin menjadi biarawati akan
melalui 3 tahap selama pendidikan menjadi calon biarawati yaitu aspiran, postulan,
dan novis. 10
Seorang aspiran biasanya tinggal dan bekerja selama satu atau dua tahun
dalam sebuah biara ordo. Ia mendapat kesempatan mengalami hidup sebagai calon
biarawati, dan komunitas biara pun mendapat kesempatan mengenal calon biarawati.
Apabila aspiran ingin menjadi seorang biarawati di biara tersebut, ia dapat melamar
untuk menjadi postulan selama satu atau dua tahun. Di sini ia dapat lebih dekat
mengalami hidup biara dengan mengikuti acara harian di komunitas postulan.11

1.3 RUMUSAN MASALAH


Dari uraian latar belakang dan tinjauan pustaka diatas maka rumusan masalah
yang terdapat di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu membiara?
2. Apa saja faktor – faktor orang membiara?
3. Tempat terkenal membiara di dunia dan Indonesia?
4. Bagaimana pandangan membiara dalam agama kristen?

1.4 TUJUAN
Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
perkembangan zaman bagi kehidupan membiara serta mengetahui proses pencarian dan
makna hidup seorang biarawati di era zaman modern sehingga mampu bertahan.
Mengetahui dampak psikologis biarawati yang telah berhasil menemukan makna hidup.

10
Wikipedia, diakses tanggal 1 agustus 2013 pukul 19.16
11
Cobb, Jr., John B.  "Eastern View of Economics". Diarsipkan dari  versi asli  tanggal September 6, 2015.
Diakses tanggal  2011-04-10
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Apa Itu Membiara?
Banyak orang yang mengatakan bahwa apa yang mereka jalani sekarang
merupakan panggilan hidupnya. Mereka dengan bangga menjalani dan memberikan
yang terbaik untuk panggilan tersebut. Salah satu contoh panggilan hidup yang
dialami seorang wanita adalah panggilan hidup membiara untuk menjadi seorang
biarawati. Biarawati adalah wanita yang mengabdikan hidupnya dalam kehidupan
membiara dan hidup dengan memegang teguh janji kaul-kaul suci dan peraturan-
peraturan sesuai dengan Ordo mereka masing-masing. Kaul-kaul suci tersebut ada
tiga, yaitu yang pertama adalah kaul kemurnian yaitu biarawati tidak diperbolehkan
menikah dan melakukan hubungan seksual. Kaul kemiskinan merupakan kaul untuk
melepas hak milik harta atau uang yang dimiliki. Kaul terakhir adalah ketaatan, yaitu
biarawati diwajibkan untuk taat kepada para pemimpin sesuai dengan peraturan yang
ada. Gaya hidup sehari-hari seorang biarawati atau suster adalah hidup untuk
melayani sesama manusia, menghayati ajaran-ajaran yang terdapat dalam Kitab Suci
dan menjalani kehidupan biara. Kegiatan melayani sesama, diwujudnyatakan dalam
semangat kerasulan ordo atau tarekat yang mereka ikuti, baik di bidang pendidikan,
sosial, kesehatan, ataupun pastoral. Kemudian, menghayati ajaran-ajaran yang
terdapat dalam Kitab Suci dalam hidup berdoa diwujudnyatakan para biarawati
dengan melakukan doa, baik itu dilakukan secara pribadi ataupun secara bersama.
Mengawali jalan kehidupan membiara untuk menjadi biarawati yang menjalani ketiga
kaul suci dan hidup penuh untuk melayani sesama tentu memiliki tekanan tertentu
pada diri individu misalnya keluarga yang menuntut calon biarawati untuk memiliki
pasangan atau mencari nafkah diharapkan calon biarawati yang memiliki ketangguhan
dalam menghadapi situasi tersebut akan membantunya untuk berhasil menjadi
seorang biarawati12.
Seseorang yang ingin menjadi biarawati diwajibkan mengikuti pendidikan terlebih
dahulu sebagai bekal untuk menjadi biarawati, pendidikan tersebut diberikan di dalam
12
Mahoney, Jack (1995). Companion encyclopedia of theology. Taylor & Francis. hlm. 759.
biara. Seseorang yang ingin menjadi biarawati akan melalui 3 tahap selama
pendidikan menjadi calon biarawati yaitu aspiran, postulan, dan novis. Seorang
aspiran biasanya tinggal dan bekerja selama satu atau dua tahun dalam sebuah biara
ordo. Ia mendapat kesempatan mengalami hidup sebagai calon biarawati, dan
komunitas biara pun mendapat kesempatan mengenal calon biarawati. Apabila aspiran
ingin menjadi seorang biarawati di biara tersebut, ia dapat melamar untuk menjadi
postulan selama satu atau dua tahun. Di sini ia dapat lebih dekat mengalami hidup
biara dengan mengikuti acara harian di komunitas postulan. Menjelang akhir satu atau
dua tahun, postulan dapat melamar untuk masuk ke novisiat. Selama dua tahun
berikut, novis disiapkan untuk membaktikan diri dalam Tarekat atau Ordo. Novis
diberi waktu untuk berkembang dalam suasana yang palingmenunjang dan
mengembangkan hidup rohani yang berpusat pada Tuhan. Di Indonesia sendiri
terdapat beberapa biara yang memberikan pendidikan pada calon biarawati. 13
Para calon biarawati ini biasanya berusia diantara 18 hingga 40 tahun meskipun
tidak tertutup kemungkinan untuk masuknya seorang calon biarawati yang memiliki
usia lebih dari 40 tahun. Santrock (2002) mengatakan rentang 18-40 tahun tersebut
termasuk ke dalam tahap perkembangan remaja akhir dan dewasa awal. Santrock
(2002) juga mengatakan bahwa masa tersebut adalah masa untuk membangun
kemandirian dalam hal ekonomi, mengembangkan karir, serta membangun hubungan
dengan lawan jenis tetapi para calon biarawati tidak diperbolehkan untuk memenuhi
kebutuhan ekonominya sendiri dan tidak dapat membangun keluarga sebagaimana
yang seharusnya menjadi tugas perkembangannya. Seorang calon biarawati tidak
diperbolehkan memiliki kekayaan karena telah terikat kaul kemiskinan dan sebagian
besar kebutuhan hidupnya sudah dipenuhi oleh biara. Seorang calon biarawati juga
terikat dengan kaul keperawanan sehingga tidak bisa membangun hubungan yang
intim untuk membentuk keluarga. Dalam kehidupan membiara, calon biarawati hidup
dengan menjunjung tinggi kehidupan spiritualitas dengan cara berdoa14.
Dengan berdoa maka relasi dengan Tuhan akan lebih intim dan menjauhkan diri
mereka dari godaan dan dosa-dosa. Kehidupan doa ini dijalani secara bersama-sama
atau secara pribadi. Doa pribadi dapat dilakukan calon biarawati kapan saja, sebelum

13
 Liacopulos, George P. (2007). Church and Society: Orthodox Christian Perspectives, Past Experiences,
and Modern Challenges. Somerset Hall Press. hlm.  88. ISBN 9780977461059.

14
 "Apa Itu Miskin? - Kompasiana.com." 10 Okt. 2012,
https://www.kompasiana.com/fajarnurfadhillah/55185a8281331122699de6a7/apa-itu-miskin.
makan, sesudah makan, sebelum tidur, sesudah bangun tidur, saat berada di taman,
maupun di dalam gedung gereja. Doa bersama-sama biasanya dilakukan saat jamjam
tertentu di dalam biara maupun ketika mengikuti ibadat misa. Seluruh penghuni dan
pembimbing di biara akan selalu mengingatkan sesamanya untuk berdoa sebagai salah
satu cara pendidikan rohani. Selain doa bersama, terdapat juga kegiatan keluar dari
lingkungan biara untuk menarik diri dari kegiatan rutin yaitu rekoleksi dan retret.
Kegiatan rekoleksi dapat dilakukan dari 1 hingga 3 hari sedangkan retret sulit
dilakukan kurang dari 3 hari sehingga membutuhkan waktu lebih lama. Selain
menjalani pendidikan rohani, biara juga menyediakan pendidikan intelektual karena
seiring tuntutan zaman, setiap biarawati harus memiliki pengetahuan yang memadai
secara intelektual. Oleh sebab itu, para calon biarawati mendapat pendidikan
intelektual sepanjang masa-masa berada di biara. 15
Di tahap pendidikan awal, biasanya pendidikan yang diberikan meliputi bidang-
bidang umum, seperti bahasa Inggris dan bahasa-bahasa daerah, Liturgi, dan bahasa
Latin. Seiring berjalannya waktu, Kegiatan harian calon biarawati di dalam biara
cukup ketat karena memiliki kegiatan pada jam tertentu yang wajib diikuti. Biasanya
waktu-waktu tertentu tersebut akan ditandai dengan bunyi bel di dalam biara. Waktu
jam bangun pagi sudah diatur setiap harinya, diikuti dengan ibadat pagi bersama-sama
sehingga calon biarawati harus cepat bangun dan bersiap - siap agar tidak terlambat
mengikuti ibadat pagi. Jam makan pun sudah diatur, mulai dari sarapan yaitu setelah
ibadat pagi, makan siang, dan makan malam. Pada jam tertentu pun ada kegiatan doa
yaitu pada jam 6 pagi, 12 siang, dan 6 sore. Calon biarawati yang tidak mengikuti
aturan tersebut akan terkena sanksi seperti menghadap pimpinan, mengerjakan tugas
seperti bersih-bersih, maupun diberikan konseling. Survey yang dilakukan oleh
peneliti terhadap 7 orang calon biarawati menunjukkan penghayatan mereka
mengenai kesulitan utama yang dialami saat menjalani 3 kaul suci terdapat jawaban
yang berbeda meskipun mengalami kesulitan pada kaul yang sama. Pada kaul
kemiskinan, 2 orang (28%) menjawab karena keluarga menginginkan mereka untuk
ikut bekerja di desa asalnya sedangkan 1 orang (14%) mengalami dilema karena
orang tua tidak memiliki anak lainnya untuk meneruskan usaha keluarga. Pada kaul
kemurnian, 1 orang (14%) menjawab ia diminta untuk menikah dengan pilihan orang
tuanya, 1 orang (14%) menjawab dirinya masih sulit menjaga perasaannya terhadap
15
 "Apakah yang dimaksud dengan kemiskinan absolut dan kemiskinan ...." 2 Jun. 2017,
https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-dengan-kemiskinan-absolut-dan-kemiskinan-relatif/
8370.
lawan jenis. Pada kaul ketaatan, 1 orang (14%) menjawab ia merasa sulit karena
merasa tidak cocok untuk tugas yang diberikan pimpinan, 1 orang (14%) menjawab
bahwa ia merasa kurang cocok dengan tata cara pelayanan yang diperintahkan. Cara
mengatasi kesulitan yang dialami dalam menjalani kehidupan 3 kaul suci yang ada di
kehidupan biara dijawab oleh 2 orang (28%) dengan berdoa kepada Tuhan dan
berkonsultasi dengan biarawati senior, 2 orang (28%) menjawab berkonsultasi pada
biarawati senior, 3 orang (42%) menjawab mengungkapkan atau meminta saran
kepada teman satu biara atau orang lain di luar biara. Saat ditanya alasan masih tetap
menjalani pendidikan yang diberikan semakin terfokus untuk memperdalam bidang-
bidang yang sesuai dengan pelayanan, visi-misi, dan spiritualitas masing-masing ordo.
kehidupan di biara, 5 orang (71%) menjawab sudah memantapkan diri menjadi
biarawati sedangkan 2 (28%) orang lainnya menjawab jalankan saja terlebih dahulu
kehidupannya ini. Dari hasil survey awal tersebut, dapat disimpulkan bahwa lebih dari
setengah anggota calon biarawati yang diwawancara beberapa kali merasa kesulitan
dalam menjalani kehidupan membiara yang didasari 3 kaul suci16.
Mereka melakukan berbagai cara sebagai usaha untuk mengatasi kesulitannya di
dalam biara dan hasilnya hingga sekarang mereka tetap ingin melanjutkan jalan hidup
sebagai calon biarawati di biara tersebut. Mereka yang tetap melanjutkan pendidikan
biaranya mampu untuk mencari cara untuk mengurangi stres dari kesulitan yang
diakibatkan peraturan atau tugas yang diberikan. Mereka yang telah memantapkan
diri menjadi biarawati memiliki komitmen dalam menjalani kehidupannya di biara
meskipun menghadapi situasi stressful bahkan menganggap situasi tersebut adalah
kesempatan untuk menuju biarawati yang baik. Bagaimana individu menghadapi
situasi stressful dijelaskan oleh Kobasa (1982) sebagai hardiness. Hardiness
merupakan karakteristik yang ada di dalam individu ketika mereka mengalami
tantangan atau tekanan dalam kehidupannya. Kepribadian hardiness yang digunakan
dalam mengatasi peristiwa yang penuh dengan tekanan tersebut dapat meminimalkan
tingkat tekanan yang ada dengan mengubah tekanan tersebut menjadi sesuatu yang
menguntungkan dan menyelesaikan konflik. Sedangkan Maddi (2013) berpendapat
bahwa ketangguhan merupakan pola sikap yang berguna untuk mengubah keadaan
stress menjadi sebuah peluang tumbuh Kobasa (1979) mengatakan bahwa kepribadian
hardiness terbentuk oleh tiga unsur yaitu tantangan, kontrol, dan komitmen yang

16
The World Bank, 2007, Understanding Poverty
berfungsi sebagai mediator untuk mengatasi efek stres karena situasi yang berubah-
ubah dan fakta-fakta kehidupan yang menyebabkan stres (Khaledian, dkk., 2013).
Fitur-fitur dalam diri individu dengan kepribadian hardiness ini meliputi
pengendalian diri yang tinggi, kemandirian, keterampilan dalam memecahkan
persoalan, simpati, komitmen dalam kerja, dan memiliki hubungan yang baik dengan
orangorang di sekelilingnya (Khaledian, dkk., 2013). Kepribadian hardiness
merupakan salah satu elemen yang berperan dalam diri manusia untuk menciptakan
keseimbangan antara dimensi yang berbeda dalam mencapai kualitas hidup17.
Orang dengan kepribadian hardiness yang rendah akan lebih rentan terhadap
unsur - unsur yang menimbulkan stres dalam jangka panjang sementara orang yang
memiliki kepribadian hardiness yang lebih tinggi mudah dalam menghadapi situasi
yang penuh tekanan. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
calon biarawati yang memiliki kepribadian hardiness seharusnya mampu untuk
bertahan dan menghadapi situasi dan krisis selama ia berada di biara. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap derajat hardiness pada calon
biarawati yang berada di biara Ordo “X”. 18

2.2 Faktor – Faktor Orang Membiara

2.3 Tempat Terkenal membiara di dunia dan Indonesia


Dalam kebanyakan agama, kehidupan di biara berjalan menurut aturan-aturan
paguyuban yang menentukan jenis kelamin para penghuni, dan mewajibkan mereka untuk
untuk tetap hidup selibat dengan sedikit atau tanpa harta-benda pribadi. Taraf
keterpisahan kehidupan dalam biara secara sosial dari lingkungan sekitarnya pun berbeda-
beda antara satu biara dengan yang lain. Beberapa tradisi keagamaan mewajibkan para
penghuni biara untuk mengucilkan diri sehingga dapat berkontemplasi jauh dari
keramaian dunia, penghuni biara semacam ini dapat saja menghabiskan sebagian besar
waktunya dalam keterkucilan, bahkan antara satu sama lain. Tradisi keagamaan yang lain
mencurahkan perhatian pada interaksi dengan masyarakat di sekitarnya agar dapat

17
Prakarsa. 2015. Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2024.
18
Sen, Amartya. 2000. “Social Exclusion: Concept, Application, and Scrutiny”. Manila: Office of Environment
and Social Development, Asia Development Bank.
melaksanakan karya-karya pelayanan berupa pengajaran, perawatan medis,
ataupun penginjilan. Beberapa biara paguyuban hanya ditinggali secara musiman,
tergantung tradisi yang dianut serta keadaan cuaca setempat, dan ada pula biara
paguyuban yang memperbolehkan orang untuk menjadi anggota selama jangka waktu
tertentu, mulai dari beberapa hari sampai nyaris seumur hidup. 19
Kehidupan di dalam kungkungan tembok sebuah biara ditunjang dengan berbagai cara
dengan menghasilkan dan menjual barang yang sering kali berupa hasil bumi, dengan
sumbangan atau derma, dengan pendapatan sewa atau investasi, dan dengan dana dari
organisasi-organisasi lain yang pada masa lalu merupakan penyokong tradisional bagi
biara-biara agamanya. Sudah lama ada tradisi dalam biara-biara Kristen untuk
menyediakan pelayan-pelayanan sebagai suaka, panti derma, dan panti husada. Biara-
biara sudah sering kali dikait-kaitkan dengan ketersediaan pendidikan dan dukungan bagi
kesarjanaan dan penelitian, yang kelak menghasilkan sekolah-sekolah, kolese-kolese, dan
universitas-universitas. Kehidupan dalam biara Kristen telah beradaptasi dengan
masyarakat modern dengan menawarkan jasa komputer, jasa dan manajemen akuntansi,
serta administrasi rumah sakit dan pendidikan modern20.
Menurut tradisi, monastisisme dalam agama Kristen bermula di Mesir, dirintis
oleh Santo Antonius. Mula-mula semua biarawan Kristen adalah petapa yang jarang
bersua orang lain. Namun karena begitu beratnya uzlah, banyak biarawan yang menyerah
dan kembali ke kehidupan lamanya atau mengalami kesesatan rohani. Suatu bentuk
transisional dari monastisisme di kemudian hari dibentuk oleh Santo Amun. Dalam
bentuk monastisisme transisional ini, para biarawan yang "berkhalwat" hidup cukup
berdekatan satu sama lain sehingga dapat saling bantu dan berkumpul pada hari Minggu
untuk beribadat bersama-sama. Santo Pakomius adalah penggagas cara hidup berguyub
dan beribadat bersama-sama di bawah satu atap (Monastisisme Senobitis). Sebagian
pihak berpendapat bahwa cara hidup dalam komunitas yang digagasnya terilhami oleh
cara hidup di barak tentara Romawi yang pernah ia jalani ketika menjadi prajurit pada
masa mudanya.[3] Tak lama sesudahnya, padang gurun Mesir dipenuhi biara-biara,

19
Sen, Amartya. 2000. “Social Exclusion: Concept, Application, and Scrutiny”. Manila: Office of
Environment and Social Development, Asia Development Bank
20
"Kriteria Miskin - Dinas Sosial Kota Semarang." http://dinsos.semarangkota.go.id/kriteria. Diakses
pada 2 Nov. 2022.
terutama di sekitar Nitria (Wadi El Natrun), yang dijuluki "Kota Suci". Diperkirakan
bahwa daerah ini suatu ketika pernah ditinggali oleh 50.000 orang biarawan. 21
Meskipun demikian, cara hidup petapa tidak serta-merta menghilang, tetapi
dikhususkan bagi para biarawan senior yang sudah mampu menangani masalah-masalah
pribadinya dalam biara senobitis. Gagasan cara hidup senobitis ini menyebar luas dan
ditiru di mana-mana:

 Sekembalinya dari Konsili Sardika, Santo Atanasius mendirikan biara Kristen pertama di


Eropa pada ca. 344, dekat kota Chirpan di Bulgaria sekarang ini.[4]
 Santo Eugenios mendirikan sebuah biara di Gunung Izla, dekat
kota Nisibis di Mesopotamia (~350). Dari biara ini tradisi senobitis menyebar luas
ke Mesopotamia, Persia, Armenia, Georgia, bahkan sampai ke India dan Tiongkok.
 Santo Saba mengatur para rahib di Padang Gurun Yudea dalam sebuah biara di
dekat Betlehem (483). Biara ini dianggap sebagai leluhur dari seluruh biara Gereja
Ortodoks Timur.
 Santo Benediktus dari Nursia mendirikan biara Monte Cassino di italia (529). Biara ini
merupakan cikal bakal dari monastisisme katolik Roma pada umumnya, dan Tarekat
Santo Benediktus pada khususnya.
 Tarekat Kartusian didirikan oleh Santo Bruno di La Grande Chartreuse, yang menjadi
asal usul dari nama tarekat ini, pada abad ke-11 sebagai sebuah paguyuban para petapa,
dan masih menjadi rumah induk dari tarekat ini.
 Santo Hieronimus dan Santa Paula memutuskan untuk menjadi petapa di Betlehem dan
mendirikan sejumlah biara di Tanah Suci. Cara hidup Santo Hieronimus mengilhami
pendirian Tarekat Santo Hieronimus di Spanyo dan Portugal. Biara Santa María del
Parral di Segovia adalah rumah induk dari tarekat ini.

Terdapat tempat biara yang terkenal di indonesia, diantaranya ialah:

1. Gua Maria Lourder, Kediri, Jawa Timur


Gua Maria itu sudah sangat terkenal di kalangan peziarah Katolik. Pada
umumnya, orang lebih mengenal gua Maria Lourdes dengan nama gua Maria
Puhsarang. Alasan dinamakan lourdes karena gua Maria tersebut merupakan

21
 "Updated - detikFinance - Detikcom."
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6318858/laporan-bank-dunia-penghasilan-rp-
10200hari-kategori-miskin-ekstrem.
imitasi dari gua Maria di Lourdes, kota di Prancis Selatan. Di kota aslinya,
tinggi patung Bunda Maria ialah 1,75 meter, sedangkan di Desa Puhsarang,
tingginya mencapai 4 meter.
2. Gua Maria Kerep, Ambarawa
Sekarang kita geser ke daerah Jawa Tengah. Bukan cuma umat Katolik, gua
Maria tersebut juga cukup populer di kalangan pemeluk agama lain. Satu hal
yang menonjol dan menjadi daya tarik gua Maria Kerep Ambarawa adalah
patung Bunda Maria Assumpta yang menjulang tinggi. Total tinggi patung
tersebut ialah 42 meter (tinggi patung 23 meter dan tinggi penopang 19 meter).
Gua Maria Kerep sudah berdiri sejak 1954 berkat peran seorang Belanda yang
bekerja sebagai pengelola kebun di lokasi tersebut.Pembangunan ini juga
didasari oleh Surat Gembala Sri Paus pada 1954 yang menetapkan bahwa
tahun tersebut sebagai tahun pengenangan 100 tahun dogma Maria
Terkandung Tanpa Noda.
3. Gua Maria Lembah Karmel-Puncak
Salah satu Gua Maria di Indonesia yang populer sebagai tempat ziarah umat
Katolik adalah Gua Maria Lembah Karmel yang terletak di Lembah Karmel,
Cikanyere, Cipanas, Puncak. Destinasi wisata religi satu ini juga terkenal
sebagai tempat misa penyembuhan yang diadakan setiap minggu kedua dan
keempat setiap bulannya.
4. Graha Bunda Maria Annai Velangkanni
Lokasinya ada di Medan, Sumatera Utara. Nama gereja tersebut memang
berasal dari bahasa India, Annai Velangkani Arokia Matha yang berarti bunda
penyembuh. Di lantai dua gereja tersebut, Anda bisa melihat patung Annai
Velangkanni bersama Yesus. Patung tersebut didatangkan langsung dari India.
Graha Bunda Maria Anna Velangkanni diresmikan pada 2005.
Pembangunannya menelan biaya hingga Rp4 miliar. Konon katanya, setelah
diresmikan, tepat di bawah patung Annai Velangkanni ditemukan mata air.
5. Gua Maria Sendang Sriningsih
Di kawasan Prambanan, bukan hanya Candinya yang terkenal tapi tepatnya di
desa Gayamharjo terdapat Gua Maria Sendang Sriningsih. Sendang Sriningsih
sendiri ditemukan pada 1934 dan memiliki arti perantara rahmat Tuhan pada
umatnya. Selain Gua Maria, di lokasi ziarah Katolik ini juga terdapat rute
Jalan Salib yang dirancang dengan anak-anak tangga sepanjang 900 meter dan
juga mata air yang dipercaya merupakan air suci yang mampu menyembuhkan
berbagai macam penyakit.
6. Palinggih Ida Kaniyaka Maria – Bali
Bali tak hanya identik dengan destinasi ziarah umat Hindu. Di pulau dewata
ini juga terdapat lokasi ziarah umat Katolik yang terkenal. Berlokasi di
Palasari, Palinggih Ida Kanikaya Maria atau yang berarti tempat suci Maria ini
dibangun bersebelahan dengan Gereja Hati Kudus Yesus. Seperti pada tempat
ziarah Katolik umumnya, di lokasi ini juga terdapat Gua Maria dan jalan salib
yang selalu diramaikan umat Katolik setiap menjelang perayaan Paskah setiap
tahunnya.
7. Candi dan Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus
Berbeda dengan gereja pada umumnya, Arsitektur Gereja Hati Kudus Tuhan
Yesus ini justru lebih terlihat seperti tempat ibadah umat Hindu. Dengan
bangunan gereja bergaya Joglo, di komplek gereja ini juga terdapat candi
dengan ukiran batu.
8. Sumur Kitiran Mas – Gereja Santa Maria Assumpta Pakem
Sumur kitiran Mas berada di dalam sebuah gereja sederhana, Gereja Santa
Maria Assumpta Pakem di Jogjakarta. Terdapat dua sumur di dalam gereja ini,
salah satu berdiameter 20 cm, dan lainnya berdiameter 70 cm, lengkap dengan
alat timba-nya. Air yang berasal dari sumur ini bisa langsung diminum meski
tak dimasak terlebih dahulu dan wajib masuk dalam daftar ziarah Anda saat
berkunjung ke daerah Jogjakarta, khususnya Kaliurang.
9. Sendangsono – Yogyakarta
Sendang sendiri memiliki arti mata air, dan sono melambangkan pohon sono
dikarenakan mata air ini berada di bawah pohon sono. Pada 1904, terdapat
peristiwa dimana Romo Van Lith datang dan membaptis 173 warga
Kalibawang dengan air sendang yang membuat tempat ini kini menjadi
destinasi ziarah umat Katolik. Peristiwa ini tergambar pada relief yang ada
pada salah satu kapel dalam kompleks Gua Maria Sendangsono. 22

22
 "Updated - detikFinance - Detikcom."
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6318858/laporan-bank-dunia-penghasilan-rp-
10200hari-kategori-miskin-ekstrem.
2.4 Membiara Dalam Agama Kristen
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Biarawati adalah perempuan yang sukarela meninggalkan kehidupan duniawi


dan mefokuskan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara atau tempat ibadah.
Biarawati memilih untuk hidup selibat (tidak menikah). Dengan hidup tetap perawan,
biarawati menjaga kesuciannya secara lahir dan batin dengan berpegang teguh pada
tiga kaul, yaitu kaul kemurnian, kaul ketaatan, dan kaul kemiskinan. Ketiga kaul ini
merupakan konsekuensi bagi perempuan atau siapapun yang memilih meninggalkan
kehidupan duniawinya dan memfokuskan hidupnya pada kehidupan agama.
Ketulusan dan pengorbanan yang dilakukan biarawati bukanlah hasil dari aturan-
aturan yang ada dalam kehidupan membiara tapi itu semua adalah wujud totalitas
penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan. Biarawati tidak menikah, biarawati harus
siap menjalani kehidupan dalam kesederhanaan dan taat kepada aturan kongregasi dan
Tuhan.

B.SARAN

Adapun saran yang disampaikan penulis adalah diharapkan mampu


memberikan pengetahuan informasi yang berkaitan tentang kehidupan kaul, sehingga
mampu mengubah sudut pandang seseorang terhadap biarawati agar tidak menilai
menyimpang terhadap segala kegiatan para biarawati. Serta diharapkan mampu
menjadi referensi visual untuk penilitian-penelitian selanjutnya yang membahas
terkait kehidupan biarawati serta makna kaul kemurnian, ketaatan, dan kemiskinan.
Penulis menyadari penciptaan karya ini masih jauh dari kata sempurna, namun
diharapkan dari penciptaan karya ini mampu memberikan banyak wawasan dan
menginspirasi dan memaknai hidup ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai