Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGERTIAN AGAMA

(HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KEPENDIDIKAN)

Dosen Pengampu: Rita Samela, M.Pd

Oleh Kel. 1

Ananda Khoiriatul Fadhilah: 1238.22.1346

Dina Izza Zulizzahroh: 1238.22.1364

Imelda Aisyah Amalia: 1238.22.1390

Winingsih

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-KIFAYAH RIAU


PEKANBARU

2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, kita panjatkan puji dan syukur atas kehadirat


Allah subhanahu wata’ala yang atas rahmat serta karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalh yang berjudul “PENGERTIAN AGAMA (HAK
DAN KEWAJIBAN TENAGA KEPENDIDIKAN”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah METODOLOGI STUDI
ISLAM.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, oleh karena itu, penulis sangat menghargai akan kritik dan saran yang
diberikan oleh pembaca untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian
yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi kita semua.

Pekanbaru,17 Maret 2023

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3

A. Pengertian Agama....................................................................................................3
B. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama..............................................5
C. Fungsi Agama..........................................................................................................7
D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kependidikan.............................................................8

BAB III PENUTUPAN......................................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama merupakan suatu pedoman atau pondasi bagi kehidupan manusia. Karena,
agama dapat membawa umatnya ke jalan yang lurus serta menunjukkan kepada suatu
jalan untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan yaitu ketenangan, kebahagiaan, serta
kemantapan hati agar manusia bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dan membuat
manusia tidak keluar dari batas yang telah diatur oleh agama tersebut.
Peran agama memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena
manusia memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya untuk tunduk kepada zat
yang ghaib. Ketundukan ini merupakan bagian dari faktor internal manusia yang dalam
psikologi kepribadian dinamakan pribadi (self) ataupun hati nurani.1
Mengingat agama merupakan kebutuhan penting bagi manusia, maka agama
harus selalu ditumbuh kembangkan dari sejak dini. Seorang anak mengenal Tuhan
pertama kali melalui bahasa dari kata-kata orang yang berada dilingkungannya. Jadi,
dapat dikatakan seorang anak dilahirkan sudah dalam keadaaan fitrah (suci) keagamaan.
Hanya belum berkembang dan harus dikembangkan oleh orang-orang disekitarnya.2
Fakta bahwa agama dijadikan landasan hidup manusia, maka suatu syari’at harus
dilaksanakan berdasarkan landasan agama. Di dalam agama segala aspek kehidupan telah
diatur dengan baik. Terutama mengenai hak dan kewajiban sesama manusia. Yang mana
bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan permasalahan di atas maka, kami membuat makalah dengan judul
“Pengertian Agama (Hak dan Kewajiban Tenaga Kependidikan)”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian agama?
2. Apa yang melatar belakangi manusia memerlukan agama?
3. Apa fungsi agama terhadap manusia?
4. Apa saja hak dan kewajiban tenaga kependidikan?

1
Jalaludin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 143
2
Rohmalina Wahab, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015), hlm. 85

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian agama
2. Mengetahui latar belakang manusia memerlukan agama
3. Mengetahui fungsi agama bagi manusia
4. Mengetahui hak dan kewajiban tenaga kependidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama
Secara bahasa kata “agama” berasal dari bahasa Sanskrit, yaitu yang tersusun dari
dua kata, a = tidak dan gam= pergi. Jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat,
diwarisi secara turun temurun. Hal ini menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu
diwarisi secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Ada juga versi
lain yang mengatakan agama tersusun dari a = tidak dan gama = berarti kacau. Jadi
agama artinya tidak kacau. Selanjutnya ada juga yang berpendapat mengatakan bahwa
agama berarti teks atau kitab suci.3
Menurut Harun Nasution, agama berasal dari bahasa arab yaitu din yang artinya
menguasai, menundukkan patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Dalam bahasa Semit din
artinya undang-undang atau hukum. Pengertian ini juga sejalan dengan kandungan agama
yang ada di dalamnya terdapat peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus
dipatuhi penganut agama yang bersangkutan. Selanjutnya agama juga menguasai diri
seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-
ajaran agama.
Dalam bahasa latin agama berasal dari kata religi. Harun Nasution mengatakan,
asal kata religi adalahan relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan membaca.
Pengertian demikian itu sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara-cara
mengabdi kepada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi
menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religere yang berarti mengikat. Ajaran-
ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Yakni ikatan antara roh
manusia dengan tuhan.4
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian agama secara bahasa
adalah ikatan. Ikatan yang mana harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia dan memiliki
pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia.

3
Nurhasanah Bakhtiar dan Marwan, Metodologi Studi Islam, (Pekanbaru:Cahaya Firdaus, 2016), hlm. 17
4
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 9-10

3
Secara istilah menurut sebagian orang, agama merupakan sebuah fenomena yang
sulit didefinisikan. WC Smith Mengatakan, “Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa
hingga saat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat diterima.” 5 Mukti Ali
pernah mengatakan barangkali tidak ada kata yang paling sulit diberi pengertian dan
definisi selain dari kata agama. Pernyataan ini didasarkan pada tiga alasan. Pertama,
bahwa pengalaman agama adalah soal batini, subyektif dan sangat individualis sifatnya.
Kedua, barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosional dari pada
orang yang membicarakan agama. Oleh karena itu, setiap pembahasan tentang arti agama
selalu ada emosi yang melekat erat sehingga kata agama itu sulit didefinisikan. Ketiga,
konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan dari orang yang memberikan definisi
itu.6 Meski demikian, para cendikiawan besar memiliki definisi, atau yang lebih tepatnya
kita sebut dengan kesimpulan mereka tentang fenomena agama. Beberapa diantaranya
adalah:
a. Emile Durkheim mengartikan, agama sebagai suatu kesatuan system
kepercayaan dan pengalaman terhadap suatu yang sakral, kemudian
kepercayaan dan pengalaman tersebut menyatu ke dalam suatu komunitas
moral.
b. Karl Mark berpendapat bahwa agama adalah keluh kesah dari makhluk yang
tertekan hati dari dunia yang tidak berhati, jiwa dari keadaan yang tidak
berjiwa, bahkan menurut pendapatnya pula bahwa agama dijadikan sebagai
candu bagi masyarakat.
c. Spencer mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan sesuatu yang
Maha mutlak.
d. Dewey menyebutkan agama sebagai pencarian manusia akan cita-cita umum
dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam
jiwanya, agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang
hebat.
e. Sebagian pemikir mengatakan bahwa apa saja yang memiliki tiga ciri khas di
bawah ini dapat disebut sebagai agama: 1) Keyakinan bahwa di balik alam

5
M. Rozali, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan, (Depok:PT Rajawali Buana
Pustaka, 2020), hlm.48
6
Nurhasanah Bakhtiar dan Marwan, Metodologi Studi Islam, (Pekanbaru:Cahaya Firdaus, 2016), hlm. 17

4
materi ini ada alam yang lain, 2) Penciptaan alam memiliki tujuan, 3) Alam
memiliki konsep etika.

Pada semua definisi tersebut di atas, ada satu hal yang menjadi kesepakatan semua, yaitu
kepercayaan akan adanya sesuatu yang agung di luar alam. Namun, lepas dari semua definisi
yang ada di atas maupun definisi lain yang dikemukakan oleh para pemikir dunia lainnya, kita
meyakini bahwa agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu
kepada para Nabi -Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dari sini,
kita bisa menyatakan bahwa agama memiliki tiga bagian yang tidak terpisah, yaitu akidah
(kepercayaan hati), syari’at (perintah-perintah dan larangan Tuhan) dan akhlak (konsep untuk
meningkatkan sisi rohani manusia untuk dekat kepada-Nya). Meskipun demikian, tidak bisa kita
pungkiri bahwa asas terpenting dari sebuah agama adalah keyakinan akan adanya Tuhan yang
harus disembah.7

B. Latar Belakang Perlunya Manusia Terhadap Agama


1. Latar belakang fitrah manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali
ditegaskan ditegaskan dalam ajaran Islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri
manusia. Sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru di masa akhir
ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitrah
keagamaan yang ada pada diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya
manusia pada agama. Oleh karenanya, ketika datang wahyu Allah yang menyeru
kepada manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan
fitrahnya itu. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala,
‫ق ٱهَّلل ِ ۚ ٰ َذلِكَ ٱلدِّينُ ْٱلقَيِّ ُم‬
ِ ‫اس َعلَ ْيهَا ۚ اَل تَ ْب ِدي َل لِ َخ ْل‬
َ َّ‫ط َرتَ ٱهَّلل ِ ٱلَّتِى فَطَ َر ٱلن‬ْ ِ‫ِّين َحنِيفًا ۚ ف‬ َ َ‫فََأقِ ْم َوجْ ه‬
ِ ‫ك لِلد‬
ٰ
ِ َّ‫َولَ ِك َّن َأ ْكثَ َر ٱلن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (ar-Rum: 30)

7
M. Rozali, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan, (Depok: PT Rajawali Buana
Pustaka, 2020), hlm.48-49

5
Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu’alaihi wassalam,
ْ ِ‫ ُكلُّ َموْ لُو ٍد يُولَ ُد َعلَى ْالف‬: ‫ال َرسُوْ ُˆل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬
‫ط َر ِة فََأبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه َأوْ يُنَص َِّرانِ ِه‬ َ َ‫ق‬
‫َأوْ يُ َم ِّج َسانِ ِه‬
“Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi orang Yahudi, orang Nasrani
ataupun orang Majusi”.
Berdasarkan dalil di atas terlihat dengan jelas bahwa manusia secara fitri
merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal demikian
sejalan dengan hadits Nabi yang mengatakan bahwa setiap anak terlahir dalam
keadaan fitrah (potensi beragama) maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak
tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Karena demikian, menumbuh
kembangkan dan memelihara potensi keagamaan yang ada dalam diri manusia sejak
ia lahir kedunia. Sebagaimana syari’at Islam, bagi anak yang baru lahir yang pertama
kali diperdengarkan adalah nama Allah dengan cara mengazankan pada telinga
sebelah kanannya dan iqamat pada telinga sebelah kirinya.8
2. Karena Keterbatasan akal manusia
Akal manusia sebagai anugerah terbesar memang mampu untuk membedakan dan
mengetahui yang baik dan buruk, tetapi tidak semua yang baik dan yang buruk itu
dapat diketahui akal. Akal manusia semata juga tidak mampu mengetahui segala
informasi terutama yang berkenaan dengan alam meta fisika (ghaib), termasuk
mengetahui peristiwa yang terjadi setelah manusia mati seperti barzakh, shirat,
akhirat, surga dan neraka. Manusia membutuhkan informasi terhadap hal itu semua,
karena manusia pasti menghadapi kehidupan setelah hidup di dunia. Justru hidup di
akhirat adalah hidup yang kekal dan abadi. Untuk itu manusia perlu
bimbingan wahyu (agama).9
3. Tantangan Manusia
Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena
manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik
tantangan dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan

8
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm: 16-18
9
Nurhasanah Bakhtiar dan Marwan, Metodologi Studi Islam, (Pekanbaru:Cahaya Firdaus, 2016), hlm. 21

6
hawa nafsu dan bisikan setan. Sedangkan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa
dan upaya-upaya yang dilakukan secara sengaja berupaya ingin memalingkan
manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga dan pikiran
yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang di dalamnya
mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan.10
Oleh karena itu, peran agama sangatlah penting sebagai petunjuk bagi manusia
agar tidak terjerumus kepada kesesatan.
C. Fungsi Agama
Agama adalah sesuatu yang melekat dalam diri manusia. Tidak ada seorangpun
secara mutlak lepas dari agama. Keberadaan agama bagi kehidupan manusia pada
dasarnya mempunyai dua fungsi utama. Pertama sebagai informasi dan kedua sebagai
konfirmasi.
Secara rinci fungsi agama adalah sebagai berikut:
1. Agama sebagai petunjuk kebenaran
Manusia adalah makhluk berakal. Dengan akal itulah lahir ilmu dan filsafat sebagai
sarana untk mencari kebenaran. Namun tidak semua kebenaran yang dicari manusia
terjawab oleh ilmu dan filsafat dengan memuaskan karena pijakannya adalah akal
yang mempunyai kemampuan terbatas dan kebenaran yang relatif dan nisbi. Oleh
karena itu manusia memerlukan sumber kebenaran lain. Sumber kebenaran lain
adalah agama, yaitu informasi dari Tuhan Yang Maha Mutlak, Tuhan yang Maha
Benar.
2. Agama sebagai informasi metafisika
Banyak hal-hal yang belum terungkap oleh akal manusia terutama yang menyangkut
hal-hal metafisika. Misalnya kehidupan setelah mati barzakh, yaumul hisab, surga,
neraka, malaikat, jin dan termasuk informasi tentang Tuhan. Akal manusia tidak
mampu mengungkap dan mencari informasi tentang hal tersebut dengan benar.
Pencarian manusia merupakan perkiraan semata bahkan dapat berupa hayalan.
Agama yng di dalamnya ada wahyu dari Tuhan Yang Maha Mengetahui memberikan
informasi yang jelas dan benar tentang sesuatu yang berkaitan dengan metafisika.
3. Agama sebagai sumber moral

10
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm: 24-25

7
Persoalan moral atau akhak merupakan persolan yang mendasar dalam kehidupan
manusia. Bahkan misi dari kenabian dan diturunkannya agama adalah untuk
memperbaiki akhlak manusia. Akhlak juga dapat menjadikan standar kemuliaan
seseorang dan membedakannya dengan binatang.
4. Agama sebagai sumber syariah dan ibadah
Hal yang terpenting dalam agama dalah peribadatan. Peribadatan merupakan aplikasi
dan realisasi dari keimanan seseorang. Peribadatan yang benar hanya diperoleh
melalui agama yang diwahyukan Tuhan kepada manusia. Manusia dengan akalnya
tidak mampu menciptakan bentuk penyembahan dan peribadatan yang benar.
5. Agama sebagai sumber ilmu atau fungsi konfirmasi
Wahyu yang diturunkan Allah SWT dalam agama merupakan sumber ilmu yang
dengannya manusia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya tentang realitas
alam semesta. Ketika manusia mampu untuk menemukan suatu teori ilmu, dan
mengambangkan pengetahuannya, perlu ada pengkonfirmasian dengan wahyu, agar
ilmu dan pengetahuan yang diperoleh memperdekatkan dirinya kepada Tuhan.
Dengan melihat fungsi agama di atas, maka yang dapat memenuhi fungsi tersebut
adalah agama yang tergolong agama wahyu. Agama ciptaan manusia tidak mampu
mengungkap hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal. Satu-satunya agama wahyu
sekarang ini hanyalah agama Islam. Artinya, fungsi agama secara utuh
hanya ditemukan dalam agama Islam.11
D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kependidikan
Hak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah bentuk kebenaran,
kepemilikan, kewenangan, kekuasaan, derajat, dan wewenang menurut hukum.
Dalam Islam (Fiqh Muamalah) hak berasala dari bahasa Arab yakni al-haq yang
memiliki beberapa makna yaitu, kepastian atau ketetapan, kebenaran,menetapkan atau
menjelaskan.12
Sedangkan menurut istilah yaitu, hak merupakan sekumpulan kaidah yang
mengatur hubungan antar manusia yang berkaitan dengan perorangan maupun harta
benda.13

11
Nurhasanah Bakhtiar dan Marwan, Metodologi Studi Islam, (Pekanbaru:Cahaya Firdaus, 2016), hlm. 23
12
Ghufron Mas’adi, Fiqh Muamalah Konselektual, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002) hlm. 31-32

8
Sementara kewajiban dalam KBBI adalah sesuatu yang harus dilaksanakan.
Sedangkan secara istilah yaitu, kewajiban adalah suatu bentuk pertanggung jawaban yang
harus dipenuhi oleh semua pihak dalam rangka menjalankan peraturan atau perjanjian
yang telah disepakati bersama.14
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Bahwasannya hak dan kewajiban
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dimana ada hak disitu ada kewajiban.
Jika seseorang ingin meminta haknya maka hendaklah ia menjalankan kewajibannya
terlebih dahulu.
Hak dan kewajiban sangatlah erat hubungannya dengan seorang tenaga
kependidikan. Karena, Tenaga Kependidikan mempunyai tanggung jawab yang
bermacam-macam, serta akan diimplementasi kedalam bentuk pengabdian terhadap
masyarakat. Tugas pendidik melingkupi ranah profesi pendidikan, ranah kemanusiaan
serta ranah kemasyarakatan. Tugas tenaga pengajar atau guru merupakan profesi yang
meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik dapat diartikan mengembankan dan
melanjutkan asas-asas hidup dan kehidupan. Mengajar mengembangkan dan meneruskan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian yang terakhir, melatih berarti menumbuhkan
keterampilan-keterampilan siswa menjadi lebih baik lagi. Berikut hak dan kewajiban
tenaga kependidikan:
1. Hak-hak tenaga Kependidikan
Hak-hak tenaga kependidikan berdaskan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 40 ayat
1, menjelaskan tenaga kependidikan berhak memperoleh:
a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.
d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil dari
kekayaan intelektual.15

13
Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddeiqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
1999), hlm. 120
14
Satya Arinanto, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 39
15
Rusydi Ananta, Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan
Pendidikan Indonesia, 2018), hlm 17

9
e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Kewajiban Tenaga Kependidikan
Undang-Undang SISIDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003, memberikan
pengertian bahwa tenaga pendidikan merupakan perwakilan masyarakat yang
mengabdikan dirinya serta diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan (Pasal 1 ayat 5), sedangkan tenaga pendidik merupakan tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan
(pasal 1 ayat 6). Maka dari itu, pendidik itu merupakan tenaga kependidikan,
tetapi tenaga kependidikan belum tentu pendidik. Kewajiban tenaga
kependidikan berdasarkan Undang-Undang SISDIKNAS pasal 40 ayat 2,
adalah:
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis dan dialogis.
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.16

Sebagai tenaga kependidikan yang professional hendaklah kewajiban


tersebut dilaksanakan dengan sebaik mungkin.

16
Muhammad Hakiki dan Radinal Fadli, Buku Profesi Pendidikan, (Banyumas: CV Pena Persada, 2021) hlm.
9

10
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Agama secara bahasa adalah ikatan. Ikatan yang mana harus dipegang dan dipatuhi
oleh manusia dan memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia.
Sedangkan secara istilah adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan
wahyu kepada para Nabi -Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia
dan akhirat.
2. Hak tenaga kependidikan sebagai berikut,
a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
b. Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c. Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.
d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil dari kekayaan
intelektual.
3. Kewajiban tenaga kependidikan sebagai berikut,
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis
dan dialogis.
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
B. Saran
Melalui makalah ini semoga para pembaca bisa lebih memahami makna dari
sebuah agama dan bagi tenaga kependidikan hendaklah sebisa mungkin menjalankan hak
dan kewajibannya dengan baik. Agar bisa mencapai tujuan pendidikan yang maksimal.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Rusydi, Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Medan: Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2018

Arinanto, Satya, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2009

Ash-Shiddeiqy, Tengku Muhammad Hasbi, Pengantar Fiqh Mu’amalah, Semarang: Pustaka


Rizki Putra, 1999

Bakhtiar, Nurhasanah dan Marwan, Metodologi Studi Islam, Pekanbaru:Cahaya Firdaus, 2016

Hakiki, Muhammad dan Radinal Fadli, Buku Profesi Pendidikan, Banyumas: CV Pena Persada,
2021

Jalaludin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip


Psikologi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2016

Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2016

Mas’adi, Ghufron, Fiqh Muamalah Konselektual, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002

Rozali, M, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan, Depok: PT


Rajawali Buana Pustaka, 2020

Wahab, Rohmalina , Psikologi Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015

12
13

Anda mungkin juga menyukai