Anda di halaman 1dari 11

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam
Dosen pengampu:
Drs. Abdul Haris, M. Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Winahyu Fajar Pamungkas 11230110000115

Aliyah Rahmadhini 11230110000126

Muhammad Najwan Abdillah Azzam 11230110000142

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
kami nikmat sehat wal afiat, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini secara
tepat waktu.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Studi Islam, dalam program studi Pendidikan Agama islam, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Abdul Haris, M. Ag. Selaku dosen
pengampu mata kuliah Studi Islam yang telah membimbing kami dan memberikan tugas ini,
sehingga kami dapat menambah wawasan serta pengetahuan kami.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna dan terdapat banyak kekurangan di dalamnya, baik dari segi penyusunan maupun
tata bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca agar dapat menjadi acuan dalam pembuatan makalah di
masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para
pembaca.

Ciputat, 17 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Pengertian Agama......................................................................................................................2
B. Latar Belakang Kebutuhan Manusia Terhadap Agama..............................................................4
C. Fungsi Agama dalam Kehidupan...............................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................7
PENUTUP.................................................................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dibumi
dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Manusia juga merupakan
makhluk sosial. Artinya manusia tidak dapat hidup dan berkembang dengan baik
tanpa bantuan orang lain. Hubungan manusia dengan sesama manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup yang kompleks, yaitu kebutuhan bersifat fisik dan psikis.
Substansi hubungan manusia itu pada pokoknya adalah saling memenuhi kebutuhan
masing-masing. Ini pertanda bahwa manusia diberikan batasan-batasan tentang
perbuatan yang baik untuk keharmonisan interaksi.
Agama merupakan risalah yang disampaikan Tuhan kepada para nabi-Nya
untuk memberi peringatan kepada manusia. Memberi petunjuk sebagai hukum-hukum
sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata hidup yang
nyata. Mengatur tanggung jawab kepada Allah, kepada masyarakat dan alam
sekitarnya. Oleh karena itu, kewajiban semua orang untuk menyadarkan bahwa agama
merupakan kebutuhan umat manusia.
Untuk membahas hal tersebut yang menjadi pokok masalah dalam tulisan ini
adalah untuk menjawab “Mengapa manusia membutuhkan Agama”, dengan pokok
bahasan: Pengertian agama, Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan, dan
Latar belakang perlunya manusia beragama.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Agama?


2. Bagaimana latar belakang Kebutuhan Manusia terhadap Agama?
3. Apa fungsi Agama dalam Kehidupan?
C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Agama dan Agama Islam


2. Mengetahui latar belakang Kebutuhan Manusia terhadap Agama
3. Mengetahui fungsi Agama dalam Kehidupan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Agama

Dalam masyarakat Indonesia, selain kata agama, dikenal pula kata di>n ( ٌ‫)ن ْيِد‬
yang berasal dari bahasa ‘Arab dan kata religi dari bahasa Eropa.1 Kata “agama”
berasal dari kata Sanskerta. Ada satu pendapat yang mengatakan bahwa kata itu
tersusun dari dua kata, a yang berarti tidak, dan gam yang berarti pergi. Jadi, “agama”
berarti “tidak pergi, tetap di tempat, dan diwarisi secara turun-temurun”. Agama
memang mempunyai sifat seperti itu. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa
agama berarti teks atau kitab suci. Pada kenyataannya, agama-agama memang
mempunyai kitab suci. Pada sisi lain, kata gam juga berarti “tuntunan”, karena
memang agama mengandung juga ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi
para penganutnya.
Din dalam bahasa Semit berarti “undang-undang atau hukum”. Dalam bahasa
Arab, kata ini mengandung arti “menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan,
kebiasaan”. Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum
yang harus dipatuhi orang. Selanjutnya, agama memang menguasai diri seseorang dan
membuat dia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran
agama. Lebih lanjut lagi, agama membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak
dijalankan oleh seseorang, ia akan menjadi hutang baginya. Paham kewajiban dan
kepatuhan mem-bawa pula kepada paham balasan. Yang menjalankan kewajiban dan
yang patuh akan mendapat balasan baik dari Tuhan. Yang tidak menjalankan
kewajiban dan yang tidak patuh akan mendapat balasan yang tidak baik.
Religi berasal dari bahasa Latin. Ada sejumlah ahli yang berpendapat bahwa asal kata
religi adalah relegere, yang mengandung arti mengumpulkan, membaca. Agama memang
merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang tertuang dalam kitab suci yang
harus dibaca. Akan tetapi, pendapat lain menyatakan bahwa kata itu berasal dari religare
yang berarti “mengikat”. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi
manusia. Selanjut-nya, dalam agama terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan
karena dalam keberagamaan terdapat kesediaan manusia me- ngingatkan dirinya dengan
Tuhan.
Lepas dari keragaman istilah yang terkait dengan agama seperti dijelaskan di atas,
intisari keberagamaan adalah ikatan. Agama me- ngandung arti ikatan yang mengikat dan
harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali
dalam kehidupan sehari-hari manusia. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih besar
di luar diri manusia, yang bersifat gaib atau takdapat ditangkap dengan pancaindera.
Oleh karena itu, agama diberi definisi sebagai berikut:
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi.
1
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Cet.V; Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1985), h. 9-13.

2
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk kehidupan yang mengandung pengakuan
pada adanya suatu sumber kekuatan yang berada di luar diri manusia dan yang
mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu sistem tingkahlaku (code of conduct) yang berasal dari suatu kekuatan
gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber
pada suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar
manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang
Rasul.2
Unsur-unsur penting yang terdapat dalam agama mencakup:
Pertama, kekuatan gaib, yakni manusia merasa dirinya merasa lemah dan berhajat
pada kekuatan gaib itu sebagai tempat meminta pertolongan. Oleh karena itu, manusia merasa
harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Hubungan baik ini dapat
diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan gaib itu.
Kedua, keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan hidupnya di
akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan
hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.
Ketiga, respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon itu bisa mengambil
bentuk perasaan takut, seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif; atau perasaan
cinta, seperti yang terda-pat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya, respon
mengambil bentuk penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau pemujaan
yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Lebih lanjut lagi, respon itu mengambil
bentuk cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
Keempat, paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib,
dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk
tempat-tempat tertentu.3
Agama juga dapat dibedakan menjadi dua kategori. Ada agama yang dianut oleh
masyarakat yang masih bersifat primitif dan ada pula yang dianut oleh masyarakat yang telah
meninggalkan fase primitif. Di antara bentuk agama yang terdapat dalam masyarakat primitif
adalah dinamisme, animisme, dan politeisme.
Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius.
Dalam paham ini, benda-benda tertentu diyakini mempunyai kekuatan gaib dan berpengaruh
terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Kekuatan gaib itu ada yang bersifat baik dan ada
yang bersifat jahat. Benda yang mempunyai kekuatan gaib baik akan disenangi dan dipakai
atau dimakan agar orang yang memakai atau memakannya senantiasa dipelihara dan
2
Abi> al-Fath} Muh}ammad bin ‘Abd al-Kari> bin Abi> Bakr Ah}mad al- Syah-rasta>ni>, al-Mila>l wa al-
Nihal, Juz I (Mesir: Mus}t}afa> al-Ba>b al- Halabi>, 1967 M/1387 H), h.37-40
3
Harun Nasution, Islam Ditinjau, Jilid I, h.12

3
dilindungi oleh kekuatan gaib yang terdapat di dalamnya. Benda yang mempunyai kekuatan
gaib dan jahat ditakuti dan karena itu dijauhi.
Agama animisme, adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang
bernyawa maupun yang tidak bernyawa, mempunyai roh. Roh dalam masyarakat primitif
belum mengambil bentuk roh seperti yang dipahami oleh paham masyarakat yang lebih maju.
Dalam masyarakat primitif, roh masih tersusun dari materi yang halus sekali, yang lebih
menyerupai uap atau udara. Roh bagi mereka mempunyai rupa, misalnya berkaki dan
bertangan yang panjang- panjang, mempunyai umur dan perlu pada makanan. Mereka
bertingkah laku seperti manusia, misalnya pergi berburu, menari, dan menyanyi.
Agama politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-dewa. Dalam agama ini,
bukan lagi roh-roh yang yang menimbulkan perasaan takjub dan dahsyat, tapi dewa-dewa.
Kalau roh-roh dalam animisme tidak diketahui tugas-tugasnya yang sebenarnya, dewa- dewa
dalam politeisme mempunyai tugas-tugas tertentu. Ada dewa yang bertugas menyinarkan
cahaya dan panas ke permukaan bumi. Dewa ini dalam agama Mesir kuno disebut Ra, dalam
agama India Kuno disebut Surya, dan dalam agama Persia kuno disebut Mithra. Ada pula
dewa yang tugasnya menurunkan hujan, yang diberi nama Indera dalam agama India kuno,
dan Donnar dalam agama Jerman kuno. Selanjutnya, ada pula dewa angin yang disebut Wata
dalam agama India kuno, dan Wotan dalam agama Jerman kuno.
B. Latar Belakang Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Secara alamiah, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya. Ini
dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Ia
mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat
membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu
beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya. Adapun latar belakang manusia membutuhkan
agama:
1. Latar belakang fitrah manusia
Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan ditegaskan dalam ajaran islam,
yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia. Setiap anak yang dilahirkan memiliki
potensi beragama, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi
Islam, Kristen, Hindu, maupun Budha.
Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi agama yaitu pada
manusia primitif yang tidak pernah mendapat informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka
mempercayai adanya Tuhan, meskipun yang mereka percayai itu terbatas pada khayalan.
Dalam diri manusia sudah terdapat potensi beragama, potensi beragama ini
memerlukan pembinaan, pengarahan, dan pengembangan dengan cara mengenalkan agama
kepadanya.
2. Kelemahan dan kekurangan manusia
Disamping manusia memiliki berbagai kesempurnaan manusia juga memiliki
kekurangan. Dalam pandangan al-Qur'an, manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan
sempurna, namun diperoleh pula manusia berpotensi positif dan negatif, sedangkan daya tarik
keburukan lebih kuat dari pada kebaikan.

4
Sifat-sifat keburukan yang ada pada manusia antara lain sombong, inkar, iri, dan lain
sebagainya, Karena itu manusia dituntut untuk menjaga kesuciaannya, hal yang dapat
dilakukan untuk menjaga kesuciannya dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dengan
bimbingan agama dan disinilah letak kebutuhan manusia terhadap agama.
3. Tantangan Manusia
Manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang
dating dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa nafsu dan
bisikan setan, sedangkan tantangan dari luar berupa rekayasa dan upaya-upaya yang
dilakukan manusia dengan sengaja ingin memalingkan manusia dari Tuhan.
Upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar
taat menjalankan agama. Jadi upaya mengagamakan masyarakat menjadi sangat penting, agar
masyarakat mampu menghadapi tantangan baik dari luar maupun dari dalam.
C. Fungsi Agama dalam Kehidupan

Manusia adalah mahluk yang memiliki rasa keagamaan, kemampuan untuk


memahami dan mengamalkan nilai agama. Tugas manusia didunia yaitu ibadah dan
mengabdi kepadanya.

Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran, dimana agama diibaratkan sebagai
suatu gedung perpustakaan kebenaran. Agama dapat dijadikan suatu pedoman dalam
mengambil suatu keputusan antara yang benar dan yang salah.

Peranan sosial agama bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan
suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam
kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan
nilai-nilai yang mendasari sistem- sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh
kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam
masyarakat.

Manusia menyelesaikan tantangan-tantangan hidup dengan menggunakan agama,


karena manusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki
kesanggupan dalam menolong manusia.

Fungsi agama dalam kehidupan antara lain:

1. Fungsi Edukatif

Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran tentang boleh tidaknya suatu


perbuatan, cara beribah, dll dengan perantara petugas-petugasnya (fungsionaris).

5
2.Fungsi Penyelamatan

Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu "yang sakral" dan


"makhluk teringgi" atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang
hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan.

3. Fungsi Pengawasan Sosial

Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang dianggap


baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern.

4. Fungsi Memupuk Persaudaraan

Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi


karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya
saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan.

5. Fungsi Transformatif Mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai


lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.

Selain fungsi diatas, agama juga memiliki fungsi antara lain:

- Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok


- Mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan
manusia.
- Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah
- Pedoman mengungkapkan rasa kebersamaan
- Pedoman perasaan keyakinan
- Pedoman keberadaan
- Pengungkapan estetika (keindahan)
- Pedoman rekreasi dan hiburan
- Memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.

6
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Agama secara bahasa dapat diartikan tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi
secara turun-temurun, tuntunan, serta pembawa peraturan yang merupakan hukum
dan agama bersifat menguasai diri seseorang untuk tunduk dan patuh pada Tuhan
dengan menjalankan ajaran- ajaran agama. Sedangkan, secara istilah didifinisikan
mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-
perbuatan manusia.

Yang menjadi latar belakang manusia membutuhkan agama, diantaranya karena latar
belakang fitrah manusia yang mana manusia mempunyai dan membutuhkan fitrah agama,
kelemahan dan kekurangan manusia yang mana dengan itu membutuhkan agama untuk
menjadi petunjuk dan pengendalian diri, serta tantangan manusia yang mana dengan itu
membutuhkan petunjuk untuk mencari solusi dari setiap tantangan dan masalah yang
dihadapi manusia.

Fungsi agama dalam kehidupan kita antara lain sumber pedoman hidup bagi individu
maupun kelompok, mengatur tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan
manusia, tuntutan tentang prinsip benar atau salah, pedoman mengungkapkan rasa
kebersamaan, memberikan identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama,
memberikan bimbingan dan pengajaaran tentang boleh tidaknya suatu (perbuatan, cara
beribadah, dll), membantu manusia mengenal Tuhan dan cara berkomunikasi dengan Tuhan,
memupuk rasa persaudaraan, dan mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-
nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2007. ”Al-Qur’an dan Terjemahannya”. Bandung

Harun Nasution. 1973. “Falsafah Islam”. Jakarta: Bulan Bintang Harun Nasution. 1985.
“Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya”. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Ahmad Daudy. 1989. “Kuliah Filsafat Islam”. Jakarta: Bulan Bintang

Sirajuddin Zar. 2004. “Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya,Raja Gravindo Persada”.Jakarta

M. Quraish Shihab. 1996. “Wawasan al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan
Umat”. (Cet.II; Bandung: Mizan)

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/JIA/article/view/464/414

https://jurnalpencerahan.org/index.php/jp/article/view/27

Anda mungkin juga menyukai