Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HAKIKAT AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu :
Bpk. Wahyu Hidayat M.PD.
Disusun Oleh:
Faris Ammar Rosyiddin 2370112163 Anisa Rahma Deta
2370112127
Susendi Fajariansyah 2370112243 Nova Rahma Yanti
2370112095
Rizky Ardian Saputra 2370112165 Aiga Hasti Ranni
2370112147
Aditya Dwi Saputra 2370112149 Emilia Gustika 2370112048
Randika Pratama 2370112106 Lasmini 2370112094
Dimas Alhuda 2370112111 Rukiya 2370112097
INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS DAN BAHASA

Tahun ajaran 2023/2024


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Islam adalah agama
sempurna yang ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
mengatur dari hal-hal kecil sampai kepada hal-hal yang besar karena
Islam memiliki sumber hukum dari Allah Ta’ala yakni Al-Qur’an.Dalam
kehidupan manusia sehari-hari terdapat perkara - perkara yang belum
ditegaskan dalam Al-Qur’an. Dan seiring berkembangnya zaman
perkara yang tadinya tak ada menjadi ada berkat perkembangan
teknologi. Misalnya, perkara akan hak cipta akan karya digital.
Hukumnya tak terdapat dalam Al-Qur’an. Untuk memahami dan
memutuskan perkara tersebut, hukum Islam menggunakan bahan-bahan
dan keterangan-keterangan lainnya yakni dengan menggunakan Hadist
Rasulullah, ataupun ijtihad dari ulil amri dan mujtahid-mujtahid Islam
lainnya.Dengan makalah ini, penulis berharap dengan adanya
pembahasan Hakikat Agama Islam ini bisa menjadi bahan acuan juga
bagi kita semua, bahwa dengan hukum islamlah kehidupan bisa
terjaga.Makalah ini juga dirasa sangat banyak memiliki kekurangan.
Oleh karena itu besar harapan saya sebagai penulis untuk menerima
semua saran-saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Wassalamu'laikum warahmatullahi wabarakatuh
Kotabumi, 24 November 2023

Time penulis
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................... i
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar belakang........................................................................1.2
B. Perumusan masalah...................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................2.3
BAB II HAKIKAT
AGAMA...................................................................3
A. Pengertian Hakikat agama........................................................3.7
B. Agama Sebagai Pandangan Hidup............................................7.10
C. Agama Sebagai Sumber Normative Hidup................................10.14
D. Agama Sebagai Sumber Ritual Hidup......................................14.16
BAB III PENUTUP.......................................................................16.17
A. Kesimpulan..............................................................................18
B. Saran...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama adalah salah satu aspek budaya yang paling penting dipelajari
oleh para antropolog dan ilmuwan sosial lainnya. Bahkan, itu sangat
penting tidak hanya untuk yang ditemukan di setiap masyarakat yang
dikenal, tetapi juga untuk semua aspek karena pengaruh timbal balik dari
institusi budaya. Ada juga komponen budaya untuk sifat manusia.
Agama berinteraksi dengan sistem organisasi keluarga, perkawinan,
ekonomi, hukum dan politik. Agama juga mempengaruhi kedokteran,
sains, dan teknologi. Agama telah mengilhami pemberontakan dan
perang, terutama perhiasan dan kemuliaan karya seni, tetapi tidak ada
lembaga budaya lain yang menawarkan bidang ekspresi dan kiasan
bernuansa seperti agama. Pemikiran keagamaan dan konsep keagamaan
tidak dipaksakan oleh hal-hal fisik. Semua rumusan yang dapat
dibayangkan tidak mengenal batas pada pertanyaan-pertanyaan spiritual
yang ditanyakan orang pada diri mereka sendiri.Agama juga merupakan
sistem kepercayaan yang meliputi tata cara peribadatan hubungan
manusia dengan sang mutlak, hubungan manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan alam lainnya sesuai dengan kepercayaan
tersebut.

Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki


peranan signifikan bagi kehidupan manusia, disebabkan agama terdapat
seperangkat nilai yang menjadi pedoman dan pegangan
manusia.Sehingga agama pun melahirkan berbagai sumber seperti
pandangan hidup (aqidah),normative hidup (akhlaq), dan ritual hidup
(fiqih). Berangkat dari fenomena diatas, penulis berusaha membahasnya
melalui karya ilmiah yang sederhana ini dengan judul “Hakikat Agama".
B. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan
sebelumnya, maka penulis merumuskannya dalam bentuk pertanyaan
berikut :
1. Apa pengertian dari Hakikat Agama?
2. Bagaimana Agama sebagai Sumber Pandangan Hidup?
3. Bagaimana Agama sebagai Sumber Normative Hidup?
4. Bagaimana Agama sebagai Sumber Ritual Hidup
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan karya tulis
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari hakikat agama
2
2. Untuk mengetahui agama sebagai sumber pandangan hidup
3. Untuk mengetahui agama sebagai sumber normative hidup
4. Untuk mengetahui agama sebagai sumber ritual hidup

BAB II
HAKIKAT AGAMA
A. Pengertian Hakikat Agama
Hakikat memiliki arti kebenaran atau yang benar-benar ada. Kata ini
berasal dari katapokok hak (Al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan)
atau benar (kebenaran). Kata Haq, secara khusus oleh orang-orang sufi
sering digunakan sebagai istilah untuk Allah, sebagai pokok (sumber)
dari segala kebenaran, sedangkan yang berlawanan dengan itu semuanya
disebut batil (yang tidak benar). Sedangkan Agama menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada
Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan
ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut. Agama yaitu dalam pengertiannya dapat
dikelompokkan pada dua bahagian yaitu agama menurut bahasa dan
agama menurut istilah. Beberapa persamaan arti kata“agama’’ dalam
berbagai bahasa yakni, Ad din (Bahasa Arab dan Semit), Religion
(Inggris), La religion (Perancis), De religie (Belanda), Die religion
(Jermn).
3

Menurut Abu Ahmadi agama menurut bahasa Agama berasal dari


bahasa Sangsekerta yang diartikan dengan haluan, peraturan, jalan atau
kebaktian kepada Tuhan. Agama itu terdiri dari dua perkataan yaitu
berarti tidak, Gama berarti kacau balau, tidak teratur. Jadi agama berarti
tidak kacau balau yang berarti teratur.Agama menurut istilah adalah
undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat manusia dalam
hubungannya dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesama
manusia dan hubungan manusia dengan alam. Maka orang yang
beragama adalah orang yang teratur, orang yang tenteram dan orang
yang damai baik dengan dirinya yang dianggap memiliki pengetahuan
tentang kehidupan dalam berbagai maupun dengan orang lain dari segala
aspek kehidupannya. Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan
pokok, yaitu:
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan
dengankekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau
pengakuan dan ketundukannya
3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
lainnya atau alamsemesta yang dikaitkan dengan keyakinan nya tersebut.
Menurut Ibnu Arabi, hakikat wujud ini adalah satu dalam jauhar dan
zatnya, tetapi berbilang dalam sifat dan asmanya. Selanjutnya ia
mengatakan: “Manakala engkau meninjau
4

dari sudut zat-Nya, engkau akan berkata, itulah Haq. Dan apabila engkau
meninjau dari sudut sifat dan asma-Nya, dari sudut terjadinya segala
sesuatu yang mumkinat, niscaya engkau berkata, itulah makhluk atau
alam” Hakikat juga dapat berarti ungkapan yang digunakan untuk
menunjukkan maknanya yang pertama (makna yang sebenarnya),
kebalikan dari ungkapan majas (metafor). Akan tetapi ada beberapa
ungkapan majaz yang sudah sering digunakan, sehingga menjadi
semacam konvensi, majaz seperti ini dapat disebut sebagai hakikat
secara adat kebiasaan (haqiqat al-`urfiyat).Ditinjau dari sumbernya
agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu. Agama
wahyu (revealed religion) adalah agama yang diterima oleh manusia dari
Allah Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan serta
disebarkan oleh Rasul- Nya kepada umat manusia. Wahyu-wahyu
dilestarikan melalui Al Kitab, suhuf (lembaran- lembaran bertulis) atau
ajaran lisan. Agama wahyu menghendaki iman kepada Tuhan Pemberi
wahyu, kepada rasul-rasul penerima wahyu dan kepada kitab-kitab
kumpulan wahyu serta pesannya disebarkan kepada seluruh umat
manusia. Sedangkan agama bukan wahyu (agama budaya/ cultural
religion atau natural religion) bersandar semata-mata kepada ajaran
seorang manusia.

5
yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai
aspeknya secara mendalam. Contohnya agama Budha yang berpangkal
pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianisme yang berpangkal pada
ajaran Kong Hu Cu. Sedangkan hakikat agama dalam pembahasan ini
lebih tertuju pada hakikat agama islam. Apabila dicari dari asal katanya,
Islam berasal dari kata aslama yang merupakan turunan dari (derivasi)
dari kata asslmu, assalamu, assalamatu yang artinya bersih selamat dari
kecacatan lahir batin. Agama Islam adalah agama wahyu yang
bedasarkan tahuid, atau keesaan Tuhan diketahui manusia bedasarkan
kabar dari Tuhan itu sendiri melalaui fiirman yang disampaikan kepada
Rasul Nya. Islam satu-satunya yang memiliki kitab suci yang asli dan
autentik, tidak mengalami perubahan semenjak diturunkan pada abad ke-
6 maasehi sampai sekarang bahkan sampai akhir zaman Rasul. Ajaran
Isalam berlaku Universal untuk segala tempat dan bangsa serta berlaku
abadi sepanjang masa sebagaimana diungkapkan ALQuran surat AL-
Anbiya (21):107
‫ََٰٰ َلْنعَٰ ة ََّٰٰإلََََْنَ أَْنََْنََٰ وَمَا‬Artinya : “ Dan Kami tidak mengutus engkau
(Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi seluruh alam.”
Hakikat agama yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu suatu
kebenaran yang
benar-benar ada atau sumber pokok suatu aturan. Keyakinan akan
adanya Tuhan yang tidak
6
bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami
secara seksama oleh setiap manusia dan hakikat agama pula membawa
peraturan-peraturan berupa hukumhukum yang harus dipatuhi baik
dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun berupa larangan
yang harus ditinggalkan.

B. Agama Sebagai Padangan Hidup


Menurut Muhammad Ali, islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
teori atau rukun iman, dan bagian praktik yang mencakup segala yang
harus dikerjakan oleh orang islam, yakni amalan-amalan yang harus
dijadikan pedoman hidup. Akidah menurut bahasa adalah
menghubungakan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara
kokoh. Dalam bidangperundang-undangan akidah berarti menyepakati
antara dua perkara atau lebih yang harus dipatuhi bersama. Pandangan
hidup dalam bahasa arab disebut sebagai Aqidah yaitu bahwa aqidah
berasal dari kata ‫ يعقد – عقيدة‬- ‫“ عقد‬aqada, Ya’qidu, aqidatan” artinya
kepercayaan atau keyakinan. Sedangkan pengertian aqidah Islam
menurut istilah adalah sesuatu yang dipercaya dan diyakini
kebenarannya oleh hati manusia, sesuai dengan ajaran Islam dengan
berpedoman kepada al-Quran dan Hadits. Akidah dalam Islam meliputi
keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah,
ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat. Akidah
demikian itu mengandung arti bahwa dari orang yang beriman tidak
7
ada rasa dalam hati, atau ucapan dimulut dan perbuatan melainkan
secara keseluruhan menggambarkan iman kepada Allah SWT. Bahwa
akidah islam bersifat murni baik dalam isinya maupun dalam prosesnya.
Akidah islam sangat berpengaruh dalam segala aktivitas yang dilakukan
manusia, sehingga aktivitas manusia itu dapat bernilai ibadah. Dengan
demikian akidah islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan
pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dasar dalam bertingkah laku,
serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal shaleh. Agama
dikatakan sebagai sumber pandangan hidup (Aqidah) karena Aqidah
Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan Allah. Aqidah Islam itu
bersumber dari wahyu Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril
kepada Rasulullah SAW, untuk diajarkan kepada ummatnya dan
terpelihara kemurniaannya sampai hari akhir zaman. Aqidah Islam
bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pemikiran Nabi Muhammad
SAW sendiri, akan tetapi merupakan ajaran langsung dari Allah SWT
sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Quran, surat alNajm ayat 3-4:

‫ وى اَۡهَ ن عَ ق يَنۡطِ وَمَا‬٣

ۡ‫ ْى َوَالََوَحۡۡيُوۡ اِن‬٤
Artinya : ”Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut
kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).” (QS. AlNajm:3-4)
8
Dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa apa yang disampaikan
oleh Nabi Muhammad adalah benar-benar wahyu adanya, bukan sebuah
rekayasa atau buatan Nabi sendiri. Bahwa aqidah Islam yang bersumber
dari alquran dan hadis cakupannya meliputi:
a.Kepercayaan akan adanya Allah swt dengan segala sifat-sifat-Nya,
yakni sifatwajib, sifat mustahil dan sifat jaiz, serta wujudnya yang dapat
dibuktikan dengan keteraturan dan keindahan alam semesta ini.
b.Kepercayaan tentang alam gaib; percaya akan adanya alam di balik
alam nyataini yang tidak bisa diamati oleh indra manusia. Demikian pula
makhluq-makhluq yang ada di dalamnya seperti malaikat, jin dan ruh.
c.Kepercayaan kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para
rasul-Nya.Kitab-kitab tersebut diturunkan agar manusia dapat
menjadikannya pedoman dalammengarungi alam beserta segala
problematikanya. Dengan menggunakan pedoman tersebut maka
manusia dapat membedakan yang baik dan yang buruk, serta yang halal
dan yang haram.
d.Kepercayaan kepada para rasul Allah yang diutus dan dipilih untuk
memberipetunjuk dan bimbingan kepada manuisa agar melakukan hal
hal yang baik dan benar.
e.Kepercayaan kepada hari akhir serta peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada saatitu, seperti hari kebangkitan (Ba’ats), adanya pahala dan dosa,
surga dan neraka.
9
f.Kepercayaan kepada qadha dan qadar Allah tentang segala sesuatu
yang terjadidi alam semesta ini.Salah satu ciri manhaj (jalan) yang lurus
adalah manhaj yang memiliki kesamaanmashdar (sumber) pengambilan
dalil dalam masalah agama, khususnya masalah-masalah yang berkaitan
dengan akidah. Hal ini berlaku kapan dan di mana pun kaidah tersebut
digunakan. Tidak ada kesimpangsiuran pemahaman akidah pada setiap
zaman dalam manhaj tersebut. Dari zaman Rasululloh sholallahu ‘alaihi
wassalam hingga zaman sekarang dansampai kapan pun, prinsip akidah
yang benar tidak pernah berubah. Jika ada perubahan dalam hal akidah,
tentu agama ini belumlah sempurna. Prinsip inilah yang digunakan oleh
para ulama dalam memahami dan menjaga syariat Islam.
C. Agama Sebagai Sumber Normative Hidup
Normative hidup atau juga lebih dikenal dengan istilah moral hidup,
dalam bahasa arab disebut juga dengan Akhlaq. Akhlaq itu sendiri
memiliki arti tabiat, kebiasaan, adab. Berasal dari bahasa arab, jamak
dari khuluqun ‫قُى َخ‬yang menurut bahasa berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung
segi-segi persesuaian
‫حُنق َخ‬dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat
hubungannya dengan Khaliqََٰ َ‫ حقِا‬yang berarti pencipta; demikian pula
dengan akhluqun ‫ُٰنحق منْخ‬
10
yang berarti yang diciptakan. Secara epistemologi atau istilah akhlak
bisa diartikan sifat yang mantap di dalam diri yang membuat perbuatan
yang dilakukannya baik atau buruk, bagus atau jelek. Adapun berbagai
perspektif sesuai dengan para ahli tasawuf diantaranya:
a. Ibnu Maskawaih memberikan definisi sebagai berikut yang artinya:
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan- perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih
dahulu)”.
b. Imam Al-Ghozali mengemukakan definisi Akhlak yang artinya:
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran(lebih dahulu)”. Oleh karenanya, apabila amal dan
pikiran seseorang sholeh (baik) maka sholeh pula diri dan akhlaknya,
dan sebaliknya apabila amal dan pikirannya rusak maka rusak pula
dirinya dan akhlaknya. Akhlak bukanlah sekedar prilaku manusia yang
bersifat bawaan lahir, tetapi merupakan salah satu dari demensi
kehidupan seseorang muslim yang mencakup aqidah, ibadah, akhlak dan
syari’ah. Karena itu akhlak ruang lingkupnya sangat luas, yakni ethos,
moral dan estetika. Ethos yaitu yang mengatur hubungan seseorang
dengan khaliqnya, Al-Ma’bud bil haq serta kelengkapan Uluhiyandan
Rububiyah, seperti terhadap Rasul-rasul Allah, kitab- kitabNya dan
sebagainya. Moral yaitu yang mengatur hubungan sesamanya, tetapi
yang berlainan jenis dan atau yang menyangkut kehormatan tiap pribadi.
Estetika adalah rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk
meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya, agar lebih
11
indah dan menuju kesempurnaan. Akhlaq pun terbagi menjadi dua sisi,
yaitu :
a. Akhlak Terpuji (akhlaqul karimah)Ialah segala tingkah laku terpuji
yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah
SWT. Akhlaqul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat terpuji.
Hamzah Ya’qub mengatakan akhlak yang baik ialah mata rantai iman.
Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang
dimiliki seseorang misalnya sabar, benar, dan tawakal. Hal itu
dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang
secara tidak langsung menjadi akhlaknya. Pandangan Al-Ghazali tentang
akhlak yang baik hampir senada dengan pendapat Plato. Plato
mengatakan bahwa orang utama adalah orang yang dapat melihat kepada
Tuhannya secara terus- menerus seperti ahli seni yang selalu melihat
pada contoh-contoh bangunan. Al-Ghazali memandang bahwa orang
yang dekat kepada Allah SWT adalah orang yang mendekati ajaran-
ajaran Rasulullah yang memiliki akhlak sempurna.
b. Akhlak Tercela (Akhlaqul mazmumah)yaitu segala tingkah laku yang
tercela atau akhlak yang jahat, dan hal tersebut sangat di benci oleh
Allah SWT. Akhlak secara bahasa berarti tindakan, perilaku, dan juga
perangai. Adapun madzmumah sendiri memiliki arti kekejian (radza’il),
buruk atautercela. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah
sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik, dan tidak disukai
kehadirannya oleh manusia. Dandari padanya akan memberikan dampak
negatif terhadap dirinya sendiri maupun
12
orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain juga menyebutkan
bahwasanya yang disebut dengan akhlak madzmumah ialah semua sifat,
perkataan ataupun perbuatan yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan sehingga dianggap buruk atau tercela dan bernilai
negatif.Meskipun demikian menurut Al-Ghazali asal mula yang menjadi
biang dari adanya akhlak madzmumah tersebut yakni kelobaan, ekses
nafsu seksual, nafsu untuk berkata berlebihan, amarah hebat, rasa iri,
rasa dendam, cinta dunia, cinta harta, kebakhilan, kemegahan,
kesombongan, kecongkakan, dan penipuan terhadap diri sendiri, dan
untuk membuang biang-biang dari sifat tersebut dapat dilakukan dengan
jalan riyadhah dan membiasakan menahan diri atau mujahadah.
Contohnya seperti Kufur, Riya’, Nifaq, Syirik, Sombong dan lain
sebagainya.Atas dasar itulah, maka agama memiliki peranan penting
usaha dalam menghapus krisis moral dengan menjadikan agama sebagai
sumber moral. Allah SWT telah memberikanagama sebagai pedoman
dalam menjalani kehidupan didunia ini agar mendapat kebahagiaan
sejati, salah satunya adalah pedoman moral. Melalui kitab suci dan para
rasul, Allah telah mejelaskan prinsip-prinsip moral yang harus dijadikan
pedoman oleh umat manusia. Dalam konteks islam sumber moral itu
adalah Al-Quran dan Hadist.Maka agama dapat dikatakan sumber
normative hidup (moral/akhlaq) yaitu karenasemua akhlak tersebut telah
terangkum beserta dalil-dalilnya yang jelas dan terperinci berdasarkan al
Quran (wahyu Allah) dan hadis rasulullah. Maka dari itu, kita sebagai
umat Islam tidak hanya menjadikannya sebagai pengetahuan saja, tetapi
juga berusaha
13
untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
melaksanakan apa yang telah ada dalam sumber-sumber agama.
Memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun
sebaliknyategaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan
seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki
akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan
kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang –
ulangdengan kecenderungan hati (sadar) .Akhlak merupakan kelakuan
yang timbul dari hasilperpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan,
bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu,membentuk suatu kesatuan
tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.Semua
yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat
di dalam dirimanusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu
membedakan mana yang baik danmana yang jahat, mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana
yang buruk.

D. Agama Sebagai Sumber Ritual Hidup


Ritual hidup dalam pembahasan ini dalam bahasa arab dapat disebut
dengan Fiqih. Fiqih secara umum yaitu faham atau tahu. Menurut istilah,
fiqih berarti ilmu yangmenerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang
berkenaan dengan amal perbuatan manusiayang diperoleh dari dalil-dali
tafsil (jelas).Orang yang mendalami fiqih disebut dengan faqih.
14
Jama’nya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang mendalami fiqih. Fiqih
menurut bahasa berarti ‘paham’, seperti dalam firman Allah ٰ َٰ‫مَاَِه‬
‫لََِِٰلَنقَونملَْيَكَا دونَيَفنقَ َونََۡدِي ۭثا‬
Artinya : “Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-
hampir tidakmemahami pembicaraan sedikit pun?” (QS.An Nisa:78).
Dan Sabda Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya
panjangnya shalat dan pendeknya khutbah seseorang, merupakan tanda
akan kepahamannya.”Dalam kitab Durr al-Mukhtar disebutkan bahwa
fiqih mempunyai dua makna, yakni menurut ahli usul dan ahli fiqih.
Masing-masing memiliki pengertian dan dasar sendirisendiri dalam
memaknai fiqih. Menurut ahli usul, Fiqih adalah ilmu yang
menerangkan hukum-hukum shara’ yang bersifat far’iyah (cabang),
yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus, terinci dan jelas).
Tegasnya, para ahli usul mengartikan fiqih adalah mengetahui hukum
dan dalilnya. Menurut para ahli fiqih (fuqaha), fiqih adalah mengetahui
hukum-hukum shara’ yang menjadi sifat bagi perbuatan para hamba
(mukallaf), yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah.Fiqih juga
melarang membahas peristiwa yang belum terjadi sampai ia terjadi.
‫غَََ يُفهَاوى اََْذَِِْْيينَى آمَ نوا لََتَسنَََُوا عَننََشنيَاَِِِنن تبندَََكُمنتَ َْنُّمنوَِِننتَسنَََُوا عَننهَا حِ َي ي َ َن َ اَن‬
:ََّ‫قَنآ ن تبندَََكُمنعَفَا ا لََْعَننهَا وَا ل‬Sebagaimana Firman Allah Ta'ala
‫م ۗا‬
"Hai orang orang yang beriman! janganlah kamu menanyakan semua
perkara, karena
15
bila diterangkan padamu, nanti kamu akan jadi kecewa! tapi jika kamu
menayakan itu ketika turunnya al-qur'an tentulah kamu akan diberi
penjelasan. Kesalahanmu itu telah diampuni oleh Allah dan Allah maha
pengampun lagi penyayang." (Q. S. Al-Maidah: 101) Dan dalam sebuah
hadits ada tersebut bahwa Nabi Saw. telah melarang mempertanyakan
"Aqhluthath" yakni masalah-masalah yang belum lagi terjadi, dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Menjauhi banyak tanya dan masalah-masalah pelik.
b. Menghindarkan pertikaian dan perpecahan di dalam agama.
c. Mengembalikan masalah-masalah yang dipertikaikan kepada Kitab
dan sunah. Dalam mempelajari fiqih, Islam telah meletakkan patokan-
patokan umum guna menjadi pedoman bagi kaum muslimin yaitu Al-
quran dan As-Sunnah adapun Ijma dan Qiyas.Segala yang dikeluarkan
dalam pembahasan fiqih tidak lain dan tidak bukan bersumber dari
sebuah agama yakni agama islam.

BAB III
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa, pengertian hakikat agama yaitu suatu kebenaran yang benar-
benar ada atau sumber pokok suatu aturan. Keyakinan akan adanya
Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
16
manusia, maka sangat perlu dipahami secara seksama oleh setiap
manusia dan hakikat agama pula membawa peraturan-peraturan berupa
hukum-hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang
wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus
ditinggalkan.Agama dikatakan sebagai sumber pandangan hidup
(Aqidah) karena Aqidah Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan Allah.
Aqidah Islam itu bersumber dari wahyu Allah yang diturunkan melalui
malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, untuk diajarkan kepada
ummatnya dan terpelihara kemurniaannya sampai hari akhir zaman.
Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pemikiran Nabi
Muhammad SAW sendiri, akan tetapi merupakan ajaran langsung dari
Allah SWT Agama dapat dikatakan sumber normative hidup
(moral/akhlaq) yaitu karena semua akhlak tersebut telah terangkum
beserta dalil-dalilnya yang jelas dan terperinci berdasarkan al Quran
(wahyu Allah) dan hadis rasulullah. Maka dari itu, kita sebagai umat
Islam tidak hanya menjadikannya sebagai pengetahuan saja, tetapi juga
berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
melaksanakan apa yang telah ada dalam sumbersumber agama. Dalam
mempelajari ritual hidup atau disebut juga fiqih , Islam telah meletakkan
patokan-patokan umum guna menjadi pedoman bagi kaum muslimin
yaitu Al-quran dan As-

17
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa, pengertian hakikat agama yaitu suatu kebenaran yang benar-
benar ada atau sumber pokok suatu aturan. Keyakinan akan adanya
Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat
perlu dipahami secara seksama oleh setiap manusia dan hakikat agama
pula membawa peraturan-peraturan berupa hukum-hukum yang harus
dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib dilaksanakan maupun
berupa larangan yang harus ditinggalkan.Agama dikatakan sebagai
sumber pandangan hidup (Aqidah) karena Aqidah Islam sebagai sesuatu
yang diwahyukan Allah. Aqidah Islam itu bersumber dari wahyu Allah
yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, untuk
diajarkan kepada ummatnya dan terpelihara kemurniaannya sampai hari
akhir zaman. Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau
pemikiran Nabi Muhammad SAW sendiri, akan tetapi merupakan ajaran
langsung dari Allah SWT Agama dapat dikatakan sumber normative
hidup (moral/akhlaq) yaitu karena semua akhlak tersebut telah
terangkum beserta dalil-dalilnya yang jelas dan terperinci berdasarkan al
Quran (wahyu Allah) dan hadis rasulullah. Maka dari itu, kita sebagai
umat Islam tidak hanya menjadikannya sebagai pengetahuan saja, tetapi
juga berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan melaksanakan apa yang telah ada dalam sumbersumber agama.
Dalam mempelajari ritual hidup atau disebut juga fiqih , Islam telah
meletakkan patokan-patokan umum guna menjadi pedoman bagi kaum
muslimin yaitu Al-quran dan As-
18
B. Saran
Sebagai akhir dari karya tulis ini penulis berharap agar pembaca dapat
memberikan saran yang bersifat membangun. Mengambil dari referensi-
referensi dari karya tulis ini sebagai penutup, penulis ingin
mengemukakan saran yang mudah-mudahan bermanfaat yang
ditunjukkan umumnya bagi para pembaca dan khususnya bagi para
generasi yang akan datang. Bahwa segala pandangan hidup (aqidah),
normative hidup atau moral (akhlaq), dan ritual hidup (fiqih) harus
bersumber pada Agama tapi agama yang sesungguhnya atau benar
adanya (hakikat agama) yakni Agama Islam yaitu yang bersumber pada
Al-Qur’an dan Assunnah agar tak terjadi kekeliruan dalam
mengaplikasikan dalam suatu peribadahan kita.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abu A’la Maududi (1967). Towards Understanding Islam, Islamic
Fublication Ltd,Lahore,Dacca Ahmad Amin (1983). Al-akhlak, Etika
(Ilmu Akhlak). alih bahasa KH.Farid Maruf. Jakarta: Bulan
Bintang.Asmaran, (1994). Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada), Cet.2 Hamzah Yaqub (1983). Etika Islam. Bandung:
Diponegoro. Rasjid.Sulaiman H, (2002). Fiqih Islam. Bandung : Sinar
Baru Algensindo Majalah Al-Islam edisi I dan II Muslim no. 1437,
Ahmad no. 17598, Daarimi no. 1511 Abdurrahim, Muhammad,
Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari Insan,1989), h. 16-21,
54-56. Al-Ghazali, Muhammad Selalu Melibatkan Allah, (Jakarta: PT.
Serambi IlmuSemesta, 2001), h. 28-39. Jusuf, Zaghlul, Dr, SH., Studi
Islam, (Jakarta: Ikhwan, 1993), h. 26-37. Kadir, Muhammad Mahmud
Abdul, Dr. Biologi Iman, (Jakarta: al-Hidayah, 1981), h.9-11.
20

Anda mungkin juga menyukai