Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang mana
memberikan banyak kenikmatan bagi kita semua sebagai makhluknya yang penuh
dengan kesalahan sehingga hari ini atas kehendak-Nya jugalah makalah ini dapat
terselesaikan.
Tidak lupa pula shalawat dan salam kami hantarkan pada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya keislaman, ketauhidan dan
intelektualitas pada kami semua.
Ucapan terimah kasih kami ucapkan kepada segenap sahabat maupun teman-
teman sekalian yang ikut berperan serta atas terselesainya makalah ini sebagai syarat
tugas yang diberikan oleh dosen untuk kelompok kami.
Semoga makalah ini dapat menjadi sumbangan ilmu yang bermanfa’at bagi
kita semua. Permintaan maaf yang sebesar-besarnya kami ucapkan, apabila terdapat
kesalahan dan kekhilafan, karena kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wajalla. Dan
hanya kepada Nya lah penulis memohon petunjuk dan kepada-Nya lah kembali segala
urusan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Agama merupakan salah satu aspek yang paling penting dari pada aspek-aspek
budaya yang di pelajari oleh para antropolog dan para ilmuwan sosial lainnya. Bahkan
sangat penting, bukan saja yang di jumpai pada setiap masyarakat yang sudah
diketahui, tetapi karena juga penting bagi segala aspek karena saling pengaruh
mempengaruhi antara lembaga budaya satu dengan yang lainya. Di dalam agama itu
di jumpai ungkapan materi budaya dalam tabiat manusia serta dalam sistem nilai,
moral dan etika. Agama itu saling pengaruh mempengaruhi dengan sistem organisasi
kekeluaragaan, perkawian, ekonomi, hukum, dan politik. Agama juga memasuki
lapangan pengobatan, sains dan teknologi. Serta agama itu memberikan inspirasi
untum memberontak dan melakukan peperangan dan terutama telah memperindah dan
memperhalus karya seni, tidak terdapat suatu instuisi kebudayaan lainnya menyajikan
suatu lapangan ekspresi dan implikasi begitu halus seperti halnya agama. Ide-ide
keagamaan dan konsep-konsep keagamaan itu tidak dipaksa oleh hal-hal yang bersifat
fisik sekirannya. Segala macam formula itu tidak menjumpai keterbasan dibanding
dengan permasalahan spiritual yang dipertanyakan oleh manusia itu sendiri.
Agama juga merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata cara peribadatan
hubungan manusia dengan sang mutlak, hubungan manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan alam lainnya sesuai dengan kepercayaan tersebut.
Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki peranan signifikan
bagi kehidupan manusia, disebabkan agama terdapat seperangkat nilai yang menjadi
pedoman dan pegangan manusia.
Sehingga agama pun melahirkan berbagai sumber seperti pandangan hidup
(aqidah), normative hidup (akhlaq), dan ritual hidup (fiqih). Berangkat dari fenomena
diatas, penulis berusaha membahasnya melalui karya ilmiah yang sederhana ini
dengan judul “Hakikat Agama”
BAB II
HAKIKAT AGAMA
2.1 Pengertian Hakikat Agama , unsur , dan klasifikasi
Hakikat memiliki arti kebenaran atau yang benar-benar ada. Kata ini berasal
dari kata pokok hak (al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan) atau benar (kebenaran).
[1]Kata Haq, secara khusus oleh orang-orang sufi sering digunakan sebagai istilah
untuk Allah, sebagai pokok (sumber) dari segala kebenaran, sedangkan yang
berlawanan dengan itu semuanya disebut batil (yang tidak benar).
Sedangkan Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau
prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut. Agama yaitu dalam pengertiannya dapat dikelompokkan pada
dua bahagian yaitu agama menurut bahasa dan agama menurut istilah. Beberapa
persamaan arti kata“agama’’ dalam berbagai bahasa yakni, Ad din (Bahasa Arab dan
Semit), Religion (Inggris), La religion (Perancis), De religie (Belanda), Die religion
(Jerman).
Menurut Abu Ahmadi agama menurut bahasa Agama berasal dari bahasa
Sangsekerta yang diartikan dengan haluan, peraturan, jalan atau kebaktian kepada
Tuhan. Agama itu terdiri dari dua perkataan yaitu berarti tidak, Gama berarti kacau
balau, tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur.[2]
Agama menurut istilah adalah undang-undang atau peraturan-peraturan yang
mengikat manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya dan hubungan manusia
dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam. Maka orang yang
beragama adalah orang yang teratur, orang yang tenteram dan orang yang damai baik
dengan dirinya maupun dengan orang lain dari segala aspek kehidupannya.[3] Sebuah
agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu :
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural
yang diyakini mengatur dan mencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan
kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan
ketundukannya.
3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam
semesta yang dikaitkan dengan keyakinan nya tersebut.
Menurut Ibnu Arabi, hakikat wujud ini adalah satu dalam jauhar dan zatnya,
tetapi berbilang dalam sifat dan asmanya. Selanjutnya ia mengatakan: “Manakala
engkau meninjau dari sudut zat-Nya, engkau akan berkata, itulah Haq. Dan apabila
engkau meninjau dari sudut sifat dan asma-Nya, dari sudut terjadinya segala sesuatu
yang mumkinat, niscaya engkau berkata, itulah makhluk atau alam” Hakikat juga
dapat berarti ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan maknanya yang pertama
(makna yang sebenarnya), kebalikan dari ungkapan majas (metafor). Akan tetapi ada
beberapa ungkapan majaz yang sudah sering digunakan, sehingga menjadi semacam
konvensi, majaz seperti ini dapat disebut sebagai hakikat secara adat kebiasaan
(haqiqat al-`urfiyat).[4]
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama
bukan wahyu. Agama wahyu (revealed religion) adalah agama yang diterima oleh
manusia dari Allah Sang Pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan serta
disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Wahyu-wahyu dilestarikan melalui
Al Kitab, suhuf (lembaran-lembaran bertulis) atau ajaran lisan. Agama wahyu
menghendaki iman kepada Tuhan Pemberi wahyu, kepada rasul-rasul penerima
wahyu dan kepada kitab-kitab kumpulan wahyu serta pesannya disebarkan kepada
seluruh umat manusia. Sedangkan agama bukan wahyu (agama budaya/ cultural
religion atau natural religion) bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia
yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya
secara mendalam. Contohnya agama Budha yang berpangkal pada ajaran Sidharta
Gautama dan Confusianisme yang berpangkal pada ajaran Kong Hu Cu.
Sedangkan hakikat agama dalam pembahasan ini lebih tertuju pada hakikat
agama islam. Apabila dicari dari asal katanya, Islam berasal dari kata aslama yang
merupakan turunan dari (derivasi) dari kata asslmu, assalamu, assalamatu yang
artinya bersih selamat dari kecacatan lahir batin. Agama Islam adalah agama wahyu
yang bedasarkan tahuid, atau keesaan Tuhan diketahui manusia bedasarkan kabar dari
Tuhan itu sendiri melalaui fiirman yang disampaikan kepada Rasul Nya. Islam satu-
satunya yang memiliki kitab suci yang asli dan autentik, tidak mengalami perubahan
semenjak diturunkan pada abad ke-6 maasehi sampai sekarang bahkan sampai akhir
zaman Rasul. Ajaran Isalam berlaku Universal untuk segala tempat dan bangsa serta
berlaku abadi sepanjang masa sebagaimana diungkapkan AL-Quran surat AL-
Anbyaa.(21):107 yang artinya:
“Dan tidaklah kami menggutus kamu, melainkan untuk (menjadi )rahmat bagi
semesta alam.”
Hakikat agama yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu suatu kebenaran
yang benar-benar ada atau sumber pokok suatu aturan. Keyakinan akan adanya Tuhan
yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu dipahami
secara seksama oleh setiap manusia dan hakikat agama pula membawa peraturan-
peraturan berupa hukum-hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang
wajib dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan.
unsur unsur
2. Ajaran moral dan etika : Agama memberikan pedoman etika dan moral bagi
penganutnya, menetapkan nilai-nilai dan norma-norma perilaku yang dianggap benar
atau salah.
3. Ritual dan ibadah : Praktik keagamaan melibatkan ritus, ritual, dan ibadah
sebagai cara untuk menyambungkan diri dengan yang Ilahi. Ini bisa mencakup doa,
meditasi, atau upacara keagamaan lainnya.
4. Kitab suci : Hampir semua agama memiliki teks-teks suci atau kitab-kitab yang
dianggap suci dan mengandung ajaran-ajaran ilahi serta petunjuk hidup.
5. Komunitas keagamaan : Agama membentuk komunitas atau umat yang saling
mendukung dan berbagi nilai-nilai keagamaan. Komunitas ini dapat memberikan
dukungan sosial dan spiritual.
Perlu dicatat bahwa unsur-unsur ini dapat bervariasi antaragama dan kadang-kadang
ada variasi dalam interpretasi dan praktik keagamaan.
Klasifikasi
Agama-agama Tanpa Struktur Formal: Lebih terfokus pada praktik keagamaan dan
kurang memiliki hierarki yang terorganisir, seperti beberapa bentuk agama
tradisional.
Agama-agama Minoritas: Dianut oleh sebagian kecil populasi di suatu wilayah atau
negara.
unsur unsur
Unsur-unsur agama Islam mencakup berbagai aspek yang membentuk landasan keyakinan, etika,
dan praktek ibadah umat Muslim. Berikut adalah beberapa unsur utama agama Islam:
2. Risalah (Kenabi-an):
- Keyakinan bahwa Allah mengutus rasul-rasul-Nya sebagai pembawa wahyu untuk memberikan
petunjuk kepada umat manusia. Nabi Muhammad dianggap sebagai rasul terakhir.
3. Malaikat:
- Kepercayaan pada keberadaan malaikat sebagai makhluk halus yang tunduk pada kehendak
Allah dan memiliki peran tertentu dalam menjalankan tugas-Nya.
5. Akhirat:
- Keyakinan pada kehidupan setelah mati dan hari kiamat, di mana setiap individu akan dimintai
pertanggungjawaban atas perbuatannya.
6. Qadar (Takdir):
- Keyakinan pada takdir atau ketetapan Allah terhadap segala sesuatu yang terjadi di alam
semesta.
7. Shalat
- Kewajiban ibadah harian yang melibatkan serangkaian gerakan dan doa yang dilakukan oleh
umat Muslim sebagai bentuk pengabdian kepada Allah.
8. Zakat:
- Kewajiban memberikan sumbangan atau zakat sebagai wujud kepedulian sosial dan
penghapus dosa serta peningkatan keberkahan.
9. Sawm (Puasa):
- Kewajiban berpuasa selama bulan Ramadan sebagai bentuk pengendalian diri, ketaatan, dan
empati terhadap orang-orang yang kelaparan.
10. Haji:
- Kewajiban bagi umat Islam yang mampu untuk melakukan perjalanan ke kota Mekah sekali
seumur hidup sebagai salah satu rukun Islam.
Unsur-unsur ini membentuk fondasi ajaran Islam, memberikan pedoman etika, dan memandu
umat Muslim dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta berinteraksi dengan Allah dan sesama
manusia.
prinsip prinsip
Pertama, Ilmu. Maksud dari ilmu di sini adalah mengenal Allah swt, mengenal
Nabi Muhammad saw, serta mendalami agama Islam. Secara definisi ilmu adalah
pengetahuan atas segala sesuatu yang sesuai dan bersifat yakin lagi pasti. Setiap
Muslim ketika mencari ilmu, maka harus dilakukan step by step. Tidak boleh ada
perasaan ingin segera menguasai ilmu. Dengan demikian, setiap Muslim jangan
pernah merasa “puas” dalam mencari ilmu, tetapi harus selalu haus akan ilmu.
1/4 pertama Seseorang akan merasa tahu segala hal dan merasa paling
pintar.
1/4 kedua Seseorang merasa ada ilmu yang dikuasai dan ada ilmu yang
belum dikuasai.
1/4 ketiga Seseorang merasa apa yang tidak diketahui lebih banyak
dari pada yang sudah diketahui.
1/4 keempat Puncaknya, seseorang akan semakin menyadari bahwa
ilmu itu tidak mungkin dapat dikuasai semuanya.
Secara umum, ilmu terbagi menjadi dua; dharuriy dan zhaniy. Dharuriy adalah ilmu
yang bersifat umum dan tidak perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu, seperti api
itu panas, air itu dingin, dan selainnya. Ustaz Ali juga menegaskan bahwa, “Semakin
seseorang berilmu, maka ia akan semakin merasa bodoh.” Maka dari itu, amalkan
ilmu padi; semakin berisi semakin merunduk.
Ketiga, dakwah. Dakwah berarti aktifitas untuk mengajak manusia kepada kebaikan
dengan bashirah (ilmu & dalil-dalil) sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah
swt dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 108 dan dengan cara yang bijak (sesuai dengan
objek dan tempat dakwah) sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an surat an-
Nahl ayat 125.
Keempat, kesabaran. Sabar adalah sikap menahan emosi dari keinginan, bertahan
dalam situasi sulit, dan tidak mengeluh. Ketika belajar mencari ilmu, beramal, dan
berdakwah mesti diiringi dengan kesabaran. Secara umum para ulama membagi
kesabaran menjadi tiga jenis; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dalam
menjauhi maksiat, dan sabar dalam menerima semua ketentuan Allah swt.
Karakteristik
1. Rabbani
Islam adalah satu-satunya agama Rabbani atau agama wahyu. Rabbani adalah nisbat
kepada Rabb (Tuhan). Jadi makna Islam sebagai agama Rabbani artinya Islam
merupakan agama satu-satunya yang diturunkan oleh Allah Ta’ala Rabbul ‘alamin.
Sebab Al-Qur’an dan Sunnah yang merupakan sumber hukum Islam datang dari Allah
Tuhan semesta alam. Sebagaimana diterangkan dalam surah Al-Haqqah ayat 38-43
dan An-Najm ayat 3-4.
2. Agama Sempurna
Karakteristik islam selanjutnya adalah agama sempurna. Sebagai agama wahyu yang
diturunkan oleh Allah, maka Islam menjadi agama yang sempurna. Sempurna artinya
tidak lagi membutuhkan penambahan dan pengurangan. Kesempurnaan Islam
ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 3.
Sebagai agama wahyu dan kamil (sempurna), Islam telah mencakup seluruh aspek
kehidupan (integral/syamil). Artinya mencakup sisi dan aspek kehidupan manusia.
Sebab Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup ummat Islam telah menjelaskan
segala hal yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan mereka, sebagaimana Allah
tegaskan dalam Surah an-Nahl [16] ayat 89;
Konsekuensi dari Islam sebagai satu-satunya agama wahyu yang bersumber dari
Allah, maka Islam juga merupakan satu-satunya agama yang lurus. Artinya Islam
adalah satu-satunya agama yang dapat mengantarkan manusia kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman;
5. Agama Fitrah
Islam yang kita diperintahkan oleh Allah untuk tetap istiqamah di atasnya
merupakanagama fitrah dimana setiap manusia diciptakan di atas fitrah tersebut.
Sebagaimana diterangkan dalam ayat 30 surah Ar-Rum di atas dan hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Imam Muslim;
Islam diturunkan oleh Allah sebagai risalah kepada seluruh manusia bahkan kepada
semesta alam. Karena nabi Muhammad selaku pengemban risalah Islam yang terakhir
diutus oleh Allah kepada seluruh manusia bahkan seluruh alam, sebagaimana
ditegaskan oleh Allah dalam surah Al-A’raf [7] ayat 158, dan Saba’ ayat 28:
Karakteristik Islam selanjutnya adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah. Sebab
Islamlah satu-satunya Agama yang diturunkan Allah sebagai petunjuk dan pedoman
hidup bagi manusia. Sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam Surah Ali Imran ayat
19 dan al-Maidah ayat 3:
8. Agama Nikmat
Islam merupakan nikmat paling sempurna dan paling berharga yang Allah karuniakan
kepada manusia. Sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam surah Al-maidah ayat 3;
Ini merupakan ni’mat Allah yang paling besar kepada ummat ini, dimana Allah teleh
menyempurnakan agama mereka sehingga mereka tidak butuh kepada agama selain
Islam, tidak butuh kepada nabi lain selain nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Oleh karen Allah telah menjadikan Islam sebagai penutup para Nabi dan
mengutusnya kepada seluruh manusia dan jin.
9. Agama Pertengahan
Wasathiyah Islam diterangkan oleh Allah dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 143:
“Demikianlah kami jadikan kalian (ummat Islam) sebagai ummat pertengahan
(ummatn wasathan)”. Makna ummatan wasathandalam ayat ini adalah al-
khiyar (pilihan), al-ajwad(terbaik), dan adil. umat yang adil dalam artian tidak
berlebihan dan tidak memudah-mudahkan.
Islam berakar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh,
dan selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada Allah
SWT. Orang yang beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk patuh terhadap ajaran-
ajaran Islam. Seorang muslim berarti juga harus mampu menyelamatkan diri sendiri,
juga menyelamatkan orang lain. Tidak cukup selamat tetapi juga menyelamatkan.
Secara istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk
umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Inti ajarannya (rukun Islam) adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.
Penjelasan
Islam datang ke bumi untuk membangun manusia dalam kedamaian dengan sikap
kepasrahan total kepada Allah SWT, sehingga seorang yang beragama Islam akan
mengutamakan kedaiaman pada diri sendiri maupun pada orang lain. Juga
keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain.
Seorang muslim itu yang menyelamatkan muslim yang lain dari perkataannya, dan
dari perbuatan tangannya, dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah
dari sesuatu yang dilarang Allah. (HR. Nasa’i).
Manusia itu disebut al-insan hayawân nâthiq, yakni hewan yang mampu berpikir. Artinya bahwa
kemampuan berpikir itu merupakan fitrah yang inheren pada setiap manusia. Melalui berpikir,
manusia dapat melampaui segala sesuatu dan memecahkan masalah, melalui berpikir dapat
mengerti yang abstrak, contonya tentang kebajikan dan kejahatan, kemuliaan dan keterburukan
serta kebenaran dan kebatilan. Hanya saja, manusia dalam berpikir terbatas dalam masalah
pengetahuan dan persepsi, karena fitrah berpikir yang ada pada manusia tidak akan berkembang
secara otomatis jika tidak dirangsang untuk diberdayakan. Beberapa ayat dalam Alquran
menyatakan agar manusia menggunakan pikirannya, Berpikir kritis menurut Alquran seperti
bentuk lafad tatafakkarun, ta’qilun,tandurun, ulul al-
bab, tatadakkarun, tubsirun,tatadabbarun, ta’lamun, Sejarah nabi bagian dari peradaban dan
pengetahuan, sehingga berpikir adalah bagian dari risalah kenabian meliputi aspek psikologis
mental-seorang nabi melihat realitas yang ada, misalnya permasalahan-permasalahan dan
problematika kondisi manusia pada masa itu. Maka terjadilah berpikir kritis dalam struktur
realitas ultimate terhadap problematika kehidupan sebagai ujud eksistensi nabi sebagai manusia
yang tersentuh untuk berpikir dalam menyelessaikan permasalahan
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, pengertian hakikat
agama yaitu suatu kebenaran yang benar-benar ada atau sumber pokok suatu aturan. Keyakinan
akan adanya Tuhan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, maka sangat perlu
dipahami secara seksama oleh setiap manusia dan hakikat agama pula membawa peraturan-
peraturan berupa hukum-hukum yang harus dipatuhi baik dalam bentuk perintah yang wajib
dilaksanakan maupun berupa larangan yang harus ditinggalkan.
Unsur-Unsur Pokok Agama:
1. Keyakinan pada Tuhan atau Kekuatan Ilahi:
- Agama melibatkan keyakinan pada adanya Tuhan atau kekuatan ilahi yang menciptakan dan
mengendalikan alam semesta.
2. Ajaran Moral dan Etika:
- Agama memberikan pedoman etika dan moral bagi penganutnya, menentukan nilai-nilai dan
norma-norma perilaku yang dianggap benar atau salah.
3. Ritual dan Ibadah:
- Praktik ibadah dan ritual adalah unsur penting dalam agama, seperti doa, puasa,
persembahan, atau upacara keagamaan lainnya, yang membentuk hubungan spiritual dengan
kekuatan ilahi.
4. Kitab Suci atau Teks Suci:
- Hampir setiap agama memiliki kitab suci atau teks suci yang dianggap sebagai petunjuk ilahi
dan panduan hidup. Contohnya adalah Al-Qur'an dalam Islam, Bible dalam Kekristenan, dan
Vedas dalam Hinduisme.
5. Komunitas Umat Beragama:
- Agama membentuk komunitas atau umat beragama yang berbagi keyakinan dan nilai-nilai
spiritual, menciptakan rasa identitas dan solidaritas di antara penganutnya.
6. Sikap terhadap Kehidupan dan Kematian:
- Agama memberikan pandangan khusus tentang makna kehidupan, tujuan eksistensi, serta
kehidupan setelah mati dan akhirat.
7. Sistem Kepercayaan dan Keyakinan:
- Agama mencakup serangkaian keyakinan dan doktrin mengenai aspek-aspek kehidupan
seperti penciptaan, keadilan, dan takdir yang membentuk dasar ajaran agama.
8. Ritual Perayaan dan Peringatan:
- Agama sering melibatkan perayaan atau peringatan tertentu yang mencerminkan peristiwa
bersejarah atau ajaran penting dalam kehidupan keagamaan.
9. Pengakuan akan Keberadaan Malaikat atau Entitas Gaib:
- Beberapa agama mencakup keyakinan akan keberadaan malaikat atau entitas gaib yang
bertugas menyalurkan wahyu atau melibatkan diri dalam urusan ilahi.
10. Toleransi dan Etika Sosial:
- Agama juga dapat mencakup ajaran tentang toleransi, kasih sayang, dan etika sosial untuk
memandu interaksi antarindividu dan masyarakat.
Klasifikasi agama dapat dilakukan berdasarkan beberapa dimensi utama, termasuk keyakinan teologis,
geografi, struktur kelembagaan, dan budaya. Berikut adalah beberapa klasifikasi agama yang umum:
Agama-agama Dunia: Menyebar di seluruh dunia, seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha.
Agama-agama Lokal atau Tradisional: Terkait erat dengan budaya dan wilayah tertentu.
4. Berdasarkan Struktur Kelembagaan:
Agama-agama Berstruktur Kuat: Memiliki hierarki dan struktur kelembagaan yang jelas, seperti
Katolik Roma.
Agama-agama Tanpa Struktur Formal: Lebih terfokus pada praktik keagamaan dan kurang memiliki
hierarki yang terorganisir, seperti beberapa bentuk agama tradisional.
Agama-agama Abrahamik: Bersumber dari tradisi Nabi Ibrahim, seperti Islam, Kristen, dan Yahudi.
Agama-agama Dharmik: Bersumber dari tradisi India, seperti Hindu dan Buddha.
Agama-agama Mystik: Menekankan pengalaman mistik dan spiritual, seperti Sufisme dalam Islam.
Agama-agama Filosofis: Lebih fokus pada pemikiran filosofis dan konsep-konsep abstrak, seperti
beberapa aliran Hindu dan Buddha.
Agama-agama Mayoritas: Dianut oleh sebagian besar populasi di suatu wilayah atau negara.
Agama-agama Minoritas: Dianut oleh sebagian kecil populasi di suatu wilayah atau negara.
Agama-agama dengan Konsep Surga/Neraka: Memiliki konsep kehidupan setelah mati yang
mencakup pahala dan siksaan.
"Islam Rahmatan Lil-Alamin" adalah ungkapan dalam bahasa Arab yang dapat diterjemahkan
sebagai "Islam sebagai Rahmat bagi Semua Alam." Frasa ini mencerminkan ajaran Islam tentang
kasih sayang, keadilan, dan keberlanjutan yang diharapkan memberikan manfaat bagi seluruh
ciptaan Allah.
Konsep "Rahmatan Lil-Alamin" diambil dari ayat Al-Qur'an dalam Surah Al-Anbiya (21:107), yang
berbunyi:
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."
Ungkapan ini menekankan bahwa ajaran Islam dan perilaku umat Muslim seharusnya membawa
rahmat, kasih sayang, dan manfaat untuk seluruh makhluk dan alam semesta. Islam mengajarkan
umatnya untuk hidup dengan penuh kasih sayang, toleransi, dan keadilan, serta berkontribusi
positif dalam masyarakat dan lingkungan.
Dengan konsep "Rahmatan Lil-Alamin," Islam menggarisbawahi tanggung jawab umatnya untuk
membantu menciptakan dunia yang damai, adil, dan penuh dengan kasih sayang terhadap
seluruh ciptaan Allah. Ini menciptakan panggilan untuk memperhatikan hak-hak dan kebutuhan
semua individu, tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau latar belakang.
3.2 Saran
Sebagai akhir dari karya tulis ini penulis berharap agar pembaca dapat
memberikan saran yang bersifat membangun. Mengambil dari referensi-referensi dari karya tulis
ini sebagai penutup, penulis ingin mengemukakan saran yang
mudah-mudahan bermanfaat yang ditunjukkan umumnya bagi para pembaca dan
khususnya bagi para generasi yang akan datang. Bahwa segala pandangan hidup (aqidah),
normative hidup atau moral (akhlaq), dan ritual hidup (fiqih) harus bersumber pada Agama tapi
agama yang sesungguhnya atau benar adanya (hakikat agama) yakni Agama Islam yaitu yang
bersumber pada Al-Qur’an dan As-sunnah agar tak terjadi kekeliruan dalam mengaplikasikan
dalam suatu peribadahan kita.
Dalam mempelajari ritual hidup atau disebut juga fiqih, Islam telah meletakkan patokan-patokan
umum guna menjadi pedoman bagi kaum muslimin
yaitu Al-quran dan As-Sunnah adapun Ijma dan Qiyas. Segala yang dikeluarkan
dalam pembahasan fiqih tidak lain dan tidak bukan bersumber dari sebuah agama
yakni agama islam.